Anda di halaman 1dari 208

Booklet Perbankan Indonesia 1

BOOKLET

Perbankan
Indonesia
2023
Daftar Tim Penyusun
Booklet Perbankan Indonesia 2023

Penerbit:
Otoritas Jasa Keuangan
Departemen Perizinan dan Manajemen Krisis Perbankan

Pengarah:
Eddy Manindo Harahap
Aslan Lubis

Tim Penyusun dan Kontributor:


Dian Oktariani
Faisal Ansyari
Oky Sandi R Sihombing
Fransiskus Henry Cahyadi
Andri Mulia dan T. Fachrozi Fitra Ramadhan
Ayu Yeriesca dan Rizka Afia Sukmawati
Budiman Eka dan Hygea Marwany
Egri Eltareq, Junita Martini Caesarin dan Muhammad Radhi
Muslim Tendri Sujatmika dan Reza Febryan Alexandra
Aditya Mahendra
Galih Adhidharma
Syefira Hafsari
Destantri Anggun Rizky
Dita Arifa Syahminati
Herlin
Yuki Yasarani dan Retnia Wulandari

Desain Sampul dan Layout:


PT Galaksi Lintas Sequentama
Kata Pengantar
Booklet Perbankan Indonesia 2023

Booklet Perbankan Indonesia (BPI) edisi tahun 2023 merupakan media publikasi yang
menyajikan informasi singkat mengenai perbankan Indonesia sepanjang tahun 2022.
Booklet ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai arah kebijakan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) tahun 2023 sesuai yang diamanatkan dalam Pertemuan Tahunan
Industri Jasa Keuangan Tahun 2023 dengan tema “Penguatan Sektor Jasa Keuangan
Dalam Menjaga Pertumbuhan Ekonomi”, perkembangan perbankan di Indonesia, serta
peraturan dan kebijakan di bidang perbankan yang dikeluarkan OJK agar industri perbankan
lebih berdaya saing dan kontributif.

Peningkatan aktivitas perekonomian Indonesia akan terus berlanjut selama tahun 2023,
Hal itu juga diperkuat oleh pengumuman Pemerintah mengakhiri tanggap darurat pandemi.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, diikuti dengan ekspektasi
publik atas layanan keuangan yang cepat, mudah, aman, dan efisien, serta agile. Fokus
OJK dalam implementasi UU Pengembangan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) adalah
menyiapkan proses transisi yang lancar dan tidak menimbulkan guncangan ditengah
tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. OJK juga memiliki peran besar dalam
upaya memberikan arah serta mendorong pengembangan dan digitalisasi perbankan
nasional agar lebih memiliki daya tahan (resilience), berdaya saing dan kontributif. Peran
tersebut dijalankan antara lain melalui penerbitan Blue Print arah pengembangan, kebijakan,
serta ketentuan di Bidang Perbankan sebagaimana tertuang dalam booklet ini.

BPI edisi tahun 2023 didesain dengan layout dan format yang menarik untuk dapat
memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna. Pemanfaatan teknologi QR
Code juga kami sertakan dalam beberapa konten di dalam BPI ini sehingga pengguna dapat
dengan mudah memperoleh tambahan informasi mengenai konten yang sedang dibaca.

Kami menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyajian BPI tahun
2023 ini baik dari segi substansi maupun format. Namun, kami berharap agar informasi yang
disajikan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengguna. Masukan dan pandangan
pengguna terhadap BPI ini kami harapkan demi peningkatan BPI edisi berikutnya.

Jakarta, Juli 2023


Departemen Perizinan dan Manajemen Krisis Perbankan
Otoritas Jasa Keuangan
Daftar Isi

Bab 01
Tentang Otoritas Jasa Keuangan

A. Otoritas Jasa Keuangan 10

Visi dan Misi OJK 12

02
Fungsi dan Tugas OJK 13
Nilai-Nilai Strategis OJK 14
Organisasi OJK 16
Bab
18
Kewenangan OJK
Struktur Organisasi OJK
Terhadap Industri Perbankan
1. Struktur Organisasi OJK- 19
Wide - Existing
2. Struktur Organisasi Bidang 20
Pengawas Sektor Perbankan
3. Struktur Organisasi Kantor 21
Regional OJK dan Kantor OJK

B. Perbankan 22
Kegiatan Usaha Bank 25

A. Kewenangan OJK terhadap 42


Industri Perbankan
B. Pengawasan Bank 44
C. Pemeriksaan Khusus 47
Tindak Pidana Perbankan
(Riksus Tipibank)

6 Booklet Perbankan Indonesia


Bab 03
Perkembangan & Arah Kebijakan
OJK di Bidang Perbankan
A. Arah Kebijakan OJK 54
Tahun 2023
B. Basel Frame Work 56

C. Roadmap Industri Perbankan


D. Perkembangan Kinerja
Perbankan Sampai Dengan
61
83 Bab 04
Desember 2022 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan di Bidang Perbankan
E. Layanan Informasi 94
Perkreditan
F. Aplikasi iBPR-S 96
G. Credit Reporting System dan 98
Sistem Informasi Perkreditan
H. Arah Pengembangan SLIK 100
I. Sistem Informasi Dalam 102
Rangka Mendukung Tugas
Pengawasan Bank
J. KAP dan AP di Sektor 110
Perbankan
K. ASEAN Banking Integration 113
Framework (ABIF)
L. Asesmen Internasional 114
A. Ketentuan Perbankan yang 132
M. Pelaksanaan Penyidikan 118 Terbit Tahun 2022
Sektor Jasa Keuangan
B. Resume POJK Perbankan 133
N. Pengawasan Terintegrasi 123 yang diterbitkan selama
dan Konglomerasi Keuangan tahun 2022(Riksus Tipibank)

Booklet Perbankan Indonesia 7


Daftar Gambar
Gambar 1.1 Susunan Anggota 16 Gambar 3.8 Arah Pengembangan 75
Dewan Komisioner OJK 2022-2027 Perbankan Syariah

Gambar 1.2 Struktur Organisasi 18 Gambar 3.9 Sustainable Finance 78


OJK - Wide - Eksisting Indonesia

Gambar 1.3 Struktur Organisasi 20 Gambar 3.10 Halaman Utama 96


Anggota Dewan Komisioner Aplikasi iBPR-S
Bidang 3 Kepala Eksekutif
Pengawas Perbankan Gambar 3.11 Lingkup dan Fitur 97
Aplikasi iBPR-S
Gambar 1.4 Struktur Organisasi 21
Kantor Regional OJK dan Kantor Gambar 3.12 Alur Proses Otomasi 98
OJK iBPR-S dan Keterhubungan
dengan Website BPR/BPRS

Gambar 2.1 Langkah Metodologi 48 Gambar 3.13 Ilustrasi Kerangka 99


Kasus Tipibank Credit Reporting System di
Indonesia
Gambar 2.2 Contoh Jenis PKP 49
yang Berindikasi Tipibank Gambar 3.14 Arah Pengembangan 101
SLIK

Gambar 3.15 Sistem Layanan 103


Gambar 3.1 Evolusi Kerangka 56 Informasi Keuangan
Permodalan Basel di Indonesia
Gambar 3.16 Roadmap 104
Gambar 3.2 Implementasi 57 Implementasi SLIK
Kerangka Basel II di Indonesia
Gambar 3.17 Cakupan Informasi 109
Gambar 3.3 Kerangka Permodalan 58 Debitur yang Diperoleh Masyarakat
Basel III di Indonesia
Gambar 3.18 Ilustrasi Persyaratan 113
Gambar 3.4 Latar Belakang Krisis 60 Qualified ASEAN Banks
Keuangan Global tahun 2007-2009

Gambar 3.5 Tantangan Perbankan 63


Gambar 4.1 Informasi SIKePO 131
Indonesia
Gambar 4.2 Menu Aplikasi SIKePO 131
Gambar 3.6 Regulatory Triangle 67

Gambar 3.7 Konstruksi Roadmap 68


Pengembangan Perbankan
Indonesia 2020-2025

8 Booklet Perbankan Indonesia


Daftar Tabel Daftar Grafik
Tabel 2.1 Matriks Jenis Risiko yang 47 Grafik 3.1 Jumlah Pelapor Posisi 94
Digunakan dalam Penerapan Risk Desember Tahun 2022
Based Supervision pada Perbankan
dan Konglomerasi Grafik 3.2 Jumlah Permintaan 95
Informasi Debitur yang Disediakan
OJK Dalam Rangka Pelayanan
Tabel 3.1 Tabel Kondisi Umum 84 Masyarakat Tahun 2022
Bank Umum
Grafik 3.3 Jumlah Permintaan 95
Tabel 3.2 Perkembangan Kinerja 85 Informasi Debitur oleh Pelapor
Bank Umum Konvensional Tahun pada Tahun 2022
2022
Grafik 3.4 Perkembangan Aset KK 127
Tabel 3.3 Perkembangan Kinerja 86 dan SJK
Bank Perkreditan Rakyat tahun
2022

Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja 88 Lampiran


Bank Umum Syariah Tahun 2022
Daftar Ketentuan Bidang 182
Tabel 3.5 Perkembangan Kinerja 90 Perbankan yang Masih Berlaku
Unit Usaha Syariah Tahun 2022 Sampai dengan Desember 2022
1. Ketentuan Kelembagaan 182
Tabel 3.6 Perkembangan Kinerja 92
Bank Perkreditan Rakyat Syariah 2. Ketentuan Kegiatan Usaha, 186
tahun 2022 Penunjang, dan Layanan Bank
3. Ketentuan Prinsip Kehati-hatian 187
Tabel 3.7 Tabel Kondisi Umum 93
Bank Umum 4. Ketentuan Laporan dan 194
Standar Akuntansi
Tabel 3.8 Daftar Perkara P-21 119 5. Ketentuan Pengawasan Bank 195
Tahun 2022
6. Ketentuan Edukasi dan 196
Tabel 3.9 Perkembangan Aset KK 127 Pelindungan Konsumen
dan SJK 7. Ketentuan Lain-Lain 197
Jenis Pelaporan yang Telah 198
Difasilitasi Apolo
Tabel 4.1 Daftar POJK yang 132
diterbitkan selama Tahun 2022 Glossary Indikator Kinerja 204
Perbankan

Booklet Perbankan Indonesia 9


A. Otoritas Jasa Keuangan
Organisasi OJK
Struktur Organisasi OJK

B. Perbankan
Kegiatan Usaha Bank

10 Booklet Perbankan Indonesia


Booklet Perbankan Indonesia 11
A. Otoritas Jasa Keuangan
Merupakan lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
dan penyidikan di Sektor Jasa Keuangan (SJK) sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.

Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12 Januari


2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara


yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.

Visi dan Misi OJK


Visi

Menjadi lembaga pengawas industri jasa Dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan
keuangan yang terpercaya, melindungi menjadi pilar perekonomian nasional yang
kepentingan konsumen dan masyarakat, berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.

Misi

Mewujudkan terselenggaranya Mewujudkan sistem Melindungi kepentingan


seluruh kegiatan di dalam keuangan yang tumbuh konsumen dan masyarakat.
sektor jasa keuangan secara secara berkelanjutan dan
teratur, adil, transparan, dan stabil.
akuntabel.

12 Booklet Perbankan Indonesia


Tujuan OJK Fungsi dan Tugas OJK
OJK dibentuk dengan tujuan agar OJK berfungsi menyelenggarakan
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa sistem pengaturan dan pengawasan
keuangan: yang terintegrasi terhadap keseluruhan
a. terselenggara secara teratur, adil, kegiatan di dalam SJK.
transparan, dan akuntabel; Selain itu, OJK melaksanakan tugas
b. mampu mewujudkan sistem keuangan pengaturan dan pengawasan terhadap:
yang tumbuh secara berkelanjutan dan 1. kegiatan jasa keuangan di sektor
stabil; dan Perbankan;
c. mampu melindungi kepentingan 2. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar
Konsumen dan masyarakat. Modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan (LJK) lainnya.

Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12 Januari 2023
tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

Dalam rangka mencapai tujuan Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berfungsi:
a. menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan;
b. memelihara Stabilitas Sistem Keuangan secara aktif sesuai dengan kewenangannya; dan
c. memberikan pelindungan terhadap Konsumen dan masyarakat.

Tugas OJK :
a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon;
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun;
d. kegiatan jasa keuangan di sektor Lembaga Pembiayaan, perusahaan modal ventura,
lembaga keuangan mikro, dan IJK Lainnya;
e. kegiatan di sektor ITSK serta aset keuangan digital dan aset kripto;
f. perilaku pelaku usaha jasa keuangan serta pelaksanaan edukasi dan Pelindungan
Konsumen; dan
g. sektor keuangan secara terintegrasi serta melakukan asesmen dampak sistemik
Konglomerasi Keuangan.

Booklet Perbankan Indonesia 13


Nilai-Nilai Strategis OJK

1. Integritas
Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai
dengan kode etik dan kebijakan organisasi dengan
menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.

2. Profesionalisme
Bekerja dengan penuh tanggung jawab
berdasarkan kompetensi yang tinggi untuk
mencapai kinerja terbaik.

3. Sinergi
Berkolaborasi dengan seluruh pemangku
kepentingan baik internal maupun eksternal
secara produktif dan berkualitas.

4. Inklusif
Terbuka dan menerima keberagaman pemangku
kepentingan serta memperluas kesempatan dan
akses masyarakat terhadap industri keuangan.

5. Visioner
Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat
ke depan (Forward Looking) serta dapat berpikir
di luar kebiasaan (Out of The Box Thinking).

14 Booklet Perbankan Indonesia


3 Perilaku Kunci di OJK:
Proaktif, Kolaboratif dan Bertanggung jawab.

Bekerja sama dan berkontribusi secara nyata


dalam memberikan ide, gagasan,atau tindakan
untuk menyelesaikan masalah dengan cara
terbaik dan menghasilkan nilai tambah bagi
organisasi.
Proaktif

Berani berbicara dan selalu bersikap positif


terhadap perubahan, mengantisipasi dan
mengambil tindakan atau keputusan secara
benar dan memberikan respon yang tepat di
segala keadaan.
Kolaboratif

Melaksanakan tugas dengan jujur, aman, dan


penuh tanggung jawab, tidak menyalahgunakan
kewenangan yang diberikan dan menjunjung
Bertanggung tinggi nilai-nilai moral serta peraturan.
jawab

Booklet Perbankan Indonesia 15


Organisasi OJK
Susunan Dewan Anggota Komisioner OJK
OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner beranggotakan sembilan orang yang
ditetapkan dengan Keputusan Presiden serta bersifat kolektif dan kolegial.

Ketua: 2. Wakil Ketua:


Mahendra Mirza
Siregar Adityaswara

Kepala Eksekutif Pengawas


Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal, Keuangan Derivatif,
Perbankan Merangkap
dan Bursa Karbon Merangkap
Anggota Dewan Komisioner
Anggota Dewan Komisioner
Dian Ediana Rae
Inarno Djajadi

Kepala Eksekutif Pengawas


Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan
Perasuransian, Penjaminan, Modal Ventura, Lembaga Keuangan
dan Dana Pensiun Merangkap Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan
Anggota Dewan Komisioner Lainnya merangkap Anggota
Dewan Komisioner
Ogi Prastomiyono
Agusman

Kepala Eksekutif Pengawas Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku


Inovasi Teknologi Sektor Pelaku Usaha Jasa Keuangan,
Keuangan, Aset Keuangan Edukasi, dan Pelindungan
Digital, dan Aset Kripto Konsumen Merangkap Anggota
Merangkap Anggota Dewan Dewan Komisioner
Komisioner Friderica
Hasan Fawzi Widyasari Dewi

Ketua Dewan Audit Merangkap


Anggota Dewan Komisioner Anggota Dewan Komisioner
Ex-Officio Bank Indonesia
Sophia Isabella
Doni Primanto Joewono
Wattimena

Anggota Dewan Komisioner


Ex-Officio Kementerian
Keuangan
Suahasil Nazara

Gambar 1.1 Susunan Anggota Dewan Komisioner OJK 2022-2027

16 Booklet Perbankan Indonesia


Setelah berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun
2023 tanggal 12 Januari 2023 tentang Pengembangan
dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:
Dewan Komisioner adalah pimpinan tertinggi Otoritas Jasa Keuangan yang
dipimpin oleh Ketua Dewan Komisioner.

Dewan Komisioner beranggotakan 11 (sebelas) orang anggota yang


ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

a. seorang Ketua merangkap anggota;


b. seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
c. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
d. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif,
dan Bursa Karbon merangkap anggota;
e. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana
Pensiun merangkap anggota;
f. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan
Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya merangkap anggota;
g. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan,
Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto merangkap anggota;
h. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan,
Edukasi, dan Pelindungan Konsumen merangkap anggota;
i. seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
j. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
k. seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan
pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.

Booklet Perbankan Indonesia 17


Struktur Organisasi OJK
Dewan Komisioner

Anggota 4 Anggota 5
Anggota 2 Anggota 3 Kepala Eksekutif Kepala Eksekutif
Anggota 1 Pengawas
Wakil Ketua/ Kepala Eksekutif Pasar Modal,
Ketua Ketua Komite Etik Pengawas Perbankan Keuangan Derivatif Perasuransian,
dan Bursa Karbon Penjaminan, dan
Dana Pensiun

Pelaksana Kegiatan Operasional

ADK ADK ADK ADK


Bidang 1 Bidang 2 Bidang 6 Bidang 7
SCOM

DKSK DKIA DKOI DKRG DKIK DKHP DKSM DKSL DKAI DKPK

DPSI DHIJK DOSM DSHK DPAI DLKN DPUK


DSKT OJKI KR
DINT
DKEU DPJK DMSP DLOG DRPK DNKN
GDST GPUT KOJK

GPSI DPIK

Pengawasan

Keterangan:
ADK (Anggota Dewan Komisioner)
ADK Bidang 1 ADK Bidang 2 ADK Bidang 3
SCOM (Strategic Committee) • DKIK (Deputi Komisioner Sistem • DPNP (Departemen Pengaturan
• DKSK (Deputi Komisioner Stabilitas Informasi dan Keuangan) dan Pengembangan Perbankan)
Sistem keuangan) о DPSI (Departemen Pengelolaan • DIMB (Departemen Perizinan dan
о DSKT (Departemen Surveillance Sistem Informasi) Manajemen Krisis Perbankan)
dan Kebijakan Sektor Jasa о DKEU (Departemen Keuangan) • DPKP (Departemen Pengendalian
Keuangan Terintegrasi) о GPSI (Grup Pengembangan Kualitas dan Pengembangan
о GDST (Grup Pengelolaan Data Aplikasi Sistem Informasi) Pengawasan Perbankan)
dan Statistik Terintegrasi) • DKHP (Deputi Komisioner Hukum • DKBK (Deputi Komisioner Pengawas
• DKIA (Deputi Ko m i s i o n e r dan Penyidikan) Konglomerasi Keuangan)
Internasional dan Penanganan о DHUK (Departemen Hukum) о DPKG (Departemen Pengawasan
APU-PPT) о DPJK (Departemen Penyidikan Konglomerasi Keuangan)
о DINT (Departemen Internasional) Sektor Jasa Keuangan) о DRPD (Departemen Pemeriksaan
о GPUT (Grup Penanganan APU • DKSM (Deputi Komisioner SDM dan Khusus dan Pengawasan
PPT) Manajemen Strategis) Perbankan Daerah)
• DKOI (Deputi Komisioner OJK о DOSM (Departemen Organisasi • DKBY (Deputi Komisioner Pengawas
Institute) dan SDM) Bank Pemerintah dan Syariah)
о OJKI (OJK Institute) о DMSP (Departemen Manajemen о DPBP (Departemen Pengawasan
• DKRG (Deputi Komisioner Regional) Strategis dan Perubahan) Bank Pemerintah)
о KR (Kantor Regional) • D KS L (Deputi Ko m i s i o n e r о DPBS (Departemen Perbankan
о KOJK (Kantor OJK) Sekretariat Dewan Komisioner dan Syariah)
Logistik) • DKBW (Deputi Komisioner
о DSHK (Departemen Sekretariat Pengawas Bank Swasta)
Dewan Komisioner dan Hubungan о DPW1 (Departemen Pengawasan
Kelembagaan) Bank Swasta 1)
о DLOG (Departemen Logistik) о DPW2 (Departemen Pengawasan
Bank Swasta 2)

18 Booklet Perbankan Indonesia


1. Struktur Organisasi OJK - Wide - Eksisting

Anggota 7
Anggota 9
Kepala Eksekutif Anggota 8
Anggota 6 Pengawas Perilaku Anggota
Anggota Ex- Organ Pendukung:
Ketua Dewan Pelaku Usaha Jasa Ex-officio dari
officio dari Bank
Audit Keuangan, Edukasi, Kementerian Komite, Dewan Audit,
Indonesia
dan Pelindungan Keuangan dan Organ Lainnya
Konsumen

ADK ADK ADK


Bidang 3 Bidang 4 Bidang 5

DKPG DKBY DKBS DKVL DKEP DKAD DKPL

DPKG DPSP DPS1 DPPM DPVR DPEP DPPI DAJP DPPK


DPNP

DRKD DPBS DPS2 DIPM DPLE DRKT DIKN DPDK DPJL


DIMB

DPKP

Pengawasan

Gambar 1.2 Struktur Organisasi OJK - Wide - Eksisting

ADK Bidang 4 ADK Bidang 5 ADK Bidang 6


• DPPM (Departemen Pengaturan • DPPI (Departemen Pengaturan dan • DKAI (Deputi Komisioner Audit
dan Pengembangan Pasar Modal) Pengembangan IKNB) Internal, Manajemen Risiko, dan
• DIPM (Departemen Perizinan Pasar • DIKN (Departemen Perizinan, Pengendalian Kualitas)
Modal) Pemeriksaan Khusus, dan о DPAI (Departemen Audit Internal)
• DKVL (Deputi Komisioner Pengawas Pengendalian Kualitas IKNB) о DRPK (Departemen Manajemen
Pengelolaan Investasi Pasar Modal • DKAD (Deputi Komisioner Risiko dan Pengendalian Kualitas)
dan Lembaga Efek) Pengawas Perasuransian dan Dana о DPIK (Departemen Penegakan
о DPVR (Departemen Pengawasan Pensiun) Integritas dan Audit Khusus)
Pengelolaan Investasi dan Pasar о DAJP (Departemen Pengawasan
Modal Regional) Asuransi dan Jasa Penunjang ADK Bidang 7
о DPLE (Departemen Pengawasan IKNB) • DLIK (Departemen Literasi, Inklusi
Lembaga Efek) о DPDK (Departemen Pengawasan Keuangan, dan Komunikasi)
• DKEP (Deputi Komisioner Pengawas Dana Pensiun dan Pengawasan • DK PP ( De p u ti Ko m is io n e r
Emiten, Transaksi Efek, dan Khusus IKNB) Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha
Pemeriksaan Khusus) • DKPL (Deputi Komisioner Pengawas Jasa Keuangan dan Pelindungan
о DPEP (Departemen Pengawasan Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Konsumen)
Emiten dan Perusahaan Publik) Jasa Keuangan Lainnya) о DPLK (Departemen Pelindungan
о DRKT (Departemen Pemeriksaan о DPPK (Departemen Pengawasan Konsumen)
Khusus dan Transaksi Efek) Lembaga Pembiayaan dan о DPUK (Departemen Pengawasan
Lembaga Keuangan Khusus) Perilaku Pelaku Usaha Jasa
о DPJL (Departemen Pengawasan Keuangan)
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya)

Booklet Perbankan Indonesia 19


2. Struktur Organisasi Bidang
Pengawas Sektor Perbankan

Struktur Organisasi Level Atas


Bidang Pengawasan Sektor Perbankan

Kepala Eksekutif
Pengawas Perbankan

Deputi Komisioner Deputi Komisioner Deputi Komisioner


Pengawas Pengawas Bank Pengawas Bank
Konglomerasi Pemerintah dan Swasta
Keuangan Syariah

Departemen Departemen Departemen Departemen


Pengaturan Pengawasan Pengawasan Pengawasan
dan Konglomerasi Bank Bank Swasta 1
Pengembangan Keuangan Pemerintah
Perbankan

Departemen Departemen Departemen


Departemen
Pemeriksaan Perbankan Pengawasan
Perizinan dan
Khusus dan Syariah Bank Swasta 2
Manajemen
Krisis Pengawasan
Perbankan Perbankan
Daerah

Departemen
Pengendalian
Kualitas dan
Pengembangan
Pengawasan
Perbankan

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Anggota Dewan Komisioner Bidang 3


Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan

20 Booklet Perbankan Indonesia


3. Struktur Organisasi Kantor Regional OJK dan Kantor OJK
Struktur Organisasi Kantor Regional dan Kantor OJK

Ketua Dewan Kepala Eksekutif Ketua Eksekutif Ketua Eksekutif Ketua Eksekutif
Komisioner Pengawas Pengawas Pasar Pengawas Pengawas
Perbankan Modal Keuangan Perasuransian, Pelaku Usaha
Derivatif dan Penjaminan, dan Jasa Keuangan,
Bursa Karbon Dana Pensiun Edukasi, dan
Pelindungan
Konsumen
Deputi Dewan
Komisioner

Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor


Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5 Regional 6 Regional 7 Regional 8 Regional 9

DKI Jawa Sumatera Sumatera Bali dan Kali-


Jakarta Jawa Jawa Sulampua
Tengah Bagian Bagian Nusa mantan
dan Barat Timur
dan DIY Utara Selatan Tenggara
Banten

Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor


OJK OJK OJK OJK Prov. OJK Prov. OJK Prov. OJK Prov. OJK Prov.

DIY Malang Sumatera Sulawesi Lampung NTB Kali-


Cirebon Barat Utara mantan
Barat
Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor
Kantor OJK OJK OJK Prov. OJK Prov. OJK Prov. OJK Prov. Kantor
OJK
Solo Kediri Riau Sulawesi OJK Prov.
Jambi NTT
Tasik- Tenggara Kali-
Kantor
malaya OJK Prov.
mantan
Kantor Kantor Kantor
OJK Kep. Riau
Kantor Timur
OJK OJK Prov. OJK Prov.
Purwo- Jember Sulawesi
Kantor Bengkulu Kantor
kerto Tengah OJK Prov.
OJK Prov.
Aceh Kali-
Kantor
Kantor OJK Prov. mantan
OJK Papua Tengah
Tegal
Kantor
OJK Prov.
Maluku

Kantor
OJK Prov.
Keterangan: Papua
Barat
*) Fungsi pengelolaan KR dan KOJK dilaporkan
kepada Ketua Dewan Komisioner

Koordinasi dan supervisi teknis pengawasan dan


EPK dilaporkan pada masing-masing ADK sesuai
dengan bidangnya

Gambar 1.4 Struktur Organisasi


Kantor Regional OJK dan Kantor OJK

Booklet Perbankan Indonesia 21


B. Perbankan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja,

Perbankan Syariah
adalah segala sesuatu
yang menyangkut
tentang Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan
usaha

Definisi:
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

2. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara


konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional
dan Bank Perkreditan Rakyat.

3. Bank Umum Konvensional (BUK) adalah Bank Konvensional yang dalam


kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

22 Booklet Perbankan Indonesia


4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 8. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah
adalah Bank Konvensional yang unit kerja dari kantor pusat Bank
dalam kegiatannya tidak memberikan Umum Konvensional yang berfungsi
jasa dalam lalu lintas pembayaran. sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan
5. Bank Syariah adalah Bank yang usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
menjalankan kegiatan usahanya atau unit kerja di kantor cabang dari
berdasarkan Prinsip Syariah dan suatu Bank yang berkedudukan
menurut jenisnya terdiri atas Bank di luar negeri yang melaksanakan
Umum Syariah (BUS) dan Bank kegiatan usaha secara konvensional
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor cabang pembantu syariah
6. Bank Umum Syariah (BUS)
dan/atau unit syariah.
adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam 9. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum
lalu lintas pembayaran. Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
7. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
oleh lembaga yang memiliki
(BPRS) adalah Bank Syariah yang
kewenangan dalam penetapan
dalam kegiatannya tidak memberikan
fatwa di bidang syariah.
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12 Januari 2023
tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

Definisi terkait bank, antara lain:

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau pembiayaan dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.

2. Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara


konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Perekonomian Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah


3.
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas giral secara langsung.

Booklet Perbankan Indonesia 23


4. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usaha
secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas bank umum
konvensional dan bank perekonomian rakyat.

Bank Umum Konvensional adalah jenis dari Bank Konvensional yang


5.
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Perekonomian Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah


6.
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas giral secara langsung.

Bank Syariah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari


7.
masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan/atau bentuk lain
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum
syariah dan bank perekonomian rakyat syariah.

Bank Umum Syariah adalah jenis Bank Syariah yang dalam kegiatannya
8.
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Perekonomian Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPR Syariah


9.
adalah jenis Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas giral secara langsung.

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
10.
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam berdasarkan fatwa dan/ atau
11.
pernyataan kesesuaian syariah yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

24 Booklet Perbankan Indonesia


Kegiatan Usaha Bank
1. Kegiatan Usaha Bank Umum meliputi:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan berupa Tabungan,


Giro, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya yang berupa:
1. surat-surat wesel termasuk wesel 3. kertas perbendaharaan negara dan
yang diakseptasi oleh bank yang surat jaminan pemerintah;
masa berlakunya tidak lebih
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud; 5. Obligasi;

2. surat pengakuan hutang dan 6. surat dagang berjangka waktu


kertas dagang lainnya yang masa sampai dengan satu tahun; dan
berlakunya tidak lebih lama daripada
7. instrumen surat berharga lain yang
kebiasaan dalam perdagangan
berjangka waktu sampai dengan
surat-surat dimaksud;
satu tahun.
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak;
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat;
l. menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
m. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan UU tentang perbankan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;

Booklet Perbankan Indonesia 25


Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana
tersebut di atas, Bank Umum dapat pula:

a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang


berlaku;
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku;
d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang
berlaku; dan
e. melakukan kegiatan usaha bank berupa penitipan dengan pengelolaan/trust.

Bank Umum dilarang:


a. melakukan penyertaan modal, kecuali:
1. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,
asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas dan
2. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas;

b. melakukan usaha perasuransian;


c. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana tercantum dalam
bagian Kegiatan Usaha Bank Umum.

26 Booklet Perbankan Indonesia


Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12
Januari 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

Bank Umum dilarang:


a. melakukan penyertaan modal, kecuali:
1. melakukan kegiatan penyertaan modal pada LJK dan/atau perusahaan lain
yang mendukung industri Perbankan dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan
2. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara di luar LJK untuk
mengatasi akibat kegagalan Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya;
b. melakukan usaha perasuransian kecuali memasarkan produk asuransi dalam
rangka kerja sama dengan LJK lain dalam pemberian layanan jasa keuangan
kepada Nasabah; dan
c. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada
bagian Kegiatan Usaha Bank Umum.

2. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah dan UUS meliputi:

a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau


bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;

Booklet Perbankan Indonesia 27


f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan l. melakukan Penitipan untuk kepentingan
barang bergerak atau tidak bergerak pihak lain berdasarkan suatu Akad yang
kepada Nasabah berdasarkan Akad berdasarkan Prinsip Syariah (khusus
ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk BUS);
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain m. menyediakan tempat untuk menyimpan
yang tidak bertentangan dengan Prinsip barang dan surat berharga berdasarkan
Syariah; Prinsip Syariah;
g. melakukan pengambilalihan utang n. memindahkan uang, baik untuk
berdasarkan Akad hawalah atau Akad kepentingan sendiri maupun untuk
lain yang tidak bertentangan dengan kepentingan Nasabah berdasarkan
Prinsip Syariah; Prinsip Syariah;
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat
kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip berdasarkan Akad wakalah (khusus
Syariah; BUS);
i. membeli, menjual, atau menjamin atas p. memberikan fasilitas letter of credit
risiko sendiri surat berharga pihak atau bank garansi berdasarkan Prinsip
ketiga yang diterbitkan atas dasar Syariah; dan
transaksi nyata berdasarkan Prinsip
q. melakukan kegiatan lain yang lazim
Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah,
dilakukan di bidang perbankan dan
musyarakah, mudharabah, murabahah,
di bidang sosial sepanjang tidak
kafalah, atau hawalah;
bertentangan dengan Prinsip Syariah
j. membeli surat berharga berdasarkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh perundang-undangan.
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan
atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau
antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;

28 Booklet Perbankan Indonesia


Selain melakukan kegiatan usaha di atas,
Bank Umum Syariah dan UUS dapat pula:

a. melakukan kegiatan valuta asing f. menyelenggarakan kegiatan atau produk


berdasarkan Prinsip Syariah; bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
b. melakukan kegiatan penyertaan modal dengan menggunakan sarana elektronik;
pada Bank Umum Syariah atau lembaga g. menerbitkan, menawarkan, dan
keuangan yang melakukan kegiatan memperdagangkan surat berharga
usaha berdasarkan Prinsip Syariah; jangka pendek berdasarkan Prinsip
c. melakukan kegiatan penyertaan modal Syariah, baik secara langsung maupun
sementara untuk mengatasi akibat tidak langsung melalui pasar uang;
kegagalan Pembiayaan berdasarkan h. menerbitkan, menawarkan, dan
Prinsip Syariah, dengan syarat harus memperdagangkan surat berharga
menarik kembali penyertaannya; jangka panjang berdasarkan Prinsip
d. bertindak sebagai pendiri dan pengurus Syariah, baik secara langsung maupun
dana pensiun berdasarkan Prinsip tidak langsung melalui pasar modal
Syariah (khusus BUS); (khusus BUS); dan

e. melakukan kegiatan dalam pasar modal i. menyediakan produk atau melakukan


sepanjang tidak bertentangan dengan kegiatan usaha Bank Umum Syariah
Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah
perundang-undangan di bidang pasar
modal (khusus BUS);

3. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa


deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;

b. memberikan kredit;

c. menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip


Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),


deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Booklet Perbankan Indonesia 29


4. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:


1. Simpanan berupa Tabungan 2. Investasi berupa Deposito atau
atau yang dipersamakan dengan Tabungan atau bentuk lainnya
itu berdasarkan Akad wadi’ah yang dipersamakan dengan itu
atau Akad lain yang tidak berdasarkan Akad mudharabah
bertentangan dengan Prinsip atau Akad lain yang tidak
Syariah; dan bertentangan dengan Prinsip
Syariah;

b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:


1. Pe m b i aya a n bagi hasil 4. Pembiayaan penyewaan barang
berdasarkan Akad mudharabah bergerak atau tidak bergerak
atau musyarakah; kepada Nasabah berdasarkan
Akad ijarah atau sewa beli
2. Pembiayaan berdasarkan
dalam bentuk ijarah muntahiya
Akad murabahah, salam, atau
bittamlik; dan
istishna’;
5. p e n g a m b i l a l i h a n utang
3. Pembiayaan berdasarkan Akad
berdasarkan Akad hawalah;
qardh;

c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan


berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah
dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk


kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS;
dan

e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya


yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan otoritas.

30 Booklet Perbankan Indonesia


Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12
Januari 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

1. Kegiatan usaha Bank Umum meliputi:


a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan berupa
Tabungan, Giro, Deposito berjangka, Sertifikat Deposito, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan;

b. menyalurkan dana dalam bentuk Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan


Prinsip Syariah;

c. melakukan aktivitas di bidang sistem pembayaran;

d. menempatkan dana pada Bank lain, meminjam dana dari Bank lain, atau
meminjamkan dana kepada Bank lain, baik dengan menggunakan surat,
sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya;

e. menerbitkan dan/atau melaksanakan transaksi Surat Berharga untuk


kepentingan Bank dan/atau Nasabah;

f. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan Surat Berharga;

g. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;

h. melakukan kegiatan pengalihan piutang;

i. melakukan kegiatan Penitipan barang dan Surat Berharga; dan

j. melakukan kegiatan lainnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

Selain melakukan kegiatan usaha di atas, Bank Umum dapat:

a. melakukan kegiatan penyertaan modal pada LJK dan/atau perusahaan


lain yang mendukung industri Perbankan dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan;

b. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara di luar LJK untuk


mengatasi akibat kegagalan Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya;

c. bertindak sebagai pendiri Dana Pensiun dan pengurus Dana Pensiun


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Dana Pensiun; dan/atau

d. melakukan kerja sama dengan LJK lain dan kerja sama dengan selain IJK
dalam pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah.

Booklet Perbankan Indonesia 31


Dalam melaksanakan kegiatan usaha di Mikro, Kecil, dan Menengah, pembiayaan
atas, Bank Umum dapat memanfaatkan inklusif, dan/ atau pembiayaan
teknologi informasi dan/atau beroperasi berkelanjutan. Pengaturan mengenai
sebagai Bank digital. Ketentuan lebih kewajiban penyaluran Kredit atau
lanjut mengenai pemanfaatan teknologi Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
informasi diatur dalam Peraturan dilakukan melalui koordinasi Otoritas
Otoritas Jasa Keuangan. Ketentuan Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.
lebih lanjut mengenai Bank digital diatur Bank Umum dapat bekerja sama
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dengan BPR dalam penyaluran Kredit
setelah dikonsultasikan dengan DPR. atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syariah bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Bank Umum wajib menyalurkan Kredit Menengah sesuai ketentuan Otoritas
atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jasa Keuangan.
Syariah untuk sektor tertentu, Usaha

2. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah


dan Unit Usaha Syariah meliputi:

a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan,


Deposito, Sertifikat Deposito, atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan Akad yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
g. melakukan Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

32 Booklet Perbankan Indonesia


h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu Pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah;
i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip
Syariah, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah
kafalah, atau hawalah;
j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
Pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan
Prinsip Syariah;
l. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
Akad berdasarkan Prinsip Syariah;
m. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah (khusus BUS);
n. melakukan aktivitas di bidang sistem pembayaran;
o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah
(khusus BUS);
p. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah;
q. melakukan kegiatan pengalihan piutang (khusus BUS); dan
r. melakukan kegiatan lain di bidang Perbankan Syariah dan/atau di bidang
sosial dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Selain kegiatan usaha di atas, BUS dan UUS dapat:


a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau LJK
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah (khusus BUS);
c. melakukan kegiatan penyertaan modal pada lembaga nonkeuangan yang
mendukung industri Perbankan Syariah yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (khusus BUS);

Booklet Perbankan Indonesia 33


d. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya;
e. bertindak sebagai pendiri dan pengurus Dana Pensiun berdasarkan Prinsip Syariah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Dana Pensiun
(khusus BUS);
f. melakukan kegiatan dalam Pasar Modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Pasar Modal;
g. menyelenggarakan kegiatan atau produk Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
dengan menggunakan sarana elektronik;
h. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek
berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
Pasar Uang;
i. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang
berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
Pasar Modal (khusus BUS);
j. melakukan kerja sama dengan LJK lain dan kerja sama dengan selain IJK dalam
pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah; dan
k. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya
berdasarkan Prinsip Syariah.

