Anda di halaman 1dari 49

Contents

Contents ​1

A. Latar Belakang ​2
B. Sejarah ​3
C. Metodologi ​5
Bab II – Analisa Perkembangan Ekonomi Nasional 6​
A. Analisa Kondisi Eksternal ​6
B. Perbankan Syariah Nasional ​11
Bab III – Analisis Peluang Pasar Dan Potensi Ekonomi Provinsi Aceh ​13
Corporate Plan
A. Kondisi Saat2021-2026
Ini ​13 Konversi BPR
menjadi
A.1.BPR Syariah
Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) ​13
A.2. Perkembangan Keuangan Daerah ​14
BPRS A.3.
Mustaqim Aceh
Perkembangan Inflasi Daerah ​15
A.4 Prospek Perekonomian ​15
Gambar 2 ​17
Gambar 4 ​19
B. Pertumbuhan Jumlah Penduduk ​16
C. Peluang Pasar Di Provinsi Aceh ​22
D. Persaingan Usaha Dan Potensi ​23
E. Perkembangan Sisi Kredit/Pembiayaan dan DPK Di Provinsi
Aceh ​26
BAB IV. STRATEGI BISNIS BPR MUSTAQIM 3​ 0
A. ​Market Segment ​30
B. ​Analisa SWOT Pembiayaan ​31
C. ​Analisa SWOT Pendanaan ​32
D. ​Strategi dan Model Pengembangan Bisnis di Aceh ​34
E. ​Pengembangan Sistem Informasi Manajemen ​39
Bab V – Analisis Perkembangan Usaha Bank 4​ 2
A. Perkembangan Usaha Bank ​42
B. Perkembangan Sumber Daya Manusia ​42
C. Perkembangan Sarana Kerja ​44
D. Perkembangan Usaha ​44
Bab VI – Kondisi I​ deal Bank 5 Tahun Mendatang (2021-2026) 4​ 8
A. ​ isi dan Misi Bank
V ​48
B. ​Arah Pengembangan Bank ​49
C. ​Strategi Pengembangan Bisnis ​51
Bab VII – Target Keuangan 5​ 8
A. ​Target Pertumbuhan dan Rasio Keuangan ​58
B. ​Proyeksi Neraca dan L/R 2021-2023 ​58
​ ​ ​

Bab I – Pendahuluan
A. Latar Belakang
PT BPR Mustaqim Sukamakmur (“Bank”) sebagai BPR di Aceh
bermaksud untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan
industri perbankan syariah di Aceh, melalui konversi atau
perubahan kegiatan usaha menjad Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Sesuai Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2015
tentang Perubahan Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Mustaqim Sukamakmur menjadi Perseroan
Terbatas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Mustaqim Aceh.
Selanjutnya Bank direncanakan beroperasi secara syariah paling
lambat 01 Juni 2021 dengan nama PT. BPRS Mustaqim Aceh
(Perseroda).
Dalam rangka konversi kegiatan usaha menjadi BPRS tersebut
maka mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
No.3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), POJK No.64/POJK.03/2016 tentang Perubahan Kegiatan
Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah dan SEOJK
No.3/SEOJK.03/2017 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
maka perlu disusun suatu studi kelayakan yang menyajikan
analisis peluang pasar dan potensi ekonomi.
Pertumbuhan lembaga keuangan mikro Syariah pada beberapa
tahun terakhir ini tumbuh sebagaimana diharapkan ditengah
ekonomi nasional yang kurang baik akibat dari pandemic covid-
19. Lembaga-lembaga keuangan mikro Syariah seperti BPRS,
Koperasi Syariah, Lembaga pembiayaan leasing, lembaga
keuangan mikro BMT ((Baitulmaal watamwil), dan perbankan
syariah yang membuka unit layanan mikro. Di satu sisi
pertumbuhan itu menjadi fungsi intermediasi perbankan kepada
para (calon) nasabah. Banyak orang yang butuh bantuan
pembiayaan, namun tidak dapat terlayani di jalur perbankan
karena ketatnya prosedur perbankan yang ada. Dengan
pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan mikro Syariah tersebut,
maka banyak usaha rakyat kecil yang terbantu. Peluang bisnis di
sektor UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) ini pun
sungguh sangat besar, sehingga banyak yang makin tertarik.
B. Sejarah
Sejarah PT BPR Mustaqim Sukamakmur berawal dari
pembentukan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat milik
Pemerintah Daerah diawali dengan pembentukan Lembaga Kredit
Kecamatan (LKK) di 19 (Sembilan belas) kecamatan yang
tersebar di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh
Nomor 412.21/22/1984 tanggal 24 Januari 1984 tentang
Pembentukan Lembaga Kredit Kecamatan (LKK) Provinsi Daerah
Istimewa Aceh. Pada perkembangan selanjutnya, bentuk LKK ini
diubah menjadi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD
BPR) dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh
Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat (PD BPR) di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Pembentukan PD BPR dari LKK ini telah mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia dengan Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 32/64/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999. Selama hampir 9
(sembilan) tahun Perusahaan ini merugi, terkena dampak konflik,
dan tsunami tahun 2004, sehingga operasionalnya tidak berjalan
dengan baik.
Pemegang saham memutuskan melakukan merger pada tahun
2008 melalui Pergub Nomor 62 Tahun 2007 dan Persetujuan
Prinsip DPRA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor
580/4.034 tanggal 15 November 2006 serta Akta Notaris Teuku
Irwansyah, SH Nomor 113 tanggal 31 Oktober 2007 dan
Keputusan Deputi Gubernur BI Nomor 10/4/KEP.DpG/2008.
Kantor yang dimerger: PD BPRM Sukamakmur, PD BPRM
Lhoong, PD BPRM Kaway XVI, PD BPRM Seunagan, PD
BPRM Kuala Batee, PD BPRM Kluet Utara, PD BPRM Tangan-
tangan, PD BPRM Blangkejeren, PD BPRM Lawe Alas, PD
BPRM Meuraxa, PD BPRM Seulimum dan PD BPRM Kuala
menjadi PD BPR Mustaqim Sukamakmur. Sesuai dengan Akta
Pendirian Perusahaan, PD BPR Mustaqim Sukamakmur
merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah bidang
keuangan/perbankan dan menjalankan usaha sebagai Bank
Perkreditan Rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kepemilikan modal PD BPR Mustaqim
Sukamakmur sebesar 100% adalah milik Pemerintah Provinsi
Aceh.
Berdasarkan Akta Notaris Dr. Teuku Abdurraham, SH, SpN,
Nomor 03 tanggal 10 Oktober 2019, BPR Mustaqim Sukamakmur
melakukan perubahan bentuk badan hukum dari Perusahaan
Daerah (PD) BPR Mustaqim Sukamakmur menjadi Perseroan
Terbatas (PT) BPR Mustaqim Sukamakmur dan ditetapkan
dengan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-9/KO.0501/2019 tanggal 12 Desember 2019 tentang
Pengalihan Izin Usaha Atas Perubahan Badan Hukum Dari
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim
Sukamakmur (PD. BPR Mustaqim Sukamakmur) kepada
Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim
Sukamakmur (PT. BPR Mustaqim Sukamakmur) dan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor AHU-0052589.AH.01.01.TAHUN 2019 tanggal l0
Oktober 2019 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum
Perseroan Terbatas BANK PERKREDITAN RAKYAT
MUSTAQIM SUKAMAKMUR (Perseroda). Kepemilikan modal
PT BPR Mustaqim Sukamakmur saat ini milik Pemerintah
Provinsi Aceh sebesar 99.999% dan pemilik lainnya an. Azhari,
SE, M.Si sebesar 0,001%.
Qanun Aceh nomor 11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) menjadi terobosan penting dalam membangun
ekonomi Islam di Aceh. Hal ini beriringan dengan keistimewaan
Aceh dalam menjalankan pelaksanaan syariat Islam. Dimana
Provinsi Aceh merupakan satu-satu Provinsi di Indoensia yang
menerapkan Syariat Islam dengan kehadiran UU No. 44/99 dan
adanya pemberian otonomi khusus untuk Aceh melalui UU nomor
18 tahun 2001 yang kemudian digantikan dengan UU nomor 11
tahun 2006, menghidupkan kembali semangat rakyat Aceh untuk
dapat melaksanakan syari`at Islam di tengah masyarakat Aceh.
Kehadiran undang-undang ini telah menimbulkan harapan dan
tantangan untuk dapat menjalankan Islam secara kaffah bagi
masyarakat Aceh. Sesuai qanun LKS, batas waktu yang ditetapkan
paling lama tiga tahun sejak Qanun LKS terbentuk. Artinya,
sampai Januari 2022 semua lembaga keuangan di Aceh sudah
berprinsip syariat. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak
terkecuali, ikut juga diwajibkan untuk melakukan konversi dari
sistem konvensional menjadi sistem syariah.

C. Metodologi
Dalam melakukan pengumpulan data terhadap kondisi saat ini
internal maupun eksternal dilakukan riset dengan berbagai metode
antara lain :
a. Desk research berbentuk data kualitatif dan data kuantitatif
yang terkait.
b. Field research dengan melakukan kuesioner terhadap respon
dari nasabah Bank.
c. Belief Audit kepada manajemen Bank.
Melalui metode-metode diatas diharapkan dapat disusun suatu
kajian FS yang komprehensif dari berbagai aspek antara lain
regulations, market potensial, industry dan competitor serta
internal Bank.

Bab II – Analisa Perkembangan Ekonomi Nasional


A. Analisa Kondisi Eksternal
Kondisi perekonomian global pada triwulan III tahun 2020
membaik, namun belum merata sejalan dengan perkembangan
kasus Covid-19 di masing-masing negara. Perekonomian Amerika
Serikat terkontraksi 2,9 persen (YoY), Korea Selatan terkontraksi
1,3 persen (YoY), sementara Jepang terkontraksi 5,8 persen
(YoY). Di sisi lain, perekonomian Tiongkok telah kembali tumbuh
sebesar 4,9 persen (YoY), meskipun masih lebih rendah dari
tingkat sebelum pandemi. Harga komoditas internasional juga
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun masuh
rendah. Harga komoditas pertanian pada triwulan III tahun 2020
bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang smaa tahun 2019.
Perekonomian Indoensia pada triwulan III tahun 2020 terkontraksi
3,5 persen (YoY). Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 5,3 persen (YoY).
Perbaikan tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran
pemerintah khususnya realisasi bantuan sosial untuk Program
Pemulihan Ekonomi Nasional. Selain itu, juga terjadi perbaikan
kinerja pada seluruh kelompok pengeluaran. Dari sisi sektoral,
terdapat tujuh sektor yang tumbuh positif pada triwulan III tahun
2020, salah satunya sektor pertanian. Sementara aktivitas
pariwisata yang masih tertekan menyebabkan kontraksi cukup
dalam pada sektor transportasi dan sektor akomodasi. Kunjungan
wisatawan mancanegara pada triwulan III sebanyak 475 ribu
kunjungan, yang didominasi oleh wisatawan dari Timor Leste dan
Malaysia. Pada triwulan berjalan, aktivitas pariwisata bergantung
pada wisatawan domestik.
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Perekonomian global masih terkontraksi, meskipun tidak sedalam


