Anda di halaman 1dari 6

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT

BISNIS RITEL
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

1 BAB I
2
3 TINJAUAN UMUM
4
5
6 A. PENGANTAR
7
8 1. Peranan PPK-BISNIS RITEL
9
10 Peranan PPK-BISNIS RITEL adalah :
11
12 a. Merupakan pedoman operasional kredit ritel, berisikan sistem dan prosedur kegiatan
13 kredit ritel.
14
15 b. Merupakan penjabaran Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) PT. Bank Rakyat
16 Indonesia (Persero) Tbk, yang disusun untuk mencapai sasaran Bussines Plan BRI.
17
18 c. Untuk menjadi acuan dalam membuat Surat Edaran (SE) / Surat Keputusan (SK)
19 Direksi, maupun petunjuk pelaksanaan perkreditan yang berupa SE Kantor Pusat
20 (Kanpus), surat, maupun facsimili/telex.
21
22 d. Sebagai acuan yang harus dipedomani dalam pelaksanaan manajemen risiko kredit.
23
24 2. Tujuan PPK-BISNIS RITEL
25
26 Tujuan PPK-BISNIS RITEL adalah :
27
28 a. Untuk mencapai visi dan misi BRI sebagai bank komersial terkemuka yang selalu
29 mengutamakan kepuasan nasabah, khususnya nasabah skala kecil, menengah dan
30 perorangan.
31
32 b. Untuk mendukung pencapaian visi dan misi BRI menjadi bank komersial terkemuka
33 dengan fokus di bidang mikro dan ritel.
34
35 c. Untuk mengoptimalkan pendapatan dan pengendalian risiko BRI dengan cara
36 menerapkan asas-asas perkreditan yang sehat.
37
38 d. Untuk membentuk disiplin pelayanan kredit yang tertib dan standar bagi seluruh
39 pelaksana kredit di BRI, dalam satu pedoman operasional perkreditan.
40
41 e. Untuk lebih meningkatkan disiplin semua pejabat BRI terhadap aturan main (rule of
42 the game) dalam perkreditan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip kehati-hatian.
43
44 f. Untuk menjamin adanya pengawasan kredit yang memadai, dalam setiap tahapan
45 proses pemberian kredit.
46
47

BAB I Halaman 1 dari 6


PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
BISNIS RITEL
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

1 3. Perubahan, Penafsiran dan Pengkajian Berkala


2
3 Unit kerja yang berwenang melakukan perubahan PPK Bisnis adalah Divisi ADK
4 berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan masukan-masukan dari unit kerja
5 terkait (Divisi Bisnis Ritel, Divisi Bisnis Program, serta unit kerja terkait lainnya).
6
7 Perubahan PPK Bisnis Ritel tersebut selanjutnya diajukan oleh Divisi ADK kepada
8 Direktur Pengendalian Risiko Kredit melalui Direktur Bisnis UMKM. Sebelum disahkan
9 oleh Direksi, final draft PPK BISNIS RITEL diuji terlebih dahulu oleh Direktur Kepatuhan.
10 Prosedur perubahan PPK BISNIS RITEL dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
11
12
Div. Bisnis Ritel
13 Div. Kr. Program
Div. ARK KUP
14
Div. RPKB
15 Unit kerja terkait

16
1
17 3
18
2
19 PPK
Divisi ADK
20
21
5 4
22
23
Dir. Bisnis 5
24 Unit Kerja

25 Tidak
7
26 4
10
27
Tidak
28
29 Dir. PRK.
Direksi
30
31
6
32 Ya
9
33
Dir. Ke- 8
34 patuhan Dir PRK
35
36
37 Gambar 1. Prosedur Pengkajian Berkala dan Perubahan PPK BISNIS RITEL
38 Keterangan Gambar 1. :
39

BAB I Halaman 2 dari 6


PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
BISNIS RITEL
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

1 1. Setiap perubahan PPK Bisnis Ritel mengacu pada KUP BRI.