Dalam melaksanakan kegiatan usaha di atas, Bank Umum Syariah dan UUS dapat
memanfaatkan teknologi informasi dengan ketentuan lebih lanjut mengenai
pemanfaatan teknologi informasi diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam melaksanakan kegiatan usaha di atas, Bank Umum Syariah dapat beroperasi
sebagai Bank digital dengan ketentuan lebih lanjut mengenai Bank digital diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan setelah dikonsultasikan dengan DPR.

Bank Umum Syariah dan UUS wajib menyalurkan Pembiayaan untuk sektor tertentu,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pembiayaan inklusif, dan/atau pembiayaan
berkelanjutan. Pengaturan mengenai kewajiban penyaluran Pembiayaan dilakukan
melalui koordinasi Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.

2. BUS dan UUS dilarang:


a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;

34 Booklet Perbankan Indonesia


c. melakukan penyertaan modal, kecuali:
1. melakukan kegiatan penyertaan modal pada BUS atau Lembaga Keuangan
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan
kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya (khusus untuk BUS); dan

2. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat


kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya (khusus untuk UUS).
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk
asuransi syariah.

Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12


Januari 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dilarang:


a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di Pasar Modal;

c. melakukan penyertaan modal, kecuali:

1. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau LJK
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah (khusus BUS);

2. melakukan kegiatan penyertaan modal pada lembaga nonkeuangan yang


mendukung industri Perbankan Syariah yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (khusus BUS);

3. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat


kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya.

d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali memasarkan produk asuransi


dalam rangka kerja sama dengan LJK lain dalam pemberian layanan jasa
keuangan kepada Nasabah; dan

e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha BUS dan UUS sebagaimana
tercantum dalam bagian Kegiatan Usaha BUS dan UUS.

Booklet Perbankan Indonesia 35


3. Kegiatan Usaha BPR meliputi:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan berupa


Tabungan dan Deposito berjangka dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan;
b. menyalurkan dana dalam bentuk Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan
Prinsip Syariah;
c. melakukan kegiatan transfer dana baik untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan Nasabah;
d. menempatkan dana pada Bank lain, meminjam dana dari Bank lain, atau
meminjamkan dana kepada Bank lain;
e. melakukan kegiatan usaha penukaran valuta asing;
f. melakukan penyertaan modal pada lembaga penunjang BPR sesuai dengan
pembatasan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. melakukan kerja sama dengan LJK lain dan kerja sarna dengan selain LJK
dalam pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah;
h. melakukan kegiatan pengalihan piutang; dan/atau
i. melakukan kegiatan lainnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

Dalam melaksanakan kegiatan dapat melakukan penawaran umum di


usaha di atas, BPR dan BPRS dapat bursa efek dengan syarat dan ketentuan
memanfaatkan teknologi informasi. yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Terkait kepemilikan, BPR dan BPRS

36 Booklet Perbankan Indonesia


3. Bank Perkreditan Rakyat dilarang:
a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;
b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
c. melakukan penyertaan modal;
d. melakukan usaha perasuransian;
e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha yang tercantum dalam bagian
Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat.

Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12


Januari 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

BPR dilarang:
a. menerima Simpanan berupa Giro;

b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali kegiatan usaha penukaran
valuta asing;

c. melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan penyertaan modal pada


lembaga penunjang BPR sesuai dengan pembatasan yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. membeli Surat Berharga, kecuali yang diterbitkan oleh Bank Indonesia,


Pemerintah, atau Pemerintah Daerah;

e. melakukan usaha perasuransian, kecuali memasarkan produk asuransi dalam


rangka kerja sama dengan LJK lain dalam pemberian layanan jasa keuangan
kepada Nasabah; dan

f. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana tercantum dalam


bagian Kegiatan Usaha BPR.

Booklet Perbankan Indonesia 37


4. Kegiatan Usaha BPR Syariah meliputi:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:


1. Simpanan berupa Tabungan, 2. Investasi berdasarkan Akad
Deposito, atau bentuk lainnya mudharabah atau Akad lain
yang dipersamakan dengan itu yang tidak bertentangan dengan
berdasarkan Akad yang tidak Prinsip Syariah;
bertentangan dengan Prinsip
Syariah; dan

b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:


1. Pe m b i aya a n bagi hasil 4. Pembiayaan penyewaan barang
berdasarkan Akad mudharabah bergerak atau tidak bergerak
atau musyarakah; kepada Nasabah berdasarkan
Akad ijarah atau sewa beli
2. Pembiayaan berdasarkan
dalam bentuk ijarah muntahiya
Akad murabahah, salam, atau
bittamlik; dan
istishna’;
5. p e n g a m b i l a l i h a n utang
3. Pembiayaan berdasarkan Akad
berdasarkan Akad hawalah;
qardh;

c. menempatkan dana dan menerima penempatan dana dari Bank


Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad wadi’ah atau
Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. melakukan kegiatan transfer dana baik untuk kepentingan sendiri maupun


untuk kepentingan Nasabah;

e. melakukan kegiatan pengalihan piutang; dan/atau

f. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya


yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan.

Selain kegiatan usaha di atas, BPR Syariah dapat:


a. melakukan kerja sama dengan LJK lain serta kerja sama dengan selain LJK
dalam pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah;
b. melakukan kegiatan usaha penukaran valuta asing; dan
c. melakukan penyertaan modal pada lembaga penunjang BPR Syariah sesuai
dengan pembatasan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

38 Booklet Perbankan Indonesia


4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menerima Simpanan berupa Giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;
c. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin Bank Indonesia;
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk
asuransi syariah;
e. melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah; dan
f. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha yang tercantum dalam bagian Kegiatan
Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12


Januari 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:

BPRS dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. menerima Simpanan berupa Giro;

c. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali kegiatan usaha penukaran
valuta asing;

d. melakukan kegiatan usaha Perasuransian, kecuali memasarkan produk asuransi


dalam rangka kerja sama dengan LJK lain dalam pemberian layanan jasa
keuangan kepada Nasabah;

e. melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan penyertaan modal pada


lembaga penunjang BPR Syariah sesuai dengan pembatasan yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. membeli surat berharga, kecuali yang diterbitkan oleh Bank Indonesia,


Pemerintah, atau Pemerintah Daerah; dan

g. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana tercantum dalam


bagian Kegiatan Usaha BPR Syariah.

Booklet Perbankan Indonesia 39


A. Kewenangan OJK
terhadap Industri Perbankan
B. Pengawasan Bank
C. Pemeriksaan Khusus
Tindak Pidana Perbankan
(Riksus Tipibank)

40 Booklet Perbankan Indonesia


Booklet Perbankan Indonesia 41
A. Kewenangan OJK terhadap
Industri Perbankan
Sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU
OJK), sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang
Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), untuk melaksanakan
tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) memiliki kewenangan, yaitu:

1. Kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan


(right to license)
Kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan (right to license) dan
pendirian suatu bank, meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha
bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,
pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian
izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

2. Kewenangan untuk menetapkan ketentuan


(right to regulate)
Kewenangan untuk menetapkan ketentuan (right to regulate) yang
menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan
perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.

42 Booklet Perbankan Indonesia


3. Kewenangan untuk mengawasi (right to supervise)
Kewenangan untuk mengawasi meliputi:

a. Pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari


pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau
tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk
mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank; dan
b. Pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui
alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan
hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya.

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi


(right to impose sanction)
Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu
kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi
ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi
sesuai dengan asas perbankan yang sehat.

5. Kewenangan untuk melakukan penyidikan


(right to investigate)
Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate), yaitu
kewenangan untuk melakukan penyidikan di Sektor Jasa Keuangan (SJK),
termasuk perbankan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (RI) dan pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan OJK.
Hasil penyidikan disampaikan kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan.

6. Kewenangan untuk melakukan pelindungan konsumen


(right to protect)
Kewenangan untuk melakukan pelindungan konsumen (right to protect),
yaitu kewenangan untuk melakukan pelindungan konsumen dalam bentuk
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, pelayanan pengaduan
konsumen, dan pembelaan hukum.

Booklet Perbankan Indonesia 43


B. Pengawasan Bank
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini OJK melaksanakan
pengawasan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu:

1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan/Compliance


Based Supervision
yaitu pemantauan kepatuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan yang
terkait dengan operasi dan pengelolaan bank di masa lalu dengan tujuan
untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik
dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian. Pengawasan terhadap
pemenuhan aspek kepatuhan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan pengawasan bank berdasarkan Risiko; dan

2. Pengawasan Berdasarkan Risiko/Risk Based Supervision


yaitu pengawasan bank yang menggunakan strategi dan metodologi
berdasarkan risiko yang memungkinkan pengawas bank dapat
mendeteksi risiko yang signifikan secara dini dan mengambil tindakan
pengawasan yang sesuai dan tepat waktu.

44 Booklet Perbankan Indonesia


Pengawasan/pemeriksaan bank
Pengawasan/pemeriksaan dilakukan
bank terhadap
dilakukan jenis-jenis
terhadap risiko dirisiko
jenis-jenis bawahdi ini.
bawah ini.

Risiko Kredit
Disebabkan karena kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.

Risiko Pasar
Disebabkan adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement)
dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank,
antara lain suku bunga dan nilai tukar.

Risiko Likuiditas
Rp Disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo.

Risiko Operasional
Disebabkan adanya ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem
eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

Risiko Stratejik
Disebabkan ketidaktepatan bank dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Risiko Kepatuhan
Disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

Risiko Hukum
Disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis antara lain adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan.

Booklet Perbankan Indonesia 45


Risiko Reputasi
Disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan
usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

Risiko Imbal Hasil


Disebabkan perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank
kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.

Risiko Transaksi Intra-Grup


Disebabkan ketergantungan suatu entitas baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap entitas lainnya dalam satu konglomerasi
keuangan dalam rangka pemenuhan kewajiban perjanjian tertulis
maupun tidak tertulis baik yang diikuti perpindahan dana dan/atau tidak
diikuti perpindahan dana.

Risiko Investasi
Disebabkan bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang
dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan
metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit
and loss sharing.

Risiko Asuransi
Disebabkan kegagalan perusahaan asuransi memenuhi kewajiban
kepada pemegang polis sebagai akibat dari ketidakcukupan proses
seleksi Risiko (underwriting), penetapan premi (pricing), penggunaan
reasuransi, dan/atau penanganan klaim.

Gambar Jenis-jenis Risiko yang Digunakan dalam Penerapan Risk Based Supervision pada
Perbankan dan Konglomerasi

46 Booklet Perbankan Indonesia


No Jenis Risiko BUK BUS/UUS Konglomerasi

1 Risiko Kredit V V

2 Risiko Pasar V V V

3 Risiko Likuiditas V V V

4 Risiko Operasional V V V

5 Risiko Hukum V V V

6 Risiko Reputasi V V V

7 Risiko Stratejik V V V

8 Risiko Kepatuhan V V V

9 Risiko Imbal
Risiko Imba Hasil
Hasil - V -

10 Risiko Investasi - V -

11 Risiko
Risiko Transaksi
transaksi
Intra-Grup
intra-grup - - V

12 Risiko Asuransi - - V

Tabel 2.1. Matriks Jenis Risiko yang Digunakan dalam Penerapan


Risk Based Supervision pada Perbankan dan Konglomerasi

C. Pemeriksaan Khusus
Tindak Pidana Perbankan
(Riksus Tipibank)
Bank sebagai lembaga intermediasi sering digunakan sebagai sarana dan/
atau sasaran untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, atau kelompok tertentu
secara melawan hukum yang pada akhirnya dapat mengakibatkan bank
mengalami permasalahan struktural. Perbuatan tersebut dapat dilakukan
baik oleh Komisaris, Direksi, pegawai, pihak terafiliasi, pemilik/pemegang
saham bank, atau pihak lain.

Booklet Perbankan Indonesia 47


Dampak paling parah apabila perbuatan
tersebut dibiarkan adalah menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem
perbankan.

Dalam melaksanakan tugas pengawasan bank dan/atau dari pihak lain. Dalam
bank, OJK dapat menemukan hal diperlukan penanganan lebih lanjut
Penyimpangan Ketentuan Perbankan dengan riksus tipibank, maka akan
(PKP), baik yang bersifat administratif dilakukan riksus tipibank terhadap
maupun yang memiliki indikasi anggota dewan komisaris, direksi,
Tindak Pidana Perbankan (tipibank). pegawai bank, pemegang saham, pihak
Penanganan PKP yang berindikasi terafiliasi yang menjadikan bank sebagai
tipibank perlu dilakukan dengan hati- sarana dan/atau sasarannya. OJK juga
hati guna menghindari dampak yang memiliki kewenangan untuk memberikan
mampu mempengaruhi reputasi bank sanksi administratif kepada bank sesuai
dan demi terciptanya sistem perbankan dengan peraturan perundang-undangan
yang sehat guna mendukung stabilitas yang berlaku.
sistem keuangan. Metodologi riskus tipibank yang dilakukan
Informasi PKP yang berindikasi tipibank untuk mengetahui penyimpangan yang
dapat berasal dari hasil pengawasan terjadi, antara lain:

Klarifikasi/ Pengumpulan
wawancara dengan dokumen pendukung
bank/pihak terkait. tambahan dugaan
tipibank

01 03
02 04
Penelitian dokumen Pemeriksaan on
pendukung dan informasi the spot atas objek
awal dalam identifikasi pemeriksaan
dugaan tipibank.

Gambar 2.1 Langkah Metodologi Kasus Tipibank

48 Booklet Perbankan Indonesia


Jenis PKP yang berindikasi tipibank berdasarkan Pasal 46 s.d. 50C sesuai UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No. 4 Tahun 2023 tentang P2SK, atau Pasal 59 s.d. 66C sesuai UU No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 4 Tahun 2023 tentang P2SK, antara lain yaitu:

• membuat atau menyebabkan adanya


pencatatan palsu, atau menghilangkan,
tidak memasukkan, atau menyebabkan
tidak dilakukannya pencatatan dalam
pembukuan, atau mengubah, mengaburkan,
menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan
• memaksa bank/pihak terafiliasi atau dalam laporan, dokumen atau laporan
untuk memberikan keterangan kegiatan usaha, dan/atau laporan transaksi
terkait nasabah penyimpan dan atau rekening suatu Bank.
simpanannya tanpa perintah • meminta atau menerima, mengizinkan atau
tertulis atau izin dari OJK; menyetujui untuk menerima suatu imbalan,
• memberikan keterangan yang komisi, uang tambahan, pelayanan, uang,
wajib dirahasiakan dan/atau barang berharga, untuk keuntungan
pribadi atau untuk keuntungan keluarganya.
• tidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan
bank terhadap ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rahasia Kegiatan
Bank Usaha

Perizinan Pengawasan

• penghimpunan dana dari • kewajiban bank untuk menyampaikan


masyarakat dalam bentuk keterangan dan penjelasan mengenai usaha
simpanan tanpa izin dari OJK dan kewajibannya

Gambar 2.2 Contoh Jenis PKP yang Berindikasi Tipibank

Booklet Perbankan Indonesia 49


Dari hasil riksus tipibank tersebut apabila ditemukan adanya dugaan tipibank
yang dilakukan oleh anggota dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank, pemegang
saham, pihak terafiliasi, maka selanjutnya dilimpahkan kepada satuan kerja OJK yang
melakukan tugas penyelidikan dan penyidikan.

Sejak berlakunya UU P2SK, terdapat perluasan subjek dan perbuatan pada


Ketentuan Pidana pada UU Perbankan dan UU Perbankan Syariah:

Perluasan subjek pada “Setiap orang”


meliputi orang sebagai manusia maupun
korporasi atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum maupun yang
tidak berbentuk badan hukum.

Perluasan perbuatan meliputi perbuatan


pelanggaran maupun perbuatan turut
serta atau membantu perbuatan
pelanggaran.

50 Booklet Perbankan Indonesia


Apakah anda tahu mengenai produk publikasi
OJK?

Scan QR Code di atas


untuk mengakses SPI

Scan QR Code di atas


untuk mengakses SPS

Booklet Perbankan Indonesia 51


A. Arah Kebijakan OJK Tahun 2023 I. Sistem Informasi Dalam Rangka
Mendukung Tugas Pengawasan Bank
B. Basel Frame Work
J. KAP dan AP di Sektor Perbankan
C. Roadmap Industri Perbankan
K. ASEAN Banking Integration
D. Perkembangan Kinerja Perbankan Framework (ABIF)
sampai dengan Desember 2022
L. Asesmen Internasional
E. Layanan Informasi Perkreditan
M. Pelaksanaan Penyidikan Sektor
F. Aplikasi iBPR-S Jasa Keuangan

G. Credit Reporting System dan N. Pengawasan Terintegrasi dan


Sistem Informasi Perkreditan Konglomerasi Keuangan

H. Arah Pengembangan SLIK

52 Booklet Perbankan Indonesia


Booklet Perbankan Indonesia 53
A. Arah Kebijakan OJK Tahun 2023
Penguatan Sektor Jasa Keuangan Dalam
Menjaga Pertumbuhan Ekonomi
Dalam menyusun prioritas dan arah kebijakan OJK ke depan, OJK akan fokus
pada lima kebijakan dan inisiatif, yaitu:

1. Penguatan Sektor Jasa Keuangan


a. Penguatan permodalan dan konsolidasi, penguatan tata kelola industri,
inovasi produk dan layanan, serta penguatan pengawasan terintegrasi
dan tata kelola terhadap sektor perbankan.

b. Upaya peningkatan integritas, akuntabilitas dan kredibilitas terkait


pengelolaan investasi terhadap sektor pasar modal dan IKNB.

c. Diversifikasi sumber pendanaan di perusahaan pembiayaan.

d. Peningkatan pelindungan konsumen.

e. Penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa yang lebih efektif


dan efisien.

f. Penguatan fungsi gugatan perdata.

2. Menjaga Pertumbuhan Ekonomi dengan


Optimalisasi Peran Sektor Keuangan
a. Mendorong sumber pendanaan yang dioptimalkan melalui peningkatan
minat investor terhadap instrumen investasi berkelanjutan dan hijau serta
investasi Syariah di Indonesia.

b. Peningkatan daya tarik investasi pasar keuangan domestik.

c. Dukungan reformasi perekonomian dan program strategis pemerintah.

d. Percepatan perluasan akses keuangan kepada pelaku UMKM guna


mendukung program prioritas pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan dan mendorong pembangunan nasional.

54 Booklet Perbankan Indonesia


3. Peningkatan Layanan dan Penguatan Kapasitas OJK
a. Pemanfaatan Sistem Layanan Informasi Keuangan untuk memberikan
kesetaraan level of playing field antar industri jasa keuangan.

b. Mempercepat implementasi perizinan single window serta memberikan


layanan perizinan yang lebih cepat dan terintegrasi.

c. Memfasilitasi koordinasi industri jasa keuangan dengan otoritas dan


lembaga lain untuk menghindari duplikasi tindakan, kesetaraan standar
dan pelakuan, serta memberikan kepastian hukum di sektor keuangan.

d. Akselerasi pencegahan korupsi melalui penerapan Sistem Manajemen


Anti Penyuapan (SMAP), harmonisasi ketentuan dengan standar
internasional, pengelolaan data dan informasi terintegrasi, serta
pengembangan pengawasan berbasis teknologi, yaitu suptech dan
regtech.

4. Pelindungan Konsumen dan Investor


a. Penyelesaian secara cepat dan adil

b. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran

c. Penindakan investasi ilegal

d. Pembukaan posko pengaduan investasi ilegal di kantor OJK daerah.

5. Tindak Lanjut Implementasi Undang-Undang


Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan
a. Penataan landscape sektor keuangan Syariah melalui kebijakan
spin off dan konsolidasi.

b. Persiapan implementasi program penjaminan polis.

c. Penguatan pengawasan market conduct.

d. Perluasan kegiatan dan produk sektor jasa keuangan.

Booklet Perbankan Indonesia 55


B. Basel Frame Work
1. Implementasi Kerangka Permodalan Basel
Indonesia sebagai salah satu mengadopsi rekomendasi dari forum-
anggota forum G-20 serta forum- forum dimaksud. Dalam melakukan
forum internasional lainnya, proses adopsi berbagai rekomendasi
seperti Financial Stability Board tersebut, OJK tetap mempertimbangkan
(FSB) dan Basel Committee on berbagai faktor dan menyesuaikan
Banking Supervision (BCBS), telah dengan kondisi dan perkembangan
memberikan komitmen untuk industri perbankan di dalam negeri.

2. Evolusi Kerangka Permodalan Basel


Permodalan merupakan salah satu fokus utama otoritas pengawas bank dalam
melaksanakan prinsip kehati-hatian. BCBS mengeluarkan suatu konsep kerangka
permodalan yang menjadi standar secara internasional sebagai berikut:

a. Tahun 1988: mengeluarkan konsep permodalan serta perhitungan Aktiva Tertimbang


Menurut Risiko (ATMR) khusus untuk risiko kredit;

b. Tahun 1996: menyempurnakan komponen modal dengan menambahkan Tier 3 serta


perhitungan ATMR Risiko Pasar;

c. Tahun 2006: mengeluarkan dokumen International Convergence on Capital Measurement


and Capital Standard (A Revised Framework) atau lebih dikenal dengan Basel II;

d. Tahun 2009: mengeluarkan rekomendasi Basel 2.5 yang mencakup kerangka perhitungan
ATMR Risiko Pasar dengan menggunakan internal model, pengenaan beban modal untuk
transaksi sekuritisasi, aspek manajemen risiko untuk kompensasi, risiko konsentrasi, risiko
reputasi dan stress testing, valuasi atas seluruh eksposur yang dicatat berdasarkan fair
value, dan pengungkapan sekuritisasi;

e. Tahun 2010: dalam rangka merespon krisis keuangan global, BCBS mengeluarkan
rekomendasi peningkatan ketahanan bank, baik di level mikro maupun makro, yang dikenal
dengan kerangka Basel III.

1988 1996 2006 2009 2010


Basel I Penambahan Tier Basel II Basel 2.5 Basel III
(Konsep Permodalan 3 untuk Komponen
dan Perhitungan Modal
ATMR untuk Risiko Perhitungan ATMR
Kredit) untuk Risiko Pasar

Gambar 3.1. Evolusi Kerangka Permodalan Basel di Indonesia

56 Booklet Perbankan Indonesia


3. Implementasi Kerangka Basel di Indonesia
a. Kerangka Basel II (Pilar 1, Pilar 2, dan Pilar 3) di Indonesia telah diimplementasikan
secara penuh sejak Desember 2012. Beberapa ketentuan yang terkait dengan
implementasi Basel II tersebut antara lain sebagaimana ilustrasi berikut:

Basel II

Pilar 1. Pilar 2. Pilar 3.


Minimum Capital Supervisory Market
Requirement Review Process Discipline

PBI No. 10/15/PBI2008 PBI No. 14/14/PBI/2012


(POJK No. 34/POJK.03/2016) (POJK No. 34/POJK.03/2016)
PBI No. 14/18/PBI/2012
(POJK No. 34/POJK.03/2016)

Risiko Risiko Risiko


Kredit Pasar Operasional

Standarised Internal Basic Standarised Advance


Approach Rating Based Indicator Approach Measurement
Approach Approach Approach

SEBI No. 13/6/DPNP SEBI No. 11/3/DPNP


(SEOJK No.24/SEOJK.03/2021) (SEOJK No.6/SEOJK.03/2020)

Standarised Internal
Approach Model
Keterangan:
SEBI No. 9/33/DPNP SEBI No. 9/31/DPNP Sudah diimplementasikan
(SEOJK No.23/SEOJK.03/2022) (Telah Dicabut) Belum diimplementasikan

Gambar 3.2. Implementasi Kerangka Basel II di Indonesia

b. Kerangka Basel 2.5 Dalam rangka penerapan kerangka remunerasi di Indonesia


sebagai salah satu bagian kerangka Basel 2.5, OJK telah menerbitkan POJK Nomor
45/POJK.03/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam
Pemberian Remunerasi. Lebih lanjut, OJK juga melakukan penyempurnaan atas
Consultative Paper (CP) Basel 2.5 tahun 2013 dengan menerbitkan CP mengenai
Sekuritisasi pada Januari 2016.

Booklet Perbankan Indonesia 57


c. Kerangka Basel III

1) Kerangka Permodalan
Pada tanggal 12 Desember 2013 telah diterbitkan PBI Nomor 15/12/
PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
yang terakhir disempurnakan dengan POJK Nomor 34/POJK.03/2016
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Ketentuan
tersebut mengatur mengenai, antara lain:

a. peningkatan kualitas permodalan melalui perubahan komponen dan


persyaratan instrumen modal sesuai dengan kerangka Basel III;

b. kewajiban penyediaan rasio permodalan yang terdiri dari rasio modal


inti paling rendah sebesar 6% dari ATMR dan rasio modal inti utama
paling rendah sebesar 4,5% dari ATMR; dan

c. kewajiban pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer)


di atas kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko.

Implementasi atas ketentuan Basel III tersebut dilakukan secara bertahap


sejak 2014 hingga implementasi penuh pada 2019, dengan pentahapan
implementasi sebagai berikut:

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Regulation
Published
Tier 1 : 6%
CET : 4,5%
Basel
Capital
Component

Conversation Buffet

Countercycle Buffer

Capital Surcharge D-SIB (1-2,5%)

Gambar 3.3. Kerangka Permodalan Basel III di Indonesia

58 Booklet Perbankan Indonesia


2) Kerangka Likuiditas
Selain kerangka permodalan, Basel Rasio Kecukupan Likuiditas/Liquidity
III juga memperkenalkan dua standar Coverage Ratio (LCR) merupakan
yang berlaku secara internasional untuk ukuran likuiditas yang bertujuan untuk
mengukur level minimum likuiditas meningkatkan ketahanan likuiditas
tertentu yang harus dipelihara oleh bank jangka pendek bank dengan memelihara
sebagai antisipasi dalam menghadapi aset likuid berkualitas tinggi/High Quality
krisis, yaitu Rasio Kecukupan Likuiditas/ Liquid Asset (HQLA) yang cukup untuk
Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Rasio menutupi jumlah arus kas bersih dalam
Pendanaan Stabil Bersih/Net Stable 30 hari ke depan.
Funding Ratio (NSFR).

Dalam rangka implementasi


LCR di Indonesia, OJK telah
menerbitkan POJK Nomor 42/
POJK.2015 tentang Kewajiban
Pemenuhan LCR bagi Bank
Umum pada Desember 2015.

Sesuai dengan POJK yang berlaku, meningkatkan ketahanan likuiditas jangka


kewajiban pemenuhan LCR dilakukan panjang bank dengan mensyaratkan bank
secara bertahap sejalan dengan timeline untuk mendanai kegiatannya dengan
BCBS, yaitu sejak tanggal 31 Desember pendanaan yang stabil melebihi jumlah
2015 dengan rasio minimum 70% sampai yang diperlukan selama periode stress
dengan 31 Desember 2018 dengan rasio dalam satu tahun. OJK telah menerbitkan
100% (setiap tahun meningkat sebesar POJK Nomor 50/POJK.03/2017 tentang
10%). Kewajiban Pemenuhan NSFR bagi Bank
Umum pada bulan Juli 2017. Sesuai
Rasio Pendanaan Stabil Bersih/Net
timeline BCBS, implementasi NSFR
Stable Funding Ratio (NSFR) merupakan
dimulai sejak 1 Januari 2018.
ukuran likuiditas yang bertujuan untuk

3) Finalisasi Reformasi Basel III Post-crisis Reforms yang merupakan


(Finalising post-crisis reforms) penyempurnaan dari Basel III. Dokumen
Pada bulan Desember 2017, BCBS tersebut merevisi sejumlah standar
menerbitkan dokuman Basel III: Finalising yang termasuk dalam Pilar 1 (minimum

Booklet Perbankan Indonesia 59


capital requirement), yaitu: Risiko Kredit 4) Kerangka Leverage
Pendekatan Standar, Internal Rating Sebagai upaya untuk membatasi
Based (IRB), Credit Valuation Adjustment pembentukan leverage yang berlebihan
(CVA), Risiko Operasional, Risiko Pasar, pada sistem perbankan, BCBS juga
Leverage Ratio, dan Output Floor. memperkenalkan rasio tambahan, yaitu
Reformasi Basel III semula diharapkan leverage ratio sebagai suatu non-risk
dapat diimplementasikan seluruhnya based approach yang melengkapi rasio
paling lambat tanggal 1 Januari 2022. permodalan sesuai profil risiko yang
Namun sebagai respons terhadap telah berlaku. Hal ini untuk menghindari
pandemi COVID-19, BCBS memutuskan terjadinya proses deleveraging yang
penundaan implementasi Basel III dari memburuk yang dapat membahayakan
semula 1 Januari 2022 menjadi 1 Januari keseluruhan sistem keuangan dan
2023. perekonomian.

Meningkatkan kualitas dan kuantitas modal dengan:


Basel III -
Initial Phase • Memperketat definisi instrumen keuangan yang dapat digolongkan
sebagai Modal (Common Equity Tier (CET) 1. Additional Tier (AT) 1,
Tier 2)
Tahun 2010: standar • Minimum CAR tetap 8% dengan penambahan kewajiban buffer: (i)
“Basel III: A global Conservation Buffer, (ii) Countercylinical Capital Buffer, (iii) Capital
regulatory framework for Charge G-SIB dan D-SIB
more resillient banks and
banking systems” • Penambahan fitur Capital Loss Absorption at the Point of Non-Viabillity
(PONV)

• Standar persyaratan rasio likuiditas minimum: Liquidity Coverage Ratio


Other Basel III (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR)
Standards • Pengaturan mengenai Leverage Ratio sebagai additional non-risk based
measure
• Pengaturan penyediaan dana besar i.e Large Exposures Frameworks
Tahun 2010-2017:
BCBS menerbitkan • Kerangka mengenai perlakuan modal atas kepemilikan instrumen Total
standar lainnya Loss-Absorbing Capacity (TLAC) i.e. TLAC Holdings
• Pengaturan terkait dengan Central Clearing Counterparty (CCP)
• Pengungkapan kepada Publik i.e. Revised Pillar 3 Disclosure
Requirements

Tahun 2017: standar “Basel III: Finaslising post-crisis reforms”


Basel III - • Revised Credit Risk
Post Crisis • Revised Credit Valuation Adjustment (CVA) Risk
Reforms • Revised Operational Risk
• Revised Market Risk (versi final diterbitkan awal tahun 2019)

Gambar 3.4. Gambar Perkembangan Standar Basel III

Minimum Leverage Ratio (LR) yang harus dipenuhi adalah sebesar 3% yang dihitung
dengan membagi modal inti (Tier 1) dengan total eksposur bank (tanpa berisiko
tertimbang).

60 Booklet Perbankan Indonesia


4. Regulatory Consistency Assessment Program (RCAP)
RCAP merupakan proses penilaian yang Kerangka permodalan (capital) dan
dilakukan oleh BCBS yang dimaksudkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) Indonesia
untuk melihat konsistensi regulasi telah melalui proses penilaian RCAP
perbankan yang dikeluarkan oleh pada tahun 2016, dimana BCBS telah
otoritas suatu negara dengan standar menetapkan nilai Compliant (C) untuk
perbankan internasional yang diterbitkan RCAP LCR dan Largely Compliant (LC)
oleh BCBS. Proses RCAP dilakukan untuk RCAP Capital. Selanjutnya pada
terhadap seluruh negara anggota BCBS tahun 2020, BCBS telah menetapkan
(28 yurisdiksi), termasuk Indonesia. nilai Compliant (C) untuk RCAP kerangka
Large Exposures dan NSFR di Indonesia.

C. Roadmap Industri Perbankan


1. Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia
Perbankan nasional terus mengalami
pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir.
Namun kedepan, perbankan nasional diiringi dengan perubahan perilaku
masih menghadapi sejumlah ekonomi masyarakat, kebutuhan
tantangan baik yang bersifat jangka pendanaan pembangunan nasional
pendek maupun struktural yang jangka menengah yang cukup besar,
perlu diatasi. Dalam jangka pendek, pasar keuangan yang masih relatif
ketidakpastian berakhirnya pandemi dangkal, pembiayaan pembangunan
Covid-19 masih membayangi proses berkelanjutan yang belum memadai,
pemulihan perekonomian yang dapat perbankan syariah yang belum optimal
mempengaruhi kinerja perbankan. dalam mendukung pertumbuhan
Selain itu, terdapat sejumlah ekonomi syariah, dan akses dan
tantangan struktural perbankan yang edukasi keuangan yang masih perlu
masih harus dihadapi terkait skala ditingkatkan. Berbagai tantangan
usaha dan daya saing yang masih tersebut perlu direspon secara cermat
rendah, perkembangan ekonomi dan tepat melalui kolaborasi yang erat
dan keuangan digital yang pesat oleh seluruh pemangku kepentingan.

Booklet Perbankan Indonesia 61


Tantangan Perbankan Indonesia
Tantangan tersebut dapat dirangkum dalam empat hal yaitu :

Struktur perbankan nasional saat Perubahan ekosistem dan


ini masih didominasi populasi bank- ekspektasi stakeholder terhadap
bank dengan skala usaha kecil dan layanan digital yang semakin masif
berdaya saing rendah. terlebih di masa pandemi Covid-19.

62 Booklet Perbankan Indonesia


Ekspektasi pemerintah dan Tuntutan kepada regulator terkait
masyarakat terhadap sektor jasa pembenahan internal, baik dari
keuangan terutama perbankan sisi pengaturan, pengawasan dan
dalam pemulihan ekonomi juga perizinan sehingga dapat
nasional. lebih agile, adaptif dan mampu
mendukung ekosistem baru
industri perbankan.

Gambar 3.5. Tantangan Perbankan Indonesia

Booklet Perbankan Indonesia 63


1) Arah Kebijakan Pengembangan Perbankan 2020-2025
Untuk menghadapi berbagai tantangan baik jangka pendek maupun tantangan
struktural secara bertahap dalam rentang waktu enam tahun, OJK telah menyiapkan
Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020 – 2025 (RP2I).

Informasi lebih lengkap sebagaimana


tautan di bawah ini atau Scan QR Code :

RP2I disusun sebagai upaya untuk ditujukan untuk mengoptimalkan peran


merespon berbagai dinamika yang terjadi perbankan dalam mempercepat proses
di perbankan nasional pasca pandemi dan pemulihan ekonomi nasional akibat
perubahan landscape yang menyertainya. dampak pandemi Covid-19.
Arah pengembangan jangka pendek

64 Booklet Perbankan Indonesia


Arah pengembangan struktural ditujukan untuk memperkuat perbankan nasional
sehingga memiliki daya tahan (resiliensi) yang lebih baik, daya saing yang lebih
tinggi, dan kontribusi yang lebih optimal terhadap perekonomian nasional. RP2I ini
berisikan 4 pilar utama yaitu:

1. Penguatan struktur dan keunggulan


kompetitif perbankan nasional.

Perbankan dengan struktur yang


sehat dan memiliki keunggulan
ko m p et i t i f ya n g memadai
merupakan syarat utama dalam
mendorong pertumbuhan
perekonomian yang optimal dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Struktur perbankan yang sehat dibutuhkan agar perbankan mampu


menghadapi berbagai tekanan yang mungkin timbul dari gejolak
perekonomian. Daya saing yang tinggi juga diperlukan untuk mengatasi
semakin ketatnya kompetisi di level global, regional, maupun domestik.
Untuk itu, pengembangan perbankan nasional ke depan fokus dalam
upaya penguatan struktur dan keunggulan kompetitif perbankan
melalui beberapa hal utama yaitu peningkatan permodalan, akselerasi
konsolidasi dan penguatan kelompok usaha bank, penguatan daya saing
melalui penerapan tata kelola dan efisiensi, serta dorongan inovasi
produk & layanan melalui percepatan perizinan.

Booklet Perbankan Indonesia 65


2. Akselerasi transformasi digital.

Seiring dengan perkembangan pesat ekonomi


digital, perkembangan teknologi sedemikian
pesat telah mendisrupsi berbagai sektor termasuk
perbankan. Perkembangan teknologi telah
mengubah perilaku konsumen dan memunculkan
pesaing baru dari luar sektor perbankan antara
lain fintech.
Seiring dengan perubahan teknologi perusahaan digital terkait. Selain
yang semakin pesat dan persaingan itu, transformasi digital perbankan
yang semakin ketat, perbankan juga perlu didorong untuk menuju
harus siap untuk mengantisipasi advanced digital bank. Dengan
perubahan yang terjadi melalui akselerasi transformasi digital,
akselerasi transformasi digital. perbankan diharapkan dapat
RP2I mengarahkan perbankan untuk menjadi lebih efisien dan mampu
dapat mempercepat akselerasi memaksimalkan pelayanannya
transformasi digital. Secara umum, kepada seluruh lapisan masyarakat
strategi yang ditempuh dalam di Indonesia.
mendukung hal tersebut dilakukan
dengan cara memperkuat tata kelola
dan manajemen risiko teknologi
informasi; mengadopsi information
technology game changers
(a.l. Application Programming
Interface (API), Cloud, Blockchain,
dan Artificial Intelligence (AI);
dan melakukan kerjasama terkait
teknologi informasi baik antara satu
bank dengan bank lainnya, bank
dengan lembaga jasa keuangan
lainnya termasuk penyelenggara
i n o va s i ke u a n g a n digital,
maupun bank dengan berbagai

66 Booklet Perbankan Indonesia


3. Penguatan peran perbankan
terhadap ekonomi nasional.

Perbankan nasional memiliki peranan penting


dalam perekonomian mulai dari menjaga
stabilitas sistem keuangan hingga mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan kesejahteraan.
Perbankan dituntut untuk turut berperan aktif untuk mencapai
pertumbuhan perekonomian yang tinggi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, RP2I
mengarahkan perbankan pada berbagai upaya untuk mengoptimalkan
peran perbankan dalam pembiayaan ekonomi; pendalaman pasar
keuangan; pembangunan ekonomi Syariah; peningkatan akses dan
edukasi keuangan; serta pembiayaan berkelanjutan.

4. Penguatan Pengaturan, Pengawasan dan Perizinan.

Berbagai upaya arah pengembangan


perbankan tidak akan berjalan secara
optimal untuk mencapai tujuan jika
hanya dilakukan oleh perbankan.
Di sisi lain, dampak pandemi dan
perubahan ekosistem eksternal
yang masif menuntut reformasi
internal, baik dari sisi pengaturan,
pengawasan maupun perizinan.

