Anda di halaman 1dari 52

Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014

No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
1. BAB I.A.3 : BAB I.A.3 :

Paragraf 1 : Paragraf 1 :
Unit kerja yang berwenang melakukan perubahan PPK Bisnis Ritel adalah Unit kerja yang berwenang melakukan perubahan PPK Bisnis adalah
Divisi ADK berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan masukan- Divisi ADK berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan
masukan dari unit kerja terkait dengan bisnis ritel (Divisi Bisnis Ritel, Divisi masukan-masukan dari unit kerja terkait (Divisi Bisnis Ritel, Divisi
Consumer Banking, Divisi Kredit Program, Perencana Bisnis Mikro dan Ritel, Bisnis Program, serta unit kerja terkait lainnya).
serta unit kerja terkait lainnya).

Paragraf 2 : Paragraf 2 :
Perubahan PPK Bisnis Ritel tersebut selanjutnya diajukan oleh Divisi ADK Perubahan PPK Bisnis Ritel tersebut selanjutnya diajukan oleh Divisi
kepada Direktur Pengendalian Kredit melalui Direktur Bisnis Ritel. Sebelum ADK kepada Direktur Pengendalian Risiko Kredit melalui Direktur
disahkan oleh Direksi, final draft PPK BISNIS RITEL diuji terlebih dahulu Bisnis UMKM. Sebelum disahkan oleh Direksi, final draft PPK BISNIS
oleh Direktur Kepatuhan. RITEL diuji terlebih dahulu oleh Direktur Kepatuhan.

2. BAB I.A.3 : BAB I.A.3 :


Keterangan Gambar 1. : Keterangan Gambar 1. :
2. Usul perubahan PPK Bisnis Ritel dibuat dan disiapkan oleh Divisi ADK 2. Usul perubahan PPK Bisnis Ritel dibuat dan disiapkan oleh Divisi
berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan masukan-masukan ADK berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan masukan-
dari Divisi Bisnis Ritel, Divisi Consumer Banking, Divisi Kredit Program, masukan dari Divisi Bisnis Ritel, Divisi Bisnis Program, atau unit
atau unit kerja terkait lainnya. kerja terkait lainnya.

3. BAB I.A.3 : BAB I.A.3 :

Paragraf 3 : Paragraf 3 :
Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka unit kerja yang berwenang Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka unit kerja yang
untuk menafsirkan PPK Bisnis Ritel adalah Divisi Administrasi Kredit (ADK). berwenang untuk menafsirkan PPK Bisnis Ritel adalah Divisi
Dalam melakukan penafsiran PPK Bisnis Ritel, Divisi ADK dapat Administrasi Kredit (ADK).
berkoordinasi dengan Divisi Bisnis Ritel dan atau Divisi Consumer Banking
dan atau Divisi Kredit Program, dan atau unit kerja terkait lainnya.

4. BAB I.A.3 : BAB I.A.3 :

Paragraf 5 : Paragraf 5 :
Untuk menjaga dan memelihara efektivitas PPK Bisnis Ritel, Divisi ADK Untuk menjaga dan memelihara efektivitas PPK Bisnis Ritel, Divisi
melakukan pengkajian ulang PPK Bisnis Ritel sekurang-kurangnya 1 (satu) ADK melakukan pengkajian ulang PPK Bisnis Ritel sekurang-
kali dalam 1 (satu) tahun sejak tanggal diberlakukan. Dalam melakukan kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun sejak tanggal
pengkajian ulang tersebut, Divisi ADK harus berkoordinasi dengan Divisi diberlakukan. Dalam melakukan pengkajian ulang tersebut, Divisi
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Bisnis Ritel dan atau Divisi Consumer Banking dan atau Divisi Kredit ADK harus berkoordinasi dengan Divisi Bisnis Ritel dan atau Divisi
Program, dan atau unit kerja terkait lainnya. Bisnis Program, dan atau unit kerja terkait lainnya.

5. BAB I.B.2.b BAB I.B.2.b

Produk kredit dengan tujuan konsumtif, antara lain : Produk kredit dengan tujuan konsumtif, antara lain :
i. Kredit kepada golongan berpenghasilan tetap (Kretap), i. Kredit kepada golongan berpenghasilan tetap (Briguna),
ii. Kredit Kendaraan Bermotor ii. Kredit Talangan Haji
iii. Kredit Kepemilikan Rumah iii. Kredit Konsumtif lainnya s/d Rp. 5 Milyar
iv. Kredit Talangan Haji
v. Kartu Kredit
vi. Kredit Konsumtif lainnya s/d Rp. 5 Milyar

Produk kredit komersial yang dikelola oleh Divisi Kredit Program antara lain Produk kredit komersial yang dikelola oleh Divisi Bisnis Program
: antara lain :
i. Kredit Komersial Kepada Koperasi, i. Kredit Komersial Kepada Koperasi,
ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP), ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP),
iii. KPR/KPRS Bersubsidi, iii. Kredit dengan dana Surat Utang Pemerintah (SUP),
iv. Kredit dengan dana Surat Utang Pemerintah (SUP), iv. Kredit Kepada Kelompok dan Gabungan Kelompok Usaha Kecil
v. Kredit Kepada Kelompok dan Gabungan Kelompok Usaha Kecil (KKGUK), (KKGUK),
vi. Kredit Untuk Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA), dan lain-lain v. Kredit Untuk Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA),
vi. Kredit Usaha Rakyat (KUR),
vii. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), dan lain-lain

6. BAB II.A.1.a.i : BAB II.A.1.a.i :

i. Pemisahan Pejabat Kredit i. Pemisahan Fungsi dalam proses pemberian kredit.


Dalam proses pemberian kredit, terdapat dua fungsi yang terlibat
Berdasarkan bidang tugasnya, pejabat kredit dibedakan menjadi 2 didalamnya yaitu :
(dua), yaitu: i.1. Relationship Management (RM),
Fungsi Relationship Management (RM), merupakan fungsi
i.1. Pejabat kredit bidang Relationship Management (RM), yang yang melaksanakan kegiatan bisnis seperti pemasaran
bertanggung jawab atas credit relationship serta upaya kredit, produk simpanan dan jasa (Cross Selling), menjalin
pengembalian pinjaman performing loan. hubungan dengan debitur / calon debitur serta
melaksanakan upaya pengembalian kredit performing.
i.2. Pejabat kredit bidang Credit Risk Management (CRM), yang i.2. Credit Risk Management (CRM).
bertanggung jawab atas pengendalian risiko kredit, manajemen Fungsi Credit Risk Management merupakan fungsi yang
portofolio kredit dan pengelolaan kredit bermasalah. melaksanakan penilaian risiko kredit, pengendalian risiko
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
kredit, manajemen portofolio kredit, serta pengelolaan
kredit bermasalah.
7. BAB II.A.1.a.ii : BAB II.A.1.a.ii :

ii. Penerapan Four Eyes Principle ii. Penerapan Four Eyes Principle
Four Eyes Principle adalah suatu prinsip dalam pelaksanaan Four Eyes Principle adalah suatu prinsip dalam pelaksanaan
kewenangan kredit (memutus kredit) yang harus dilakukan bersama kewenangan prakarsa dan putusan kredit yang harus dilakukan 2
oleh minimal 2 (dua) Pejabat Kredit Lini, yang salah satu atau kedua- (dua) Pejabat Kredit Lini yang berbeda fungsi, yang salah satu
duanya mempunyai limit kewenangan yang cukup, baik dilaksanakan atau kedua-duanya mempunyai limit kewenangan yang cukup.
dengan cara simetri maupun asimetri.

Pelaksanaan secara simetri, yaitu putusan kredit yang dilakukan secara Dihapus.
bersama-sama oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan Pejabat Kredit
Lini Bidang CRM yang salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kredit
yang cukup.

Dihapus.
Pelaksanaan secara asimetri, yaitu putusan kredit yang dilakukan secara
bersama-sama oleh dua Pejabat Kredit Lini jajaran RM atau jajaran
CRM, dimana salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kredit yang
cukup.

8. BAB II.A.1.a.iii : BAB II.A.1.a.iii :

iii. Penerapan Risk Scoring System iii. Penerapan Internal Risk Rating System
Risk Scoring System adalah suatu sistim yang digunakan untuk menilai Internal Risk Rating System adalah suatu system penilaian risiko
risiko kredit secara obyektif dan realistik, sehingga menghasilkan skor (risk assessment) kredit secara obyektif dan realistik, sehingga
risiko yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk perhitungan biaya risiko menghasilkan skor risiko yang dapat dijadikan sebagai dasar
dan untuk perencanaan dan manajemen portofolio. untuk perhitungan biaya risiko dan untuk perencanaan dan
manajemen portofolio.

9. BAB II.A.1.a.iv : BAB II.A.1.a.iv :

iv. Pemisahan Pengelolaan Kredit Bermasalah. iv. Pemisahan Pengelolaan Kredit Bermasalah.
Kredit yang telah masuk dalam kategori kredit bermasalah (Kurang Kredit yang telah masuk dalam kategori kredit bermasalah
Lancar, Diragukan dan Macet) pengelolaannya harus dipindahkan dari (Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) pengelolaannya harus
jajaran RM kepada jajaran CRM atau petugas di jajaran RM yang dilimpahkan dari fungsi RM kepada fungsi CRM dan pengelolaan
ditunjuk (diberikan PDWK) untuk menangani kredit bermasalah. Dalam kredit tersebut selanjutnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
hal jajaran CRM atau RM yang ditunjuk untuk menangani kredit jajaran CRM atau RM yang ditunjuk menangani kredit
bermasalah telah menerima pelimpahan pengelolaan kredit bermasalah, bermasalah.
maka pengelolaan kredit tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
jajaran CRM atau RM yang ditunjuk menangani kredit bermasalah.
10. BAB II.A.1.b.i.1 : BAB II.A.1.b.i.1 :

1. Pengertian 1. Pengertian
PS Nasional adalah gabungan dari PS Nasional Bisnis Menengah, Bisnis PS Nasional adalah gabungan dari PS Nasional Bisnis Menengah
Ritel, Kredit Program, Bisnis Mikro serta Treasury dan Internasional. dan Korporasi, Bisnis Ritel, Kredit Program, Bisnis Mikro serta
Internasional dan Treasury.

