BOOKLET
Perbankan
Indonesia
2023
Daftar Tim Penyusun
Booklet Perbankan Indonesia 2023
Penerbit:
Otoritas Jasa Keuangan
Departemen Perizinan dan Manajemen Krisis Perbankan
Pengarah:
Eddy Manindo Harahap
Aslan Lubis
Booklet Perbankan Indonesia (BPI) edisi tahun 2023 merupakan media publikasi yang
menyajikan informasi singkat mengenai perbankan Indonesia sepanjang tahun 2022.
Booklet ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai arah kebijakan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) tahun 2023 sesuai yang diamanatkan dalam Pertemuan Tahunan
Industri Jasa Keuangan Tahun 2023 dengan tema “Penguatan Sektor Jasa Keuangan
Dalam Menjaga Pertumbuhan Ekonomi”, perkembangan perbankan di Indonesia, serta
peraturan dan kebijakan di bidang perbankan yang dikeluarkan OJK agar industri perbankan
lebih berdaya saing dan kontributif.
Peningkatan aktivitas perekonomian Indonesia akan terus berlanjut selama tahun 2023,
Hal itu juga diperkuat oleh pengumuman Pemerintah mengakhiri tanggap darurat pandemi.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, diikuti dengan ekspektasi
publik atas layanan keuangan yang cepat, mudah, aman, dan efisien, serta agile. Fokus
OJK dalam implementasi UU Pengembangan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) adalah
menyiapkan proses transisi yang lancar dan tidak menimbulkan guncangan ditengah
tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. OJK juga memiliki peran besar dalam
upaya memberikan arah serta mendorong pengembangan dan digitalisasi perbankan
nasional agar lebih memiliki daya tahan (resilience), berdaya saing dan kontributif. Peran
tersebut dijalankan antara lain melalui penerbitan Blue Print arah pengembangan, kebijakan,
serta ketentuan di Bidang Perbankan sebagaimana tertuang dalam booklet ini.
BPI edisi tahun 2023 didesain dengan layout dan format yang menarik untuk dapat
memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna. Pemanfaatan teknologi QR
Code juga kami sertakan dalam beberapa konten di dalam BPI ini sehingga pengguna dapat
dengan mudah memperoleh tambahan informasi mengenai konten yang sedang dibaca.
Kami menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyajian BPI tahun
2023 ini baik dari segi substansi maupun format. Namun, kami berharap agar informasi yang
disajikan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengguna. Masukan dan pandangan
pengguna terhadap BPI ini kami harapkan demi peningkatan BPI edisi berikutnya.
Bab 01
Tentang Otoritas Jasa Keuangan
02
Fungsi dan Tugas OJK 13
Nilai-Nilai Strategis OJK 14
Organisasi OJK 16
Bab
18
Kewenangan OJK
Struktur Organisasi OJK
Terhadap Industri Perbankan
1. Struktur Organisasi OJK- 19
Wide - Existing
2. Struktur Organisasi Bidang 20
Pengawas Sektor Perbankan
3. Struktur Organisasi Kantor 21
Regional OJK dan Kantor OJK
B. Perbankan 22
Kegiatan Usaha Bank 25
B. Perbankan
Kegiatan Usaha Bank
Menjadi lembaga pengawas industri jasa Dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan
keuangan yang terpercaya, melindungi menjadi pilar perekonomian nasional yang
kepentingan konsumen dan masyarakat, berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.
Misi
Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12 Januari 2023
tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:
Dalam rangka mencapai tujuan Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berfungsi:
a. menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan;
b. memelihara Stabilitas Sistem Keuangan secara aktif sesuai dengan kewenangannya; dan
c. memberikan pelindungan terhadap Konsumen dan masyarakat.
Tugas OJK :
a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon;
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun;
d. kegiatan jasa keuangan di sektor Lembaga Pembiayaan, perusahaan modal ventura,
lembaga keuangan mikro, dan IJK Lainnya;
e. kegiatan di sektor ITSK serta aset keuangan digital dan aset kripto;
f. perilaku pelaku usaha jasa keuangan serta pelaksanaan edukasi dan Pelindungan
Konsumen; dan
g. sektor keuangan secara terintegrasi serta melakukan asesmen dampak sistemik
Konglomerasi Keuangan.
1. Integritas
Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai
dengan kode etik dan kebijakan organisasi dengan
menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.
2. Profesionalisme
Bekerja dengan penuh tanggung jawab
berdasarkan kompetensi yang tinggi untuk
mencapai kinerja terbaik.
3. Sinergi
Berkolaborasi dengan seluruh pemangku
kepentingan baik internal maupun eksternal
secara produktif dan berkualitas.
4. Inklusif
Terbuka dan menerima keberagaman pemangku
kepentingan serta memperluas kesempatan dan
akses masyarakat terhadap industri keuangan.
5. Visioner
Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat
ke depan (Forward Looking) serta dapat berpikir
di luar kebiasaan (Out of The Box Thinking).
Anggota 4 Anggota 5
Anggota 2 Anggota 3 Kepala Eksekutif Kepala Eksekutif
Anggota 1 Pengawas
Wakil Ketua/ Kepala Eksekutif Pasar Modal,
Ketua Ketua Komite Etik Pengawas Perbankan Keuangan Derivatif Perasuransian,
dan Bursa Karbon Penjaminan, dan
Dana Pensiun
DKSK DKIA DKOI DKRG DKIK DKHP DKSM DKSL DKAI DKPK
GPSI DPIK
Pengawasan
Keterangan:
ADK (Anggota Dewan Komisioner)
ADK Bidang 1 ADK Bidang 2 ADK Bidang 3
SCOM (Strategic Committee) • DKIK (Deputi Komisioner Sistem • DPNP (Departemen Pengaturan
• DKSK (Deputi Komisioner Stabilitas Informasi dan Keuangan) dan Pengembangan Perbankan)
Sistem keuangan) о DPSI (Departemen Pengelolaan • DIMB (Departemen Perizinan dan
о DSKT (Departemen Surveillance Sistem Informasi) Manajemen Krisis Perbankan)
dan Kebijakan Sektor Jasa о DKEU (Departemen Keuangan) • DPKP (Departemen Pengendalian
Keuangan Terintegrasi) о GPSI (Grup Pengembangan Kualitas dan Pengembangan
о GDST (Grup Pengelolaan Data Aplikasi Sistem Informasi) Pengawasan Perbankan)
dan Statistik Terintegrasi) • DKHP (Deputi Komisioner Hukum • DKBK (Deputi Komisioner Pengawas
• DKIA (Deputi Ko m i s i o n e r dan Penyidikan) Konglomerasi Keuangan)
Internasional dan Penanganan о DHUK (Departemen Hukum) о DPKG (Departemen Pengawasan
APU-PPT) о DPJK (Departemen Penyidikan Konglomerasi Keuangan)
о DINT (Departemen Internasional) Sektor Jasa Keuangan) о DRPD (Departemen Pemeriksaan
о GPUT (Grup Penanganan APU • DKSM (Deputi Komisioner SDM dan Khusus dan Pengawasan
PPT) Manajemen Strategis) Perbankan Daerah)
• DKOI (Deputi Komisioner OJK о DOSM (Departemen Organisasi • DKBY (Deputi Komisioner Pengawas
Institute) dan SDM) Bank Pemerintah dan Syariah)
о OJKI (OJK Institute) о DMSP (Departemen Manajemen о DPBP (Departemen Pengawasan
• DKRG (Deputi Komisioner Regional) Strategis dan Perubahan) Bank Pemerintah)
о KR (Kantor Regional) • D KS L (Deputi Ko m i s i o n e r о DPBS (Departemen Perbankan
о KOJK (Kantor OJK) Sekretariat Dewan Komisioner dan Syariah)
Logistik) • DKBW (Deputi Komisioner
о DSHK (Departemen Sekretariat Pengawas Bank Swasta)
Dewan Komisioner dan Hubungan о DPW1 (Departemen Pengawasan
Kelembagaan) Bank Swasta 1)
о DLOG (Departemen Logistik) о DPW2 (Departemen Pengawasan
Bank Swasta 2)
Anggota 7
Anggota 9
Kepala Eksekutif Anggota 8
Anggota 6 Pengawas Perilaku Anggota
Anggota Ex- Organ Pendukung:
Ketua Dewan Pelaku Usaha Jasa Ex-officio dari
officio dari Bank
Audit Keuangan, Edukasi, Kementerian Komite, Dewan Audit,
Indonesia
dan Pelindungan Keuangan dan Organ Lainnya
Konsumen
DPKP
Pengawasan
Kepala Eksekutif
Pengawas Perbankan
Departemen
Pengendalian
Kualitas dan
Pengembangan
Pengawasan
Perbankan
Ketua Dewan Kepala Eksekutif Ketua Eksekutif Ketua Eksekutif Ketua Eksekutif
Komisioner Pengawas Pengawas Pasar Pengawas Pengawas
Perbankan Modal Keuangan Perasuransian, Pelaku Usaha
Derivatif dan Penjaminan, dan Jasa Keuangan,
Bursa Karbon Dana Pensiun Edukasi, dan
Pelindungan
Konsumen
Deputi Dewan
Komisioner
Kantor
OJK Prov.
