Contents 1
A. Latar Belakang 2
B. Sejarah 3
C. Metodologi 5
Bab II – Analisa Perkembangan Ekonomi Nasional 6
A. Analisa Kondisi Eksternal 6
B. Perbankan Syariah Nasional 11
Bab III – Analisis Peluang Pasar Dan Potensi Ekonomi Provinsi Aceh 13
Corporate Plan
A. Kondisi Saat2021-2026
Ini 13 Konversi BPR
menjadi
A.1.BPR Syariah
Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) 13
A.2. Perkembangan Keuangan Daerah 14
BPRS A.3.
Mustaqim Aceh
Perkembangan Inflasi Daerah 15
A.4 Prospek Perekonomian 15
Gambar 2 17
Gambar 4 19
B. Pertumbuhan Jumlah Penduduk 16
C. Peluang Pasar Di Provinsi Aceh 22
D. Persaingan Usaha Dan Potensi 23
E. Perkembangan Sisi Kredit/Pembiayaan dan DPK Di Provinsi
Aceh 26
BAB IV. STRATEGI BISNIS BPR MUSTAQIM 3 0
A. Market Segment 30
B. Analisa SWOT Pembiayaan 31
C. Analisa SWOT Pendanaan 32
D. Strategi dan Model Pengembangan Bisnis di Aceh 34
E. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen 39
Bab V – Analisis Perkembangan Usaha Bank 4 2
A. Perkembangan Usaha Bank 42
B. Perkembangan Sumber Daya Manusia 42
C. Perkembangan Sarana Kerja 44
D. Perkembangan Usaha 44
Bab VI – Kondisi I deal Bank 5 Tahun Mendatang (2021-2026) 4 8
A. isi dan Misi Bank
V 48
B. Arah Pengembangan Bank 49
C. Strategi Pengembangan Bisnis 51
Bab VII – Target Keuangan 5 8
A. Target Pertumbuhan dan Rasio Keuangan 58
B. Proyeksi Neraca dan L/R 2021-2023 58
Bab I – Pendahuluan
A. Latar Belakang
PT BPR Mustaqim Sukamakmur (“Bank”) sebagai BPR di Aceh
bermaksud untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan
industri perbankan syariah di Aceh, melalui konversi atau
perubahan kegiatan usaha menjad Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Sesuai Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2015
tentang Perubahan Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Mustaqim Sukamakmur menjadi Perseroan
Terbatas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Mustaqim Aceh.
Selanjutnya Bank direncanakan beroperasi secara syariah paling
lambat 01 Juni 2021 dengan nama PT. BPRS Mustaqim Aceh
(Perseroda).
Dalam rangka konversi kegiatan usaha menjadi BPRS tersebut
maka mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
No.3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), POJK No.64/POJK.03/2016 tentang Perubahan Kegiatan
Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah dan SEOJK
No.3/SEOJK.03/2017 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
maka perlu disusun suatu studi kelayakan yang menyajikan
analisis peluang pasar dan potensi ekonomi.
Pertumbuhan lembaga keuangan mikro Syariah pada beberapa
tahun terakhir ini tumbuh sebagaimana diharapkan ditengah
ekonomi nasional yang kurang baik akibat dari pandemic covid-
19. Lembaga-lembaga keuangan mikro Syariah seperti BPRS,
Koperasi Syariah, Lembaga pembiayaan leasing, lembaga
keuangan mikro BMT ((Baitulmaal watamwil), dan perbankan
syariah yang membuka unit layanan mikro. Di satu sisi
pertumbuhan itu menjadi fungsi intermediasi perbankan kepada
para (calon) nasabah. Banyak orang yang butuh bantuan
pembiayaan, namun tidak dapat terlayani di jalur perbankan
karena ketatnya prosedur perbankan yang ada. Dengan
pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan mikro Syariah tersebut,
maka banyak usaha rakyat kecil yang terbantu. Peluang bisnis di
sektor UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) ini pun
sungguh sangat besar, sehingga banyak yang makin tertarik.
B. Sejarah
Sejarah PT BPR Mustaqim Sukamakmur berawal dari
pembentukan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat milik
Pemerintah Daerah diawali dengan pembentukan Lembaga Kredit
Kecamatan (LKK) di 19 (Sembilan belas) kecamatan yang
tersebar di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh
Nomor 412.21/22/1984 tanggal 24 Januari 1984 tentang
Pembentukan Lembaga Kredit Kecamatan (LKK) Provinsi Daerah
Istimewa Aceh. Pada perkembangan selanjutnya, bentuk LKK ini
diubah menjadi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD
BPR) dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh
Nomor 7 Tahun 1995 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat (PD BPR) di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Pembentukan PD BPR dari LKK ini telah mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia dengan Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 32/64/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999. Selama hampir 9
(sembilan) tahun Perusahaan ini merugi, terkena dampak konflik,
dan tsunami tahun 2004, sehingga operasionalnya tidak berjalan
dengan baik.