triwulan sebelumnya. Kasus Covid-19 sepanjang triwulan ketiga
2020 semakin tinggi, hingga akhir September mencapai 34,0 juta
kasus terkonfirmasi. Efektivitas pengendalian Covid-19 di setiap
negara mempengaruhi kecepatan pemulihan ekonominya.
Tiongkok yang telah berhasil menekan pertumbuhan kasus hingga
stabil menunjukkan pemulihan yang jauh lebih baik dibandingkan
negara lain. Sebagian negara menghadapi gelombang kedua dan
kembali melakukan restriksi di daerah tertentu. Kondisi yang
masih belum stabil menjadi penghambat pemulihan ekonomi
global.
Tabel 1. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara
Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, memutuskan untuk
menahan suku bunga sepanjang triwulan III tahun 2020,
mengingat suku bunga telah berada pada ambang batas bawah.
Suku bunga akan dipertahankan hingga pasar tenaga kerja
mencapai level full employment dan inflasi telah mencapai 2,00
persen dan stabil dalam beberapa waktu. Sepanjang triwulan III
tahun 2020, bank sentral Korea Selatan menahan suku bunga
sebesar 4,00 persen. Keputusan tersebut diambil dengan
pertimbangan perlunya pengamatan akan dampak dari kebijakan
moneter dan fiskal yang telah diambil sejauh ini. Selain itu, inflasi
yang stagnan pada nol persen (YoY) juga menjadi pertimbangan.
Bank Negara Malaysia menurunkan suku bunganya sebesar 25
bps pada bulan Juli menjadi sebesar 1,75 persen untuk mendorong
pemulihan ekonomi. Ekonomi Malaysia mulai pulih sejak
dibukanya kembali aktivitas perekonomian pada bulan Mei.
Namun, kecepatan pemulihannya masih tertekan risiko dari dalam
dan luar negeri. Pada bulan Agustus dan September, suku bunga
ditahan sejalan dengan pemulihan ekonomi global.

Harga komoditas internasional masih rendah, terutama terkait


harga minyak yang terus menurun terlihat dari harga rata-rata
minyak mentah pada triwulan III tahun 2020 turun 29,6 persen
(YoY) menjadi USD42,0 per barel. Aktivitas produksi industri
yang belum sepenuhnya pulih berdampak pada turunnya harga
batu bara sebesar 23,3 persen (YoY). Komoditas gas alam Eropa
dan Amerika Serikat juga mengalami kontraksi masing-masing
25,0 dan 17,2 persen (YoY) disebabkan oleh permintaan yang
belum kembali ke level pra-pandemi.
Ditengah penurunan komoditas energy, harga komoditas pertanian
secara umum meningkat pada triwulan III tahun 2020
dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Harga minyak
kelapa sawit meningkat 31,7 persen (YoY) menjadi USD750,9 per
metrik ton, didorong oleh menguatnya permintaan global. Di sisi
lain, produksi minyak kelapa sawit dari Malaysia mengalami
penurunan seiring dengan pembatasan aktivitas dan pekerja di
lapangan yang menyebabkan turunnya produktivitas. Harga
komoditas pertanian lainnya seperti gula, kedelai, gandum, dan
beras juga mengalami peningkatan.

Kondisi pandemi corona virus disease 2019 (covid-19) sangat


mempengaruhi ekonomi dan stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Pada kuartal pertama tahun 2020, ekonomi Indonesia sudah mulai
merasakan dampak dari covid-19 ini. Tercatat pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada Kuartal pertama adalah 2,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa pandemi covid-19 yang mulai diumumkan
pada bulan Maret 2020 telah mempengaruhi aktivitas ekonomi
nasional. Sedangkan pertumbuhan triwulan kedua, perekonomian
mengalami kontraksi sebesar -5,32%. Ini jauh lebih rendah
dibandingkan tahun lalu dimana triwulan kedua Indonesia mampu
mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,05%.

Dampak Perekonomian Global Di Masa Pandemi


• Sepanjang 2020, kinerja sektor “new economy” (technology,
health care, etc) yang dianggap lebih resilien dalam kondisi
pandemi mengungguli kinerja sektor “old economy” (mining,
industrial, etc).
• Kinerja tahun berjalan, MSCI World yang memiliki eksposur
lebih pada sektor “new economy” seperti IT menguat +9.8%,
sementara MSCI ASEAN yang konstituennya relatif lebih
banyak sektor “old economy” melemah -10.1%.
• Di tengah kondisi selera risiko pasar global yang membaik dan
perkembangan positif vaksin, pasar kembali melirik sektor “old
economy” yang masih tertinggal dan dianggap akan
diuntungkan dari normalisasi aktivitas ekonomi. Rotasi ke
sektor old economy akan menjadikan Indonesia dalam posisi
yang lebih baik yaitu kembalinya dana asing ke Indonesia
karena kebanyakan saham yang diperdagangkan di bursa saham
Indoneia adalah saham dari sektor “old economy’.
Analisa Dampak Perekonomian Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Stimulus Kebijakan
Restrukturisasi
Penyebaran Covid-19 menyebabkan kepanikan pasar dan resesi
ekonomi global. Dampak tersebut juga terasa dalam
perekonomian Indonesia dimana pertumbuhan ekonomi triwulan I
dan triwulan II mengalami kontraksi, neraca transaksi berjalan dan
transaksi modal mengalami defisit, serta terjadinya pelemahan
nilai tukar (Bank Indonesia).
Gubernur Bank Indonesia, Dr. Perry Warjiyo memaparkan
pandemi Covid-19 berbeda dengan krisis Asia maupun krisis
global yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga diperlukan
sinergi stimulus kebijakan untuk memitigasi Covid-19 dari aspek
kesehatan atau kemanusiaan, jaminan sosial masyarakat, serta
pemulihan ekonomi nasional yang mencakup: (i) stimulus fiskal
berupa anggaran kesehatan, program sosial, stimulus dunia usaha,
khususnya UMKM; (ii) stimulus moneter berupa stabilisasi nilai
tukar, quantitative easing, pendanaan fiskal dan restrukturisasi
kredit; dan (iii) stimulus sektor keuangan berupa restrukturisasi
kredit/dunia usaha.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional
sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease 2019, pokok-pokok pengaturan POJK
Stimulus Dampak Covid-19 ini berlaku bagi BUK, BUS, UUS,
BPR, dan BPRS, dimana Bank dapat menerapkan kebijakan yang
mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang
terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM,
dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Ketentuan stimulus tersebut berlaku sejak diundangkan sampai
dengan tanggal 31 Maret 2021, sedangkan efek perlambatan
ekonomi yang masih berlangsung hingga saat ini menjadikan
regulator memperpanjang masa pemberian relaksasi
restrukturisasi kredit/pembiayaan hingga 31 Maret 2022 melalui
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2020
tentang Perubahan atas pengaturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional
sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease 2019.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat stimulus kebijakan restukturisasi
kredit/pembiayaan perbankan hingga triwulan III 2020 telah
mencapai Rp884,5 Triliun dari total 7,38 juta debitur, diantaranya
ialah pelaku UMKM sebanyak 5,82 juta pelaku.
Kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit/pembiayaan tersebut
diharapkan dapat menjaga stabilitas pada sektor jasa keuangan
perbankan dari tekanan akibat krisis pandemi Covid-19 pada
tahun 2020, serta berbagai sinergi stimulus kebijakan yang
ditempuh oleh pemerintah dan otoritas terkait dapat mendorong
pemulihan ekonomi nasional pada tahun 2021.
Bank Indonesia memprakirakan Indonesia mengalami
pertumbuhan hingga 4.8%-5.8% pada tahun 2021 mendatang. Hal
ini didukung oleh peningkatan kinerja ekspor, konsumsi swasta
dan pemerintah, serta investasi baik dari belanja modal
pemerintah maupun dari masuknya Penanaman Modal Asing
(PMA) sebagai respons positif terhadap UU Cipta Kerja.
Sedangkan Dalam Rancangan APBN Tahun 2021, menyebutkan
prospek perekonomian nasional tahun 2021 diperkirakan membaik
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 4.5%-5.5%, sejalan
dengan proyeksi pemulihan perekonomian global dan dampak
dukungan fiskal terhadap percepatan pemulihan ekonomi
termasuk dukungan pengendalian pandemi.
Selain itu pada Februari 2021 mendatang, tiga bank syariah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) akan melangsungkan
penggabungannya secara efektif. Penggabungan PT Bank BRI
Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah
akan mencapai sekitar 2% dari total aset seluruh perbankan secara
nasional dan 40% total aset perbankan syariah (Moody’s Investors
Service). Gabungan entitas keuangan syariah tersebut diharapkan
juga akan meningkatkan penetrasi pasar di Indonesia serta literasi
dan kesadaran masyarakat terhadap perbankan syariah.
Tingkat inflasi tahun 2019 sebesar 2,72 persen, atau di bawah
target inflasi yang telah ditetapkan dalam APBN 2019, yaitu
sebesar 3,50 persen.
Ekonomi Indonesia selama tahun 2019 hanya tumbuh sebesar 5,02
persen, lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi dalam
APBN 2019, yakni 5,3 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan
RPJMN, pertumbuhan ekonomi di 2019 seharusnya mencapai 8,0
persen. Peranan ekspor dan impor masing-masing masih di bawah
20 persen.
Penurunan pertumbuhan ekonomi itu terlihat dalam porsi industri
pengolahan atau manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yang telah mengalami tekanan atau konstraksi dari tahun
ke tahun. Porsinya di tahun 2019 tinggal 19,70 persen dari PDB,
lebih rendah dari porsi tahun 2018 sebesar 19,86 persen.
Angka Pengangguran Terbuka tetap tinggi, mencapai 7,05 juta
orang atau 5,28 persen pada tahun 2019. Jumlah penduduk miskin
—dengan garis kemiskinan Rp440.538/kapita/bulan—mencapai
24,79 juta orang (9,22 persen).
Di antara lapangan usaha yang tetap tumbuh positif dan bahkan
menjadi penyelamat PDB Indonesia, salah satunya adalah sektor
pertanian. Ketika sektor industri minus 6,49 persen pada Kuartal
II 2020, sektor pertanian justru tumbuh mencapai 16,24 persen.
Naiknya pertumbuhan sektor pertanian di tengah pandemi
COVID-19 dan ancaman resesi ekonomi.
Dengan memperhatikan efektivitas kebijakan importasi, dan fokus
pada perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan
(NTN), juga memberikan akses modal bagi pertanian diharapkan
dapat mendorong lahirnya regenerasi petani di desa-desa.
B. Perbankan Syariah Nasional
Walaupun pertumbuhan Aset, DPK, dan PYD Bank Umum
Syariah (BUS) dinilai lebih unggul dibanding Bank Umum
Konvensional (BUK), namun tidak dapat dipungkiri bahwa
pandemi Covid-19 sedikit banyak mempengaruhi kemampuan
bank dalam mendapatkan laba. Secara nasional, baik BUK
maupun BUS mengalami penurunan dari segi pertumbuhan ROA
dari periode sebelumnya.

Dalam Statistik Perbankan OJK per Juni 2020, pertumbuhan ROA


BUK turun sebesar 0,57% menjadi 2,51%. Begitu pula
pertumbuhan ROA BUS yang juga mengalami penurunan. Per
Juni 2020 pertumbuhannya adalah turun 0,10% menjadi 1,58%.
Pertumbuhan rasio ROA yang menurun juga didukung oleh rasio
Net Interest Margin (NIM) atau Net Imbalan (NI) yang menurun
pada periode yang sama. Pertumbuhan NIM BUK turun sebesar
0,44% menjadi 4,46%, sedangkan Bank Umum Syariah juga
mengalami penurunan sebesar 0,50% menjadi 6,15%. Walaupun
mengalami penurunan, tapi nilai NI BUS lebih tinggi
dibandingkan BUK.

