Anda di halaman 1dari 20

KESESUAIAN MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH PRODUK

KPR MENURUT FATWA DSN MUI DI BANK BJB Syariah KCP


Sumedang

Gita Zakiah 1199210025

Akuntansi Syariah , Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Sunan
Gunung Djati Bandung Jl. A.H Nasution No.105, Cibiru, Bandung 40614
Indonesia.

gitazakiah14@gmail.com

Abstrak

Berkembangnya pembangunan di era modernisasi saat ini menyebabkan kebutuhan


masyarakat akan uang semakin berkembang pesat. Maka diperlukan mekanisme
pembiayaan Murabahah menurut Fatwa DSN MUI dan analisis penerapan SWOT
terhadap pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Jabar Banten Syariah KCP Sumedang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian mekanisme pembiayaan
murabahah produk KPR menurut Fatwa DSN MUI di Bank Jabar Banten Syariah KCP
Sumedang. Metode yang digunakan yaitu kualitatif, dan data primer juga data sekunder
yang bersumber dari hasil wawancara, naskah, catatan, dokumen dll. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini, bahwa kesesuaian mekanisme pembiayaan yang dilakukan oleh Bank
Jabar Banten Syariah KCP Sumedang sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Mekanisme
pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Jabar Banten Syariah KCP Sumedang sangat
berpeluang tinggi dengan adanya peningkatan pembangunan yang dilakukan di daerah
Sumedang hal ini menjadikan suatu potensi yang sangat baik bagi pembiayaan yang
dilakukan Bank Jabar Banten Syariah. Dapat disimpulkan juga, bahwa kekuatan
memiliki poin lebih besar daripada kelemahan, sehingga peluang untuk Pembiayaan
Murabahah Produk KPR lebih besar dari pada ancamannya.
Kata Kunci: Pembiayaan, Fatwa DSN-MUI, SWOT
Abstract

The development of development in the current era of modernization causes people's


need for money to grow rapidly. Therefore, a Murabahah financing mechanism is needed
according to the Fatwa of the MUI DSN and an analysis of the application of SWOT to
financing carried out by Bank Jabar Banten Syariah KCP Sumedang. This study was
conducted to determine the suitability of the murabahah financing mechanism for KPR
products according to the Fatwa of DSN MUI at Bank Jabar Banten Syariah KCP
Sumedang. The method used is qualitative, and primary data is also secondary data
sourced from interviews, manuscripts, notes, documents etc. The results obtained from
this study, that the suitability of the financing mechanism carried out by Bank Jabar
Banten Syariah KCP Sumedang is in accordance with the Fatwa of the MUI DSN. The
financing mechanism carried out by Bank Jabar Banten Syariah KCP Sumedang has a
very high chance with the increase in development carried out in the Sumedang area, this
makes a very good potential for financing carried out by Bank Jabar Banten Syariah. It
can also be concluded that strengths have greater points than weaknesses, so the
opportunities for Murabaha Financing for KPR Products are greater than the threats.

Keywords: Financing, Fatwa DSN-MUI, SWOT

LATAR BELAKANG

Berkembangnya pembangunan di era modernisasi saat ini menyebabkan


kebutuhan masyarakat akan uang semakin berkembang pesat. Masyarakat
membutuhkan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
investasi, atau sebagai tempat untuk menghimpun dan menyalurkan dana.
Kemudian muncul lembaga keuangan yang dikenal masyarakat sebagai bank.
Menurut Adiwarman A.Karim (2011), secara umum bank adalah lembaga yang
melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan
uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian
umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah sudah
menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW.
Bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana pada masyarakat ini
dapat ditemukan dalam rumusan definisi bank yang dimuat dalam Pasal 1 angka
(2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, yang selanjutnya disebut dengan UU
Perbankan yang menyatakan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau dalam bentuk bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat”. Adapun lembaga perbankan dibedakan
menjadi dua yaitu lembaga perbankan konvensional dan perbankan syariah.

Dalam Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,


bahwa perbankan syariah merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta
cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas bank umum syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS). Bank syariah memiliki ketentuan yang berbeda dengan bank
konvensional dalam memenuhi modal serta penyaluran pembiayaan. Dapat dilihat
produk-produk bank terdiri atas tiga kategori, yaitu : produk penyaluran dana
(financing), produk penghimpunan dana (funding) dan produk jasa (services).
Keberadaan bank syariah di Jawa Barat sudah semakin banyak, khususnya di
Sumedang. Salah satunya adalah Bank Jabar Banten Syariah. Sebagai lembaga
keuangan yang terpercaya Bank BJBS membangun karakter Sumber Daya Insani
(SDI) dengan menerapkan prinsip IKHLAS yaitu integritas, kompeten, harmonis,
layanan, amanah, solusi.

Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan yang lebih dominan


dibandingkan pembiayaan lain yang ditawarkan oleh bank syariah. Murabahah
merupakan akad jual beli yang menggunakan sistem margin, pihak bank membeli
barang yang di inginkan oleh nasabah kepada penjual, lalu nasabah membeli
barang dari bank dengan keuntungan (margin) yang diberikan kepada bank sebagai
imbalan jasa bank memberi pembiayaan kepada nasabah. Pembiayaan murabahah
memberikan jaminan atas kesepakatan akad yang telah dilakukan oleh kedua belah
pihak, jaminan yang diberikan bertujuan untuk menghindari adanya pembayaran
macet yang dilakukan oleh nasabah. Jika nasabah pembiayaan murabahah
mengalami pailit atau bangkrut dalam pembayaran maka bank syariah wajib
memberi kelonggaran pembiayaan sampai nasabah yang berhutang dapat
membayar hutangnya kembali.

Seperti dijelaskan dalam Q.S. alBaqarah ayat 280 berikut ini

Artinya : “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, berilah


tangguh sampai dia berkelapangan...” (Q.S. al-Baqarah (2):280)

Penjelasan dari ayat di atas adalah jika seseorang memiliki hutang


kemudian mengalami kebangkrutan atau benar-benar tidak dapat membayar
hutang maka berilah kelonggaran sampai dapat membayar kembali hutang
tersebut. Sesungguhnya menolong orang yang kesusahan maka akan dipermudah
jalannya didunia maupun akhirat.

Bank Jabar Banten Syariah memiliki 2 jenis pembiayaan yaitu


pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. Terdapat beberapa akad yang
digunakan dalam pembiayaan Bank Jabar Banten Syariah, salah satunya yaitu
akad murabahah. Pembiayaan murabahah yang banyak diminati nasabah
diterapkan dalam bentuk Kredit Pemilikan Rumah. Kredit Kepemilikan Rumah
(KPR) adalah sebuah pembiayaan konsumtif yang digunakan sebagai cara untuk
memiliki rumah, produk pembiayaan ini memberi kemudahan untuk masyarakat
yang menginginkan tempat tinggal yang layak dan pembayarannya dapat
dilakukan dengan angsuran. Kehati-hatian sangat diperlukan bagi bank syariah
mengingat resiko dalam pembiayaan murabahah rentan terjadi. Proses realisasi
pembiayaan di Bank Syariah tidak semulus dan semudah yang dibayangkan.
Karena tidak semua nasabah memiliki karakter bisnis yang sama satu dengan yang
lain. Ketidaklancaran angsuran pembiayaan oleh nasabah menyebabkan adanya
kolektabilitas pembiayaan/penggolongan status pembiayaan.

Kolektabilitas merupakan kemampuan pembayaran pokok atau angsuran


pokok dan margin pembiayaan oleh nasabah. Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia kolektabilitas dari suatu pinjaman dapat dikelompokkan yaitu lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, macet. Kolektabilitas yang
buruk akan mempengaruhi Non Performing Finance (NPF) pada bank itu sendiri,
maka bank akan melakukan upaya untuk meminimalkan resiko pembiayaan.
Untuk meminimalisir resiko yang terjadi, masalah pengawasan merupakan bagian
paling penting. Pengawasan bank syariah lebih ditekankan dalam mengurangi
resiko dalam pelaksanaan pembayaran angsuran. Oleh karena itu, diperlukan
pengawasan dari pihak bank syariah kepada nasabah yang akan diberikan
pembiayaan, khususnya pembiayaan murabahah yang sering diterapkan di bank
syariah. Dalam kegiatan operasionalnya khususnya terkait produk dan
pengawasan, bank syariah berpedoman pada fatwa yang dikeluarkan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). DSN MUI merupakan
langkah efisiensi yang merupakan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-
isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Keberadaan bank
syariah di Indonesia masih baru berkembang sehingga terindikasi masih ada
tindakan dari pihak bank yang tidak sesuai dengan fatwa DSN-MUI. Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengawasan dan
penanganan pembiayaan murabahah produk KPR. Sehingga penulis mengambil
judul penelitian yaitu “Kesesuaian Mekanisme Pembiayaan Murabahah
Produk KPR Menurut Fatwa DSN MUI di Bank Jabar Banten Syariah KCP
Sumedang”.