Pemegang saham memutuskan melakukan merger pada tahun
2008 melalui Pergub Nomor 62 Tahun 2007 dan Persetujuan
Prinsip DPRA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor
580/4.034 tanggal 15 November 2006 serta Akta Notaris Teuku
Irwansyah, SH Nomor 113 tanggal 31 Oktober 2007 dan
Keputusan Deputi Gubernur BI Nomor 10/4/KEP.DpG/2008.
Kantor yang dimerger: PD BPRM Sukamakmur, PD BPRM
Lhoong, PD BPRM Kaway XVI, PD BPRM Seunagan, PD
BPRM Kuala Batee, PD BPRM Kluet Utara, PD BPRM Tangan-
tangan, PD BPRM Blangkejeren, PD BPRM Lawe Alas, PD
BPRM Meuraxa, PD BPRM Seulimum dan PD BPRM Kuala
menjadi PD BPR Mustaqim Sukamakmur. Sesuai dengan Akta
Pendirian Perusahaan, PD BPR Mustaqim Sukamakmur
merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah bidang
keuangan/perbankan dan menjalankan usaha sebagai Bank
Perkreditan Rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kepemilikan modal PD BPR Mustaqim
Sukamakmur sebesar 100% adalah milik Pemerintah Provinsi
Aceh.
Berdasarkan Akta Notaris Dr. Teuku Abdurraham, SH, SpN,
Nomor 03 tanggal 10 Oktober 2019, BPR Mustaqim Sukamakmur
melakukan perubahan bentuk badan hukum dari Perusahaan
Daerah (PD) BPR Mustaqim Sukamakmur menjadi Perseroan
Terbatas (PT) BPR Mustaqim Sukamakmur dan ditetapkan
dengan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-9/KO.0501/2019 tanggal 12 Desember 2019 tentang
Pengalihan Izin Usaha Atas Perubahan Badan Hukum Dari
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim
Sukamakmur (PD. BPR Mustaqim Sukamakmur) kepada
Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim
Sukamakmur (PT. BPR Mustaqim Sukamakmur) dan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor AHU-0052589.AH.01.01.TAHUN 2019 tanggal l0
Oktober 2019 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum
Perseroan Terbatas BANK PERKREDITAN RAKYAT
MUSTAQIM SUKAMAKMUR (Perseroda). Kepemilikan modal
PT BPR Mustaqim Sukamakmur saat ini milik Pemerintah
Provinsi Aceh sebesar 99.999% dan pemilik lainnya an. Azhari,
SE, M.Si sebesar 0,001%.
Qanun Aceh nomor 11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) menjadi terobosan penting dalam membangun
ekonomi Islam di Aceh. Hal ini beriringan dengan keistimewaan
Aceh dalam menjalankan pelaksanaan syariat Islam. Dimana
Provinsi Aceh merupakan satu-satu Provinsi di Indoensia yang
menerapkan Syariat Islam dengan kehadiran UU No. 44/99 dan
adanya pemberian otonomi khusus untuk Aceh melalui UU nomor
18 tahun 2001 yang kemudian digantikan dengan UU nomor 11
tahun 2006, menghidupkan kembali semangat rakyat Aceh untuk
dapat melaksanakan syari`at Islam di tengah masyarakat Aceh.
Kehadiran undang-undang ini telah menimbulkan harapan dan
tantangan untuk dapat menjalankan Islam secara kaffah bagi
masyarakat Aceh. Sesuai qanun LKS, batas waktu yang ditetapkan
paling lama tiga tahun sejak Qanun LKS terbentuk. Artinya,
sampai Januari 2022 semua lembaga keuangan di Aceh sudah
berprinsip syariat. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak
terkecuali, ikut juga diwajibkan untuk melakukan konversi dari
sistem konvensional menjadi sistem syariah.
C. Metodologi
Dalam melakukan pengumpulan data terhadap kondisi saat ini
internal maupun eksternal dilakukan riset dengan berbagai metode
antara lain :
a. Desk research berbentuk data kualitatif dan data kuantitatif
yang terkait.
b. Field research dengan melakukan kuesioner terhadap respon
dari nasabah Bank.
c. Belief Audit kepada manajemen Bank.