Gambar 3.6. Regulatory Triangle

Untuk itu, OJK perlu mengimbangi pengembangan industri perbankan


dengan melakukan berbagai transformasi yang diperlukan. Pengaturan perlu
diarahkan pada pola principle based, adaptif terhadap perubahan landscape
dan ekosistem perbankan serta berorientasi forward-looking agar lebih agile.
Prinsip ini ditujukan untuk memberikan ruang inovasi bagi industri agar

Booklet Perbankan Indonesia 67


lebih berkembang tentunya tanpa mengesampingkan aspek prudential. Di samping itu,
diperlukan perubahan proses perizinan yang lebih cepat dan transparan serta perubahan
pola pengawasan yang lebih efektif dan efisien melalui pemanfaatan teknologi informasi.

Konstruksi Roadmap
Pengembangan
Perbankan Indonesia
2020-2025

Gambar 3.7.
Konstruksi Roadmap
Pengembangan Perbankan
Indonesia 2020-2025

Kunci keberhasilan dalam penerapan pilar-pilar tersebut adalah tersedianya perangkat


pendukung atau enablers. Enablers tersebut terdiri dari kuantitas dan kualitas SDM yang
memadai terutama di bidang teknologi informasi; kapabilitas teknologi informasi dan
layanan internet yang baik dan merata di seluruh Indonesia; serta kolaborasi dan kerjasama
yang erat diantara seluruh pemangku kepentingan

68 Booklet Perbankan Indonesia


2) Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan
Dalam rangka menghadapi perubahan lingkungan perbankan sebagai akibat
perkembangan teknologi informasi, OJK telah berkomitmen mendorong percepatan
digitalisasi pada perbankan. Salah satu upaya menciptakan gambaran yang lebih
konkret atas berbagai inisiatif dalam mendorong akselerasi transformasi digital pada
perbankan, OJK telah menyiapkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan.

Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan


disusun sebagai suatu kebijakan dalam upaya
mempercepat transformasi digital pada perbankan
dan mengedepankan prinsip keseimbangan antara
inovasi digital perbankan dan aspek prudensial
untuk menjaga kinerja perbankan dalam kondisi
sehat (prudent, safe and sound banking).

Selain itu, Cetak Biru ini turut mengusung prinsip technology neutral, yaitu tidak
mengatur aspek teknis terkait teknologi.

Cetak biru ini berfokus pada 5 (lima) elemen utama yang akan memberikan kebijakan
digitalisasi untuk perbankan, yaitu meliputi pedoman implementasi:

1. Data
Dengan berkembangnya pemanfaatan teknologi informasi, maka
pengumpulan, pemrosesan, dan pemindahan data akan semakin
mudah dilakukan. Pertukaran data akan semakin marak dilakukan
seiring perkembangan open banking dengan memanfaatkan teknologi
Application Programming Interface (API). Namun demikian, perbankan
perlu berhati-hati terhadap data nasabah yang dimilikinya. Sejumlah
elemen krusial terkait data yaitu pelindungan data, pengaturan
pertukaran data (data transfer), dan tata kelola data pada perbankan
menjadi hal-hal yang penting. Implementasi yang baik atas elemen-
elemen tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
perbankan di era digital.

Booklet Perbankan Indonesia 69


2. Teknologi
Teknologi terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan inovasi
yang sedemikian pesat. Hal ini menyebabkan fokus pada suatu teknologi
tertentu akan menjadi hal yang cepat usang. Namun demikian, sejumlah
aspek yang sangat mempengaruhi pemilihan, pemanfaatan, dan pengelolaan
teknologi cenderung tidak banyak mengalami perubahan sehingga perlu
diimplementasi secara baik. Aspek tersebut meliputi tata kelola teknologi
informasi, arsitektur teknologi informasi, dan prinsip adopsi teknologi informasi.

3. Manajemen risiko
Pemanfaatan teknologi informasi membawa suatu risiko tersendiri bagi
perbankan. Beberapa risiko yang biasanya muncul pada saat penggunaan
teknologi informasi, yaitu adanya serangan siber yang dapat mengganggu
kinerja dari teknologi informasi, serangan cracker/hacker yang dapat
mengacaukan sistem bahkan sampai mencuri data rahasia suatu perusahaan,
kesalahan dan kerusakan sistem pendukung seperti jaringan listrik putus,
dan lain sebagainya. Untuk itu, perbankan perlu menerapkan secara efektif
manajemen risiko teknologi informasi guna memitigasi berbagai risiko tersebut.
Sejalan dengan ini, perbankan perlu juga menerapkan keamanan siber secara
memadai. Selain itu, perbankan juga perlu menerapkan manajemen alih
daya (outsourcing) yang baik dalam hal menggunakan pihak ketiga untuk
menyediakan teknologi informasi.

4. Kolaborasi
Perkembangan teknologi menyebabkan terbentuknya ekosistem baru yang
bersifat digital dengan Bank menjadi salah satu pemain dalam ekosistem
tersebut. Kemitraan atau kolaborasi Bank dengan pemain dalam ekosistem
digital seperti institusi Bank, institusi keuangan non-bank, institusi non
keuangan seperti perusahaan teknologi finansial atau fintech serta bigtech
mampu memberikan peluang bagi Bank untuk mendapatkan konsumen
baru, memanfaatkan inovasi mitra, dan memperoleh akses data untuk
pengembangan produk dan layanan Bank. Kolaborasi Bank dengan institusi
lain dapat berbentuk platform sharing (super-app), atau kerjasama antara
Bank dengan institusi lain berupa infrastructure sharing dalam Kelompok
Usaha Bank atau kerjasama distribusi layanan dan produk.

70 Booklet Perbankan Indonesia


5. Tatanan institusi pada industri perbankan
Perubahan yang terjadi seiring dengan transformasi digital perlu diikuti
dengan kesiapan tatanan institusi Bank. Tatanan institusi tersebut
meliputi antara lain pendanaan dan investasi, kepemimpinan, desain
organisasi, budaya digital, dan talenta sumber daya manusia.

Kelima elemen tersebut merupakan itu, Bank perlu memastikan


langkah strategis untuk mendorong bahwa layanan perbankan secara
perbankan dalam menciptakan digital dapat diakses oleh seluruh
inovasi produk dan layanan keuangan lapisan masyarakat dalam rangka
yang dapat memenuhi ekspektasi meningkatkan inklusi keuangan,
konsumen dan berorientasi pada termasuk bagi kaum disabilitas yang
kebutuhan konsumen (customer berpotensi termarginalkan akibat
centric orientation). Di samping perkembangan teknologi

3) Roadmap Pengembangan Industri


BPR dan BPRS (RBPR-S) 2021-2025

Industri BPR dan BPRS masih akan menghadapi


berbagai tantangan ke depan, baik yang bersumber
dari kondisi eksternal maupun tantangan jangka
pendek yang terutama dipicu akibat adanya pandemi
Covid-19 dan berbagai dampak yang mengikutinya.
Selain itu, terdapat sejumlah tantangan arah pengembangan industri BPR dan
struktural BPR dan BPRS yang masih harus BPRS ke depan yang selaras dengan
dihadapi terkait skala usaha, daya saing, dinamika perekonomian dan perbankan
serta pesatnya perkembangan ekonomi nasional yang dituangkan dalam Roadmap
dan keuangan digital yang diiringi dengan Pengembangan Perbankan Indonesia
perubahan perilaku ekonomi masyarakat. (RP2I) 2021 – 2025 bagi industri BPR dan
BPRS. RP2I 2021 – 2025 bagi industri
Mencermati tantangan tersebut, OJK BPR dan BPRS yang selanjutnya disebut
memandang perlu untuk merumuskan RBPR-S, merupakan turunan dari dari RP2I

Booklet Perbankan Indonesia 71


2020 – 2025 dan Roadmap Pengembangan dampak pandemi Covid – 19 di daerah
Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI) 2020 atau wilayahnya. Arah pengembangan
– 2025 yang telah diluncurkan pada awal struktural ditujukan untuk memperkuat
tahun 2021. industri BPR dan BPRS agar memiliki daya
tahan (resilience) yang lebih kuat, daya
RBPR-S berisi arah dan acuan saing yang lebih tinggi, dan kontribusi yang
pengembangan jangka pendek maupun lebih optimal dalam memberikan akses
pengembangan struktural secara keuangan bagi masyarakat dan UMK di
bertahap dalam rentang waktu lima daerah atau wilayahnya.
tahun. Arah pengembangan jangka
pendek ditujukan untuk mengoptimalkan RBPR-S terdiri dari empat arah
peran BPR dan BPRS dalam mempercepat pengembangan yaitu:
proses pemulihan ekonomi akibat

1. Penguatan struktur dan 2. Akselerasi


keunggulan kompetitif transformasi digital
Dalam rangka meningkatkan daya saing Pemanfaatan TI yang semakin masif dan
industri BPR dan BPRS, penguatan perubahan pola perilaku masyarakat,
permodalan diperlukan untuk menuntut BPR dan BPRS untuk
meningkatkan kapasitas BPR dan BPRS selalu mengembangkan infrastruktur
dalam mengembangkan usahanya, TI yang dimiliki agar dapat melayani
menerapkan tata kelola dan manajemen nasabahnya secara mobile, cepat dan
risiko yang baik, serta menghadapi aman. Digitalisasi produk dan layanan
digitalisasi industri keuangan. Inovasi dapat menjadi nilai tambah bagi nasabah
produk dan layanan serta kemitraan dalam berinteraksi dengan BPR dan
dengan lembaga atau institusi lain juga BPRS, serta meningkatkan daya saing
diharapkan dapat meningkatkan daya BPR dan BPRS di tengah kompetisi yang
saing dan menciptakan ruang yang lebih semakin ketat. Digitalisasi tersebut juga
besar untuk berekspansi bagi BPR dan merupakan partisipasi BPR dan BPRS
BPRS. dalam pengembangan ekosistem digital
di daerahnya.

72 Booklet Perbankan Indonesia


Penguatan peran BPR
3. dan BPRS terhadap 4. Penguatan pengaturan,
Daerah atau Wilayahnya perizinan dan pengawasan

Peningkatan peran BPR dan BPRS dalam Jumlah BPR dan BPRS yang cukup banyak
pembiayaan UMK terutama di wilayah/ membutuhkan pengawasan berbasis TI
daerah perlu dilakukan, mengingat (supervisory technology) dalam upaya
ketatnya persaingan dalam penyaluran meningkatkan efektivitas pengawasan
kredit/pembiayaan kepada UMK. Untuk itu serta percepatan proses perizinan yang
diperlukan dukungan OJK dan stakeholders memanfaatkan TI sehingga proses menjadi
terkait dalam rangka mendorong industri lebih efisien. Selain itu, dalam rangka
BPR dan BPRS untuk dapat meningkatkan mendorong inovasi produk dan layanan
perannya dalam penyaluran kredit/ BPR dan BPRS diperlukan reformasi
pembiayaan pada segmen UMK, baik pengaturan yang sebelumnya bersifat
secara langsung kepada sektor UMK rule-based menjadi principle based.
atau melalui partisipasi dalam program
Pemerintah terkait pembiayaan UMK.

Keberhasilan pencapaian arah pengembangan BPR dan BPRS melalui keempat pilar
tersebut memerlukan dukungan yang optimal dari perangkat pendukung (enabler), yaitu:

Kepemimpinan dan
1. 2. Kuantitas dan kualitas
manajemen perubahan
SDM yang memadai,
yang baik,

Infrastruktur teknologi Kolaborasi dan kerja


3. informasi yang mumpuni 4. sama sektoral dan
dan up to date, seluruh pemangku
kepentingan.

RBPR-S merupakan living document yang dapat disesuaikan seiring dinamika perubahan
ataupun perkembangan industri sehingga diperlukan respons kebijakan yang relevan,
tepat waktu, dan tepat substansi untuk mendukung daya saing perbankan nasional.

Booklet Perbankan Indonesia 73


2. Roadmap Pengembangan
Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI)
Pada awal tahun 2021, menyusul diluncurkannya Roadmap Pengembangan Perbankan
Indonesia (RP2I), OJK meluncurkan Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah
Indonesia (RP2SI) dengan karakteristik yang berbeda.

RP2SI merupakan lanjutan dari Roadmap Perbankan


Syariah tahun 2015-2019 yang telah diselaraskan
dengan arah kebijakan strategis sektor jasa keuangan
dalam Master Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia
2021-2025 (MPSJKI) dan arah pengembangan
perbankan nasional yang tertuang dalam RP2I.
Roadmap ini merupakan langkah pengembangan perbankan syariah guna
strategis OJK dalam menyelaraskan mewujudkan perbankan syariah yang
arah pengembangan ekonomi syariah memiliki daya tahan, berdaya saing tinggi,
di Indonesia, khususnya pada sektor dan berkontribusi signifikan terhadap
industri jasa keuangan syariah di perekonomian nasional dan pembangunan
bidang perbankan syariah serta untuk sosial.
menjadi katalisator akselerasi proses

Ilustrasi Visi Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI)

Visi RP2SI akan dicapai dengan berlandaskan pada tiga


pilar arah pengembangan dengan beberapa inisiatif
strategis di dalamnya, yang terdiri dari:
1. Penguatan Identitas Perbankan Syariah;
2. Sinergi Ekosistem Ekonomi Syariah; dan
3. Penguatan Perizinan, Pengaturan dan Pengawasan.
RP2SI juga akan mendorong sinergi dan integrasi dalam
ekosistem ekonomi syariah yang sangat diperlukan
Scan QR Code di atas
untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas untuk membaca RPSI
serta kontribusi perbankan syariah bagi perekonomian secara lengkap
nasional.
Sebelumnya OJK telah menerbitkan POJK No. 28/POJK.03/2019 tentang Sinergi Perbankan
dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan Perbankan Syariah yang memungkinkan
perbankan syariah untuk bisa meningkatkan kualitas produk dan layanannya dengan
menggunakan konsep platform sharing.

74 Booklet Perbankan Indonesia


Perbankan syariah dapat bersinergi dengan bank lain dalam satu kepemilikan usaha untuk
dapat memberikan dukungan melalui kerjasama baik dalam bidang SDM, TI, jaringan
kantor, dan infrastruktur lainnya.

Melalui sinergi dengan Pemerintah (Kementerian dan Lembaga), Bank Indonesia, lembaga
keuangan syariah lain, lembaga keuangan sosial Islam dan industri halal diharapkan
dapat meningkatkan kontribusi bank syariah dan ekonomi syariah dalam perekonomian
nasional dan pembangunan sosial.

Mewujudkan perbankan Syariah yang resilient, berdaya saing tinggi, dan


berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan pembangunan sosial

Penguatan Identitas Sinergi Ekosistem Penguatan Perizinan,


Perbankan Syariah Ekonomi Syariah Pengaturan dan
Pengawasan
Memperkuat
Sinergi dengan
nilai-nilai Akselerasi
industri halal
syariah proses perizinan
melalui adopsi
Sinergi dengan teknologi
Memperkuat kementerian dan
permodalan lembaga Mengembang-
dan efisiensi
kan pengaturan
Sinergi antar yang kredibel
Mendorong lembaga
digitalisasi keuangan
syariah Meningkatkan
perbankan
efektivitas
syariah
Sinergi dengan pengawasan
lembaga
Mengembang- keuangan sosial
kan keunikan Islam
produk syariah
yang berdaya Meningkatkan
saing tinggi awareness
masyarakat
dalam kerangka
ekosistem
ekonomi Syariah

Enabler
Kepemimpinan Kualitas dan Infrastruktur Kolaborasi
dan Manajemen Kuantitas Teknologi dan Kerjasama
Perubahan SDM Informasi Sektoral

Gambar 3.8. Arah Pengembangan Perbankan Syariah

Booklet Perbankan Indonesia 75


Pencapaian Roadmap Pengembangan
Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI)
Pada tahun 2021, OJK telah melaksanakan beberapa program kerja
yang merupakan turunan dari 3 pilar pada RP2SI, yaitu sebagai berikut:

1) Pilar 1: Penguatan Identitas Perbankan Syariah


• Meningkatkan share perbankan syariah terhadap induknya, sehingga saat ini
share BUS sudah mendekati angka 20% terhadap aset induknya.
• Mendorong implementasi produk unik syariah yang mendukung program
prioritas nasional seperti sektor perumahan, UMKM, pertanian, maupun
perikanan, diantaranya melalui produk dengan akad Salam dan Istishna.
• Mendorong konsolidasi tiga BUS milik Bank BUMN.
• Mendorong penerapan digitalisasi perbankan syariah melalui penerapan POJK
Sinergi Perbankan.

2) Pilar 2: Sinergi Ekosistem Ekonomi Syariah


• Berkoordinasi dalam mendorong peran bank syariah dalam aktivitas pasar
modal syariah.
• Berperan dalam peningkatan integrasi fungsi sosial bank syariah dengan cara
mendorong bank syariah untuk menjadi Lembaga Keuangan Syariah-Penerima
Wakaf Uang (LKS-PWU) guna optimalisasi dana Zakat, Infaq, Shodaqah, dan
Wakaf (ZISWAF).
• Meningkatkan exposure pembiayaan/pendanaan bank syariah pada program
dan proyek pemerintah melalui diskusi pada program-program, diantaranya
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
• Melakukan kegiatan edukasi secara bersama-sama dalam ekosistem ekonomi
dan keuangan syariah, termasuk koordinasi dengan regulator dan otoritas
terkait.

3) Pilar 3: Penguatan Perizinan, Pengaturan, dan Pengawasan


• Menyusun ketentuan yang mengedepankan outcome dan mempertimbangkan
karakteristik dan kompleksitas bank.
• Melakukan capacity building untuk meningkatkan kompetensi pengawas bank
syariah.

76 Booklet Perbankan Indonesia


3. Roadmap Keuangan
Berkelanjutan Tahap II 2021-2025
• Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I (2015 – 2019) dikembangkan
dalam rangka memperkuat daya tahan dan daya saing IJK dalam menghadapi
tuntutan kebutuhan mengenai bisnis yang berlandaskan prinsip keberlanjutan.
Roadmap tahap I berfokus pada peningkatan penetapan dasar kebijakan
keuangan berkelanjutan, peningkatan awareness dan capacity building bagi IJK,
serta peningkatan kerjasama kelembagaan dalam pengembangan keuangan
berkelanjutan.
• Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi Roadmap Keuangan
Berkelanjutan Tahap I, masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi,
seperti rendahnya tingkat pemahaman industri terhadap keuangan berkelanjutan,
belum adanya kesepakatan standardisasi kategori hijau di tingkat nasional serta
pemanfaatan peluang bisnis di sektor berkelanjutan.
• Untuk mempercepat transisi sektor keuangan ke arah berkelanjutan dan
menjawab beberapa tantangan yang timbul, OJK menerbitkan Roadmap Keuangan
Berkelanjutan Tahap II (2021-2025) dengan mengembangkan sebuah ekosistem
keuangan berkelanjutan yang terdiri dari 7 komponen meliputi:

Kebijakan: menyediakan pengembangan berbagai kebijakan untuk mendukung


keuangan berkelanjutan.

Produk: mengembangkan berbagai jenis produk dan layanan keuangan berkelanjutan.

Infrastruktur Pasar: mengembangkan infrastruktur teknologi dan informasi yang


mendukung keuangan berkelanjutan.

Koordinasi Kementerian/Lembaga (K/L) terkait: meningkatkan koordinasi dan


pertukaran informasi antar kementerian/ lembaga serta pemangku kepentingan
lainnya.

Dukungan Non-pemerintah; dukungan dari sisi supply dan demand, dukungan


riset (tenaga ahli, lembaga riset, dan universitas), dan lembaga internasional serta
keanggotaan dalam fora internasional untuk pengembangan inisiatif keuangan
berkelanjutan.

Sumber Daya Manusia: mengembangkan kapasitas internal dan eksternal melalui


program capacity building yang masif dan terstruktur.

Awareness: melalui pengembangan strategi komunikasi inisiatif keuangan


berkelanjutan kepada industri keuangan, pemangku kepentingan terkait, dan
masyarakat

Booklet Perbankan Indonesia 77


Buku Seri Keuangan Berkelanjutan
Taksonomi Hijau Indonesia; (sektoral);
Penerapan Integrasi ESG Risk Kampanye Nasional - Indonesia
dalam Manajemen Risiko LJK; Sustainability Week;
Pengembangan Insentif; Program Inklusi Keuangan
Pedoman Penerapan Keuangan Berkelanjutan;
Berkelanjutan di Pasar Modal Publikasi Informatif untuk Investor Baru
dan IKNB

Kebijakan Awareness
Dukungan
Capacity Building/
Pengembangan
workshop keuangan
Infrastruktur;
berkelanjutan;
Inovasi Produk
Pengembangan
Produk SDM
e-learning

Dukungan
Pengembangan Infrastruktur
Non
Pasar Pengembangan
Sustainable Finance Pemerintah
Information Hub; Pusat Penelitian;
Pasar primer dan Koordinasi K/L Pilot Project
sekunder Keuangan
Berkelanjutan
Task Force Keuangan
Berkelanjutan
Monitoring dan Evaluasi
dari Implementasi
Keuangan Berkelanjutan

Gambar 3.9. Sustainable Finance Indonesia

Pengembangan komponen dalam ekosistem keuangan berkelanjutan juga merupakan


komitmen OJK dalam menciptakan regulasi yang transparan, membangun sinergi dengan
kementerian/lembaga, dan meningkatkan kapabilitas industri keuangan.

Taksonomi Hijau Indonesia


Taksonomi Hijau Indonesia (THI) Edisi berkelanjutan sebagai bagian dari
1.0 telah diluncurkan secara resmi oleh komponen kebijakan pada Roadmap
Presiden RI pada Pertemuan Tahunan Keuangan Berkelanjutan Tahap II dan
Industri Jasa Keuangan 2022 tanggal 20 Inisiatif Strategis OJK dalam penerapan
Januari 2022. Taksonomi Hijau Indonesia keuangan berkelanjutan di Indonesia. THI
(THI) Edisi 1.0 merupakan salah satu merupakan sebuah pedoman yang dapat
instrumen pengembangan keuangan digunakan untuk mengklasifikasikan

78 Booklet Perbankan Indonesia


aktivitas ekonomi yang mendukung upaya pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuan strategis dari THI adalah
untuk mendorong inovasi penciptaan produk/proyek/inisiatif hijau sesuai dengan standar
ambang batas oleh pemerintah.

Capaian yang Ditargetkan:

Menjadi dasar penyusunan Menjadi pedoman untuk Menjadi dasar


incentive and disincentive keterbukaan informasi dan pengembangan/inovasi
policy dari OJK dan juga manajemen risiko di Sektor produk dan /atau jasa
berbagai Kementerian/ Jasa Keuangan (SJK), Emiten, keuangan berkelanjutan
Lembaga lain. dan Perusahaan Publik. bagi SJK dan Emiten.

Dalam proses penyusunannya, OJK turut serta melibatkan berbagai pihak, antara lain:

1. Kementerian/Lembaga terkait: Kementerian Koordinator Bidang


Kemaritiman dan Investasi, Kementerian PPN/BAPPENAS, Badan Kebijakan
Fiskal Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia.
2. Industri Jasa Keuangan (IJK) khususnya anggota Task Force Keuangan
Berkelanjutan.
3. Akademisi/lembaga penelitian dan pengembangan, Bali Center for
Sustainable Finance (BCSF) - Universitas Udayana, Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, the SDGs Center - Universitas
Padjajaran (UNPAD), Trisakti Sustainability Center (TSC) - Universitas
Trisakti, Research Center for Climate Change (RCCC) - Universitas
Indonesia, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), dan
Perbanas Institute.
4. Lembaga internasional, U.S. Agency for International Development
(USAID), International Finance Corporation (IFC), dan Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD).
5. Lembaga Swadaya Masyarakat, WWF Indonesia, Yayasan Inisiatif
Dagang Hijau (YIDH), Greenpeace Indonesia, Perkumpulan PRAKARSA -
Koordinator Koalisi ResponsiBank Indonesia, Transformasi untuk Keadilan
(TuK) Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dan
Indonesia Center for Environmental Law (ICEL).

Booklet Perbankan Indonesia 79


THI Edisi 1.0 disusun berdasarkan Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) secara umum,
meliputi subsektor/kelompok/kegiatan usaha yang
dikategorikan sebagai hijau maupun yang belum
terklasifikasi ke dalam kategori hijau.
Untuk membantu industri keuangan dan stakeholder terkait dalam memudahkan
pengklasifikasian subsektor/kelompok/kegiatan usaha, klasifikasi kriteria pada Taksonomi
Hijau dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

Hijau: Kegiatan usaha yang melindungi, memperbaiki, dan


meningkatkan kualitas atas pelindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta mematuhi
standar tata kelola yang ditetapkan pemerintah dan menerapkan
praktik terbaik di tingkat nasional ataupun tingkat internasional.

Kuning: Kegiatan usaha yang memenuhi beberapa kriteria/ambang


batas hijau. Penentuan manfaat kegiatan usaha ini terhadap
pelindungan dan pengelolaan lingkungan masih harus ditetapkan
melalui pengukuran serta dukungan praktik terbaik lainnya.

Merah: Kegiatan usaha tidak memenuhi kriteria/ambang batas kuning


dan/atau hijau.

Pengembangan THI ke depan diharapkan dapat memberikan gambaran atas klasifikasi


suatu sektor/subsektor yang telah dikategorikan hijau dengan mengadopsi prinsip berbasis
ilmiah. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya praktik greenwashing.

80 Booklet Perbankan Indonesia


Dokumen THI merupakan sebuah living document yang akan dikinikan secara berkala
agar senantiasa sejalan dengan Prioritas Pemerintah khususnya Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/SDG Indonesia, termasuk perkembangan aspek sosial, kepentingan
nasional, program strategis Pemerintah (hilirisasi, Energy Transition Mechanism,
Just Energy Transition Partnership, dan lain sebagainya), kebijakan terkini, serta fora
internasional seperti ASEAN Taxonomy Board (ATB).

Kehadiran THI di industri perbankan diharapkan dapat meningkatkan kualitas


pengungkapan Laporan Keberlanjutan dan perbaikan kinerja lingkungan pada kegiatan
ekonomi dan investasi melalui dorongan terhadap industri perbankan untuk dapat
meningkatkan portofolio hijaunya sesuai dengan THI. Pada tahun 2022, OJK telah memulai
pilot project implementasi THI untuk industri perbankan secara bertahap. Pelaksanaan
pilot project pelaporan berbasis THI tahap awal dilakukan untuk bank KBMI 3 dan 4
serta diterapkan pada laporan data penyaluran kredit/pembiayaan untuk sejumlah debitur
besar bank.

Bursa Karbon
Sebagai tindak lanjut Perpres 98 Tahun membawa peluang bisnis baru bagi
2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan industri jasa keuangan khususnya
rencana pembentukan penyelenggara perbankan, antara lain berupa inovasi
Bursa Karbon, OJK telah menerbitkan produk/jasa keuangan yang dapat
POJK Nomor 14 Tahun 2023 tentang mendukung terselenggaranya bursa
Perdagangan Karbon Melalui Bursa karbon di Indonesia.
Karbon. Kehadiran bursa karbon dapat

Business Matching
Dalam mendorong peran sektor jasa sementara LJK dan investor akan
keuangan khususnya perbankan terhadap bertindak sebagai penanggap. Dalam
sektor-sektor yang berkelanjutan, OJK kegiatan ini regulator bertindak sebagai
telah menyelenggarakan kegiatan fasilitator yang bersifat netral, sehingga
Business Matching sebagai forum keberhasilan pendanaan terhadap
yang bertujuan untuk mengenalkan proyek bergantung sepenuhnya pada
proyek-proyek hijau yang feasible serta perhitungan bisnis/aspek komersial
mengidentifikasi protensi dukungan LJK para peserta. Sepanjang tahun 2022,
terhadap pendanaan proyek hijau melalui OJK telah menyelenggarakan kegiatan
fasilitas diskusi antara pelaku usaha business matching untuk sektor
dengan LJK. Forum ini diselenggarakan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
dalam format diskusi panel dimana Baterai (KBLBB) dan sektor Renewable
pelaku usaha akan memaparkan Energy.
proyek yang memerlukan pendanaan,

Booklet Perbankan Indonesia 81


Sustainable Finance Information Hub (SFIH)
Keuangan berkelanjutan merupakan itu, keberadaan Sustainable Finance
topik yang sangat dinamis baik di tingkat Information Hub (SFIH) sebagai minisite
nasional maupun global. Regulator sustainable finance yang dikembangkan
serta para stakeholder dituntut untuk OJK diharapkan dapat menjadi pusat
berperan secara aktif dalam mendukung informasi satu pintu yang memuat
akselarasi implementasi keuangan perkembangan informasi tentang
berkelanjutan. Partisipasi aktif dan Sustainable Finance pada tataran
dukungan dari seluruh pihak (tidak hanya nasional dan global serta mendorong
regulator) merupakan salah satu kunci kesuksesan pengembangan Sustainable
kesuksesan pengembangan keuangan Finance di Indonesia.
berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena

Keberadaan SFIH diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

Mendukung implementasi Meningkatkan


Sustainable Development engagement stakeholder Meningkatkan
Goals (SDGs) Indonesia, internal dan eksternal awareness terhadap
Roadmap Keuangan terhadap implementasi pengembangan
Berkelanjutan Tahap keuangan berkelanjutan keuangan berkelanjutan
II (2021-2025), serta pada industri jasa di Indonesia.
Inisiatif Keuangan keuangan maupun non
Berkelanjutan OJK. keuangan.

SFIH dapat diakses melalui alamat:

https://www.ojk.go.id/
keuanganberkelanjutan/id/

82 Booklet Perbankan Indonesia


Perkembangan Kebijakan Keuangan Berkelanjutan dalam UU No. 4 Tahun
2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan

• Untuk mendukung pengembangan Keuangan Berkelanjutan ke depan, UU


memberikan mandat pembentukan Komite Keuangan Berkelanjutan yang
beranggotakan Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Bank
Indonesia.
• Bentuk Komite Keuangan Berkelanjutan akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.

UU P2SK juga memberikan mandat untuk menetapkan Taksonomi dalam bentuk


Peraturan Pemerintah.

D. Perkembangan Kinerja
Perbankan Sampai Dengan
Desember 2022
Perkembangan Perbankan 2022
Pada akhir tahun 2022, optimisme pemulihan
ekonomi nasional masih terus berlanjut seiring
dengan membaiknya berbagai indikator ekonomi.
Pemulihan ekonomi nasional juga tercermin dari kondisi permodalan
sejalan dengan meningkatnya fungsi bank yang relatif stabil dan cukup
intermediasi perbankan. Kredit solid, serta menunjukkan kemampuan
mengalami peningkatan sebesar 11,35% bank yang memadai dalam menyerap
(yoy) dengan DPK yang masih tumbuh risiko dengan indikator CAR sebesar
cukup tinggi sebesar 9,01% (yoy). 25,63%. Meningkatnya penyaluran kredit
Secara umum ketahanan perbankan juga berpengaruh pada peningkatan
pada Desember 2022 masih terjaga, rentabilitas yang tecermin dari ROA

Booklet Perbankan Indonesia 83


dan BOPO yang lebih baik dibandingkan perbankan juga terjaga tecermin dari
tahun sebelumnya. Lebih lanjut, risiko rasio AL/DPK dan AL/NCD yang jauh di
kredit tercatat menurun dengan rasio NPL atas threshold meskipun secara umum
gross turun 56 bps menjadi 2,44% dari mengalami penurunan.
3,00% pada tahun sebelumnya. Likuiditas

Tabel 3.1. Kondisi Umum Bank Umum (Konvensional dan Syariah) Tahun 2022

Indikator Nominal Yoy


Bank Des Des
Umum Des 2021 Mar 2022 Jun 2022 Sep 2022 Des 2022 2021 2022

Total Aset
(Rp Milyar) 10.112.304 10.131.460 10.308.568 10.478.576 11.113.315 10,18% 9,90%

Kredit
(Rp Milyar) 5.768.585 5.863.296 6.176.861 6.274.901 6.423.564 5,24% 11,35%

DPK
(Rp Milyar) 7.479.463 7.481.675 7.602.297 7.647.334 8.153.590 12,21% 9,01%

- Giro
(Rp Milyar) 2.143.505 2.188.067 2.230.034 2.250.347 2,546.160 27,05% 18,78%

- Tabungan
(Rp Milyar) 2.432.260 2.343.465 2.518.071 2.525.287 2.615.185 11,91% 7,52%

- Deposito
Rp Milyar) 2.903.698 2.859.143 2.854.191 2.871.700 2.992.254 3,53% 3,05%

CAR (%) 25,67 24,79 24,66 25,09 25,63 186 (4)

ROA (%) 1,84 2,19 2,37 2,51 2,43 25 59

NIM (%) 4,51 4,53 4,69 4,77 4,71 19 20

BOPO (%) 83,68 80,35 78,46 77,16 78,65 (287) (503)

NPL Gross
(%) 3,00 2,99 2,86 2,78 2,44 (6) (56)

NPL Net (%) 0,88 0,884 0,80 0,77 0,71 (10) (17)

LDR (%) 77,13 78,37 81,25 82,05 78,78 (511) 165

AL/DPK (%) 35,12 32,11 29,99 27,35 31,20 345 (392)

AL/NCD (%) 157,94 143,64 133,35 121,62 137,67 1.122 (2.027)

Sumber: SPI dan Bank Indonesia, Desember 2022

84 Booklet Perbankan Indonesia


• Kinerja Bank Umum Konvensional (BUK)
Sejalan dengan kinerja Bank Umum, ketahanan BUK cukup solid serta menunjukkan
kemampuan bank yang memadai dalam menyerap risiko dengan indikator CAR
sebesar 25,60%. Rentabilitas juga tercatat meningkat tecermin dari ROA dan BOPO
yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Fungsi intermediasi cukup baik
dengan kredit yang tumbuh sebesar 10,68% (yoy) serta DPK yang tumbuh cukup
tinggi sebesar 8,58% (yoy). Lebih lanjut, risiko kredit tercatat menurun dengan rasio
NPL gross turun 58 bps menjadi 2,44% dari 3,02% pada tahun sebelumnya. Likuiditas
perbankan juga memadai tecermin dari rasio AL/DPK dan AL/NCD yang jauh di atas
threshold meskipun secara umum menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional Tahun 2022

Nominal Yoy
Indikator
BUK Des Des
Des 2021 Mar 2022 Jun 2022 Sep 2022 Des 2022 2021 2022

Total Aset
(Rp Milyar) 9.670.515 9.685.610 9.684.566 9.992.629 10,581.455 10,13% 9,42%

Kredit
(Rp Milyar) 5.512.366 5.597.973 5.895.209 5.964.173 6.100.964 5,30% 10,68%

DPK
(Rp Milyar) 7.114.041 7.114.317 7.221.451 7.239.294 7.724.561 12,16% 8,58%

- Giro
(Rp Milyar) 2.089.193 2.131.017 2.172.435 2,186.147 2.481.780 27,67% 18,79%

- Tabungan
(Rp Milyar) 2.295.109 2.297.507 2.374.035 2.371.822 2.450.312 11,76% 6,76%

- Deposito
Rp Milyar) 2.729.739 2.685.793 2.674.982 2.681.325 2.792.469 2,91% 2,30%

CAR (%) 25,66 23,85 24,68 25,17 25,60 177 (6)

ROA (%) 1,85 2,20 2,38 2,53 2,45 26 60

NIM (%) 4,63 4,62 4,78 4,86 4,80 18 17

BOPO (%) 83,65 79,94 78,46 77,18 78,70 (293) (495)

NPL Gross
(%) 3,02 3,00 2,87 2,79 2,44 (4) (58)

NPL Net (%) 0,88 0,84 0,80 0,78 0,71 (7) (17)

LDR (%) 77,49 78,69 81,63 82,39 78,98 (505) 149

AL/DPK (%) 35,35 32,28 30,17 27,60 31,40 332 (395)

AL/NCD (%) 158,34 143,81 133,54 121,74 137,90 1029 (2044)

Sumber: SPI dan Bank Indonesia, Desember 2022

Booklet Perbankan Indonesia 85


• Kinerja BPR
Pada Desember 2022, kinerja BPR BPR juga cukup solid untuk menyerap
menunjukkan kondisi yang cukup risiko dengan indikator CAR yang
baik. Kredit tumbuh lebih tinggi dari masih tinggi sebesar 30,76%. Namun
tahun sebelumnya sebesar 10,91% demikian, perlu diperhatikan penurunan
(yoy) serta DPK yang masih tumbuh laba dan efisiensi yang diiringi dengan
cukup tinggi sebesar 8,49% (yoy) peningkatan risiko kredit dibandingkan
dengan tren melambat. Ketahanan tahun sebelumnya.

Tabel 3.3. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat tahun 2022

Nominal Yoy
Indikator
BPR Des Des
Des 2021 Mar 2022 Jun 2022 Sep 2022 Des 2022 2021 2022

Total Aset
(Rp Milyar) 168.443 170.690 172,126 175.659 182.302 8,62% 8,23%

Kredit
(Rp Milyar) 116.580 120.826 123.447 126.052 129.295 5,24% 10,91%

DPK
(Rp Milyar) 117.006 119,641 120,607 122,909 126.944 10,23% 8,49%

- Tabungan
(Rp Milyar) 35.867 36,690 36.600 38,129 40.169 9,74% 11,99%

- Deposito
Rp Milyar) 81.139 82,951 84.007 84,779 86.775 10,56% 6,95%

CAR (%) 32,15 38,17 32,21 31,46 30,76 226 (139)

ROA (%) 1,78 1,76 1,68 1,78 1,74 (9) (4)

BOPO (%) 83,61 84,76 85,10 83,94 83,66 (63) 5

NPL Gross (%) 6,72 7,44 7,80 8,12 7,89 (50% 117

NPL Net (%) 4,37 4,93 5,14 5,37 5,23 (96) 86

LDR (%) 73,67 74,31 75,67 76,25 75,83 (177) 216

CR (%) 14,05 12,96 12,87 13,12 13,66 (462) (39)

Sumber: SPI dan Laporan Bank, Desember 2022

86 Booklet Perbankan Indonesia


• Kinerja Bank Umum Syariah (BUS)
Sejalan dengan kinerja Bank Umum, ketahanan
BUS cukup solid tecermin dari CAR sebesar
28,09% yang jauh di atas threshold.