PENELITIAN TERDAHULU
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis melakukan
penelaahan yang berhubungan dengan kesesuaian mekanisme pembiayaan
murabahah diantaranya:
1. Dara Setianti Kania P(2016). Mahasiswa Universitas Airlangga, dalam
jurnalnya yang berjudul “Kesesuaian Mekanisme Pembiayaan Murabahah Produk
KPR Menurut Fatwa DSN MUI di Bank Jatim Syariah Surabaya Cabang Darmo”
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dari enam indikator yaitu, harga,
denda, jaminan, penanganan pembiayaan murabahah bermasalah dan pembiayaan
macet yang disesuaikan dengan fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah, No.13/DSN-MUI/IX/2000 tentang uang muka murabahah,
No.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang sanksi atas nasabah mampu yang
menunda-nunda pembayaran, No.47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian
piutang murabahah bagi nasabah tak mampu bayar,No.48/DSN-MUI/II/2005
tentang penjadwalan kembali tagihan murabahah, dalam praktiknya Bank
Jatim Syariah telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI. Namun, ada satu poin
yakni pada penetapan denda yang tidak sesuai dengan fatwa DSN MUI terkait
besarnya jumlah denda yang berbeda tergantung dari besarnya angsuran.

2. Atha Firdaus(2018). Mahasiswa IAIN Purwokerto, dalam skripsinya yang


berjudul “ Kesesuaaian Akad Jual Beli Murabahah pada Pembiayaan KPR dengan
Fatwa DSN-MUI No. 111/dsn-mui/ix/2017 (Studi Kasus BRI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Ajibarang Banyumas).” Hasil penelitian Pembiayaan KPR di
BRI Syariah KCP Ajibarang didasarkan pada prinsip jual beli murābaḥah dengan
akad murabaḥah bil wakalah apabila calon nasabah tersebut memilih sendiri rumah
yang akan diajukan untuk pembiayaan KPR, karena nasabah mewakilkan kepada
BRI Syariah KCP Ajibarang untuk membelikan rumah pilihannya tersebut, oleh
karena itu harus dilaksanakan akad wakalah terlebih dahulu baru setelah itu dapat
dilaksanakan akad murābaḥah. Namun apabila nasabah menginginkan dari pihak
BRI Syariah KCP Ajibarang untuk mencarikan rumah maka akad Murābaḥah
dapat langsung dilaksanakan. BRI Syariah KCP Ajibarang dalam menetapkan
margin keuntungan dalam pembiayaan KPR berdasarkan flat pembiayaan. Dalam
penentuan margin keuntungan BRI Syariah KCP Ajibarang didasarkan pada
prinsip saling rido meridoi, oleh karena itu dalam menentukan margin keuntungan
yang diterima oleh BRI Syariah KCP Ajibarang dilakukan atas dasar musyawarah
dan kesepakatan antara BRI Syariah KCP Ajibarang dengan nasabah dan
diantaranya saling menerima dan mengetahui satu sama lain. Selain itu, akad jual
beli murābaḥah pada pembiayaan KPR di BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu
Ajibarang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena
berdasarkan analisis yang telah dilakukan membuktikan bahwa BRI Syariah
Kantor Cabang Pembantu 72 Ajibarang telah menerapkan akad jual beli
murābaḥah sesuai dengan hukum Islam yang berlaku dengan mengacu pada
ketentuan Fatwa yang ditetapkan oleh DSN-MUI No. 111/DSN-MUI/IX/2017
tentang jual beli murabaḥah.

3. Muhammad, Afgari(2018). Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta,


dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Akad Murabahah pada Pembiayaan
KPR Syariah Berdasarkan Fatwa DSN MUI Di BTN Syariah Cabang Harmoni”.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa regulasi Pembiayaan murabahah yang
dipraktikan di BTN Syariah cabang Harmoni dalam pembiayaan KPR Syariah
adalah dengan skema murabahah bil wakalah dimana BTN Syariah memberikan
kuasa kepada nasabah untuk membeli barang pesanannya. Selanjutnya,
Implementasi fatwa DSN-MUI tentang murabahah terhadap praktik pembiayaan
KPR Syariah yang dilaksanakan oleh BTN Syariah cabang Harmoni sudah sesuai,
terutama dalam model pembiayaan murabahah bil wakalah dan perlakuan bagi
nasabah yang mengalami penurunan kemampuan angsuran.

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian ilmiah, metode penelitian merupakan satuan


sistem yang harus dicantumkan dan dilaksanakan selama proses penelitian tersebut
dilakukan. Metode penelitian digunakan oleh penulis yaitu pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten Syariah
KCP Sumedang. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena dalam penelitian
terkait kesesuaian fatwa DSN MUI dalam prosedur penanganan pembiayaan
murabahah ditujukan untuk memahami sebuah fakta di balik fenomena guna
mendapatkan gambaran secara jelas tentang kondisi sebenarnya dalam penanganan
pembiayaan murabahah pada produk KPR.