PS Nasional Bisnis Ritel adalah kompilasi PS Kanwil-Kanwil dan Divisi PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program adalah kompilasi
Bisnis (Divisi Bisnis Ritel, Divisi Consumer Banking dan Divisi Kredit PS Kanwil-Kanwil dan Divisi Bisnis (Divisi Bisnis Ritel dan Divisi
Program), yang disetujui Direktur Bidang Bisnis (sesuai masing-masing Bisnis Program), yang disetujui Direktur Bidang Bisnis (sesuai
produk), diuji Direktur Kepatuhan dan disahkan oleh Direktur Pengendalian masing-masing produk), diuji Direktur Kepatuhan dan disahkan oleh
Kredit sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi BRI. Direktur Pengendalian Risiko Kredit sehingga dapat memberikan
keuntungan yang optimal bagi BRI.

11. BAB II.A.1.b.i.3 : BAB II.A.1.b.i.3 :

Keterangan gambar 2 : Keterangan gambar 2 :


1. Divisi ADK mengirimkan panduan penyusunan PS untuk tahun 1. Divisi ADK meminta masukan untuk penyusunan PS dan Negative
berikutnya ke Kanwil BRI. Dalam penyusunan panduan PS, Divisi ADK List tahun berikutnya ke Kanwil BRI dan KCK.
berkoordinasi dengan unit kerja terkait. Penyusunan PS harus didasarkan atas Visi, misi, dan sasaran BRI
seperti yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) BRI.
Penyusunan PS harus didasarkan atas Visi, misi, dan sasaran BRI seperti
yang tertuang dalam Rencana Bisnis BRI.

Panduan penyusunan PS memuat antara lain :


a. Prosedur penyusunan PS di setiap unit kerja
b. Tugas dan tanggung jawab dari setiap pejabat kredit dan pejabat
terkait lainnya dalam penyusunan PS pada setiap unit kerja.
c. Gambaran umum / data keragaan dan perkembangan kredit di
Kanpus BRI, antara lain :
i. Indikator Penetapan Traffic Light (berdasarkan space availibility
dan kondisi kualitas kredit)
ii. Indikator Penetapan Traffic Light per sektor ekonomi
iii. Industri Review
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
iv. Data base CRR
v. Data lainnya
Kualitas dari panduan yang disampaikan Divisi ADK tergantung
dari ketersediaan data sebagaimana tersebut di atas.

2. Kanwil BRI mendistribusikan panduan penyusunan PS ke Kanca BRI di 2. Kanwil BRI meminta masukan untuk penyusunan PS dan
wilayahnya Negative List ke Kanca BRI di wilayahnya.

3. Kanca BRI menerima panduan PS dari Kanwil. Proses pembuatan PS di 3. Kanca menyusun PS dan Negative List Kanca dengan
Kanca dilakukan melalui tahapan sbb : memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap Pejabat Kredit Lini di Kanca (termasuk PKL Kancapem) a. Pejabat Kredit Lini di Kanca dibantu oleh ADK melakukan
berkewajiban memperhatikan dan mempelajari dengan seksama analisis terhadap kondisi portofolio kredit Kanca, khususnya
Panduan PS yang ditetapkan Kantor Pusat sebagai panduan terhadap portofolio kredit yang mempunyai kualitas dan
penyusunan PS, serta Rencana Kerja dan Anggaran Kanca yang perkembangan yang sehat serta memberikan kontribusi
telah ditetapkan oleh Kanwil. keuntungan yang memadai bagi Kanca.
b. Berdasarkan Panduan PS tersebut, Pejabat Kredit Lini di Kanca b. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang
dibantu oleh ADK melakukan analisis terhadap kondisi portofolio selengkap- lengkapnya tentang perkembangan dan potensi
kredit Kanca, khususnya terhadap portofolio kredit yang ekonomi di daerahnya dari pihak ekstern antara lain : Bank
mempunyai kualitas dan perkembangan yang sehat serta Indonesia, Kantor Statistik, PEMDA, Dinas Perindag, Dinas PU,
memberikan kontribusi keuntungan yang memadai bagi Kanca. Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas
c. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang selengkap- Perkebunan, BKPMD, Kadin, dan lain lain.
lengkapnya tentang perkembangan dan potensi ekonomi di c. Atas dasar butir b tersebut di atas, dilakukan analisis
daerahnya dari pihak ekstern antara lain : PEMDA, Dinas Perindag, kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman
Dinas PU, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas (analisis SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap
Perkebunan, BKPMD, Kadin, dan lain lain. jenis usaha yang mempunyai peluang untuk dilayani dan
d. Atas dasar butir b dan c tersebut di atas, dilakukan analisis dikembangkan, serta jenis usaha yang tidak akan dilayani
kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman (analisis oleh Kanca (negative list).
SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap jenis usaha d. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan PS Kanca, dan
yang mempunyai peluang untuk dilayani dan dikembangkan. dituangkan dalam Formulir Penetapan PS.
e. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan PS Kanca, dan Kanca BRI mengirimkan usulan PS ke Kanwil BRI.
dituangkan dalam Formulir Penetapan PS.
f. Kanca BRI mengirimkan usulan PS ke Kanwil BRI.

4. Proses Pembuatan PS di Kanwil sebagai berikut: 4. Proses Pembuatan PS di Kanwil sebagai berikut:
Bagian ADK Kanwil menerima usulan PS Kanca. Selanjutnya Pinwil Bagian ADK Kanwil menerima usulan PS dan Negative List Kanca.
dibantu oleh Wapinwil, Bagian Bisnis Ritel, Bagian Kredit Program, Selanjutnya Pinwil dibantu oleh Wapinwil, Bagian Bisnis Ritel,
Group AO, Bagian ADK dan Grup Analisis Risiko Kredit (ARK) Kanwil Bagian Kredit Program, Group AO, Bagian ADK dan Grup Analisis
melakukan penelitian dan evaluasi atas usulan PS Kanca. Kanwil dapat Risiko Kredit (ARK) Kanwil melakukan penelitian dan evaluasi atas
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
melakukan penambahan atau pengurangan usulan PS Kanca setelah usulan PS dan Negative List Kanca. Kanwil dapat melakukan
koordinasi dengan Kanca ybs. penambahan atau pengurangan usulan PS Kanca setelah
Prosedur penyusunan usulan PS Kanwil adalah sebagai berikut : koordinasi dengan Kanca ybs.
a. Setiap Pejabat Kredit Lini di Kanwil berkewajiban memperhatikan Prosedur penyusunan usulan PS Kanwil adalah sebagai berikut :
dan mempelajari dengan seksama Panduan PS yang ditetapkan a. Pejabat Kredit Lini di Kanwil dibantu oleh Bagian ADK
Kantor Pusat sebagai panduan penyusunan PS, serta Rencana Kerja melakukan analisis terhadap kondisi portofolio kredit
dan Anggaran yang telah ditetapkan oleh Kanpus. Kanca/Kanwil, khususnya terhadap portofolio kredit yang
b. Berdasarkan Panduan PS tersebut, Pejabat Kredit Lini di Kanwil mempunyai kualitas dan perkembangan yang sehat serta
dibantu oleh Bagian ADK melakukan analisis terhadap kondisi memberikan kontribusi keuntungan yang memadai bagi
portofolio kredit Kanca/Kanwil, khususnya terhadap portofolio kredit Kanca/Kanwil.
yang mempunyai kualitas dan perkembangan yang sehat serta b. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang
memberikan kontribusi keuntungan yang memadai bagi selengkap- lengkapnya tentang perkembangan dan potensi
Kanca/Kanwil. ekonomi di daerahnya dari pihak ekstern antara lain : Bank
c. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang selengkap- Indonesia, Kantor Statistik, PEMDA, Dinas Perindag, Dinas PU,
lengkapnya tentang perkembangan dan potensi ekonomi di Dinas Perkebunan, dan lain lain.
daerahnya dari pihak ekstern antara lain : PEMDA, Dinas Perindag, c. Atas dasar butir b tersebut di atas, dilakukan analisis
Dinas PU, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman
Perkebunan, BKPMD, Kadin, dan lain lain. (analisis SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap
d. Atas dasar butir b dan c tersebut di atas, dilakukan analisis jenis usaha yang mempunyai peluang untuk dilayani dan
kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman (analisis dikembangkan Kanwil.
SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap jenis usaha d. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan tambahan PS
yang mempunyai peluang untuk dilayani dan dikembangkan Kanwil. dan Negative List Kanwil, dan dituangkan dalam Formulir
e. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan tambahan PS Kanwil, Penetapan PS.
dan dituangkan dalam Formulir Penetapan PS. e. PS dan Negative List hasil kompilasi dari Kanca digabung
f. PS hasil kompilasi dari Kanca digabung dengan tambahan PS Kanwil dengan tambahan PS dan Negative List Kanwil sendiri
sendiri menjadi usulan PS Kanwil yang bersangkutan. menjadi usulan PS Kanwil yang bersangkutan.
Bagian ADK Kanwil mengirimkan usulan PS Kanwil ke Divisi ADK. Bagian ADK Kanwil mengkompilir dan mengirimkan usulan PS dan
Negative List Kanwil ke Divisi ADK.

