Disusun oleh :
Kelompok 3
Muh. Ali Zulkifli Sardar (196602033)
Nofaldi Carolis Ganggali (196602055)
Andi Muh. Rizqy (196602068)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Penyebab Timbul dan Penerapan PSAK 71, 72 Dan 73 ” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tugas dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Topik Khusus Akuntansi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembanca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jusbair Baheri,
SE.,MSA.,Ak. , selaku dosen Topik Khusus Akuntansi yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
JUDUL..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
3.1 Kesimpulan..............................................................................................14
3.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Berawal dari permasalahan krisis global pada tahun 2008, PSAK 71 (IAI,
2017) yang menggantikan PSAK 50, 55, 60 diterbitkan oleh Dewan Standar
Akuntasi Keuangan (DSAK) pada tahun 2017 dan diberlakukan efektif pada 1
3
Januari 2020 (IAI, 2017). Dalam PSAK 71 (2017) diberlakukan metode expected
loss untuk melakukan pencadangan piutang. Metode tersebut
memperhitungkan kemungkinan (probabilitas) adanya penurunan nilai dimasa
mendatang akibat perubahan ekonomi yang berdampak pada risiko kredit. Oleh
karena itu, perhitungan penurunan nilainya mengandalkan data historikal, saat
ini, dan ekspektasi di masa depan. Metode expected loss mulai diperhitungkan
pada saat pemberian kredit diawal (early recognition) tanpa harus menunggu
adanya kerugian/penurunan nilai (Ardhienus,2019). Beberapa penelitian dengan
menggunakan data perusahaan di Indonesia telah mengulas pencadangan piutang.
4
Perkembangan zaman membuat organisasi internasional seperti FASB
Internasional seperti IASB (International Accounting Standars Board) serta
FASB (Financial Accounting Standars Board) mengesahkan International
Financial Reporting Standar (IFRS) di bula Mei 2014 (IFRS, 2014). Mengetahui
hal tersebut, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) akhirnya mengabsahkan PSAK 72:
Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan tepatnya di bulan juli 2017 pada
tanggal 26. Karena PSAK 72 merupakan adopsi dari IFRS 15 tentang Revenue
from contracts with customers. Lahirnya PSAK 72 mensubstitusi PSAK yang
ditetapkan sebelumnya seperti PSAK No. 23 dan PSAK No. 34 atas Pendapatan
dan Kontrak Kontruksi, ISAK No. 21 dan ISAK No. 27 atas Perjanjian konstruksi
real estat dan Pengalihan aset dari pelanggan, serta PSAK 44 atas Akuntansi
aktivitas pengembangan real estate (IAI, 2017)
5
kinerja keuangan entitas penyewa yang telah melakukan penerapan dini PSAK 73
di tahun 2019.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab munculnya PSAK 71, 72 dan 73.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK 71, 72 dan 73
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 PSAK 71
Muhammad Nizar Arifullah (2021), Berawal dari permasalahan
krisis global pada tahun 2008, PSAK 71 (IAI, 2017) yang menggantikan
PSAK 50, 55, 60 diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntasi Keuangan
(DSAK) pada tahun 2017 dan diberlakukan efektif pada 1 Januari 2020
(IAI, 2017). Dalam PSAK 71 (2017) diberlakukan metode expected loss
untuk melakukan pencadangan piutang. Metode tersebut
memperhitungkan kemungkinan (probabilitas) adanya penurunan nilai
dimasa mendatang akibatperubahan ekonomi yang berdampak pada
risiko kredit. Oleh karena itu, perhitungan penurunan nilainya
mengandalkan data historikal, saat ini, dan ekspektasi di masa depan.
Metode expected loss mulai diperhitungkan pada saat pemberian kredit
diawal (early recognition) tanpa harus menunggu adanya
kerugian/penurunan nilai (Ardhienus,2019).Beberapa penelitian dengan
menggunakan data perusahaan di Indonesia telah mengulas pencadangan
piutang. Khotmi & Kartini (2015) menyimpulkan bahwa secara garis besar
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pada PT. Bank NTB telah
sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 50 Penyajian dan
PSAK 55 pengakuan dan pengukuran.
7
Rating Based Approach(A-IRB Approach), yaitu dengan
mengembangkan Basel II Risk Parametermodel Probability of
Default(PD), Loss Given Default(LGD) dan Exposure At Default( EAD)
untuk segmen whole, Retail, dan Consumer. SVP Strategy & Performance
ManagamentBank Mandiri mengatakan bahwa perseroan juga telah
memitigasi dampak yang muncul atas penerapan PSAK 71 (2017).
