Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

EMERGING ISSUES IN ACCOUNTING AND AUDITING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi

Dosen : Dr. Arwan Gunawan, SE., M Si., Ak., CA

Disusun Oleh :

Ghina Vanya Febriany 5212171069


Nur Azizah Puspaning A 5212171070
Yuliana Pasaribu 5212171071
Wahyu Febriana Sarah Dita 5212171072
Sri Susanti Murni Hia 5212171073

Akuntansi Ekstensi B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah “Emerging Issues in Accounting
and Auditing”. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini merupakan penelitian mengenai emerging issues in accounting and


auditing. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan penyusun maupun pembaca
mengenai topik makalah ini. Penyusun juga mengharapkan saran dan kritik untuk
perkembangan pengetahuan dalam topik ini.

Demikian makalah ini disusun, penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini.

Bandung, 21 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN.................................................................................................................................. 2
2.1 Current Factors Influencing Accounting............................................................................... 2
2.1.1 XBRL..................................................................................................................................... 2
2.1.2 Efek “Corporate Collapse” dan The Sarbanes-Oxley Act (2002)................................5
2.2 Issues Surrounding The Application of Fair Value Accounting During The Global
Financial Crisis......................................................................................................................................... 7
2.2.1 Reaksi dengan Setter Standard.......................................................................................... 8
2.2.2 Auditor dan Krisis Keuangan Global.............................................................................. 9
2.3 Possible Directions in The Future International Accounting Standard Setting
Arrangements........................................................................................................................................... 9
2.3.1. Proyek Konvergensi IASB dan FASB.............................................................................. 9
2.3.2. Masalah Dalam Konvergensi IFRS – US GAAP...........................................................9
2.3.3. Standar Auditing Internasional...................................................................................... 10
2.4. Sustainability Accounting, Reporting, and Assurance..........................................................10
2.4.1. Sustainability Accounting and Reporting....................................................................... 10
2.4.2. Perkembangan saat ini dalam Sustainability Reporting.............................................11

2.4.3. Kecenderungan dalam Sustainability Reporting Assurance.......................................14


2.4.4. Mengapa Mencari Assurance for Sustainability Reports?..........................................15
2.4.5. Sustainability Assurance Standards................................................................................ 15
2.5. Other Non-Financial Accounting and Reporting Issues..............................................16
2.5.1. Water Accounting............................................................................................................... 16
2.5.2. Water Accounting vs Greenhouse Gas Emission Accounting (GGP).......................17
BAB III.............................................................................................................................................. 19
KESIMPULAN................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lancar faktor yang mempengaruhi akuntansi dan audit penelitian, peraturan


dan praktek Salah satu pengaruh utama pada praktek akuntansi dan audit dan
penelitian dieksplorasi hebat sampai teks ini adalah tumbuh internasionalisation
standar akuntansi dan audit, masalah ini, bersama dengan perkembangan terakhir
dalam pelaporan keberlanjutan dan jaminan, akan dibahas nanti dalam bab ini.
Pertama sejumlah faktor yang berpotensi kontroversial lain diperiksa.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor terbaru yang memengaruhi akuntansi

2. Mengetahui isu-isu yang dalam pengaplikasian akuntansi pada nilai wajar di saat
krisis global

3. Mengetahui arahan yang memungkinkan pada penyusunan IAS di masa


mendatang

4. Mengetahui sustainability accounting, reporting, dan assurance

5. Mengetahui akuntansi non-finansial dan isu-isu pelaporan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Current Factors Influencing Accounting


Salah satu pengaruh utama pada penelitian dan praktik akuntansi dan audit yang
diteliti adalah pertumbuhan standar akuntansi dan audit yang berlaku secara
internasional. Maka, sejumlah sejumlah faktor penting yang secara potensial terkait
diuji.

2.1.1 XBRL
Adanya perkembangan pada revolusi teknologi yang memegngaruhi penyiapan
laporan keuangan. Pada akhir 2008, the US Securities and Exchange Commission
(SEX) memerintahkan 500 perusahaan besar di Amerika Serikat untuk mengarsipkan
laporan keuangan tahun 2009 dengan menggunakan Extensible Business Reporting
Language (XBRL). XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk disajikan secara
lebih interaktif dan mudah digunakan (user friendly) dengan cara melakukan “tagging”
data individual sehingga data tersebut dapat diolah menggunakan software untuk
menghasilkan laporan yang dapat dimodifikasi (custom-designed) oleh pengguna.
Harapan SEC terhadap XBRL adalah mempercepat analisis data keuangan perusahaan
dengan memperluas kelompok pengguna dengan mengurangi tingkat kesalahan. Teknik
sekarang yang digunakan untuk mengolah laporan keuangan seringkali berisi kesalahan
karena dilakukan secara manual atau menggunakn software yang menghasilkan
perkiraan data saja.