5. Divisi ADK melakukan kompilasi terhadap usulan PS Kanwil dan 5. Divisi ADK melakukan kompilasi terhadap usulan PS dan Negative
melakukan penelitian dan memastikan bahwa PS Nasional Bisnis Ritel List Kanwil dan melakukan penelitian dan memastikan bahwa PS
tidak bertentangan dengan KUP. Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program tidak
Proses penelitian dan evaluasi dilakukan Divisi ADK bersama-sama bertentangan dengan KUP.
dengan Divisi Bisnis Ritel, Divisi Kredit Program, Divisi ARK, Divisi Proses penelitian dan evaluasi dilakukan Divisi ADK bersama-
Renstra, Divisi Consumer Banking dan Perencana Bisnis Ritel serta unit sama dengan Divisi Bisnis Ritel, Divisi Kredit Program, Divisi ARK,
kerja terkait lainnya. Apabila dipandang perlu, Divisi Bisnis Ritel, Divisi Divisi Renstra, serta unit kerja terkait lainnya. Apabila dipandang
Consumer Banking dan Divisi Kredit Program dapat menambahkan PS perlu, Divisi Bisnis Ritel, dan Divisi Bisnis Program dapat
Bisnis Ritel Kantor Pusat kedalam kompilasi PS Kanwil sehingga akan menambahkan PS Bisnis Ritel dan Bisnis Program Kantor Pusat
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
diperoleh PS Nasional Bisnis Ritel yang menggambarkan rencana kedalam kompilasi PS Kanwil sehingga akan diperoleh PS
pengembangan Bisnis Ritel di tingkat Kanca/Kanwil dan Kantor Pusat. Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program yang
menggambarkan rencana pengembangan Bisnis Ritel dan Bisnis
Program di tingkat Kanca, Kanwil dan Kantor Pusat.
6. Divisi ADK mengirimkan PS Nasional Bisnis Ritel kepada Direktur Bidang
Bisnis (ritel, program, consumer loan) untuk mendapatkan persetujuan 6. Divisi ADK mengirimkan PS Nasional Bisnis Ritel kepada Direktur
melalui Direktur Pengendalian Kredit. Bidang Bisnis (Ritel dan Program) untuk mendapatkan
persetujuan melalui Direktur Pengendalian Risiko Kredit.
7. Direktur Bidang Bisnis (ritel, program, consumer loan) meneliti PS Direktur Bidang Bisnis (Ritel dan Program) meneliti PS Nasional
Nasional Bisnis Ritel dan PS Kanwil yang diusulkan oleh Divisi ADK. Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan PS Kanwil yang diusulkan
Apabila Direktur Bidang Bisnis menyetujui usulan PS Nasional, maka oleh Divisi ADK.
usulan tersebut diteruskan kepada Direktur Kepatuhan melalui Direktur
Pengendalian Kredit, untuk diuji lebih lanjut. 7. Apabila Direktur Bidang Bisnis menyetujui usulan PS Nasional
Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program tersebut,
maka usulan tersebut diteruskan kepada Direktur Kepatuhan
melalui Direktur Pengendalian Risiko Kredit, untuk dilakukan uji
8. Apabila Direktur Bidang Bisnis (ritel, program, consumer loan) tidak Kepatuhan. Direktur Kepatuhan melakukan pengujian terhadap
menyetujui usulan PS Nasional Bisnis Ritel, maka usulan PS Nasional usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program yang telah
Bisnis Ritel dikembalikan ke Divisi ADK dan selanjutnya diproses kembali disetujui Direktur Bidang Bisnis.
mulai dari nomor 5.
8. Apabila Direktur Bidang Bisnis (Ritel dan Program) tidak
9. Direktur Kepatuhan melakukan pengujian terhadap usulan PS Nasional menyetujui usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program
Bisnis Ritel yang telah disetujui Direktur Bidang Bisnis. Apabila usulan PS dan Bisnis Program tersebut, maka usulan PS Nasional Bisnis Ritel
Nasional Bisnis Ritel disetujui oleh Direktur Kepatuhan, maka usulannya dan Bisnis Program dan Bisnis Program tersebut dikembalikan ke
diteruskan kepada Direktur Pengendalian Kredit untuk disahkan. Divisi ADK dan selanjutnya diproses kembali mulai dari nomor 5.
(langsung ke nomor 11).
9. Apabila usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan
10. Apabila usulan PS Nasional Bisnis Ritel dinyatakan tidak memenuhi Bisnis Program dinyatakan lolos uji kepatuhan oleh Direktur
prinsip kehati-hatian dalam pengujian yang dilakukan oleh Direktur Kepatuhan, maka usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis
Kepatuhan, maka PS Nasional tersebut dikembalikan kepada Direktur Program dan Bisnis Program tersebut diteruskan kembali kepada
Pengendalian Kredit untuk selanjutnya disampaikan kepada Divisi ADK Direktur Pengendalian Risiko Kredit untuk disahkan.
dan diproses kembali mulai nomor 5.
10. Direktur Pengendalian Risiko Kredit mengesahkan usulan PS
11. Direktur Pengendalian Kredit mengesahkan usulan PS Nasional Bisnis Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program yang
Ritel yang sudah mendapatkan pengujian dari Direktur Kepatuhan dan sudah mendapatkan Sertifikat Kepatuhan dari Direktur Kepatuhan
selanjutnya diteruskan ke Divisi ADK. dan selanjutnya diteruskan ke Divisi ADK.

12. Divisi ADK menerima dan mengadministrasikan PS Nasional Bisnis Ritel


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
yang telah disetujui dan disahkan, serta meneruskan PS Nasional dan 11. Apabila usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan
PS Kanwil ke Divisi Bisnis Ritel, Divisi Consumer Banking, Divisi Kredit Bisnis Program dinyatakan tidak memenuhi prinsip kehati-hatian
Program, masing-masing Kanwil dan KCK. dalam pengujian yang dilakukan oleh Direktur Kepatuhan, maka
PS Nasional dan Bisnis Program tersebut dikembalikan kepada
13. Kanwil Bagian ADK menerima PS Kanwil yang telah disetujui Direktur Direktur Pengendalian Risiko Kredit untuk selanjutnya
Bidang Binis dan disahkan Direktur Pengendalian Kredit. disampaikan kepada Divisi ADK dan diproses kembali mulai
nomor 5.
14. Berdasarkan PS Kanwil yang telah disetujui tersebut, Bagian ADK Kanwil
mendistribusikan PS Kanca sesuai usulan PS Kanca yang telah dievaluasi 12. Divisi ADK menerima dan mengadministrasikan PS Nasional
Kanwil. Bisnis Ritel dan Bisnis Program yang telah disetujui dan
disahkan, serta meneruskan PS Nasional dan PS Kanwil ke
Divisi Bisnis Ritel, Divisi Bisnis Program, Kanwil Selindo dan KCK.
Kanwil Bagian ADK menerima PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis
Program yang telah disetujui Direktur Bidang Binis dan disahkan
Direktur Pengendalian Risiko Kredit.

13. Berdasarkan PS Kanwil yang telah disetujui tersebut, Bagian ADK


Kanwil mendistribusikan PS Kanca sesuai usulan PS Kanca yang
telah dievaluasi Kanwil.

12. BAB II.B BAB II.B

Paragraf 4 : Dihapus.
Penilaian kualitas kredit berdasarkan kolektibilitas merupakan pendekatan
rating secara kualitatif. Penerapan kualitas kredit pada sistim manajemen
risiko modern sebagaimana direkomendasikan dalam BASEL ACCORD II,
dilakukan berdasarkan sistim rating secara kuantitatif yang di BRI dikenal
dengan Credit Risk Rating (CRR). Selama masa transisi sebelum
diberlakukan ketentuan BASEL ACCORD II, penilaian kualitas kredit ritel
menggunakan dua pendekatan secara parallel yaitu sistim kolektibilitas BI
dan CRR.

13. BAB III : BAB III :

Organisasi dan manajemen perkreditan Bisnis Ritel dibagi menjadi 2 (dua) Selanjutnya sebagaimana telah disampaikan dalam bab sebelumnya
bidang, yaitu Bidang Relationship Management (RM) yang dipimpin oleh bahwa organisasi dan manajemen perkreditan Bisnis Ritel dibagi
Direktur Bisnis Ritel/Direktur Bisnis Menengah (yang membawahi Divisi menjadi 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi Relationship Management (RM)
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Kredit Program) dan Bidang Credit Risk Management (CRM) yang dipimpin dan fungsi Credit Risk Management (CRM). Pembagian unit kerja
oleh Direktur Pengendalian Kredit. yang termasuk fungsi Relationship Management dan fungsi Credit
Pembagian unit kerja yang termasuk jajaran Relationship Management dan Risk Management adalah sebagai berikut :
Credit Risk Management adalah sebagai berikut : I. Fungsi Relationship Management (RM)
1. Kantor Pusat (Direktur Bidang Bisnis Ritel dan Program)
1. Unit Kerja Relationship Management (RM) 2. Kantor Cabang Khusus
3. Kantor Wilayah
a. Kantor Pusat : 4. Kantor Cabang .
i. Direktur UMKM 5. Kantor Cabang Pembantu.
ii. Direktur Konsumer
iii. Direktur Bisnis Umum (yang membawahi Divisi Kredit Program)
iv. Divisi Bisnis Ritel II. Fungsi Credit Risk Management (CRM)
v. Divisi Consumer Banking 1. Kantor Pusat :
vi. Divisi Kredit Program  Direktur Pengendalian Risiko Kredit.
b. Kantor Wilayah  Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah.
c. Kantor Cabang Khusus. 2. Kantor Cabang Khusus
d. Kantor Cabang. 3. Kantor Wilayah.
e. Kantor Cabang Pembantu. 4. Kantor Cabang
5. Kantor Cabang Pembantu
2. Unit Kerja Bidang Credit Risk Management (CRM)
a. Kantor Pusat.
i. Direktur Pengendalian Kredit.
ii. Divisi Analisis Risiko Kredit.
iii. Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah.
iv. Divisi Administrasi Kredit.
b. Kantor Wilayah.
c. Kantor Cabang Khusus
d. Kantor Cabang
e. Kantor Cabang Pembantu.