Penurunan pertumbuhan NIM atau NI untuk BUS di masa


pandemi Covid-19 menandakan bahwa Pendapatan Bunga Bersih
atau Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil yang
diterima oleh Bank menurun dari periode sebelumnya sehingga
mengakibatkan pertumbuhan ROA juga menurun.
Walaupun pertumbuhan ROA dan NIM mengalami penurunan,
apabila dilihat dari sisi efisiensi ternyata justru Bank Umum
Syariah lebih efisien dibandingkan Bank Umum Konvensional.
Hal ini tercermin dari penyusutan rasio BOPO BUS yang sebesar
0,47% menjadi 83,47% dari periode sebelumnya yaitu 83,94%. Di
sisi lain, rasio BOPO BUK bertambah sebesar 4,70% menjadi
84,94% dari periode sebelumnya yaitu 80,4%.

Dalam hal ini, BUS dinilai memiliki kinerja yang lebih baik
daripada BUK dalam mendapatkan laba. Tercermin dari rasio NI
BUS yang lebih tinggi dibanding rasio NIM BUK serta adanya
penyusutan rasio BOPO di masa pandemi Covid-19. Jadi,
walaupun pertumbuhan rasio ROA baik BUK dan BUS menurun,
tetapi Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil yang
diterima oleh BUS lebih tinggi dibandingkan BUK serta, dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya BUS juga dinilai lebih
efisien.

Bab III – Analisis Peluang Pasar Dan Potensi Ekonomi


Provinsi Aceh
A. Kondisi Saat Ini
Ekonomi Aceh dengan migas triwulan II-2020 terhadap triwulan
II-2019 turun sebesar 1,82 persen (year-on-year). Sementara
pertumbuhan y-on-y triwulan II-2020 tanpa migas turun sebesar
3,61 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan
usaha konstruksi sebesar 23,94 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi ada di komponen pembentukan modal tetap
bruto sebesar 7,57 persen.
Ekonomi Aceh dengan migas triwulan II-2020 bila dibandingkan
triwulan I-2020, mengalami penurunan sebesar 1,28 persen.
Sementara q-to-q tanpa migas juga mengalami penurunan sebesar
3,75 persen.
Dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan
usaha pertambangan dan penggalian sebesar 27,80 persen. Dari
sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi ada di komponen
pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 77,62 persen.
Sementara ekonomi Aceh semester I-2020 terhadap semester I-
2019 (c-to-c) tumbuh sebesar 0,63 persen dengan migas,
sementara tanpa migas tumbuh sebesar 0,24. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha konstruksi
sebesar 21,43 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi
ada di komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,26
persen. (Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh)
A.1. Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB)

- Perekonomian Aceh Triwulan III 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga berlaku mencapai Rp 42,12 triliun atau sebesar US$2,86 milyar (14.718 rupiah per US$). Sementara itu
PDRB tanpa migas adalah sebesar Rp 40,70 triliun atau sebesar US$2,77 milyar
- Ekonomi Aceh dengan migas triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 turun sebesar 0,11 persen (y-on-y).
Sementara pertumbuhan y-on-y triwulan III-2020 tanpa migas turun sebesar 0,79 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha konstruksi (F) sebesar 14,59 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi ada di komponen konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT)
sebesar 4,18 persen.

- Ekonomi Aceh dengan migas triwulan III-2020 bila


dibandingkan triwulan II-2020 (q-to-q) mengalami
pertumbuhan sebesar 3,71 persen. Sementara q-to-q tanpa
migas juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,72 persen.
Dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
lapangan usaha transportasi dan pergudangan (H) sebesar
49,46 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi
ada di komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
sebesar 8,22 persen.
- Ekonomi Aceh triwulan I s.d III-2020 terhadap triwulan I s.d
III- 2019 (c-to-c) tumbuh sebesar 0,38 persen dengan migas,
sementara tanpa migas turun sebesar 0,11. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha
konstruksi (F) sebesar 18,92 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi ada di komponen PMTB sebesar 6,27
persen. (sumber : Berita Resmi Statistik
No.46/11/11/Th.XXIII, 5 November 2020).
A.2. Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi Anggaran Pendapatan Aceh pada Tahun 2019 mencapai
100,38 persen. Dari Anggaran pendapatan sebesar Rp 15,69
triliun, realisasinya mencapai Rp. 15,75 triliun.
Realisasi belanja APBA Provinsi Aceh yang dirilis pada 12
Agustus 2020 masih rendah, yakni 30,09 persen, berada di bawah
rata-rata provinsi dan rata-rata nasional. Rata-rata provinsi adalah
30,90 persen dan rata-rata nasional 47,36 persen. Sementara itu
realisasi pendapatan APBA juga rendah, baru mencapai 29,98
persen, sedangkan rata-rata provinsi 47,55 persen.
A.3. Perkembangan Inflasi Daerah
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus 2020
secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Pada Agustus 2020
terjadi inflasi 0,46%, atau terjadi kenaikan Indeks Harga
Konsumen (IHK) dari 104,24 pada Juli 2020 menjadi 104,72 pada
Agustus 2020.
Inflasi yang terjadi di Aceh terjadi karena adanya kenaikan harga
yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran,
yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,77%,
kelompok pakaian dan alas kaki 0,04%.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah
tangga 0,02%, kelompok kesehatan 0,08%, kelompok transportasi
0,17, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran
0,01%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,93%.
Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok
perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga
sebesar 0,11%.
Sementara kelompok pengeluaran yang tidak mengalami
perubahan, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa
keuangan, kelompok rekreasi, olahraga, budaya, dan kelompok
pendidikan.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2020 sebesar
1,82% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2020 terhadap
Agustus 2019) sebesar 1,58%. NTP Provinsi Aceh, Agustus 2020
sebesar 98,60.
A.4 Prospek Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menargetkan perekonomian Aceh di tahun 2021 akan mendekati 5,0%. Persentase perekonomian
Aceh yang ditargerkan tersebut sekitar 4,75% sampai 5,0%, karena angka tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
sektor yang akan kembali normal setelah pandemi Covid-19, diantaranya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM),
karena di dalam UMKM terdapat konsumsi masyarakat yang nantinya akan kembali normal.
Selain itu terdapat sektor investasi, saat ini sudah lebih membaik dibandingkan beberapa bulan lalu yang sempat
terhenti akibat pandemi Covid-19. Dalam memperbaiki perekonomian setelah Covid-19 ini, anggaran pemerintah
sangat diperlukan. Kemudian, perdagangan (ekspor impor)
Untuk sektoral, Aceh sendiri memiliki pertanian seperti perkebunan, multikultural, dan yang lainnyan namun
sebenarnya, khasnya Aceh yaitu di perikanan, karena besar sekali kapasitasnya di Aceh.
Kemudian konstruksi, biasanya investasi masuk melalui kontsruksi, termasuk proyek strategis nasional seperti
pembangunan jalan tol di Aceh. Terakhir UMKM, melalui UMKM sektoral akan mengalir kembali, melihat sudah
banyak dibukanya pintu masuk ke Aceh dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19
Pada akhir tahun 2020 persentase perekonomian di Aceh sudah positif 0,49%, yang sebelumnya masih negatif, sekitar
-1,7%.
B. Pertumbuhan Jumlah Penduduk
a. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Aceh sebanyak 5.274.871 jiwa
yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 1.483.293 jiwa (28,12 persen) dan di
daerah perdesaan sebanyak 3.791.577 jiwa (71,88 persen).
Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota
bervariasi dari yang terendah sebesar 0,68 persen di Kota
Sabang hingga yang tertinggi sebesar 11,79 persen di
Kabupaten Aceh Utara. Dibandingkan dengan hasil sensus
sebelumnya, jumlah penduduk Aceh terus mengalami
peningkatan. Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak
tahun 2010, jumlah penduduk Aceh mengalami
penambahan sebanyak 780.461 jiwa (Gambar 2). Dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020), laju
pertumbuhan penduduk Aceh sebesar 1,56 persen per tahun
(Gambar 2). Terdapat pertambahan laju pertumbuhan
penduduk 1,39 persen jika dibandingkan dengan periode
1971-1980 yang sebesar 2,95 persen.

Gambar 2
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Aceh, 1961-2020
b. Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2020 (Jiwa) sesuai tabel berikut :
SP2020
Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)


Simeulue 47.630 45.235 92.865
Aceh Singkil 63.978 62.536 126.514
Aceh Selatan 116.542 115.872 232.414
Aceh Tenggara 110.799 110.061 220.860
Aceh Timur 212.286 210.115 422.401
Aceh Tengah 109.262 106.314 215.576
Aceh Barat 100.492 98.244 198.736
Aceh Besar 204.428 201.107 405.535
Pidie 215.878 219.397 435.275
Bireuen 215.282 221.136 436.418
Aceh Utara 301.211 301.582 602.793
Aceh Barat Daya 76.254 74.521 150.775
Gayo Lues 50.026 49.506 99.532
Aceh Tamiang 149.263 145.093 294.356
Nagan Raya 85.039 83.353 168.392
Aceh Jaya 47.264 45.895 93.159
Bener Meriah 81.765 79.577 161.342
Pidie Jaya 78.742 79.655 158.397
Kota Banda Aceh 127.435 125.464 252.899
Kota Sabang 20.838 20.359 41.197
Kota Langsa 93.408 92.563 185.971

Kota Lhokseumawe 93.676 95.037 188.713

Kota Subulussalam 46.065 44.686 90.751

ACEH 2.647.563 2.627.308 5.274.871


c. Penduduk Menurut Generasi
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal
pembangunan ketika jumlah penduduk usia produktif sangat
besar. Hasil SP2020 mencatat mayoritas penduduk Aceh
didominasi oleh generasi Z dan milenial. Proporsi generasi X
sebanyak 19,20 persen dari total populasi dan generasi milenial
sebanyak 26,29 persen dari total populasi Aceh (Gambar 4).
Kedua generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat
menjadi peluang untuk mempercepat percepatan pertumbuhan
ekonomi.