2
Laporan keuangan disimpan dalam database SEC (yang dikenal dengan EDGAR)
yang bisa diakses via web sehingga lebih menarik para pengguna. Haka menunjukkan
bahwa perkembangan ini berarti ketersediaan akses data yang lebih besar dan
memungkinkan menempatkan manajer perusahaan dalam kehati-kehatian yang lebih
besar untuk menjelaskan laporan keuangannya. Selanjutnya, Haka juga menunjukkan
bahwa XBRL dapat mengubah analisis sudut pandang terhadap perusahaan kecil. Saat
ini, analis keuangan cenderung fokus pada perusahaan besar karena ketersediaan data
yang lebih besar dan kepentingan investor yang lebih terhadap perusahaan besar. Para
analis keuangan ini menghasilkan laporan dan informasi yang tersedia bagi investor.
Namun, jika ketersediaan data perusahaan kecil tersedia lebih banyak, tidak menutup
kemungkinan menarik perhatian analis. Sebagai tambahan, investor pemula percaya diri
dengan menggunakan rincian dan komparabilitas data yang lebih besar di antara
beberapa perusahaan.
Meskipun demikian, Chief Financial Officer (CFO) akan kehilangan kemampuan
untuk memilih tingkat pemisahan (disaggregation) data pada laporan keuangan. Mereka
akan mengakui bagian penting dari akuntansi adalah proses pemisahan poin-poin yang
serupa dengan tujuan memberikan “arti” (meaning) terhadap informasi. Pada tingkat
yang ekstrim, jika memungkinkan untuk memberi investor akses data yang lengkap
sampai tingkat data transaksi, ini akan menjadi tidak berguna karena data tersebut
menjadikan data tersebut tidak ada artinya. “Arti” (meaning) ditambahkan oleh akuntan
melalui proses klasifikasi dan penyatuan (aggregation) yang membolehkan, sebagai
contoh, perhitungan rasio beban tertentu terhadap penjualan.

3
Satu isu terkait XBRL adalah apakah pendekatan audit sekarang atas rekonsilias versi
cetak dari dokumen terkait XBRL dengan informasi yang berada di SEC memadai.
Plumlee dan Plumlee menunjukkan bahwa provisi dari informasi XBRL adalah
perpanjangan dari paradigm pelaporan tradisional yang akan mengubah cara
penggunaan data keuangan dan non keuangan. Pergeseran paradigma ini mengharuskan
auditor untuk mempertimbangkan pertanyaan yang lebih dalam daripada hanya
melakukan rekonsiliasi ouput. Pertanyaannya meliputi: mempertimbangkan kesalahan
dalam XBRL dan apakah materialitas berarti ketika potongan data keuangan akan
digunakan diluar konteks laporan keuangan? Materialitas secara tradisional dinilai
sebagai dampak keputusan pengguna, dan panduan kuantitatif yang menunjukkan hal
tertentu dipertimbangkan terpisah dan dalam kesatuan dan dalam proporsi terhadap
dasar yang relatif, seperti sebagai laba (lihat AASB 1031 Materiality). Jika data dapat
diakses secara terpisah atau dalam kombinasi yang baru, panduan materialitas ini tidak
dapat diterjemahkan dengan cara yang sama. Plumlee dan Plumlee bersama Haka
melakukan penelitian untuk lebih memahami keuntungan dan kelemahan XBRL dan
dampaknya terhadap pelaporan dan audit keuangan di masa depan.

4
2.1.2 Efek “Corporate Collapse” dan The Sarbanes-Oxley Act (2002)
Pada awal tahun 2000-an, sejumlah perusahaan besar tumbang (collapse) dan aturan
berganti sebagai gambaran atas akuntansi dan audit, dan hal tersebut mempengaruhi
lingkungan. Kritik atas independensi auditor dan tata kelola perusahaan menjadi ‘front-
burner’ yang menarik banyak komentar publik dan penelitian.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat sebelum era Sarbanes-Oxley Act 2002 (SOX),
firma audit saling mereviu dengan menggunakan sistem peer review dari American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Proses dalam sistem ini,
mengumpulkan informasi pada prosedur pengendalian kualitas firma audit dengan
mewancarai staf dan memeriksa dokumentasi. Fogarty mengkritik proses ini dengan
alasan bahwa proses reviu tidak secara memadai dalam kehati-hatian dan pereviu akan
tidak mampu mendeteksi kesalahan penting. Hal ini menunjukkan bahwa staf dapat
dilatih menjawab pertanyaan pereviu dan dokumen yang dihasilkan tidak sebagaimana
mestinya.
Sejak tahun 2004, Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB), yang
dibentuk dengan aturan SOX, telah mengarahkan inspeksi independen dari firma audit.
Meskipun demikian, daripada menggunakan kritik peer review AICPA yang mana
mengarah pada perubahan aturan, Hilary dan Lennox menyediakan bukti bahwa peer
review menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perbedaan kualitas firma
audit. Hilary dan Lennox mencatat bahwa perbedaan metode reviu dan secara khusus
bagaimana temuannya dipublikasikan, menyulitkan mengambil kesimpulan. Dalam
sistem AICPA, terlihat bahwa firma yang mereviu cenderung tidak melaporkan masalah
audit jika mereka tidak dalam kondisi bersaing dengan firma yang direviu. Firma yang
direviu muncul dengan kualitas yang lebih tinggi jika mereka direviu oleh auditor yang
tidak bersaing mendapatkan klien yang sama. Fakta menunjukkan sulitnya
menghilangkan dorongan kepentingan pribadi di bawah sistem pengendalian kualitas
yang diatur sendiri. Mungkin sistem dengan dorongan personal yang lebih sedikit lebih
sering terkena masalah, bahkan jika itu bukanlah sistem yang lebih baik.