14. BAB III.A BAB III.A

1. Satuan Kerja Perkreditan Bisnis Ritel dan Kredit Program 1. Satuan Kerja Perkreditan Bisnis Ritel
Satuan Kerja Perkreditan (SKP) Bisnis Ritel dan Kredit Program adalah Satuan Kerja Perkreditan (SKP) Bisnis Ritel adalah jajaran
jajaran Relationship Management dan jajaran Credit Risk Management di Relationship Management dan jajaran Credit Risk Management
Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang, di Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang, dan
dan Kantor Cabang Pembantu. Kantor Cabang Pembantu.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
15. BAB III.A BAB III.A

2. Pejabat Kredit Bisnis Ritel 2. Pejabat Kredit Bisnis Ritel


Satuan kerja…. Satuan kerja….
…. ….
Adapun Pejabat Kredit Lini Bisnis Ritel dan Kredit Program meliputi : Sedangkan berdasarkan fungsi nya, Pejabat Kredit Lini bidang
i. PKL Bidang RM, yaitu : Bisnis Ritel terdiri dari :
i.1. Direktur UMKM i. PKL Bidang RM, yaitu :
i.2. Direktur Konsumer i.1. Pemimpin Wilayah/Wakil Pemimpin Wilayah.
i.3. Direktur Bisnis Umum (yang membawahi Divisi Kredit Program). i.2. Pincasus/Wapincasus
i.4. Kepala Divisi / Wakil Kepala Divisi Bisnis Ritel. i.3. Kabag Bisnis dan Trade Finance di KCK
i.5. Kepala Divisi / Wakil Kepala Divisi Consumer Banking. i.4. Account Officer KCK
i.6. Kepala Divisi / Wakil Kepala Divisi Kredit Program. i.5. Account Officer Kantor Wilayah.
i.7. Pemimpin Wilayah / Wakil Pemimpin Wilayah. i.6. Pemimpin Cabang.
i.8. Account Officer Kantor Wilayah. i.7. Manajer Pemasaran
i.9. Pemimpin Cabang Khusus/Wakil Pemimpin Cabang Khusus. i.8. Asisten Manajer Pemasaran
i.10. Kabag Bisnis di Divisi Bisnis Ritel i.9. Account Officer Kanca
i.11. Kabag Bisnis di Divisi Kredit Program. i.10. Pemimpin Cabang Pembantu.
i.12. Kabag Pemasaran di Divisi Consumer Banking. i.11. Account Officer Kantor Cabang Pembantu.
i.13. Account Officer / PKL di Divisi Kredit Program.
i.14. Account Officer / PKL di Divisi Consumer Banking. ii. PKL Bidang CRM yaitu:
i.15. Kabag Pemasaran Kredit di KCK ii.1. Group Head Analisis Risiko Kredit KCK
i.16. Account Officer di KCK ii.2. Group Head Analisis Risiko Kredit Kantor Wilayah.
i.17. Pemimpin Cabang. ii.3. Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit
i.18. Manajer Pemasaran. Bermasalah Kantor Wilayah.
i.19. Account Officer Kanca. ii.4. Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit
i.20. Pemimpin Cabang Pembantu. Bermasalah Kantor Cabang Khusus
i.21. Account Officer Kantor Cabang Pembantu. ii.5. Staf Analisis Risiko Kredit KCK
ii. PKL Bidang CRM yaitu: ii.6. Staf Analisis Risiko Kredit Kantor Wilayah
ii.1. Direktur Pengendalian Kredit. ii.7. Account Officer Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit
ii.2. Kepala Divisi / Wakil Kepala Divisi Analisis Risiko Kredit. Bermasalah Kantor Wilayah
ii.3. Kepala Divisi / Wakil Kepala Divisi Restrukturisasi dan ii.8. Account Officer Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit
Penyelesaian Kredit Bermasalah. Bermasalah Kantor Cabang Khusus
ii.4. Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Ritel ii.9. Pemimpin Cabang, Manajer Pemasaran, Asisten
Bermasalah Kantor Pusat Manajer Pemasaran, AO Kanca, Pincapem dan AO
ii.5. Group Head Analisis Risiko Kredit Kantor Pusat. Kancapem (dalam hal ditunjuk untuk menangani kredit
ii.6. Group Head Analisis Risiko Kredit Kantor Wilayah. bermasalah).
ii.7. Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Kantor Wilayah.
ii.8. Group Head Analisis Risiko Kredit Kantor Cabang Khusus
ii.9. Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Kantor Cabang Khusus
ii.10. Staf Analisis Risiko Kredit Ritel Kantor Pusat.
ii.11. Staf Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Ritel Bermasalah
Kantor Pusat.
ii.12. Staf Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah Kantor
Wilayah.
ii.13. Staf Analisis Risiko Kredit Kantor Wilayah
ii.14. Staf Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah Kantor
Cabang Khusus
ii.15. Staf Analis Risiko Kredit Kantor Cabang Khusus
ii.16. Pemimpin Cabang, Manajer Pemasaran, AO Kanca, Pincapem
dan AO Kancapem (dalam hal ditunjuk untuk menangani kredit
bermasalah).
16. BAB III.B BAB III.B

1. Pejabat Kredit Lini Kantor Pusat 1. Direktur Bidang Bisnis


a. Direktur UMKM Tugas dan tanggung jawab Direktur Bidang Bisnis adalah
…… sebagai berikut :
9. AMPB/Supervisor ADK/Petugas ADK Kantor Cabang i. Bertanggung jawab atas tercapainya kualitas portofolio
.......................dst kredit Bisnis Ritel yang sehat dan menguntungkan.
n. Menerima dan menyimpan bukti asli kepemilikan agunan ii. Mengusulkan peraturan perkreditan yang terkait dengan
dari nasabah sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bisnis Ritel, yang dituangkan antara lain dalam bentuk Surat
Keputusan, Surat Edaran, Surat, Facsimile dan lain-lain,
sesuai dengan prosedur dan kewenangan yang diatur dalam
KUP dan PPK Bisnis Ritel.
iii. Secara individu atau bersama-sama Direktur Pengendalian
Kredit menyelesaikan masalah-masalah kredit yang sangat
penting dan atau pengecualian-pengecualian dari kebijakan.
iv. Menyetujui PS dan KRD, beserta perubahannya berdasarkan
usulan dari Divisi ADK.
v. Mendelegasikan kewenangan memutus kredit kepada
pejabat RM yang ditunjuk, sesuai dengan batas
kewenangan yang dimiliki dan secara berkala melakukan
evaluasi atas pemberian PDWK tersebut.
vi. Memastikan bahwa setiap unit kerja pada bidang Bisnis Ritel
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
telah mendapat bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan
strategi dan rencana tindak lanjut.
vii. Mendiskusikan strategi dan rencana tindakan baru apabila
berdasarkan evaluasi ternyata strategi dan rencana tindakan
terdahulu tidak efektif.
viii. Sebagai anggota Komite Kebijakan Perkreditan.

2. Direktur Pengendalian Risiko Kredit


Tugas dan tanggung jawab Direktur Pengendalian Risiko Kredit
adalah sebagai berikut :
i. Bersama-sama Direktur Bisnis bertanggung jawab terhadap
tercapainya portofolio kredit yang sehat sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
ii. Mereview kebijakan dan pedoman perkreditan secara
periodik atau sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
iii. Mendelegasikan kewenangan memutus kredit kepada
pejabat Credit Risk Management yang ditunjuk sesuai
dengan batas kewenangan yang dimiliki dan secara berkala
melakukan evaluasi atas pemberian PDWK tersebut.
iv. Bersama-sama Direktur Bisnis menyelesaikan masalah-
masalah kredit yang sangat penting dan atau pengecualian-
pengecualian dari kebijakan.
v. Mengesahkan PS dan KRD Bisnis Ritel .
vi. Sebagai anggota Komite Kebijakan Perkreditan.
Tugas dan Tanggung jawab satuan kerja perkreditan
selain tugas dan tanggung jawab Direksi, mengacu pada
Daftar Uraian Jabatan (DUJ) yang berlaku .

17. BAB III.C BAB III.C

C. KOMITE KREDIT KANTOR WILAYAH DAN KANTOR CABANG C. KOMITE KREDIT


KHUSUS Ketentuan mengenai tugas dan tanggung jawab Komite Kredit
Komite Kredit Kantor Wilayah dan Kantor Cabang Khusus merupakan lebih rinci diatur dalam ketentuan tersendiri.
komite operasional kredit Kantor Wilayah dan Kantor Cabang Khusus
yang mandiri dalam mengevaluasi dan atau memutus permohonan kredit
untuk jumlah diatas PDWK Pinwil/Pincasus sampai dengan maksimum
kredit ritel.
Ketentuan mengenai tugas dan tanggung jawab Komite Kredit Kantor
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Wilayah dan Kantor Cabang Khusus diatur tersendiri