Gambar 4

Komposisi
Penduduk menurut Generasi, 2020
Sumber pengklasifikasian:: William H. Frey analysis of Census Bureau Population Estimates (25 June, 2020)

d. Jumlah Penduduk Aceh menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2020 (Jiwa)
Jenis Kelami
Kelompok Umur n Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)

0-4 204.447 190.641 395.088

5-9 271.841 255.967 527.808

10-14 269.947 254.002 523.949

15-19 242.107 229.322 471.429

20-24 238.612 227.972 466.584

25-29 215.434 210.752 426.186

30-34 220.922 222.258 443.180

35-39 207.863 209.075 416.938

40-44 183.698 186.857 370.555

45-49 159.234 159.590 318.824

50-54 128.618 131.524 260.142

55-59 98.468 105.164 203.632

60-64 76.289 82.233 158.522

65-69 48.252 51.866 100.118

70-74 27.128 37.253 64.381

75+ 34.072 53.657 87.729

TT 20.631 19.175 39.806

Total 2.647.563 2.627.308 5.274.871

Gambar 5
Hasil Sensus Penduduk 2020

C. Peluang Pasar Di Provinsi Aceh

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menempati


kedudukan strategis dalam perekonomian Aceh. UMKM
berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan
memberdayakan ekonomi rakyat. Jumlah UMKM Aceh
mencapai 49.244 unit. UMKM ini bergerak terutama pada
sektor-sektor perdagangan, jasa, pertanian, industri, serta
perikanan dan kelautan. Segmen Mikro dan Usaha Kecil ini
merupakan segmen yang tepat untuk dijadikan target bagi
pengembangan bisnis BPRS, sebagaimana tergambar pada
tabel dibawah :
D. Persaingan Usaha Dan Potensi
Tingkat persaingan antar bank di Aceh masih relatif sehat dan
pertumbuhan dana dan kredit industri perbankan masih sangat
potensial khususnya industri perbankan Syariah. Demikian pula
kondisi persaingan di industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Aceh tidak sekompetitif bank-bank umum. Di Provinsi dengan
penduduk 5,3 juta jiwa ini hanya ada 5 BPR konvensional dan 10
BPRS. Jumlah BPR konvensional tak bergerak sejak tahun 2008.
Kelima belas BPR dan BPRS tersebar di beberapa kabupaten/kota,
yaitu di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Kota
Lhokseumawe, Aceh Tenggah dan Kota Langsa.
Untuk kinerja BPR konvensional di Aceh, pertumbuhannya
melambat sejak Pandemi Covid-19 melanda dunia khususnya
Provinsi Aceh. Aset BPR konvensional di Aceh pada posisi bulan
September 2020 tumbuh minus 3,88% dari priode tahun
sebelumnya dan total aset BPR Konvensional pada posisi bulan
September 2020 sebesar Rp. 243 miliar. Sementara pertumbuhan
aset BPR Syariah di Aceh tumbuh positif sebesar 13,78% dengan
total aset naik menjadi 299 miliar.
Dari sisi market share aset BPRS terhadap total aset BPR 96,00%
tahun 2019 dan pada tahun 2020 sebesar 81,11% sehingga delta
market share atau tambahan market share pada tahun 2020 BPRS
di aceh mencapai 22,29%. Selain itu, pembiayaan dan DPK
BPRS Syariah juga mengalami pertumbuhan positif masing
masing sebesar 35,99%.
Pertumbuhan ekonomi Aceh yang diprediksi lebih baik pada 2021
menjadi peluang bagi BPR Syariah di Aceh untuk mencetak
kinerja lebih baik. Ekspansi bisnis pun terbuka lebar, mengingat
sebaran BPR dan BPRS di Aceh yang belum merata diseluruh
Kabupaten/Kota dan sampai dengan tahun 2020, baru beberapa
kabupaten/kota yang tersentuh layanan BPR dan BPRS, Padahal
provinsi Aceh memiliki 23 Kabupaten/ Kota.
Dari data bulan September 2020, BPR Mustaqim Sukamakmur
sudah menguasai 22,00% dari total kredit yang diberikan sebesar
Rp.343 milyar oleh BPR/BPRS di Aceh dan 20,52% dari total
DPK sebesar Rp. 351 milyar yang dihimpun oleh BPR/BPRS.
Dampak dari konversi PT. BPR Mustaqim Sukamakmur menjadi
PT. BPRS Mustaqim Aceh akan berdampak pada naiknya Aset
industri BPRS di Provinsi Aceh menjadi Rp 447,87 miliar
posisi bulan September 2020, sehingga BPRS Mustaqim Aceh
akan menguasai 33,06% terhadap total aset, 22,00% dari
pembiayaan/kredit yang diberikan dan 20,52% dana Pihak
Ketiga (DPK) dari industri BPRS di Aceh.
Saat ini ada 5 BPR Konvensional di Aceh dan besaran total aset
masing-masing BPR sebagai berikut :
a. BPR Mustaqim Sukamakmur (PT) di Banda Aceh dengan aset
Rp. 148,065 juta
b. BPR Ingin Jaya (KOP) di Aceh Besar dengan aset Rp. 41,269
juta
c. BPR Artha Aceh Sejahtera (PT) di Aceh Besar dengan aset Rp.
35,003 juta
d. BPR Sabee Meusampee (PT) di Lhokseumawe dengan aset Rp.
8,730 juta
e. BPR Berlian Global Aceh (PT) di Kota Banda Aceh dengan
aset Rp. 10,071 juta
Letak lokasi BPR Mustaqim Sukamakmur yang lokasinya sama
dengan BPR dan BPRS lain.

Adapun jumlah Bank Umum (BUK dan BUS), jumlah BPRS


adalah sebagaimana pada table berikut :
E. Perkembangan Sisi Kredit/Pembiayaan dan DPK Di Provinsi Aceh
Pada tingkat daerah dalam wilayah Provinsi Aceh, berdasarkan
data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2017 - 2020
yang diterbitkan oleh OJK, penyaluran kredit Perbankan Aceh
sampai dengan September 2020 mencapai Rp. 64.842,-Milyar
(total Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah) atau
meningkat 15,38% dibanding posisi penyaluran kredit Desember
2019 sebesar Rp. 54.872,-Milyar. Dilihat dari komposisinya
pertumbuhan ini ditopang kredit konsumtif masih sebagai
sektor terbesar. Sedangkan Simpanan masyarakat Perbankan
Aceh sampai September 2020 tercatat mengalami peningkatan,
dengan realisasi dana pihak ketiga sebesar Rp. 78.602,-Milyar
dibanding posisi akhir Desember 2019 sebesar Rp. 66.763,-Milyar
atau naik 15,06%.
Secara umum, kinerja perbankan Aceh baik bank umum
konvensional maupun Bank Umum Syariah pada September 2020
tercatat cukup baik. Fungsi bank sebagai lembaga intermediary
khususnya bank umum di Provinsi Aceh pada Tahun 2020 masih
menunjukkan perkembangan positif. Tingkat LDR (Loan to
Deposit Ratio) bank mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu
signifikan sebesar 0.30 poin terhadap LDR pada tahun
sebelumnya yaitu 82,49% pada Desember 2020 sedangkan posisi
Desember 2019 sebesar 82.19% (Tabel I-I). Trend kenaikan
terjadi pada penyaluran kredit, perkembangan asset dan
perolehan DPK (Dana Pihak Ketiga) mengalami peningkatan.
Asset (yoy) tumbuh 10,96% dan DPK (yoy) tumbuh 15,06%
sementara penyaluran kredit (yoy) tumbuh 15,38%, sementara
pada rasio kredit bermasalah (NPL gross) periode September 2020
mengalami peningkatan sebesar 1,21 point menjadi 2,11% dari
tahun lalu sebesar 0,89% Posisi Desember 2019 (Sumber: Data
Statistik OJK). Secara lebih rinci perkembangan indikator pokok
Bank Umum Konvensional/Bank Umum Syariah Provinsi Aceh
sampai dengan September 2020 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum


Konvensional dan Syariah Provinsi Aceh Tahun 2017 –
September 2020

Sumber: Data Statistik Perbankan OJK


(https://www.ojk.go.id)
Sedangkan perkembangan BPR dan BPRS, terlihat dari kinerja
asetnya sampai dengan September 2020 mencapai sebesar Rp. 647
Milyar, atau turun 0,26%. Di sisi DPK mencapai 370 Milyar atau
tumbuh 12,27% secara yoy, sedangkan sisi kredit mencapai Rp.
422 Milyar atau tumbuh 9.48% (yoy).
Tabel Perkembangan Indikator Pokok Bank Perkreditan
Rakyat Konvensional dan Syariah Provinsi Aceh
Tahun 2017 – September 2020
Sumber: Data Statistik Perbankan OJK
(https://www.ojk.go.id) & Laporan Publikasi
Dari pembahasan analisa eksternal di atas maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat banyak peluang yang dapat mendukung
perkembangan perbankan secara umum, dan perbankan syariah
secara khusus di Propinsi Aceh.
Berdasarkan tabel dan grafik diatas tampak trend penurunan
terjadi pada BPR Konvensional (Data OJK Aceh), sementara BPR
Syariah tumbuh secara signifikan. Penurunan performance BPR
Konvensional dapat menandakan bahwa terdapat perubahan
preferensi masyarakat terhadap perbankan konvensional. Hal ini
dapat terkait erat pemahaman dan tuntutan masyarakat tentang
perbankan syariah sehingga lahirlah Qanun Aceh nomor 11 tahun
2018 pada bulan Desember 2018.
Penurunan performance BPR Konvensional dan peningkatan
performance BPR Syariah, merupakan ancaman sekaligus peluang
bagi BPR Mustaqim Sukamakmur dan BPR Konvensional lainnya
di Aceh untuk segera melakukan perubahan kegiatan usaha
(konversi) menjalankan sistem Syariah.

BAB IV. STRATEGI BISNIS BPR MUSTAQIM

A. Market Segment
Target utama BPR Mustaqim adalah pembiayaan UMKM usaha
produktif sebagaimana yang telah dilakukan saat ini sebesar 90%
kredit yang diberikan kepada sektor usaha produktif, selebihnya
untuk kredit konsumtif.
Pasar tersebut merupakan captive market bagi Bank. Dengan
jaringan kantor cabang yang tersebar diseluruh Provinsi Aceh,
BPR Mustaqim dalam berperan langsung dalam meningkatkan
sector usaha produktif UMKM.

1. TARGET PASAR DALAM MENGHIMPUN DANA


a. Individu (Pengusaha/Pedagang)
Dimana untuk menghimpun dana target BPR Mustaqim
adalah individu Perorangan dengan profesi pengusaha baik
itu pengusaha perdagangan maupun kontraktor. Hal ini
dikarenakan bagi hasil yang diberikan oleh Bank Mustaqim
masih sangat bersaing dengan Bank Kompetitor.
b. Pemerintah Aceh
Selain individu segmen market Bank Mustaqim juga akan
melakukan target ke Pemerintah Aceh. Dimana apabila sudah
konversi ke Syariah Anggaran Pemerintah Aceh akan bisa
ditempatkan di BPR Mustaqim.
c. Instansi/Lembaga (Perkantoran, Lembaga Pendidikan,
Sekolah)
Selain individu dan Pemerintah Aceh, kerja sama dengan
instansi atau lembaga juga menjadi target market Bank
Mustaqim dikarenakan produk bank dapat memenuhi
berbagai kebutuhan bentuk simpanan masyarakat.
d. Komunitas/Asosiasi (Pengusaha, Club Sepeda/Motor)
Selain individu, Pemerintah Aceh dan instansi atau lembaga,
komunitas dan asosiasi juga menjadi target penghimpunan
dana dimana Bank Mustaqim juga telah bekerja sama dengan
beberapa komunitas yang ada di Aceh baik itu dalam hal
event maupun program-program kerja sama yang dilakukan.

2. TARGET PASAR DALAM MENYALURKAN DANA


a. Sektor Pertanian (Pembiayaan Kelompok Tani)
Sektor pertanian merupakan salah satu target market BPR
Mustaqim dimana saat ini sektor pertanian merupakan salah
satu sektor yang tidak berdampak Covid-19. Selain itu BPR
Mustaqim juga memiliki sistem khusus untuk pembiayaan
pertanian, ini dimana sistem pembayarannya dilakukan
secara grace period disesuaikan dengan masa tanam dan
dengan resiko sistem tanggung renteng.
b. Sektor Perdagangan
Sektor ini juga menjadi sasaran market Bisnis Mustaqim
dimana saat ini Bank Mustaqim sudah menjalin kerja sama
dengan Asosiasi pengusaha UMKM Aceh. Hal ini
berhubungan untuk memudahkan anggota-anggota UMKM
tersebut dalam mendapatkan kebutuhan Modal kerja.
c. Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Industri Kecil dan Menengah (IKM) menjadi target
penyaluran dana Bank Mustaqim sebagai bentuk dukungan
pengembangan IKM karena IKM merupakan salah satu
motor penggerak perekonomian yang dimiliki oleh
masyarakat Aceh.