5
Provisi kunci yang lain dalam SOX adalah batasan pada provisi pada jasa konsultansi
tertentu (non-audit) oleh firma audit kepada klien mereka. Auditor laporan keuangan
dilarang memberikan jasa konsultansi kepada klien mereka, kecuali terhadap beberapa
pengecualian dengan terlebih dahulu melakukan persetujuan dengan komite audit klien.
Setelah tumbangnya perusahaan pada awal 2000a, firma audit dikritik karena
mengkompromikan independensi mereka dengan sangat bergantung pada pendapatan
dari jasa konsultansi. Sedikit sekali bukti penelitian yang mendukung sudut pandang ini
karena perusahaan di AS tidak diharuskan menyajikan fee yang dibayarkan kepada
auditor untuk jasa audit dan jasa konsultansi sebelum tahun 2000. Secara umum, aturan
auditor, teknik mereka, dan independensi mereka berlanjut kepada perdebatan karena
aturan mereka dalam membentuk kepercayaan dalam perusahaan dan manajemen. Di
masa depan, perdebatan ini akan secara intensif menjadi perubahan yang besar (shake-
up) dalam system keuangan global

6
2.2 Issues Surrounding The Application of Fair Value Accounting During The Global
Financial Crisis
Penyebab dari global financial crisis (GFC) yang melanda seluruh dunia pada
tahun 2008 dan 2009 merupakan hal kompleks untuk diperdebatkan. Beberapa
menganggap praktek menilai asset secara wajar adalah sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap melebarnya masalah di pasar subprime mortgage AS, dan
memperburuk lebarnya krisis. Hal ini karena standar akuntansi (terutama standar
akuntansi keuangan (FAS) No 157 Pengukuran Nilai Wajar) memerlukan write-
downs atas nilai investasi yang dipegang oleh bank saat kondisi pasar bergejolak.
Write-down ini membatasi kemampuan entitas untuk memberikan pinjaman.
Menandai aset keuangan ke pasar (untuk mencerminkan nilai wajar) juga
mempengaruhi sisi aktiva dari neraca pinjaman perusahaan, dan membatasi
kemampuan untuk melakukan pinjaman.
The United States Securities and Exchange Commission (SEC) menginvetigasi
peran nilai wajar saat terjadi krisis dan mengeluarkan laporan pada hari-hari terakhir
tahun 2008. SEC diminta untuk menyelidiki peran standar akuntansi, seperti FAS 157
atas kegagalan bank yang terjadi pada tahun 2008. Laporan menyimpulkan bahwa
kegagalan bank di AS disebabkan oleh kemungkinan kerugian kredit, kualitas aset,
dan dalam kasus tertentu, mengikis kepercayaan investor dan pemberi pinjaman, dan
tidak hanya disebabkan ketika menandai aset keuangan ke nilai pasar. Pandangan
tentang peran akuntansi nilai wajar didukun, termasuk mantan akuntan SEC yaitu
Conrad Hewitt dan Lynn Turner, yang memuji akuntansi mark-to-market untuk
meningkatkan transparansi, memungkinkan pengguna dari laporan keuangan untuk
melihat kondisi sebenarnya atas situasi ekonomi suatu lembaga.

7
2.2.1 Reaksi dengan Setter Standard
Pada bulan Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset keuangan
sehingga kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset tersebut yang dapat diperlakukan
secara berbeda. Sebelum perubahan aturan, standart internasional diperlukan seperti
kerugian yang akan diambil melalui laporan laba rugi. Setelah perubahan peraturan, aset
bisa dipindahkan dalam kondisi tertentu untuk menghindari pengisian kerugian mark-
to-market ke laporan laba rugi. Namun, ada juga aturan perubahan yang membutuhkan
pengungkapan instrumen keuangan dan pengaruh reklasifikasi pada laporan laba rugi.
Perubahan ini dibuat melalui amandemen untuk IAS 39 dan IFRS 7.
Ketua IASB, Tuan David Tweedie, telah berbicara secara terbuka tentang tuntutan
dibuat pada IASB oleh politikus Eropa yang meminta perubahan untuk standart yang
konsisten dengan keinginan bank-bank Eropa. Setelah perubahan peraturan, yang
dihitung sejak ke Juli 2008, salah satu bank Eropa, Deutsche Bank, mengurangi write-
down dan menghasilkan laba sebelum pajak. G20 mengadakan pertemuan dan
menghasilkan rekomendasi untuk perubahan regulasi pasar keuangan, termasuk standar
akuntansi, isu instrumen keuangan, penurunan asset, dan akuntansi untuk item off
neraca. IASB dan FASB merespon rekomendasi tersebut, salah satunya meminta FASB
untuk memperbolehkan bank menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan
nilai wajar asset, daripada menggunakan pasar sebagai kriteria objektif. Blundell-
Wignall, Atkinson dan Lee dalam papernya menjelaskan hal-hal yang membuat krisis
keuangan global, yaitu:

1. Kebijakan likuiditas makro global


2. Kerangka kerja regulasi yang masih minim

8
2.2.2 Auditor dan Krisis Keuangan Global
Berdasarkan catatan Sikka, sangat sedikit perhatian yang diberikan dalam tekanan
peran auditor pada saat krisis, meskipun beberapa komentator menanyakan nilai audit
ketika auditor tidak memprediksi efek dari resiko asset pada neraca beberapa bank.
Canadian Institute of Chartered Accounts dan The Institute of Chartered Accountants di
Inggris dan Wales mengeluarkan publikasi yang menekankan resiko yang dialami
auditor ketika menilai nilai asset dan mempertimbangkan jasa perencanaan manajemen
untuk memitigasi resiko berkesinambungan dan isu likuiditas selama resesi antisipasi.
Publikasi ini juga menegaskan pentingnya standar etis ketika menghadapi tekanan dari
manajemen untuk menghindari pengakuan yang tidak diinginkan atau write-down.

2.3 Possible Directions in The Future International Accounting Standard Setting


Arrangements

2.3.1. Proyek Konvergensi IASB dan FASB

Pada November 2008, SEC di US mengeluarkan sebuah ‘roadmap’ untuk


menerapkan IFRS oleh perusahaan AS mulai 2014. Konvergensi ini diperhatikan oleh
SEC karena SEC akan memperkirakan akan berkembang ke arah kejadian yang penting
di tahun 2011 dan akan membuat keputusan dalam tahun 2014 maka implementasi
tersebut harus sudah diproses.