18. D. PEJABAT YANG TERKAIT DALAM PROSES PUTUSAN KREDIT D. PEJABAT YANG TERLIBAT DALAM PROSES PUTUSAN
KREDIT
Pejabat yang terkait dalam proses putusan kredit adalah terdiri dari
pejabat pemrakarsa kredit dan pejabat pemutus kredit untuk jajaran Pejabat yang terlibat dalam proses putusan kredit terdiri dari
RM, sedangkan untuk jajaran CRM terdiri dari Pemrakarsa / Penganalisis pejabat pemrakarsa kredit bidang RM dan CRM, serta pejabat
kredit dan pejabat pemutus kredit. Tugas dan tanggung jawab pemutus kredit untuk bidang RM dan CRM.
Pemrakarsa Kredit dan Pemutus Kredit jajaran RM adalah sebagai 1. Tugas dan tanggung jawab utama pemrakarsa kredit bidang
berikut : RM adalah :
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pemrakarsa Kredit : a. Melakukan on the spot (OTS) untuk melakukan
a. Menciptakan hubungan awal dengan calon debitur atau debitur collecting data, pemeriksaan ke lokasi usaha dan
yang akan dilayani. agunan, serta bertanggung jawab terhadap kebenaran
b. Memastikan bahwa debitur / calon debitur yang akan dilayani hasil collecting data tersebut. Apabila formasi Credit
sudah termasuk dalam PS, KRD. Investigator (CI) di Kanca telah dipenuhi, maka
c. Melaksanakan tugasnya berdasarkan kemahiran profesionalnya pemeriksaan dan penilaian agunan menjadi tanggung
secara jujur, objektif, cermat dan seksama. jawab Credit Investigator (CI).
d. Setiap pejabat pemrakarsa / penganalisa dan pengevaluasi b. Melakukan prakarsa kredit dengan berpedoman kepada
kredit bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun secara prinsip kehati-hatian dan azas-azas perkreditan yang
bersama-sama dengan pejabat yang terlibat dalam proses sehat. Dalam melakukan prakarsa kredit, pejabat
putusan kredit (tanggung renteng) pemrakarsa harus melakukan analisis dan penilaian
e. Setiap kredit yang diprakarsai telah sesuai dengan ketentuan risiko (risk assessment) sesuai ketentuan yang berlaku
perbankan dan asas-asas perkreditan yang sehat serta prinsip secara jujur,obyektif dan professional.
kehati-hatian. c. Minimal sekali dalam 3 (tiga) bulan harus melakukan
f. Menerima dan menindaklanjuti permohonan tertulis dari debitur monitoring atas account binaannya (termasuk account
atas kebutuhan kreditnya. yang dilimpahkan dari AO lain), baik secara on-site
g. Meyakini kebenaran data dan informasi awal yang disajikan. maupun off-site, untuk memastikan cash flow debitur
h. Meneliti dan memastikan bahwa dokumen yang mendukung masih cukup untuk membayar kewajibannya dan segera
putusan kredit masih berlaku, sah dan berkekuatan hukum. mencari solusi yang tepat apabila terdapat tanda-tanda
i. Melakukan negosiasi awal dengan debitur dan melaporkan hasil penurunan cash flow. Hasil monitoring dituangkan
negosiasi tersebut secara tertulis. dalam Laporan Kunjungan Nasabah (LKN).
j. Menyajikan analisis dan evaluasi kredit sesuai dengan format d. Melakukan review berkas pinjaman atas account
yang berlaku. binaannya secara berkala dan memastikan seluruh
k. Menyajikan secara tertulis risiko yang dapat diidentifikasi dokumen yang diperlukan sudah dipenuhi (termasuk
berdasarkan hasil analisis. dokumen yang di PPND) dan ditatakerjakan dalam
l. Meyakini bahwa tipe, struktur dan syarat kredit yang diusulkan berkas pinjaman.
bersifat melindungi BRI.
m. Menindaklanjuti penyelesaian PPND. Tugas lainnya sebagaimana job description sesuai ketentuan
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
n. Melakukan review dokumen yang menjadi tanggung jawabnya. yang berlaku.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pemutus Kredit 2. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pemutus Kredit (RM
a. Melaksanakan tugasnya berdasarkan kemahiran profesionalnya dan CRM) adalah melakukan putusan kredit (baik
secara jujur, objektif, cermat dan seksama. menyetujui maupun menolak) sesuai limit yang telah
b. Setiap pejabat pemutus kredit / anggota komite kredit ditetapkan secara obyektif, mandiri dan profesional setelah
bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun secara meyakini bahwa pejabat pemrakarsa telah melakukan
bersama-sama dengan pejabat yang terlibat dalam proses analisis dan penilaian risiko (risk assessment) yang cukup
putusan kredit (tanggung renteng). terhadap kredit yang akan diputus.
c. Setiap kredit yang diputus telah sesuai dengan ketentuan
perbankan dan asas-asas perkreditan yang sehat serta prinsip 3. Tugas dan tanggung jawab Credit Investigator (CI) adalah
kehati-hatian. melakukan penilaian agunan kredit secara mandiri,
d. Memastikan bahwa debitur yang akan diputus telah sesuai professional dan obyektif serta melakukan verifikasi
dengan PS, KRD, dan yang telah ditetapkan. terhadap kebenaran identitas dan legalitas usaha
e. Meyakini kebenaran data dan informasi yang disampaikan dalam debitur/calon debitur.
putusan kredit.
f. Meyakini dokumen yang mendukung putusan kredit telah
lengkap, berlaku, sah, dan berkekuatan hukum.
g. Meyakini bahwa analisis dan evaluasi kredit telah dilakukan
dengan benar dan memadai, sehingga tercermin kekuatan /
kelemahan debitur dan usahanya serta adanya proyeksi cashflow
yang mendukungnya.
h. Untuk debitur lama yang diperpanjang, suplesi, restrukturisasi
dan penyelesaian kredit, meyakini bahwa review dokumen dan
usaha debitur telah dilaksanakan dengan berkesinambungan.
i. Untuk debitur lama yang diperpanjang, suplesi, restrukturisasi
dan penyelesaian kredit, meyakini bahwa pembinaan
administratif maupun pembinaan lapangan telah dilaksanakan.
j. Memastikan bahwa tipe dan struktur kredit telah disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku.
k. Memberikan persetujuan atau penolakan kredit sesuai dengan
batas wewenang / jenis kredit yang ditetapkan Direksi.
l. Memastikan bahwa PPND telah dibuat dan dipastikan jadwal
penyerahannya.

19. BAB IV.A.1 BAB IV.A.1

1. Ketentuan KHTPK 1. Ketentuan KHTPK


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
a. Setiap pemberian ………dst. a. Setiap pemberian ………dst.
b. KHTPK tersebut di atas harus dituangkan dalam analisis dan evaluasi b. Pendekatan KHTPK dilakukan dengan tujuan untuk
kredit yang dibuat oleh Pejabat Kredit Lini. Dengan demikian setiap mengetahui dan meminimalkan total risiko yang ditanggung
Pejabat Kredit Lini sejak awal prakarsa wajib mencari informasi yang BRI serta untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
relevan dengan fasilitas kredit yang sudah dan atau akan diterima terhadap pemohon kredit. Dengan demikian setiap Pejabat
oleh pemohon kredit. Kredit Lini sejak awal prakarsa wajib mencari informasi yang
c. Pendekatan KHTPK dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan relevan dengan fasilitas kredit yang sudah dan atau akan
meminimalkan total risiko yang ditanggung BRI serta untuk diterima oleh pemohon kredit.
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap pemohon
kredit.

20. BAB IV.A.2 BAB IV.A.2

2. Penentuan KHTPK 2. Penentuan KHTPK


Dalam penetapan KHTPK Pejabat Kredit Lini harus memperhatikan hal- Dalam penetapan KHTPK Pejabat Kredit Lini harus
hal sebagai berikut : memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Total Eksposur a. Total Eksposur


Penetapan total eksposur diatur sebagai berikut : Penetapan total eksposur diatur sebagai berikut :
i. Seluruh fasilitas kredit yang diberikan kepada satu pemohon i. Seluruh fasilitas kredit yang diberikan kepada satu
kredit, baik individual maupun kelompok harus diagregasikan. pemohon kredit baik individual maupun group (kelompok
ii. Konsep total eksposur dimaksudkan untuk mengetahui dan peminjam) harus diagregasikan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi besarnya risiko kredit secara menyeluruh serta mengidentifikasi besarnya risiko kredit secara
digunakan untuk menentukan batas kewenangan pejabat menyeluruh serta digunakan untuk menentukan batas
pemutus kredit. kewenangan pejabat pemutus kredit.
iii. Fasilitas kredit yang tidak perlu diagregasikan dengan fasilitas ii. Fasilitas kredit dengan agunan kas (cash collateralized)
kredit lain yang diterima pemohon adalah kredit yang dijamin tetap diperhitungkan dalam konsep total eksposur namun
dengan agunan kas sepenuhnya (fully cash collateral). dijadikan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan
Khusus untuk pelayanan kredit kepada debitur yang masih dilayani risiko kredit dan limit pejabat pemutus
oleh BRI Unit, agar mengacu pada PPK Bisnis Mikro. Ketentuan mengenai Agunan kas diatur dalam ketentuan
tersendiri.
iii. Khusus untuk pemberian kredit kepada debitur yang
telah memiliki fasilitas Kartu Kredit dan Kredit Konsumer
lain di BRI, maka terhadap seluruh fasilitas kredit yang
telah dan akan diberikan (baik direct maupun contigent)
tetap harus ditotal eksposur untuk menentukan total
risiko dan menjaga ketaatan terhadap batasan BMPK.
Namun dengan mempertimbangkan karakteristik produk
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
kartu kredit dan kredit konsumer, maka penentuan
pejabat pemutus hanya didasarkan pada plafond kredit
yang akan diputus tanpa mengagregasikan dengan
fasilitas kartu kredit dan kredit konsumer-nya.
Yang dimaksud dengan kredit konsumer adalah KPR,
KKB, Briguna, KTA, Kredit Multi Guna, dan produk kredit
konsumer lain yang sejenis yang akan ada.

21. Bab IV.A.2.b BAB IV.A.2.b

iii. Tugas/tanggung jawab dan kewajiban Unit Pengendali Dihapus


iii.1. Bertanggung jawab terhadap proses pemberian kredit secara
keseluruhan (termasuk kredit yang di sub-alokasikan kepada Unit
Pemberi kredit) PS.
iii.2. Melakukan pembinaan dan monitoring secara keseluruhan dan
menyampaikan informasi perkembangan kinerja kredit secara
tertulis kepada unit pemberi kredit
iii.3. Mengelola dokumentasi kredit (barkas I dan II)

iv. Tugas/tanggung jawab Unit Pemberi


iv.1. Menyediakan fasilitas kredit dan melakukan pencairan kredit atas
persetujuan tertulis dari Unit Pengendali.
iv.2. Apabila terdapat persyaratan putusan yang belum lengkap, Unit
Pemberi segera memintakan kelengkapannya ke Unit Pengendali
dengan sarana tercepat (laporan tertulis menyusul).
iv.3. Apabila terdapat hal yang kurang jelas mengenai syarat dan
ketentuan kredit yang harus dipenuhi oleh nasabah agar segera
dimintakan konfirmasi kepada Unit Pengendali
iv.4. Dapat menyetujui fasilitas kredit sendiri (tanpa persetujuan Unit
Pengendali) kepada anggota suatu institutional customer apabila
fasilitas kredit yang diajukan dijamin dengan agunan kas
sepenuhnya dan melaporkannya secara tertulis kepada Unit
Pengendali
iv.5. Melaksanakan pembinaan dan monitoring terhadap fasilitas kredit
yang dialokasikan kepadanya
iv.6. Melaporkan pencairan kredit ke Unit Pengendali paling lambat 30
hari sejak pencairan kredit dilakukan.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
22. BAB IV.B.2.b BAB IV.B.2.b