Fungsi intermediasi BUS juga mengalami tahun lalu, contoh pertumbuhan aset
peningkatan dengan FDR mencapai tahun lalu sebesar 11,36% (yoy) dan
75,12% disertai dengan kondisi likuditas pertumbuhan pembiayaan tahun lalu
perbankan yang memadai terefleksi dari sebesar 3,93% (yoy). Selain pemulihan
rasio AL/NCD dan AL/DPK yang masing- ekonomi pasca pandemi Covid-19,
masing tercatat 133,23% dan 27,56%, pertumbuhan aset, pembiayaan, dan
jauh di atas threshold masing-masing DPK dimaksud juga dipengaruhi konversi
rasio sebesar 50% dan 10%. PT BPD Riau dan Kepulauan Riau (Bank
Riau Kepri) menjadi PT Bank BPD Riau
Secara umum, BUS mencatatkan dan Kepulauan Riau Syariah (Bank Riau
perbaikan pertumbuhan dari sisi aset, Kepri Syariah). Dari sisi rentabilitas, BUS
pembiayaan, dan DPK pada tahun mengalami peningkatan tercermin dari
2022, yaitu masing-masing sebesar ROA Desember 2022 sebesar 2%, lebih
20,39%; 25,91% dan 17,41% secara tinggi dari tahun sebelumnya sebesar
year-on-year. Angka tersebut jauh 1,55%.
meningkat dibandingkan pertumbuhan

Booklet Perbankan Indonesia 87


Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah Tahun 2022

Nominal
Indikator BUS
Des 2020 Des 2021 Mar 2022 Jun 2022

Total Aset
(Rp Miliar) 397.073 441.789 446.850 458.997

Pembiayaan (Rp Miliar) 246.532 256.219 265.296 281.652

DPK (Rp Miliar) 322.853 356.421 367.358 380.846

-Giro (Rp Miliar) 50.747 54.311 57.050 57.600

-Tabungan
(Rp Miliar) 119.926 137.151 136.957 144.036

-Deposito
(Rp Miliar) 152.179 173.986 173,351 179.210

CAR (%) 21,64 25,71 23,13 24,78

ROA (%) 1,40 1,55 1,99 2,01

NOM (%) 1,46 1,66 2,53 2,60

BOPO (%) 85,55 84,33 86,76 79,44

NPF Gross (%) 3,13 2,59 2,59 2,67

NPF Net (%) 1,57 0,81 0,82 0,82

FDR (%) 76,36 70,12 72,22 72,51

AL/DPK (%) 26,72 30,57 28,82 26,64

AL/NCD (%) 131,52 149,28 140,18 129,39

88 Booklet Perbankan Indonesia


Nominal qtq yoy

Sep 2022 Des 2022 Sep 2022 Des 2022 Des 2021 Des 2022

494.947 531.860 7,83% 7,46% 11,26% 20,39%

310.727 322.599 10,32% 3,82% 3,93% 25,91%

408.041 429.029 7,14% 5,14% 13,19% 17,41%

58.555 64.381 1,66% 9,95% 7,02% 18,54%

144.188 164.873 0,11% 14,35% 14,36% 20,21%

181.567 199.775 0,01 10,03% 14,31% 14,84%

23,52 28,09 - 1,26 4,57 4,07 2,38

2,07 2,00 0,06 -0,07 0,15 0,45

2,66 2,59 0,06 -0,07 0,20 0,93

76,67 77,28 -2,77 0,61 -1,22 -7,05

2,57 2,35 -0,09 -0,22 -0,54 -0,24

0,67 0,64 -0,15 -0,03 -0,76 -0,17

76,15 75,19 3,64 -0,96 -6,24 5,07

24,68 27,56 -1,96 2,88 3,85 -3,01

119,38 133,23 10,01 13,85 17,76 -16,05

Sumber: SPS dan Bank Indonesia, Desember 2022

Booklet Perbankan Indonesia 89


• Kinerja Unit Usaha Syariah (UUS)
Sejalan dengan kinerja Bank Umum, fungsi
intermediasi UUS lebih optimal dari tahun
sebelumnya, tecermin” dari FDR sebesar 95,4%
dibandingkan FDR tahun sebelumnya sebesar
89,56%.

Tabel 3.5. Perkembangan Kinerja Unit Usaha Syariah Tahun 2022

Nominal
Indikator UUS
Des 2020 Des 2021 Mar 2022 Jun 2022

Total Aset
(Rp Miliar) 196.875 234.947 227.536 244.554

Pembiayaan (Rp Miliar) 137.412 153.659 156.459 167.587

DPK (Rp Miliar) 143.124 171.572 165.231 174.524

-Giro (Rp Miliar) 16.957 25.295 25.043 28.839

-Tabungan
(Rp Miliar) 39.458 46.592 47.470 51.536

-Deposito
(Rp Miliar) 86.708 99.684 92.707 94.150

ROA (%) 1,81 2,05 1,70 1,74

NOM (%) 1,73 2,13 2,24 1,85

BOPO (%) 78,96 72,70 78,19 78,01

NPF Gross (%) 3,01 2,55 2,57 2,36

NPF Net (%) 1,93 1,11 1,13 1,07

FDR (%) 96,01 89,56 94,69 96,03

90 Booklet Perbankan Indonesia


Pada akhir tahun 2022 di tengah menjadi BUS (PT BPD Riau Kepri
dampak pandemi COVID-19 yang Syariah). Rentabilitas UUS juga tercatat
masih membayangi kegiatan usaha, masih baik, tecermin dari ROA sebesar
pembiayaan UUS meningkat sebesar 1,69% dan NOM sebesar 1,79%. Seiring
9,91% (yoy). Penurunan aset, dengan perbaikan ekonomi, NPF UUS
pembiayaan, dan DPK yang cukup pun mengalami perbaikan, tecermin dari
signifikan di tahun 2022 diakibatkan oleh perbaikan NPF Gross yang sebelumnya
PT BPD Riau Kepri (BUK yang tercatat 2,55% menjadi 2,23%.
memiliki UUS) melaksanakan konversi

Nominal qtq yoy

Sep 2022 Des 2022 Sep 2022 Des 2022 Des 2021 Des 2022

235.984 250,240 -3,50% 6,04% 19,34% 6,51%

166.778 168.890 -0,48% 1,27% 11,82% 9,91%

162.823 177.034 -6,70% 8,73% 19,88% 3,18%

30.733 33.827 6,57% 10,07% 49,17% 33,73%

51.246 53.170 -0,56% 3,75% 18,08% 14,12%

80.844 90.037 -14,13% 11,37% 14,96% -9,68%

1,81 1,69 0,07 -0,12 0,24 -0,36

1,91 1,79 0,07 -0,12 0,40% -0,34

76,61 77,97 -1,40 1,36 -6,26 5,27

2,33 2,23 -0,03 -0,10 -0,46 -0,32

1,11 0,97 0,04 -0,14 -0,82 -0,14

102,45 95,40 6,40 -7,30 -6,45 5,84

Sumber: SPS Desember 2022

Booklet Perbankan Indonesia 91


• Kinerja BPRS

Pada Desember 2022, industri BPRS


menunjukkan perbaikan kinerja ditandai oleh
intermediasi yang masih cukup baik, dengan
pembiayaan yang masih tercatat meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 3.6. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah tahun 2022

Nominal
Indikator BPRS
Des 2020 Des 2021 Mar 2022 Jun 2022

Total Aset
(Rp Miliar) 14.944 17.060 17.180 17.715

Pembiayaan (Rp Miliar) 10.682 11.984 12.639 13.098

DPK (Rp Miliar) 9,819 11.592 11.598 11.918

-Tabungan (Rp Miliar) 3.372 3.898 3.637 3.668

- Deposito
(Rp Miliar) 6.447 7.694 7.961 8.250

CAR (%) 28,60 23,79 24,09 23,52

ROA (%) 2,01 1,73 1,74 1,67

BOPO (%) 87,62 87,63 86,03 86,97

NPF Gross (%) 7,24 6,95 7,05 7,26

NPF Net (%) 5,85 5,75 5,79 6,07

FDR (%) 108,78 103,38 108,98 109,90

CR (%) 27,33 33,53 27,28 28,07

92 Booklet Perbankan Indonesia


Pembiayaan tumbuh 20,57% (yoy), lebih adanya peningkatan permodalan
tinggi dari tahun sebelumnya sebesar melalui CAR sebesar 24,42% dari tahun
12,19% (yoy). Sementara itu, DPK juga sebelumnya yang sebesar 23,79%.
masih mencatatkan pertumbuhan yang Meskipun pandemi Covid-19 belum
baik sebesar 16% (yoy). Rentabilitas berakhir, risiko kredit BPRS tetap terjaga
BPRS meningkat dengan ROA sebesar melalui penurunan NPF dari 6,95% pada
1,92% dari tahun sebelumnya sebesar akhir tahun 2021 menjadi 5,91% pada
1,73%. Ketahanan BPRS pada tahun akhir tahun 2022.
2022 juga masih cukup solid dengan

Nominal qtq yoy

Sep 2022 Des 2022 Sep 2022 Des 2022 Des 2021 Des 2022

18.966 20.157 7,06% 6,28% 14,16% 18,15%

13.950 14.448 6,50% 3,57% 12,19% 20,57%

12.727 13.446 6,78% 5.65% 18,05% 16,00%

3.892 4.345 6,10% 11,63% 15,60% 11,47%

8.835 9.102 7,09% 3,02% 19,34% 18,29%

23,74 24,42 0,22 0,68 -4,81 0,63

1,82 1,92 0,14 0,10 -0,28 0,19

86,51 86,02 -0,46 -0,49 0,01 -1,61

6,87 5,91 -0,39 -0,95 -0,29 -1,04

5,27 4,92 -0,81 -0,35 -0,10 -0,83

109,61 107,45 -0,29 -2,16 -5,40 4,,07

26,53 26,70 -1,54 0,17 6,20 -6,83

Sumber: SPS dan Laporan Bank, Desember 2022

Booklet Perbankan Indonesia 93


E. Layanan Informasi Perkreditan
1. Ilustrasi Jumlah Pelapor SLIK
Berdasarkan Kategori

Sejak SLIK beroperasi secara penuh tahun 2018,


OJK mulai memberikan layanan penyediaan
informasi debitur baik kepada lembaga jasa
keuangan (LJK) maupun kepada masyarakat.

Informasi debitur pada SLIK merupakan kontribusi 2.101 Pelapor (posisi per
Desember 2022) yang terdiri dari 93 Bank Umum Konvensional, 33 BUS/UUS,
1.439 BPR, 169 BPRS, 149 Perusahaan Pembiayaan, 33 Perusahaan Pembiayaan
Syariah, 49 Perusahaan Modal Ventura, 6 Perusahaan Modal Ventura Syariah, 2
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, 1 Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
Syariah, 117 Perusahaan Efek, 1 Lembaga Pendanaan Efek, 3 Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya, 2 Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Syariah dan 4 Koperasi
Simpan Pinjam. Jumlah Pelapor SLIK posisi Desember 2022 disajikan pada
grafik di bawah ini..

5
118 LJK Lainnya 4
PE dan LPE NON LJK
240
Lembaga 126
BUK/
Pembiayaan
BUS/
UUS
169
BPRS

1.439
BPR

Grafik 3.1. Jumlah Pelapor Posisi


Desember Tahun 2022

94 Booklet Perbankan Indonesia


2. Ilustrasi Jumlah Layanan Gerai SLIK
(mencakup SLIK Online dan Layanan Walk-in)
Sepanjang tahun 2022, OJK melalui layanan secara daring maupun gerai layanan SLIK
di Kantor Pusat dan Kantor Regional/Kantor OJK, telah memberikan iDeb sebanyak
lebih dari 182 ribu (dihitung berdasarkan permintaan iDeb secara interaktif dan batch
melalui minisite OJK Januari-Oktober 2022 dan secara interaktif sejak launching
aplikasi iDebKu pada November 2022) dalam rangka pelayanan kepada masyarakat,
dengan rincian per bulan sebagaimana terdapat pada grafik di bawah ini.

Jumlah Permintaan Informasi Debitur oleh OJK dalam Rangka Layanan Masyarakat Tahun 2022

30.000 24.898

25.000
25.450
20.000
14.156 13.852 14.518
12.752
15.000
9.751
10.000 15.249 14.867 15.068

10.811 11.478
5.000

-
Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22 Ags-22 Sep-22 Oct-22 Nov-22 Dec-22

Grafik 3.2. Jumlah Permintaan Informasi Debitur yang Disediakan OJK


Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat Tahun 2022

3. Ilustrasi Jumlah Permintaan iDeb oleh Pelapor SLIK


Pelapor SLIK dapat melakukan akses permintaan informasi debitur secara online
melalui SLIK Web. Jumlah permintaan informasi debitur oleh Pelapor selama tahun
2022 adalah lebih dari 179,11 juta permintaan.

Jumlah Permintaan Informasi Debitur oleh OJK oleh Pelapor SLIK Tahun 2022

18.727.394
19.000.000 16.474.182

14.517.563 14.438.049 14.396.620

13.043.827 16.800.944
14.250.000 15.614.801
15.161.169 14.555.893

13.231.127
12.146.839
9.500.000

4.750.000
Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22 Ags-22 Sep-22 Oct-22 Nov-22 Dec-22
Grafik 3.3. Jumlah Permintaan Informasi Debitur oleh Pelapor pada Tahun 2022

Booklet Perbankan Indonesia 95


F. Aplikasi iBPR-S
Pada tanggal 5 Desember 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Aplikasi
Otomasi Informasi BPR/BPRS Untuk Inklusi Keuangan atau disingkat Aplikasi iBPR-S
guna mendorong akses keuangan masyarakat terhadap produk dan layanan BPR/
BPRS, khususnya segmen ekonomi mikro dan kecil. Aplikasi tersebut telah dapat
diakses seluruh masyarakat secara online melalui website maupun smartphone
dengan alamat https://ibpr-s.ojk.go.id/.

Gambar 3.10. Halaman Utama Aplikasi iBPR-S

Aplikasi iBPR-S ini juga merupakan BPR/BPRS memiliki karakteristik khusus


bentuk dukungan OJK untuk mendorong sehingga keberadaan BPR/BPRS masih
pengembangan BPR/BPRS yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
sekaligus merupakan implementasi hingga saat ini. Karakteristik khusus
dari Master Plan Sektor Jasa Keuangan tersebut antara lain sebaran lokasi
Indonesia (MPSJKI) Tahun 2021-2025 BPR/BPRS sebagian besar berada di
dan ditindaklanjuti dengan penerbitan wilayah Kabupaten bahkan mencapai
Roadmap Pengembangan Perbankan banyak wilayah Kecamatan di suatu
Indonesia (RP2I) Tahun 2020 – 2025, Kabupaten, pemberian layanan yang
khususnya pilar Akselerasi Transformasi mengedepankan pendekatan personal
Digital dalam mendorong inovasi dan atau kekeluargaan, proses pelayanan
akselerasi transformasi digital sektor yang cepat dan sederhana, serta karakter
jasa keuangan. produk dan layanan yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat di daerah
atau wilayahnya.

96 Booklet Perbankan Indonesia


Aplikasi iBPR-S dirancang agar keunggulan BPR/BPRS tersebut di atas dapat
diketahui dan dimanfaatkan masyarakat dalam rangka:

1. Memperoleh informasi tingkat suku bunga/equivalent rate masing-


masing BPR/BPRS.

2. Menemukan titik lokasi jaringan kantor BPR/BPRS yang berada di


sekitar tempat tinggal;

3. Memperoleh informasi mengenai produk dan layanan yang


ditawarkan oleh setiap BPR/BPRS;

4. Memperoleh informasi mengenai tingkat suku bunga penjaminan


LPS yang terkini sebagai landasan pertimbangan masyarakat dalam
memilih produk simpanan pada BPR;

5. Mendapatkan akses terhadap laman resmi BPR/BPRS guna


memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai produk dan layanan
BPR/BPRS tertentu; dan

6. Membandingkan manfaat dan biaya atas produk dan layanan yang


ditawarkan oleh BPR/BPRS melalui fitur sort, filter, dan compare
antara 1 BPR/BPRS dengan BPR/BPRS lainnya. Diharapkan dengan
fitur-fitur tersebut masyarakat dapat lebih mudah untuk mendalami
dan memutuskan untuk menggunakan produk atau layanan dari BPR/
BPRS.

Informasi tingkat suku Lokasi sebaran jaringan


1. 4.
bunga/ equivalent rate kantor BPR/BPRs

Informasi edukasi Informasi tingkat suku


2. 5.
BPR dan BPRS bunga penjaminan LPS

Informasi Menu filter


perkembangan jumlah berdasarkan wilayah,
3. BPR/BPRS dan kinerja 6. jenis usaha dan fitur
keuangan secara membandingkan antar
agregat BPR/BPRS

Gambar 3.11. Lingkup dan Fitur Aplikasi iBPR-S

Booklet Perbankan Indonesia 97


Aplikasi iBPR-S merupakan aplikasi berbasis web dan mobile friendly yang
mengagregasi data dari laporan rutin BPR/BPRS. Data laporan rutin BPR/BPRS
akan diolah dan dikinikan secara otomatis untuk ditampilkan pada Aplikasi iBPR-S.
Laporan Bulanan
(APOLO)

Gambar 3.12. Alur Proses Otomasi iBPR-S dan Keterhubungan dengan Website BPR/BPRS

Sebagaimana alur proses pada Gambar 3 di atas, pada aplikasi iBPR-S juga tersedia
link website masing-masing BPR/BPRS sehingga masyarakat dapat terhubung
dengan mudah ke website individual BPR/BPRS.

OJK menghimbau agar BPR/BPRS dan Asosiasi (Perbarindo, Perbamida, dan Asbisindo)
dapat mendorong penggunaan iBPR-S oleh masyarakat dalam memperoleh informasi
terkait BPR/BPRS. Selain itu, agar penyediaan informasi produk dan layanan
BPR/BPRS melalui aplikasi iBPR-S dapat berjalan optimal sehingga masyarakat
memperoleh manfaat terbaik, salah satu prasyarat yang harus dipenuhi adalah
peningkatan kualitas data pelaporan dari BPR/BPRS.

G. Credit Reporting System dan


Sistem Informasi Perkreditan
Indonesia merupakan salah satu negara yang
menyelenggarakan sistem pelaporan kredit atau
credit reporting system/CRS secara dual system,
yakni public credit registry (PCR) dan private
credit bureau (PCB).

98 Booklet Perbankan Indonesia


Dari sisi PCR, OJK sebagai lembaga LPIP merupakan lembaga atau badan yang
yang memiliki otoritas pengaturan dan menghimpun dan mengolah data kredit dan
pengawasan terhadap sektor jasa keuangan data lainnya untuk menghasilkan informasi
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 perkreditan yang bernilai tambah seperti
tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK), credit profile dan credit scoring, customer
telah mengembangkan sistem informasi monitor, credit alerts, dan Small Medium
perkreditan yang disebut dengan Sistem Enterprise (SME) grading. LPIP dapat
Layanan Informasi Keuangan (SLIK) melakukan kerjasama dengan lembaga
guna mendukung pelaksanaan tugas keuangan dan non lembaga keuangan untuk
pengawasan dan layanan informasi di memperluas dan memperkaya cakupan data
bidang keuangan. Sementara itu, PCB kredit dan data lainnya. Adapun konsep CRS
di Indonesia dikenal sebagai Lembaga di Indonesia adalah sebagai berikut:
Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP).

Gambar 3.13. Ilustrasi Kerangka Credit Reporting System di Indonesia

Booklet Perbankan Indonesia 99


Tata cara pelaporan pelaporan dan OJK No.27/SEOJK.03/2022 tanggal 22
permintaan informasi debitur melalui Desember 2022 tentang Pelaporan dan
SLIK diatur dalam Peraturan OJK Nomor Pemintaan Informasi Debitur melalui
18/POJK.03/2017 Tentang Pelaporan dan Sistem Layanan Informasi Keuangan.
Permintaan Informasi Debitur Melalui Adapun ketentuan terkait LPIP diatur
Sistem Layanan Informasi Keuangan dan dalam POJK No.5/POJK.03/2022
POJK Nomor 64/POJK.03/2020 Tentang tentang Lembaga Pengelola Informasi
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Perkreditan dan Surat Edaran OJK No.27/
Keuangan Nomor 18/POJK.03/2017 SEOJK.03/2022 tanggal 22 Desember
Tentang Pelaporan dan Permintaan 2022 perihal Lembaga Pengelola
Informasi Debitur Melalui Sistem Layanan Informasi Perkreditan.
Informasi Keuangan, serta Surat Edaran

H. Arah Pengembangan SLIK


Arah Pengembangan Sistem
Layanan Informasi Keuangan
2021-2025 ditujukan untuk
memberikan gambaran
strategi yang utuh, sistematis,
dan berkesinambungan untuk
menjawab berbagai tantangan
dalam upaya mewujudkan
pengembangan SLIK yang
andal dan mendorong
percepatan inklusi keuangan.
Secara umum, arah pengembangan SLIK
2021-2025 dapat digambarkan pada pilar
sebagai berikut:

100 Booklet Perbankan Indonesia


Sistem Layanan
Informasi Keuangan (SLIK) yang
andal, adaptif, komprehensif dan terintegrasi
di Sektor Jasa Keuangan (SJK)

Perluasan
Penguatan
1. Jenis Data dan
Penambahan 2. Peningkatan
Kualitas Layanan 3. Pengembangan
Teknologi 4. Regulasi dan
Tata Kelola
Sumber Data

Meningkatkan data
Memperluas jenis Internal
management
data kredit dan data • Menyediakan data Memperkuat regulasi
lainnya analisis SLIK melalui • Memperkuat validasi yang mendukung
• Perluasan Data Big Data Analytic sistem tata kelola dan
Debitur (BDA) dan Artificial • Melakukan otomasi pengembangan SLIK
• Perluasan Data Intelligence (AI) data quality
Kredit • Menyediakan credit management
• Perluasan Data scoring • Mengakselerasi
Angunan pengkinian data
• Penambahan Data
Lainnya
Meningkatkan
Mempersiapkan
kapasitas teknologi
regulasi pendukung
informasi
di masing-masing
• Mendukung arah sektor
pengembangan
layanan SLIK
Eksternal • Mengembangkan
• Meningkatkan aplikasi SLIK untuk
Menambah Jenis kualitas layanan SLIK penyediaan dana
Pelapor kepada masyarakat mikro, ultramikro dan
• Menyediakan layanan sederhana
• Perasuransian • Mengembangkan
• Perusahaan informasi debitur Menyelaraskan
host-to-host kepada infrastruktur
Penjaminan regulasi mengenai
Pelapor pengolahan data dari
• Peer to Peer Lending SLIK, LPIP, dan
• Meningkatkan LPIP
(P2P) perundang-undangan
• Security kualitas layanan (PDP dan P2SK)
Crowdfunding (SCF) helpdesk
• Pelapor Lainnya Meningkatkan
Sesuai Kebutuhan/ Confidentiality,
Kesiapan Integrity, and
Availability (CIA)
• Mengembangkan Meningkatkan
Early Warning edukasi mengenai
System (EWS) SLIK kepada
• Menyediakan Stakeholders
Disaster Recovery
Center (DRC)

Perangkat Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)


Pendukung
(Enabler)
Sinergi dan Kolaborasi Seluruh Pemangku Kepentingan

Gambar 3.14. Arah Pengembangan SLIK

Booklet Perbankan Indonesia 101


I. Sistem Informasi Dalam
Rangka Mendukung Tugas
Pengawasan Bank
1. Sistem Informasi Perbankan
Sistem Informasi Perbankan (SIP) adalah terhadap informasi kondisi keuangan
sistem informasi yang digunakan bank, meningkatkan keamanan serta
pengawas bank dalam melakukan integritas data dan informasi perbankan.
kegiatan analisis terhadap kondisi bank, SIP dikembangkan dalam rangka
melakukan penilaian Tingkat Kesehatan mendukung tugas pengawasan bank
(TKS) Bank dengan menggunakan melalui informasi yang berkualitas,
pendekatan risiko/Risk Based Bank dengan menyediakan fungsi-fungsi
Rating (RBBR), mempercepat akses sebagai berikut:

a. sebagai business tool sekaligus media penyajian informasi secara cepat


hingga level strategis;
b. menyediakan informasi yang bersifat makro, individual bank, maupun
informasi lain terkait lingkungan bisnis dari bank; dan
c. mengintegrasikan data yang saat ini tersebar pada sistem yang berbeda-
beda.

2. Aplikasi Pelaporan Online OJK


Aplikasi Pelaporan Online OJK (APOLO) merupakan aplikasi berbasis web yang
berfungsi untuk memberikan layanan kepada Lembaga Jasa Keuangan khususnya
Perbankan dalam memenuhi kewajiban penyampaian pelaporan secara online.
APOLO dapat diakses oleh pengguna internal maupun eksternal OJK melalui website
Aplikasi Portal Pelaporan Terintegrasi.

Adapun jenis pelaporan yang telah difasilitasi APOLO pada lampiran.

3. OJK Box (O-Box)


Aplikasi O-Box adalah aplikasi yang dapat menampilkan informasi preliminary
pengawasan yang terdiri dari informasi kuantitatif dan kualitatif yang disediakan oleh
bank melalui sebuah repository. Repository tersebut akan diakses oleh pengawas
melalui O-Box Web

102 Booklet Perbankan Indonesia


4. Sistem Layanan Informasi Keuangan
SLIK adalah sistem informasi yang dikelola risiko kredit /pembiayaan sehingga
oleh OJK untuk mendukung pelaksanaan dapat membantu menurunkan tingkat
tugas pengawasan dan layanan informasi risiko kredit/pembiayaan bermasalah.
di bidang keuangan. SLIK merupakan Dengan ketersediaan data debitur yang
infrastruktur penting di sektor jasa komprehensif dan lintas sektor, maka
keuangan yang dapat dimanfaatkan untuk upaya perluasan akses kredit/pembiayaan
melakukan mitigasi risiko, khususnya dapat dilakukan dengan lebih optimal.

Masyarakat
Indonesia
1. Mempercepat waktu persetujuan
kredit/pembayaran
1. Mendukung pertumbuhan ekonomi
2. Pengecekan riwayat perkreditan
yang berkesinambungan
pribadi
2. Mendukung pelaksanaan tata kelola
3. Memperluas akses bagi debitur
pemerintahan yang baik dengan
UMKM dan sektor internal untuk
memberikan informasi kepada
memperoleh kredit/pembiayaan
lembaga negara (KPK, Kepolisian,
berdasarkan reputasi keuangan
Bank Sentral, dll)
4. Mendorong debitur untuk menjaga
3. Meningkatkan peringkat Ease of
reputasi kredit/pembiayaan
Doing Business (EODB) Indonesia
khususnya aspek getting credit.

Sistem Informasi yang


dikelolah oleh OJK untuk
mendukung pelaksanaan
tugas pengawasan dan
layanan informasi di
bidang keuangan
Pelapor
Otoritas Jasa Keuangan
1. Mendukung kelancaran proses
pemberian fasilitas penyediaan Tools untuk pengawasan yang efektif
barang di sektor jasa keuangan
2. Menerapkan manajemen risiko kredit
3. Mengidentifikasi kualitas debitur
untuk pemenuhan ketentuan OJK
atau pihak lain
4. Pengelolaan sumber daya manusia
pada Pelapor
5. Verifikasi untuk kerjasama Pelapor
dengan pihak ketiga

Gambar 3.15. Sistem Layanan Informasi Keuangan

Booklet Perbankan Indonesia 103


31 Desember 2013

Masa Transisi SID-SLIK


(31 Desember 2013 s.d 31 Desember 2017)
Pengalihan Kewenangan terkait
informasi perkreditan dari BI ke OJK
Gambar 3.16.
Roadmap Implementasi SLIK

April 2017

Peresmian SLIK
Pelaporan oleh pelapor SID
Penerbitan POJK

September 2017

1 Januari 2018

29 Desember 2020
15 Januari 2021 Implementasi SLIK
secara penuh (SID
ditutup)

31 Desember 2018

28 Februari 2021

31 Desember 2021
31 Desember 2022
Batas waktu keanggotaan wajib bagi
seluruh perusahaan Modal Ventura, Modal
Ventura Syariah, Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur, dan Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur Syariah

104 Booklet Perbankan Indonesia


Gambar Mekanisme Permintaan iDeb
melalui SLIK

Booklet Perbankan Indonesia 105


• Secara daring (Kantor Pusat)

106 Booklet Perbankan Indonesia


Booklet Perbankan Indonesia 107
108 Booklet Perbankan Indonesia
• Gambar cakupan informasi debitur
yang diperoleh masyarakat

DATA

Kualitas
Penyediaan
Data Pokok
Data
Debitur

Penjamin
Agunan

Fasilitas
Penyediaan
Penjamin
Dana

Gambar 3.17. Cakupan Informasi Debitur yang Diperoleh Masyarakat

• Gerai SLIK
Sejak Januari 2018, masyarakat dapat Selanjutnya, berkenaan dengan situasi
memperoleh informasi debitur melalui yang mulai kembali kondusif dan dengan
Gerai Pelayanan SLIK secara tatap muka di menerapkan protokol kesehatan, layanan
seluruh kantor OJK setiap hari kerja. Namun SLIK kepada masyarakat secara tatap
demikian, dalam rangka meminimalkan muka di Kantor Pusat OJK kembali dibuka
risiko penyebaran COVID-19 dan menjaga sejak tanggal 6 Desember 2021 dengan
agar pelayanan jasa keuangan kepada memperhatikan kondisi COVID-19. Adapun
masyarakat tetap berjalan dengan optimal, layanan masyarakat secara tatap muka
sejak Maret 2020 layanan SLIK di Kantor pada KR/KOJK menyesuaikan kondisi
Pusat dialihkan secara online melalui masing-masing kantor.
website antrian SLIK.

Booklet Perbankan Indonesia 109


5. OSIDA
OJK Suptech Integrated Data Analytics, atau OSIDA,
merupakan pemanfaatan Suptech di OJK untuk
mengotomasi analisis data secara terintegrasi
untuk meningkatkan efektivitas pengawasan.

OSIDA memungkinkan pengawas untuk:


a. Memperoleh redflag saat Indikator Risiko Utama pada bank yang
diawasi memburuk.
b. Melakukan intervensi lebih awal atas peningkatan risiko tertentu
pada bank yang diawasi.
c. Memperoleh gambaran utuh atas bank yang diawasi, karena analisis
dilakukan berdasarkan populasi data, bukan sampling.

Mendeteksi anomali sebagai indikasi awal kelemahan governance pada aktivitas


bisnis bank, potensi fraud, manipulasi data, dan ketidakpatuhan pada ketentuan.

6. Minisite iBPR-S
Minisite iBPR S adalah aplikasi web based bersifat mobile friendly yang bertujuan
untuk mendorong akselerasi transformasi digital industri BPR/BPRS, sehingga dapat
meningkatkan daya saing industri dan meningkatkan akses masyarakat terhadap
produk dan layanan keuangan dari BPR/BPRS.

J. KAP dan AP di Sektor Perbankan


1. Peran Kantor Akuntan Publik dan
Akuntan Publik di Sektor Perbankan
Berdasarkan UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Akuntan Publik
memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung perekonomian
nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu
informasi dalam bidang keuangan pada seluruh sektor perekonomian dimaksud.
Secara khusus di sektor jasa keuangan, Akuntan Publik memiliki peran yang sentral

110 Booklet Perbankan Indonesia


dalam melindungi kepentingan publik yang tumbuh secara berkelanjutan dan
yang mencakup berbagai pemangku stabil.
kepentingan, terutama pemilik dana/
simpanan, investor, pemegang polis, POJK No.13/POJK.03/2017 tanggal 27
Pemerintah, lembaga jasa keuangan, dan Maret 2017 tentang Penggunaan Jasa
masyarakat umum. Akuntan Publik Dan Kantor Akuntan
Publik Dalam Kegiatan Jasa Keuangan
Pemeriksaan oleh Akuntan Publik yang (telah dicabut dengan terbitnya POJK 9
dilakukan sesuai dengan norma dan Tahun 2023 tanggal 11 Juli 2023 tentang
ketentuan yang berlaku, khususnya Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan
terhadap industri perbankan, akan Kantor Akuntan Publik Dalam Kegiatan
membantu meyakini bahwa bank selalu Jasa Keuangan) mengatur bahwa sebelum
berupaya lebih baik dan lebih berhati-hati memberikan jasa kepada pihak yang
dalam menjalankan kegiatan usahanya. melaksanakan kegiatan jasa keuangan,
Selanjutnya, bank yang sehat akan dapat Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
mendukung terciptanya sistem keuangan wajib terlebih dahulu terdaftar pada OJK.

2. Program Capacity Building bagi


Akuntan Publik di Sektor Perbankan
Peranan Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik
yang terdaftar di OJK dalam memastikan kualitas
informasi bagi pemangku kepentingan secara luas
mensyaratkan kompetensi profesional dan independensi.
Akuntan Publik dituntut untuk pengetahuan di bidang jasa keuangan dan
senantiasa memelihara, meningkatkan industri yang menggunakan jasa Akuntan
dan mengembangkan kompetensi Publik. Untuk menjaga dan meningkatkan
profesionalnya melalui proses belajar kompetensi dan pengetahuan tersebut,
yang berkesinambungan. Pengembangan Akuntan Publik diwajibkan untuk mengikuti
kompetensi profesional bagi Akuntan PPL khusus bagi Akuntan Publik, yang
Publik diharapkan berlangsung sejajar diselenggarakan oleh lembaga yang
dengan perkembangan industri jasa diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan, yaitu
keuangan, khususnya perbankan, yang asosiasi profesi Akuntan Publik yang
begitu cepat. ditetapkan oleh Menteri Keuangan (dalam
hal ini adalah IAPI), paling sedikit sesuai
Berlakunya POJK No.13/POJK.03/2017 dengan jumlah Satuan Kredit Pendidikan
yang dicabut dengan POJK 9 Tahun 2023, Profesional Berkelanjutan (SKP) yang
diharapkan mampu mendorong Akuntan wajib dipenuhi setiap tahun sebagaimana
Publik untuk memiliki kompetensi dan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Booklet Perbankan Indonesia 111


3. AP/KAP Terdaftar di OJK sektor Perbankan

Berdasarkan administrasi OJK sektor Perbankan,


pada posisi Desember 2022 terdapat 314
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di
OJK, dengan 253 KAP diantaranya memiliki AP
terdaftar di sektor Perbankan.

Adapun lembaga Jasa Keuangan di Sektor bank), yaitu seluruh bank umum serta BPR/
Perbankan yang wajib di audit oleh KAP/ BPR Syariah dengan total aset BPR/BPR
AP yang terdaftar di OJK (klien) Tahun Syariah minimal Rp10 miliar.
2022 adalah 1.587 Bank (92,6% dari total

AP/KAP yang terdaftar di OJK Des, Des, Des, Des, Des,


sektor perbankan 2018 2019 2020 2021 2022

KAP yang terdaftar di OJK 224 271 285 305 314

KAP yang memiliki AP yang 192 225 257 240 253


terdaftar di sektor perbankan

AP Perbankan Syariah wajib memiliki


terlebih dahulu atau secara bersamaan
Syariah Surat Tanda Terdaftar (STTD) AP Sektor
Perbankan Konvensional

Bagi Akuntan Publik yang ingin terdaftar di OJK dapat


mengajukan permohonan pendaftaran secara online melalui
Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi (SPRINT) (http://
sprint.ojk.go.id)

112 Booklet Perbankan Indonesia


K. ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF)
ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) adalah inisiatif ASEAN di bawah ASEAN
Framework Agreement on Services – Financial Services Liberalisation (AFAS-FSL).

yang bertujuan menciptakan mekanisme


dan mempercepat integrasi perbankan
melalui pemberian akses pasar (market
access) dan keleluasaan beroperasi
(operational flexibility) di negara anggota
ASEAN dengan tetap memperhatikan
pemenuhan persyaratan prudensial yang
berlaku di masing-masing negara ASEAN.
Negara anggota ASEAN telah menyusun Bank-bank yang akan menikmati manfaat
guidelines ABIF yang disepakati pada akhir ABIF adalah bank terbaik yang dimiliki
tahun 2014. Dokumen tersebut menjadi oleh negara anggota ASEAN (ASEAN
panduan bagi negara-negara anggota Indigenous Bank) yang mendapatkan
ASEAN untuk melakukan perjanjian status Qualified ASEAN Banks (QAB).
bilateral ABIF. Di dalam Guidelines ABIF, QAB harus memenuhi beberapa
diatur prinsip-prinsip integrasi yang harus persyaratan yang telah disepakati
diacu serta tahapan yang akan dilalui berdasarkan guidelines ABIF yaitu:
dalam proses integrasi tersebut.

Track Record Otoritas


Modal
Tata Kelola Home Country

Memiliki track
record yang Mempunyai
Mempunyai Didukung oleh
baik, antara modal yang
Tata Kelola otoritas home
lain ditunjukkan cukup dan sehat
yang baik country untuk
melalui market secara finansial
menjadi QAB
share yang besar;

Gambar 3.18. Ilustrasi persyaratan Qualified ASEAN Banks

Booklet Perbankan Indonesia 113


L. Asesmen Internasional
Pada tahun 2022, OJK berpartisipasi aktif
pada beberapa grup dalam Basel Committee
on Banking Supervision (BCBS).

Pada triwulan III, OJK menghadiri Consultative Paper dimaksud mengacu


pertemuan rutin Group of Governors pada publikasi BCBS pada bulan Juni
and Heads of Supervision (GHOS) dan 2022 mengenai Principles for the effective
Basel Committee on Banking Supervision management and supervision of climate-
(BCBS) di Basel, Swiss bersama dengan related financial risks. Consultative Paper
pimpinan otoritas keuangan di dunia yang dimaksud mencakup prinsip-prinsip yang
membahas mengenai isu terkini di sektor bertujuan mencapai keseimbangan dalam
perbankan dan jasa keuangan serta arah penerapan climate-related financial risks
kebijakan keuangan global ke depan. sebagai dasar implementasi bagi bank.

Selanjutnya, memperhatikan Selain Consultative Paper mengenai


perkembangan isu global mengenai manajemen risiko keuangan terkait iklim,
dampak iklim terhadap risiko bagi OJK mempublikasikan Consultative Paper
perbankan, OJK mempublikasikan mengenai Operational Resilience yang
Consultative Paper Prinsip Manajemen dilatarbelakangi oleh berbagai peristiwa
Risiko yang Efektif atas Risiko Keuangan disruptif yang terjadi selama beberapa
Iklim pada bulan September 2022. tahun terakhir, termasuk kegagalan yang

114 Booklet Perbankan Indonesia


diakibatkan teknologi, wabah pandemi, dan ketergantungan terhadap pihak ketiga
bencana alam yang menjadi tantangan terus memaparkan bank terhadap sejumlah
yang signifikan bagi industri perbankan. risiko operasional. Ketahanan operasional
Kemajuan di bidang teknologi telah yang fleksibel dapat meningkatkan
meningkatkan kemampuan bank untuk kemampuan bank untuk mempersiapkan,
mengidentifikasi dan pulih dari berbagai menyesuaikan, menghadapi dan pulih
jenis disrupsi tetapi ancaman operasional dari disrupsi, dan untuk melanjutkan
yang semakin canggih dan pertumbuhan operasional.

Melalui ketahanan operasional, bank


diwajibkan memiliki kemampuan untuk tetap
melangsungkan bisnisnya seiring dengan
munculnya gangguan yang tak terduga.