2
3 2. Usul perubahan PPK Bisnis Ritel dibuat dan disiapkan oleh Divisi ADK berdasarkan
4 kajian dari Divisi ADK atau usulan dan masukan-masukan dari Divisi Bisnis Ritel,
5 Divisi Bisnis Program, atau unit kerja terkait lainnya.
6
7 3. Draft revisi PPK Bisnis Ritel tersebut selanjutnya dibahas Divisi ADK
8 bersama-sama unit kerja terkait untuk memastikan bahwa draft perubahan PPK
9 Bisnis Ritel tersebut tidak bertentangan dengan KUP dan peraturan perkreditan
10 lainnya yang lebih tinggi.
11
12 4. Divisi ADK mengajukan draft final revisi PPK Bisnis Ritel kepada Direktur
13 Pengendalian Risiko Kredit melalui Direktur Bisnis Ritel untuk mendapatkan
14 persetujuan.
15
16 5. Jika Direktur Pengendalian Risiko Kredit atau Direktur Bisnis Ritel tidak
17 menyetujui usulan perubahan PPK Bisnis Ritel, maka usulan tersebut
18 dikembalikan kepada Divisi ADK untuk diadakan perbaikan.
19
20 6. Dalam hal usulan perubahan PPK Bisnis Ritel telah disetujui, maka usulan
21 tersebut diteruskan kepada Direktur Kepatuhan untuk diuji prinsip
22 kehati-hatiannya.
23
24 7. Direktur Kepatuhan melakukan pengujian terhadap prinsip kehati-hatian atas
25 draft final revisi PPK Bisnis Ritel. Apabila usulan tersebut tidak memenuhi prinsip
26 kehati-hatian, maka usulan tersebut dikembalikan kepada Direktur Pengendalian
27 Risiko Kredit. Selanjutnya, diproses kembali mulai butir 3.
28
29 8. Jika Direktur Kepatuhan menyatakan usulan perubahan tersebut telah memenuhi
30 prinsip kehati-hatian, maka usulan perubahan tersebut disampaikan kembali ke
31 Direktur Pengendalian Risiko Kredit.
32
33 9. Perubahan PPK Bisnis Ritel yang sudah mendapatkan pengujian dari Direktur
34 Kepatuhan kemudian disahkan dengan keputusan Direksi.
35
36 10. PPK Bisnis Ritel yang sudah mendapatkan pengesahan Direksi, selanjutnya
37 didistribusikan oleh unit kerja yang berwenang ke unit kerja terkait.
38
39 Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka unit kerja yang berwenang untuk
40 menafsirkan PPK Bisnis Ritel adalah Divisi Administrasi Kredit (ADK).
41
42 Unit kerja yang memerlukan penafsiran mengenai PPK Bisnis Ritel, dapat mengajukan
43 permohonan penafsiran ke Divisi ADK dengan tindasan kepada atasan dari unit kerja
44 yang bersangkutan.
45
46 Untuk menjaga dan memelihara efektivitas PPK Bisnis Ritel, Divisi ADK melakukan
47 pengkajian ulang PPK Bisnis Ritel sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

BAB I Halaman 3 dari 6


PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
BISNIS RITEL
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

1 tahun sejak tanggal diberlakukan. Dalam melakukan pengkajian ulang tersebut, Divisi
2 ADK harus berkoordinasi dengan Divisi Bisnis Ritel dan atau Divisi Bisnis Program, dan
3 atau unit kerja terkait lainnya.
4
5
6 B. PENGERTIAN DAN BATASAN
7
8 1. Pengertian dan Cakupan PPK Bisnis Ritel dan Program
9
10 Cakupan kredit dan penyediaan dana lain yang diatur dalam PPK Bisnis Ritel dan
11 Program ini meliputi:
12
13 a. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
14 berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
15 pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
16 jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :
17 i. Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak
18 dapat dibayar lunas pada akhir hari ;
19 ii. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak-piutang ;
20 iii. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
21
22 b. Surat Berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, obligasi, sekuritas kredit,
23 atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,
24 dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
25
26 c. Tagihan Akseptasi adalah tagihan yang timbul sebagai akibat akseptasi yang
27 dilakukan terhadap wesel berjangka.
28
29 d. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada bank
30 dan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan lainnya sebagaimana diatur
31 dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti perusahaan sewa guna
32 usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
33 penyelesaian dan penyimpanan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang
34 konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis
35 transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada
36 bank atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lainnya.
37
38 e. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal oleh bank pada perusahaan
39 debitur untuk mengatasi kegagalan kredit (debt to equity swap), termasuk
40 penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi
41 saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki
42 atau akan memiliki saham pada perusahaan debitur.
43
44 f. Transaksi Rekening Admisnistratif adalah kewajiban komitmen dan kontinjensi yang
45 antara lain meliputi penerbitan jaminan, Letter of Credit (L/C), standby L/C, fasilitas
46 kredit yang belum ditarik dan atau kewajiban komitmen dan kontinjensi lain.
47 Termasuk Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).