Apabila dalam pengelolaan debitur memerlukan pemindahan Account dari iii. Apabila dalam pengelolaan debitur memerlukan pemindahan
satu unit kerja ke unit kerja lain, demi kepentingan optimalisasi pelayanan account dari satu unit kerja ke unit kerja lain, demi kepentingan
kepada debitur, mekanismenya diatur sbb : optimalisasi pelayanan kepada debitur, mekanismenya diatur
sebagai berikut :
i. Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan melimpahkan kredit harus iii.a. Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan melimpahkan kredit
menyertakan surat permohonan debitur, paket kredit terakhir, serta harus menyertakan surat permohonan debitur, paket kredit
pertimbangan atau analisis pelimpahan. terakhir, serta pertimbangan atau analisis pelimpahan.
iii.b. Ketentuan tentang pelimpahan kredit dari satu Unit Kerja ke
ii. Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan menerima pelimpahan (yang Unit Kerja lain untuk BRIGUNA diatur tersendiri.
akan mengelola) wajib melakukan analisis kelayakan kredit dan iii.c. Dalam hal terjadi ketidaksepakatan pelimpahan kredit
memberikan persetujuan/penolakan terhadap pelimpahan tersebut. dalam bidang bisnis yang sama maka permasalahannya
diputus oleh Direktur bidang bisnis tersebut, sedangkan
iii. Apabila berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan ternyata Unit dalam hal terjadi ketidaksepakatan pelimpahan kredit antar
Kerja atau bidang bisnis yang akan menerima pelimpahan tidak dapat bidang bisnis, maka permasalahan tersebut diputus oleh
menyetujui pelimpahan tersebut, maka paket kredit dikembalikan lagi Direktur Pengendalian Risiko Kredit bersama Direktur
kepada Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan melimpahkan. bidang bisnis terkait

iv. Ketentuan tentang pelimpahan kredit dari satu Unit Kerja ke Unit Kerja
lain untuk Kretap dan Kredit Konsumsi lainnya diatur tersendiri.

Dalam hal terjadi ketidaksepakatan pelimpahan kredit dalam bidang


bisnis yang sama maka permasalahannya diputus oleh Direktur bidang
bisnis tersebut, sedangkan dalam hal terjadi ketidaksepakatan
pelimpahan kredit antar bidang bisnis, maka permasalahan tersebut
diputus oleh Direktur Pengendalian Kredit. Apabila Direktur
Pengendalian Kredit memandang perlu, dapat diputus bersama Direktur
Utama.

23. BAB IV.B.2.c BAB IV.B.2.c

ii. Peminjam digolongkan sebagai anggota suatu kelompok peminjam ii. Peminjam digolongkan sebagai anggota suatu kelompok peminjam
apabila peminjam mempunyai hubungan pengendalian dengan (Group) apabila peminjam mempunyai hubungan pengendalian
peminjam lain, baik melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan dan dengan peminjam lain, baik melalui hubungan kepemilikan,
atau keuangan, meliputi : kepengurusan dan atau keuangan.
…………dst Ketentuan lebih lanjut mengenai Group diatur dalam Surat Edaran
vii. Untuk terlaksananya…dst Direksi tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi

24. BAB IV.B.2 BAB IV.B.2

2. Dasar Pemberian Putusan Kredit 2. Dasar Pemberian Putusan Kredit


Dasar-dasar dalam pemberian putusan kredit diatur sebagai berikut : Dasar-dasar dalam pemberian putusan kredit diatur sebagai
berikut :
a. Setiap pemberian kredit minimal melibatkan 2 (dua) Pejabat Kredit
Lini yang berwenang berdasarkan Prinsip Empat Mata (Four Eyes a. Setiap pemberian kredit minimal melibatkan 2 (dua) Pejabat
Principle). Kredit Lini yang berwenang berdasarkan prinsip Four Eyes
b. Dalam pemberian putusan kredit harus dilakukan secara tertulis dan Principle yang salah satunya mempunyai kewenangan yang
dibuktikan dengan membubuhkan tandatangan pada formulir cukup.
Putusan Kredit.
c. Pemberian putusan kredit dengan klasifikasi warna “Putih” minimal b. Pemberian putusan kredit oleh pejabat pemutus dapat
melibatkan 2 (dua) orang Pejabat Kredit Lini Bidang RM yang salah dilakukan dalam aplikasi LAS dan menandatangani form PTK
satunya mempunyai kewenangan yang cukup. atau untuk jenis kredit tertentu dapat dilakukan hanya dalam
d. Pemberian putusan kredit dengan klasifikasi warna “Abu-abu” aplikasi LAS saja tanpa menandatangani form PTK. Ketentuan
dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan Pejabat Kredit Lini lebih lanjut tentang penandatanganan form PTK diatur dalam
Bidang CRM yang masing-masing mempunyai kewenangan yang surat tersendiri atau dalam ketentuan masing-masing produk.
cukup.
e. Pemberian putusan kredit untuk kredit bermasalah (NPL) dilakukan c. Pemberian putusan kredit oleh Komite Kredit harus memenuhi
oleh minimal 2 (dua) orang Pejabat Kredit Lini bidang CRM atau prinsip unanimous (setuju dengan suara bulat) yang
Pejabat Kredit Lini Bidang RM yang ditunjuk untuk mengelola kredit ditetapkan dalam suatu rapat komite yang memenuhi
bermasalah, yang salah satunya mempunyai kewenangan memutus quorum.
kredit yang cukup.
f. Pemberian putusan kredit oleh Komite Kredit harus memenuhi Ketentuan tentang PDWK dan Komite Kredit diatur
prinsip bertemu fisik dan bersifat unanimous (setuju dengan suara dalam ketentuan tersendiri.
bulat) yang ditetapkan dalam suatu rapat komite yang memenuhi
kuorum.

Ketentuan tentang Komite Kredit diatur dalam ketentuan


tersendiri.
25. BAB IV. C BAB IV.C

1. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Tugas dan Tanggung Jawab


a. Uraian secara rinci mengenai fungsi, tugas dan tanggung jawab para a. Uraian secara rinci mengenai fungsi, tugas dan tanggung
Pejabat Kredit Lini yang terlibat dalam proses pemberian putusan jawab para Pejabat Kredit Lini yang terlibat dalam proses
kredit diuraikan dalam Bab III. pemberian putusan kredit diuraikan dalam Bab III.
b. Pemisahan tanggung jawab sebagaimana yang telah diuraikan pada b. Pembubuhan tanda tangan pada formulir Putusan Kredit dan
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Bab III tersebut, didasarkan pada keterkaitan dengan potensi risiko atau pemberian putusan melalui sistem aplikasi LAS
kredit di masa depan. merupakan bukti pemberian putusan kredit dan tanggung
c. Pembubuhan tanda tangan pada formulir Putusan Kredit merupakan jawab Pejabat Kredit Lini. Oleh karena itu sebelum
bukti pemberian putusan kredit dan tanggung jawab Pejabat Kredit memberikan putusan kredit, Pejabat Pemutus Kredit harus :
Lini. Oleh karena itu sebelum membubuhkan tanda tangan, Pejabat i. Memastikan bahwa setiap kredit yang akan diputus telah
Kredit Lini harus: memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai asas-asas
i. Memastikan bahwa setiap kredit yang diberikan telah memenuhi perkreditan yang sehat.
ketentuan perbankan dan sesuai asas-asas perkreditan yang ii. Memastikan bahwa pelaksanaan pemberian kredit telah
sehat. sesuai dengan KUP-BRI dan PPK BISNIS RITEL serta
ii. Memastikan bahwa pelaksanaan pemberian kredit telah sesuai petunjuk pelaksanaannya.
dengan KUP-BRI dan PPK BISNIS RITEL serta petunjuk iii. Memastikan bahwa Pejabat Pemrakarsa telah melakukan
pelaksanaannya. analisis dan risk assessment secara independen.
iii. Memastikan bahwa pemberian kredit telah didasarkan pada c. Apabila hal-hal dalam butir b di atas sudah terpenuhi, namun
penilaian yang independen. karena faktor-faktor lain diluar kendali bank dan atau yang
iv. Meyakini bahwa kredit yang akan diberikan dapat dilunasi pada bersifat force majeure sehingga kredit yang diberikan menjadi
waktunya dan tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah. bermasalah, maka risiko tersebut adalah risiko bisnis dan
Untuk memperoleh keyakinan tersebut maka sebelum pada dasarnya menjadi risiko bank.
memberikan kredit, Pejabat Kredit Lini harus melakukan penilaian
yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan,
prospek usaha dari debitur.
d. Apabila hal-hal dalam butir c. di atas sudah terpenuhi, namun karena
faktor-faktor lain diluar kendali bank dan atau yang bersifat force
majeure sehingga kredit yang diberikan menjadi bermasalah, maka
risiko tersebut adalah risiko bisnis dan pada dasarnya menjadi risiko
bank.
e. Apabila berdasarkan pemeriksaan, penelitian dan pengkajian ternyata
timbulnya kredit bermasalah lebih banyak disebabkan oleh itikad
tidak baik dari Pejabat Kredit Lini, risiko tersebut merupakan risiko
non bisnis dan kepada pejabat tersebut dikenakan sanksi jabatan,
administratif maupun finansial sesuai peraturan kepegawaian yang
berlaku.
Setiap Pejabat Kredit Lini/Komite Kredit yang membubuhkan tanda
tangannya pada dokumen analisis, dan putusan kredit masing-masing
bertanggung jawab atas kebenaran dari isi dokumen yang ditanda
tanganinya.