Keterangan: Papua
Barat
*) Fungsi pengelolaan KR dan KOJK dilaporkan
kepada Ketua Dewan Komisioner
Perbankan Syariah
adalah segala sesuatu
yang menyangkut
tentang Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan
usaha
Definisi:
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Setelah Berlakunya Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tanggal 12 Januari 2023
tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan:
Bank Umum Syariah adalah jenis Bank Syariah yang dalam kegiatannya
8.
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
10.
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam berdasarkan fatwa dan/ atau
11.
pernyataan kesesuaian syariah yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
b. memberikan kredit;
d. menempatkan dana pada Bank lain, meminjam dana dari Bank lain, atau
meminjamkan dana kepada Bank lain, baik dengan menggunakan surat,
sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya;
d. melakukan kerja sama dengan LJK lain dan kerja sama dengan selain IJK
dalam pemberian layanan jasa keuangan kepada Nasabah.
Dalam melaksanakan kegiatan usaha di atas, Bank Umum Syariah dan UUS dapat
memanfaatkan teknologi informasi dengan ketentuan lebih lanjut mengenai
pemanfaatan teknologi informasi diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam melaksanakan kegiatan usaha di atas, Bank Umum Syariah dapat beroperasi
sebagai Bank digital dengan ketentuan lebih lanjut mengenai Bank digital diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan setelah dikonsultasikan dengan DPR.
Bank Umum Syariah dan UUS wajib menyalurkan Pembiayaan untuk sektor tertentu,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pembiayaan inklusif, dan/atau pembiayaan
berkelanjutan. Pengaturan mengenai kewajiban penyaluran Pembiayaan dilakukan
melalui koordinasi Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.
1. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau LJK
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah (khusus BUS);
e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha BUS dan UUS sebagaimana
tercantum dalam bagian Kegiatan Usaha BUS dan UUS.
BPR dilarang:
a. menerima Simpanan berupa Giro;
b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali kegiatan usaha penukaran
valuta asing;
BPRS dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali kegiatan usaha penukaran
valuta asing;
Risiko Kredit
Disebabkan karena kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.
Risiko Pasar
Disebabkan adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement)
dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank,
antara lain suku bunga dan nilai tukar.
Risiko Likuiditas
Rp Disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo.
Risiko Operasional
Disebabkan adanya ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem
eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
Risiko Stratejik
Disebabkan ketidaktepatan bank dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Risiko Kepatuhan
Disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Risiko Hukum
Disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis antara lain adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan.
Risiko Investasi
Disebabkan bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang
dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan
metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit
and loss sharing.
Risiko Asuransi
Disebabkan kegagalan perusahaan asuransi memenuhi kewajiban
kepada pemegang polis sebagai akibat dari ketidakcukupan proses
seleksi Risiko (underwriting), penetapan premi (pricing), penggunaan
reasuransi, dan/atau penanganan klaim.
Gambar Jenis-jenis Risiko yang Digunakan dalam Penerapan Risk Based Supervision pada
Perbankan dan Konglomerasi
1 Risiko Kredit V V
2 Risiko Pasar V V V
3 Risiko Likuiditas V V V
4 Risiko Operasional V V V
5 Risiko Hukum V V V
6 Risiko Reputasi V V V
7 Risiko Stratejik V V V
8 Risiko Kepatuhan V V V
9 Risiko Imbal
Risiko Imba Hasil
Hasil - V -
10 Risiko Investasi - V -
11 Risiko
Risiko Transaksi
transaksi
Intra-Grup
intra-grup - - V
12 Risiko Asuransi - - V
C. Pemeriksaan Khusus
Tindak Pidana Perbankan
(Riksus Tipibank)
Bank sebagai lembaga intermediasi sering digunakan sebagai sarana dan/
atau sasaran untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, atau kelompok tertentu
secara melawan hukum yang pada akhirnya dapat mengakibatkan bank
mengalami permasalahan struktural. Perbuatan tersebut dapat dilakukan
baik oleh Komisaris, Direksi, pegawai, pihak terafiliasi, pemilik/pemegang
saham bank, atau pihak lain.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan bank dan/atau dari pihak lain. Dalam
bank, OJK dapat menemukan hal diperlukan penanganan lebih lanjut
Penyimpangan Ketentuan Perbankan dengan riksus tipibank, maka akan
(PKP), baik yang bersifat administratif dilakukan riksus tipibank terhadap
maupun yang memiliki indikasi anggota dewan komisaris, direksi,
Tindak Pidana Perbankan (tipibank). pegawai bank, pemegang saham, pihak
Penanganan PKP yang berindikasi terafiliasi yang menjadikan bank sebagai
tipibank perlu dilakukan dengan hati- sarana dan/atau sasarannya. OJK juga
hati guna menghindari dampak yang memiliki kewenangan untuk memberikan
mampu mempengaruhi reputasi bank sanksi administratif kepada bank sesuai
dan demi terciptanya sistem perbankan dengan peraturan perundang-undangan
yang sehat guna mendukung stabilitas yang berlaku.
sistem keuangan. Metodologi riskus tipibank yang dilakukan
Informasi PKP yang berindikasi tipibank untuk mengetahui penyimpangan yang
dapat berasal dari hasil pengawasan terjadi, antara lain:
Klarifikasi/ Pengumpulan
wawancara dengan dokumen pendukung
bank/pihak terkait. tambahan dugaan
tipibank
01 03
02 04
Penelitian dokumen Pemeriksaan on
pendukung dan informasi the spot atas objek
awal dalam identifikasi pemeriksaan
dugaan tipibank.
Perizinan Pengawasan
d. Tahun 2009: mengeluarkan rekomendasi Basel 2.5 yang mencakup kerangka perhitungan
ATMR Risiko Pasar dengan menggunakan internal model, pengenaan beban modal untuk
transaksi sekuritisasi, aspek manajemen risiko untuk kompensasi, risiko konsentrasi, risiko
reputasi dan stress testing, valuasi atas seluruh eksposur yang dicatat berdasarkan fair
value, dan pengungkapan sekuritisasi;
e. Tahun 2010: dalam rangka merespon krisis keuangan global, BCBS mengeluarkan
rekomendasi peningkatan ketahanan bank, baik di level mikro maupun makro, yang dikenal
dengan kerangka Basel III.
Basel II
Standarised Internal
Approach Model
Keterangan:
SEBI No. 9/33/DPNP SEBI No. 9/31/DPNP Sudah diimplementasikan
(SEOJK No.23/SEOJK.03/2022) (Telah Dicabut) Belum diimplementasikan
1) Kerangka Permodalan
Pada tanggal 12 Desember 2013 telah diterbitkan PBI Nomor 15/12/
PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
yang terakhir disempurnakan dengan POJK Nomor 34/POJK.03/2016
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Ketentuan
tersebut mengatur mengenai, antara lain:
Regulation
Published
Tier 1 : 6%
CET : 4,5%
Basel
Capital
Component
Conversation Buffet
Countercycle Buffer
Minimum Leverage Ratio (LR) yang harus dipenuhi adalah sebesar 3% yang dihitung
dengan membagi modal inti (Tier 1) dengan total eksposur bank (tanpa berisiko
tertimbang).
Konstruksi Roadmap
Pengembangan
Perbankan Indonesia
2020-2025
Gambar 3.7.
Konstruksi Roadmap
Pengembangan Perbankan
Indonesia 2020-2025
Selain itu, Cetak Biru ini turut mengusung prinsip technology neutral, yaitu tidak
mengatur aspek teknis terkait teknologi.
Cetak biru ini berfokus pada 5 (lima) elemen utama yang akan memberikan kebijakan
digitalisasi untuk perbankan, yaitu meliputi pedoman implementasi:
1. Data
Dengan berkembangnya pemanfaatan teknologi informasi, maka
pengumpulan, pemrosesan, dan pemindahan data akan semakin
mudah dilakukan. Pertukaran data akan semakin marak dilakukan
seiring perkembangan open banking dengan memanfaatkan teknologi
Application Programming Interface (API). Namun demikian, perbankan
perlu berhati-hati terhadap data nasabah yang dimilikinya. Sejumlah
elemen krusial terkait data yaitu pelindungan data, pengaturan
pertukaran data (data transfer), dan tata kelola data pada perbankan
menjadi hal-hal yang penting. Implementasi yang baik atas elemen-
elemen tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
perbankan di era digital.
3. Manajemen risiko
Pemanfaatan teknologi informasi membawa suatu risiko tersendiri bagi
perbankan. Beberapa risiko yang biasanya muncul pada saat penggunaan
teknologi informasi, yaitu adanya serangan siber yang dapat mengganggu
kinerja dari teknologi informasi, serangan cracker/hacker yang dapat
mengacaukan sistem bahkan sampai mencuri data rahasia suatu perusahaan,
kesalahan dan kerusakan sistem pendukung seperti jaringan listrik putus,
dan lain sebagainya. Untuk itu, perbankan perlu menerapkan secara efektif
manajemen risiko teknologi informasi guna memitigasi berbagai risiko tersebut.