Kejadian penting tersebut berhubungan dengan:

1. Perbaikan dalam standar akuntansi


2. Akuntabilitas dan membiayai IASC
3. Perbaikan dalam kemampuan untuk menggunakan data pelaporan IFRS
4. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan IFRS
5. Dibatasi untuk segera menggunakan IFRS dimana hal ini akan mempertinggi
komparabilitas untuk investor US
6. Mengantisipasi pemilihan waktu pembuatan peraturan mendatang oleh komisi
7. Mengimplementasikan perintah menggunakan IFRS oleh issuers

2.3.2. Masalah Dalam Konvergensi IFRS – US GAAP

Meskipun adanya roadmap, belum diketahui secara pasti bahwa negara-negara


bersatu akan mengadopsi IFFS. pimpinan SEC, Mary Schapiro, baru-baru ini
mengatakan bahwa dia tidak akan merasa terikat oleh roatmap tersebut. Dia

9
menambahkan bahwa ada beberapa kekhawatiran tentang standar IFRS umum, dan
tidak siap untuk mendelegasikan pengaturan standar atau tanggung jawab pengawasan
IASB. Seorang anggota dewan akuntansi perusahaan pengawasan publik (PCAOB) di
Amerika Serikat, Charles Niemeier, juga mengkritik tujuan konvergensi. perhatian
utama-Nya adalah bahwa beralih ke IFRS akan membiarkan US dengan aturan yang
lebih sulit untuk ditegakkan. Ia juga mengklaim bahwa IFRS tidak lebih principel-
based dari US GAPP, hanya lebih muda dan untuk itu telah ada sedikit waktu untuk
melakukan koreksi rinci dan penambahan.

Pihak lain juga mengungkapkan keprihatinan sehubungan dengan tekanan politik


ditempatkan pada IASB pada akhir 2008 yang memaksa perubahan aturan pada bank
menggunakan nilai wajar. Namun, beberapa komentator telah mengakui bahwa SEC
dan FASB tidak sepenuhnya kebal dari tekanan politik tersebut.

2.3.3. Standar Auditing Internasional

HAKA melaporkan bahwa beberapa akuntan menunjukkan beralihnya ke IFRS akan


memerlukan standar audit dan praktek di US merubah cara dari model penilaian sesuai
dengan aturan dalam standar akuntansi untuk penilaian keseluruhan yang ‘true and
fair’. Pendekatan audit memiliki implikasi penting bagi penerapan standar akuntansi
principles-based dalam IFRS karena pendekatan yang ada sebelumnya berfokus pada
penegakan aturan daripada prinsip. Standar Audit juga sedang internasionalisasi untuk
beberapa alasan sebagai standar akuntansi, yaitu globalisasi pasar bisnis dan berbagi
permintaan menciptakan untuk standar global.

2.4. Sustainability Accounting, Reporting, and Assurance

2.4.1. Sustainability Accounting and Reporting

Akuntansi ketahan dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial. Gray,
Owen, dan Adams menyatakan akuntansi sosial sebagai kombinasi akuntansi untuk hal
yang berbeda, pada media berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk tujuan
yang berbeda. Dengan kata lain, melampaui pengukuran keuangan dari kejadian
ekonomi dan pelaporan untuk kelompok pengguna tertentu, biasanya sesuai dengan
standar akuntansi dan regulasi. Akuntansi sosial dan pelaporannya bertujuan untuk

10
mengamati dan menyerap isu-isu yang tidak dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional
menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh individu,
tidak harus secara langsung atau hanya terkait dengan keberhasilan keuangan entitas.
Akuntansi sosial dapat termasuk kategori empat dan lima dari asumsi ontologis.
Peneliti akuntansi sosial sering mengadopsi pendekatan penelitian naturalistik,
menggunakan studi kasus dan wawancara untuk memahami bagaimana akuntansi
secara sosial dibangun.

Istilah ‘sustainability’ digunakan dan diinterpretasikan dalam berbagai bentuk. Hal ini
dapat dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Berdasarkan definisi ini, sustainability berkaitan dengan perlindungan lingkungan
(eco-efficiency) sekaligus sebagai keadilan antara masyarakat dan generasi (eco-
justice). Definisi tersebut berarti bahwa pelaporan lingkungan merupakan bagian dari
informasi yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan karyawan, masyarakat, dan
lingkungan.

2.4.2. Perkembangan saat ini dalam Sustainability Reporting

Bentuk dari pelaporan ketahanan telah berubah pada masa kini terkait beberapa
perkembangan. Salah satu yang paling banyak digunakan sebagai pedoman dalam
pelaporan ketahanan adalah yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI)
yang direvisi dan dikeluarkan pada oktober 2006. Pedoman GRI membentuk dasar
framework dari pengungkapan ketahanan dan berisi prinsip dan petunjuk serta standar
pengungkapan untuk semua tipe organisasi. Prinsip tersebut menentukan isi dari
laporan ketahanan, kualitas informasi, dan batas laporan. Standar pengungkapan
termasuk strategi dan profil ketahanan organisasi, pendekatan manajemen, dan
indikator performa. Pedoman GRI sesuai dengan tujuan kerangka konseptual yang
digunakan dalam pedoman pelaporan keuangan.

Perusahaan yang mengadopsi pedoman GRI dapat mendaftarkan laporannya dengan


GRI, dan pada bulan Maret 2009 hampir 1000 laporan untuk 2008 telah terdaftar.
Pertumbuhan dalam pelaporan ketahanan dikonfirmasi oleh survey terbaru oleh KPMG
pada pengungkapan kinerja perusahaan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Survei
menemukan bahwa lebih dari 90 persen dari 250 perusahaan mempublikasikan
‘ketahanan’ atau ‘tanggung jawab perusahaan’. KPMG juga melaporkan bahwa 70

11
persen dari pelaporan perusahaan di seluruh dunia menggunakan pedoman GRI,
mungkin karena kredibilitas dari standar dan adanya keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan standar operasi mereka secara konsisten, perusahaan juga melaporkan data
dampak dari ketahanan pada supply chain perusahaan.