B. Analisa SWOT Pembiayaan


BPR Mustaqim memiliki strength utama dalam kategori produk
pembiayaan yaitu adalah margin dibawah rata-rata pasar. Lebih
tepatnya, margin pembiayaan dalam produk BPR Mustaqim
hingga 13% dengan rata-rata pasar yaitu 15,24%.
Selain itu, BPR Mustaqim juga dilengkapi oleh reputasi yang baik
terhadap segmen UMKM, yang merupakan pasar yang bertumbuh
pesat berdasarkan hasil survey terkait ketertarikan nasabah
eksisting terhadap produk Syariah di Provinsi Aceh. Hal ini juga
didorong dengan adanya Qanun Aceh dalam rangka mempercepat
inklusi dan implementasi Lembaga Keuangan Syariah.
Terkait pengetahuan SDM untuk produk Syariah, BPR Mustaqim
berupaya untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan SDM terkait
melalui program training dalam bidang Sharia Basic Training,
Selling Skill Training, Sharia Audit Training dan Sharia
Compliance Training.
Selebihnya, produk pembiayaan didorong oleh implementasinya
Qanun Aceh yang berupaya untuk mempercepat inklusi keuangan
Syariah. Opportunity tersebut juga dibekali oleh acceptance rate
dari nasabah yang tinggi untuk mengadopsi produk Syariah.

Bobot Skor Nilai


No Strength
(0-100) (0-10)
1 Margin pembiayaan yang lebih rendah dibanding kompetitor 30 8 240
2 Memiliki reputasi yang baik terutama pada segmen UMKM 20 8 160
3 Keseluruhan AO merupakan SDM lokal dan telah memiliki 20 8 160
pengalaman pada daerah Aceh
4 Terdapat program kredit pertanian 30 9 270
Total Strength 830

Bobot Skor Nilai


No Weakness
(0-100) (0-10)
1 Memiliki sumber pengetahuan Syariah yang baru dan masih 100 7 700
berkembang
Total Weakness 700

Bobot Skor Nilai


No Opportunity
(0-100) (0-10)
1 Adanya dukungan peraturan daerah (Qanun Aceh) untuk 75 8 600
mempercepat inklusi dan implementasi Lembaga
Keuangan Syariah
2 Adanya minat mayoritas (74,4%) terkait penggunaan 25 7 175
produk Syariah di Aceh
Total Opportunity 775

Bobot Skor Nilai


No Threat
(0-100) (0-10)
1 Terdapat Bank lainnya yang memiliki layanan Syariah 100 7 700
dengan potensi takeover eksisting debitur
Total Threat 700

Berdasarkan table Analisa SWOT diatas, terdapat selisih dari


Strength dan Weakness dengan nilai 130 dan juga dari
Opportunity dan Threat dengan nilai 75. Hal ini dikarenakan
strength utama BPR Mustaqim yang dapat menawarkan produk
pembiayaan dengan margin dibawah rata-rata pasar. Berdasarkan
hasil ini, BPR Mustaqim direkomendasikan untuk
menindaklanjuti pengembangan produk pembiayaan Syariah di
Provinsi Aceh.
C. Analisa SWOT Pendanaan
BPR Mustaqim memiliki strength utama yaitu menjadi salah satru
mitra dengan Pemerintah Provinsi Aceh dalam pembiayaan
UMKM. Selain itu, BPR Mustaqim juga memiliki fitur-fitur
produk yang seragam sehingga dapat menunjang familiarity
terhadap produk yang ditawarkan dari nasabah eksisting ataupun
calon nasabah.
Dalam rangka pengetahuan SDM yang terbatas pada segmen
pasar, BANK akan berupaya meng-intensifikasi pengembangan
ilmu SDM agar dapat menyesuaikan dengan potensi pasar. Hal ini
dilakukan agar BPR Mustaqim dapat menjaga porsi market share
eksistingnya dan juga menggarap potensi pasar sesuai dengan
pertumbuhan dalam pasar tersebut.
Dalam segi kecukupan likuiditas, BPR Mustaqim akan menjaga
dari terjadinya illiquid dan over liquid. Kedua hal tersebut dijaga
dengan menggunakan skema penyaluran dana bank untuk
menjaga FDR sebagai berikut:
› Batas atas FDR adalah 92%
› Batas bawah FDR adalah 80%
Dari segi cost of fund (COF), BPR Mustaqim memiliki nilai COF
yang lebih rendah per tahunnya dibanding dengan COF
Konvensional eksisting sebagai berikut:
Financial Konvensional1 2020 2021 2022 2023
Ratio
Cost of Fund 8.2% 8,04% 7,81% 7,71% 7,21%
1
Berdasarkan Buku tahun 2018
Tabel III.1 Cost of Funds Tahun 2020-2023
Selain itu, BPR Mustaqim juga memiliki inisiatif strategis Saving
Account dalam rangka pencapaian target pendanaan. Inisiatif
tersebut bertujuan untuk mendorong penurunan blended cost of
fund BPR Mustaqim sehingga terdapat penghimpunan dana lebih
murah sebagai sumber funding BANK. Hal ini dilakukan sebagai
berikut:
› Optimalisasi tabungan Wadiah dan tabungan Mudharabah
› Pengembangan produk Saving Account yang tailored terhadap
segmen
Dari segi opportunity, terdapat captive market BPR Mustaqim
pada UMKM yang bertumbuh dan juga penerapan Qanun Aceh
yang mewajibkan nasabah eksisting untuk dapat konversi ke
Syariah.
Bobot Skor Nilai
No Strength
(0-100) (0-10)
1 Memiliki sinergi lokasi ATM dengan Bank Rekanan 20 8 160
2 Memiliki fitur-fitur produk yang seragam sehingga dapat 10 8 80
dipahami dengan mudah (familiarity)
3 Memilki produk-produk unggulan masyarakat 40 9 360
4 Memiliki Induk dengan portfolio investasi yang dapat 30 8 240
mendukung pendanaan
Total Strength 840

Bobot Skor Nilai


No Weakness
(0-100) (0-10)
1 Memiliki sumber pengetahuan Syariah yang baru dan masih 50 7 350
berkembang
2 Keterbatasan produk Saving Account yang membuat Cost of 50 6 300
fund relatif tinggi
Total Weakness 650

Bobot Skor Nilai


No Opportunity (0-100) (0-10)

1 Adanya dukungan peraturan daerah (Qanun Aceh) untuk 75 8 600


mempercepat inklusi dan implementasi Lembaga Keuangan
Syariah
2 Adanya minat mayoritas (74,4%) terkait penggunaan produk 25 7 175
Syariah di Aceh
Total Opportunity 775

Bobot Skor Nilai


No Threat
(0-100) (0-10)
1 Terdapat potensi nasabah beralih kepada Bank Syariah 100 7 700
lainnya yang berada pada daerah operasi Aceh
Total Threat 700

Berdasarkan table SWOT pendanaan diatas, BPR Mustaqim


memiliki surplus Strength-Weakness hingga 190 dan Opportunity-
Threat sebesar 75. Berdasarkan hasil ini, BPR Mustaqim
diunjurkan untuk menindaklanjuti kapabilitas dan peluang yang
mereka miliki dalam menawarkan produk pendanaan di Provinsi
Aceh.
D. Strategi dan Model Pengembangan Bisnis di Aceh
Dalam rangka model pengembangan bisnis, BPR Mustaqim akan
mengoptimalkan pertumbuhan bisnis dengan dua (2) kategori
strategi yaitu developing tailored product dan unlocking customer
awareness.
1. Develop Tailored to Customer Product
a) Optimalisasi Tabungan Wadiah
BPR Mustaqim berencana untuk mengoptimalkan tabungan
wadiah sebagai sumber dana murah dengan mengembangkan
fitur wadiah yang menarik dan bundling produk dengan
pembiayaan agar menjadi daya tarik Produk Tabungan
Wadiah BPR Mustaqim.
Tabungan Wadiah akan menjadi tabungan khusus bagi
UMKM untuk menampung dan pembayaran angsuran
pembiayaan dengan biaya rendah
▪ Pengembangan Fitur
BPR Mustaqim akan berfokus pada pengembangan fitur
wadiah dengan fee dan minimal setoran yang lebih rendah
untuk memberi insentif nasabah memilih tabungan wadiah,
sehingga ini akan menjadi competitive advantage yang
dimiliki oleh produk BPR Mustaqim.
▪ Product Bundling
Product bundling akan dilakukan antara produk tabungan
wadiah dan produk pembiayaan sehingga nasabah dapat
mendapatkan diskon margin pembiayaan sesuai dengan
tiering nominal penempatan dana dalam rekening wadiah.
Ilustrasi tiering discount marjin pembiayaan
dideskripsikan pada gambar 1.9 dimana diskon marjin
pembiayaan akan semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan dana tabungan nasabah.

Gambar III.7 Ilustrasi tiering diskon marjin pembiayan (dalam Rp Juta dan %)

b) Pengembangan Tabungan Berjangka Tematik akad


Mudharabah
Pengembangan produk tabungan berjangka tematik akan
dilakukan dengan mengkategorisasikan tabungan berjangka
berdasarkan purpose atau tujuan yang dirasa relevan dengan
target market BPR Mustaqim yaitu UMKM syariah seperti
Tabungan Rencana untuk persiapan dana haji atau dana
pendidikan, Tabungan Qurban dan Tabungan Meugang.
c) Pengembangan Produk Pembiayaan berbasis Syariah
Value proposition yang akan ditawarkan BPR Mustaqim
melalui pembiayaan berbasis syariah adalah pricing yang
lebih murah dibandingkan dengan competitor serta produk
pembiayaan yang menyesuaikan kebutuhan dari market.
▪ Lowest Margin in the market
Melalui studi market yang sebelumnya telah dilakukan
oleh BPR Mustaqim, BPR Mustaqim akan menerapkan
margin disesuaikan dengan behavior UMKM yang price
sensitif yaitu sebesar 14%, dimana margin ini merupakan
yang paling rendah dibandingkan kompetitor lainnya.
▪ Provide Customer Needs
Produk pembiayaan yang diluncurkan BPR Mustaqim
menyesuaikan kebutuhan dari market UMKM yang
sebelumnya telah melaksanakan survey mengenai
ketertarikan terhadap produk perbankan syariah Hasil dari
suvey tersebut menunjukkan bahwa tiga tujuan utama yang
dibutuhkan dalam pembiayaan yaitu modal usaha,
investasi dan Multiguna.
Pembiayaan Modal Usaha
Pembiayaan modal usaha adalah pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah untuk tujuan modal usaha dengan skema
bagi hasil. Akad yang digunakan adalah akad
mudharabah/musyarakah yaitu kerjasama suatu usaha dimana
bank dan nasabah mencampurkan modal untuk berdirinya
suatu usaha.
Pembiayaan Multiguna
Pembiayaan multiguna adalah pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah untuk tujuan konsumtif (jual beli) untuk
pembiayaan rumah, kendaraan, renovasi rumah dll.
Alur Pembiayaan:
1. Permohonan pembiayaan dengan rincian margin, tujuan
pembiayaan (menggunakan proposal) dan akad
pembiayaan
2. Dilakukan dengan akad sesuai negosiasi
3. Pemberian modal dana pembiayaan dengan akad wakalah
untuk mewakilkan bank dalam pembelian barang/jasa
4. Nasabah membeli barang/jasa sesuai dengan akad dan
dana pembiayaan
5. Penjual mengirimkan barang/jasa kepada nasabah
6. Pengembalian dana pembiayaan dari nasabah ke BPR
Mustaqim dengan skema angsuran
d) Strategi Bisnis BPRS
A. Gambaran jenis dan keunggulan produk
penghimpunan dan penyaluran dana BPRS
• Produk Penghimpunan Dana