Sejalan dengan ini, perbankan perlu juga menerapkan keamanan siber secara
memadai. Selain itu, perbankan juga perlu menerapkan manajemen alih
daya (outsourcing) yang baik dalam hal menggunakan pihak ketiga untuk
menyediakan teknologi informasi.
4. Kolaborasi
Perkembangan teknologi menyebabkan terbentuknya ekosistem baru yang
bersifat digital dengan Bank menjadi salah satu pemain dalam ekosistem
tersebut. Kemitraan atau kolaborasi Bank dengan pemain dalam ekosistem
digital seperti institusi Bank, institusi keuangan non-bank, institusi non
keuangan seperti perusahaan teknologi finansial atau fintech serta bigtech
mampu memberikan peluang bagi Bank untuk mendapatkan konsumen
baru, memanfaatkan inovasi mitra, dan memperoleh akses data untuk
pengembangan produk dan layanan Bank. Kolaborasi Bank dengan institusi
lain dapat berbentuk platform sharing (super-app), atau kerjasama antara
Bank dengan institusi lain berupa infrastructure sharing dalam Kelompok
Usaha Bank atau kerjasama distribusi layanan dan produk.
Peningkatan peran BPR dan BPRS dalam Jumlah BPR dan BPRS yang cukup banyak
pembiayaan UMK terutama di wilayah/ membutuhkan pengawasan berbasis TI
daerah perlu dilakukan, mengingat (supervisory technology) dalam upaya
ketatnya persaingan dalam penyaluran meningkatkan efektivitas pengawasan
kredit/pembiayaan kepada UMK. Untuk itu serta percepatan proses perizinan yang
diperlukan dukungan OJK dan stakeholders memanfaatkan TI sehingga proses menjadi
terkait dalam rangka mendorong industri lebih efisien. Selain itu, dalam rangka
BPR dan BPRS untuk dapat meningkatkan mendorong inovasi produk dan layanan
perannya dalam penyaluran kredit/ BPR dan BPRS diperlukan reformasi
pembiayaan pada segmen UMK, baik pengaturan yang sebelumnya bersifat
secara langsung kepada sektor UMK rule-based menjadi principle based.
atau melalui partisipasi dalam program
Pemerintah terkait pembiayaan UMK.
Keberhasilan pencapaian arah pengembangan BPR dan BPRS melalui keempat pilar
tersebut memerlukan dukungan yang optimal dari perangkat pendukung (enabler), yaitu:
Kepemimpinan dan
1. 2. Kuantitas dan kualitas
manajemen perubahan
SDM yang memadai,
yang baik,
RBPR-S merupakan living document yang dapat disesuaikan seiring dinamika perubahan
ataupun perkembangan industri sehingga diperlukan respons kebijakan yang relevan,
tepat waktu, dan tepat substansi untuk mendukung daya saing perbankan nasional.
Melalui sinergi dengan Pemerintah (Kementerian dan Lembaga), Bank Indonesia, lembaga
keuangan syariah lain, lembaga keuangan sosial Islam dan industri halal diharapkan
dapat meningkatkan kontribusi bank syariah dan ekonomi syariah dalam perekonomian
nasional dan pembangunan sosial.
Enabler
Kepemimpinan Kualitas dan Infrastruktur Kolaborasi
dan Manajemen Kuantitas Teknologi dan Kerjasama
Perubahan SDM Informasi Sektoral
Kebijakan Awareness
Dukungan
Capacity Building/
Pengembangan
workshop keuangan
Infrastruktur;
berkelanjutan;
Inovasi Produk
Pengembangan
Produk SDM
e-learning
Dukungan
Pengembangan Infrastruktur
Non
Pasar Pengembangan
Sustainable Finance Pemerintah
Information Hub; Pusat Penelitian;
Pasar primer dan Koordinasi K/L Pilot Project
sekunder Keuangan
Berkelanjutan
Task Force Keuangan
Berkelanjutan
Monitoring dan Evaluasi
dari Implementasi
Keuangan Berkelanjutan
Dalam proses penyusunannya, OJK turut serta melibatkan berbagai pihak, antara lain:
Bursa Karbon
Sebagai tindak lanjut Perpres 98 Tahun membawa peluang bisnis baru bagi
2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan industri jasa keuangan khususnya
rencana pembentukan penyelenggara perbankan, antara lain berupa inovasi
Bursa Karbon, OJK telah menerbitkan produk/jasa keuangan yang dapat
POJK Nomor 14 Tahun 2023 tentang mendukung terselenggaranya bursa
Perdagangan Karbon Melalui Bursa karbon di Indonesia.
Karbon. Kehadiran bursa karbon dapat
Business Matching
Dalam mendorong peran sektor jasa sementara LJK dan investor akan
keuangan khususnya perbankan terhadap bertindak sebagai penanggap. Dalam
sektor-sektor yang berkelanjutan, OJK kegiatan ini regulator bertindak sebagai
telah menyelenggarakan kegiatan fasilitator yang bersifat netral, sehingga
Business Matching sebagai forum keberhasilan pendanaan terhadap
yang bertujuan untuk mengenalkan proyek bergantung sepenuhnya pada
proyek-proyek hijau yang feasible serta perhitungan bisnis/aspek komersial
mengidentifikasi protensi dukungan LJK para peserta. Sepanjang tahun 2022,
terhadap pendanaan proyek hijau melalui OJK telah menyelenggarakan kegiatan
fasilitas diskusi antara pelaku usaha business matching untuk sektor
dengan LJK. Forum ini diselenggarakan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
dalam format diskusi panel dimana Baterai (KBLBB) dan sektor Renewable
pelaku usaha akan memaparkan Energy.
proyek yang memerlukan pendanaan,
https://www.ojk.go.id/
keuanganberkelanjutan/id/
D. Perkembangan Kinerja
Perbankan Sampai Dengan
Desember 2022
Perkembangan Perbankan 2022
Pada akhir tahun 2022, optimisme pemulihan
ekonomi nasional masih terus berlanjut seiring
dengan membaiknya berbagai indikator ekonomi.
Pemulihan ekonomi nasional juga tercermin dari kondisi permodalan
sejalan dengan meningkatnya fungsi bank yang relatif stabil dan cukup
intermediasi perbankan. Kredit solid, serta menunjukkan kemampuan
mengalami peningkatan sebesar 11,35% bank yang memadai dalam menyerap
(yoy) dengan DPK yang masih tumbuh risiko dengan indikator CAR sebesar
cukup tinggi sebesar 9,01% (yoy). 25,63%. Meningkatnya penyaluran kredit
Secara umum ketahanan perbankan juga berpengaruh pada peningkatan
pada Desember 2022 masih terjaga, rentabilitas yang tecermin dari ROA
Tabel 3.1. Kondisi Umum Bank Umum (Konvensional dan Syariah) Tahun 2022
Total Aset
(Rp Milyar) 10.112.304 10.131.460 10.308.568 10.478.576 11.113.315 10,18% 9,90%
Kredit
(Rp Milyar) 5.768.585 5.863.296 6.176.861 6.274.901 6.423.564 5,24% 11,35%
DPK
(Rp Milyar) 7.479.463 7.481.675 7.602.297 7.647.334 8.153.590 12,21% 9,01%
- Giro
(Rp Milyar) 2.143.505 2.188.067 2.230.034 2.250.347 2,546.160 27,05% 18,78%
- Tabungan
(Rp Milyar) 2.432.260 2.343.465 2.518.071 2.525.287 2.615.185 11,91% 7,52%
- Deposito
Rp Milyar) 2.903.698 2.859.143 2.854.191 2.871.700 2.992.254 3,53% 3,05%
NPL Gross
(%) 3,00 2,99 2,86 2,78 2,44 (6) (56)
NPL Net (%) 0,88 0,884 0,80 0,77 0,71 (10) (17)
Nominal Yoy
Indikator
BUK Des Des
Des 2021 Mar 2022 Jun 2022 Sep 2022 Des 2022 2021 2022
Total Aset
(Rp Milyar) 9.670.515 9.685.610 9.684.566 9.992.629 10,581.455 10,13% 9,42%
Kredit
(Rp Milyar) 5.512.366 5.597.973 5.895.209 5.964.173 6.100.964 5,30% 10,68%
DPK
(Rp Milyar) 7.114.041 7.114.317 7.221.451 7.239.294 7.724.561 12,16% 8,58%
- Giro
(Rp Milyar) 2.089.193 2.131.017 2.172.435 2,186.147 2.481.780 27,67% 18,79%
- Tabungan
(Rp Milyar) 2.295.109 2.297.507 2.374.035 2.371.822 2.450.312 11,76% 6,76%
- Deposito
Rp Milyar) 2.729.739 2.685.793 2.674.982 2.681.325 2.792.469 2,91% 2,30%
NPL Gross
(%) 3,02 3,00 2,87 2,79 2,44 (4) (58)
NPL Net (%) 0,88 0,84 0,80 0,78 0,71 (7) (17)
Nominal Yoy
Indikator
BPR Des Des
Des 2021 Mar 2022 Jun 2022 Sep 2022 Des 2022 2021 2022
Total Aset
(Rp Milyar) 168.443 170.690 172,126 175.659 182.302 8,62% 8,23%
Kredit
(Rp Milyar) 116.580 120.826 123.447 126.052 129.295 5,24% 10,91%
DPK
(Rp Milyar) 117.006 119,641 120,607 122,909 126.944 10,23% 8,49%
- Tabungan
(Rp Milyar) 35.867 36,690 36.600 38,129 40.169 9,74% 11,99%
- Deposito
Rp Milyar) 81.139 82,951 84.007 84,779 86.775 10,56% 6,95%
NPL Gross (%) 6,72 7,44 7,80 8,12 7,89 (50% 117
Fungsi intermediasi BUS juga mengalami tahun lalu, contoh pertumbuhan aset
peningkatan dengan FDR mencapai tahun lalu sebesar 11,36% (yoy) dan
75,12% disertai dengan kondisi likuditas pertumbuhan pembiayaan tahun lalu
perbankan yang memadai terefleksi dari sebesar 3,93% (yoy). Selain pemulihan
rasio AL/NCD dan AL/DPK yang masing- ekonomi pasca pandemi Covid-19,
masing tercatat 133,23% dan 27,56%, pertumbuhan aset, pembiayaan, dan
jauh di atas threshold masing-masing DPK dimaksud juga dipengaruhi konversi
rasio sebesar 50% dan 10%. PT BPD Riau dan Kepulauan Riau (Bank
Riau Kepri) menjadi PT Bank BPD Riau
Secara umum, BUS mencatatkan dan Kepulauan Riau Syariah (Bank Riau
perbaikan pertumbuhan dari sisi aset, Kepri Syariah). Dari sisi rentabilitas, BUS
pembiayaan, dan DPK pada tahun mengalami peningkatan tercermin dari
2022, yaitu masing-masing sebesar ROA Desember 2022 sebesar 2%, lebih
20,39%; 25,91% dan 17,41% secara tinggi dari tahun sebelumnya sebesar
year-on-year. Angka tersebut jauh 1,55%.