Teknik pengambilan data menggunakan jenis pengambilan data yaitu:


a. Wawancara
Wawancara adalah mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula, dan dilakukan dengan
tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam penelitian ini
penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait seperti Account
Officer, Customer Service, dan karyawan lain yang ada di Bank Jabar Banten KCP
Sumedang
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda
tertulis, seperti buku-buku, dokumen, dan peraturan-peraturan. Cara pengumpulan
data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip teori yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan
data melalui dokumentasi dari dokumen-dokumen di Bank Jabar Banten Syariah
KCP Sumedang.
c. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu mengumpulkan data-data dengan cara mengkaji buku-buku, situs website,
serta referensi lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada di dalam judul
penelitian ini. Analisis data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang diperoleh;
b. Mengklasifikasikan seluruh data yang masuk;
c. Mengkaji data-data yang terpilih;
d. Menghubungkan data dan teori yang sudah dikemukakan dalam kerangka
pemikiran; dan
e. Menarik kesimpulan.

PEMBAHASAN
A. Konsep Mekanisme Pembiayaan

1. Pengertian Mekanisme

Mekanisme pada dasarnya merupakan sebuah kata serapan yang berasal


dari bahasa Yunani yaitu kata mechane yang memiliki arti sebuah instrumen,
perangkat beban, peralatan dan kata mechos yang memiliki arti sebuah metode,
sarana, dan teknis menjalankan suatu fungsi. Ada banyak sekali definisi mengenai
mekanisme yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dari para ahli.
Mekanisme dapat diartikan sebagai sebuah pandangan yang menggambarkan
interaksi antar beberapa bagian yang ada dalam suatu sistem tertentu. Mekanisme
dapat diartikan sebagai sebuah teori mengenai gejala yang dapat dijelaskan dengan
menggunakan prinsip-prinsip yang bisa dipakai untuk menjelaskan sistem kerja
mesin-mesin tanpa menggunakan bantuan inteligensi sebagai sebuah sebab
ataupun prinsip kerja.

Menurut ahli mekanisme dapat diartikan dalam 4 (empat) pengertian.


Pertama, mekanisme adalah pandangan bahwa interaksi bagian- bagian dengan
bagian-bagian lainnya dalam suatu keseluruhan atau fungsi sesuai dengan tujuan.
Kedua, mekanisme adalah teori bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin tanpa
bantuan inteligensi sebagai suatu sebab atau prinsip kerja. Ketiga, mekanisme
adalah teori bahwa semua gejala alam bersifat fisik dan dapat dijelaskan dalam
kaitan dengan perubahan material atau materi yang bergerak. Keempat,
mekanisme adalah upaya memberikan penjelasan mekanis yakni dengan gerak
setempat dari bagian yang secara intristik tidak dapat berubah bagi struktur
internal benda alam dan bagi seluruh alam.(Dijelaskan oleh Mulyono selaku
Kepala Sumber Daya Operasi dan Siaga Pencarian dan Pertolongan).

2. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan


dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
Menurut Kasmir (2008:96).

Sedangkan dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan


pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Namun, dalam perbankan
pembiayaan dikaitkan dengan bisnis di mana pembiayaan merupakan pendanaan
baik aktif maupun pasif yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah
dan bisnis merupakan aktivitas berupa jasa, perdagangan dan industri guna
memaksimalkan nilai keuntungan.

Selain itu pembiayaan juga merupakan suatu proses mulai dari analisis
kelayakan pembiayaan sampai pada realisasinya. Namun realisasi atau kesesuaian
pembiayaan bukanlah tahap terakhir proses pembiayaan. Setelah kesesuaian
pembiayaan, maka pihak bank syariah perlu melakukan pemantauan dan
pengawasan pembiayaan. Pengawasan profuk serta kegiatan operasional
pembiayaan pada bank syariah diatur dalam fatwa DSN MUI.

3. Pengertian Mekanisme Pembiayaan

Menurut Ascarya (2013), mekanisme pembiayaan maksudnya adalah


Metode yang harus dilalui sebelum sesuatu pembiayaan diputuskan untuk
dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam menilai
kelayakan suatu permohonan pembiayaan. Maka mekanisme pembiayaan dapat
menjadi jembatan penyeimbang dan penyaluran kelebihan dana yang ditampung
oleh perbankan untuk disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana untuk dapat
dikelola kembali agar mendapatkan hasil yang menguntungkan atau surplus.