Pertumbuhan pelaporan tentang isu-isu lingkungan juga didorong oleh kekuatan pasar
terkait izin untuk emisi gas rumah kaca atau tidak. Perusahaan yang dipengaruhi oleh
pasar-pasar ini perlu untuk memperhitungkan emisi gas rumah kaca mereka dan
melaporkan berdasarkan peraturan yang ditetapkan otoritas peraturan yang relevan.
Perkembangan izin wajib terkait emisi, khususnya saat pembentukan European Union
Emisi Trading Scheme (EU ETS) pada bulan Januari 2005, telah juga memberikan
kontribusi terhadap hubungan yang dekat antara pelaporan keuangan dan lingkungan,
atau pelaporan ketahanan. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mempertimbangkan
hak-hak atau izin emisi, dan kewajiban yang timbul sebagai akibat dari emisi yang
dibuat.

ETS UE bukan pasar karbon pertama yang didirikan, tetapi adalah yang terbesar,
dengan perdagangan tahunan yang diizinkan sebesar US $ 50 miliar pada tahun 2007.
Dalam periode sebelum pengenalan European Union ETS the International Financial
Reporting Interpretations Committee (IFRIC), suatu badan pendukung IASB, merilis
sebuah dokumen resep perlakuan akuntansi yang dapat diterima untuk hak-hak emisi.
IFRIC 3 Hak Emisi diperlukan perusahaan untuk memperlakukan seluruh tunjangan
sebagai aset tidak berwujud. Ini berarti bahwa mereka harus mengakui nilai wajar
semua tunjangan bebas penghasilan, sedangkan biaya emisi yang sesuai akan diakui
secara bertahap sebagai akumulasinya. Cook menjelaskan respon terhadap dokumen
sebagai ‘kemarahan publik’ dan itu ditarik pada bulan Juni 2005. Mac Kenzie
menambahi kontroversi dengan menyatakan takut bahwa rekomendasi IFRIC 3's akan
menghasilkan peningkatan volatilitas laba sebagai pendapatan dan pengeluaran yang
tidak cocok pada waktunya. Mac Kenzie berpendapat bahwa perusahaan lebih memilih
untuk memperlakukan hak emisi sebagai instrumen keuangan dan menerapkan
akuntansi lindung nilai berdasarkan IAS 39. Hal ini akan memungkinkan perusahaan
untuk kemudian menghapus tunjangan dan emisi terkait, menghapus ‘karbon’ dari
neraca.

12
Sebuah laporan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) dan the International Emissions
Trading Association (IETA) menunjukkan sedikit dukungan untuk metode akuntansi
IFRIC 3, serta variasi substansial dalam akuntansi untuk hak emisi. Survei mereka
menunjukkan bahwa enam metode utama dalam menghitung hak emisi saat ini
digunakan di perusahaan-perusahaan Eropa, dengan kewajiban diakui sebesar nilai
tercatat tunjangan yang telah diberikan atau dibeli, dengan saldo pada harga pasar yang
berlaku.

PwC dan IETA menyimpulkan bahwa selain kurangnya kejelasan dan komparabilitas
laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan hak-hak emisi, tidak adanya
otoritas tentang masalah ini telah menyebabkan baik kegagalan maupun pemborosan
sumber daya bagi perusahaan. Selain itu, karena survei mereka tidak melihat adanya
kebutuhan dan pandangan para pemangku kepentingan eksternal terkait dampak
variabilitas dalam akuntansi untuk hak emisi pada kemampuan mereka dalam
pengambilan keputusan. Menanggapi masalah dalam akuntansi untuk skema
perdagangan emisi ini, IASB baru-baru ini mengumumkan akan mengaktifkan kembali
proyek pada Skema Perdagangan Emisi dan diharapkan terbentuk standar pada tahun
2010.

Perubahan iklim dan keberlanjutan masalah juga mempengaruhi pelaporan keuangan


tradisional terkait keputusan tentang penurunan nilai aktiva dan pengungkapan risiko.
Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman fisik untuk nilai aset, misalnya, dataran
rendah pantai dapat meningkatkan risiko banjir. Selain itu, nilai aset operasional
dipengaruhi oleh penurunan permintaan untuk produk yang mereka hasilkan. Sebagai
contoh, pergeseran permintaan dari peralatan tinggi energi terhadap peralatan rendah
energi karena perubahan sikap atau meningkatnya biaya listrik akan mempengaruhi
nilai aset yang digunakan untuk membuat peralatan energi tinggi.

Selanjutnya, perusahaan asuransi di Amerika Serikat sekarang harus mengungkapkan


kepada regulator asuransi bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi bisnis
mereka, dan dengan implikasi, aset mereka. Peraturan tersebut mewajibkan perusahaan
asuransi untuk membuat ‘climate risk reports’ yang membahas risiko klaim yang lebih
tinggi dari klien mereka karena peristiwa cuaca ekstrim. Penjamin asuransi juga harus
mengungkapkan kerentanan mereka terkait penurunan keuntungan dari investasi
mereka dalam perusahaan yang akan terpengaruh emisi karbon (misalnya perusahaan

13
utilitas). Meskipun laporan risiko iklim yang kini dibutuhkan perusahaan asuransi
bukan merupakan bagian dari peraturan akuntansi, mereka adalah bukti dari
kecenderungan investor dan pemangku kepentingan lainnya dalam menuntut informasi
yang lebih baik tentang bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi keuntungan
perusahaan. Selain itu, terdapat juga kewajiban potensial untuk pengungkapan
operasional, pasar dan risiko kredit dari pasar karbon berdasarkan IFRS 7 Instrumen
Keuangan: pengungkapan.