meningkat dibandingkan pertumbuhan
Nominal
Indikator BUS
Des 2020 Des 2021 Mar 2022 Jun 2022
Total Aset
(Rp Miliar) 397.073 441.789 446.850 458.997
-Tabungan
(Rp Miliar) 119.926 137.151 136.957 144.036
-Deposito
(Rp Miliar) 152.179 173.986 173,351 179.210
Sep 2022 Des 2022 Sep 2022 Des 2022 Des 2021 Des 2022
Nominal
Indikator UUS
Des 2020 Des 2021 Mar 2022 Jun 2022
Total Aset
(Rp Miliar) 196.875 234.947 227.536 244.554
-Tabungan
(Rp Miliar) 39.458 46.592 47.470 51.536
-Deposito
(Rp Miliar) 86.708 99.684 92.707 94.150
Sep 2022 Des 2022 Sep 2022 Des 2022 Des 2021 Des 2022
Tabel 3.6. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah tahun 2022
Nominal
Indikator BPRS
Des 2020 Des 2021 Mar 2022 Jun 2022
Total Aset
(Rp Miliar) 14.944 17.060 17.180 17.715
- Deposito
(Rp Miliar) 6.447 7.694 7.961 8.250
Sep 2022 Des 2022 Sep 2022 Des 2022 Des 2021 Des 2022
Informasi debitur pada SLIK merupakan kontribusi 2.101 Pelapor (posisi per
Desember 2022) yang terdiri dari 93 Bank Umum Konvensional, 33 BUS/UUS,
1.439 BPR, 169 BPRS, 149 Perusahaan Pembiayaan, 33 Perusahaan Pembiayaan
Syariah, 49 Perusahaan Modal Ventura, 6 Perusahaan Modal Ventura Syariah, 2
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, 1 Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
Syariah, 117 Perusahaan Efek, 1 Lembaga Pendanaan Efek, 3 Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya, 2 Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Syariah dan 4 Koperasi
Simpan Pinjam. Jumlah Pelapor SLIK posisi Desember 2022 disajikan pada
grafik di bawah ini..
5
118 LJK Lainnya 4
PE dan LPE NON LJK
240
Lembaga 126
BUK/
Pembiayaan
BUS/
UUS
169
BPRS
1.439
BPR
Jumlah Permintaan Informasi Debitur oleh OJK dalam Rangka Layanan Masyarakat Tahun 2022
30.000 24.898
25.000
25.450
20.000
14.156 13.852 14.518
12.752
15.000
9.751
10.000 15.249 14.867 15.068
10.811 11.478
5.000
-
Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22 Ags-22 Sep-22 Oct-22 Nov-22 Dec-22
Jumlah Permintaan Informasi Debitur oleh OJK oleh Pelapor SLIK Tahun 2022
18.727.394
19.000.000 16.474.182
13.043.827 16.800.944
14.250.000 15.614.801
15.161.169 14.555.893
13.231.127
12.146.839
9.500.000
4.750.000
Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22 Ags-22 Sep-22 Oct-22 Nov-22 Dec-22
Grafik 3.3. Jumlah Permintaan Informasi Debitur oleh Pelapor pada Tahun 2022
Gambar 3.12. Alur Proses Otomasi iBPR-S dan Keterhubungan dengan Website BPR/BPRS
Sebagaimana alur proses pada Gambar 3 di atas, pada aplikasi iBPR-S juga tersedia
link website masing-masing BPR/BPRS sehingga masyarakat dapat terhubung
dengan mudah ke website individual BPR/BPRS.
OJK menghimbau agar BPR/BPRS dan Asosiasi (Perbarindo, Perbamida, dan Asbisindo)
dapat mendorong penggunaan iBPR-S oleh masyarakat dalam memperoleh informasi
terkait BPR/BPRS. Selain itu, agar penyediaan informasi produk dan layanan
BPR/BPRS melalui aplikasi iBPR-S dapat berjalan optimal sehingga masyarakat
memperoleh manfaat terbaik, salah satu prasyarat yang harus dipenuhi adalah
peningkatan kualitas data pelaporan dari BPR/BPRS.
Perluasan
Penguatan
1. Jenis Data dan
Penambahan 2. Peningkatan
Kualitas Layanan 3. Pengembangan
Teknologi 4. Regulasi dan
Tata Kelola
Sumber Data
Meningkatkan data
Memperluas jenis Internal
management
data kredit dan data • Menyediakan data Memperkuat regulasi
lainnya analisis SLIK melalui • Memperkuat validasi yang mendukung
• Perluasan Data Big Data Analytic sistem tata kelola dan
Debitur (BDA) dan Artificial • Melakukan otomasi pengembangan SLIK
• Perluasan Data Intelligence (AI) data quality
Kredit • Menyediakan credit management
• Perluasan Data scoring • Mengakselerasi
Angunan pengkinian data
• Penambahan Data
Lainnya
Meningkatkan
Mempersiapkan
kapasitas teknologi
regulasi pendukung
informasi
di masing-masing
• Mendukung arah sektor
pengembangan
layanan SLIK
Eksternal • Mengembangkan
• Meningkatkan aplikasi SLIK untuk
Menambah Jenis kualitas layanan SLIK penyediaan dana
Pelapor kepada masyarakat mikro, ultramikro dan
• Menyediakan layanan sederhana
• Perasuransian • Mengembangkan
• Perusahaan informasi debitur Menyelaraskan
host-to-host kepada infrastruktur
Penjaminan regulasi mengenai
Pelapor pengolahan data dari
• Peer to Peer Lending SLIK, LPIP, dan
• Meningkatkan LPIP
(P2P) perundang-undangan
• Security kualitas layanan (PDP dan P2SK)
Crowdfunding (SCF) helpdesk
• Pelapor Lainnya Meningkatkan
Sesuai Kebutuhan/ Confidentiality,
Kesiapan Integrity, and
Availability (CIA)
• Mengembangkan Meningkatkan
Early Warning edukasi mengenai
System (EWS) SLIK kepada
• Menyediakan Stakeholders
Disaster Recovery
Center (DRC)
Masyarakat
Indonesia
1. Mempercepat waktu persetujuan
kredit/pembayaran
1. Mendukung pertumbuhan ekonomi
2. Pengecekan riwayat perkreditan
yang berkesinambungan
pribadi
2. Mendukung pelaksanaan tata kelola
3. Memperluas akses bagi debitur
pemerintahan yang baik dengan
UMKM dan sektor internal untuk
memberikan informasi kepada
memperoleh kredit/pembiayaan
lembaga negara (KPK, Kepolisian,
berdasarkan reputasi keuangan
Bank Sentral, dll)
4. Mendorong debitur untuk menjaga
3. Meningkatkan peringkat Ease of
reputasi kredit/pembiayaan
Doing Business (EODB) Indonesia
khususnya aspek getting credit.