B. Konsep Pembiayaan Murabahah Produk KPR

1. Pengertian Akad Murabahah

Menurut(Karim,2007:113) murabahah adalah akad jual beli barang dengan


menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Pembiayaan murabahah
selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad,sedangkan pembayaran dilakukan
secaratangguh/cicilan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan akad murabahah lebih mudah perhitungannya karena harga sudah
ditetapkan di awal. Akad murabahah ini biasa diterapkan dalam pembiayaan
untuk pengadaan alat investasi serta kebutuhan konsumtif masyarakat. Murabahah
sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan dana untuk kebutuhan yang
mendesak sedangkan pembayarannya dapat dilakukan dengan cara angsuran.
Pembiayaan ini juga biasa dimanfaatkan oleh sektor usaha yang memiliki
keterbatasan modal untuk memenuhi kebutuhan alat-alat produksinya,sehingga
membutuhkan lembaga keuangan yang mampu menyalurkan pembiayaan dengan
menggunakan akad jual beli tangguh. Untuk menggambarkan alur transaksi
murabahah secara umum dapat dilihat pembiayaan murabahah dapat dijelaskan
pertama bank dan nasabah melakukan negosiasi atau kesepakatan untuk transaksi
akad, diantaranya yaitu harga, berapa keuntungan yang di terima oleh pihak bank,
serta kesepakatan uang muka yang diberikan diawal perjanjian. Kedua, terjadi
kesepakatan akad jual-beli antara pihak bank syariah dan nasabah. Ketiga, bank
membeli pesanan nasabah kepada penjual atau produsen. Keempat, produsen
mengirim barang pesanan nasabah yang dipesan melalui bank syariah. Kelima,
nasabah menerima barang pesanannya. Keenam, setelah nasabah menerima barang
pesanan nasabah membayar menggunakan sistem akad murabahah secara tangguh
dengan kesepakatan keuntungan yang diterima oleh pihak bank.
2. Fatwa DSN MUI tentang Pembiayaan Murabahah

Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan laba atau
tambahan (Ascarya,2011:19). Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor04/DSNMUI/IV/2000 tentang murabahah.
Menurut Moh.Rifa’i(2002), murabahah dalam konsep perbankan syariah
merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam jual beli murabahah penjual atau bank harus memberitahukan
bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya. Aplikasi pembiayaan murabahah pada bank syariah dapat
digunakan untuk pembelian barang konsumsi maupun barang dagangan
(pembiayaan tambah modal) yang pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh
(jatuh tempo/angsuran).

Pembentukan DSN MUI merupakan langkah efisiensi dan koordinasi


para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi
keuangan. Berbagai masalah yang memerlukan fatwa akan ditampung dan
dibahas bersama agar diperoleh kesamaan pandangan dalam penanganannya oleh
masing-masing Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ada di lembaga keuangan
syariah. Fatwa DSN-MUI yang mengatur murabahah terdapat pada fatwa
no.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, fatwa no. 13/DSN-MUI/IX/2000
tentang uang muka murabahah, fatwa no.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang sanksi
menunda pembayaran, fatwa no.47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian
piutang murabahah, dan fatwa no.48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan
kembali tagihan murabahah.

Hasil Penelitian

1. Profil Perusahaan
Berdirinya Bank Jabar Banten Syariah diawali dengan pembentukan
Divisi/Unit Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan
syariah pada saat itu.
Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah, manajemen PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa untuk
mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program Bank Indonesia
yang menghendaki peningkatan share perbankan syariah, maka dengan persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. diputuskan untuk menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum
Syariah. Hingga saat ini bank bjb syariah berkedudukan dan berkantor pusat di Kota
Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8 (delapan) kantor cabang, kantor
cabang pembantu 55 (lima puluh lima), jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang
tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan 49.630 jaringan
ATM Bersama. Adapun visi dan misi dari Bank Jabar Banten KCP Sumedang yaitu:
Visi
Menjadi 5 Bank Syariah Terbesar di Indonesia Berkinerja Baik dan Menjadi Solusi
Keuangan Pilihan Masyarakat
Misi
1) Memberi Layanan Perbankan Syariah kepada masyarakat di Indonesia dengan
Kualitas prima melalui inovasi produk, kemudahan akses, dan Sumber Daya Insani
yang profesional.
2) Memberi nilai tambah yang optimal bagi stakeholder dengan tetap berpegang teguh
pada prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik.
3) Mendorong pertumbuhan perekonomian daerah terutama dengan peningkatan
Usaha Kecil, dan Menengah (UKM).