1. RCAP Liquidity Coverage Ratio (LCR)


dan Permodalan (Capital)
BCBS telah menetapkan hasil penilaian RCAP https://www.
dengan nilai Compliant (C) untuk kerangka Liquidity bis.org/bcbs/
publ/d393.htm
Coverage Ratio (LCR) dan Largely Compliant (LC)
untuk Kerangka permodalan (capital). Pencapaian
tersebut telah dipublikasikan oleh BCBS pada 19
Maret 2020 pada situs BCBS (https://www.bis.org/ https://www.
bis.org/bcbs/
bcbs/publ/d393.htm dan https://www.bis.org/bcbs/ publ/d393.htm
publ/d393.htm).

Persiapan RCAP merupakan proses yang panjang dan tidak mudah karena dimulai
dengan self-assessment yang bertujuan untuk mengidentifikasi gaps antara kerangka
Basel dengan ketentuan yang berlaku. Hasil self-assessment kemudian disampaikan
kepada BCBS sebagai acuan untuk pelaksanaan assessment dengan asesor RCAP. Atas
hasil assessment tersebut, asesor dapat mewajibkan anggota BCBS yang sedang dinilai
untuk melakukan penyempurnaan terhadap regulasinya agar sejalan dengan standar
internasional. Pada RCAP Capital dan LCR misalnya, Indonesia melakukan penyempurnaan
terhadap 10 (sepuluh) regulasi. Dengan telah ditetapkannya penilaian RCAP Indonesia
untuk Capital dan LCR, maka regulasi perbankan Indonesia telah sejajar dengan negara-
negara anggota BCBS lainnya. Seperti halnya pada RCAP Capital, nilai yang diperoleh
Indonesia sama dengan Amerika Serikat dan bahkan lebih tinggi dari Uni Eropa.

Booklet Perbankan Indonesia 115


2. RCAP Net Stable Funding Ratio (NSFR)
dan Large Exposures (LEx)
BCBS pada pertemuan tanggal 27 Februari 2020 di
https://www.
Basel, Swiss telah menetapkan hasil penilaian RCAP bis.org/bcbs/
dengan nilai Compliant (C) untuk kerangka Net Stable publ/d494.htm

Funding Ratio (NSFR) dan Large Exposures (LEx).


Pencapaian tersebut telah dipublikasikan oleh BCBS
pada 19 Maret 2020 pada situs BCBS (https://www. https://www.
bis.org/bcbs/
bis.org/bcbs/publ/d494.htm dan https://www.bis.org/ publ/d497.htm
bcbs/publ/d497.htm).

Nilai Compliant tersebut merupakan kredit kepada plasma dapat dikecualikan


nilai tertinggi yang dapat diberikan dari penggolongan kelompok peminjam.
kepada negara yang menjalani RCAP Pengecualian tersebut penting bagi
dan menandakan regulasi NSFR dan perekonomian nasional karena dapat
LEx Indonesia telah sesuai dengan mempermudah akses petani ke sumber
standar perbankan internasional. pembiayaan.
Hasil ini juga membuktikan Indonesia
dapat mengimplementasikan standar Hasil yang diperoleh Indonesia sejajar
perbankan internasional dengan tetap dengan anggota BCBS lainnya, seperti
memperhatikan best fit standar bagi Australia dan Republik Rakyat Tiongkok.
kepentingan nasional. Untuk kerangka Capaian hasil tersebut diharapkan dapat
LEx, Indonesia berhasil mempertahankan meningkatkan kepercayaan masyarakat
argumen bahwa pemberian kredit bank terhadap operasional perbankan di
dengan pola kemitraan inti-plasma Indonesia.
dengan skema perusahaan inti menjamin

3. Country Peer Review oleh Financial Stability Board (FSB)


terkait Over the Counter (OTC) Derivatives Reforms
Pada tahun 2020, telah dilaksanakan langkah-langkah yang telah dilakukan
Financial Stability Board (FSB) Country Indonesia terkait rekomendasi Financial
Peer Review (CPR) terkait OTC Derivative Sector Assessment Program (FSAP). Pada
Reform di Indonesia. CPR ini bertujuan awal tahun 2020, OJK bersama dengan
untuk melakukan monitoring komitmen Bank Indonesia, Kementerian Keuangan,
anggota FSB atas implementasi dan dan Badan Pengawas Perdagangan
efektivitas regulasi dan pengawasan di Berjangka Komoditi telah melewati tahap
sektor keuangan. Reviu dilakukan terhadap preparation berupa penyelesaian kuesioner

116 Booklet Perbankan Indonesia


terkait OTC Derivative Reform dari FSB. FSB dengan seluruh otoritas dalam rangka
Kemudian pada Triwulan III 2020 dilakukan klarifikasi dan permintaan informasi
tahapan on-site assessment secara virtual lanjutan atas kuesioner yang sebelumnya
berupa dialog langsung antara tim asesor telah dilengkapi oleh otoritas Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari implementasi Over


the Counter (OTC) Derivative Reform, OJK telah
mempublikasikan Consultative Paper (CP)
Margin Requirement for Non Centrally Cleared
Derivatives (NCCD) pada 24 Agustus 2020.
CP ini memuat prinsip-prinsip implementasi persyaratan margin atas NCCD di Indonesia,
yang antara lain mencakup pengaturan entitas yang akan dikenai margin, metode
perhitungan margin, syarat agunan, dan phase in period penerapan persyaratan margin.
Kemudian pada tanggal 9 Oktober 2020, OJK juga telah menerbitkan CP Penyediaan
Permodalan untuk Eksposur Bank Terhadap Central Counterparties (CCP) yang memuat
prinsip-prinsip pengaturan mengenai eksposur terhadap CCP serta persyaratan
permodalan yang harus dipenuhi oleh Bank.

Adapun hasil FSB CPR menunjukkan gambaran struktur pasar OTC derivative di Indonesia,
progres langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam mereformasi pasar
OTC derivative sebagaimana kesepakatan dalam G20 di tahun 2009. Secara umum,
terdapat progres yang cukup baik untuk reformasi OTC Derivative di Indonesia. Adapun
3 rekomendasi yang disampaikan oleh tim asesor untuk Indonesia, yaitu:

1. Melanjutkan pengembangan trade reporting, penggunaan dan transparansi


data OTC derivative.

2. Menyelesaikan ketidakpastian hukum terkait dengan hukum netting.

3. Mengimplementasikan reformasi OTC derivative lainnya dengan urutan


pemberlakuan yang sesuai:
a. Central clearing of standardized OTC derivatives,
b. Margin requirements untuk Non-Centrally Cleared Derivatives (NCCDs),
c. pemenuhan permodalan untuk eksposur bank terhadap Central Clearing
Counterparties (CCPs).

Booklet Perbankan Indonesia 117


M. Pelaksanaan Penyidikan
Sektor Jasa Keuangan
Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (UU OJK), salah satu
kewenangan Otoritas Jasa Keuangan
adalah melakukan Penyidikan terhadap
Lembaga Jasa Keuangan. Pada tahun
2022, Otoritas Jasa Keuangan berhasil
menyelesaikan 20 perkara kasus di sektor
jasa keuangan yang telah dinyatakan
lengkap oleh Jaksa Penuntut Umum
(P-21) dan telah dilakukan penyerahan
tersangka dan barang bukti (tahap 2).

Dari 20 perkara tersebut sebanyak 18 Tengah, Kepolisian Daerah Jawa Timur


perkara berasal dari sektor Perbankan dan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur serta
dan dua perkara dari sektor IKNB. Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta
Dengan demikian, sejak 2014 sampai dan Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa
2022 Penyidik OJK telah menyelesaikan Yogyakarta.
total 99 perkara yang terdiri dari 78
perkara Perbankan, 5 perkara Pasar Tugas Penyidikan OJK juga mendapatkan
Modal dan 16 perkara IKNB. penghargaan sebagai Penyidik Terbaik
dari Bareskrim Polri pada 24 November
Saat ini, OJK memiliki 17 penyidik yang 2022 atas prestasi penegakan hukum
terdiri dari 12 penyidik Kepolisian dan di sektor jasa keuangan selama
5 penyidik PNS. Untuk memperkuat 2022. OJK menjadi lembaga terbaik
kewenangan penyidikan dan untuk dalam penyelesaian kasus untuk
membangun sistem peradilan pidana kategori Penyidik Pegawai Negeri Sipil
yang kredibel, OJK secara rutin Kementerian/Lembaga.
menggelar koordinasi dengan lembaga
maupun Aparat Penegak Hukum Dengan langkah-langkah penguatan
yaitu Polri, Kejaksaan RI, PPATK dan dan penegakan hukum tersebut, OJK
Lembaga Penjamin Simpanan. Selama optimis stabilitas sistem keuangan dapat
2022, penyidik OJK juga telah melakukan terjaga khususnya dalam mengantisipasi
penguatan koordinasi dan komunikasi peningkatan risiko eksternal dan
dalam bentuk edukasi pencegahan semakin mendorong pemulihan ekonomi
tindak pidana sektor jasa keuangan nasional.
dengan Kepolisian Daerah Sulawesi

118 Booklet Perbankan Indonesia


Daftar Perkara P-21 Tahun 2022
No. Nama Entitas Perkara

1. Perbankan PT BPR Sumber Tiopan B-705/E.3/Eku/1/2/2022 tanggal 2 Februari 2022


Raya, Tanjung Morawa 1

2. Perbankan PT BPR Caliste Bestari, B-1114/E.3/Eku.1/3/2022 tanggal 4 Maret 2022


Bali 1

3. Perbankan PT BPR Caliste Bestari, B-1113/E.3/Eku.1/3/2022 tanggal 4 Maret 2022


Bali 2

4. Perbankan PT BPR Sumber Tiopan B-1134/E.3/Eku.1/4/2022 tanggal 22 Mar 2022


Raya, Tanjung Morawa 2

5. Perbankan PD Marunting Sejahtera B-1470/E.3/Eku.1/4/2022 tanggal 11 April 2022


Pangkalan Bun

6. Perbankan PT BPR Sadhya B-1771/E.3/Eku.1/4/2022 tanggal 27 April 2022


Muktiparama

7. Perbankan PT BPRS Asri Madani B-2146/E.3/Eku.1/06/2022 tanggal 6 Juni 2022


Nusantara jember 1

8. Perbankan PT BPRS Asri Madani B-2148/E.3/Eku.1/06/2022 tanggal 6 Juni 2022


Nusantara jember 2

9. Perbankan PT BPRS Asri Madani B-2147/E.3/Eku.1/06/2022 tanggal 6 Juni 2022


Nusantara jember 3

10. Perbankan PT BPR Utomo Widodo, B-2901/E.3/Eku.1/7/2022 tanggal 20 Juli 2022


Ngawi 1

11. Perbankan PT BPR Utomo Widodo, B-2902/E.3/Eku.1/7/2022 tanggal 20 Juli 2022


Ngawi 2

12. Perbankan PT BPR Delanggu Raya, B-2983/E.3/Eku.1/7/2022 tanggal 25 Juli 2022


Klaten

13. Perbankan PT BPR Nusantara Bona B-3760/E.3/Eku.1/7/2022 tanggal 20 September 2022


Pasogit 31, Tasikmalaya

14. Perbankan PT BPD Jateng KC Cilacap B-4229/E.3/Eku.1/11/2022 tanggal November 2022

15. Perbankan PD Bahteramas Buton 2 B-4230/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 20 November 2022

16. IKNB CV Duta Asuransi B-4520/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 30 November 2022


Indonesia 2

17. IKNB CV Duta Asuransi B-4521/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 20 November 2022


Indonesia 3

18. Perbankan PT BPR Sewu Bali 1 B-4534/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 20 November 2022

19. Perbankan PT BPR Sewu Bali 2 B-4635/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 20 November 2022

20. Perbankan PT BPR Sewu Bali 3 B-4742/ E.3/Eku.1/12/2022 tanggal Desember 2022

Tabel 3.8. Daftar Perkara P-21 Tahun 2022

Booklet Perbankan Indonesia 119


Pelaksanaan Tugas Satgas Waspada Investasi
Dalam rangka pelaksanaan tugas, selama Tahun 2022 Satgas Waspada Investasi
telah melakukan:

a. Tindakan Pencegahan (Preventif) dilakukan melalui:


1. koordinasi dengan anggota Satgas Waspada Investasi;
2. edukasi kepada Pelaku Industri Sektor Jasa Keuangan dan masyarakat;
dan
3. mewajibkan seluruh industri keuangan yang belum terdaftar untuk
segera memperoleh izin dari OJK
Kegiatan Pencegahan dengan dilakukan 7 kali Sosialisasi, 113 kali kegiatan
Narasumber, 23 kali Pembekalan TKSWID, 146 Wawancara Media, dan 11
kali kuliah umum di beberapa perguruan tinggi/universitas.

b. Tindakan Penanganan (Represif)


1. menangani investasi ilegal sebelum banyak korban dengan menghentikan
aktivitas entitas investasi ilegal;
2. mengumumkan investasi ilegal kepada masyarakat melalui Siaran Pers;
3. mengajukan blokir website dan aplikasi secara rutin kepada Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia;
4. memperkuat proses penegakan hukum bagi pelaku investasi ilegal; dan
5. menyampaikan laporan informasi kepada Bareskrim Polri untuk proses
penegakan hukum.
Kegiatan penanganan dilakukan dengan 10 kali Rapat Koordinasi, 9 kali
Siaran Pers, menghentikan kegiatan 106 entitas investasi ilegal, 698
pinjaman online ilegal, dan 91 gadai ilegal.

Pada tanggal 29 Desember 2022, Nota Kesepakatan dan Perjanjian Kerja Sama
Satgas Waspada Investasi berakhir sesuai dengan:

1. Pasal 18 ayat (1) Nota Kesepakatan tentang Koordinasi Pencegahan dan


Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana
Masyarakat dan Pengelolaan Investasi yang ditandatangani tanggal 29 Desember
2017 bahwa: “Jangka waktu Nota Kesepakatan ini adalah selama 5 (lima) tahun,
terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Nota Kesepakatan ini.”

120 Booklet Perbankan Indonesia


2. Pasal 13 ayat (2) Perjanjian Kerja Sama tentang Pencegahan dan Penanganan
Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat
dan Pengelolaan Investasi yang ditandatangani tanggal 25 Mei 2018 bahwa:
“Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan Nota
Kesepakatan.”

Dalam rangka meningkatkan komitmen pencegahan dan penanganan dugaan


tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan
investasi secara optimal, maka dilakukan perpanjangan kerja sama dan koordinasi
antar instansi yang menjadi anggota Satgas Waspada Investasi. Nota Kesepakatan
dan Perjanjian Kerja Sama Satgas Waspada Investasi disepakati untuk ditandatangani
secara sirkuler per tanggal 23 Desember 2022.
Selain itu, pada tanggal 22 November 2022, Satgas Waspada Investasi telah memiliki
logo yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Satgas Waspada Investasi Nomor
2/KEP/2022 tanggal 22 November 2022 tentang Logo Satgas Waspada Investasi.
Logo Satgas Waspada Investasi saat ini sedang diajukan pencatatan ke Kementerian
Hukum dan HAM RI sebagai berikut:

Konfigurasi Logo Makna Logo


Horizontal dengan perbandingan panjang • Warna dasar putih tanpa bingkai: SWI selalu
dan lebar adalah 6:3, huruf Satgas Waspada terbuka menerima informasi/pengaduan
Investasi menggunakan jenis huruf Avenir mengenai investasi ilegal demi memberi
rasa aman bagi investor
Komposisi Warna Logo
• Bentuk mata menyerupai setengah perisai
berwarna Hijau: pengawasan terhadap
Hijau untuk warna perisai
kegiatan investasi ilegal dan menjadi
RGB 32.175.109
benteng serta memberi ketenangan bagi
masyarakat dari modus-modus investasi
Merah 1 untuk warna mata
ilegal
RGB 230.33.42
• Mata dengan warna Merah: Pengawasan
Biru tua untuk warna tulisan yang dilakukan dengan tujuan untuk
Satgas Waspada menghentikan kegiatan investasi ilegal
RGB 32.46.70 • Contreng (Check List) warna Merah pada
teks investasi: Memberikan edukasi kepada
Merah 2 untuk warna contreng masyarakat memilih investasi yang tepat
RGGB 219.2130

Booklet Perbankan Indonesia 121


Trend Penanganan Entitas Ilegal 2017 s.d. 2022

Tahun 2017
30 Investasi Uang 3 Investasi Properti 2 Pelunasan Hutang
2 2
79 7 Investasi Forex
2
Aset Manajemen
2
Kredit Mobil

Investasi
7 Cryptocurrency Investasi Saham Produk Kecantikan

Ilegal 3 Investment Broker 2 Deposito Berjangka 17 Lainnya

Tahun 2018
404 Pinjol Ilegal 32 MLM
106 404 39 Forex/Future Trading 16 Lainnya
Investasi Pinjol 19 Investasi Cryptocurrency
Ilegal Ilegal

Tahun 2019 1.493 Pinjol Ilegal 336 Forex/Future


Trading
68 Gadai Ilegal
442 1.493 68 19 MLM Tanpa Izin 12 Investasi Uang
Investasi Pinjol Gadai
13 Investasi 62 Lainnya
Ilegal Ilegal Ilegal
Cryptocurrency

Tahun 2020 1.026 Pinjol Ilegal


224 Forex/Future Trading
75 Gadai Ilegal
347 1.026 75 23 MLM Tanpa Izin
4 Money Game

Investasi Pinjol Gadai 29 Investasi Uang


Ilegal Ilegal Ilegal 11 Investasi 56 Lainnya
Cryptocurrency

Tahun 2021 881 Pinjol Ilegal Penjualan


7
17 Gadai Ilegal Langsung
98 811 17 9 Investasi Forex 32 Money Game
Investasi Pinjol Gadai
Investasi 34 Lainnya
Ilegal Ilegal Ilegal 16 Cryptocurrency

Tahun 2022 5 Investasi Forex


698 Pinjol Ilegal
1
169 698 91 91 Gadai Ilegal
41
MLM Ilegal

Investasi Pinjol Gadai Money Game


16 Investasi
Ilegal Ilegal Ilegal Cryptocurrency 106 Lainnya

122 Booklet Perbankan Indonesia


N. Pengawasan Terintegrasi dan
Konglomerasi Keuangan
Pengawasan terintegrasi yang dilakukan keuangan karena adanya keterkaitan
OJK merupakan pengawasan terhadap kepemilikan dan/atau pengendalian.
seluruh sektor jasa keuangan, yaitu Setiap konglomerasi keuangan memiliki
sektor perbankan, pasar modal dan struktur yang terdiri dari entitas utama
industri keuangan nonbank. Pengawasan dan anggota konglomerasi keuangan.
terintegrasi tersebut hanya dilakukan Secara umum, entitas utama tersebut
terhadap lembaga jasa keuangan memiliki aset terbesar dan/atau kualitas
yang tergabung dalam konglomerasi penerapan manajemen risiko yang baik.

Sesuai POJK Nomor 45/POJK.03/2020 tentang


Konglomerasi Keuangan, entitas utama
merupakan lembaga jasa keuangan induk dari
konglomerasi keuangan atau lembaga jasa
keuangan yang ditunjuk oleh pemegang
saham pengendali konglomerasi keuangan.

Sementara itu, anggota konglomerasi asuransi dan reasuransi, perusahaan


keuangan terdiri dari perusahaan pembiayaan, dan perusahaan efek.
anak dan/atau perusahaan terelasi
beserta perusahaan anaknya. Kriteria Mengingat konglomerasi keuangan
konglomerasi keuangan sesuai POJK merupakan gabungan lembaga jasa
tersebut adalah grup/kelompok keuangan dari tiga sektor jasa keuangan,
keuangan yang memiliki aset lebih kompleksitas bisnis yang terdapat di
besar atau sama dengan Rp100 triliun dalamnya menjadi sulit dihindarkan.
dan melakukan kegiatan bisnis pada Alasannya, kompleksitas bisnis tersebut
lebih dari satu jenis lembaga jasa dapat menimbulkan concentration
keuangan. Sampai saat ini cakupan risk dan contagion risk yang dapat
lembaga jasa keuangan yang tergabung mempengaruhi konglomerasi keuangan
dalam konglomerasi keuangan tersebut tersebut secara keseluruhan, serta dapat
masih meliputi empat jenis lembaga pula berdampak terhadap stabilitas
jasa keuangan, yaitu bank, perusahaan sistem keuangan.

Booklet Perbankan Indonesia 123


Concentration risk terjadi karena Contagion risk tersebut dapat muncul
meningkatnya magnitude risiko akibat melalui transaksi intragrup, yaitu transaksi
berakumulasinya risiko dari sektor yang dilakukan antar-anggota konglomerasi
perbankan, pasar modal, dan industri keuangan yang cenderung bersifat kompleks
keuangan nonbank sebagai satu di dalam suatu konglomerasi keuangan.
kesatuan dalam konglomerasi keuangan. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan
Sementara itu contagion risk terjadi yang efektif dan komprehensif terhadap
akibat permasalahan atau risiko pada aktivitas bisnis dari konglomerasi keuangan
salah satu anggota konglomerasi keuangan tersebut, sehingga setiap permasalahan
berdampak pada meningkatnya risiko dan risiko yang muncul dapat diidentifikasi
anggota konglomerasi keuangan lain atau secara lebih dini, serta langka-langkah
konglomerasi keuangan tersebut secara pengawasan yang bersifat pre-emptive
keseluruhan. dapat diambil dengan lebih cepat untuk
mengatasinya.

Pengawasan terintegrasi yang dilakukan OJK terhadap


konglomerasi keuangan mengikuti siklus pengawasan
berdasarkan risiko sebagaimana halnya pengawasan
yang dilakukan secara individual terhadap lembaga
jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, dan
industri keuangan nonbank.

Sampai saat ini OJK memandang bahwa dan risiko secara bersama-sama dengan
metode pengawasan tersebut masih lebih mendalam dan merumuskan tindakan
cukup efektif dalam memantau kinerja dan pengawasan yang sesuai dan memadai.
mengidentifikasi serta memitigasi risiko di
sektor jasa keuangan. Salah satu siklus yang Untuk mendukung analisis tersebut,
tidak dapat diabaikan peran pentingnya aplikasi pengawasan berupa Sistem
untuk mendukung efektivitas pengawasan Informasi Pengawasan Terintegrasi (SIPT)
terintegrasi tersebut adalah mekanisme yang digunakan oleh pengawas sektor
koordinasi antara pengawas entitas utama perbankan, pasar modal, dan industri
dan pengawas anggota konglomerasi keuangan nonbank menjadi backbone utama
keuangan. Mekanisme koordinasi tersebut dalam menyediakan data kongomerasi
memungkinkan pengawas konglomerasi keuangan. Aplikasi tersebut memuat
keuangan melakukan analisis permasalahan antara lain data keuangan konglomerasi

124 Booklet Perbankan Indonesia


keuangan, profil konglomerasi keuangan termasuk keseragaman dan standarisasi
(Know Your Financial Conglomerates), struktur dan format data, serta sifat
rencana pengawasan konglomerasi laporannya. Pengembangan tersebut juga
keuangan (Integrated Supervisory Plan), memperhatikan kebutuhan pengolahan big
dan penilaian/rating kondisi konglomerasi data melalui data analytics, data science,
keuangan (Integrated Risk Rating). SIPT artificial intelligence, machine learning, dan
masih akan terus dikembangkan antara lain-lain. Dengan demikian, pengolahan
lain terkait integrasi data dengan enterprise dan ketersediaan data menjadi lebih cepat,
data warehouse (EDW) terintegrasi yang sehingga ketajaman dan kedalaman analisis
sedang dikembangkan OJK. Cakupan pengawas konglomerasi keuangan menjadi
pengembangannya antara lain juga semakin meningkat.

Dengan dukungan ketersediaan data yang lebih baik,


pengendalian kualitas (quality assurance) sebagai bagian
penting dan tidak dapat dipisahkan dari pengawasan
terintegrasi terhadap konglomerasi keuangan tentunya
juga dapat berjalan dengan lebih baik.

Sampai saat ini pengendalian kualitas dilakukan secara berkala. Rapat komite
tersebut dilakukan secara berkala melalui tersebut melibatkan seluruh Kepala
forum panel pengawasan terintegrasi, Eksekutif Pengawasan, yaitu Kepala
yaitu forum bagi pengawas konglomerasi Eksekutif Pengawas Perbankan, Kepala
keuangan dan panelis yang berasal dari Eksekutif Pengawas Pasar Modal dan
pejabat lintas sektor pengawasan di OJK Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,
melakukan review secara menyeluruh Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
terhadap pengawasan yang telah dilakukan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
oleh pengawas konglomerasi keuangan. beserta jajaran di bawahnya. Mekanisme
pengawasan terintegrasi secara berlapis
Lebih jauh, sebagai salah satu bentuk yang menekankan pada four-eye principle
pengawasan strategis terhadap di atas dimaksudkan tidak lain adalah untuk
konglomerasi keuangan tersebut, mendukung upaya penguatan konglomerasi
OJK juga memiliki mekanisme untuk keuangan untuk menjaga stabilitas sistem
memantau perkembangan kinerja dan keuangan dan memberikan kontribusi
isu-isu krusial (cross cutting issues) dari yang lebih besar lagi dalam memajukan
konglomerasi keuangan melalui Rapat perekonomian nasional.
Komite Pengawasan Terintegrasi yang

Booklet Perbankan Indonesia 125


Berdasarkan kriteria konglomerasi keuangan sesuai POJK 45, terdapat 16
konglomerasi keuangan yang diawasi OJK dengan total aset mencapai
Rp8.092 triliun dan menguasai 61,00% aset sektor jasa keuangan
(posisi Juni 2022). Konglomerasi keuangan tersebut didominasi oleh
konglomerasi keuangan yang entitas utamanya adalah bank, yaitu sebanyak
15 konglomerasi keuangan (60,08% terhadap aset sektor jasa keuangan),
sedangkan satu konglomerasi keuangan lainnya memiliki entitas utama
berupa perusahaan asuransi (0,92% terhadap aset sektor jasa keuangan).
Namun pada bulan Juli 2022, terdapat satu konglomerasi keuangan yang
sudah tidak memenuhi kriteria konglomerasi keuangan sebagaimana diatur
dalam POJK 45.

Aset Konglomerasi Keuangan


berdasarkan Entitas Utama (posisi Juni 2022)

Bank (15 KK) Asuransi (1 KK)


Total Aset: Rp 7.969,29T Total Aset: Rp 122,67T
Share terhadap SJK: 60,08% Share terhadap SJK: 0,92%

126 Booklet Perbankan Indonesia


Grafik Perkembangan Aset KK dan SJK

14.397 14.323
13.138
14.000 62,00%

12.000 11.984 61,00%

10.000 60,00%
59,34% 8.370
59,19%
8.000 6.929 59,00%
58,44%
6.000 58,00%
57,82%
7.776 8.544 8.370
4.000 57,00%

2.000 56,00%

- 55,00%
Des. 2020 Des. 2021 Des. 2022 Mar. 2023

Konglomerasi Sektor Jasa


Keuangan (Rp T) Keuangan (Rp T) Share - RHS

Grafik 3.4. Perkembangan Aset KK dan SJK

Tabel Perkembangan Aset KK dan SJK


Sumber: OJK

Des. Des. Des. Mar.


Aset ( Rp Triliun)
2020 2021 2022 2023

Konglomerasi Keuangan 6.929 7.776 8.544 8.370

Sektor Jasa Keuangan 11.984 13.138 14.397 14.323

Share - RHS 57,82% 59,19% 59,34% 58,44%

Tabel 3.8. Perkembangan Aset KK dan SJK

Booklet Perbankan Indonesia 127


A. Ketentuan Perbankan
yang Terbit Tahun 2022

B. Resume POJK Perbankan


yang diterbitkan selama
tahun 2022(Riksus Tipibank)

128 Booklet Perbankan Indonesia


Booklet Perbankan Indonesia 129
Otoritas Jasa Keuangan berwenang untuk mengatur
atau menetapkan ketentuan aspek usaha dan
kegiatan industri perbankan.
Sebagaimana Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan,

Ketentuan tersebut berbentuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK).

Sistem Informasi Ketentuan


Perbankan Online (SIKePO)

adalah sebuah aplikasi pencarian ketentuan perbankan yang berisi kodifikasi


ketentuan perbankan yang disusun secara sistematis dan komprehensif berdasarkan
topik tertentu. SIKePO berfungsi sebagai digital library ketentuan perbankan yang
menyediakan database secara lengkap, terkini, sistematis, akurat, cepat, dan mudah
digunakan. Dengan hadirnya SIKePO, diharapkan pengguna mampu untuk:
1. Mencari ketentuan perbankan secara efektif dan efisien
2. Memahami ketentuan perbankan secara komprehensif
3. Mengetahui data rekam jejak keberlakuan atas suatu ketentuan.

130 Booklet Perbankan Indonesia


SIKePO dapat diakses oleh siapapun dengan menggunakan jaringan internet.
Pengguna dapat dengan mudah mengakses SIKePO melalui browser dengan
mengklik https://sikepo.ojk.go.id atau melalui scan QR code di samping.

Apa itu SIKePO? Fitur


• Daftar Ketentuan
• Sistem Informasi Ketentuan Perbankan Online • Kodifikasi Ketentuan
• Aplikasi pencarian ketentuan perbankan yang • Rekam Jejak
dapat diakses secara online oleh internal/ • Ringkasan Ketentuan
eksternal OJK • Infografis
• Memuat informasi mengenai kodifikasi ketentuan • FAQ
perbankan (POJK, SEOJK) yang disusun secara
sistematis dan komprehensif berdasarkan topik
Segera Unduh
tertentu
dan install
• Berguna untuk memudahkan bagi stakeholders
melalui:
mengetahui dan memahami ketentuan perbankan
• Diharapkan meminimalisir terjadinya pelanggaran
terhadap ketentuan di bidang perbankan

Gambar 4.1 Informasi SIKePO

Gambar 4.2 Menu Aplikasi SIKePO

Gunakan fitur QR Code scanner pada konten berikutnya.


QR Code scanner akan menampilkan softcopy Peraturan OJK ke layar
smartphone Anda. Anda juga dapat membuka Peraturan OJK tersebut dari
sikepo.ojk.go.id.

Booklet Perbankan Indonesia 131


A. Ketentuan Perbankan
yang Terbit Tahun 2022
Sepanjang tahun 2022, OJK telah menerbitkan 13 POJK, sebagai berikut:

No Nomor Tentang Tanggal


POJK

1 1/POJK.03/2022 Layanan Keuangan tanpa Kantor dalam Rangka 6 Januari 2022


Keuangan Inklusif

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan


2 3/POJK.03/2022 Rakyat Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 4 Maret 2022

3 5/POJK.03/2022 Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan 28 Maret 2022

Penyelenggaraan Teknologi Informasi Oleh Bank


4 11/POJK.03/2022 7 Juli 2022
Umum

5 18 Tahun 2022 Perintah Tertulis 17 Oktober 2022

Perlakuan Khusus untuk Lembaga Jasa Keuangan


6 19 Tahun 2022 Pada Daerah dan Sektor Tertentu di Indonesia yang 28 Oktober 2022
Terkena Dampak Bencana

7 22 Tahun 2022 Kegiatan Penyertaan Modal Oleh Bank Umum 2 November 2022

Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank


8 23 Tahun 2022 23 November 2022
Perkreditan Rakyat dan Batas Maksimum
Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia


9 24 Tahun 2022 5 Desember 2022
Bank Umum

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank


10 27 Tahun 2022 28 Desember 2022
Umum

Penilaian
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan
11 2/POJK.03/2022 Unit
Unit Usaha
Usaha Syariah
Syariah. 7 Februari 2022

12 16/POJK.03/2022 Bank Umum


Bank Umum Syariah
Syariah. 31 Agustus 2022

13 26 Tahun 2022 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 26 Desember 2022

Tabel 4.1 Daftar POJK yang diterbitkan selama Tahun 2022

132 Booklet Perbankan Indonesia


B. Resume POJK Perbankan yang
diterbitkan selama tahun 2022
1. POJK No. 1/POJK.03/2022 tentang Layanan Keuangan
tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif
Latar belakang
Diperlukan penyesuaian pengaturan optimalisasi Laku Pandai dalam
mengenai Penyelenggaraan mendukung penyaluran program
Laku Pandai agar selaras dengan pemerintah (a.l. bantuan sosial
perkembangan kondisi perbankan secara nontunai), serta peningkatan
dan regulasi yang terkait dengan efisiensi dan efektivitas dalam
penyelenggaraan Laku Pandai, penyelenggaraan Laku Pandai.

a. Ketentuan Umum
1. Untuk mewujudkan keuangan inklusif, lembaga jasa keuangan
dapat menjadi penyelenggara Laku Pandai.
2. Lembaga jasa keuangan hanya dapat menjadi penyelenggara Laku
Pandai setelah memperoleh izin dari OJK.
3. Ketentuan dalam POJK ini berlaku bagi penyelenggara Laku Pandai
berupa bank.
4. Kewajiban bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif
dalam penyelenggaraan Laku Pandai.

b. Produk Laku Pandai


Produk bank yang dapat disediakan oleh bank melalui penyelenggaraan
Laku Pandai terdiri atas: tabungan dasar (Basic Saving Account/BSA),
kredit atau pembiayaan mikro, dan/atau produk bank lainnya berdasarkan
izin OJK.
Dalam mendukung pelaksanaan program pemerintah, maka:
1. Batas maksimum saldo dan transaksi BSA.
2. Batas kepemilikan rekening BSA.
3. Batas maksimum nominal kredit atau pembiayaan mikro, dapat
dikecualikan.

Booklet Perbankan Indonesia 133


c. Persyaratan Bank Penyelenggara Laku Pandai

Bank harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki peringkat profil risiko, tingkat risiko operasional, dan tingkat risiko
kepatuhan dengan peringkat 1, peringkat 2, atau peringkat 3, berdasarkan
periode penilaian terakhir.
2. Memiliki infrastruktur pendukung untuk menyediakan layanan perbankan
elektronik.

d. Kerja Sama Bank Penyelenggara Laku Pandai dengan Agen


Laku Pandai
1. Persyaratan perorangan atau badan hukum yang menjadi agen Laku Pandai.
2. Agen Laku Pandai perorangan tidak dapat bekerja sama dengan lebih dari
1 (satu) bank penyelenggara Laku Pandai yang kegiatan usahanya sejenis
di luar kelompok usaha bank yang sama.
3. Cakupan layanan agen Laku Pandai ditetapkan berdasarkan klasifikasi agen
Laku Pandai, sebagai berikut:
a. Agen Laku Pandai dengan klasifikasi A memberikan layanan transaksi
terkait BSA, dan dapat memberikan layanan:
a. Transaksi terkait produk uang elektronik dan layanan keuangan
digital; dan/atau
b. Transaksi terkait produk asuransi mikro.
b. Agen Laku Pandai dengan klasifikasi B memberikan layanan
sebagaimana agen Laku Pandai dengan klasifikasi A, dan dapat
memberikan layanan:
a. Transaksi terkait kredit atau pembiayaan mikro; dan/atau
b. Transaksi terkait tabungan selain BSA, kecuali pembukaan dan
penutupan rekening.
c. Agen dengan klasifikasi C memberikan layanan sebagaimana agen
Laku Pandai dengan klasifikasi B, dan dapat memberikan layanan
transaksi terkait produk keuangan lain.

134 Booklet Perbankan Indonesia


4. Perubahan klasifikasi agen Laku Pandai dilakukan sesuai dengan kebijakan
bank.
5. Layanan transaksi terkait dengan produk keuangan yang diterbitkan oleh
Lembaga lain, pada agen Laku Pandai, dilakukan berdasarkan perjanjian
kerja sama. Perjanjian kerja sama dapat dilakukan antara agen Laku Pandai
dan lembaga lain atau antara bank dan lembaga lain.
6. Cakupan wilayah pelayanan oleh agen Laku Pandai.
7. Kewajiban bank dalam melakukan kerja sama dengan Agen Laku Pandai.
8. Kedudukan agen Laku Pandai.
9. Perangkat elektronik dalam menunjang layanan agen Laku Pandai.

e. Penerapan Uji Tuntas Nasabah


1. Uji tuntas nasabah dilakukan sesuai dengan POJK mengenai penerapan
anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme di sektor jasa
keuangan.
2. Proses verifikasi calon nasabah dengan menggunakan perangkat elektronik
oleh bank umum dilakukan sesuai dengan POJK mengenai penyelenggaraan
layanan perbankan digital oleh bank umum.
3. Relaksasi persyaratan izin penyelenggaraan layanan perbankan digital
untuk verifikasi menggunakan perangkat elektronik dalam rangka Laku
Pandai.

f. Penggunaan Pihak Ketiga


Bank dapat menggunakan pihak ketiga untuk pelaksanaan pekerjaan tertentu,
namun bank tetap bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
pihak ketiga.

g. Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi


Informasi
a. Kewajiban penerapan prinsip pengendalian pengamanan data nasabah
dan transaksi.
b. Kewajiban penerapan paling sedikit 2 (dua) faktor keaslian untuk verifikasi
transaksi.

Booklet Perbankan Indonesia 135


h. Pelindungan Konsumen
Kewajiban penerapan prinsip pelindungan konsumen.

i. Pelaporan
1. Laporan realisasi disampaikan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
penyelenggaraan Laku Pandai, dengan mengacu pada POJK mengenai
penyelenggaraan produk bank.
2. Laporan perkembangan penyelenggaraan Laku Pandai disampaikan
secara triwulanan, paling lambat setiap tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya, melalui sistem pelaporan OJK.

j. Ketentuan Lain-Lain
a. Kewenangan OJK untuk meminta informasi, keterangan, dan/atau data
kepada Bank, termasuk melakukan pemeriksaan terhadap agen Laku
Pandai.
b. OJK dapat memerintahkan bank untuk menghentikan kerja sama dengan
agen Laku Pandai.

2. POJK No. 3/POJK.03/2022 tentang Penilaian Tingkat


Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
Latar belakang:
Telah diterbitkannya ketentuan
mengenai penerapan manajemen
risiko dan tata kelola bagi BPR
dan BPRS serta sejalan dengan
perubahan paradigma pengaturan
menjadi principle-based dan
pengawasan BPR dan BPRS yang
bersifat risk-based, yang dalam
penerapannya disesuaikan dengan
skala, karakteristik, dan kompleksitas
BPR dan BPRS.