April 2017
Peresmian SLIK
Pelaporan oleh pelapor SID
Penerbitan POJK
September 2017
1 Januari 2018
29 Desember 2020
15 Januari 2021 Implementasi SLIK
secara penuh (SID
ditutup)
31 Desember 2018
28 Februari 2021
31 Desember 2021
31 Desember 2022
Batas waktu keanggotaan wajib bagi
seluruh perusahaan Modal Ventura, Modal
Ventura Syariah, Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur, dan Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur Syariah
DATA
Kualitas
Penyediaan
Data Pokok
Data
Debitur
Penjamin
Agunan
Fasilitas
Penyediaan
Penjamin
Dana
• Gerai SLIK
Sejak Januari 2018, masyarakat dapat Selanjutnya, berkenaan dengan situasi
memperoleh informasi debitur melalui yang mulai kembali kondusif dan dengan
Gerai Pelayanan SLIK secara tatap muka di menerapkan protokol kesehatan, layanan
seluruh kantor OJK setiap hari kerja. Namun SLIK kepada masyarakat secara tatap
demikian, dalam rangka meminimalkan muka di Kantor Pusat OJK kembali dibuka
risiko penyebaran COVID-19 dan menjaga sejak tanggal 6 Desember 2021 dengan
agar pelayanan jasa keuangan kepada memperhatikan kondisi COVID-19. Adapun
masyarakat tetap berjalan dengan optimal, layanan masyarakat secara tatap muka
sejak Maret 2020 layanan SLIK di Kantor pada KR/KOJK menyesuaikan kondisi
Pusat dialihkan secara online melalui masing-masing kantor.
website antrian SLIK.
6. Minisite iBPR-S
Minisite iBPR S adalah aplikasi web based bersifat mobile friendly yang bertujuan
untuk mendorong akselerasi transformasi digital industri BPR/BPRS, sehingga dapat
meningkatkan daya saing industri dan meningkatkan akses masyarakat terhadap
produk dan layanan keuangan dari BPR/BPRS.
Adapun lembaga Jasa Keuangan di Sektor bank), yaitu seluruh bank umum serta BPR/
Perbankan yang wajib di audit oleh KAP/ BPR Syariah dengan total aset BPR/BPR
AP yang terdaftar di OJK (klien) Tahun Syariah minimal Rp10 miliar.
2022 adalah 1.587 Bank (92,6% dari total
Memiliki track
record yang Mempunyai
Mempunyai Didukung oleh
baik, antara modal yang
Tata Kelola otoritas home
lain ditunjukkan cukup dan sehat
yang baik country untuk
melalui market secara finansial
menjadi QAB
share yang besar;
Persiapan RCAP merupakan proses yang panjang dan tidak mudah karena dimulai
dengan self-assessment yang bertujuan untuk mengidentifikasi gaps antara kerangka
Basel dengan ketentuan yang berlaku. Hasil self-assessment kemudian disampaikan
kepada BCBS sebagai acuan untuk pelaksanaan assessment dengan asesor RCAP. Atas
hasil assessment tersebut, asesor dapat mewajibkan anggota BCBS yang sedang dinilai
untuk melakukan penyempurnaan terhadap regulasinya agar sejalan dengan standar
internasional. Pada RCAP Capital dan LCR misalnya, Indonesia melakukan penyempurnaan
terhadap 10 (sepuluh) regulasi. Dengan telah ditetapkannya penilaian RCAP Indonesia
untuk Capital dan LCR, maka regulasi perbankan Indonesia telah sejajar dengan negara-
negara anggota BCBS lainnya. Seperti halnya pada RCAP Capital, nilai yang diperoleh
Indonesia sama dengan Amerika Serikat dan bahkan lebih tinggi dari Uni Eropa.
Adapun hasil FSB CPR menunjukkan gambaran struktur pasar OTC derivative di Indonesia,
progres langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam mereformasi pasar
OTC derivative sebagaimana kesepakatan dalam G20 di tahun 2009. Secara umum,
terdapat progres yang cukup baik untuk reformasi OTC Derivative di Indonesia. Adapun
3 rekomendasi yang disampaikan oleh tim asesor untuk Indonesia, yaitu:
18. Perbankan PT BPR Sewu Bali 1 B-4534/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 20 November 2022
19. Perbankan PT BPR Sewu Bali 2 B-4635/ E.3/Eku.1/11/2022 tanggal 20 November 2022
20. Perbankan PT BPR Sewu Bali 3 B-4742/ E.3/Eku.1/12/2022 tanggal Desember 2022
Pada tanggal 29 Desember 2022, Nota Kesepakatan dan Perjanjian Kerja Sama
Satgas Waspada Investasi berakhir sesuai dengan:
Tahun 2017
30 Investasi Uang 3 Investasi Properti 2 Pelunasan Hutang
2 2
79 7 Investasi Forex
2
Aset Manajemen
2
Kredit Mobil
Investasi
7 Cryptocurrency Investasi Saham Produk Kecantikan
Tahun 2018
404 Pinjol Ilegal 32 MLM
106 404 39 Forex/Future Trading 16 Lainnya
Investasi Pinjol 19 Investasi Cryptocurrency
Ilegal Ilegal
Sampai saat ini OJK memandang bahwa dan risiko secara bersama-sama dengan
metode pengawasan tersebut masih lebih mendalam dan merumuskan tindakan
cukup efektif dalam memantau kinerja dan pengawasan yang sesuai dan memadai.
mengidentifikasi serta memitigasi risiko di
sektor jasa keuangan. Salah satu siklus yang Untuk mendukung analisis tersebut,
tidak dapat diabaikan peran pentingnya aplikasi pengawasan berupa Sistem
untuk mendukung efektivitas pengawasan Informasi Pengawasan Terintegrasi (SIPT)
terintegrasi tersebut adalah mekanisme yang digunakan oleh pengawas sektor
koordinasi antara pengawas entitas utama perbankan, pasar modal, dan industri
dan pengawas anggota konglomerasi keuangan nonbank menjadi backbone utama
keuangan. Mekanisme koordinasi tersebut dalam menyediakan data kongomerasi
memungkinkan pengawas konglomerasi keuangan. Aplikasi tersebut memuat
keuangan melakukan analisis permasalahan antara lain data keuangan konglomerasi
Sampai saat ini pengendalian kualitas dilakukan secara berkala. Rapat komite
tersebut dilakukan secara berkala melalui tersebut melibatkan seluruh Kepala
forum panel pengawasan terintegrasi, Eksekutif Pengawasan, yaitu Kepala
yaitu forum bagi pengawas konglomerasi Eksekutif Pengawas Perbankan, Kepala
keuangan dan panelis yang berasal dari Eksekutif Pengawas Pasar Modal dan
pejabat lintas sektor pengawasan di OJK Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,
melakukan review secara menyeluruh Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
terhadap pengawasan yang telah dilakukan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
oleh pengawas konglomerasi keuangan. beserta jajaran di bawahnya. Mekanisme
pengawasan terintegrasi secara berlapis
Lebih jauh, sebagai salah satu bentuk yang menekankan pada four-eye principle
pengawasan strategis terhadap di atas dimaksudkan tidak lain adalah untuk
konglomerasi keuangan tersebut, mendukung upaya penguatan konglomerasi
OJK juga memiliki mekanisme untuk keuangan untuk menjaga stabilitas sistem
memantau perkembangan kinerja dan keuangan dan memberikan kontribusi
isu-isu krusial (cross cutting issues) dari yang lebih besar lagi dalam memajukan
konglomerasi keuangan melalui Rapat perekonomian nasional.
Komite Pengawasan Terintegrasi yang
14.397 14.323
13.138
14.000 62,00%
10.000 60,00%
59,34% 8.370
59,19%
8.000 6.929 59,00%
58,44%
6.000 58,00%
57,82%
7.776 8.544 8.370
4.000 57,00%
2.000 56,00%
- 55,00%
Des. 2020 Des. 2021 Des. 2022 Mar. 2023
Ketentuan tersebut berbentuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK).
7 22 Tahun 2022 Kegiatan Penyertaan Modal Oleh Bank Umum 2 November 2022
Penilaian
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan
11 2/POJK.03/2022 Unit
Unit Usaha
Usaha Syariah
Syariah. 7 Februari 2022
a. Ketentuan Umum
1. Untuk mewujudkan keuangan inklusif, lembaga jasa keuangan
dapat menjadi penyelenggara Laku Pandai.
2. Lembaga jasa keuangan hanya dapat menjadi penyelenggara Laku
Pandai setelah memperoleh izin dari OJK.
3. Ketentuan dalam POJK ini berlaku bagi penyelenggara Laku Pandai
berupa bank.
4. Kewajiban bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif
dalam penyelenggaraan Laku Pandai.
1. Memiliki peringkat profil risiko, tingkat risiko operasional, dan tingkat risiko
kepatuhan dengan peringkat 1, peringkat 2, atau peringkat 3, berdasarkan
periode penilaian terakhir.
2. Memiliki infrastruktur pendukung untuk menyediakan layanan perbankan
elektronik.
i. Pelaporan
1. Laporan realisasi disampaikan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
penyelenggaraan Laku Pandai, dengan mengacu pada POJK mengenai
penyelenggaraan produk bank.