Melalui metode-metode diatas diharapkan dapat disusun suatu
kajian FS yang komprehensif dari berbagai aspek antara lain
regulations, market potensial, industry dan competitor serta
internal Bank.
Dalam hal ini, BUS dinilai memiliki kinerja yang lebih baik
daripada BUK dalam mendapatkan laba. Tercermin dari rasio NI
BUS yang lebih tinggi dibanding rasio NIM BUK serta adanya
penyusutan rasio BOPO di masa pandemi Covid-19. Jadi,
walaupun pertumbuhan rasio ROA baik BUK dan BUS menurun,
tetapi Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil yang
diterima oleh BUS lebih tinggi dibandingkan BUK serta, dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya BUS juga dinilai lebih
efisien.
- Perekonomian Aceh Triwulan III 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga berlaku mencapai Rp 42,12 triliun atau sebesar US$2,86 milyar (14.718 rupiah per US$). Sementara itu
PDRB tanpa migas adalah sebesar Rp 40,70 triliun atau sebesar US$2,77 milyar
- Ekonomi Aceh dengan migas triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 turun sebesar 0,11 persen (y-on-y).
Sementara pertumbuhan y-on-y triwulan III-2020 tanpa migas turun sebesar 0,79 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha konstruksi (F) sebesar 14,59 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi ada di komponen konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT)
sebesar 4,18 persen.
Bank Indonesia (BI) menargetkan perekonomian Aceh di tahun 2021 akan mendekati 5,0%. Persentase perekonomian
Aceh yang ditargerkan tersebut sekitar 4,75% sampai 5,0%, karena angka tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
sektor yang akan kembali normal setelah pandemi Covid-19, diantaranya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM),
karena di dalam UMKM terdapat konsumsi masyarakat yang nantinya akan kembali normal.
Selain itu terdapat sektor investasi, saat ini sudah lebih membaik dibandingkan beberapa bulan lalu yang sempat
terhenti akibat pandemi Covid-19. Dalam memperbaiki perekonomian setelah Covid-19 ini, anggaran pemerintah
sangat diperlukan. Kemudian, perdagangan (ekspor impor)
Untuk sektoral, Aceh sendiri memiliki pertanian seperti perkebunan, multikultural, dan yang lainnyan namun
sebenarnya, khasnya Aceh yaitu di perikanan, karena besar sekali kapasitasnya di Aceh.
Kemudian konstruksi, biasanya investasi masuk melalui kontsruksi, termasuk proyek strategis nasional seperti
pembangunan jalan tol di Aceh. Terakhir UMKM, melalui UMKM sektoral akan mengalir kembali, melihat sudah
banyak dibukanya pintu masuk ke Aceh dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19
Pada akhir tahun 2020 persentase perekonomian di Aceh sudah positif 0,49%, yang sebelumnya masih negatif, sekitar
-1,7%.
B. Pertumbuhan Jumlah Penduduk
a. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Aceh sebanyak 5.274.871 jiwa
yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 1.483.293 jiwa (28,12 persen) dan di
daerah perdesaan sebanyak 3.791.577 jiwa (71,88 persen).
Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota
bervariasi dari yang terendah sebesar 0,68 persen di Kota
Sabang hingga yang tertinggi sebesar 11,79 persen di
Kabupaten Aceh Utara. Dibandingkan dengan hasil sensus
sebelumnya, jumlah penduduk Aceh terus mengalami
peningkatan. Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak
tahun 2010, jumlah penduduk Aceh mengalami
penambahan sebanyak 780.461 jiwa (Gambar 2). Dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020), laju
pertumbuhan penduduk Aceh sebesar 1,56 persen per tahun
(Gambar 2). Terdapat pertambahan laju pertumbuhan
penduduk 1,39 persen jika dibandingkan dengan periode
1971-1980 yang sebesar 2,95 persen.
Gambar 2
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Aceh, 1961-2020
b. Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2020 (Jiwa) sesuai tabel berikut :
SP2020
Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Total
Gambar 4
Komposisi
Penduduk menurut Generasi, 2020
Sumber pengklasifikasian:: William H. Frey analysis of Census Bureau Population Estimates (25 June, 2020)
d. Jumlah Penduduk Aceh menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2020 (Jiwa)
Jenis Kelami
Kelompok Umur n Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Gambar 5
Hasil Sensus Penduduk 2020
A. Market Segment
Target utama BPR Mustaqim adalah pembiayaan UMKM usaha
produktif sebagaimana yang telah dilakukan saat ini sebesar 90%
kredit yang diberikan kepada sektor usaha produktif, selebihnya
untuk kredit konsumtif.