136 Booklet Perbankan Indonesia


Pokok-Pokok Ketentuan :

a. Kewajiban Penilaian Sendiri Tingkat Kesehatan


1. BPR dan BPRS wajib melakukan penilaian sendiri tingkat kesehatan
paling sedikit secara semesteran, serta pengkinian penilaian tingkat
kesehatan sewaktu-waktu dalam hal BPR dan BPRS memenuhi kondisi
tertentu.
2. Hasil penilaian sendiri tingkat kesehatan disampaikan secara daring
kepada Otoritas Jasa Keuangan melalui Aplikasi Pelaporan Online OJK
(APOLO).

b. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan

1. Penilaian tingkat kesehatan BPR dan BPRS dilakukan berdasarkan


4 (empat) faktor yaitu profil risiko, tata kelola, rentabilitas, dan
permodalan.
a. Penilaian profil risiko dilakukan sesuai dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen risiko bagi BPR
dan BPRS dan ketentuan pelaksanaannya.
b. Penilaian tata kelola dilakukan sesuai dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan mengenai penerapan tata kelola bagi BPR dan BPRS
dan ketentuan pelaksanaannya.
c. Penilaian rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen
kinerja rentabilitas dan tingkat efisiensi operasional BPR dan
BPRS, termasuk mempertimbangkan penilaian aspek kualitatif
faktor rentabilitas yang antara lain terdiri dari sumber rentabilitas,
kesinambungan rentabilitas dan/atau manajemen rentabilitas.
d. Penilaian permodalan meliputi penilaian terhadap komponen
tingkat kecukupan permodalan BPR dan BPRS, termasuk
mempertimbangkan penilaian aspek kualitatif faktor permodalan
yang antara lain terdiri dari manajemen permodalan dan/atau
kemampuan akses permodalan.

Booklet Perbankan Indonesia 137


2. OJK berwenang menurunkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan BPR
dan BPRS, dalam hal berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian OJK
ditemukan permasalahan yang secara signifikan memengaruhi atau akan
memnegaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha BPR dan BPRS.
3. Peringkat tingkat kesehatan BPR dan BPRS dikategorikan ke dalam 5
(lima) peringkat yaitu Peringkat Komposit 1 (PK-1), Peringkat Komposit
2 (PK-2), Peringkat Komposit 3 (PK-3), Peringkat Komposit 4 (PK-4),
dan Peringkat Komposit 5 (PK-5). Urutan peringkat yang lebih kecil
mencerminkan kondisi BPR dan BPRS yang lebih baik.
4. Tata cara penilaian tingkat kesehatan dan format laporan penilaian sendiri
diatur lebih lanjut melalui Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

c. Tindak Lanjut Penilaian Tingkat Kesehatan


1. Kewajiban penyampaian rencana tindak lanjut dan laporan realisasi
rencana tindak lanjut dalam hal BPR dan BPRS memenuhi kondisi
yaitu:

faktor profil risiko dan/atau tata kelola ditetapkan peringkat 4 dan/


atau 5, peringkat komposit tingkat kesehatan ditetapkan 4, serta
peringkat komposit ditetapkan selain 4 atau 5 namun berpotensi
memiliki permasalahan signifikan.

2. Pengaturan mengenai batas waktu penyampaian rencana tindak lanjut


dan laporan realisasi rencana tindak lanjut.
3. Bagi BPR dan BPRS yang ditetapkan dalam pengawasan intensif
atau pengawasan khusus oleh Otoritas Jasa Keuangan, kewajiban
penyampaian rencana tindak lanjut dan laporan realisasi rencana
tindak lanjut dilakukan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penetapan status dan tindak lanjut pengawasan
BPR dan BPRS.

138 Booklet Perbankan Indonesia


d. Ketentuan Lain-Lain
Dalam pertimbangan tertentu, Otoritas Jasa Keuangan dapat
menetapkan kebijakan lain terkait pengaturan yang sudah ada dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai administrasi pemerintahan.

e. Pemberlakuan
1) Penilaian tingkat kesehatan BPR dan BPRS sesuai dengan POJK ini,
mulai berlaku untuk posisi laporan bulan Desember 2022 (parallel
run).
2) Pengenaan sanksi atas penilaian tingkat kesehatan BPR dan BPRS
sesuai dengan POJK ini, mulai berlaku untuk posisi laporan bulan
Desember 2023 (pemberlakuan penuh).

3. POJK No. 5/POJK.03/2022 tentang Lembaga Pengelola


Informasi Perkreditan

Latar belakang
Penyempurnaan secara signifikan yang perlu dilakukan penyesuaian
dan komprehensif atas pengaturan dengan kondisi terkini dalam
existing. Ketentuan yang berlaku rangka mendorong penyaluran
saat ini yaitu POJK Nomor 42/ kredit dan inklusi keuangan
POJK.03/2019 merupakan konversi melalui pengembangan informasi
dari Peraturan Bank Indonesia perkreditan.
Nomor 15/1/PBI/2013 tentang LPIP,

Pokok-Pokok Ketentuan:
a. Penegasan LPIP sebagai lembaga pemeringkatan di sektor jasa
keuangan dan LPIP menjadi subjek pungutan OJK dengan mengacu pada
PP Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh OJK, serta kewajiban
LPIP melakukan pengolahan data yang bernilai tambah.

Booklet Perbankan Indonesia 139


b. Peningkatan modal disetor minimum dari Rp50 miliar menjadi Rp200 miliar
dan pengaturan modal bersih 50% dari modal disetor minimum dalam rangka
menjamin keberlangsungan bisnis LPIP dalam rentang 5 (lima) tahun ke
depan.
c. Pengembangan produk dan jasa dimana LPIP harus mampu memanfaatkan
data di luar data Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yaitu data LJK
non-pelapor SLIK dan data non-LJK seperti healthcare, telco, marketplace,
dan utilitas (air, listrik, dan lain-lain).
d. Pembatasan akses data SLIK untuk LPIP berupa cakupan informasi debitur
yang diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran OJK.
e. Implementasi tata kelola di LPIP antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan independensi, manajemen risiko, fungsi kepatuhan, serta
audit intern.
2. Penilaian kembali terhadap pemegang saham pengendali, pengurus,
serta pejabat eksekutif LPIP.
3. LPIP wajib mengadministrasikan underlying permintaan terhadap
informasi perkreditan.

4. POJK No.11/POJK.03/2022 tentang Penyelenggaraan


Teknologi Informasi Oleh Bank Umum.

Latar belakang
Berdasarkan Cetak Biru Transformasi hal tersebut, OJK melakukan revolusi
Digital Perbankan yang memberikan pengaturan yang diharapkan dapat
gambaran mengenai arah kebijakan lebih meningkatkan ketahanan
OJK dalam mendorong percepatan dan kematangan operasional
transformasi digital perbankan bank umum dalam seluruh aspek
Indonesia, dibutuhkan penyempurnaan penyelenggaraan Teknologi Informasi
pengaturan yang mencakup aspek data, (TI) melalui penerbitan POJK tentang
teknologi, manajemen risiko, kolaborasi, Penyelenggaraan Teknologi Informasi
dan tatanan institusi. Untuk mendukung oleh Bank Umum.

140 Booklet Perbankan Indonesia


Pokok-Pokok Ketentuan :

a. Tata Kelola TI Bank


Kewajiban Bank untuk menerapkan tata kelola TI dengan mempertimbangkan
faktor tertentu. Selain itu, dijelaskan pula wewenang dan tanggung jawab
dari direksi, dewan komisaris, komite pengarah TI, serta pejabat Bank terkait
penerapan tata kelola TI.

b. Arsitektur TI Bank
Kewajiban Bank untuk:
1. Memiliki arsitektur TI termasuk faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penyusunannya.
2. Memiliki rencana strategis TI jangka panjang yang mendukung
rencana korporasi Bank. Rencana strategis TI disampaikan kepada
OJK paling lambat pada akhir bulan November tahun sebelum periode
awal rencana strategis TI dimulai.

c. Penerapan Manajemen Risiko Penyelenggaraan TI Bank


Kewa j i b a n Bank te r ka i t
penerapan manajemen risiko dan
pengamanan informasi dalam
penyelenggaraan TI. Selain itu,
Bank juga wajib memiliki rencana
pemulihan bencana serta
melakukan uji coba dan kaji ulang
atas rencana pemulihan bencana
dimaksud paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun.

Booklet Perbankan Indonesia 141


d. Ketahanan dan Keamanan Siber Bank
Kewajiban Bank untuk:
1. Menjaga ketahanan siber dengan melakukan proses:
a. Identifikasi aset, ancaman, dan kerentanan.
b. Pelindungan aset.
c. Deteksi insiden siber.
d. Penanggulangan pemulihan insiden siber, yang didukung
dengan sistem informasi ketahanan siber yang memadai.
2. Melakukan penilaian sendiri atas tingkat maturitas keamanan siber
secara tahunan untuk posisi akhir bulan Desember.
3. Melakukan pengujian keamanan siber.
4. Membentuk unit atau fungsi yang bertugas menangani ketahanan dan
keamanan siber Bank.

e. Penggunaan Pihak Penyedia Jasa TI dalam Penyelenggaraan


TI Bank
Bagian ini mengatur hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal Bank
menggunakan pihak penyedia jasa TI dalam penyelenggaraan TI. Bank
wajib memiliki kebijakan dan prosedur dalam penggunaan pihak penyedia
jasa TI yang paling sedikit memuat:
1. Proses identifikasi kebutuhan penggunaan pihak penyedia jasa TI.
2. Proses pemilihan pihak penyedia jasa TI.
3. Tata cara melakukan hubungan kerja sama dengan pihak penyedia
jasa TI.
4. Proses manajemen risiko penggunaan pihak penyedia jasa TI.
5. Tata cara penilaian kinerja dan kepatuhan pihak penyedia jasa TI.

142 Booklet Perbankan Indonesia


f. Penempatan Sistem Elektronik dan Pemrosesan Transaksi
Berbasis TI
Kewajiban penempatan sistem elektronik pada pusat data dan pusat
pemulihan bencana di wilayah Indonesia serta pemrosesan transaksi berbasis
TI di wilayah Indonesia. Bank dapat menempatkan sistem elektronik pada
pusat data dan/atau pusat pemulihan bencana di luar wilayah Indonesia
serta pemrosesan transaksi berbasis TI di luar wilayah Indonesia berdasarkan
kriteria dan persyaratan tertentu dengan terlebih dahulu memperoleh izin
dari OJK.

g. Pengelolaan Data dan Pelindungan Data Pribadi Dalam


Penyelenggaraan TI Bank
Bank wajib untuk:
1. Mengelola data secara efektif dalam pemrosesan data Bank dengan
memperhatikan paling sedikit:
a. Kepemilikan dan kepengurusan data
b. Kualitas data
c. Sistem pengelolaan data
d. Sumber daya pendukung pengelolaan data

2. Melaksanakan prinsip pelindungan data pribadi dalam melakukan


pemrosesan data pribadi.

h. Penyediaan Jasa TI oleh Bank


1. Bank hanya dapat menyediakan jasa TI kepada lembaga jasa keuangan
lain yang diawasi oleh OJK dan/atau lembaga jasa keuangan lain di
luar wilayah Indonesia yang diawasi oleh otoritas pengawas dan
pengatur lembaga jasa keuangan setempat.
2. Bank wajib memperoleh izin atas rencana penyediaan jasa TI.
3. Penyediaan jasa TI berupa aplikasi kepada lembaga jasa keuangan
selain bank dapat dilakukan sepanjang lembaga jasa keuangan
dimaksud berada dalam satu grup atau kelompok dengan Bank dan
penggunaan aplikasi ditujukan untuk mendukung kegiatan operasional
yang umum.

Booklet Perbankan Indonesia 143


i. Pengendalian dan Audit Intern Dalam Penyelenggaraan
TI Bank
Bank wajib:
1. Melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif dalam
penyelenggaraan TI.
2. Melaksanakan audit intern terhadap penyelenggaraan TI paling sedikit
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
3. Memiliki pedoman audit intern atas penyelenggaraan TI.
4. Melakukan kaji ulang terhadap fungsi audit intern paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 3 (tiga) tahun dengan menggunakan jasa pihak ekstern yang
independen.

j. Pelaporan
Penyampaian dokumen kepada OJK antara lain:
1. Rencana pengembangan TI.
2. Laporan kondisi terkini penyelenggaraan TI.
3. Notifikasi awal dan laporan insiden TI.
4. Laporan realisasi penyelenggaraan TI Bank.
Penyampaian laporan dilakukan secara daring dengan memanfaatkan sistem
elektronik milik OJK.

k. Penilaian Tingkat Maturitas Digital Bank


Kewajiban Bank untuk:
1. Melakukan penilaian sendiri atas tingkat maturitas digital Bank paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
2. Menyampaikan laporan hasil penilaian sendiri atas tingkat maturitas digital
Bank kepada OJK.

144 Booklet Perbankan Indonesia


l. Ketentuan Peralihan
Bank harus menyesuaikan:
1. Kebijakan, standar, dan prosedur dalam penyelenggaraan TI, serta
pedoman manajemen risiko penyelenggaraan TI.
2. Perjanjian penggunaan pihak jasa TI.
3. Rencana strategis TI, sesuai dengan POJK ini.

m. Ketentuan Penutup
1. Bank melaksanakan ketentuan terkait:
a. Penilaian tingkat maturitas keamanan siber.
b. Pengujian keamanan siber.
c. Penilaian sendiri atas tingkat maturitas digital Bank untuk pertama
kali setelah ditetapkan oleh OJK.
POJK ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan.

Booklet Perbankan Indonesia 145


5. POJK No.18 Tahun 2022 tentang Perintah Tertulis
Latar belakang
Dalam rangka pelaksanaan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf f dan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 9 huruf
d Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Pokok-Pokok Ketentuan :

a. Ketentuan Umum
1. Kewenangan OJK untuk memberikan Perintah Tertulis kepada LJK dan/
atau Pihak Tertentu.
2. Kewajiban LJK dan/atau Pihak Tertentu untuk memenuhi Perintah
Tertulis yang diberikan oleh OJK.

b. Tata Cara Pemberian Perintah Tertulis:


1. Pemberian Perintah Tertulis oleh
OJK dapat didahului instruksi
tertulis atau tanpa didahului
instruksi ter tulis dengan
pertimbangan tertentu.
2. Mekanisme pemenuhan Perintah
Tertulis oleh LJK dan/atau Pihak
Tertentu (antara lain terkait
jangka waktu pelaksanaan
Perintah Tertulis, rencana tindak,
pelaporan).
3. Pengawasan OJK dalam
pemenuhan Perintah Tertulis
oleh LJK dan atau Pihak Tertentu
termasuk evaluasi, dan/atau
tindakan pengawasan lain.

146 Booklet Perbankan Indonesia


c. Ketentuan Penutup
1. Pemberian Perintah Tertulis oleh OJK dapat didahului instruksi tertulis
atau tanpa didahului instruksi tertulis dengan pertimbangan tertentu.
2. Mekanisme pemenuhan Perintah Tertulis oleh LJK dan/atau Pihak
Tertentu (antara lain terkait jangka waktu pelaksanaan Perintah
Tertulis, rencana tindak, pelaporan).
3. Pengawasan OJK dalam pemenuhan Perintah Tertulis oleh LJK dan/
atau Pihak Tertentu termasuk evaluasi, dan/atau tindakan pengawasan
lain.

6. POJK No.19 Tahun 2022 tentang Perlakuan Khusus untuk


Lembaga Jasa Keuangan Pada Daerah dan Sektor Tertentu
di Indonesia yang Terkena Dampak Bencana
Latar belakang
Kondisi terkini dimana Indonesia dilanda bencana yang disebabkan oleh kondisi
alam maupun non-alam (seperti beberapa virus yang dapat menyerang manusia
ataupun hewan yang penyebarannya sangat masif ataupun karena sebab
lainnya), yang mengakibatkan antara lain terganggunya kinerja pelaku industri
di sektor jasa keuangan dan/atau memengaruhi kondisi ekonomi masyarakat.
Pokok-Pokok Ketentuan:
a. POJK Bencana berlaku Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang mencakup Bank
(BUK, BUS, UUS, BPR, BPRS), industri Pasar Modal, dan Lembaga Jasa
Keuangan Nonbank (LJKNB).
b. Bentuk perlakuan khusus dalam POJK Bencana untuk Bank antara lain:
1. Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain hanya
berdasarkan ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untuk
kredit s.d Rp10 miliar.

2. Peningkatan kualitas kredit/pembiayaan menjadi lancar setelah


direstrukturisasi.

Booklet Perbankan Indonesia 147


3. Bank dapat memberikan kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain
yang baru kepada debitur yang telah memperoleh perlakuan khusus
sesuai POJK ini dengan penetapan kualitas kredit/ pembiayaan/
penyediaan dana lain tersebut dilakukan secara terpisah dengan
kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain sebelumnya.

c. Bentuk perlakuan khusus dalam POJK Bencana untuk Pasar Modal


antara lain:
Akan ditetapkan kebijakan di bidang Pasar Modal yang bertujuan
mengurangi tekanan, menjaga stabilitas Pasar Modal dan memberikan
relaksasi kepada pelaku industri di daerah dan/atau sektor tertentu yang
terdampak Bencana.

d. Bentuk perlakuan khusus dalam POJK Bencana untuk LJKNB antara lain:

1. Ketentuan mengenai penerapan perlakuan khusus untuk Bank berlaku


mutatis mutandis bagi LJKNB (tidak berlaku bagi penyelenggara
layanan pendanaan bersama berbasis teknologi).
2. Penyelenggara layanan pendanaan bersama berbasis teknologi
informasi memfasilitasi permohonan restrukturisasi pendanaan yang
diajukan oleh penerima dana yang terkena dampak Bencana kepada
pemberi dana. Restrukturisasi pendanaan dapat dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan dari pemberi dana.

148 Booklet Perbankan Indonesia


7. POJK No.22 Tahun 2022 tentang Kegiatan Penyertaan
Modal Oleh Bank Umum

Latar belakang
a. Pesatnya perkembangan teknologi informasi mengubah proses bisnis
industri jasa keuangan termasuk perbankan, sehingga diperlukan
kolaborasi perbankan dengan perusahaan bidang keuangan dalam suatu
ekosistem digital. Kolaborasi tersebut salah satunya dapat dilakukan
melalui kegiatan penyertaan modal.
b. Sebagai upaya meningkatkan daya saing, terdapat kebutuhan bagi industri
perbankan untuk melakukan penyertaan modal pada perusahaan finansial
yang berbasis teknologi informasi.

Pokok-pokok pengaturan:

a. Ketentuan Umum, Mengatur Mengenai Antara Lain:


1. Definisi yang digunakan dalam POJK ini, yaitu definisi bank umum
(Bank), Penyertaan Modal, Penyertaan Modal Sementara, penerima
penyertaan modal (Investee), Perusahaan Anak, dan Divestasi.
2. Kewajiban Bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif
dalam kegiatan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara.
3. Larangan bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional untuk melakukan Penyertaan Modal selain kepada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.
4. Larangan bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah untuk melakukan Penyertaan Modal selain kepada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan berdasarkan prinsip
syariah.
5. Larangan bagi unit usaha syariah dan kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri untuk melakukan kegiatan Penyertaan
Modal.

Booklet Perbankan Indonesia 149


b. Kegiatan Penyertaan Modal:
1. Cakupan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, yaitu:
a. Perusahaan berupa lembaga jasa keuangan .
b. Perusahaan yang memanfaatkan penggunaan teknologi informasi
untuk menghasilkan produk keuangan sebagai bisnis utama.
c. Lembaga pengelola informasi perkreditan.
2. Batasan jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal oleh Bank, yaitu
paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dari modal Bank
(jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal yaitu Penyertaan Modal
pada seluruh Investee, termasuk peningkatan Penyertaan Modal dan
dividen saham).
3. Bank memantau jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal.
4. Kewajiban Bank untuk menyampaikan rencana tindak atas pelampauan
batasan Penyertaan Modal kepada OJK apabila selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal melampaui
batasan 35% (tiga puluh lima persen), yang disebabkan oleh peningkatan
Penyertaan Modal pada Investee dan/atau penurunan modal Bank.
5. Kewajiban Bank untuk memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk
mengelola risiko terkait Penyertaan Modal serta memiliki sistem
pengendalian intern yang efektif untuk kegiatan Penyertaan Modal.
6. Larangan bagi Bank untuk menerima penyertaan saham dari Investee
atau melakukan Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham
Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan melakukan
Penyertaan Modal yang mengakibatkan Bank memiliki kewajiban yang
tidak terbatas pada Investee.

150 Booklet Perbankan Indonesia


c. Mekanisme Permohonan Izin Kegiatan Penyertaan Modal
1. Pencantuman rencana Penyertaan Modal dalam rencana bisnis Bank.
2. Kewajiban memperoleh izin OJK dalam melakukan Penyertaan Modal,
dengan beberapa persyaratan antara lain memenuhi rasio penyediaan
modal minimum sesuai profil risiko dan memiliki tingkat kesehatan
dengan peringkat komposit 1 (satu) atau 2 (dua) berdasarkan penilaian
tingkat kesehatan Bank selama 2 (dua) periode terakhir secara
berturut-turut.
3. Permohonan izin kepada OJK dilakukan secara daring dengan
memanfaatkan sistem elektronik milik OJK. OJK memproses
permohonan izin Bank paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
seluruh persyaratan dipenuhi dan Bank menyampaikan dokumen
permohonan izin secara lengkap.
4. Bank harus merealisasikan rencana Penyertaan Modal paling lama 6
(enam) bulan sejak memperoleh izin dari OJK.

d. Divestasi
1. Divestasi wajib, yang dilakukan atas dasar:
a. Penyertaan Modal yang dilakukan mengakibatkan atau
berdasarkan hasil penilaian Bank diperkirakan mengakibatkan
penurunan permodalan Bank dan/atau peningkatan profil risiko
Bank secara signifikan.
b. Perintah Otoritas Jasa Keuangan.
Bank wajib menyampaikan rencana pelaksanaan Divestasi
sebagaimana huruf a) kepada OJK paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sebelum Divestasi dilakukan.
2. Divestasi atas inisiatif Bank, dengan persyaratan antara lain:
a. Divestasi ditujukan untuk menyesuaikan dengan strategi bisnis
Bank.
b. Penyertaan Modal telah dilakukan paling singkat selama 5 (lima)
tahun.
Bank wajib mengajukan permohonan izin atas rencana Divestasi
atas inisiatif sendiri (kecuali untuk Divestasi pada Investee yang
dinyatakan pailit atau dalam proses likuidasi).

Booklet Perbankan Indonesia 151


e. Penyertaan Modal Sementara
Bank dapat melakukan Penyertaan Modal Sementara untuk
penyelamatan kredit/pembiayaan. Selain itu terdapat kewajiban bagi
Bank untuk melakukan divestasi atas Penyertaan Modal Sementara
apabila Penyertaan Modal Sementara telah melebihi jangka waktu
paling lama 5 (lima) tahun atau debitur berbentuk perusahaan tempat
Penyertaan Modal Sementara telah memperoleh laba kumulatif.

f. Pelaporan
1. Penyampaian dokumen/laporan kepada OJK, antara lain:
a. Laporan realisasi Penyertaan Modal.
b. Laporan realisasi Divestasi .
c. Laporan realisasi divestasi Penyertaan Modal Sementara.
d. Rencana tindak atas pelampauan batasan Penyertaan Modal
e. Rencana pelaksanaan Divestasi.
2. Penyampaian laporan dilakukan secara daring dengan
memanfaatkan sistem elektronik milik OJK.

152 Booklet Perbankan Indonesia


g. Penyertaan Modal oleh Perusahaan Anak Bank
Terdapat kewajiban bagi Bank untuk memastikan bahwa kegiatan
penyertaan modal oleh Perusahaan Anak dilakukan pada perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan dan/atau perusahaan penunjang jasa
keuangan.

h. Tindakan Pengawasan
Bank wajib melaksanakan perintah OJK untuk melakukan perbaikan dalam
hal berdasarkan penilaian OJK kegiatan Investee mencerminkan kondisi
keuangan dan non-keuangan yang tidak sehat dan/atau mengganggu
kondisi keuangan dan nonkeuangan Bank.

i. Ketentuan Peralihan
Permohonan izin kegiatan Penyertaan Modal dan Divestasi yang telah
diajukan sebelum berlakunya POJK ini tetap mengikuti ketentuan dalam
POJK No.36/POJK.03/2017 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan
Penyertaan Modal.

j. Ketentuan Penutup
1. Pada saat POJK ini mulai berlaku:
a. POJK No.36/POJK.03/2017 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam
Kegiatan Penyertaan Modal; dan
b. PBI No.15/11/PBI/2013 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam
Kegiatan Penyertaan Modal, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
2. POJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Booklet Perbankan Indonesia 153


8. POJK No.23 Tahun 2022 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat dan Batas
Maksimum Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Latar belakang
Memperhatikan keselarasan kebijakan pengaturan melalui pendekatan
principle-based, dan pengharmonisasian dengan ketentuan BMPK dan BMPD
yang berlaku bagi bank umum, serta selaras dengan ketentuan terkini lainnya
yang berlaku bagi BPR dan BPRS.

Pokok-Pokok Ketentuan :

a. Kewajiban penerapan prinsip kehati-hatian dalam memberikan


Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana
1. BPR dan BPRS wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan Penyediaan Dana kepada Peminjam atau Penyaluran
Dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas.
2. BPR dan BPRS dilarang:
a. Membuat suatu perikatan atau menetapkan persyaratan yang
mewajibkan BPR dan BPRS untuk memberikan Penyediaan Dana
atau Penyaluran Dana yang akan mengakibatkan terjadinya
Pelanggaran BMPK atau BMPD.
b. Memberikan Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana yang
mengakibatkan Pelanggaran BMPK atau BMPD.

b. Pihak Terkait adalah perorangan, perusahaan atau badan yang mempunyai


hubungan pengendalian dengan BPR atau BPRS, baik secara langsung
maupun tidak langsung, melalui hubungan kepemilikan, hubungan
kepengurusan, dan/atau hubungan keuangan.

c. BMPK dan BMPD kepada Pihak Terkait


1. Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana kepada seluruh Pihak
Terkait ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari Modal
BPR atau BPRS.

154 Booklet Perbankan Indonesia


2. Cakupan Pihak Terkait yang mengalami perubahan:
a. Penambahan kriteria pihak terkait yaitu mencakup perorangan atau
perusahaan yang merupakan pengendali BPR atau BPRS yang
secara langsung atau tidak langsung:
1. Memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPR atau
BPRS secara sendiri atau bersama-sama;
2. Melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama dalam
mengendalikan BPR atau BPRS, dengan atau tanpa perjanjian
tertulis, sehingga secara bersama-sama mengendalikan dan/
atau memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BPR/
atau BPRS;
3. Memiliki kewenangan dan/atau kemampuan untuk menyetujui,
mengangkat, dan/atau memberhentikan anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota Direksi BPR atau BPRS; dan/atau
4. Memiliki kemampuan untuk menentukan kebijakan strategis
BPR atau BPRS.
b. Penghapusan hubungan keluarga besan.

d. BMPK dan BMPD Kepada Pihak Tidak Terkait


1. Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana dalam bentuk
Penempatan Dana Antar Bank pada BPR atau BPRS lain yang
merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20%
(dua puluh persen) dari Modal BPR atau BPRS.
2. Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit atau Penyaluran Dana
dalam bentuk Pembiayaan kepada 1 (satu) Peminjam atau
Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait ditetapkan
paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal BPR atau
BPRS.
3. Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit atau Penyaluran Dana
dalam bentuk Pembiayaan kepada 1 (satu) kelompok Peminjam
atau kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait
ditetapkan paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari Modal
BPR atau BPRS.

Booklet Perbankan Indonesia 155


e. Perlakuan BMPK dan BMPD Tertentu

1. Pengecualian perhitungan BMPK atau BMPD meliputi:


a. Penempatan Dana Antar Bank pada bank umum konvensional,
bank umum syariah, dan/atau unit usaha syariah.
b. Bagian Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana yang dijamin
oleh agunan yang memenuhi persyaratan tertentu.
c. Bagian Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana yang dijamin
oleh Pemerintah Indonesia secara langsung maupun melalui
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang
memenuhi persyaratan tertentu.
d. Bagian Penempatan Dana Antar Bank pada BPR atau BPRS lain
melalui skema kerja sama Lembaga Pengayom yang memenuhi
persyaratan tertentu.
e. Penyaluran Dana BPRS yang risikonya ditanggung oleh nasabah
investor.
2. Pengecualian dari pengertian Kelompok, meliputi:
a. Pembiayaan dengan pola kemitraan inti plasma yang memenuhi
persyaratan tertentu.
b. Pembiayaan kepada organisasi sosial yang dikendalikan oleh
1 (satu) pihak dengan persyaratan tertentu.
3. Pengecualian dari pengertian Pihak Terkait untuk pembiayaan
kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan/atau
pegawai BPR atau BPRS yang memenuhi kriteria Pihak Terkait,
yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan dan memenuhi
persyaratan tertentu.
4. Pengecualian dari ketentuan BMPK pada BPR atau BMPD pada
BPRS untuk Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana dalam bentuk
Penempatan Dana Antar Bank dalam rangka penanggulangan
potensi dan/atau permasalahan likuiditas BPR dan BPRS lain paling
banyak 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR atau BPRS dengan
persyaratan:
a. Didasarkan pada evaluasi yang telah mempertimbangkan
penerapan manajemen risiko.

156 Booklet Perbankan Indonesia


b. Menyampaikan surat pemberitahuan segera kepada OJK paling
sedikit memuat pernyataan dan informasi Penyediaan Dana atau
Penyaluran Dana dalam rangka penanggulangan potensi dan/atau
permasalahan likuiditas pada BPR/BPRS lain.

f. Laporan BMPK BPR atau BMPD BPRS disampaikan secara daring sebagai
bagian dari laporan bulanan BPR atau BPRS sebagaimana diatur dalam POJK
mengenai Pelaporan BPR atau BPRS melalui Sistem Pelaporan OJK.

g. Ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan BMPK atau BMPD, perorangan


atau perusahaan yang memiliki kriteria pengendali yang merupakan Pihak
Terkait, dan perhitungan Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana dalam
bentuk Penempatan Dana Antar Bank dalam rangka penanggulangan potensi
dan/atau permasalahan likuiditas pada BPR dan BPRS lain ditetapkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.

h. Perhitungan Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam POJK ini mencakup


seluruh Peminjam BPR dan Nasabah Penerima Fasilitas BPRS yang telah
ada sebelum POJK ini berlaku dan masuk dalam kriteria Pihak Terkait untuk
perorangan atau perusahaan yang merupakan pengendali BPR dan BPRS.

i. POJK ini mulai berlaku setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
diundangkan (23 November 2022), yaitu pada tanggal 23 Februari 2023.

j. Ketentuan terkait pengecualian dari ketentuan BMPK pada BPR dan BMPD
pada BPRS untuk Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana dalam bentuk
Penempatan Dana Antar Bank Dalam rangka penanggulangan potensi dan/
atau permasalahan likuiditas BPR dan BPRS lain sebagaimana diatur dalam
POJK ini mulai berlaku tanggal 1 April 2023.

Booklet Perbankan Indonesia 157


9. POJK No.24 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kualitas
Sumber Daya Manusia Bank Umum
Latar belakang
Agar sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Bank Umum memiliki daya
saing tinggi, berintegritas, kompeten, profesional, sehingga dapat mendukung
industri perbankan agar semakin kontributif, memiliki daya tahan yang baik
atau resiliensi, berdaya saing tinggi, serta mampu untuk mengantisipasi tren
perkembangan bisnis dan inovasi teknologi informasi di era digital.

Pokok-Pokok Ketentuan :

a. Ketentuan Umum
1. Kewajiban Bank untuk :
a. Melakukan pengelolaan SDM dan pengembangan kualitas SDM
yang dimiliki secara berkelanjutan.
b. Menyediakan dan merealisasikan dana untuk pengembangan
kualitas SDM untuk setiap tahun buku paling sedikit 3,5% (tiga
koma lima persen) dari total realisasi beban gaji kotor (gross-salary)
tahun sebelumnya.
c. Mengikutsertakan SDM untuk pengembangan kualitas dengan
mengikutsertakan SDM pada pengembangan kompetensi di bidang
teknis, di bidang non-teknis, dan di bidang kepemimpinan melalui
Sertifikasi Kompetensi Kerja di sektor perbankan (SKK), sertifikasi
kompetensi selain SKK, dan peningkatan kompetensi lain.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan fungsi kritikal dan jabatan kritikal.
e. Menyusun rencana dan menyampaikan realisasi rencana
pengembangan kualitas SDM dalam rencana bisnis bank.

2. Bank harus memiliki Direktur yang membawahkan fungsi SDM yang


disesuaikan dengan skala dan kompleksitas Bank. Fungsi SDM
dilaksanakan oleh satuan kerja SDM.

3. Bank dapat melakukan pengembangan kualitas sumber daya manusia


alih daya yang disesuaikan dengan kebutuhan Bank.

158 Booklet Perbankan Indonesia


b. Sertifikasi Kompetensi Kerja
1. OJK menetapkan bidang SKK yang meliputi bidang manajemen
risiko dan/atau bidang lain.
2. SKK diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
sektor perbankan yang terdaftar di OJK.
3. Ketentuan lebih lanjut terkait SKK ditetapkan oleh OJK dan Bank
wajib untuk melaksanakan ketentuan lebih lanjut tersebut.

c. LSP Sektor Perbankan


1. LSP menetapkan persyaratan untuk menjadi penyelenggara
pemeliharaan kompetensi dan/atau kriteria masing-masing bentuk
kegiatan yang diakui sebagai pemeliharaan kompetensi.
2. LSP wajib menjaga kualitas uji kompetensi sertifikasi dengan
melakukan peninjauan secara berkala terhadap metode, materi
uji kompetensi, dan asesor yang ditugaskan dan melakukan
pengkinian materi uji kompetensi agar sesuai dengan
perkembangan aspek bidang SKK di sektor perbankan terkini.
3. LSP dapat menetapkan gelar profesional bagi pihak yang telah
memiliki sertifikat kompetensi kerja di sektor perbankan.

d. Pemantauan
Kewajiban Bank untuk memiliki sistem dan/atau prosedur internal
untuk memantau realisasi pengembangan kualitas SDM secara
berkelanjutan.

Booklet Perbankan Indonesia 159


e. Ketentuan Lain-Lain
1. Pengembangan standar kompetensi kerja dan/atau bidang kompetensi
kerja di sektor perbankan dilaksanakan melalui koordinasi OJK,
LSP, akademisi, asosiasi industri dan/atau asosiasi profesi di sektor
perbankan, serta instansi yang berwenang.
2. Sertifikasi kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga lain di luar negeri
dapat diakui setara dengan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh
LSP sektor perbankan, dengan harus memiliki proses saling pengakuan.
3. Bank dapat turut serta berpartisipasi untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia nasional.

f. Ketentuan Peralihan
Terhadap Bank yang belum memiliki sistem dan/atau prosedur internal
untuk melakukan pemantauan realisasi pengembangan kualitas SDM
secara berkelanjutan, diberikan jangka waktu 6 (enam) bulan sejak POJK
SDM Bank Umum berlaku untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut.

g. Ketentuan Penutup
POJK SDM Bank Umum berlaku pada saat tanggal diundangkan.

160 Booklet Perbankan Indonesia


10. POJK No.27 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
POJK Nomor 11/POJK.03/2016 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.
Latar belakang
a. Substansi POJK KPMM mengacu ke standar internasional yang
diterbitkan oleh BCBS yang secara berkala dinilai dalam Regulatory
Consistency Assessment Programme (RCAP), sehingga apabila tidak
comply akan berdampak terhadap reputasi Indonesia. Dengan akan
berlakunya standar Basel 3 Reforms secara internasional pada 1
Januari 2023 yang mengubah tata cara perhitungan ATMR, diperlukan
penyelarasan pada POJK KPMM sebagai payung ketentuan.
b. Dalam rangka pengembangan pasar keuangan dan sejalan dengan
masukan World Bank, OJK diharapkan dapat menerbitkan ketentuan
mengenai eksposur bank kepada central counterparties (CCP). POJK
KPMM akan terlebih dahulu mengatur payung ketentuan, sedangkan
detail diatur pada SEOJK yang akan diterbitkan ke depannya
menyesuaikan dengan kesiapan infrastruktur CCP.
c. Perlunya penjelasan lebih lanjut terkait isu-isu teknis yang berkembang.

Pokok-Pokok Ketentuan :

a. Penyesuaian dengan standar Basel 3 Reforms antara lain berupa


pemberlakuan kewajiban perhitungan ATMR Risiko Pasar bagi seluruh
bank.
b. Payung pengaturan terkait kewajiban perhitungan permodalan atas
eksposur bank ke CCP dan penyediaan margin atas transaksi derivatif
yang tidak dilakukan melalui CCP.
c. Penyelarasan dengan POJK lainnya seperti kewajiban pelaporan KPMM
melalui sistem pelaporan OJK.
d. Pencabutan POJK No.44/POJK.03/2017 jo. POJK No.16/POJK.03/2018
tentang Pembatasan Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank
Umum untuk Pengadaan Tanah dan/atau Pengolahan Tanah per 1
Januari 2023 untuk Bank Umum Konvensional. Dalam hal ini bank
tetap perlu menekankan pada penerapan manajemen risiko disertai
permodalan yang memadai. POJK ini mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan.

Booklet Perbankan Indonesia 161


11. POJK Nomor 2/POJK.03/2022 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
POJK mengenai Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah ini merupakan ketentuan penyempurnaan dari beberapa ketentuan
mengenai penilaian kualitas aset BUS dan UUS.

Pokok-Pokok Pengaturan :

a. Ketentuan Umum
Terdiri dari definisi istilah yang sering digunakan dalam POJK ini.

b. Kualitas Aset
Kewajiban Bank dan Direksi dalam pengelolaan Aset, serta penetapan dan
penilaian kualitas Aset.

c. Aset Produktif
Uniform classification system secara umum dan penetapan kualitas untuk
masing-masing jenis Aset Produktif. Adapun beberapa penyempurnaan
pengaturan, antara lain:

1. Uniform classification system, yang terdiri dari:


a. Kewajiban penetapan kualitas aset produktif yang sama pada 1 (satu)
bank untuk 1 (satu) nasabah atau 1 (satu) proyek yang sama.
b. Kewajiban penetapan kualitas aset produktif yang sama pada lebih
dari 1 (satu) bank untuk 1 (satu) nasabah atau 1 (satu) proyek yang
sama, dengan ketentuan:
• Aset Produktif yang diberikan setiap bank lebih dari
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) kepada 1 (satu)
nasabah atau 1 (satu) proyek yang sama.