Implementasi PSAK 71 (2017) dengan asumsi penurunan CAR sebesar
125 bps maka akan ada penambahan CKPN sekitar 12 triliun. Namun
nilai ini belum final karena yang menjadi acuan adalah laporan
keuangan 2019 Persiapan yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia
(BRI) termasuk juga dengan perusahaan anak yaitu BRI Agro Niaga,
Direktur Keuangan BRI mengatakan bahwa BRI telah melakukan
perhitungan sementara memang BRI membutuhkan tambahan
pembentukan CKPN sekitar 8 Triliun rupiah. Namun Nilai tersebut
masih belum nilai pasti karena yang akan menjadi acuan adalah
Laporan Keuangan di akhir tahun 2019 (keuangan.kontan.co.id).
Berdasakan Annualy Report BRI diadakan pelatihan serta pendidikan
terkait implementasi PSAK 71 mulai dari Dewan Komisaris, Direksi,
Komite-komite, Sekretaris Perusahaan, hingga Unit Audit Internal.
2.1.2 PSAK 72
Anggraini Fitria (2021), Perkembangan zaman membuat
organisasi internasional seperti FASB Internasional seperti IASB
(International Accounting Standars Board serta FASB (Financial
Accounting Standars Board) mengesahkan International Financial
Reporting Standar (IFRS) di bula Mei 2014 (IFRS, 2014). Mengetahui hal
tersebut, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) akhirnya mengabsahkan PSAK
72: Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan tepatnya di bulan juli 2017
pada tanggal 26. Karena PSAK 72 merupakan adopsi dari IFRS 15 tentang
Revenue from contracts with customers. Lahirnya PSAK 72 mensubstitusi
PSAK yang ditetapkan sebelumnya seperti PSAK No. 23 dan PSAK No.
8
34 atas Pendapatan dan Kontrak Kontruksi, ISAK No. 21 dan ISAK No.
27 atas Perjanjian konstruksi real estat dan Pengalihan aset dari pelanggan,
serta PSAK 44 atas Akuntansi aktivitas pengembangan real estate (IAI,
2017). Karena adanya perubahan standar yang berlaku di Indonesia,
Wisnantiasri (2018) menyatakan bahwa ada beberapa sektor yang dapat
terpengaruh dengan adanya perubahan standar ini, yaitu sektor industri
konstruksi, telekomunikasi, manufaktur dan retail. PSAK 72 memiliki
ketentuan dalam pengakuan pendapatannya, yang terdiri dari 5 tahapan
atau five step model sebagai syarat analisis transaksi yang dilakukan
entitas berdasarkan kontrak sebagai berikut: a) Mengidentifikasi kontrak,
b) Mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan, c) Menentukan harga
transaksi, d) Mengalokasi harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan,
dan e) Mengakui pendapatan selama entitas memenuhi kewajiban
pelaksanaan (IAI, 2017).
2.1.3 PSAK 73
Firmansyah (2020), Perubahan praktik akuntansi sewa secara
signifikan berpengaruh terhadap pelaporan keuangan penyewa dengan
diterbitkannya IFRS 16. Oleh karena itu, DSAK IAI (Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia) pada 18 September 2017
menerbitkan PSAK 73 tentang sewa yang mengadopsi IFRS 16 dan
mencabut PSAK 30 yang berlaku sebelumnya. PSAK 73 mulai berlaku
efektif 1 Januari 2020, dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal
bagi penyewa. PSAK ini mengharuskan penyewa untuk mengakui rightof-
use aset (aset hak guna) dan lease liabilities (liabilitas sewa). PSAK 73
membawa dampak pada sewa operasi Bunga Rampai: Studi Kasus
Akuntansi Keuangan 314 yang diperlakukan sama dengan pengakuan dan
pelaporan sewa pembiayaan oleh penyewa. Ini menjadi sangat krusial
karena mulai di tahun ini (2020), seluruh entitas bisnis di Indonesia wajib
menerapkan standar tersebut dalam menyajikan laporan keuangan mereka
terkait sewa. Penerapan dini PSAK 73 (IAI, 2017) diperkenankan
9
terhitung efektif mulai 1 Januari 2019 bagi entitas bisnis yang telah
menerapkan PSAK 72 (IAI, 2017) tentang Pendapatan dari Kontrak
dengan Pelanggan. Sebagai acuan bagi seluruh entitas bisnis di Indonesia
dalam menerapkan PSAK 73 efektif di tahun 2020, penelitian ini memiliki
tujuan untuk menganalisis implikasi terhadap perubahan kebijakan
akuntansi, pelaporan, dan kinerja keuangan entitas penyewa yang telah
melakukan penerapan dini PSAK 73 di tahun 2019.