Pasar tersebut merupakan captive market bagi Bank. Dengan
jaringan kantor cabang yang tersebar diseluruh Provinsi Aceh,
BPR Mustaqim dalam berperan langsung dalam meningkatkan
sector usaha produktif UMKM.
Gambar III.7 Ilustrasi tiering diskon marjin pembiayan (dalam Rp Juta dan %)
dalam rupiah
Asset Desember 2018 Desember 2019 Desember 2020
Kas 2,283,405,950 2,476,332,400 1,544,273,200
Kas dalam Valuta Asing - - -
Surat Berharga - - -
Pendapatan Bunga yang 2,128,918,618 1,537,890,828
1,160,036,046
Akan Diterima
Penempatan pada Bank Lain 56,848,153,580 57,748,680,353 61,708,266,046
Penyisihan Kerugian -/- (112,780,308) (67,058,989) (156,500,000)
Kredit Yang Diberikan 88,505,282,529 84,687,506,682 77,086,200,818
Penyisihan Kerugian -/- (3,474,732,887) (3,555,447,888) (2,703,211,109)
Agunan yang Diambil Alih 583,346,423 583,346,423 405,080,982
Aktiva Tetap dan Inventaris 6,561,026,555 6,792,464,555 14,946,614,242
Akumulasi Penyusutan dan
(4,848,756,882) (5,434,000,637) (6,114,320,445)
Penurunan Nilai -/-
Aset Tidak Berwujud - - -
Akumulasi Amortisasi dan
- - -
Penurunan Nilai -/-
Rekening AntarKantor - - -
Aset Lain-lain 9,585,068,304 9,198,010,158 923,158,762
Jumlah Aset 158,058,931,881 153,967,723,885 148,799,598,542
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa asset Bank terdiri dari
Aset Lancar dan Aset tidak lancar, maka berikut adalah prosentase
komposisi asset Bank pada posisi Desember 2020 adalah sebagai
berikut :
ASET LANCAR
Pada Desember 2020, aset lancar mengalami penurunan 3.26%
atau turun Rp. 4,573 miliar dibandingkan Desember 2019.
Penurunan ini disebabkan pertumbuhan kredit yang diberikan
mengalami penurunan mencapai 9.86% berikut penjelasannya.
Kas
Pada Desember 2020, kas menurun 60,36% atau turun hingga
Rp.932 juta menjadi Rp.1,54 miliar dibandingkan Desember 2019.
Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan dana pihak ketiga dari
masyarakat baik nasabah tabungan maupun deposito.
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Liabilitas jangka pendek bank pada bulan Desember 2020 naik
7,87% atau mencapai Rp.2,6 miliar dibandingkan Desember 2019.
Peningkatan ini disebabkan dari peningkatan simpanan nasabah
dalam bentuk tabungan dan imbalan kerja.
Liabilitas Segera
liabilitas segera menurun 36,81% atau turun Rp.145 juta
dibandingkan Desember 2019. Penurunan ini merupakan
kewajiban bank yang harus segera dibayarkan kepada pihak
lainnya.
Simpanan Nasabah
Pada Desember 2020 simpanan nasabah dalam bentuk tabungan
naik 8,57% atau mencapai Rp.2,8 miliar dibandingkan Desember
2019. Peningkatan ini disebabkan terjadi kenaikan nasabah
penabung pada Bank.
Liabilitas Imbalan Kerja
Liabilitas Imbalan Kerja pada Desember 2020 turun 100% atau
mencapai Rp.714 juta, artinya bank sudah membayar kewajiban
imbalan kerja kepada karyawan pada periode sebelumnya.
Misi :
a. Memberi layanan perbankan Syariah dengan kualitas
prima
b. Memberi nilai tambah yang optimal bagi stakeholder
dengan tetap berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian
dan tata kelola yang baik.
c. Berpartisipasi aktif terhadap upaya Pemerintah Aceh
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
perekonomian daerah terutama dengan peningkatan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
d. Terus melakukan inovasi produk, meningkatkan
kerjasama dan sinergi dengan berbagai pihak,
memperluas daerah layanan, guna memenuhi kebutuhan
masyarakat
e. Membentuk Sumber Daya Manusia yang amanah,
kompeten dan profesional.
3. Lingkage Program
4. Pembiayaan Program
5. Pembiayaan Konsumtif
54
Rp. (ribu)
Desember 2020 Desember 2021 Nominal Growth
Kenaikan
Aset 148,799,599 178,515,657 29,716,059 19.97%
Pembiayaan 77,086,201 82,867,666 5,781,465 7.50%
DPK 79,133,724 85,313,141 6,179,417 7.81%