2. Penerapan Analisis SWOT pada Kesesuaian Mekanisme Pembiayaan


Murabahah Produk KPR

Semakin berkembangnya zaman, berbagai persaingan dalam tiap bidang


kehidupan semakin meningkat. Terutama dalam bidang keuangan, untuk menghadapi
banyaknya persaingan di bidang jasa keuangan khususnya perbankkan, ada hal-hal yang
perlu dipertimbangakan sebelum menentukan suatu pembiayaan produk diantaranya
diawali dengan melakukan analisis swot, dimana ia menilai empat hal, yaitu: Kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui analisis
swot yang dilakukam oleh Bank Jabar Banten Syariah KCP Sumedang. Hasil yang
diperoleh dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kesesuaian
mekanisme pembiayaan murabahab produk KPR Menurut Fatwa DSN MUI di Bank
Jabar Banten Syariah KCP Sumedang, antara lain sebagai berikut:
a. Kekuatan (strengths)
Kekuatan menggambarkan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan untuk
membantu perusahaan dalam melayani pelanggannya dan mencapai tujuannya.
Produk pembiayaan murabahah KPR syariah pada BJB Syariah KCP Sumedang
memiliki keunggulan dalam hal angsuran. Angsuran yang ada pada produk KPR di
bank ini memiliki angsuran yang tetap dari awal cicilan hingga akhir. Selain itu
produk KPR di bank ini juga memiliki keunggulan yaitu terdapat jenis subsidi yang
dapat memperingan baiaya cicilan. Hal ini dapat menjadikan keunggulan untuk
bank tersendiri agar dapat menarik minat pada kreditur agar lebih menguntungkan
nasabah dan juga menambah keuntungan untuk bank itu sendiri. Adapun
pembiayaan syariah ini lebih menguntungkan karenanya dengan adanya syariah ini
dapat menambah nilai kepercayaan nasabah kepada bank. Karena pada dasar
landasan syariah saja sudah jelas berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah yang
mana didalamnya juga memuat nilai-nilai keadilan dan kejujuran. Sehingga
insyaallah dalam praktiknya pembiayaan syariah ini lebih terpercaya.
b. Kelemahan (weaknesses)
Kelemahan merupakan keterbatasan internal dan faktor situasional yang dapat
menghalangi performa perusahaan dalam memasarkan produk tabungan Haji.
Kelemahan pada Bank Jabar Banten Syariah KCP Sumedang terdapat pada
banyaknya kredit macet yang ada pada pembiayaan produk KPR di Bank BJBS.
Hal ini sangatlah krusial, mengingat adanya kredit macet ini sangat berpengaruh
terhadap keberlangsungan pembiayaan selanjutnya. Dimana jika banyak kredit
yang macet maka pembiayaan kedepannya pun akan macet karena dana yang
harusnya digolangkan kembali untuk membiayaai pembiayaan lainnya akan
terhambat karenaa adanya kredit macet tersebut. Hal ini sangat menjadi kelemahan
untuk pembiayaan KPR itu tersendiri. Hal ini harus diatasi dengan baik dan benar
agar dana yang ada tersebut tidak macet pada nasabah. Oleh karena itu, kita perlu
lebih spesifik atau lebih cermat lagi dalam menilai dan memilih nasabah mana
yang layak dan tidak layak untuk diberikan pembiayaan. Agar kedepannya tidak
terjadi kredit macet yang dapat menjadi kelemahan bagi bank.
c. Peluang (opportunities)
Peluang merupakan faktor yang berasal dari lingkungan yang dapat membantu
perusahaan dalam memasarkan produk pembiayaan KPR.. Berdasarkan analisa
yang dilakukan oleh penulis, peluang Bank Jabar Banten Syariah terletak pada
sistem pembangunan yang ada di daerah Sumedang. Dengan banyaknya
pembangunan yang sedang dilangsungkan di Sumedang tentunya dapat menjadi
suatu peluang untuk produk pembiayaan KPR ini. Dimana pembangunan-
pembangunan tersebut dapat membuka lahan para pegawai bank untuk
memasarkan produk pembiayaan KPR ini. Terlebih produk pembiayaan KPR ini
berbasis syariah. Hal ini semakin mendukung peluang untuk meningkatnya
pembiayaan syariah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi karena dengan adanya
pembiayaan syariah ini kita dapat menarik minat nasabah untuk mengambil
pembiayaan ini berdasarkan dengan ketentuan syariah yang ada. Maka sudah jelas
prospek kedepannya pembiayaan syariah di bank BJBS ini sangat menguntungkan.
Dengan banyaknya pembangunan yang sedang berlangsung di Sumedang dan juga
prinsip-prinsip syariah yang dianut oleh pembiayaan KPR ini dapat menjadi suatu
peluang yang pasti untuk meningkatkan pembiayaan KPR ini.
d. Ancaman (threats)
Ancaman merupakan faktor pada lingkungan eksternal yang tidak menguntungkan
untuk pihak bank. Ancaman dalam pemasaran produk pembiayaan KPR adalah
persaingan antar bank-bank syariah lainnya di wilayah Sumedang yang juga
memiliki produk pembiayaan. Selain itu hal yang menjadi ancaman selanjutnya
adalah adanya PHK masal. Hal ini sangat menjadi ancaman bagi pihak bank itu
sendiri maupun untuk para pegawai. Karena dengan adanya PHK masal ini dapat
menghambat kinerja dari para pegawai bank. Hal ini juga dapat membuat
pembiayaan KPR ini akan menurun dan akhirnya tidak sesuai dengan targetan yang
telah dibuat.