• Produk Penyaluran Dana BPRS


No Jenis Pembiayaan Akad
1 Modal Kerja Murabahah
Musyarakah
Mudharabah
Ijarah
Istishna
Salam
2 Investasi Murabahah
Mudharabah
Musyarakah
Istisna
3 Konsumtif Murabahah
Qardh
Istishna

B. Rencana Program Pemasaran untuk


Memperkenalkan Produk Simpanan dan
Pembiayaan
• Melakukan kegiatan sosialisasi dan kerja sama dengan
dinas teknis terkait, seperti Dinas Pertanian, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong
(DPMG).
• Melakukan kegiatan sosialisasi ke instansi terkait
seperti instansi pendidikan, sosialisasi ke sekolah-
sekolah dengan tujuan memperkenalkan produk
simpanan baik kepada murid, guru, maupun orangtua.
• Melakukan kegiatan promosi, seperti menyebarkan
brosur produk simpanan dan pembiayaan, menjadi
sponsorship pada acara besar kampus dengan tujuan
dapat memperkenalkan produk simpanan kepada
mahasiswa, dsb.
C. Strategi Pendekatan terhadap target pasar
1. Membangun kepercayaan konsumen terhadap
BPRS
Yaitu dengan jalan memberikan layanan yang
memuaskan, melakukan pendekatan kepada nasabah
secara berkala serta meyakinkan bahwa layanan
syariah adalah pilihan terbaik bagi masyarakat Aceh
khususnya.Dengan tetap menciptakan suasana
hubungan silaturahim yang erat serta memberikan
bagihasil yang lebih menguntungkan.
2. Melakukan ekspansi pada funding
Guna mempercepat pertumbuhan funding, akan
dilakukan kerjasama dengan perorangan, instansi
maupun organisasi masyarakat. Untuk mewujudkan
hal tersebut akan dilakukan kegiatan sosialisasi,
promosi serta silaturrahim ke calon nasabah potensial.
3. Meningkatan kualitas dan produktivitas SDI
SDI dalam sebuah perusahaan adalah sebuah asset
atau bahkan sebagai capital (Human capital),
sehingga untuk memperoleh kemajuan perusahaan,
kualitas SDI juga harus ditingkatkan. BPRS
Mustaqim Sukamakmur akan selalu meningkatkan
kualitas SDI yang dimilikinya dengan memberikan
pelatihan dan pendidikan serta reward bagi karyawan
yang berprestasi.

4. Melakukan efisiensi di semua bidang


Dalam menjalankan kegiatannya manajemen tetap
akan mengutamakan efisiensi untuk menekan biaya
operasional bank. Dengan tujuan agar nantinya dapat
menghasilkan output berupa perolehan laba yang
signifikan.
D. Prosedur Layanan kepada Nasabah Penghimpunan
dan Penyaluran dana BPRS
1. Nasabah mengajukan pembiayaan bisa langsung
datang ke BPRS Mustaqim Sukamakmur atau melalui
marketing BPRS Mustaqim Sukamakmur.
2. Account Officer mengisi register
3. Account Officer menanyakan keperluan nasabah
4. Account Officer memberikan penjelasan tentang
persyaratan dan ketentuan untuk pengajuan
pembiayaan.
5. Nasabah mengisi formulir dan menyerahkan
persyaratan yang diminta
6. Account Officer mengecek persyaratan, jika ada
kekurangan nasabah harus melengkapi persyaratan
tersebut.
7. Account Officer melakukan proses pada system untuk
di analisa
8. Account Officer melakukan pengecekan kelengkapan
berkas/dokumen nasabah terkait.
9. Account Officer melakukan pengajuan ideb
(informasi debitur) kepada petugas Admin
Pembiayaan untuk ditindaklanjuti.
10. Dari petugas Admin Pembiayaan akan melakukan
proses Informasi debitur terkait nasabah pemohon
yaitu melakukan pengecekan dengan mengajukan
SLIK checking yang menyangkut track record
pemohon dalam berhubungan dengan bank (lembaga
keuangan).
11. Selanjutnya Account Officer akan melakukan
kunjungan langsung kepada calon nasabah untuk
memperoleh informasi dan profil nasabah mengenai
karakter, kondisi usaha, keadaan jaminan, dan
mencocokkan data pada Surat Permohonan
Pembiayaan (SPP) dengan kondisi nasabah yang
sebenarnya, kemudian memeriksa berkas administrasi
dan dokumen lain yang dibutuhkan.
12. Selanjutnya team cabang (AO/Kasie/Pincab)
melakukan penilaian terhadap jaminan yang diberikan
calon nasabah dan melakukan pengecekan usaha
(trade checking). Adapun jaminan yang diberikan
berupa kendaraan, sertifikat tanah dan bangunan
tergantung nilai pembiayaannya yang harus bisa
mencover nilai pembiayaannya.
13. Account Officer melakukan analisa pembiayaan
terhadap calon nasabah, melakukan analisis terhadap
data dan informasi yang diperoleh dari calon nasabah
dan pihak lain untuk diteruskan kepada team komite
kantor pusat untuk dimintai persetujuan atas fasilitas
pembiayaan tersebut.

E. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen


Untuk mencapai visi BPR Mustaqim, diperlukan dukungan
teknologi informasi yang berkualitas dan memadai untuk
mendukung bisnis proses bank.
Core Banking System dilakukan penyesuaian dengan ketentuan
pencatatan, penyajian dan pelaporan bisnis bank sesuai dengan
prinsip syariah dan melakukan beberapa penyesuaian modul yang
integral terhadap berjalannya Bank. Adapun modul yang perlu
diubah adalah sebagai berikut:
1. Financing Processing & Origination
▪ Pengembangan system layanan financing syariah terintegrasi
dengan perhitungan return sesuai akad.
2. Deposit
▪ Core product processing system sesuai dengan prinsip syariah
(bagi hasil)
3. General ledger dan regulatory reporting
▪ Penyesuaian pencatatan sesuai dengan aturan yang berlaku
4. Enterprise Risk Management
▪ Risk evaluation system dan risk dashboard platform sesuai
risiko syariah
▪ Penambahan modul rate of return risk dan equity investment
risk
Dalam menjalankan rencana pengembangan sistem IT tersebut,
Bank akan bekerjasama dengan Vendor IT yang berpengalaman
melakukan system operasional sesuai dengan prinsip syariah.
Terdapat beberapa aspek lain yang telah dipertimbangkan oleh
kedua pihak yaitu sebagai berikut:
1. Mapping Produk
Dilaksanakan mapping produk Dana dan Pembiayaan sesai
dengan prinsip syariah berdasarkan karakter produknya.
2. Cleansing Data Konvensional
Bank melakukan Cleansing data secara periodik / bulanan
sesuai data Laporan Bank yang telah dilaporkan pada periode
laporan sebelumnya. Data yang di cleansing meliputi:
1) Data Pembiayaan, antara lain:
a) Penyesuaian Sandi Gol Debitur
b) Penyesuaian Kategori Pembiayaan
c) Penyesuaian Jenis Imbal Hasil
d) Penyesuaian Hubungan dengan Bank
e) Penyesuaian Sifat Pembiayaan
f) Penyesuaian Lokasi Proyek
g) Penyesuaian Sektor Ekonomi
2) Data Dana Pihak Ketiga (DPK), antara lain:
a) Penyesuaian Kode Status Pemilik
b) Penyesuaian Kode Golongan Pemilik
c) Penyesuaian Hubungan dengan Bank
d) Penyesuaian Kode Kategori
3. Indikator Kesiapan Implementasi CBS
Terdapat indikator kesiapan proses peningkatan kemampuan
Core Banking sebagai tolak ukur pelaksanaan Go Live sebagai
berikut:
Realisasi yang
No Indikator Ukuran Target dbutuhkan
1 Aplikasi UAT 100% 100%
2 Kesiapan User Training ORT 100% 100%
(Operasional Readiness
Test) I
3 Migrasi Data Proofing data 100% 100%
4 Infrastruktur DC & DRC Hardware & Software 100% 100%
5 Infrastruktur Cabang Hardware & Software 100% 100%
6 Link komunikasi Bandwith 100% 100%
7 SOP Kebijakan 100% 100%
8 Help Desk Support 100% 100%
9 Dokumen Pendukung Project 100% 100%
10 Izin OJK 100% 100%

Terkait pengembangan core banking system baru yaitu yang


berbasis Syariah, terdapat metode penanganan potensi risiko
yang mungkin terjadi melalui Disaster Recovery Plan (DRP).
DRP adalah bagian dari keseluruhan rencana kesinambungan
bisnis bank yang mewakili proses dan prosedur untuk
memulihkan infrastruktur teknologi Bank termasuk jaringan,
sistem manajemen dokumen, sistem inti, dll. Hal ini berfokus
pada teknologi yang mendukung operasi Bank dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengembalikan teknologi
perusahaan ke operasi normal.
4. Infrastruktur Teknologi Informasi
Terkait dengan informasi infrastruktur Core Banking System
Layanan SATU Telkomsigma , dapat diinformasikan bahwa
saat ini BPR Mustaqim Sukamakmur menggunakan Layanan
SATU yang merupakan produk Software as a Services
(Saas) dimana saat bergabung dengan Layanan SATU sudah
mencakup beberapa hal dibawah ini yaitu :
(1). Core Banking Sistem SATU untuk BPR/BPRS
(2). Server & Infrastruktur Produksi (Data Center Telkomsigma
Surabaya)
(3). Server & Infrastruktur DRC (Data Center Telkomsigma
Serpong)
(4). Operation Data Center
(5). Jaringan koneksi VPN IP/VSAT IP/Modem GPRS (Kantor
Kas Keliling) antara tiap kantor BPR ke Data Center
Telkomsigma
(6). Delivery Channels (Payment Point – Teller, EDC)
(7). Fitur Pembayaran & Pembelian untuk meningkatkan Fee
Based Income
(8). Customer Support 7 x 24
(9). Fasilitas Jaringan ATM on us (* Switching).
Dan sesuai dengan rencana migrasi sistem dari sistem
Konvensional ke Syariah, Layanan SATU Telkomsigma dapat
mengakomodir kebutuhan tersebut.
Berdasarkan informasi ini, maka kondisi IT secara kapasitas
dengan kondisi sekarang masih bisa digunakan hingga 5 (lima)
tahun yang akan datang. Jika dilakukan konversi, maka secara
IT saat sekarang ini sangat mudah dan mampu untuk dilakukan