162 Booklet Perbankan Indonesia


• Aset Produktif yang diberikan oleh Bank lebih dari
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) s.d. Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) kepada 1 (satu) nasabah yang merupakan
50 (lima puluh) nasabah terbesar, sepanjang Aset Produktif yang
diberikan Bank lain lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah); dan/atau
• Aset Produktif yang diberikan berdasarkan perjanjian
Pembiayaan bersama kepada 1 (satu) nasabah atau 1 (satu)
proyek yang sama.

c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir b.2) tidak berlaku


untuk nasabah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sehingga
kualitas Aset Produktif kepada nasabah UMKM dapat tidak sama
meskipun Aset Produktif yang diberikan Bank lain kepada nasabah
tersebut lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
d. Penetapan kualitas Aset Produktif yang diberikan kepada 1 (satu)
nasabah dapat tidak sama apabila:
• nasabah memiliki beberapa proyek yang berbeda; dan
• terdapat pemisahan yang tegas antara arus kas dari masing-
masing proyek.
e. Kewajiban penyesuaian kualitas Aset Produktif dalam rangka uniform
classification system untuk Aset Produktif yang diberikan oleh lebih
dari 1 (satu) Bank paling sedikit setiap 3 (tiga) bulan.

2. Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah


Pembayaran angsuran pokok dalam Pembiayaan Mudharabah dan
Pembiayaan Musyarakah dapat dilakukan secara berkala maupun
di akhir Pembiayaan sesuai dengan proyeksi arus kas masuk (cash
inflow) usaha nasabah. Kewajiban pembayaran angsuran pokok
secara berkala untuk jangka waktu Pembiayaan lebih dari 1 (satu)
tahun, dihapus.

Booklet Perbankan Indonesia 163


3. Surat Berharga Syariah
a. Kualitas Surat Berharga Syariah yang diukur pada pada nilai wajar
melalui laba rugi atau penghasilan komprehensif lain ditetapkan
lancar, apabila memenuhi persyaratan:
• aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan/atau bursa
efek negara lain yang termasuk bursa utama.
• telah diterima imbalan dalam jumlah dan waktu yang tepat,
sesuai perjanjian.
• belum jatuh tempo.
b. Sukuk yang memenuhi kriteria POJK mengenai penerbitan efek
bersifat utang dan/atau sukuk yang dilakukan tanpa melalui
penawaran umum namun penerbitannya tidak dilakukan dengan
memenuhi POJK dimaksud ditetapkan memiliki kualitas macet.

4. Agunan Tunai
a. Bagian dari Aset Produktif yang dijamin dengan agunan tunai
ditetapkan memiliki kualitas lancar. Agunan tunai tersebut berupa:
• giro, deposito, tabungan, setoran jaminan, dan/atau emas.
• Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), sukuk Bank Indonesia,
surat berharga syariah negara, penempatan dana lain pada Bank
Indonesia, dan/atau penempatan dana lain pada pemerintah
pusat.
• jaminan pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan/atau standby letter of credit dari
prime bank, yang diterbitkan sesuai dengan uniform customs
and practice for documentary credits atau international standby
practices.
b. Jangka waktu pencairan untuk agunan tunai berupa jaminan
pemerintah pusat sesuai dengan dokumen jaminan, termasuk
pencairan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok
dan/atau bagi hasil/ujrah/margin.

164 Booklet Perbankan Indonesia


5. Pembiayaan dan Penyediaan Dana Lain dalam Jumlah Kecil
dan di Daerah Tertentu
Penetapan kualitas Aset Produktif dapat didasarkan hanya atas
ketepatan pembayaran pokok dan/atau bagi hasil/ujrah/margin, untuk
Pembiayaan dan penyediaan dana lain yang diberikan Bank:
a. Kepada 1 (satu) nasabah atau 1 (satu) proyek dengan jumlah paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
b. Kepada nasabah dengan lokasi kegiatan usaha yang berada di
daerah tertentu dengan jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) berdasarkan penetapan Dewan Komisioner OJK;
c. Kepada nasabah UMKM, dengan jumlah:
Lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai dengan
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah), apabila Bank:

• Memiliki predikat penilaian kecukupan kualitas penerapan


manajemen risiko untuk risiko kredit paling rendah memadai
(satisfactory); dan
• Memiliki rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
paling rendah sesuai dengan POJK KPMM.

Lebih dari Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai


dengan Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), apabila
Bank:
• Memiliki predikat penilaian kecukupan kualitas penerapan
manajemen risiko untuk risiko kredit sangat memadai (strong);
dan
• Memiliki rasio KPMM paling rendah sesuai dengan POJK KPMM.

Booklet Perbankan Indonesia 165


6. Aset Produktif Berorientasi Ekspor
Jangka waktu pencairan untuk agunan berupa jaminan dari Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia (LPEI) sesuai dengan dokumen jaminan, termasuk pencairan
sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil/ujrah/
margin.

a. Aset Non Produktif

Pengaturan untuk masing-masing jenis Aset Nonproduktif, yaitu Agunan Yang


Diambil Alih (AYDA), Properti Terbengkalai, serta Rekening Antarkantor dan
Rekening Tunda. Adapun beberapa penyempurnaan pengaturan, antara lain:

1. AYDA

a. Kualitas AYDA, yaitu:

• lancar, apabila dimiliki paling lama 1 (satu) tahun;


• kurang lancar, apabila dimiliki lebih dari 1 (satu) tahun sampai
dengan 3 (tiga) tahun;
• diragukan, apabila dimiliki lebih dari 3 (tiga) tahun sampai dengan
5 (lima) tahun; atau
• macet, apabila dimiliki lebih dari 5 (lima) tahun.

b. Dalam hal Bank tidak melakukan upaya penyelesaian, OJK dapat


menurunkan kualitas AYDA satu tingkat dari ketentuan.
c. Penilaian kembali AYDA dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
d. Selisih lebih dari hasil penjualan AYDA terhadap nilai tercatat
dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan biaya riil terkait
pemeliharaan AYDA tersebut (at cost).
e. Selisih kurang hasil penjualan AYDA terhadap nilai tercatat ditagihkan
kepada nasabah dan bank tetap membentuk penyisihan sesuai dengan
kualitas sebelum AYDA. Jika tidak dapat ditagih maka dicatat sebagai
kerugian.

166 Booklet Perbankan Indonesia


2. Properti Terbengkalai

Dalam hal Bank tidak melakukan upaya penyelesaian, OJK dapat menurunkan
kualitas Properti Terbengkalai satu tingkat dari ketentuan.

a. PPKA dan CKPN


Jenis dan perhitungan kewajiban pembentukan penyisihan, kriteria dan
perhitungan agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang
PPKA, serta pembentukan CKPN sesuai dengan SAK. Adapun beberapa
penyempurnaan pengaturan, antara lain:

1. Pengecualian Pembentukan Penyisihan Umum


Penyisihan umum dikecualikan untuk Aset Produktif dalam bentuk:
• Fasilitas Pembiayaan yang belum ditarik yang merupakan bagian
dari Transaksi Rekening Administratif.
• SBIS, sukuk Bank Indonesia, surat berharga syariah negara, Surat
Berharga Syariah lain yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Surat
Berharga Syariah lain yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, dan/
atau penempatan dana lain pada Bank Indonesia.
• Bagian dari Aset Produktif yang dijamin dengan agunan tunai; dan/
atau
• Pembiayaan Ijarah dan Pembiayaan IMBT.

2. Agunan yang dapat Diperhitungkan sebagai Pengurang PPKA


a. Jenis agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam
perhitungan PPKA, berupa:
• Surat Berharga Syariah dan saham yang aktif diperdagangkan
di bursa efek di Indonesia atau bursa efek negara lain yang
termasuk dalam bursa utama, atau memiliki peringkat layak
investasi dan diikat secara gadai.
• Tanah, gedung, dan rumah tinggal yang diikat dengan hak
tanggungan.
• Satuan rumah susun yang diikat dengan jaminan fidusia atau
hak tanggungan.

Booklet Perbankan Indonesia 167


• Mesin yang merupakan satu kesatuan dengan tanah yang diikat
dengan hak tanggungan;
• Pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran lebih dari 20 (dua
puluh) meter kubik yang diikat dengan hipotek;
• Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat dengan fidusia; dan/
atau
• Resi gudang yang diikat dengan hak jaminan atas resi gudang.
b. Persyaratan perusahaan asuransi yang menyediakan pelindungan asuransi
dengan banker’s clause terhadap agunan yang dapat diperhitungkan
sebagai pengurang dalam perhitungan PPKA:
• Memenuhi Prinsip Syariah (merupakan perusahaan asuransi syariah/
UUS perusahaan asuransi konvensional).
• Memperoleh izin usaha dari OJK.
• Memenuhi ketentuan permodalan sesuai yang ditetapkan OJK; dan
• Bukan merupakan Pihak Terkait dengan Bank atau kelompok nasabah
penerima fasilitas dengan nasabah Bank, kecuali di reasuransikan
kepada perusahaan asuransi yang bukan merupakan Pihak Terkait
dengan Bank atau kelompok nasabah penerima fasilitas dengan
nasabah Bank.
c. Dalam hal tidak terdapat:
• Perusahaan asuransi syariah/UUS yang dapat memberikan
pelindungan penuh; atau
• Produk asuransi syariah yang dapat memberikan pelindungan
terhadap jenis agunan tertentu.
• Bank dapat menggunakan jasa perusahaan atau produk asuransi
konvensional, dengan dilengkapi surat penyataan Bank dan opini
DPS.
d. Penilaian agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam
perhitungan PPKA, oleh:
• Penilai independen, untuk Aset Produktif dengan jumlah lebih dari
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); atau
• Penilai intern Bank, untuk Aset Produktif dengan jumlah sampai
dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

168 Booklet Perbankan Indonesia


d. Restrukturisasi Pembiayaan
Kriteria dan prinsip umum dalam Restrukturisasi Pembiayaan, perlakuan
akuntansi, kebijakan, prosedur dan pedoman, penetapan kualitas
Pembiayaan yang direstrukturisasi, Restrukturisasi Pembiayaan melalui
Penyertaan Modal Sementara, dan koreksi penetapan kualitas Pembiayaan
yang direstrukturisasi.
Adapun penyempurnaan pengaturan antara lain perhitungan pencapaian
rasio Realisasi Bagi Hasil (RBH) terhadap Proyeksi Bagi Hasil (PBH) untuk
Pembiayaan direstrukturisasi dilakukan berdasarkan akumulasi sejak
perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan.

e. Hapus Buku
Kewajiban Bank, Direksi, dan Dewan Komisaris terkait hapus buku, serta
persyaratan melakukan hapus buku.

f. Pelaporan
Kewajiban, batas waktu, dan tata cara penyampaian Laporan Perbedaan
Kualitas Aset Produktif dan Laporan Restrukturisasi Pembiayaan. Adapun
beberapa penyempurnaan pengaturan, antara lain:
1. Kewajiban Bank menyampaikan laporan perbedaan kualitas Aset
Produktif dalam rangka uniform classification system untuk Aset
Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) Bank melalui Sistem
Pengelolaan Naskah Dinas dan Arsip OJK (SIPENA-OJK), paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
2. Kewajiban Bank menyampaikan laporan Restrukturisasi Pembiayaan
melalui Aplikasi Pelaporan Online OJK (APOLO), dengan tata cara dan
batas waktu penyampaian sesuai dengan POJK mengenai pelaporan
bank umum melalui sistem pelaporan OJK.

g. Ketentuan Lain-Lain
Dalam pertimbangan tertentu, OJK dapat menetapkan kebijakan lain dari
yang sudah ada dalam POJK ini sesuai dengan Undang-Undang mengenai
administrasi pemerintahan.

Booklet Perbankan Indonesia 169


h. Ketentuan Penutup
1. Kewajiban penyesuaian kualitas Aset Produktif dalam rangka uniform
classification system untuk Aset Produktif yang diberikan oleh ≥1 (satu)
Bank pertama kali dilakukan untuk posisi akhir bulan Maret tahun 2022.
2. Laporan Perbedaan Kualitas Aset Produktif pertama kali disampaikan
untuk posisi akhir bulan Juni tahun 2022.
3. POJK Kualitas Aset BUS dan UUS mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

POJK ini diundangkan pada tanggal 7 Februari 2022 dan mulai berlaku pada
saat tanggal diundangkan serta mencabut:
a. POJK Nomor 16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;
b. POJK Nomor 19/POJK.03/2018 tentang Perubahan Atas POJK Nomor 16/
POJK.03/2014 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah; dan SEOJK Nomor 8/SEOJK.03/2015 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

12. POJK Nomor 16/POJK.03/2022 tentang Bank Umum Syariah


POJK mengenai Bank Umum Syariah yang sama dan menghindari arbitrase
(BUS) ini diterbitkan dalam rangka regulasi antara bank konvensional dan
penguatan kelembagaan dan daya syariah, serta penyesuaian dengan
saing BUS dalam menjalankan peran peraturan mengenai pelaporan
intermediasi untuk berkontribusi dan perizinan bank, dan peraturan
terhadap perekonomian nasional, sesuai mengenai penyelenggaraan teknologi
dengan Roadmap Pengembangan informasi oleh bank umum.
Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI),
yaitu dalam hal penguatan permodalan
dan skala usaha BUS, penguatan
sinergi BUS untuk meningkatkan
efisiensi operasional BUS, mendorong
digitalisasi, serta meningkatkan
peran BUS dalam ekosistem ekonomi
dan keuangan syariah. POJK ini juga
diterbitkan dalam rangka harmonisasi
dengan peraturan mengenai
kelembagaan bank umum konvensional
untuk memberikan level playing field

170 Booklet Perbankan Indonesia


Pokok-Pokok Pengaturan :

a. Ketentuan Umum
1. Secara umum, pengaturan dalam RPOJK BUS diberlakukan bagi
Bank Umum Syariah (Bank), serta terdapat pengaturan bagi Kantor
Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri (KPBLN).
2. Setiap pihak wajib mendapat izin terlebih dahulu dari OJK untuk
melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, kecuali apabila kegiatan penghimpunan dana
tersebut diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersendiri.
3. Bentuk badan hukum Bank adalah Perseroan Terbatas.
4. Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, berbadan hukum, dan memiliki kantor pusat di luar negeri
dapat beroperasi di Indonesia melalui KPBLN.

b. Rencana Korporasi
1. Untuk mencapai tujuan Bank dalam jangka panjang, Bank wajib
menyusun rencana korporasi (corporate plan) untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan menyampaikannya kepada OJK.
2. Rencana korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. visi dan misi Bank;
b. evaluasi pelaksanaan rencana korporasi Bank periode sebelumnya;
c. analisis lingkungan internal dan eksternal;
d. sasaran dan strategi Bank;
e. rencana dan strategi sinergi perbankan; dan
f. rencana dan strategi sinergi ekosistem ekonomi dan keuangan
syariah.
3. Penyusunan rencana korporasi dikecualikan bagi bank perantara.

Booklet Perbankan Indonesia 171


c. Pendirian Bank
1. Pengaturan pendirian Bank ini berlaku bagi pendirian Bank yang dilakukan
setelah RPOJK BUS ini berlaku.
2. Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan paling sedikit
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah), dan dapat ditetapkan
berbeda dengan pertimbangan tertentu.
3. Bank didirikan dan/atau dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI)
dan/atau badan hukum Indonesia, atau WNI dan/atau badan hukum
Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara
kemitraaan, atau pemerintah daerah.
4. Perizinan pendirian Bank dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu persetujuan
prinsip dan izin usaha.

d. Bank Digital
1. Bank Digital adalah Bank yang menyediakan dan menjalankan kegiatan
usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor
pusat, atau menggunakan kantor fisik yang terbatas.
2. Bank Digital dapat beroperasi melalui:
a. Pendirian Bank baru sebagai Bank Digital; atau
b. Transformasi dari Bank existing menjadi Bank Digital.
c. Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank.
d. Pengaturan terkait persyaratan bagi pihak yang dapat menjadi
pemilik Bank serta perubahan permodalan dan perubahan komposisi
kepemilikan saham Bank.
e. Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS), dan
Pejabat Eksekutif Bank, serta Pemimpin KPBLN.
Pengaturan terkait direksi, dewan komisaris, DPS, dan pejabat
eksekutif bagi Bank, serta pemimpin KPBLN antara lain mengenai
tugas dan tanggung jawab, jumlah, dan rangkap jabatan.

172 Booklet Perbankan Indonesia


g. Kantor Bank
Pengaturan mengenai jaringan kantor Bank, yaitu:
1. Jaringan kantor Bank terdiri dari Kantor Pusat (KP), Kantor Wilayah
(Kanwil), Kantor Cabang (KC), Kantor Cabang Pembantu (KCP), Kantor
Fungsional (KF), dan Kantor di Luar Negeri, serta untuk memperluas
layanan kepada nasabah, Bank dapat menyediakan Terminal
Perbankan Elektronik (TPE).
2. Mekanisme dan tata cara pembukaan kantor, perubahan status kantor,
pemindahan alamat kantor (termasuk pemindahan sementara),
penutupan kantor (termasuk penutupan sementara), dan kewenangan
OJK dalam penundaan atau pembatalan jaringan kantor Bank.

h. Perubahan Nama, Logo, dan Anggaran Dasar Bank


Pengaturan mengenai mekanisme perubahan nama, logo Bank, dan
anggaran dasar Bank.

i. KPBLN
1. Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KPBLN harus menempatkan deposito di bank paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN
dan dengan persetujuan tertulis dari OJK.
2. KPBLN dilarang melakukan kegiatan usaha Bank.

j. Pencabutan Izin Usaha


OJK melakukan pencabutan izin usaha Bank atau penutupan KPBLN, yang
didasarkan atas:
1. Permintaan pemilik atau pemegang saham Bank.
2. Permintaan kantor pusat dari KPBLN.
3. Izin usaha kantor pusat KPBLN dicabut atau dilikuidasi oleh otoritas
negara setempat; atau
4. Tindak lanjut resolusi Bank oleh otoritas yang berwenang.

Booklet Perbankan Indonesia 173


k. Sinergi Perbankan
1. Sinergi perbankan bertujuan untuk mendukung efisiensi dan optimalisasi
sumber daya bank, mendukung kegiatan investasi dan pertumbuhan
ekonomi, serta mendorong upaya penguatan konsolidasi bank umum.

2. Bank dapat melakukan sinergi perbankan yang meliputi:


a. Bank dalam kelompok usaha bank berupa:
1. Bank sebagai perusahaan induk.
2. Bank sebagai pelaksana perusahaan induk.
3. Bank dalam kelompok usaha bank yang bukan sebagai
perusahaan induk atau pelaksana perusahaan induk.
dengan Bank atau bank umum konvensional dalam struktur
kelompok usaha bank.
b. PSP berupa Bank dengan Bank atau bank umum konvensional, atau
c. Bank sebagai perusahaan induk terhadap lembaga jasa
keuangan nonbank sebagai perusahaan anak.

3. Dalam melaksanakan sinergi perbankan, kedua belah pihak harus


membuat perjanjian kerja sama secara tertulis.

4. Pelaksanaan sinergi oleh Bank disertai dengan opini DPS.

l. Penyampaian Perizinan dan Laporan


Mekanisme penyampaian perizinan dan laporan dalam POJK ini diutamakan
secara daring dengan:
1. Permohonan untuk memperoleh izin dan/atau penyampaian informasi
dan dokumen terkait perizinan disampaikan melalui sistem perizinan
OJK dengan tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai perizinan
secara elektronik di sektor jasa keuangan.
2. Pelaporan pelaksanaan disampaikan melalui sistem pelaporan OJK
dengan tata cara sesuai dengan Peraturan OJK mengenai pelaporan
bank umum melalui sistem pelaporan OJK, dan jangka waktu pelaporan
disesuaikan pada periode laporan dimana pelaksanaan aktivitas yang
dilaporkan telah terealisasi efektif.

174 Booklet Perbankan Indonesia


3. Penyampaian terkait:
a. Informasi dan/atau data lain, atau
b. Dalam hal sistem perizinan dan/atau sistem pelaporan belum
tersedia atau terdapat keadaan kahar (kegagalan sistem), maka
penyampaian dilakukan melalui sistem persuratan OJK.

4 Jika sistem persuratan OJK terdapat keadaan kahar (kegagalan sistem),


penyampaian dilakukan secara luring kepada OJK.

m. Pengelompokan Bank
1. Berdasarkan Modal Inti, bank dikelompokkan menjadi 4 (empat) KBMI:

a. KBMI 1: Modal Inti sampai dengan Rp6.000.000.000.000,00


(enam triliun rupiah).
b. KBMI 2: Modal Inti lebih dari Rp6.000.000.000.000,00 (enam
triliun rupiah) sampai dengan Rp14.000.000.000.000,00 (empat
belas triliun rupiah).
c. KBMI 3: Modal Inti lebih dari Rp14.000.000.000.000,00 (empat
belas triliun rupiah) sampai dengan Rp70.000.000.000.000,00
(tujuh puluh triliun rupiah).
d. KBMI 4: Modal Inti lebih dari Rp70.000.000.000.000,00 (tujuh
puluh triliun rupiah).

2. KBMI untuk unit usaha syariah didasarkan pada Modal Inti bank
umum konvensional yang menjadi induknya.
3. Terhadap pemangku kepentingan lain (antara lain Bank Indonesia atau
Kementerian terkait) yang memiliki pengaturan atas pengelompokan
bank umum berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan
Modal Inti yang dimiliki atau disebut BUKU, dapat menyesuaikan
pengaturan terkait dengan pengelompokan bank sesuai KBMI.
Sebagai panduan, pengelompokan berdasarkan BUKU jika dikaitkan
dengan KBMI, dapat menjadi:
a. BUKU 1 dapat disetarakan dengan KBMI 1.
b. BUKU 2 dapat disetarakan dengan KBMI 1.
c. BUKU 3 dapat disetarakan dengan KBMI 2 atau KBMI 3.
d. BUKU 4 dapat disetarakan dengan KBMI 3 atau KBMI 4.

Booklet Perbankan Indonesia 175


n. Lain-lain
1. Bank dapat mempertahankan jaringan kantor dan kegiatan usaha
yang telah memperoleh persetujuan OJK sebelum Peraturan OJK ini
berlaku.
2. Bank yang memiliki kantor kas, payment point, atau kas keliling dapat
mencatatkan sebagai KCP atau disesuaikan dengan rencana dan
kebijakan jaringan kantor Bank (dipertahankan dengan mencatatkan
sebagai KCP, diubah status kantor, atau ditutup).
3. Mekanisme penyampaian risalah RUPS kepada OJK.
4. Mekanisme bagi Bank yang akan melakukan kegiatan operasional di
luar hari kerja operasional, pada hari libur, dan/atau tidak beroperasi
pada hari kerja.
5. Penyesuaian pengaturan terkait ketentuan prudensial sebagai
dampak dari pengelompokan bank menjadi KBMI

o. Ketentuan Peralihan
1. Proses perizinan kelembagaan Bank atau KPBLN yang masih dalam
proses pada saat Peraturan OJK ini berlaku, tetap mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum
Peraturan OJK ini berlaku.
2. Bank yang telah memiliki rencana korporasi pada saat Peraturan OJK
ini berlaku dapat menyampaikan rencana korporasi kepada OJK paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Peraturan OJK ini berlaku.

p. Ketentuan Penutup
Peraturan OJK ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal diundangkan.
POJK ini diundangkan pada tanggal 31 Agustus 2022 dan mulai berlaku
setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan serta mancabut:
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/13/PBI/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan
ketentuan pelaksanaan eksternal.

176 Booklet Perbankan Indonesia


b. Pasal 17 huruf b Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2016
tentang Rencana Bisnis Bank; dan
c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.03/2019 tentang
Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan
Perbankan Syariah.

13. POJK Nomor 26 Tahun 2022 tentang Bank Pembiayaan


Rakyat Syariah.
POJK ini merupakan penyempurnaan syariah melalui pendirian BPRS
dari POJK Nomor 3/POJK.03/2016 secara lebih selektif, menciptakan
tentang Bank Pembiayaan Rakyat proses perizinan BPRS yang lebih
Syariah yang dilakukan terhadap efektif dan efisien dalam mendukung
beberapa aspek kelembagaan dengan pengembangan kelembagaan BPRS,
tujuan untuk mendukung program serta menghadirkan kelembagaan
konsolidasi industri perbankan BPRS yang lebih tertata dan kuat.

Pokok-Pokok Pengaturan :

a. Pendirian BPRS
1. Pendirian BPRS baru dapat berasal dari 5 (lima) jenis, yaitu:
a. Permohonan oleh calon PSP.
b. Perubahan Izin Usaha BUS menjadi Izin Usaha BPRS.
c. Perubahan Izin Usaha BUK menjadi Izin Usaha BPRS.
d. Perubahan Izin Isaha BPR menjadi Izin Usaha BPRS.
e. Perubahan Izin Usaha lembaga keuangan mikro syariah menjadi
Izin Usaha BPRS.

2. Untuk pendirian BPRS baru yang berasal dari permohonan calon


PSP dilakukan:
a. Penyesuaian zona pendirian BPRS menjadi 3 (tiga) zona berdasarkan
wilayah provinsi.
b. Penyesuaian persyaratan modal disetor minimum untuk masing-
masing zona tersebut menjadi sebagai berikut:
• zona 1 sebesar Rp 75M
• zona 2 sebesar Rp 35M
• zona 3 sebesar Rp 15M

Booklet Perbankan Indonesia 177


3. Untuk perubahan Izin Usaha BUS atau BUK menjadi BPRS diatur bahwa:
a. Perubahan izin usaha BUS menjadi BPRS tersebut dapat dilakukan
berdasarkan inisiatif sendiri (voluntary) atau berdasarkan keputusan
OJK (mandatory);
b. Perubahan izin suaha BUK menjadi BPRS tersebut dapat dilakukan
berdasarkan inisiatif sendiri (voluntary).
c. Pemberian izin usaha sebagai BPRS tersebut wajib ditindaklanjuti
dengan:
• Mengubah status Perusahaan Terbuka menjadi perseroan tertutup
• Menghentikan kegiatan usaha yang tidak diperkenankan bagi
BPRSdan
• Menyesuaikan jenis dan wilayah jaringan kantor sesuai ketentuan
BPRS,
Selama masa transisi paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
dalam rangka penyelesaian aktivitas sebagaimana dimaksud angka (1)
s.d. angka (3).

b. Perizinan Pendirian BPRS


1. Penyesuaian jangka waktu pemberian Persetujuan Prinsip menjadi selama
30 hari kerja dan pemberian Izin Usaha selama 20 hari kerja.
2. Penyesuaian penempatan modal disetor pendirian oleh calon PSP menjadi
dilakukan secara penuh atau 100% pada saat pengajuan Persetujuan
Prinsip.
3. Penambahan penilaian terhadap kinerja keuangan dan pemenuhan
ketentuan LJK lain yang dimiliki oleh calon PSP.
4. Pendefinisian ulang terkait dengan BPRS yang tidak melakukan kegiatan
usaha dalam jangka waktu 40 hari kerja setelah memperoleh izin usaha.

178 Booklet Perbankan Indonesia


c. Kepemilikan dan Perubahan Modal
1. Penambahan pengaturan terkait pemenuhan persyaratan pemilik
BPRS berbadan hukum.
2. Penyesuaian ketentuan bagi pemegang saham BPRS yang tidak
memenuhi persyaratan tertentu, wajib menurunkan kepemilikan
saham menjadi paling banyak 10% dalam batas waktu paling lama
6 bulan.
3. Penyesuaian kriteria perubahan kepemilikan saham yang
wajib mendapatkan persetujuan OJK yaitu menjadi perubahan
kepemilikan saham yang mengakibatkan perubahan PSP.

d. Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan


Pejabat Eksekutif
1. Penyesuaian ketentuan BPRS yang telah menyelenggarakan
RUPS sebelum mendapatkan persetujuan OJK, dapat tidak
menyelenggarakan RUPS kembali untuk menyetujui pengangkatan
anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris.
2. Penyesuaian pelaporan pengangkatan dan/atau hal yang berkaitan
dengan perubahan jabatan anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota Dewan Pengawas Syariah, serta
pengangkatan, perubahan, atau pemberhentian Pejabat Eksekutif
menjadi dilakukan secara daring melalui sistem pelaporan OJK.
3. Penyesuaian persyaratan bagi anggota Direksi dan Dewan
Komisaris wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja yang masih
berlaku dan dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi.
4. Pengaturan mengenai calon anggota Direksi yang diajukan
merupakan Direksi BPR, BUS atau BUK yang melakukan perubahan
kegiatan usaha menjadi BPRS, maka kewajiban memiliki sertifikat
kompetensi kerja dipenuhi paling lama 2 (dua) tahun sejak tanggal
izin perubahan kegiatan usaha menjadi BPRS.
5. Penegasan pelaksanaan klarifikasi dalam rangka Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan (new entry) dan wawancara yaitu
dapat dilakukan melalui sarana Teknologi Informasi seperti video
conference.

Booklet Perbankan Indonesia 179


e. Kegiatan Usaha BPRS
1. Penegasan megenai pelaksanaan kegiatan usaha BPRS wajib
menerapkan Prinsip Syariah dan prinsip kehati-hatian.
2. Penegasan BPRS dapat menjalankan fungsi sosial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Jaringan Kantor
1. Penyederhanaan persyaratan dan perizinan pembukaan Kantor Cabang
yang sebelumnya dilakukan melalui 2 tahap perizinan menjadi hanya
1 tahap perizinan.
2. Penyesuaian batasan wilayah jaringan kantor BPRS, BPRS dapat dapat
melakukan pembukaan Jaringan Kantor dalam wilayah provinsi yang
sama dengan provinsi kantor pusat BPRS dan/atau pada kabupaten
atau kota di provinsi lain yang berbatasan langsung dengan provinsi
lokasi kantor pusat BPRS sepanjang memiliki modal inti minimum
paling sedikit Rp50 miliar atau pertimbangan tertentu dengan didukung
analisis yang kuat.
3. Penyesuaian persyaratan pembukaan Kantor Cabang dan menghapus
batasan jumlah Kantor Cabang yang dapat dibuka oleh BPRS, dengan
menilai kondisi keuangan, tingkat kesehatan, permodalan, dan/atau
kebutuhan bisnis BPRS.
4. Penambahan aturan baru mengenai perubahan status jaringan kantor,
baik peningkatan maupun penurunan status jaringan kantor BPRS.
5. Penyesuaian mekanisme pembukaan Kantor Kas, perluasan wilayah
kantor induk yang menaungi Kantor Kas dan penegasan fungsi/layanan
yang dapat dilakukan oleh Kantor Kas.

180 Booklet Perbankan Indonesia


g. Sinergi BPRS
1. Pengaturan BPRS dapat melakukan sinergi perbankan yang meliputi;
a. BPRS dengan BUS, BUK, BPRS dan/atau BPR yang memiliki PSP
yang sama dengan BPRS; atau
b. BPRS dengan BUS atau BUK sebagai PSP BPRS.
2. Dalam melaksanakan sinergi perbankan, kedua belah pihak harus
membuat perjanjian kerja sama secara tertulis.
3. Pelaksanaan sinergi oleh BPRS wajib disertai dengan opini DPS.
4. Ketentuan Sinergi BPRS tidak membatasi BPRS untuk melakukan
kerjasama dengan pihak lain.

h. Cabut Izin Usaha (CIU) atas Permintaan Pemegang Saham


1. Penambahan kriteria BPRS yang tidak dapat mengajukan Self
Liquidation.
2. Penambahan dokumen permohonan Persetujuan Persiapan Self
Liquidation.
3. Penyesuaian jangka waktu penyelesaian kewajiban BPRS yang
memperoleh persetujuan Self Liquidation menjadi paling lama 6
bulan.
4. Penambahan pengaturan mengenai kewenangan pembatalan
persetujuan Self Liquidation.

POJK ini diundangkan pada tanggal 26 Desember 2022 dan mulai


berlaku pada saat tanggal diundangkan serta mencabut POJK Nomor 3/
POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan peraturan
pelaksanaannya.

Booklet Perbankan Indonesia 181


Lampiran

DAFTAR KETENTUAN BIDANG PERBANKAN YANG


MASIH BERLAKU SAMPAI DENGAN DESEMBER 2022

Topik Nomor Ketentuan*)

Ketentuan Kelembagaan

1. • Bank Umum • POJK No. 12/POJK.03/2021 tanggal 30 Juli 2021


• Pendirian Bank Umum tentang Bank Umum

• Kepemilikan Bank Umum • POJK No. 17/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus


2018 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas
• Kepengurusan Bank Umum Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.03/2016 tentang
• Pembukaan Kantor Cabang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan
Bank Umum Modal Inti Bank
• Penutupan Kantor Cabang Bank • POJK No.6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha
Umum dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank
• Pembukaan Unit Usaha Syariah • PBI No.15/14/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013
perihal Perubahan Atas PBI No.11/10/PBI/2009
tentang Unit Usaha Syariah
• PBI No.14/8/PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang
Kepemilikan Saham Bank Umum
• PBI No.13/27/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011
tentang Perubahan atas PBI No.11/1/PBI/2009
tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum.
• PBI No.11/10/PBI/2009 tanggal 19 Maret 2009
tentang Unit Usaha Syariah
• PBI No.11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari 2009
tentang Bank Umum

2. • Pendirian Bank Umum Syariah • PBI No.15/13/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013


• Kepemilikan Bank Umum perihal Perubahan Atas PBI No.11/3/PBI/2009
Syariah tentang Bank Umum Syariah. (turut mencabut
Pasal 26 ayat (1) PBI No.14/6/PBI/2012)
• Kepengurusan Bank Umum
Syariah • PBI No.11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009
tentang Bank Umum Syariah
• Pembukaan Kantor Cabang BUS
• Penutupan Kantor Cabang Bank
Umum Syariah

182 Booklet Perbankan Indonesia


3. • Pendirian Bank Perkreditan • POJK No. 62/POJK.03/2020 tanggal 16 Desember
Rakyat 2020 tentang Bank Perkreditan Rakyat
• Kepemilikan BPR • POJK No.44/POJK.03/2015 tanggal 29 Desember
• Kepengurusan dan SDM BPR 2015 tentang Sertifikasi Kompetensi Bagi Anggota
Direksi dan
• Pembukaan Kantor Cabang BPR
• Anggota Dewan Komisaris Bank Perkreditan Rakyat
• Penutupan Kantor Cabang BPR dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

4. • Pendirian Bank Pembiayaan • POJK No.44/POJK.03/2015 tanggal 29 Desember


Rakyat Syariah (BPRS) 2015 tentang Sertifikasi Kompetensi Bagi Anggota
• Kepemilikan BPRS Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Bank
Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
• Kepengurusan dan SDM BPRS Syariah
• Pembukaan Kantor Cabang • POJK 3/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016
BPRS tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
• Penutupan Kantor Cabang
BPRS

5. • Kepemilikan Tunggal pada • POJK No. 39/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017


Perbankan Indonesia tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan
Indonesia

6. • Kepemilikan Saham Bank Umum • POJK No. 41/POJK.03/2019 tanggal 23 Desember


2019 tentang Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan, Integrasi dan Konversi Bank
Umum
• POJK No.56/POJK.03/2016 tanggal 9 Desember
2016 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum

7. • Penilaian Kemampuan dan • POJK No. 14/POJK.03/2021 tanggal 30 Juli 2021


Kepatutan pada Pihak Utama tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa
Lembaga Jasa Keuangan Keuangan Nomor 34/POJK.03/2018 tentang
Penilaian Kembali bagi Pihak Utama Lembaga Jasa
Keuangan
• POJK No. 34/POJK.03/2018 tanggal 27 Desember
2018 tentang Penilaian Kembali bagi Pihak Utama
Lembaga Jasa Keuangan
• POJK No.27/POJK.03/2016 tanggal 27 Juli 2016
tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi
Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan
• PBI No.15/13/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013
perihal Perubahan Atas PBI No.11/3/PBI/2009
tentang Bank Umum Syariah (turut mencabut Pasal
26 ayat (1) PBI No.14/6/PBI/2012)

8. • Merger, Konsolidasi, dan • POJK No. 41/POJK.03/2019 tanggal 23 Desember


Akuisisi Bank Umum 2019 tentang Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan, Integrasi dan Konversi Bank
Umum
• POJK No. 12/POJK.03/2020 tanggal 16 Maret 2020
tentang Konsolidasi Bank Umum

Booklet Perbankan Indonesia 183


9. • Penggabungan Peleburan • POJK No. 21/POJK.03/2019 tanggal 13 September
dan Pengambilalihan Bank 2019 tentang Penggabungan Peleburan dan
Perkreditan Rakyat dan Bank Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan
Pembiayaan Rakyat Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

10. • Perubahan Izin Usaha Bank • PBI No.10/9/PBI/2008 tanggal 22 Februari 2008
Umum menjadi Izin Usaha BPR tentang Perubahan Izin Usaha Bank Umum menjadi
dalam rangka Konsolidasi Izin Usaha BPR dalam rangka Konsolidasi

11. • Insentif Dalam Rangka • PBI No.9/12/PBI/2007 tanggal 21 September 2007


Konsolidasi Perbankan tentang Perubahan atas PBI No.8/17/PBI/2006
tentang Insentif dalam Rangka Konsolidasi
Perbankan
• PBI No.8/17/PBI/2006 tentang Insentif dalam
Rangka Konsolidasi Perbankan
• POJK No. 12/POJK.03/2020 tanggal 16 Maret 2020
tentang Konsolidasi Bank Umum

12. • Pembukaan Kantor Cabang • POJK No.55/POJK.03/2016 tanggal 9 Desember


Bank Asing dan Kantor 2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank
Perwakilan Bank Asing Umum
• SK DIR No.32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Persyaratan dan Tatacara Pembukaan
KC,KCP dan KPW dari Bank yang berkedudukan di
Luar Negeri

13. • Perubahan Nama dan/atau Logo • PBI No.13/27/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011
Bank tentang Perubahan atas PBI No.11/1/PBI/2009
tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum
• PBI No.11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009
tentang Bank Umum Syariah
• PBI No.11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari 2009
tentang Bank Umum

14. • Likuidasi Bank Umum • PBI No.13/27/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011


• Pencabutan Izin Usaha Kantor tentang Perubahan atas PBI No.11/1/PBI/2009
Cabang dari Bank yang tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum
berkedudukan di luar negeri • PBI No.11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari 2009
• Pencabutan Izin Usaha atas tentang Bank Umum
Permintaan Pemegang Saham • SK DIR No.32/53/KEP/DIR tentang Tata cara
(Self Liquidation) Bank Umum Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi
Bank Umum
• PP No.25 tahun 1999 tanggal 3 Mei 1999 tentang
Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi
Bank

184 Booklet Perbankan Indonesia


15. • Likuidasi dan cabut izin usaha • PBI No.13/6/PBI/2011 tanggal 24 Januari 2011
BPR tentang Tindak Lanjut Penanganan Terhadap
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dalam Status
Pengawasan Khusus
• PBI No.11/20/PBI/2009 tanggal 4 Juni 2009
tentang Tindak lanjut Penanganan Terhadap Bank
Perkreditan Rakyat Dalam Pengawasan Khusus
• SK DIR No.32/54/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Tata cara Pencabutan Izin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi BPR

16. • Perubahan Kegiatan Usaha • POJK No.64/POJK.03/2016 tentang Perubahan


Bank Konvensional menjadi Kegiatan Usaha Bank Konvensional menjadi Bank
Bank Syariah Syariah