26. BAB IV.C BAB IV.C


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
2. Risiko atas Pemberian Kredit 2. Risiko atas Pemberian Kredit
Sebagaimana disebutkan pada butir C.1.d dan butir C.1.e diatas, risiko Pada prinsipnya risiko atas pemberian kredit dibedakan menjadi 2
atas pemberian kredit dibedakan menjadi dua macam yaitu risiko bisnis (dua) yaitu risiko bisnis dan risiko non bisnis, dengan penjelasan
dan risiko non bisnis, dengan penjelasan sebagai berikut : sebagai berikut :

27. BAB IV.C BAB IV.C

3. Penilaian dan Penentuan Risiko Kredit 3. Proses Penilaian dan Penentuan Risiko Kredit

a. Apabila berdasarkan pemeriksaan,………dst. Penentuan apakah suatu kredit bermasalah menyangkut risiko
b. …… bisnis atau non bisnis harus dilakukan oleh sebuah tim yang
c. …… mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai. Apabila
d. …… hasil penilaian dari Tim tersebut menyatakan bahwa kredit
e. Ketentuan lebih lanjut…dst. bermasalah tersebut menyangkut risiko non bisnis, maka pejabat
kredit dapat dinyatakan dalam status indikasi kasus (insus) dan
akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan disiplin yang
berlaku. Namun apabila hasil penilaian dari Tim tersebut
menyatakan bahwa kredit bermasalah tersebut menyangkut risiko
bisnis, maka harus segera diupayakan penyelesaiannya dalam
rangka meminimalisir kerugian BRI.

28. BAB IV. D.1.a. BAB IV. D.1.

i. Prakarsa kredit dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa yang meliputi: a. Prakarsa kredit dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa yang meliputi:
i.1. Prakarsa dan atau Permohonan Kredit, i. Permohonan dan Prakarsa Kredit,
i.2. Analisis dan Evaluasi Kredit, ii. Analisis dan Evaluasi Kredit,
i.3. Negosiasi Kredit, iii. Negosiasi Kredit,
i.4. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit, iv. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit,
i.5. Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit.

29. BAB IV. D.1.a. BAB IV. D.1.

ii. Putusan kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang mempunyai limit b. Putusan kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang mempunyai
kredit tertentu dengan memperhatikan: limit kredit tertentu dengan memperhatikan :
ii.1. Kelengkapan Paket Kredit. i. Kelengkapan Paket Kredit.
ii.2. Analisis dan Evaluasi Kredit yang dibuat oleh Pejabat Pemrakarsa. ii. Analisis dan Evaluasi Kredit yang dibuat oleh Pejabat
ii.3. Rekomendasi kredit yang dibuat oleh Pejabat Pemrakarsa. Pemrakarsa.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
ii.4. Memberikan putusan kredit yang dituangkan dalam formulir PTK. iii. Memberikan putusan kredit yang dituangkan dalam formulir
Tahapan prakarsa dan putusan kredit untuk penyelesaian kredit bermasalah PTK dan atau dalam aplikasi LAS.
disesuaikan dengan cara atau kondisi penyelesaian kreditnya. Tahapan prakarsa dan putusan kredit untuk penyelesaian kredit
bermasalah disesuaikan dengan cara atau kondisi penyelesaian
kreditnya dan diatur dalam ketentuan tersendiri.

30. BAB IV.D.1.b. BAB IV.D.1

b. Bagan proses pemberian putusan dan matrik putusan kredit ritel sesuai Bagan proses pemberian putusan dan matrik putusan kredit ritel
Lampiran 1.a/IV - 1.y/IV dan Lampiran 2.a/IV – 2.h/IV. sesuai Lampiran 1.a/IV - 1.r/IV dan Lampiran 2.a/IV – 2.f/IV.

31. BAB IV.D.2. BAB IV.D.2.

2. Prakarsa dan Permohonan Kredit 2. Permohonan dan Prakarsa Kredit


a. Setiap unit kerja BRI (Kancapem/Kanca/KCK/Kanwil/Kanpus) dapat a. Setiap unit kerja BRI (Kancapem/Kanca/Kanwil/Kanpus) dapat
melakukan prakarsa kredit ritel atas debitur/calon debitur Prakarsa melakukan prakarsa kredit ritel atas debitur/calon debitur
kredit dapat dilakukan terhadap debitur dengan domisili atau lokasi dengan domisili dan atau lokasi usaha di seluruh Indonesia
uasaha diseluruh Indonesia, dengan mempertimbangkan dengan tetap mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi
efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pemeriksaan, pembinaan dalam melakukan pemeriksaan, pembinaan dan monitoring
dan monitoring terhadap debitur/usahanya. terhadap debitur/usahanya.
b. Permohonan kredit baru, perpanjangan jangka waktu, perubahan b. Permohonan kredit diajukan secara tertulis baik untuk kredit
jumlah, perubahan struktur, type dan syarat kredit, restrukturisasi baru, perpanjangan jangka waktu kredit, tambahan kredit,
maupun penyelesaian kredit harus diajukan secara tertulis (dengan permohonan perubahan syarat kredit, restrukturisasi dan
surat permohonan atau langsung menggunakan SKPP) oleh debitur penyelesaian kredit. Permohonan kredit secara tertulis dapat
dan dicatat oleh ADK dalam Register Permohonan Kredit (Register diajukan dengan menggunakan surat permohonan.
SKPP). Dengan implementasi LAS maka fungsi Register SKPP
c. Terhadap setiap permohonan kredit, Pejabat Pemrakarsa dilaksanakan oleh LAS sehingga Uker tidak lagi
melakukan penilaian awal (Pre Screening) dengan memperhatikan memeliharakerjakan Register SKPP.
antara lain PS, KRD, Jenis usaha yang dilarang dibiayai, Jenis usaha c. Terhadap setiap permohonan kredit, Pejabat Pemrakarsa
/ pemberian kredit yang perlu dihindari, daftar kredit macet BI, melakukan penilaian awal (pre screening) dengan
Daftar Hitam BI dan Daftar Hitam BRI. memperhatikan antara lain PS, KRD, jenis usaha yang
Apabila dari hasil penilaian awal tersebut ternyata usaha debitur dilarang dibiayai, SICD, Daftar Kredit Macet BI, Daftar Hitam
tidak termasuk dalam PS dan KRD dan atau termasuk dalam jenis BI dan Daftar Hitam BRI :
usaha yang dilarang untuk dibiayai dan atau termasuk dalam jenis i. Apabila permohonan kredit tersebut lolos dalam proses
usaha / pemberian kredit yang perlu dihindari, dan atau termasuk pre screening dan Pejabat Pemrakarsa memutuskan untuk
dalam daftar kredit macet BI, dan atau Daftar Hitam BI, dan atau terus memproses permohonan kredit dimaksud, maka
termasuk dalam Daftar Hitam BRI, maka Pejabat Pemrakarsa dapat selanjutnya Pejabat Pemrakarsa melakukan pemeriksaan
langsung menetapkan warna kreditnya ke dalam klasifikasi warna administratif dan pemeriksaan lapangan untuk meyakini
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Hitam. kebenaran data dan informasi yang disampaikan dalam
d. Prakarsa yang termasuk dalam kategori performing loan (kualitas permohonan kredit termasuk keabsahan identitas debitur
Lancar dan DPK dengan klasifikasi warna kredit Putih atau Abu- dan legalitas usaha (masa berlaku seluruh identitas dan
abu) dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa Bidang RM di Kancapem, legalitas), kelengkapan dokumen, memastikan kesesuaian
Kanca dan Kanwil. dokumen yang diterima dalam bentuk foto copy dengan
Pelaksanaan prakarsa kredit di Kanwil dilakukan dengan asli dokumen, serta melakukan penilaian agunan.
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: ii. Apabila dari hasil penilaian awal tersebut ternyata debitur
i. Kredit yang diperkenankan untuk diprakarsai oleh Kanwil adalah dan atau usaha debitur tidak lolos dalam proses pre
diatas limit kredit Pinca terendah di wilayah yang bersangkutan. screening (misalnya : usaha calon debitur tidak termasuk
ii. Penentuan Kanca Pembuku (booking branch) harus dilakukan dalam PS dan KRD, calon termasuk dalam Daftar Hitam
dengan mengutamakan kepentingan debitur. BI, calon debitur tidak memenuhi KRD), maka Pejabat
e. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori non performing loan Pemrakarsa dapat melakukan alternatif sebagai berikut :
(kualitas KL, D, M dan ekstrakomptabel) dilakukan oleh Pejabat ii.1. Dapat terus memproses permohonan kredit tersebut
Pemrakarsa Bidang CRM atau pejabat kredit lini bidang RM yang melalui mekanisme ijin prinsip yang dilakukan
ditunjuk menangani kredit bermasalah di Kancapem/Kanca/Kanwil. melalui aplikasi LAS. Pejabat Pemrakarsa harus
f. Pejabat Pemrakarsa melakukan pencarian informasi yang relevan mencantumkan alasan permohonan ijin prinsip dan
dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan menunjang mitigasi risiko yang akan dilakukan dalam aplikasi
analisis dan evaluasi terhadap 5’C kredit pemohon. LAS. Selanjutnya pemberitahuan permohonan
g. Apabila dipandang perlu, Pejabat Pemrakarsa dapat meminta putusan ijin prinsip kepada pejabat pemutus
pendapat pejabat di Kancapem/Kanca/KCK/Kanwil/Kanpus yang setingkat lebih tinggi dapat dilakukan melalui sarana
lebih berpengalaman mengenai bisnis pemohon atau pihak ketiga tercepat (surat, nofacs, email, dll). Proses
yang berkompeten. selanjutnya (analisis dan evaluasi kredit, dan
h. Pejabat Pemrakarsa harus meyakini kebenaran data dan informasi seterusnya) hanya dapat dilakukan setelah
yang disampaikan dalam permohonan kredit termasuk kelengkapan persetujuan ijin prinsip diberikan.
dokumennya. ii.2. Menolak permohonan kredit dimaksud. Putusan
i. Apabila dalam penilaian awal diketahui bahwa permohonan kredit penolakan dilakukan oleh Pejabat Pemutus sesuai
tidak dapat dilayani karena termasuk dalam klasifikasi warna Hitam, kewenangan dengan memberikan alasan
maka permohonan tersebut boleh langsung ditolak tanpa harus penolakannya dan kepada pemohon kredit diberikan
diadakan analisis dan evaluasi lebih lanjut, namun tetap harus pemberitahuan secara tertulis (LAS akan mencetak
dicatat dalam Register SKPP. Putusan Penolakan Kredit (Formulir 3a/IV) dan surat
penolakan kredit (Formulir 3b/IV), formulir tersebut
Terhadap permohonan kredit yang dapat dilayani atau dilanjutkan ditandatangani oleh Pejabat sesuai kewenangan).
proses kreditnya, karena tidak masuk dalam klasifikasi warna hitam iii. Apabila usaha debitur termasuk dalam jenis usaha yang
harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Permohonan Pinjam dilarang untuk dibiayai, maka permohonan tersebut boleh
(SKPP) sebagaimana Formulir 1/IV dan Laporan Kunjungan langsung ditolak tanpa harus diadakan analisis dan
Nasabah (LKN) sebagaimana Formulir 2a/IV (untuk kredit s/d Rp. evaluasi lebih lanjut.
500 juta) dan Formulir 2b/IV (untuk kredit diatas Rp 500 juta) d. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori performing
serta dokumen lainnya. loan (kualitas Lancar dan DPK) dilakukan oleh Pejabat
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Pemrakarsa Bidang RM di Kancapem dan Kanca.
Putusan penolakan dilakukan oleh Pejabat Pemutus di
Kancapem/Kanca/ KCK/Kanwil dengan menggunakan formulir e. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori non performing
Putusan Penolakan Kredit (Formulir 3/IV) dengan memberikan loan (kualitas KL, D dan M) dan ekstrakomptabel dilakukan
alasan penolakannya dan kepada pemohon yang bersangkutan oleh Pejabat Pemrakarsa Bidang CRM atau pejabat kredit lini
diberikan pemberitahuan secara tertulis. bidang RM yang ditunjuk menangani kredit bermasalah di
Kancapem/Kanca/unit kerja lainnya.