2.4.3. Kecenderungan dalam Sustainability Reporting Assurance

Sebuah unsur penting dari kegunaan laporan keuangan perusahaan adalah keyakinan
yang independen atas laporan. Keyakinan yang independen memberikan kepercayaan
kepada pemegang kepentingan tentang kredibilitas, relevansi, dan keandalan atas
laporan. Perbedaan antara audit dengan review adalah tingkat keyakinan yang diberikan
oleh auditor terkait keandalan informasi yang diberikan perusahaan. Hal ini ditentukan
oleh sifat dan jangkauan dari prosedur yang dilakukan oleh auditor, hasil dari prosedur
dan objektivitas bukti yang diperoleh. Audit memberikan tingkat keyakinan yang
memadai dan review memberikan tingkat keyakinan yang terbatas. Beberapa
perusahaan mencari keyakinan atas laporan keberlanjutan mereka. Greenwashing
adalah praktik menyebarluaskan informasi yang salah sehingga menampilkan image
publik bertanggung jawab kepada lingkungan. Survei KPMG juga menunjukkan
jumlah dari perusahaan besar yang mencari keyakinan yang resmi berbeda secara
signifikan bergantung negaranya. Permintaan atas informasi terkait lingkungan yang
teruji untuk tujuan yang berkenaan dengan peraturan dapat mengarahkan syarat
informasi yang terjamin bagi kelompok pemegang kepentingan yang lebih luas.
Nampaknya terdapat perubahan sikap terhadap pelaporan keberlanjutan dan keyakinan
di Amerika Serikat, dengan syarat pernyataan keyakinan resmi dalam laporan
pertanggung jawaban meningkat dengan cepat dari 2% pada 2002 menjadi 14% pada
2008. Perubahan ini dapat disebabkan karena berakhirnya era pemerintahan Bush, dan
kegiatan kelompok pelobi seperti CERES yang berbasis di Boston (salah satu pendiri
Global Reporting Initiative). Salah satu pendorong untuk menyediakan informasi
lingkungan yang berkualitas tinggi juga berasal dari tumbuhnya Carbon Disclosure
Project (CDP). CDP memperoleh data dari perusahaan atas risiko perubahan iklim
mereka, strategi, dan emisi gas greenhouse dan membuatnya tersedia secara gratis di
website mereka. Tujuan utama atas pengumpulan informasi ini adalah untuk

14
memberitahukan keputusan pembelian dan investasi oleh investor dari lembaga,
organisasi pembelian dan badan/instansi pemerintah.

2.4.4. Mengapa Mencari Assurance for Sustainability Reports?

Audit diyakini memberikan manfaat dengan meningkatkan kredibilitas laporan


keuangan yang disiapkan oleh manajemen dan meningkatkan kualitas dari sistem
akuntansi entitas berdasarkan feedback dari proses audit. Penerapan teori ini pada
sustainability assurance menganjurkan bahwa perusahaan dengan keuntungan paling
banyak atas peningkatan kredibilitas laporannya akan cenderung untuk mencari
keyakinan (assurance). Perusahaan dengan keuntungan paling banyak dari laporan
yang lebih kredibel adalah yang paling berkemungkinan menjadi sangat terlihat, dan
industri yang berpotensi tinggi menimbulkan polusi.

2.4.5. Sustainability Assurance Standards

Terdapat pedoman otoritas yang terbatas atas perjanjian keyakinan (assurance


engagement) dalam laporan keberlanjutan (sustainability reports) dan informasi emisi
karbon. ISAE 3000, Assurance Engagements Other than Audits or Reviews of
Historical Financial Information, diterbitkan oleh IAASB, menyediakan beberapa
pedoman umum namun tidak spesifik pada sustainability report dan laporan karbon
emisi, sehingga cenderung diterapkan secara tidak konsisten oleh pemberi keyakinan.
AA1000AS menyediakan pedoman pada sustainability assurance reports yang
mengevaluasi ketaatan entitas kepada AA1000 AccountAbility Principles dan kualitas
atas informasi yang diungkap kepada publik atas sustainability performance. O’Dwyer
dan Owen menganalisis assurance statement dari laporan Association of Chartered
Certified Accountants (ACCA) United Kingdom and European Sustainability
Reporting Awards Scheme tahun 2002. Mereka melaporkan bahwa mereka ragu atas
independensi dari pelaksanaan assurance dan juga terdapat kendali manajemen yang
besar atas proses terbentuknya assurance. IAASB telah memulai proyek
pengembangan standar internasional baru untuk Assurance Engagements on Carbon
Emissions Information. IAASB bermaksud untuk menerbitkan pedoman, mungkin
dalam bentuk ISAE baru, untuk meningkatkan konsistensi pendekatan assurance of
sustainability report dan untuk memberikan bantuan bagi auditor laporan keuangan
ketika mempertimbangkan carrying value atas hak emisi perdagangan.

15
2.5. Other Non-Financial Accounting and Reporting Issues

2.5.1. Water Accounting

Water accounting saat ini sedang dikembangkan oleh Water Accounting Standard
Board (WASB) di Australia. Para WASB merilis edisi pertama Water Accounting
Conceptual Framework (WACF) dan Preliminary Australian Water Accounting
Standards (PAWAS) pada tahun 2009. Para WACF dan PAWAS mengatur
penyusunan dan penyajian General Purpose Water Accounting Reports (GPWARs)
oleh entitas tertentu. GPWARs dirancang untuk membantu pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh penguna yang tidak dapat mendapatkan informasi airnya sendiri
dari entitas-entitasnya. Tujuan utama dari proyek water accounting adalah untuk
memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan menginformasikan keputusan
tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan kepercayaan publik serta investor
tentang pengelolaan air di Australia.