2. Laporan perkembangan penyelenggaraan Laku Pandai disampaikan
secara triwulanan, paling lambat setiap tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya, melalui sistem pelaporan OJK.
j. Ketentuan Lain-Lain
a. Kewenangan OJK untuk meminta informasi, keterangan, dan/atau data
kepada Bank, termasuk melakukan pemeriksaan terhadap agen Laku
Pandai.
b. OJK dapat memerintahkan bank untuk menghentikan kerja sama dengan
agen Laku Pandai.
e. Pemberlakuan
1) Penilaian tingkat kesehatan BPR dan BPRS sesuai dengan POJK ini,
mulai berlaku untuk posisi laporan bulan Desember 2022 (parallel
run).
2) Pengenaan sanksi atas penilaian tingkat kesehatan BPR dan BPRS
sesuai dengan POJK ini, mulai berlaku untuk posisi laporan bulan
Desember 2023 (pemberlakuan penuh).
Latar belakang
Penyempurnaan secara signifikan yang perlu dilakukan penyesuaian
dan komprehensif atas pengaturan dengan kondisi terkini dalam
existing. Ketentuan yang berlaku rangka mendorong penyaluran
saat ini yaitu POJK Nomor 42/ kredit dan inklusi keuangan
POJK.03/2019 merupakan konversi melalui pengembangan informasi
dari Peraturan Bank Indonesia perkreditan.
Nomor 15/1/PBI/2013 tentang LPIP,
Pokok-Pokok Ketentuan:
a. Penegasan LPIP sebagai lembaga pemeringkatan di sektor jasa
keuangan dan LPIP menjadi subjek pungutan OJK dengan mengacu pada
PP Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh OJK, serta kewajiban
LPIP melakukan pengolahan data yang bernilai tambah.
Latar belakang
Berdasarkan Cetak Biru Transformasi hal tersebut, OJK melakukan revolusi
Digital Perbankan yang memberikan pengaturan yang diharapkan dapat
gambaran mengenai arah kebijakan lebih meningkatkan ketahanan
OJK dalam mendorong percepatan dan kematangan operasional
transformasi digital perbankan bank umum dalam seluruh aspek
Indonesia, dibutuhkan penyempurnaan penyelenggaraan Teknologi Informasi
pengaturan yang mencakup aspek data, (TI) melalui penerbitan POJK tentang
teknologi, manajemen risiko, kolaborasi, Penyelenggaraan Teknologi Informasi
dan tatanan institusi. Untuk mendukung oleh Bank Umum.
b. Arsitektur TI Bank
Kewajiban Bank untuk:
1. Memiliki arsitektur TI termasuk faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penyusunannya.
2. Memiliki rencana strategis TI jangka panjang yang mendukung
rencana korporasi Bank. Rencana strategis TI disampaikan kepada
OJK paling lambat pada akhir bulan November tahun sebelum periode
awal rencana strategis TI dimulai.
j. Pelaporan
Penyampaian dokumen kepada OJK antara lain:
1. Rencana pengembangan TI.
2. Laporan kondisi terkini penyelenggaraan TI.
3. Notifikasi awal dan laporan insiden TI.
4. Laporan realisasi penyelenggaraan TI Bank.
Penyampaian laporan dilakukan secara daring dengan memanfaatkan sistem
elektronik milik OJK.
m. Ketentuan Penutup
1. Bank melaksanakan ketentuan terkait:
a. Penilaian tingkat maturitas keamanan siber.
b. Pengujian keamanan siber.
c. Penilaian sendiri atas tingkat maturitas digital Bank untuk pertama
kali setelah ditetapkan oleh OJK.
POJK ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan.
Pokok-Pokok Ketentuan :
a. Ketentuan Umum
1. Kewenangan OJK untuk memberikan Perintah Tertulis kepada LJK dan/
atau Pihak Tertentu.
2. Kewajiban LJK dan/atau Pihak Tertentu untuk memenuhi Perintah
Tertulis yang diberikan oleh OJK.
d. Bentuk perlakuan khusus dalam POJK Bencana untuk LJKNB antara lain:
Latar belakang
a. Pesatnya perkembangan teknologi informasi mengubah proses bisnis
industri jasa keuangan termasuk perbankan, sehingga diperlukan
kolaborasi perbankan dengan perusahaan bidang keuangan dalam suatu
ekosistem digital. Kolaborasi tersebut salah satunya dapat dilakukan
melalui kegiatan penyertaan modal.
b. Sebagai upaya meningkatkan daya saing, terdapat kebutuhan bagi industri
perbankan untuk melakukan penyertaan modal pada perusahaan finansial
yang berbasis teknologi informasi.
Pokok-pokok pengaturan:
d. Divestasi
1. Divestasi wajib, yang dilakukan atas dasar:
a. Penyertaan Modal yang dilakukan mengakibatkan atau
berdasarkan hasil penilaian Bank diperkirakan mengakibatkan
penurunan permodalan Bank dan/atau peningkatan profil risiko
Bank secara signifikan.
b. Perintah Otoritas Jasa Keuangan.
Bank wajib menyampaikan rencana pelaksanaan Divestasi
sebagaimana huruf a) kepada OJK paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sebelum Divestasi dilakukan.
2. Divestasi atas inisiatif Bank, dengan persyaratan antara lain:
a. Divestasi ditujukan untuk menyesuaikan dengan strategi bisnis
Bank.
b. Penyertaan Modal telah dilakukan paling singkat selama 5 (lima)
tahun.
Bank wajib mengajukan permohonan izin atas rencana Divestasi
atas inisiatif sendiri (kecuali untuk Divestasi pada Investee yang
dinyatakan pailit atau dalam proses likuidasi).
f. Pelaporan
1. Penyampaian dokumen/laporan kepada OJK, antara lain:
a. Laporan realisasi Penyertaan Modal.
b. Laporan realisasi Divestasi .
c. Laporan realisasi divestasi Penyertaan Modal Sementara.
d. Rencana tindak atas pelampauan batasan Penyertaan Modal
e. Rencana pelaksanaan Divestasi.
2. Penyampaian laporan dilakukan secara daring dengan
memanfaatkan sistem elektronik milik OJK.
h. Tindakan Pengawasan
Bank wajib melaksanakan perintah OJK untuk melakukan perbaikan dalam
hal berdasarkan penilaian OJK kegiatan Investee mencerminkan kondisi
keuangan dan non-keuangan yang tidak sehat dan/atau mengganggu
kondisi keuangan dan nonkeuangan Bank.
i. Ketentuan Peralihan
Permohonan izin kegiatan Penyertaan Modal dan Divestasi yang telah
diajukan sebelum berlakunya POJK ini tetap mengikuti ketentuan dalam
POJK No.36/POJK.03/2017 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan
Penyertaan Modal.
j. Ketentuan Penutup
1. Pada saat POJK ini mulai berlaku:
a. POJK No.36/POJK.03/2017 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam
Kegiatan Penyertaan Modal; dan
b. PBI No.15/11/PBI/2013 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam
Kegiatan Penyertaan Modal, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
2. POJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pokok-Pokok Ketentuan :
f. Laporan BMPK BPR atau BMPD BPRS disampaikan secara daring sebagai
bagian dari laporan bulanan BPR atau BPRS sebagaimana diatur dalam POJK
mengenai Pelaporan BPR atau BPRS melalui Sistem Pelaporan OJK.
i. POJK ini mulai berlaku setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
diundangkan (23 November 2022), yaitu pada tanggal 23 Februari 2023.
j. Ketentuan terkait pengecualian dari ketentuan BMPK pada BPR dan BMPD
pada BPRS untuk Penyediaan Dana atau Penyaluran Dana dalam bentuk
Penempatan Dana Antar Bank Dalam rangka penanggulangan potensi dan/
atau permasalahan likuiditas BPR dan BPRS lain sebagaimana diatur dalam
POJK ini mulai berlaku tanggal 1 April 2023.
Pokok-Pokok Ketentuan :
a. Ketentuan Umum
1. Kewajiban Bank untuk :
a. Melakukan pengelolaan SDM dan pengembangan kualitas SDM
yang dimiliki secara berkelanjutan.
b. Menyediakan dan merealisasikan dana untuk pengembangan
kualitas SDM untuk setiap tahun buku paling sedikit 3,5% (tiga
koma lima persen) dari total realisasi beban gaji kotor (gross-salary)
tahun sebelumnya.
c. Mengikutsertakan SDM untuk pengembangan kualitas dengan
mengikutsertakan SDM pada pengembangan kompetensi di bidang
teknis, di bidang non-teknis, dan di bidang kepemimpinan melalui
Sertifikasi Kompetensi Kerja di sektor perbankan (SKK), sertifikasi
kompetensi selain SKK, dan peningkatan kompetensi lain.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan fungsi kritikal dan jabatan kritikal.
e. Menyusun rencana dan menyampaikan realisasi rencana
pengembangan kualitas SDM dalam rencana bisnis bank.
d. Pemantauan
Kewajiban Bank untuk memiliki sistem dan/atau prosedur internal
untuk memantau realisasi pengembangan kualitas SDM secara
berkelanjutan.
f. Ketentuan Peralihan
Terhadap Bank yang belum memiliki sistem dan/atau prosedur internal
untuk melakukan pemantauan realisasi pengembangan kualitas SDM
secara berkelanjutan, diberikan jangka waktu 6 (enam) bulan sejak POJK
SDM Bank Umum berlaku untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut.
g. Ketentuan Penutup
POJK SDM Bank Umum berlaku pada saat tanggal diundangkan.