BAB I Halaman 4 dari 6


PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
BISNIS RITEL
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

1
2 2. Batasan, Ruang Lingkup dan Jenis Kredit Ritel
3
4 a. Batasan dan Ruang Lingkup Kredit Ritel
5
6 Kredit Ritel adalah kredit dan penyediaan dana lainnya (berupa penerbitan jaminan
7 atau penerbitan L/C dan SKBDN) dengan total eksposur (individual maupun group)
8 sampai dengan Rp 5 milyar, baik direct maupun contingent, untuk kegiatan usaha
9 yang produktif dan atau konsumtif, kecuali Kredit Umum Pedesaan (Kupedes),
10 Kredit Konsumtif, dan kredit yang disalurkan oleh unit kerja BRI di luar negeri.
11
12 Ruang lingkup kredit ritel meliputi pembiayaan kegiatan sektor produktif (antara
13 lain pertanian, industri, perdagangan, jasa, dll) dan konsumtif (antara lain
14 pemberian kredit kepada debitur berpenghasilan tetap,dll).
15
16 Termasuk dalam ruang lingkup kredit ritel adalah kredit-kredit komersial yang
17 dikelola oleh Divisi Bisnis Program dengan eksposur s/d Rp 5 Milyar.
18
19 Pengertian kredit program komersial adalah kredit yang diberikan kepada debitur
20 yang sebagian atau seluruh dananya menggunakan dana BRI sehingga risiko atas
21 pemberian kredit tersebut sepenuhnya menjadi risiko BRI.
22
23 b. Jenis Kredit Ritel
24
25 Berdasarkan tujuan penggunaannya, jenis kredit ritel meliputi modal kerja, investasi
26 dan konsumtif.
27
28 Berdasarkan jangka waktunya, terdiri dari kredit jangka pendek, menengah dan
29 jangka panjang.
30
31 Produk kredit dengan tujuan penggunaan untuk usaha produktif, antara lain :
32 i. Kredit Kecil Modal Kerja (KKM)/Kredit Kecil Investasi (KKI)
33 ii. Kredit Kelayakan Usaha (KKU) modal kerja/investasi,
34 iii. Kredit dengan agunan kas penuh (fully cash collaterallized)
35 iv. Kredit Ekspres
36 v. Kredit Mitra
37 vi. Kredit komersial lainnya s/d Rp. 5 miliar
38
39 Produk kredit dengan tujuan konsumtif, antara lain :
40 i. Kredit kepada golongan berpenghasilan tetap (Briguna),
41 ii. Kredit Talangan Haji
42 iii. Kredit Konsumtif lainnya s/d Rp. 5 Milyar
43
44 Produk kredit komersial yang dikelola oleh Divisi Bisnis Program antara lain :
45 i. Kredit Komersial Kepada Koperasi,
46 ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP),
47 iii. Kredit dengan dana Surat Utang Pemerintah (SUP),

BAB I Halaman 5 dari 6


PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
BISNIS RITEL
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

1 iv. Kredit Kepada Kelompok dan Gabungan Kelompok Usaha Kecil (KKGUK),
2 v. Kredit Untuk Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA),
3 vi. Kredit Usaha Rakyat (KUR),
4 vii. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE),
5 viii. dan lain-lain
6
7 Penjelasan lebih lanjut mengenai jenis kredit tersebut diuraikan dalam BAB IV.
8
9 Sedangkan ketentuan mengenai Kartu Kredit diatur dalam ketentuan tersendiri,
10 mengingat sifatnya yang khusus, baik dari sisi regulasi, sistim dan prosedur,
11 organisasi, SDM, maupun teknologi.
12
13
14 C. SASARAN KREDIT RITEL
15
16 Sasaran Kredit Ritel adalah mengembangkan portofolio kredit ritel yang sehat dan
17 menguntungkan melalui pemberian kredit yang memperhatikan asas kehati-hatian dengan
18 memfokuskan pada segmen pasar ritel, serta memberikan pelayanan produk yang sesuai
19 dengan kebutuhan debitur/calon debitur.
20
21
22 D. PENDEKATAN PENCAPAIAN SASARAN
23
24 Untuk mencapai sasaran pengembangan kredit ritel yang sehat dan menguntungkan,
25 dalam PPK-BISNIS RITEL ini disusun dalam suatu sistematika pembahasan sebagai berikut
26 :
27
28 1. Prinsip Kehati-hatian Dalam Perkreditan.
29 2. Organisasi dan Manajemen Perkreditan.
30 3. Kebijakan Persetujuan Kredit.
31 4. Dokumentasi Dan Administrasi kredit.
32 5. Pembinaan dan Pengawasan Kredit.
33 6. Pengelolaan Kredit Bermasalah.
34
35
36 ---ooOoo---

BAB I Halaman 6 dari 6

Anda mungkin juga menyukai