17. • Pengembangan Sumber Daya • POJK No.47/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017


Manusia tentang Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan
dan Pelatihan Untuk Pengembangan Sumber
Daya Manusia Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
• SK Dir No.31/310/KEP/DIR/1999 tentang
Penyediaan Dana Untuk Pengembangan Sumber
Daya Manusia Bank Umum

18. • Transformasi Badan Kredit Desa • POJK No.10/POJK.03/2016 tanggal 2 Februari 2016
menjadi BPR tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan
Rakyat dan Transformasi Badan Kredit Desa yang
Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

19 • Transformasi Lembaga • POJK No. 62/POJK.03/2016 tanggal 28 Desember


Keuangan Mikro menjadi BPR 2016 tentang Transformasi Lembaga Keuangan
dan Lembaga Keuangan Mikro Mikro Konvensional Menjadi Bank Perkreditan
Syariah menjadi BPRS Rakyat dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

20. • Konglomerasi Keuangan • POJK No. 45/POJK.03/2020 tanggal 14 Oktober


2020 tentang Konglomerasi Keuangan

21. • Pemisahan Unit Usaha Syariah • POJK No. 59/POJK.03/2020 tanggal 16 Desember
(Spin-Off) 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan
Unit Usaha Syariah

Booklet Perbankan Indonesia 185


B.2. Ketentuan Kegiatan Usaha, Penunjang, dan Layanan Bank

1. • Kegiatan Usaha dan Jaringan • POJK No. 17/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus


Kantor Berdasarkan Modal Inti 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas
Bank Umum Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.03/2016 tentang
Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan
Modal Inti Bank
• POJK No.6/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016
tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
Berdasarkan Modal Inti Bank

2. • Kegiatan Usaha dan Wilayah • POJK No.12/POJK.03/2016 tanggal 17 Februari


Jaringan Kantor BPR 2016 tentang Kegiatan Usaha dan Wilayah Jaringan
berdasarkan Modal Inti Kantor BPR berdasarkan Modal Inti

3. • Transaksi Derivatif • PBI No.10/38/PBI/2008 tanggal 16 Desember 2008


tentang Perubahan atas PBI No.7/31/PBI/2005
tanggal 13 September 2005 tentang Transaksi
Derivatif
• PBI No.7/31/PBI/2005 tanggal 13 September 2005
tentang Transaksi Derivatif

4. • Sertifikat Deposito • POJK No.10/POJK.03/2015 tanggal tentang


Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank

5. • Layanan Keuangan Tanpa • POJK No.19/POJK.03/2014 tentang Layanan


Kantor Dalam Rangka Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan
Keuangan Inklusif (Laku Inklusif (Laku Pandai)
Pandai)

6. • Restrukturisasi Kredit • POJK No. 40/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember


2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum

7. • Kegiatan Usaha Bank berupa • POJK No.25/POJK.03/2016 tanggal 15 Juli 2016


Penitipan dengan Pengelolaan tentang Perubahan atas POJK No.27/POJK.03/2015
(Trust) tentang Kegiatan Usaha Bank berupa Penitipan
dengan Pengelolaan (Trust)
• POJK Nomor 27/POJK.03/2015 tanggal 11
Desember 2015 tentang Kegiatan Usaha Bank
Berupa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust)

8. • Pedoman Penyusunan • POJK No. 42/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017


Kebijaksanaan Perkreditan tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan
Bank (PPKPB) Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank bagi
Bank Umum

9. • Standar Penyelenggaraan • POJK No.75/POJK.03/2016 tanggal 28 Desember


Teknologi Informasi Bagi Bank 2016 tentang Standar Penyelenggaraan Teknologi
Perkreditan Rakyat dan Bank Informasi Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Pembiayaan Rakyat Syariah

186 Booklet Perbankan Indonesia


10. • Produk dan Aktivitas Bank • POJK Nomor 24/POJK.03/2015 tanggal 8 Desember
Syariah dan Unit Usaha Syariah 2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah

11. • Prinsip Syariah Dalam Kegiatan • PBI No.10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008
Penghimpunan Dana dan tentang Perubahan atas PBI No.9/19/PBI/2007
Penyaluran Jasa Bank Syariah tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
• PBI No.9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember
2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

12. • Kewajiban Pemenuhan Rasio • POJK No. 50/POJK.03/2017 tanggal 13 Juli 2017
Pendanaan Stabil Bersih (Net tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Pendanaan
Stable Funding Ratio) Bagi Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) Bagi
Bank Umum Bank Umum

13. • Penyelenggaraan Layanan • POJK No. 12/POJK.03/2018 tanggal 6 Agustus 2018


Perbankan Digital oleh Bank tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan
Umum Digital oleh Bank Umum

14. • Sinergi Perbankan Dalam • POJK No. 28/POJK.03/2019 tanggal 19 November


Satu Kepemilikan Untuk 2019 tentang Sinergi Perbankan Dalam Satu
Pengembangan Perbankan Kepemilikan Untuk Pengembangan Perbankan
Syariah Syariah

15. • Produk Bank Umum • POJK No.13/POJK.03/2021 tanggal 30 Juli 2021


tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum

B.3. Ketentuan Prinsip Kehati-hatian

1. • Modal Inti Bank Umum • POJK No. 17/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus


2018 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.03/2016 tentang
Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan
Modal Inti Bank
• POJK No.6/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016
tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
Berdasarkan Modal Inti Bank
• PBI No.9/16/PBI/2007 tanggal 3 Desember 2007
tentang Perubahan atas PBI No.7/15/PBI/2005
tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum
• PBI No.7/15/PBI/2005 tentang Jumlah Modal Inti
Minimum Bank Umum

Booklet Perbankan Indonesia 187


2. • Modal Inti BPR • POJK No.5/POJK.03/2015 tanggal tentang
Kewajiban Penyediaan Penyediaan Modal Minimum
dan Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank
Perkreditan Rakyat
• PBI No.8/18/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Perkreditan Rakyat

3. • Kewajiban Penyediaan Modal • POJK No.34/POJK.03/2016 tanggal 26 September


Minimum (KPMM) Bank Umum 2016 tentang Perubahan atas POJK No.11/
Konvensional POJK.03/2016 tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum
• POJK No.11/POJK.03/2016 tanggal 2 Februari 2016
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum

4. • Kewajiban Penyediaan Modal • POJK No.21/POJK.03/2014 tanggal 18 November


Minimum (KPMM) Bank Umum 2014 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Syariah dan Unit Usaha Syariah Minimum Bank Umum Syariah

5. • Kewajiban Penyediaan Modal • POJK No.5/POJK.03/2015 tanggal tentang


Minimum (KPMM) BPR Kewajiban Penyediaan Penyediaan Modal Minimum
dan Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank
Perkreditan Rakyat
• Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 PBI No.8/18/
PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Perkreditan Rakyat

6. • Kewajiban Penyediaan Modal • POJK No.66/POJK.03/2016 tanggal 28 Desember


Minimum (KPMM) BPRS 2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
• Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 PBI No.8/22/
PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Perkreditan Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah

7. • Kewajiban Penyediaan • POJK No.26/POJK.03/2015 tanggal tentang


Penyediaan Modal Minimum Kewajiban Penyediaan Penyediaan Modal Minimum
Terintegrasi bagi Konglomerasi Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan
Keuangan

8. • Penetapan Systemically Important • POJK No. 2/POJK.03/2018 tanggal 26 Maret 2018


Bank dan Capital Surcharge tentang Penetapan Bank Sistemik dan Capital
Surcharge

188 Booklet Perbankan Indonesia


9. • Batas Maksimum Pemberian • POJK No. 15/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus
Kredit (BMPK) atau Batas 2018 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Maksimum Penyaluran Dana (BMPK) atau Batas Maksimum Penyaluran Dana
(BMPD) Bank untuk Mendorong (BMPD) Bank untuk Mendorong Pertumbuhan
Pertumbuhan Sektor Pariwisata Sektor Pariwisata dan Peningkatan Devisa
dan Peningkatan Devisa

10. • Batas Maksimum Pemberian • POJK No. 38/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember


Kredit (BMPK) Bank Umum dan 2019 tentang Perubahan atas POJK No. 32/
Penyediaan Dana Besar Bagi POJK.03/2018 tentang Batas Maksimum Pemberian
Bank Umum Kredit dan Penyediaan Dana Besar Bagi Bank
Umum
• POJK No. 32/POJK.03/2018 tanggal 26 Desember
2018 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
dan Penyediaan Dana Besar Bagi Bank Umum
• PBI No.8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang perubahan atas PBI No.7/3/PBI/2005
tanggal 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum
• PBI No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005
tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank
Umum

11. • Batas Maksimum Pemberian • POJK No. 49/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Kredit (BMPK) Bank Perkreditan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank
Rakyat Perkreditan Rakyat

12. • Batas Maksimum Penyaluran • PBI No.13/5/PBI/2011 tgl 24 Januari 2011


Dana Bank Pembiayaan Rakyat tentang Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank
Syariah Pembiayaan Rakyat Syariah

Booklet Perbankan Indonesia 189


13. • Pembatasan Pemberian Kredit • POJK No. 16/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus
atau Pembiayaan oleh Bank 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas
Umum untuk Pengadaan Tanah Jasa Keuangan Nomor 44/POJK.03/2017 tentang
dan/atau Pengolahan Tanah Pembatasan Pemberian Kredit atau Pembiayaan
oleh Bank Umum untuk Pengadaan Tanah dan/atau
Pengolahan Tanah
• POJK No. 44/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
tentang Pembatasan Pemberian Kredit atau
Pembiayaan oleh Bank Umum untuk Pengadaan
Tanah dan/atau Pengolahan Tanah

14. • Kualitas Aset Bank Umum • POJK No. 40/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember
2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum

15. • Penilaian Kualitas Aset Bank • POJK No. 14/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus
Umum untuk Mendorong 2018 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Pertumbuhan Sektor untuk Mendorong Pertumbuhan Sektor Perumahan
Perumahan dan Peningkatan dan Peningkatan Devisa
Devisa

16. • Kualitas Aktiva Produktif BPR • POJK No. 33/POJK.03/2018 tanggal 27 Desember
2018 tentang Kualitas Aset Produktif dan
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset
Produktif Bank Perkreditan Rakyat

17. • Kualitas Aset Bank Umum • POJK No. 19/POJK.03/2018 tanggal 20 September
Syariah dan Unit Usaha Syariah 2018 tentang Perubahan atas POJK Nomor 16/
POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
• POJK No.16/POJK.03/2014 tanggal 18 November
2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah

18. • Kualitas Aset Produktif dan • POJK No. 29/POJK.03/2019 tanggal 29 November
Pembentukan Penyisihan 2019 tentang Kualitas Aset Produktif dan
Penghapusan Aset Produktif Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset
Bank Pembiayaan Rakyat Produktif Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Syariah

19. • Penyisihan Penghapusan Aktiva • PBI No.14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas


Produktif (PPAP) Bank Umum Aset Bank Umum

20. • Penyisihan Penghapusan • POJK No. 33/POJK.03/2018 tanggal 27 Desember


Aktiva Produktif (PPAP) BPR 2018 tentang Kualitas Aset Produktif dan
Konvensional Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset
Produktif Bank Perkreditan Rakyat

21. • Penyisihan Penghapusan Aset • POJK No.16/POJK.03/2014 tanggal 18 November


(PPA) Bank Umum Syariah dan 2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Unit Usaha Syariah Syariah dan Unit Usaha Syariah

190 Booklet Perbankan Indonesia


22. • Prinsip Kehati-hatian Dalam • POJK No.36/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Kegiatan Penyertaan Modal tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan
Bank Umum Penyertaan Modal

23. • Prinsip Kehati-hatian bagi • POJK No.9/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016


Bank Umum yang melakukan tentang Prinsip Kehati-hatian Bagi Bank Umum
penyerahan sebagai Yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan
Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pekerjaan Kepada Pihak Lain
Pihak Lain

24. • Prinsip Kehati-hatian Dalam • POJK No. 11/POJK.03/2019 tanggal 28 Maret 2019
Aktivitas Sekuritisasi Aset Bank tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas
Umum Sekuritasi Aset Bagi Bank Umum

25. • Prinsip Kehati-hatian Dalam • POJK No. 6/POJK.03/2018 tanggal 19 April 2018
melaksanakan Kegiatan tentang Perubahan atas POJK No. 7/POJK.03/2016
Structured Product bagi Bank tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan
Umum Kegiatan Structured Product bagi Bank Umum
• POJK No.7/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016
tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Melaksanakan
Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum

26. • Prinsip Kehati-hatian Dalam • POJK No.8/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016


Melaksanakan Aktivitas tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Melaksanakan
Keagenan Produk Keuangan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri
Luar Negeri oleh Bank Umum Oleh Bank Umum

27. • Pelaksanaan Good Corporate • POJK No.55/POJK.03/2016 tanggal 9 Desember


Governance (GCG) Bagi Bank 2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank
Umum Umum
• POJK Nomor 45/POJK.03/2015 tanggal 28
Desember 2015 tentang Penerapan Tata Kelola
dalam Pemberian Remunerasi bagi Bank Umum

28. • Pelaksanaan GCG Bagi Bank • POJK No. 59/POJK.03/2017 tanggal 18 Desember
Umum Syariah dan Unit Usaha 2017 Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian
Syariah Remunerasi Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah
• PBI No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

29. • Penerapan Tata Kelola • POJK No.4/POJK.03/2015 tanggal tentang


Terintegrasi bagi Bank Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Bank
Perkreditan Rakyat Perkreditan Rakyat

30. • Penerapan Tata Kelola Bagi • POJK No. 24/POJK.03/2018 tanggal 5 Desember
Bank Pembiayaan Rakyat 2018 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank
Syariah Pembiayaan Rakyat Syariah

31. • Penerapan Tata Kelola • POJK No.18/POJK.03/2014 tanggal 21 November


Terintegrasi bagi Konglomerasi 2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi
Keuangan bagi Konglomerasi Keuangan

Booklet Perbankan Indonesia 191


32. • Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan • POJK No. 46/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Bank Umum tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank
Umum

33. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No.18/POJK.03/2016 tanggal 22 Maret 2016


Bagi Bank Umum tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum

34. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No.65/POJK.03/2016 tanggal 28 Desember


Bagi Bank Umum Syariah dan 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Unit Usaha Syariah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

35. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No.13/POJK.03/2015 tanggal tentang


Bagi Bank Perkreditan Rakyat Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Perkreditan Rakyat

36. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No. 23/POJK.03/2018 tanggal 5 Desember


bagi Bank Pembiayaan Rakyat 2018 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

37. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No.17/POJK.03/2014 tanggal 21 November


Terintegrasi bagi Konglomerasi 2014 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Keuangan Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan

38. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No. 13/POJK.03/2020 tanggal 31 Maret


Dalam Penggunaan Teknologi 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas
Informasi Jasa Keuangan Nomor 38/POJK.03/2016 tentang
Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan
Teknologi Informasi oleh Bank Umum
• POJK No. 38/POJK.03/2016 tanggal 7 Desember
2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam
Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum

39. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No. 38/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Secara Konsolidasi bagi Bank tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara
yang melakukan Pengendalian Konsolidasi Bank yang Melakukan Pengendalian
terhadap Perusahaan Anak Terhadap Perusahaan Anak

40. • Kredit atau Pembiayaan Kepada • POJK No. 40/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli
Perusahaan Efek dan Kredit atau 2017 tentang Kredit atau Pembiayaan Kepada
Pembiayaan Dengan Agunan Perusahaan Efek dan Kredit atau Pembiayaan
Saham Dengan Agunan Saham

41. • Sertifikasi Manajemen Risiko • PBI No.12/7/PBI/2010 tanggal 19 April /2010


Bagi Pengurus dan Pejabat tentang Perubahan atas PBI No.11/19/PBI/2009
Bank Umum tanggal 4 Juni 2009 tentang Sertifikasi Manajemen
Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum
• PBI No.11/19/PBI/2009 tanggal 4 Juni 2009 tentang
Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan
Pejabat Bank Umum

42. • Penerapan Program Anti • POJK 12/POJK.01/2017 tanggal 21 Maret 2017


Pencucian Uang dan tentang Peneragam Program Anti Pencucian Uang
Pencegahan Pendanaan dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor
Terorisme di Sektor Jasa Jasa Keuangan
Keuangan

192 Booklet Perbankan Indonesia


43. • Pemanfaatan Tenaga Kerja • POJK No. 37/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Asing dan Program Alih tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan
Pengetahuan di Sektor Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan
Perbankan

44. • Penerapan Manajemen Risiko • PBI No.11/36/DPNP tanggal 31 Desember


Pada Aktivitas Bank Yang 2009 tentang Perubahan atas SE BI No.7/19/
Berkaitan Dengan Reksadana DPNP tanggal 14 Juni 2005 tentang Penerapan
Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan
Aktivitas Berkaitan dengan Reksa Dana

45. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No.57/POJK.03/2016 tanggal 9 Desember


Pada Bank Umum yang 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada
Melakukan Layanan Nasabah Bank Umum yang Melakukan Layanan Nasabah
Prima (LNP) Prima

46. • Stimulus Perekonomian • POJK No.11/POJK.03/2015 tanggal 24 Agustus


Nasional Bagi Bank Umum, 2015 tentang Ketentuan Kehati-hatian dalam
Bank Umum Syariah dan Unit rangka Stimulus Perekonomian Nasional bagi Bank
Usaha Syariah Umum
• POJK No.12/POJK.03/2015 tanggal 24 Agustus
2015 tentang Ketentuan Kehati-hatian dalam
rangka Stimulus Perekonomian Nasional bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

47. • Kewajiban Pemenuhan Rasio • POJK Nomor 42/POJK.03/2015 tanggal 23


Kecukupan Likuiditas (Liquidity Desember 2015 tentang Kewajiban Pemenuhan
Coverage Ratio) Bagi Bank Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage
Umum Ratio) Bagi Bank Umum

48. • Perlakuan Khusus Terhadap • POJK No. 45/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Kredit atau Pembiayaan Bank tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit atau
Bagi Daerah-Daerah Tertentu Pembiayaan Bank Bagi Daerah-Daerah Tertentu di
di Indonesia yang Terkena Indonesia yang Terkena Bencana Alam
Bencana Alam

Booklet Perbankan Indonesia 193


49. • Penerapan Fungsi Audit Intern • POJK No. 1/POJK.03/2019 tanggal 29 Januari 2019
pada Bank Umum tentang Penerapan Fungsi Audit Intern pada Bank
Umum

50. • Kewajiban Pemenuhan Rasio • POJK No. 31/POJK.03/2019 tanggal 2 Desember


Pengungkit Bagi Bank Umum 2019 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio
Pengungkit Bagi Bank Umum

51. • Penerapan Strategi Anti Fraud • POJK No. 39/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember
dan Pencegahan Kejahatan 2019 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi
Perbankan Bank Umum

52. • Stimulus Perekonomian • POJK No. 17/POJK.03/2021 tanggal 10 September


Nasional sebagai Kebijakan 2021 tentang Perubahan Kedua Atas POJK
Countercyclical Dampak Tentang Stimulus Perekonomian Nasional
Penyebaran Coronavirus Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Disease 2019 Penyebaran Coronavirus Disease 2019
• POJK No. 48/POJK.03/2020 tanggal 1 Desember
2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease 2019
• POJK No. 11/POJK.03/2020 tanggal 16 Maret
2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional
sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019

53. • Kebijakan bagi Bank Perkreditan • POJK No. 18/POJK.03/2021 tanggal 10 September
Rakyat dan Bank Pembiayaan 2021 tentang Perubahan Kedua Atas POJK Tentang
Rakyat Syariah Sebagai Dampak Kebijakan Bagi Bank Perkreditan Rakyat Dan Bank
Penyebaran Coronavirus Disease Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak
2019 Penyebaran Coronavirus Disease 2019
• POJK No. 2/POJK.03/2021 tanggal 17 Februari
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.03/2020 tentang
Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019
• POJK No. 34/POJK.03/2020 tanggal 2 Juni 2020
tentang Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai
Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019

54. • Kebijakan Penyelenggaraan • POJK No. 25/POJK.03/2021 tanggal 14 Desember


Produk Bank Perkreditan Rakyat 2021 tentang Penyelenggaraan Produk Bank
dan Bank Pembiayaan Rakyat Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Syariah

55. • Kebijakan Batas Maksimum • POJK No. 26/POJK.03/2021 tanggal 17 Desember


Penyaluran Dana dan 2021 tentang Batas Maksimum Penyaluran Dana
Penyaluran Dana Besar bagi dan Penyaluran Dana Besar bagi Bank Umum
Bank Umum Syariah Syariah

194 Booklet Perbankan Indonesia


B.4. Ketentuan Laporan dan Standar Akuntansi

1. • Transparansi Kondisi Keuangan • POJK No. 37/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember


Bank 2019 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan
Bank

2. • Transparansi Kondisi Keuangan • POJK 48/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017


BPR tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat

3. • Transparansi Kondisi Keuangan • POJK No. 35/POJK.03/2019 tanggal 13 Desember


BPRS 2019 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah

4. • Transparansi Informasi Produk • PBI No.7/6/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005


Bank dan Penggunaan Data tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Pribadi Nasabah Penggunaan Data Pribadi Nasabah

5. • Laporan-laporan Bank Umum • PBI No.14/12/PBI/2012 tanggal 15 Oktober 2012


tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum
• PBI No.13/8/PBI/2011 tanggal 4 Februari 2011
tentang Laporan Harian Bank Umum

6. • Laporan-laporan BPR dan BPRS • POJK No. 13/POJK.03/2019 tanggal 2 Mei 2019
tentang Pelaporan Bank Perkreditan Rakyat dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Melalui Sistem
Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan

7. • Informasi Perkreditan • POJK No. 64/POJK.03/2020 tanggal 28 Desember


2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.03/2017 tentang
Pelaporan dan Permintaan Informasi Debitur
Melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan
• POJK No.18/POJK.03/2017 tanggal 26 April 2017
tentang Pelaporan dan Permintaan Informasi
Debitur melalui Sistem Layanan Informasi
Keuangan
• PBI 15/1/PBI/2013 tanggal 18 Februari 2013
tentang Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan

8. • Pelaporan Bank Umum Melalui • POJK No. 63/POJK.03/2020 tanggal 22 Desember


Sistem Pelaporan Otoritas Jasa 2020 tentang Pelaporan Bank Umum Melalui
Keuangan Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan

9. • Penyampaian Laporan Melalui • POJK No. 36/POJK.03/2019 tanggal 18 Desember


Portal Pelaporan Terintegrasi 2019 tentang Penyampaian Laporan Melalui Portal
Pelaporan Terintegrasi

Booklet Perbankan Indonesia 195


B.5. Ketentuan Pengawasan Bank

1. • Rencana Bisnis Bank • POJK No.5/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016


tentang Rencana Bisnis Bank

2. • Rencana Bisnis Bank • POJK No. 15 /POJK.03/2021 tanggal 10 Agustus


Perkreditan Rakyat dan Bank 2021 tentang Rencana Bisnis Bank Perkreditan
Pembiayaan Rakyat Syariah Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
• POJK No.37/POJK.03/2016 tanggal 30 November
2016 tentang Rencana Bisnis Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

3. • Penilaian Tingkat Kesehatan • POJK No.4/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016


Bank Umum tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

4. • Penilaian Tingkat Kesehatan • POJK No.8/POJK.03/2014 tanggal 11-06-2014


Bank Umum Syariah (BUS) tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah

5. • Penilaian Tingkat Kesehatan • SK Dir.No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997


Bank Perkreditan Rakyat tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR

6. • Penilaian Tingkat Kesehatan • POJK No. 20/POJK.03/2019 tanggal 9 September


Bank Pembiayaan Rakyat 2020 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

7. • Penetapan Status dan Tindak • POJK No. 32/POJK.03/2019 tanggal 12 Desember


Lanjut Pengawasan Bank 2019 tentang Perubahan atas POJK No. 19/
POJK.03/2017 Tentang Penetapan Status dan
Tindak Lanjut Pengawasan Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
• POJK No. 19/POJK.03/2017 tanggal 8 Mei 2017
tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Syariah
• POJK No. 15/POJK.03/2017 tanggal 4 April 2017
tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank Umum

8. • Tindak Lanjut Pelaksanaan • POJK No. 43/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017


Pengawasan Bank tentang Tindak Lanjut Pelaksanaan Pengawasan
Bank

9. • Persyaratan dan Tata Cara • POJK No. 41/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Pemeriksaan Bank tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan
Bank

10. • Rencana Aksi (Recovery Plan) • POJK No. 14/POJK.03/2017 tanggal 4 April 2017
Bagi Bank Sistemik tentang Rencana Aksi (Recovery Plan) Bagi Bank
Sistemik

11. • Bank Perantara • POJK No. 16/POJK.03/2017 tanggal 4 April 2017


tentang Bank Perantara

196 Booklet Perbankan Indonesia


B.6. Ketentuan Edukasi dan Pelindungan Konsumen

1. • Pelindungan Konsumen • POJK No.18/POJK.07/2018 tanggal 10 September


2018 tentang Layanan Pengaduan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan
• POJK No.1/POJK.07/2013 tanggal 26 Juli 2013
tentang Pelindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan

2. • Lembaga Alternatif • POJK No.1/POJK.07/2014 tanggal 16 Januari 2014


• Penyelesaian Sengketa Di tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
Sektor Jasa Keuangan Di Sektor Jasa Keuangan

3. • Literasi dan Inklusi Keuangan • POJK No.76/POJK.07/2016 tanggal 28 Desember


2016 tentang Peniwngkatan Literasi dan Inklusi
Keuangan di Sektor Jasa Keuangan bagi Konsumen
dan/atau Masyarakat

B.7. Ketentuan Lain-Lain

1. • Rahasia Bank • PBI No.2/19/PBI/2000 tanggal 7 September 2000


tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian
Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

2. • Kewenangan Penyidikan Tindak • POJK No.22/POJK.01/2015 tanggal 28 Desember


Pidana di Sektor Jasa Keuangan 2015 tentang Penyidikan Tindak Pidana di Sektor
Jasa Keuangan

3. • Penggunaan Jasa Akuntan • POJK No.13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan


Publik dan Kantor Akuntan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Publik dalam Kegiatan Jasa dalam Kegiatan Jasa Keuangan
Keuangan

4. • Penerapan Keuangan • POJK No. 51/POJK.03/2017 tanggal 18 Juli 2017


Berkelanjutan Bagi Lembaga tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi
Jasa Keuangan, Emiten, dan Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan
Perusahaan Publik Publik

5. • Pelaporan Informasi Nasabah • POJK No. 25/POJK.03/2019 tanggal 16 Oktober


Asing terkait Perpajakan kepada 2019 tentang Pelaporan Informasi Nasabah Asing
Negara Mitra atau Yurisdiksi terkait Perpajakan kepada Negara Mitra atau
Mitra Yurisdiksi Mitra

6. • Pembinaan Bank • POJK No. 18/POJK.03/2020 tanggal 21 April 2020


tentang Perintah Tertulis untuk Penanganan
Permasalahan Bank

Booklet Perbankan Indonesia 197


Jenis Pelaporan Yang Telah Difasilitasi APOLO.

Pelaporan Liquidity • POJK No.42/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Bank Umum BUKU 3


Coverage Ratio Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Bank Umum BUKU 4
(LCR) Coverage Ratio) bagi Bank Umum
Bank Asing
• POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Pelaporan Tax • Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Gateway yang terdiri
Amnesty Pengampunan Pajak dari 21 Bank, 18
Manajer Investasi,
dan 19 Perantara
Pedagang Efek

Pelaporan Rencana • POJK No.37/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Seluruh BPR/BPRS


Bisnis (BPR/BPRS) Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
• SEOJK No.52/SEOJK.03/2016 tentang Rencana
Bisnis Bank Perkreditan Rakyat
• SEOJK No.53/SEOJK.03/2016 tentang Rencana
Bisnis Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Pelaporan Net • POJK 50/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Bank Umum BUKU 3


Stable Funding Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Bank Umum BUKU 4
Ratio Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum
Bank Asing
• POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Pelaporan Publikasi • POJK.No.37/POJK.03/2019 tentang Transparansi Seluruh BUK, BUS,


Bank Umum dan Publikasi Laporan Bank dan UUS
• SEOJK No.9/SEOJK.03/2020 tentang Transparansi
dan Publikasi Laporan Bank Umum Konvensional
• SEOJK No.10/SEOJK.03/2020 tentang Transparansi
dan Publikasi Laporan Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah
• SEOJK No. 34/SEOJK.03/2017 tentang Transparansi
Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)

198 Booklet Perbankan Indonesia


Pelaporan Bulanan • POJK No.13/POJK.03/2019 tentang Pelaporan BPR Seluruh BPR
BPR dan BPRS Melalui Sistem Pelaporan OJK
• SEOJK No.8/SEOJK.O3/2019 tentang Laporan
Bulanan BPR

Pelaporan BPRS • POJK No.13/POJK.03/2019 tentang Pelaporan Bank Seluruh BPRS


Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No.18/SEOJK.03/2019 tentang Laporan
Bulanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Pelaporan KPMM • POJK No. 21/POJK.03/2014 tentang Kewajiban Seluruh BUS


dan ATMR Syariah Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah
• SEOJK No. 12/SEOJK.03/2015 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Sesuai Profil Risiko
Bagi Bank Umum Syariah
• SEOJK No. 13/SEOJK.03/2015 tentang Perhitungan
Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Operasional dengan Menggunakan Pendekatan
Indikator Dassar Bagi Bank Umum Syariah
• SEOJK No. 34/SEOJK.03/2015 tentang Perhitungan
Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit
dengan Menggunakan Pendekatan Standar Bagi
Bank Umum Syariah
• SEOJK No. 35/SEOJK.03/2015 tentang Perhitungan
Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Pasar
dengan Menggunakan Metode Standar Bagi Bank
Umum Syariah

Booklet Perbankan Indonesia 199


Pelaporan KPMM • POJK No.11/POJK.03/2016 tentang Kewajiban Seluruh BUK
dan ATMR Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
Konvensional • POJK No.34/POJK.03/2016 Perubahan Atas
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/
POJK.03/2016 Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum
• POJK No. 11/POJK.03/2019 Prinsip Kehati-hatian
dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum
• SEOJK No.38/SEOJK.03/2016 tentang Pedoman
Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
• SEOJK No.42/SEOJK.03/2016 tentang Pedoman
Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko
Untuk Risiko Kredit Dengan Menggunakan
Pendekatan Standar
• SEOJK No. 24/SEOJK.03/2016 tentang Perhitungan
Aset Tertimbang Menurut Risiko Untuk Risiko
Operasional Dengan Menggunakan Pendekatan
Indikator Dasar
• SEOJK No. 48/SEOJK.03/2017 tentang Pedoman
Perhitungan Tagihan Bersih Transaksi Derivatif
Dalam Perhitungan Aset Tertimbang Menurut
Risiko Untuk Risiko Kredit Dengan Menggunakan
Pendekatan Standar
• POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Pelaporan • POJK No.38/POJK.03/2017 tentang Penerapan Bank yang memiliki


Kualitas Aset dan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi bagi dan/atau melakukan
Pembentukan PPA Bank yang Melakukan Pengendalian Terhadap Pengendalian
Secara Konsolidasi Perusahaan Anak terhadap
– BUK • SEOJK No. 43/SEOJK.03/2017 tentang Prinsip Perusahaan Anak
Kehati-hatian dan Laporan Dalam Rangka
Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi
Bagi Bank yang Melakukan Pengendalian Terhadap
Perusahaan Anak
• POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

200 Booklet Perbankan Indonesia


Pelaporan • POJK No.38/POJK.03/2017 tentang Penerapan BUS yang memiliki
Kualitas Aset dan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi dan/atau melakukan
Pembentukan PPA Bank yang Melakukan Pengendalian Terhadap pengendalian
Secara Konsolidasi Perusahaan Anak terhadap
– BUS • SEOJK No.43/SEOJK.03/2017 tentang Prinsip perusahaan anak
Kehati-Hatian dan Laporan Dalam Rangka
Penerapan
• Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank
yang Melakukan Pengendalian
• Terhadap Perusahaan Anak

Laporan Penerapan • POJK No.38/POJK.03/2017 tentang Penerapan BUS yang memiliki


Manajemen Risiko Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi dan/atau melakukan
Konsolidasi-BUS Bank yang Melakukan Pengendalian Terhadap pengendalian
Perusahaan Anak terhadap
• SEOJK No.43/SEOJK.03/2017 tentang Prinsip perusahaan anak
Kehati-Hatian dan Laporan Dalam Rangka
Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi
Bagi Bank yang Melakukan Pengendalian Terhadap
Perusahaan Anak

Laporan • POJK No.40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Seluruh BUK


Restrukturisasi Kualitas Aset Bank Umum
Kredit • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Laporan Strategi POJK No. 39/POJK.03/2019 tentang Penerapan Seluruh BUK dan
Anti Fraud Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum BUS

Laporan Aset • SEOJK No. 6/SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Seluruh BUK


Tertimbang Aset Tertimbang Menurut Risiko Untuk Risiko
Menurut Risiko Operasional Dengan Menggunakan Pendekatan
(ATMR) untuk Risiko Standar Bagi Bank Umum
Operasional

Booklet Perbankan Indonesia 201


Laporan Kewajiban • POJK No.31/POJK.03/2019 tentang Kewajiban Seluruh BUK
Pemenuhan Pemenuhan Rasio Pengungkit Bagi Bank Umum
Rasio Pengungkit • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
(Leverage Ratio) Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Pelaporan Suku • SEOJK No. 34/SEOJK.03/2017 tentang Transparansi Seluruh BUK


Bunga Dasar Kredit Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)

Laporan BMPK dan • POJK No.32/POJK.03/2018 tentang Batas Seluruh BUK


Penyediaan Dana Maksimum Pemberian Kredit dan Penyediaan Dana
Besar Besar Bagi Bank Umum
• POJK No.38/POJK.03/2019 tentang Perubahan
atas POJK No.32/POJK.03/2018 tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit dan Penyediaan Dana
Besar Bagi Bank Umum
• POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Laporan • POJK No.40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Seluruh BUK


Restrukturisasi Kualitas Aset Bank Umum
Kredit • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank
Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan

Pelaporan Aktivitas • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Untuk BUK


Bank Sebagai Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa dan BUS yang
Agen Penjual Efek Keuangan menyelenggarakan
Reksadana • SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan aktivitas berkaitan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan dengan reksadana
Otoritas Jasa Keuangan
• SEOJK No. 27/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan
• SEOJK No. 4/SEOJK.03/2017 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Pada Bank Yang Melakukan
Aktivitas Berkaitan Dengan Reksa Dana

202 Booklet Perbankan Indonesia


Pelaporan Rencana • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Seluruh BUK, BUS,
Bisnis Bank Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa dan UUS
Keuangan
• SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Otoritas Jasa Keuangan
• SEOJK No. 27/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan
• POJK No. 5/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis
Bank
• SEOJK No. 25/SEOJK.03/2016 tentang Rencana
Bisnis Bank Umum
• SEOJK No. 8/SEOJK.03/2018 tentang Rencana
Bisnis Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Pelaporan Anti • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Seluruh BUK dan
Pencucian Uang Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa BUS
dan Pencegahan Keuangan
Pendanaan • SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Terorisme (APU dan Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
PPT) Otoritas Jasa Keuangan

Laporan • POJK No.1/PJK.03/2022 tentang Layanan Keuangan Seluruh BUK dan


Penyelenggaraan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif BUS
Kegiatan Laku • SEOJK No.6/SEOJK.03/2015 tentang Layanan
Pandai Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan
Inklusif oleh Bank

Booklet Perbankan Indonesia 203


Laporan : • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank BUK, BUS, UUS
a. Pelaporan Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa
Kualitas Aset dan Keuangan
Pembentukan • SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
PPA Secara Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
Konsolidasi – BUK Otoritas Jasa Keuangan
b. Condensed • SEOJK No. 27/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Report Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
c. Laporan Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan
Pembiayaan yang
Direstrukturisasi
pada Bulan
Laporan
d. Laporan BMPD
e. Laporan
Sensitivity to
Market Risk –
Suku Bunga
f. Laporan Kegiatan
Kustodian
g. Laporan
Bancassurance
h. Pelaporan
Outstanding
Transaksi
Structured
Product
i. Pelaporan SDM
Perbankan
Indonesia
j. Pelaporan
Jaringan Kantor

GLOSSARY INDIKATOR KINERJA PERBANKAN


No. Istilah Keterangan

1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio kecukupan modal yang diperoleh dari
perhitungan (modal/ATMR)x100%. ATMR = Aset
Tertimbang Menurut Risiko

2. Return on Asset (ROA) Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba terhadap rata-rata total aset
yang dimiliki bank

204 Booklet Perbankan Indonesia


3. Beban Operasional terhadap Pengukuran efisiensi yang diukur dari rasio beban
Pendapatan Operasional (BOPO) operasional terhadap pendapatan operasional

4. Net Interest Margin (NIM) Merupakan indikator rentabilitas bank yang


didapat dari rasio Pendapatan Bunga Bersih
terhadap rata-rata Total Aset Produktif (SE BI No.
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011)

5. Net Operation Margin (NOM) Merupakan indikator rentabilitas untuk Perbankan


Syariah yang di ukur dengan rasio antara
pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil
setelah dikurangi dengan beban operasional,
terhadap rata-rata aset produktif

6. Cash Ratio (CR) Perbandingan antara alat likuid terhadap utang


lancar sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai tata cara penilaian tingkat kesehatan
BPR dan sistem penilaian tingkat kesehatan
BPR berdasarkan prinsip syariah. (POJK No.19/
POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan
Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS)

7. Non Performing Loan (NPL) atau Porsi kredit/pembiayaan yang memiliki kualitas
Non Performing Finance (NPF) kurang lancar, diragukan, atau macet sebagaimana
Gross dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penilaian kualitas aset bank
umum dan ketentuan OJK mengenai penilaian
kualitas aset bank umum syariah dan unit usaha
syariah, terhadap total kredit

8. Non Performing Loan (NPL) atau Porsi kredit/pembiayaan yang memiliki kualitas
Non Performing Finance (NPF) Net kurang lancar, diragukan, atau macet setelah
dikurangi dengan CKPN kredit bermasalah,
terhadap total kredit

9. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Rasio kredit/pembiayaan yang diberikan kepada
Finance to Deposit Ratio (FDR) pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana
pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan
deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk dana antar bank (PBI No.15/15/PBI/2013)

Booklet Perbankan Indonesia 205


206 Booklet Perbankan Indonesia
Departemen Perizinan dan
Manajemen Krisis Perbankan

Otoritas Jasa Keuangan

Menara Radius Prawiro, Lantai 11


Komplek Perkantoran Bank Indonesia
Jl. M.H. Thamrin No.2
Jakarta Pusat 10350

(021) 2960 0000


www.ojk.go.id

Anda mungkin juga menyukai