Pokok-Pokok Ketentuan :
Pokok-Pokok Pengaturan :
a. Ketentuan Umum
Terdiri dari definisi istilah yang sering digunakan dalam POJK ini.
b. Kualitas Aset
Kewajiban Bank dan Direksi dalam pengelolaan Aset, serta penetapan dan
penilaian kualitas Aset.
c. Aset Produktif
Uniform classification system secara umum dan penetapan kualitas untuk
masing-masing jenis Aset Produktif. Adapun beberapa penyempurnaan
pengaturan, antara lain:
4. Agunan Tunai
a. Bagian dari Aset Produktif yang dijamin dengan agunan tunai
ditetapkan memiliki kualitas lancar. Agunan tunai tersebut berupa:
• giro, deposito, tabungan, setoran jaminan, dan/atau emas.
• Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), sukuk Bank Indonesia,
surat berharga syariah negara, penempatan dana lain pada Bank
Indonesia, dan/atau penempatan dana lain pada pemerintah
pusat.
• jaminan pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan/atau standby letter of credit dari
prime bank, yang diterbitkan sesuai dengan uniform customs
and practice for documentary credits atau international standby
practices.
b. Jangka waktu pencairan untuk agunan tunai berupa jaminan
pemerintah pusat sesuai dengan dokumen jaminan, termasuk
pencairan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok
dan/atau bagi hasil/ujrah/margin.
1. AYDA
Dalam hal Bank tidak melakukan upaya penyelesaian, OJK dapat menurunkan
kualitas Properti Terbengkalai satu tingkat dari ketentuan.
e. Hapus Buku
Kewajiban Bank, Direksi, dan Dewan Komisaris terkait hapus buku, serta
persyaratan melakukan hapus buku.
f. Pelaporan
Kewajiban, batas waktu, dan tata cara penyampaian Laporan Perbedaan
Kualitas Aset Produktif dan Laporan Restrukturisasi Pembiayaan. Adapun
beberapa penyempurnaan pengaturan, antara lain:
1. Kewajiban Bank menyampaikan laporan perbedaan kualitas Aset
Produktif dalam rangka uniform classification system untuk Aset
Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) Bank melalui Sistem
Pengelolaan Naskah Dinas dan Arsip OJK (SIPENA-OJK), paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
2. Kewajiban Bank menyampaikan laporan Restrukturisasi Pembiayaan
melalui Aplikasi Pelaporan Online OJK (APOLO), dengan tata cara dan
batas waktu penyampaian sesuai dengan POJK mengenai pelaporan
bank umum melalui sistem pelaporan OJK.
g. Ketentuan Lain-Lain
Dalam pertimbangan tertentu, OJK dapat menetapkan kebijakan lain dari
yang sudah ada dalam POJK ini sesuai dengan Undang-Undang mengenai
administrasi pemerintahan.
POJK ini diundangkan pada tanggal 7 Februari 2022 dan mulai berlaku pada
saat tanggal diundangkan serta mencabut:
a. POJK Nomor 16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;
b. POJK Nomor 19/POJK.03/2018 tentang Perubahan Atas POJK Nomor 16/
POJK.03/2014 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah; dan SEOJK Nomor 8/SEOJK.03/2015 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
a. Ketentuan Umum
1. Secara umum, pengaturan dalam RPOJK BUS diberlakukan bagi
Bank Umum Syariah (Bank), serta terdapat pengaturan bagi Kantor
Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri (KPBLN).
2. Setiap pihak wajib mendapat izin terlebih dahulu dari OJK untuk
melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, kecuali apabila kegiatan penghimpunan dana
tersebut diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersendiri.
3. Bentuk badan hukum Bank adalah Perseroan Terbatas.
4. Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, berbadan hukum, dan memiliki kantor pusat di luar negeri
dapat beroperasi di Indonesia melalui KPBLN.
b. Rencana Korporasi
1. Untuk mencapai tujuan Bank dalam jangka panjang, Bank wajib
menyusun rencana korporasi (corporate plan) untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan menyampaikannya kepada OJK.
2. Rencana korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. visi dan misi Bank;
b. evaluasi pelaksanaan rencana korporasi Bank periode sebelumnya;
c. analisis lingkungan internal dan eksternal;
d. sasaran dan strategi Bank;
e. rencana dan strategi sinergi perbankan; dan
f. rencana dan strategi sinergi ekosistem ekonomi dan keuangan
syariah.
3. Penyusunan rencana korporasi dikecualikan bagi bank perantara.
d. Bank Digital
1. Bank Digital adalah Bank yang menyediakan dan menjalankan kegiatan
usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor
pusat, atau menggunakan kantor fisik yang terbatas.
2. Bank Digital dapat beroperasi melalui:
a. Pendirian Bank baru sebagai Bank Digital; atau
b. Transformasi dari Bank existing menjadi Bank Digital.
c. Kepemilikan dan Perubahan Modal Bank.
d. Pengaturan terkait persyaratan bagi pihak yang dapat menjadi
pemilik Bank serta perubahan permodalan dan perubahan komposisi
kepemilikan saham Bank.
e. Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS), dan
Pejabat Eksekutif Bank, serta Pemimpin KPBLN.
Pengaturan terkait direksi, dewan komisaris, DPS, dan pejabat
eksekutif bagi Bank, serta pemimpin KPBLN antara lain mengenai
tugas dan tanggung jawab, jumlah, dan rangkap jabatan.
i. KPBLN
1. Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KPBLN harus menempatkan deposito di bank paling sedikit
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN
dan dengan persetujuan tertulis dari OJK.
2. KPBLN dilarang melakukan kegiatan usaha Bank.
m. Pengelompokan Bank
1. Berdasarkan Modal Inti, bank dikelompokkan menjadi 4 (empat) KBMI:
2. KBMI untuk unit usaha syariah didasarkan pada Modal Inti bank
umum konvensional yang menjadi induknya.
3. Terhadap pemangku kepentingan lain (antara lain Bank Indonesia atau
Kementerian terkait) yang memiliki pengaturan atas pengelompokan
bank umum berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan
Modal Inti yang dimiliki atau disebut BUKU, dapat menyesuaikan
pengaturan terkait dengan pengelompokan bank sesuai KBMI.
Sebagai panduan, pengelompokan berdasarkan BUKU jika dikaitkan
dengan KBMI, dapat menjadi:
a. BUKU 1 dapat disetarakan dengan KBMI 1.
b. BUKU 2 dapat disetarakan dengan KBMI 1.
c. BUKU 3 dapat disetarakan dengan KBMI 2 atau KBMI 3.
d. BUKU 4 dapat disetarakan dengan KBMI 3 atau KBMI 4.
o. Ketentuan Peralihan
1. Proses perizinan kelembagaan Bank atau KPBLN yang masih dalam
proses pada saat Peraturan OJK ini berlaku, tetap mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum
Peraturan OJK ini berlaku.
2. Bank yang telah memiliki rencana korporasi pada saat Peraturan OJK
ini berlaku dapat menyampaikan rencana korporasi kepada OJK paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Peraturan OJK ini berlaku.
p. Ketentuan Penutup
Peraturan OJK ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal diundangkan.
POJK ini diundangkan pada tanggal 31 Agustus 2022 dan mulai berlaku
setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan serta mancabut:
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/13/PBI/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan
ketentuan pelaksanaan eksternal.
Pokok-Pokok Pengaturan :
a. Pendirian BPRS
1. Pendirian BPRS baru dapat berasal dari 5 (lima) jenis, yaitu:
a. Permohonan oleh calon PSP.
b. Perubahan Izin Usaha BUS menjadi Izin Usaha BPRS.
c. Perubahan Izin Usaha BUK menjadi Izin Usaha BPRS.
d. Perubahan Izin Isaha BPR menjadi Izin Usaha BPRS.
e. Perubahan Izin Usaha lembaga keuangan mikro syariah menjadi
Izin Usaha BPRS.
f. Jaringan Kantor
1. Penyederhanaan persyaratan dan perizinan pembukaan Kantor Cabang
yang sebelumnya dilakukan melalui 2 tahap perizinan menjadi hanya
1 tahap perizinan.
2. Penyesuaian batasan wilayah jaringan kantor BPRS, BPRS dapat dapat
melakukan pembukaan Jaringan Kantor dalam wilayah provinsi yang
sama dengan provinsi kantor pusat BPRS dan/atau pada kabupaten
atau kota di provinsi lain yang berbatasan langsung dengan provinsi
lokasi kantor pusat BPRS sepanjang memiliki modal inti minimum
paling sedikit Rp50 miliar atau pertimbangan tertentu dengan didukung
analisis yang kuat.