10
instrument modal dalam bentuk saham atau lainnya yang memenuhi
persyaratan, agio atau disagio yang berasal dari penerbitan instrument
modal pelengkap, cadangan umum aset produktif (penyisihan
penghapusan aset) yang wajib dibentuk (maksimal 1,25% ATMR Risiko
Kredit), Cadangan Tujuan, faktor pengurang modal tier 2. Penurunan
yang terjadi pada car salah satunya didasarkan pada eraturan praktis
akuntansi yang berbeda dalam beberapa hal dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia dan PSAK 71 (2017) termasuk dalam hal yang
mengakibatkan adanya penurunan CAR.
2.2.2 PSAK 72
Mu’minatus Sholichah (2021), PT Madsumaya Indo Seafood
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembekuan udang dan
ikan. Perusahaan ini mengolah hasil laut menjadi produk frozen food yang
di ekspor ke berbagai negara seperti China, Perancis, Jepang dan Amerika
Serikat. PT Madsumaya Indo Seafood meupakan perusahaan yang belum
go public, oleh karena itu dimungkinkan untuk menganalisis penerapan
akuntansi terkait pengakuan pendapatan, yang harus disesuaikan dengan
PSAK No. 72 terkait pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sehingga
laporan keuangan perusahaan dapat mencerminkan laporan keuangan yang
akurat dan juga menjadi informasi bagi pengguna laporan keuangan.
Waktu pengakuan pendapatan yang diterapkan dalam penjualan ekspor
tanpa L/C di perusahaan adalah menggunakan metode accrual basis, yaitu
diakuinya pendapatan sebelum kas benar-benar sudah diterima. Tentunya
hal ini berbanding terbalik dengan PSAK 72 yang mengakui pendapatan
apabila semua isi kontrak telah diselesaikan termasuk dalam hal
pembayaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian yang dinamakan “Analisis Pengakuan Pendapatan Berdasarkan
PSAK No.72 Pada Penjualan Ekspor Udang PT. Madsumaya Indo
Seafood”
11
Ada dampak yang akan ditimbulkan dari penerapan antara sebelum
diterapkannya PSAK 72, yaitu PSAK 23 dan apabila standar keuangan
yang baru tersebut diterapkan. Dalam PSAK 23, pengakuan dapat
dilakukan dengan progresi bulanan, dan terdapat piutang. Dan apabila
menerapkan PSAK 72, pengakuan pendapatan dilakukan saat kontrak
selesai ketika semua hak dan kewajiban sudah diserah terimakan 100%.
dan tidak akan ada piutang yang dicatat apabila diterapkan PSAK yang
baru ini.
2.2.3 PSAK 73
Firmansyah (2020), Penerapan dini PSAK 73 efektif mulai 1
Januari 2019 berdampak pada perubahan kebijakan akuntansi baru PT
Unilever Indonesia Tbk. Penerapan secara Bunga Rampai: Studi Kasus
Akuntansi Keuangan 336 retrospektif mengharuskan PT Unilever
Indonesia Tbk untuk menyajikan kembali informasi komparatif pada
laporan keuangan dalam 3 periode dan dibutuhkannya pengungkapan pada
CaLK untuk akun-akun yang terkait penyajian kembali dengan melakukan
penyesuaian. Penerapan PSAK 73 memiliki dampak terkait dengan
akuntansi sewa PT Unilever Indonesia Tbk yang meliputi identifikasi
kontrak, pengakuan awal, penilaian kembali, dan pembayaran sewa, biaya
perolehan sewa, jenis sewa, dan opsi perpanjangan sewa. Perhitungan data
dari laporan yang disajikan sesuai PSAK 73 berimplikasi pada total aset
yang bertambah sebesar 3,96% dan kenaikan total liabilitas sebesar 7,7%.
Pendekatan analisis konten yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
keterbatasan yaitu tingkat subyektifitas dalam melakukan analisis data
yang digunakan. Penggunaan satu kasus yang digunakan dalam penelitian,
tidak memperlihatkan hasil yang lebih komprehensif terkait kondisi yang
terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat
menggunakan beberapa perusahaan untuk mendapatkan hasil yang lebih
bervariasi. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan
wawancara dengan pihak terkait untuk mendapatkan hasil yang lebih
12
komprehensif. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan gambaran baik bagi
investor maupun perusahaan terkait dengan penerapan PSAK 73 di
Indonesia.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PSAK 71
PSAK 72
PSAK 73
14
laporan keuangan mereka terkait sewa. PSAK ini mengharuskan penyewa
untuk mengakui right of-use aset (aset hak guna) dan lease liabilities
(liabilitas sewa).
3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat di
pertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
15
DAFTAR PUSTAKA
16