Tabel 1
Analisis SWOT Strategi Pemasaran
No Kekuatan Peluang

1. Angsuran yang tetap sampai akhir Citra Perusahaan yang baik

2 Menyediakan KPR syariah Banyaknya pembangunan di daerah


bersubsidi Sumedang

3 Keamanannya lebih terjamin karena Menambah kepercayaan nasabah


berdasarkan prinsip syariah

No Kelemahan Ancaman

1 Banyaknya kredit macet Banyaknya produk Syariah sejenis dengan


keunggulan yang ditawarkan dari Bank
Syariah lain

2 Perkembangan produk KPR banyak


mengalami kerugian

Berdasarkan hasil uraian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di atas,


dalam hal ini penulis membuat tabel yang berisikan poin-poin dalam analisis tersebut.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan memiliki poin lebih besar
dari pada kelemahan, sehingga peluang untuk Produk Tabungan Haji lebih besar dari
pada ancamannya.
Ada beberapa aspek yang dilakukan Bank Jabar Banten Syariah dalam
kesesuaian mekanisme murabahah pada produk pembiayaan KPR menurut Fatwa DSN
MUI tersebut. Dalam pemilihan target pasar, yaitu:
a) Bank Jabar Banten Syariah melakukan Persyaratan dan Prosedur. Persyaratan dan
prosedur yang dilakukan sudah tepat, karna BJBS mensyaratkan pembiayaan ini
diperuntukkan kepada karyawan dan wiraswasta atau dengan kata lain yang
mempunyai pendapatan fix income. Untuk itu diperlukan slip gaji selama 3 bulan
terakhir yang dapat digunakan sebagai objek analisis pendapatan nasabah tetap atau
tidak. Apabila hasil dari pendapatan nasabah tersebut tidak tetap atau non fix income
maka pihak bank tidak dapat memberikan pencairan pada pembiayaan tersebut.
b) Bank Jabar Banten Syariah melakukan penetapan harga KPR, Biaya dan Uang Muka
Berdasarkan analisa yang dilakukan penulis harga KPR, Biaya dan Uang Muka akan
diberitahukan oleh pihak bank. Pihak bank memberitahukan harga asli rumah,
biaya yang harus dibayar nasabah, serta margin yang didapat oleh bank di awal
perjanjian. Untuk melakukan pembiayaan awal, nasabah harus menyetorkan
uang muka yang sudah ditentukan pihak bank mengikuti kebijakan BI tentang
adanya LTV(Loan toValue). LTV merupakan pembatasan pembiayaan untuk
rumah >70m2 rumah pertama sebesar 85%, rumah kedua 75%,rumah ketiga 65%
dan seterusnya.
c) Bank Jabar Banten Syariah melakukan penetapan jaminan. Berdasarkan analisa yang
dilakukan penulis Bank tersebut menetapkan jaminan dalam pembiayaan KPR ini.
Jaminan yang diberikan oleh nasabah berupa sertifikat rumah yang menjadi obyek
pembiayaan. Rumah tersebut harus memiliki SHM (Sertifikat Hak Milik) atau
SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) dan harus memiliki legalitas yang sah.
Kriteria rumah yang menjadiobyek pembiayaan seperti jalan depan rumah harus
dapat dilalui mobil, letaknya strategis, tidak dekat dengan sampah dan makam.
Jaminan tersebut digunakan apabila terjadi kredit macet oleh nasabah maka pihak
bank dapat menjual kembali rumah tersebut.

SIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian tentang Kesesuaian Mekanisme Pembiayaan
Murabahah pada Produk KPR Menurut Fatwa DSN MUI di Bank Jabar Banten Syariah
KCP Sumedang dari tiga indikator yaitu, persyaratan, prosedur, harga, dan jaminan, yang
disesuaikan dengan fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah,
No.13/DSN-MUI/IX/2000 tentang uang muka murabahah, dalam praktiknya Bank Jabar
Banten Syariah telah sesuai dengan fatwa DSN MUI. Dan Bank Jabar Banten Syariah
telah melaksanakan mekanisme yang ada pada fatwa DSN MUI sesuai dengan fatwa yang
telah dibuat oleh Dewan Syariah Nasional. Bank Jabar Banten Syariah juga
mensosialisasikan dirinya sebagai mitra bisnis yang amanah dan maslahah, sebagai
lembaga keuangan yang tugas pokoknya mengumpulkan dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat.

Penerapan Analisis Swot pada Mekanisme Pembiayaan Murabahah Produk KPR


BJBS, yaitu: 1) Kekuatan, terdapat kekuatan dalam angsuran yang tetap hingga akhir
masa jatuh tempo, adanya pembiayaan yang memiliki subdisi secara syariah
meringankan para nasabah dalam melakukan pinjaman, dan juga kelebihan dalam segi
keamanan karena menggunakan prinsip syariah 2) Kelemahan, Kelemahan pada Bank
Jabar Banten Syariah KCP Sumedang terdapat banyaknya kredit macet 3) Peluang adanya
peluang yang besar dalam pembiayaan produk KPR karena di daerah Sumedang sedang
melaksanakan pembangunan secara skala yang cukup besar juga sehingga dapat menjadi
peluang dalam pemasaran produk KPR ditambah citra perusahaan sebagai mitra bisnis
yang amanah dan maslahah akan semakin menambah kepercayaan nasabah pada Bank
Jabar Banten Syariah. 4) Ancaman, terdapatnya ancaman pada pembiayaan produk KPR
adalah banyaknya persaingan dalam pemasaran pembiayaan dengan bank syariah lainnya,
selain itu juga pembiayaan syariah ini sering mengalami kerugian.

SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka saran yang diberikan kepada Bank Jabar
Banten Syariah KCP Sumedang dalam tinjauan terhadap kesesuaian mekanisme
pembiayaan murabahah produk KPR menurut Fatwa DSN-MUI , yaitu: 1) Meningkatkan
kualitas pelayanan kepada nasabah BJBS, agar nasabah mendapatkan kenyamanan dan
merasa aman dalam menunggu antrian. 2) Meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam
meninjau berbagai persyaratan mengenai mekanisme pembiayaan produk KPR.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, A. Karim.(2011). Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:


Rajawali pers.

Afgari, Muhammad. (2018). Penerapan Akad Murabahah Pada Pembiayaan Kpr


Syariah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Di BTN Syariah Cabang Harmoni.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Asruni, Andi (2021). ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR:


4/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG AKADMURABAHAH DALAM
PENERAPAN HAK MILIK (STUDI PADA BANK MUAMALAT KCP
PAREPARE). Undergraduate thesis, IAIN Parepare.

Firdaus, Atha. (2018). Kesesuaian Akad Jual Beli Murābaḥah Pada Pembiayaan
KPR Dengan Fatwa DSN-Mui No. 111/Dsn-Mui/Ix/2017 (Studi Kasus Bri
Syariah Kantor Cabang Pembantu Ajibarang Banyumas). Skripsi. IAIN
Purwokerto.

Kania, Dara Setianti.(2016). Kesesuaian mekanisme pembiyaan murabahah


produk KPR Menurut Fatwa DSN MUI di Bank Jatim Syariah Surabaya
Cabang Darmo. Vol.3 . No.3 . hal. 238-242.

Kasmir. (2001). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Komariyah, Yuli. 2017. MEKANISME PENYALURAN PEMBIAYAAN


MELALUI AKAD MURABAHAH DI PT. BPRS AMAN SYARIAH
SEKAMPUNG.Tugas Akhir.Ekonomi&Bisnis Islam.Perbankan Syariah.

Rifa‟i, Moh.(2002). Konsep Perbankan Syariah. Semarang : CV. Wicaksana.


Lampiran 2

REALISASI PROGRAM KERJA PESERTA

NAMA PERUSAHAAN : Bank BJB Syariah

ALAMAT PERUSAHAAN : Jl. Mayor Abdurahman No.127, Kotakaler, Kec.

Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang

PESERTA : Gita Zakiah

No Program yang Hambatan dan


Realisasi Program
direncanakan Tindak Lanjut
1 Input Data Register
Terealisasi
Pembiayaan
2 Sosialisasi KPR Terealisasi
3 Pelaksanaam Akad Terealisasi
2 Pemberkasan Dokumen Terealisasi
KPR

Bandung, 06 Oktober 2022

Dosen Pembimbing Lapangan Mahasiswa

Mia Lasmi Wardiah, S.P., M.Ag. Gita Zakiah


NIP. 196808192002122002 NIM. 1199210025
Lampiran 5

FORM PENILAIAN BIMBINGAN PPL

Nama : Gita Zakiah

NIM : 1199210025

Jurusan/Program Studi : Akuntansi Syariah

Judul Laporan PPL : Kesesuaian Mekanisme Pembiayaan Murabahah


Produk KPR Menurut Fatwa DSN MUI di Bank Bjb Syariah Kcp Sumedang.

Nilai Nilai Akhir


No Aspek Yang Di Nilai
A B C D (0-100)
1 Proses Pencarian Masalah
2 Relevansi Masalah dengan Tujuan
Penelitian
3 Ketetapan Merumuskan Anggapan
Dasar/Hipotesis/Problematik
4 Metode Teknik Penelitian yang Digunakan
5 Pengelolaan Data yang Digunakan
6 Relevansi, Tujuan, Problematika,
Kesimpulan, dan Saran
7 Ketetapan Penggunaan Bahan Pustaka
8 Bahasa yang Digunakan
9 Kesungguhan dalam Menyelesaikan
Laporan
Total Akhir

Bandung, 06 Oktober 2022


Dosen Pembimbing Lapangan

Mia Lasmi Wardiah, S.P., M.Ag.


NIP. 196808192002122002

Anda mungkin juga menyukai