Tujuan WASB melakukan pengembangan standar water accounting dan prosedur


untuk memfasilitasi dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pengguna yang
memperhatikan distribusi, manajemen, dan penggunaan air mirip dengan maksud dari
penyusunan standar akuntansi keuangan. WASB telah menggunakan kerangka
konseptual akuntansi keuangan dan proses pengaturan standar untuk mendukung
pengembangan water accounting. WACF didasarkan pada model standar akuntansi
keuangan dan berkaitan dengan maksud dan isi dari tujuan umum laporan water
accounting. WACF menentukan maksud dari tujuan umum laporan water accounting;
entitas pelaporan, karakteristik kualitatif dari informasi yang dilaporkan, unsur-unsur
dari laporan-laporan ketika elemennya diakui dalam tujuan umum laporan water
accounting dan bagaimana mereka diukur, serta pengungkapan kepatuhan dan
assurance.

Sistem water accounting diadopsi oleh WASB adalah sistem akrual di mana laporan
untuk kebanyakan entitas pelaporan air akan meliputi:

(a) Statement of Physical Water Flows


(b) Statement of Wate Assets and Water Liabilities
(c) Statement of Changes in Water Assets and Water Liabilities

16
(d) Disclosure Notes
(e) Compliance Statement
(f) Assurance Statement

Penerapan tujuan bahwa laporan untuk memberikan informasi pada pengambilan


keputusan mengharuskan pengembangan definisi elemen dari laporan-laporan, seperti
water assets, kewajiban, dan perubahan pada water assets dan kewajiban. Sebagai
contoh, kerangka konseptual mendefinisikan water assets sebagai berikut:

'Water asset adalah air, atau hak-hak atau klaim lain untuk air, dimana entitas
pelapor air memiliki tanggung jawab manajemen, dan dari individu atau organisasi
yang merupakan entitas pelapor air atau kelompok pemegang saham dari entitas air
fisik, memperoleh manfaat masa depan.'

Definisi air tidak hanya meliputi dalam penyimpanan air, tetapi juga hak-hak dan
klaim lain untuk air. Selain itu, berikut definisi aset keuangan, definisi aset air
menganggap konsep manfaat masa depan yang mengalir dari aset-aset, dan kepada
siapa mereka mengalir. Demikian pula, definisi kewajiban air mempertimbangkan jenis
kewajiban yang hadir untuk mendistribusikan air, atau penurunan aset air (atau
peningkatan kewajiban air lainnya). Alih-alih menggunakan satuan mata uang sebagai
unit pengukuran, water accounting berisi informasi tentang volume fisik dan kualitas
air, serta lokasi aset (misalnya penyimpanan air bawah tanah atau permukaan).

Laporan water accounting akan memberikan informasi tentang saham dan arus
sumber daya air, bukan hanya data dan klaim yang dibuat oleh manajer yang
bergantung pada data yang bersumber di luar sistem formal akuntansi, seperti dalam
pelaporan keberlanjutan. Dengan cara yang sama bahwa auditor laporan keuangan
meningkatkan nilai laporan keuangannya dengan meningkatkan kredibilitas mereka,
diharapkan bahwa laporan air juga akan diaudit. Auditor bisa memberikan jaminan
pada laporan air dengan menggunakan keterampilan dan teknik yang sama yang
digunakan untuk mengaudit laporan keuangan, meskipun mereka kemungkinan akan
memerlukan perhatian khusus pada isu-isu teknis dari insinyur dan ahli kualitas air.

2.5.2. Water Accounting vs Greenhouse Gas Emission Accounting (GGP)

17
Satu perbedaan kunci antara water accounting standard dan standar GGP adalah
penekanan sebelumnya atas akuntansi untuk saham dan arus air yang menggunakan
proses akrual. Pendekatan pengukuran water accounting berasal dari adopsi eksplisit
atas tujuan untuk menghasilkan informasi untuk membantu pengambilan keputusan,
yang merupakan tujuan yang sama dengan kerangka konseptual akuntansi keuangan.
GGP menyediakan standar untuk memandu perusahaan dalam mempersiapkan
persediaan gas rumah kaca yang menyajikan suatu akun yang benar dan adil atas
emisinya, dan menekankan karakteristik kualitatif atas relevansi, kelengkapan,
konsistensi, transparansi, dan akurasi. Namun, standar GGP dirancang untuk membantu
perusahaan dalam mengukur dan melaporkan keputusan, bukan untuk memastikan
bahwa semua informasi yang diperlukan oleh stakeholder eksternal dalam pengambilan
keputusan mereka disediakan dalam bentuk yang mereka inginkan. Meskipun informasi
disajikan di bawah standar GGP, informasi yang disajikan tidak lengkap dan berupa
perkiraan. Informasi yang dihasilkan tidak menyediakan penggunaan akuntansi akrual
atas aktivitas perusahaan terhadap persediaan gas rumah kaca di lingkungan, dengan
pelaporan terbatas mengenai emisi tidak langsung, dan masalah pengukuran dibuat
dengan pendekatan faktor emisi.

Beberapa isu yang timbul dari pendekatan faktor emisi dalam standar GGP berkaitan
dengan pemilihan dan penerapan faktor emisi dan kualitas data kegiatan. Persetujuan
faktor emisi sebagai alat pengukuran yang valid berarti bahwa standar GGP tidak
mengijinkan pembuat keputusan untuk memiliki tingkat kepercayaan di laporan
informasi GHG. Mereka juga mengangkat isu-isu yang berbeda untuk auditor. Gerakan
menuju sistem akuntansi yang terintegrasi penuh secara akrual untuk emisi gas rumah
kaca akan memberikan kesempatan bagi auditor untuk membuat opini.