Bab V – Analisis Perkembangan Usaha Bank


A. Perkembangan Usaha Bank
PT BPR Mustaqim Sukamakmur sampai dengan tahun 2020 telah
memiliki 23 kantor yang terdiri dari 1 (satu) Kantor Pusat Non
Operasional (KPNO) dan 1 (satu) Kantor Pusat Operasional
(KPO) dengan 14 (empat belas) Kantor Cabang dan 8 Kantor Kas
yang tersebar di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh yaitu.
Tabel 4.1. Lokasi Kantor PT BPR Mustaqim Sukamakmur 31
Maret 2021

Keseluruhan kantor tersebut pada tabel 2.1 di atas telah beroperasi


dengan baik dan telah memperlihatkan keuntungan dan telah dapat
melayani berbagai lapisan masyarakat khususnya pengusaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
B. Perkembangan Sumber Daya Manusia
Jumlah total pegawai BPR Mustaqim hingga Desember 2020
mencapai 134 orang. Kami akan terus melakukan pengembangan
kuantitas SDM bank diharapkan mampu diiringi dengan
pengembangan kualitas SDM yang linier sehingga dapat terus
memberikan kontribusi yang baik bagi bank dimasa yang akan
datang.
Status Pegawai Jumlah Karyawan Persentase
Tetap 96 71,64%
Tidak Tetap/Kontrak/Outsourcing 38 28,36%
Jumlah 134 100,00%

Pada Desember 2020, pegawai kontrak mencapai 28,36%


dibandingkan dengan jumlah total pegawai kontrak/tidak tetap
mencapai 134 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja SDM
yang baru direkrut mengalami perkembangan yang cukup baik
sehingga kepercayaan manajemen Bank terus meningkat.
Pendidikan Jumlah Karyawan Persentase
Sarjana 74 55,22%
D1 - D3 37 27,61%
SMA 23 17,16%
Jumlah 134 100,00%

Pertumbuhan SDM pada aspek pendidikan juga dinilai cukup


baik, dimana mayoritas pegawai sudah berpendidikan sarjana (S1)
yang mencapai 74 orang. Hal ini menunjukkan bahwa Bank serius
untuk terus mengembangkan kualitas SDM yang berlatarbelakang
pendidikan yang tinggi. Sehingga diharapkan latar belakang
pendidikan mampu berbanding lurus dengan kinerja yang
memuaskan.
Jenis Kelamin Jumlah Karyawan Persentase
Laki-laki 87 64,93%
Perempuan 47 35,07%
Jumlah 134 100,00%

Komposisi pegawai Bank yang berjenis kelamin lelaki jauh lebih


besar sebanyak 64,93% dibandingkan dengan pegawai peremuan
yang menguasai 35,07%. Hal ini menunjukkan bahwa Bank
senantiasa membuka peluang karir bagi seluruh masyarakat
berjenis kelamin apapun, sehingga suasana kompetisi yang sehat
senantiasa terjaga di Bank.
Usia Jumlah Karyawan Persentase
< 30 tahun 49 36%
30- 40 tahun 62 45%
>40 - 50 tahun 21 16%
> 50 tahun 2 3%
Jumlah 134 100,00%
Komposisi pegawai Bank yang berusia muda dengan rentang usia
< 30 tahun sebesar 36% dari jumlah seluruh pegawai Bank pada
Desember 2020. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi pegawai
Bank antara yang berusia muda (generasi millenial) dan yang
berusia di atas 30 tahun yang dinilai sudah memiliki pengalaman
lebih banyak dibanding generasi millenial (sebanyak 45%), yang
pada akhirnya akan membentuk suatu entitas organisasi bisnis
yang terus berkembang dengan progresif.
C. Perkembangan Sarana Kerja
PT BPR Mustaqim Sukamakmur telah memiliki sarana kerja
dengan berbasis teknologi informasi yang sangat memadai seperti
: Core Banking System bank yang online real time yaitu Sistem
SATU yang bekerja sama dengan TELKOM Sigma, peralatan
komputer yang bagus, kendaraan operasional yang cukup, serta
SOP dan kebijakan manajemen yang relatif memadai dan jaringan
sistem informasi pembiayaan (SIK). Teknologi informasi
merupakan aspek penting dalam meningkatkan efisiensi sekaligus
layanan kepada nasabah, oleh karena itu pengembangan teknologi
informasi dititikberatkan pada peningkatan kehandalan jaringan
agar dapat menyediakan layanan prima kepada nasabah.
Sinergisasi teknologi informasi menjadi penting dalam
mendukung peningkatan akurasi, kecepatan, dan kualitas
operasional bisnis perusahaan.
D. Perkembangan Usaha
Seiring dengan ketatnya persaingan bisnis khususnya sektor usaha
mikro saat ini, PT BPR Mustaqim Sukamakmur telah mampu
melakukan upaya yang optimal pada tahun 2020, kondisi ini dapat
dilihat dari perkembangan bisnis yang menunjukkan pertumbuhan
angka yang cukup memuaskan, dengan perincian sebagai berikut.

dalam rupiah
Asset Desember 2018 Desember 2019 Desember 2020
Kas 2,283,405,950 2,476,332,400 1,544,273,200
Kas dalam Valuta Asing - - -
Surat Berharga - - -
Pendapatan Bunga yang 2,128,918,618 1,537,890,828
1,160,036,046
Akan Diterima
Penempatan pada Bank Lain 56,848,153,580 57,748,680,353 61,708,266,046
Penyisihan Kerugian -/- (112,780,308) (67,058,989) (156,500,000)
Kredit Yang Diberikan 88,505,282,529 84,687,506,682 77,086,200,818
Penyisihan Kerugian -/- (3,474,732,887) (3,555,447,888) (2,703,211,109)
Agunan yang Diambil Alih 583,346,423 583,346,423 405,080,982
Aktiva Tetap dan Inventaris 6,561,026,555 6,792,464,555 14,946,614,242
Akumulasi Penyusutan dan
(4,848,756,882) (5,434,000,637) (6,114,320,445)
Penurunan Nilai -/-
Aset Tidak Berwujud - - -
Akumulasi Amortisasi dan
- - -
Penurunan Nilai -/-
Rekening AntarKantor - - -
Aset Lain-lain 9,585,068,304 9,198,010,158 923,158,762
Jumlah Aset 158,058,931,881 153,967,723,885 148,799,598,542
​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa asset Bank terdiri dari
Aset Lancar dan Aset tidak lancar, maka berikut adalah prosentase
komposisi asset Bank pada posisi Desember 2020 adalah sebagai
berikut :
ASET LANCAR
Pada Desember 2020, aset lancar mengalami penurunan 3.26%
atau turun Rp. 4,573 miliar dibandingkan Desember 2019.
Penurunan ini disebabkan pertumbuhan kredit yang diberikan
mengalami penurunan mencapai 9.86% berikut penjelasannya.
Kas
Pada Desember 2020, kas menurun 60,36% atau turun hingga
Rp.932 juta menjadi Rp.1,54 miliar dibandingkan Desember 2019.
Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan dana pihak ketiga dari
masyarakat baik nasabah tabungan maupun deposito.

Penempatan pada Bank Lain


Penempatan pada Bank Lain tumbuh 6,42% atau naik Rp.3,9
miliar dibandingkan Desember 2019, kenaikan ini dalam rangka
optimaliasi dana idle yang ada di bank.
Kredit yang Diberikan (bersih)
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa di Desember
2020, aset lancar Bank mengalami penurunan dimana komponen
terbesar dari aset ini adalah kredit yang diberikan. Hingga
Desember 2020, kredit yang diberikan turun 9,86% atau mencapai
Rp.7,6 miliar. Penurunan ini disebabkan karena usaha bank dalam
menjaga kualitas asset produktif selama satu periode 2019-2020.

Pendapatan Bunga yang masih akan diterima


Pendapatan Bunga yang masih akan diterima turun 32,57% atau
Rp.377 juta, penurunan ini merupakan dampak dari penurunan
kredit bank.
Liabilitas Bank juga terbagi atas liabilitas jangka pendek dan
liabilitas jangka panjang dimana masing-masing memberikan
kontribusi 58,69% dan 41,3% terhadap jumlah liabilitas posisi
akhir tahun Desember 2020. Jumlah liabilitas ini menunjukkan
penurunan menjadi Rp.81 milyar pada tahun 2020 atau menurun
Rp.2,9 milyar atau turun 3,65% dari tahun 2019 yang mempunyai
nilai jumlah liabilitas sebesar Rp.84 milyar. Penurunan ini secara
signifikan disebabkan oleh penurunan dari sisi kewajiban imbalan
kerja yang telah diberikan kepada karyawan pensiun.
dalam rupiah
Indikator Desember 2018 Desember 2019 Desember 2020
Kewajiban Segera 493,864,459 542,158,056 396,281,214
Utang Bunga 246,289,293 260,297,309 222,752,214
Utang Pajak - - -
Simpanan
a. Tabungan 31,296,770,966 30,102,771,526 32,924,561,986
b. Deposito 46,415,562,344 46,984,362,344 42,759,162,344
Simpanan dari Bank Lain 3,450,000,000 3,450,000,000 3,450,000,000
Pinjaman Diterima 552,500,000 552,500,000 40,000,000
Dana Setoran Modal-
275,960,000 - -
Kewajiban
Kewajiban Imbalan Kerja 1,297,391,850 714,522,340
Pinjaman Subordinasi - - -
Modal Pinjaman - - -
Rekening Antar Kantor - - -
Kewajiban Lain-lain 3,087,967,728 1,556,801,871 1,406,642,378
Jumlah Kewajiban 87,116,306,640 84,163,413,446 81,199,400,135

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Liabilitas jangka pendek bank pada bulan Desember 2020 naik
7,87% atau mencapai Rp.2,6 miliar dibandingkan Desember 2019.
Peningkatan ini disebabkan dari peningkatan simpanan nasabah
dalam bentuk tabungan dan imbalan kerja.
Liabilitas Segera
liabilitas segera menurun 36,81% atau turun Rp.145 juta
dibandingkan Desember 2019. Penurunan ini merupakan
kewajiban bank yang harus segera dibayarkan kepada pihak
lainnya.
Simpanan Nasabah
Pada Desember 2020 simpanan nasabah dalam bentuk tabungan
naik 8,57% atau mencapai Rp.2,8 miliar dibandingkan Desember
2019. Peningkatan ini disebabkan terjadi kenaikan nasabah
penabung pada Bank.
Liabilitas Imbalan Kerja
Liabilitas Imbalan Kerja pada Desember 2020 turun 100% atau
mencapai Rp.714 juta, artinya bank sudah membayar kewajiban
imbalan kerja kepada karyawan pada periode sebelumnya.