3. Penyesuaian persyaratan pembukaan Kantor Cabang dan menghapus
batasan jumlah Kantor Cabang yang dapat dibuka oleh BPRS, dengan
menilai kondisi keuangan, tingkat kesehatan, permodalan, dan/atau
kebutuhan bisnis BPRS.
4. Penambahan aturan baru mengenai perubahan status jaringan kantor,
baik peningkatan maupun penurunan status jaringan kantor BPRS.
5. Penyesuaian mekanisme pembukaan Kantor Kas, perluasan wilayah
kantor induk yang menaungi Kantor Kas dan penegasan fungsi/layanan
yang dapat dilakukan oleh Kantor Kas.
Ketentuan Kelembagaan
10. • Perubahan Izin Usaha Bank • PBI No.10/9/PBI/2008 tanggal 22 Februari 2008
Umum menjadi Izin Usaha BPR tentang Perubahan Izin Usaha Bank Umum menjadi
dalam rangka Konsolidasi Izin Usaha BPR dalam rangka Konsolidasi
13. • Perubahan Nama dan/atau Logo • PBI No.13/27/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011
Bank tentang Perubahan atas PBI No.11/1/PBI/2009
tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum
• PBI No.11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009
tentang Bank Umum Syariah
• PBI No.11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari 2009
tentang Bank Umum
18. • Transformasi Badan Kredit Desa • POJK No.10/POJK.03/2016 tanggal 2 Februari 2016
menjadi BPR tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan
Rakyat dan Transformasi Badan Kredit Desa yang
Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat
21. • Pemisahan Unit Usaha Syariah • POJK No. 59/POJK.03/2020 tanggal 16 Desember
(Spin-Off) 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan
Unit Usaha Syariah
11. • Prinsip Syariah Dalam Kegiatan • PBI No.10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008
Penghimpunan Dana dan tentang Perubahan atas PBI No.9/19/PBI/2007
Penyaluran Jasa Bank Syariah tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
• PBI No.9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember
2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
12. • Kewajiban Pemenuhan Rasio • POJK No. 50/POJK.03/2017 tanggal 13 Juli 2017
Pendanaan Stabil Bersih (Net tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Pendanaan
Stable Funding Ratio) Bagi Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) Bagi
Bank Umum Bank Umum
11. • Batas Maksimum Pemberian • POJK No. 49/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Kredit (BMPK) Bank Perkreditan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank
Rakyat Perkreditan Rakyat
14. • Kualitas Aset Bank Umum • POJK No. 40/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember
2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
15. • Penilaian Kualitas Aset Bank • POJK No. 14/POJK.03/2018 tanggal 15 Agustus
Umum untuk Mendorong 2018 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Pertumbuhan Sektor untuk Mendorong Pertumbuhan Sektor Perumahan
Perumahan dan Peningkatan dan Peningkatan Devisa
Devisa
16. • Kualitas Aktiva Produktif BPR • POJK No. 33/POJK.03/2018 tanggal 27 Desember
2018 tentang Kualitas Aset Produktif dan
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset
Produktif Bank Perkreditan Rakyat
17. • Kualitas Aset Bank Umum • POJK No. 19/POJK.03/2018 tanggal 20 September
Syariah dan Unit Usaha Syariah 2018 tentang Perubahan atas POJK Nomor 16/
POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
• POJK No.16/POJK.03/2014 tanggal 18 November
2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah
18. • Kualitas Aset Produktif dan • POJK No. 29/POJK.03/2019 tanggal 29 November
Pembentukan Penyisihan 2019 tentang Kualitas Aset Produktif dan
Penghapusan Aset Produktif Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset
Bank Pembiayaan Rakyat Produktif Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Syariah
24. • Prinsip Kehati-hatian Dalam • POJK No. 11/POJK.03/2019 tanggal 28 Maret 2019
Aktivitas Sekuritisasi Aset Bank tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas
Umum Sekuritasi Aset Bagi Bank Umum
25. • Prinsip Kehati-hatian Dalam • POJK No. 6/POJK.03/2018 tanggal 19 April 2018
melaksanakan Kegiatan tentang Perubahan atas POJK No. 7/POJK.03/2016
Structured Product bagi Bank tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan
Umum Kegiatan Structured Product bagi Bank Umum
• POJK No.7/POJK.03/2016 tanggal 27 Januari 2016
tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Melaksanakan
Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum
28. • Pelaksanaan GCG Bagi Bank • POJK No. 59/POJK.03/2017 tanggal 18 Desember
Umum Syariah dan Unit Usaha 2017 Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian
Syariah Remunerasi Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah
• PBI No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
30. • Penerapan Tata Kelola Bagi • POJK No. 24/POJK.03/2018 tanggal 5 Desember
Bank Pembiayaan Rakyat 2018 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank
Syariah Pembiayaan Rakyat Syariah
39. • Penerapan Manajemen Risiko • POJK No. 38/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Secara Konsolidasi bagi Bank tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara
yang melakukan Pengendalian Konsolidasi Bank yang Melakukan Pengendalian
terhadap Perusahaan Anak Terhadap Perusahaan Anak
40. • Kredit atau Pembiayaan Kepada • POJK No. 40/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli
Perusahaan Efek dan Kredit atau 2017 tentang Kredit atau Pembiayaan Kepada
Pembiayaan Dengan Agunan Perusahaan Efek dan Kredit atau Pembiayaan
Saham Dengan Agunan Saham
48. • Perlakuan Khusus Terhadap • POJK No. 45/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Kredit atau Pembiayaan Bank tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit atau
Bagi Daerah-Daerah Tertentu Pembiayaan Bank Bagi Daerah-Daerah Tertentu di
di Indonesia yang Terkena Indonesia yang Terkena Bencana Alam
Bencana Alam
51. • Penerapan Strategi Anti Fraud • POJK No. 39/POJK.03/2019 tanggal 19 Desember
dan Pencegahan Kejahatan 2019 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi
Perbankan Bank Umum
53. • Kebijakan bagi Bank Perkreditan • POJK No. 18/POJK.03/2021 tanggal 10 September
Rakyat dan Bank Pembiayaan 2021 tentang Perubahan Kedua Atas POJK Tentang
Rakyat Syariah Sebagai Dampak Kebijakan Bagi Bank Perkreditan Rakyat Dan Bank
Penyebaran Coronavirus Disease Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak
2019 Penyebaran Coronavirus Disease 2019
• POJK No. 2/POJK.03/2021 tanggal 17 Februari
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.03/2020 tentang
Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019
• POJK No. 34/POJK.03/2020 tanggal 2 Juni 2020
tentang Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai
Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019
6. • Laporan-laporan BPR dan BPRS • POJK No. 13/POJK.03/2019 tanggal 2 Mei 2019
tentang Pelaporan Bank Perkreditan Rakyat dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Melalui Sistem
Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan
9. • Persyaratan dan Tata Cara • POJK No. 41/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017
Pemeriksaan Bank tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan
Bank
10. • Rencana Aksi (Recovery Plan) • POJK No. 14/POJK.03/2017 tanggal 4 April 2017
Bagi Bank Sistemik tentang Rencana Aksi (Recovery Plan) Bagi Bank
Sistemik
Pelaporan Tax • Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Gateway yang terdiri
Amnesty Pengampunan Pajak dari 21 Bank, 18
Manajer Investasi,
dan 19 Perantara
Pedagang Efek
Laporan Strategi POJK No. 39/POJK.03/2019 tentang Penerapan Seluruh BUK dan
Anti Fraud Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum BUS
Pelaporan Anti • POJK No.63/POJK.03/2020 tentang Pelaporan Bank Seluruh BUK dan
Pencucian Uang Umum Melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa BUS
dan Pencegahan Keuangan
Pendanaan • SEOJK No. 26/SEOJK.03/2020 tentang Pelaporan
Terorisme (APU dan Bank Umum Konvensioal Melalui Sistem Pelaporan
PPT) Otoritas Jasa Keuangan
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio kecukupan modal yang diperoleh dari
perhitungan (modal/ATMR)x100%. ATMR = Aset
Tertimbang Menurut Risiko
2. Return on Asset (ROA) Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba terhadap rata-rata total aset
yang dimiliki bank
7. Non Performing Loan (NPL) atau Porsi kredit/pembiayaan yang memiliki kualitas
Non Performing Finance (NPF) kurang lancar, diragukan, atau macet sebagaimana
Gross dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penilaian kualitas aset bank
umum dan ketentuan OJK mengenai penilaian
kualitas aset bank umum syariah dan unit usaha
syariah, terhadap total kredit
8. Non Performing Loan (NPL) atau Porsi kredit/pembiayaan yang memiliki kualitas
Non Performing Finance (NPF) Net kurang lancar, diragukan, atau macet setelah
dikurangi dengan CKPN kredit bermasalah,
terhadap total kredit
9. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Rasio kredit/pembiayaan yang diberikan kepada
Finance to Deposit Ratio (FDR) pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana
pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan
deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk dana antar bank (PBI No.15/15/PBI/2013)