MANAJEMEN STRATEGI
BANKING MARKET
Oleh
Kelompok 2 :
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Peningkatan jumlah bank syariah di Tanah Air juga diimhangi oleh peningkatan
sumber daya manusia (SDM) perbankan syariah. Sayangnya, mutu SDM yang bekeria di
industri perbankan syariah masih sangat minim. Hal ini terlihat dari minimnya lulusan
program ekonomi syariah yang bekerja di industri perbankan syariah. Kondisi ini bisa jadi
karena kompensasi yang diberikan oleh perbankan syariah jauh lebih rendah ditrandingkan
kompensasi yang diberikan oleh perbankan konvensional. Akibatnya, SDM yang unggul di
bidang perbankan syariah memilih untuk tidak bekerja di perbankan syariah.
Terus tumbuhnya perbankan syariah juga disambut baik oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini dituniukkan oleh terus meningkatnya posisi dana pihak ketiga perhankan syariah dari
2005 sampai 2009. Namun demikian, persentase peningkatan dana pihak ketiga menuniukkan
angka yang kian merosot dari tahun ke tahun. Nilai dana masvarakat di bank svariah pada
akhir Juli 2008 sebesar Rp32,90 triliun, nilai tersebut lebih kecil Rp150 miliar dibandingkan
dengan dana masyarakat per akhir Juni yang sebesar Rp33,05 triliun. Hal ini dapat
dimaklumi, karena perbankan syariah menghadapi persaingan ketat bukan hanya dari sesama
perbaukan syariah, tetapi juga dari perbankan konvensional. Agresivitas perbankan
konvensional dengan menawarkan tingkat bunga simpanan yang tinggi merupakan ancaman
besar bagi perhankan syariah. Oleh karena itu, setiap bank dituntut untuk dapat menarvarkan
keungguian bersaing yang rnampu membuatnya bertahan di dalam pasar yang semakin
kompetitif. Sementara itu, dalam hal pembiayaan, jumlah non performing financing
perbankan svariah mengalami peningkatan lebih dari 100 persen seiring dengan semakin
besarnya proporsi kredit yang diberikan. Kondisi ini mengharuskan bank syariah lebih
selektif dalam nremberikan pembiayaan.
Langkah awal yang dilakukan dalam rangka membentuk BCA Svariah adalah
mentransformasi Bank UIB dari bank konvensional menjadi bank syariah. Bank ini telah
diakuisi oieh BCA pada Oktober 2008 dengan nilai akuisisi sebesar Rp242 miliar. BCA
mengakuisisi 42.500 saham yang merupakan 100 persen dari seluruh modal yang
ditempatkan di UIB. Nilai transaksi akuisisi sementara adalah Rp242.673.000.000. Dana
yang digunakan untuk membiayai proses akuisisi tersebut tidak berasai dari pinjaman. Penilai
independen yang ditunjuk oleh BCA, PT Ujatek Baru, berpendapat bahwa nilai akuisisi
tersebut merupakan nilai pasar wajar dari ekuitas atau Rp5.8 16.954 per saham atau 2,66 kali
dari nilai buku ekuitas UIB per 30 Juni 2008. Tidak hanya itu, karena BCA melihat potensi
perkembangan usaha perbankan syariah yang sangat menjanjikan dan untuk mempermudah
proses pembentukan bank baru, BCA memilih untuk mengakuisisi bank umum berskala kecil
untuk kemudian dikonversi dari bank umum menjadi bank umum syariah. Setelah melalui uji
tuntas, pilihan akuisisi akhirnya dijatuhkan pada Bank UIB karena memiliki performa
manajemen serta aset dan likuiditas yang baik berdasarkan hasil penilaian manajemen BCA.
UIB akan beroperasi sebagai anak perusahaan yang terpisah dengan BCA. Namun demikian,
dalam perkembangan usahanya, tidak menutup kemungkinan bahwa BCA akan bermitra
dengan strategic partner dalam mengembangkan bank umum syariah,
BCA telah lama dikenal masyarakat sebagai bank dengan budaya Cina yang kental.
Masuknya BCA ke pasar syariah tidak hanya untuk membidik calon nasabah muslim, tetapi
juga nasabah nonmuslim. Dukungan jumlah kantor cabang sebanyak rebih dari 889 buah;
jaringan ATM sebanyak lebih dari 6 ribu unit yang tersedia luas di seluruh pelosok Indonesia
serta fasilitas teknologi perbankan seperti jaringan internet dan mobile banking yang sudah
well-established merupakan keunggulan yang akan membuat masyarakat menerima hadirnya
BCA Syariah.