Bab VI – Kondisi ​Ideal ​Bank 5 ​Tahun


Mendatang (2021-2026) ​ ​

Rencana Strategis Jangka Panjang Bank (sebagai hasil


konversi dari BPR menjadi BPRS) disusun dalam rangka
mencapai Visi dan Misi Bank serta memberikan pedoman
dalam pengembangan bisnis Bank. Penyusunan rencana
bisnis ini dilakukan dengan mempertimbangkan analisis
eksternal dan internal sebagaimana telah dibahas pada bagian
sebelumnya.
A. Visi dan Misi Bank
Konversi Bank sebagai BPRS diharapkan mampu
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan perbankan
syariah di Aceh. Dalam rangka memberikan arah bagi
pengembangan bisnis Bank maka ditetapkan Visi dan Misi
sebagai berikut:
Visi :
“PELOPOR DALAM LAYANAN KEUANGAN SYARIAH TERBAIK YANG INOVATIF
KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH YANG BERMANFAAT BAGI
RAKYAT”

Misi :
a. Memberi layanan perbankan Syariah dengan kualitas
prima
b. Memberi nilai tambah yang optimal bagi stakeholder
dengan tetap berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian
dan tata kelola yang baik.
c. Berpartisipasi aktif terhadap upaya Pemerintah Aceh
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
perekonomian daerah terutama dengan peningkatan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
d. Terus melakukan inovasi produk, meningkatkan
kerjasama dan sinergi dengan berbagai pihak,
memperluas daerah layanan, guna memenuhi kebutuhan
masyarakat
e. Membentuk Sumber Daya Manusia yang amanah,
kompeten dan profesional.

B. Arah Pengembangan Bank


Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi tersebut Bank
menyusun berbagai rencana strategis jangka panjang yang
dibagi menjadi 3 fase sebagaimana terlihat dalam Tabel
dibawah. Berdasarkan tahapan yang telah disusun tersebut
terlihat bahwa setelah lima tahun berpartisipasi dalam
industri perbankan syariah di Aceh, Bank diharapkan dapat
melakukan pertumbuhan yang ekplosif dan menjadi pemain
yang dominan dan terkemuka di segmen usaha mikro, kecil
dan menengah sehingga visi untuk menjadi Bank Syariah
Andalan dan Pilihan Masyarakat dapat direalisasikan.
V.4. Segmen Prioritas

Dalam 5 tahun kedepan Bank akan memfokuskan pemasaran


pada 5 (lima) jenis segmen yang menjadi prioritas Bank
dengan urutan sebagai berikut :
1. Segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
2. Segmen Pertanian/Peternakan

3. Lingkage Program

4. Pembiayaan Program

5. Pembiayaan Konsumtif

V.5. Produk Unggulan

Bank menetapkan 2 (dua) jenis produk sebagai produk


unggulan Bank yaitu :
1. Pembiayaan Agribisnis/Pertanian

2. Tabungan Rencana, merupakan tabungan berjangka untuk

persiapan dana haji atau dana pendidikan


V.6. Supporting Strategi

Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dalam jangka


panjang, Supporting Strategi yang dipersiapkan Bank yakni :
1. Penambahan Modal dari pemilik
2. Perluasan jaringan kantor (minimal 10 kantor cabang, 3

kantor kas dan 5 kas keliling).


3. Peningkatan IT salah satunya ATM dan fitur-fitur lainnya
sesuai dengan bisnis Bank
4. Perluasan payment point

5. Perubahan ADRT Perihal Peningkatan Modal Dasar menjadi

Rp. 500 Miliar pada tahun ke 4

Untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif


seperti sekarang ini, Bank dituntut harus mengenal
kemampuan sendiri, mengenal pesaing seperti mengenal diri
sendiri, memahami potensi dan kelemahan pesaing dan diri
sendiri, memiliki penguasaan wilayah yang baik. Pengenalan
terhadap diri sendiri, terhadap pesaing dan terhadap wilayah
operasi menjadi factor kunci yang dapat membantu bank
mempertahankan eksistensi nya sekaligus mengembangkan
bisnisnya dalam jangka waktu panjang.

C. Strategi Pengembangan Bisnis


Target untuk mewujudkan hal tersebut didasarkan pada
peletakan pondasi yang kokoh pada fase pertama seiring
dengan keinginan untuk mewujudkan keberhasilan proses
konversi dan pemahaman terhadap pasar syariah. Pada fase
kedua, Bank menargetkan untuk mengembangkan model
bisnis untuk pasar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) sebagai suatu segmen yang didorong oleh
pemerintah dan regulator perbankan syariah untuk
dikembangkan. Proses pengembangan model bisnis tersebut
akan dilakukan secara sinergis dengan pembangunan dan
persiapan berbagai infrastruktur termasuk penerapan
manajemen risiko secara terpadu sehingga Bank siap untuk
menjadi pemain yang dominan dan inovatif di segmen
tersebut pada fase ketiga.

Selain tahapan yang telah dicanangkan tersebut, Bank juga


telah menyiapkan 3 rencana strategis pengembangan bisnis
jangka panjang sebagai berikut :
Fase Pertama (2021-2022) : Strategi Captive Market

Bank akan melakukan sosisalisasi secara simultan kepada


karyawan bank (internal) dan sosialisasi kepada nasabah
maupun calon nasabah/masyarakat di wilayah kerja BPRS.
Hal ini dilakukan guna memberikan informasi bahwa bank
saat ini telah beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Secara
paralel, bank juga akan mempertahankan captive market
bank dengan melakukan evaluasi dan monitoring kinerja baik
dari aspek pembiayaan maupun pendanaan. Hal ini guna
memberikan keyakinan baik kepada shareholders bank
(internal) dan regulator (eksternal) bahwa proses konversi
bpr menjadi bprs tidak mempengaruhi kinerja bank, bahka
berjalan dengan keadaan bisnis yang lebih baik dibanding
sebelumnya. Dilain sisi, penyelesaian hak dan kewajiban
nasabah juga tetap dilakukan bank, mengingat sesuai dengan
regulasi bahwa proses penyelesaian hak dan kewajiban
nasabah memiliki tenggat waktu selama 1 (satu) tahun,
sehingga bank terus berusaha untuk mempertahankan
nasabah eksisting yang telah setuju untuk menjadi nasabah di
BPRS Mustaqim Aceh.
Berikut ini adalah program yang akan dilakukan pada fase
pertama yakni dari tahun 2021 hingga tahun 2022:


54

Fase Kedua (2022-2025) : Strategi Likuiditas


Pada fase ini, bank akan melakukan perbaikan dari sisi SDM
dan kemampuan bank dalam mempertahankan bahkan
meningkatkan likuiditas bank. Sejak periode 2021-2022 bank
akan menambah SDM yang disesuaikan dengan unit bisnis
yang diperlukan yaitu Account Officer, Funding Officer dan
Legal Officer. Sehingga diharapkan bank dapat fokus untuk
memperluas layanan bank pada aspek penghimpunan dan
penyaluran dana dari dan kepada masyarakat umum serta
karyawan di internal group serta ekosistemnya. Selain itu,
inovasi produk juga diperlukan guna memberikan pilihan
yang beragam bagi nasabah demi memenuhi kebutuhan
masyarakat yang saat ini semakin berkembang cukup pesat.
Berikut ini adalah program yang akan dilakukan pada fase
kedua yakni dari tahun 2021 hingga tahun 2026:

Fase Ketiga (2025-2026) : Strategi Profitabilitas


2021 - 2022

Pada tahap ini merupakan fase ketiga atau rencana jangka


panjang, dimana bank berencana akan melakukan
penambahan modal yang bertujuan untuk ekspansi pasar ke
sejumlah wilayah di Provinsi Aceh yang memiliki potensi,
sehingga diperlukan analisa melalui studi kelayakan yang
nantinya akan dilakukan oleh Bank. Penambahan modal ini
diperlukan komunikasi kepada shareholders secara intens,
sehingga akan memakan waktu untuk bank memberikan
kepercayaan dan keyakinan kepada shareholders.
Bab VII – Target Keuangan ​
A. Target Pertumbuhan dan Rasio Keuangan
Dalam rangka meningkatkan optimisme kinerja BPR
Mustaqim pasca konversi, kami menyajikan proyeksi
Keuangan BPR Mustaqim pasca konversi selama 12 bulan,
hal ini dilakukan untuk mengukur kinerja BPR Mustaqim
pasca konversi yang jauh lebih baik dibandingkan sebelum
konversi. Bank mentargetkan pertumbuhan bisnis dan rasio
keuangan kunci sebagai berikut :

No. Indikator Besaran


1. Pertumbuhan Aset 1.66% / bulan (19.97% / tahun)
2. Pertumbuhan DPK 0.65% / bulan (7.81% / tahun)
3. Pertumbuhan Pembiayaan 0.63% / bulan (7.50% / tahun)
4. ROA Posisi Desember 2021 1.71%
5. ROE Posisi Desember 2021 3.87%
6. NPF Posisi Desember 2021 7.90%
7. BOPO Posisi Desember 2021 85.30%
8. Pangsa Pasar : Posisi Desember 2021 61%
Aset Bank : Industri BPR/S
9. Pertumbuhan jumlah Nasabah Rata-rata 5% / bulan

B. Proyeksi Neraca dan L/R 2021-2022


a. Proyeksi neraca

Rp. (ribu)
Desember 2020 Desember 2021 Nominal Growth
Kenaikan
Aset 148,799,599 178,515,657 29,716,059 19.97%
Pembiayaan 77,086,201 82,867,666 5,781,465 7.50%
DPK 79,133,724 85,313,141 6,179,417 7.81%

Kami memproyeksikan BPR Mustaqim pasca konversi menjadi


BPRS Mustaqim akan mengalami pertumbuhan asset yang
signifikan, dimana pertumbuhan rata-rata (asset, pembiayaan dan
DPK) mencapai 19.97%. Pertumbuhan ini didukung seiring
dengan meningkatnya antusias masyarakat terhadap konversi
BPR Mustaqim menjadi BPRS. Selain itu, konversi BPR
Mustaqim menjadi BPRS juga sebagai langkah riil bank dalam
rangka mendukung Qanun Lembaga Keuangan Syariah di
Provinsi Aceh.

b. Proyeksi Laba (Rugi)


Rp. (ribu)
Desember 2020 Desember Nominal
(Realisasi 2021 Kenaikan / Growth
Konvensional) (Proyeksi Syariah) Penurunan
Pendapatan Operasional 22,085,459 12,923,428 9,162,031 41.48%
Bagi Hasil Kepada Pemilik Dana 4,536,381 1,524,818 3,011,563 66.39%
Beban Operasional 19,393,065 9,541,559 9,851,506 50.80%
Pendapatan & Beban Non Operasional 161,491 11,743 149,748 92.73%
Laba (Rugi) setelah Pajak (1,682,496) 1,868,794 3,551,290 190.03%

Selain itu, pertumbuhan Laba (Rugi) BPR Mustaqim pasca


konversi menjadi BPRS juga menjadi salah satu dampak atas
kenaikan pembiayaan dan dana pihak ketiga. Kami
memproyeksikan L/R BPR Mustaqim hingga Desember 2021
akan mencapai
2022-2025
lebih dari 190,03%, operasional BPRS Mustaqim
dimulai sejak 01 Juni 2021. Proyeksi Tahun 2021 setelah
dilakukan konversi efektif sejak bulan Juni 2021 selama 7 (tujuh)
bulan, sementara realisasi Desember 2020 merupakan realisasi
selama 12 (dua belas) bulan BPR Mustaqim Konvensional
sehingga pertumbuhan setiap indikator di atas pada bulan
Desember 2021 lebih rendah dari pada Realisasi Desember 2020.
Proyeksi ini dinilai cukup relevan dengan kondisi demograsi
masyarakat Aceh terutama dukungan pemerintah dalam
mendorong ekonomi berdasarkan prinsip Syariah di wilayah
Provinsi Aceh sehingga dapat menekan competitor konvensional.

BPRS Mustaqim Aceh ​Hal. 6

Anda mungkin juga menyukai