Namun, terlepas dari keterbatasan pada standar GGP dan upaya lain untuk mengukur
emisi gas rumah kaca, sistem ini berarti bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah
terdapat perusahaan yang melaporkan data emisi gas rumah kaca. Para GGP dan
standar water accounting adalah hasil bukti atas tekanan oleh pemerintah untuk
memperoleh data pada sumber daya yang langka, selain yang ditangkap oleh sistem
akuntansi keuangan secara tradisional. Dengan demikian, mereka menunjuk kepada
yang lebih luas, dan mungkin lebih penting, masa depan untuk akuntansi di abad dua
puluh satu dan seterusnya.

18
BAB III

KESIMPULAN

Salah satu pengaruh utama pada penelitian dan praktik akuntansi dan audit yang
diteliti adalah pertumbuhan standar akuntansi dan audit yang berlaku secara internasional.
XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk disajikan secara lebih interaktif dan mudah
digunakan (user friendly) dengan cara melakukan “tagging” data individual sehingga data
tersebut dapat diolah menggunakan software untuk menghasilkan laporan yang dapat
dimodifikasi (custom-designed) oleh pengguna. Satu isu terkait XBRL adalah apakah
pendekatan audit sekarang atas rekonsilias versi cetak dari dokumen terkait XBRL dengan
informasi yang berada di SEC memadai. Plumlee dan Plumlee menunjukkan bahwa provisi
dari informasi XBRL adalah perpanjangan dari paradigm pelaporan tradisional yang akan
mengubah cara penggunaan data keuangan dan non keuangan. Pergeseran paradigma ini
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan pertanyaan yang lebih dalam daripada
hanya melakukan rekonsiliasi output.

Penyebab dari global financial crisis (GFC) yang melanda seluruh dunia pada tahun
2008 dan 2009 merupakan hal kompleks untuk diperdebatkan. Beberapa menganggap praktek
menilai asset secara wajar adalah sebagai faktor yang berkontribusi terhadap melebarnya
masalah di pasar subprime mortgage AS, dan memperburuk lebarnya krisis. Hal ini karena
standar akuntansi (terutama standar akuntansi keuangan (FAS) No 157 Pengukuran Nilai
Wajar) memerlukan write-downs atas nilai investasi yang dipegang oleh bank saat kondisi
pasar bergejolak. Write-down ini membatasi kemampuan entitas untuk memberikan
pinjaman. Menandai aset keuangan ke pasar (untuk mencerminkan nilai wajar) juga
mempengaruhi sisi aktiva dari neraca pinjaman perusahaan, dan membatasi kemampuan
untuk melakukan pinjaman.

Pada bulan Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset keuangan
sehingga kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset tersebut yang dapat diperlakukan
secara berbeda. Setelah perubahan peraturan, aset bisa dipindahkan dalam kondisi tertentu
untuk menghindari pengisian kerugian mark-to-market ke laporan laba rugi. Ketua IASB,
Tuan David Tweedie, telah berbicara secara terbuka tentang tuntutan dibuat pada IASB oleh

19
politikus Eropa yang meminta perubahan untuk standart yang konsisten dengan keinginan
bank-bank Eropa. Setelah perubahan peraturan, yang dihitung sejak ke Juli 2008, salah satu
bank Eropa, Deutsche Bank, mengurangi write-down dan menghasilkan laba sebelum pajak.
IASB dan FASB merespon rekomendasi tersebut, salah satunya meminta FASB untuk
memperbolehkan bank menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan nilai wajar
asset, daripada menggunakan pasar sebagai kriteria objektif.

Akuntansi ketahan dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial. Gray,
Owen, dan Adams menyatakan akuntansi sosial sebagai kombinasi akuntansi untuk hal yang
berbeda, pada media berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda.
Akuntansi sosial dan pelaporannya bertujuan untuk mengamati dan menyerap isu-isu yang
tidak dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh individu, tidak harus secara langsung atau hanya terkait dengan
keberhasilan keuangan entitas.

Audit diyakini memberikan manfaat dengan meningkatkan kredibilitas laporan


keuangan yang disiapkan oleh manajemen dan meningkatkan kualitas dari sistem akuntansi
entitas berdasarkan feedback dari proses audit. Penerapan teori ini pada sustainability
assurance menganjurkan bahwa perusahaan dengan keuntungan paling banyak atas
peningkatan kredibilitas laporannya akan cenderung untuk mencari keyakinan (assurance).

Water accounting saat ini sedang dikembangkan oleh Water Accounting Standard
Board (WASB) di Australia. Para WASB merilis edisi pertama Water Accounting
Conceptual Framework (WACF) dan Preliminary Australian Water Accounting Standards
(PAWAS) pada tahun 2009. Para WACF dan PAWAS mengatur penyusunan dan penyajian
General Purpose Water Accounting Reports (GPWARs) oleh entitas tertentu. GPWARs
dirancang untuk membantu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penguna yang tidak
dapat mendapatkan informasi airnya sendiri dari entitas-entitasnya. Tujuan utama dari proyek
water accounting adalah untuk memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan
menginformasikan keputusan tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan kepercayaan
publik serta investor tentang pengelolaan air di Australia. Tujuan WASB melakukan
pengembangan standar water accounting dan prosedur untuk memfasilitasi dalam
pengambilan keputusan oleh berbagai pengguna yang memperhatikan distribusi, manajemen,
dan penggunaan air mirip dengan maksud dari penyusunan standar akuntansi keuangan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. Accounting
Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010

21

Anda mungkin juga menyukai