f. Dalam melakukan prakarsa kredit, Pejabat Pemrakarsa harus


melakukan hal-hal sebagai berikut :
i. Melakukan kunjungan ke domisili dan lokasi usaha
debitur untuk mencari data dan informasi yang relevan
dengan pengajuan kredit debitur serta memastikan
usaha debitur layak untuk dibiayai. Pencarian data dan
informasi debitur dapat dilakukan dengan wawancara
baik dengan debitur/calon debitur maupun dengan pihak-
pihak yang terkait dengan debitur (keluarga, tetangga,
rekanan, karyawan, dll) sehingga Pejabat Pemrakarsa
mendapatkan gambaran tentang karakter, kondisi usaha,
kemampuan debitur/calon debitur dalam mengelola
usahanya, tujuan penggunaan kredit, dll.
Seluruh hasil kunjungan tersebut harus dituangkan
secara tertulis dalam Laporan Kunjungan Nasabah (LKN).
ii. Melakukan kunjungan ke lokasi agunan yang akan
diserahkan oleh debitur/calon debitur untuk mengetahui
kebenarannya dan melakukan penilaian agunan.
Hasil penilaian agunan harus dituangkan dalam form
Hasil Penilaian Agunan.
iii. Melakukan penelitian atas data-data yang diterima dari
pemohon, misalnya laporan keuangan, memastikan
kesesuaian dokumen yang diterima dalam bentuk foto
copy (misalnya : identitas debitur, legalitas usaha, dll)
dengan asli dokumen, dan sebagainya.
iv. Mencari informasi seluas-luasnya tentang bisnis proses
usaha yang akan dibiayai.
g. Apabila dipandang perlu, Pejabat Pemrakarsa dapat meminta
pendapat pejabat di Kancapem/Kanca/Kanwil/KCK/Kanpus
yang lebih berpengalaman mengenai bisnis pemohon atau
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
pihak ketiga yang berkompeten.
Pejabat Pemrakarsa bertanggung jawab atas kebenaran data
yang di entry dalam aplikasi LAS.

32. BAB IV.D.3.a.i BAB IV.D.3.a

Semua permohonan kredit yang akan diproses harus dilakukan analisis dan Semua permohonan kredit yang akan diproses harus dilakukan
evaluasi tertulis oleh Pejabat Kredit Lini. Kedalaman suatu analisis analisis dan evaluasi secara tertulis oleh Pejabat Pemrakarsa.
disesuaikan dengan tingkat dan kompleksitas risiko kredit yang sedang Kedalaman suatu analisis disesuaikan dengan tingkat dan
dipertimbangkan. kompleksitas risiko kredit yang akan diberikan.

33. BAB IV.D.3.a.ii, iii BAB IV.D.3.a.ii, iii

ii. Analisis dan evaluasi kredit dengan klasifikasi warna “Putih” hanya Dihapus.
dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM, sedangkan analisis dan
evaluasi kredit dengan klasifikasi warna “Abu-abu” dilakukan oleh
Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan CRM.

iii. Untuk kredit dengan klasifikasi warna ”putih” putusan Kanwil (Pinwil atau Dihapus.
Wapinwil sesuai kewenangan) harus diputus langsung oleh Pejabat
Pemutus sesuai limit tanpa second opinion dari jajaran ARK Kanwil.

34. IV.D.3.a. IV.D.3.

iii. Analisis kredit yang dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM meliputi b. Analisis kredit yang dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa meliputi
analisis 5 C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif sebagai analisis 5 C’s yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif.
berikut: Untuk jenis kredit tertentu dan besaran plafond tertentu, analisis
kredit dan penilaian risiko (risk assessment) dapat dilakukan
iii.1. Analisis kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan menggunakan Credit Risk Rating (CRR) / Credit Risk
dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, serta Scoring (CRS) saja dimana parameter CRR/CRS merupakan
prospek usahanya. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap kuantifikasi dari faktor 5 C’s.
karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya.
c. Credit Risk Rating (CRR) merupakan alat untuk melakukan
iii.2. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan penilaian risiko (risk assessment) untuk pemberian kredit
pemohon. komersial (tujuan produktif) dan bersifat individual. Sedangkan
Credit Risk Scoring (CRS) untuk melakukan penilaian risiko (risk
assessment) untuk pemberian kredit konsumer (tujuan konsumtif)
iv. Pejabat Kredit Lini Bidang CRM (ARK) melakukan analisis dan evaluasi dan bersifat mass product.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
terhadap permohonan kredit yang telah dianalisis, dievaluasi oleh Penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan CRR dan CRS diatur
Pejabat Kredit Lini Bidang RM. dalam ketentuan tersendiri.

Analisis dan evaluasi yang dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang CRM d. Proses analisis dan evaluasi kredit oleh Pejabat Pemrakarsa
(ARK), meliputi: dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian
(prudential banking) dalam pemberian kredit dan bertujuan untuk
iv.1. Penetapan klasifikasi warna kredit, termasuk memeriksa kebenaran menetapkan besar plafond yang dapat diberikan dengan
perhitungan CRR nya. menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik bisnis
debitur.
iv.2. Hasil analisis kuantitatif yang dibuat oleh Pejabat Kredit Lini Bidang
RM dan membuat perbaikan jika diperlukan. i. Untuk pemberian kredit dimana penilaian risiko (risk
assessment) dilakukan dengan menggunakan CRR/CRS, akan
menghasilkan skor dan cut off tertentu untuk menentukan
iv.3. Hasil analisis risiko terhadap bisnis maupun agunan serta apakah proses analisis untuk menetapkan besarnya plafond
memeriksa kewajaran analisis kualitatif yang dilakukan oleh yang dapat diberikan kepada debitur dapat dilanjutkan
Pejabat Kredit Lini Bidang RM. (accept) atau tidak (reject).

Analisis dan evaluasi untuk kredit bermasalah (non performing Untuk debitur/calon debitur yang menghasilkan skor diatas
loan) diatur dalam Bab VII. batas cut-off yang telah ditetapkan (reject), Pejabat
Pemrakarsa dapat melakukan :
v. Faktor-faktor yang harus dianalisis dan dievaluasi sesuai ketentuan yang i.1. Dengan alasan tertentu, Pejabat Pemrakarsa dapat
berlaku dan Undang-Undang RI NO 7 Tahun 1992 tentang Perbankan meminta override putusan kepada Pejabat Pemutus
beserta perubahan-perubahannya, terutama dalam pasal 8 yang telah setingkat lebih tinggi. Setelah mendapatkan putusan
dirubah dengan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang override, proses analisis dan evaluasi kredit dapat
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, dengan dilanjutkan untuk menghitung besar plafond yang dapat
penjelasannya sebagai berikut: diberikan.
i.2. Menolak permohonan kredit debitur.
Pasal 8
ii. Sedangkan untuk pemberian kredit yang karena karakteristik
(1) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip produknya tidak dapat dilakukan penilaian risiko (risk
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan assessment) dengan menggunakan CRR/CRS (antara lain :
analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kredit dengan agunan kas atau setara dengan kas, kredit
kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau chanelling, dan jenis kredit lain yang ditetapkan tersendiri),
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang maka proses analisis terhadap factor 5 C’s (kualitatif dan
diperjanjikan. kuantitatif) dilakukan sebelum Pejabat Pemrakarsa melakukan
perhitungan kebutuhan kredit debitur.
(2) Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan
dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan iii. Untuk jenis kredit tertentu dan besaran plafond tertentu,
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia perhitungan kebutuhan kredit dilakukan dalam aplikasi LAS
(formula lending).
Penjelasan Pasal 8 antara lain menyatakan:
iv. Kredit Konsumtif seperti BRIGUNA :
Ayat (1): Berdasarkan entry data finansial dan non finansial
menghasilkan nilai (skor) yang akan menentukan grade calon
Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh debitur yang akan dilayani.
bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus
memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan v. Kredit Komersial
Prinsip Syariah sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan Berdasarkan entry data finansial dan non finansial yang
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa akan diperoleh Credit Risk
arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah debitur Rating (CRR) dan kategori kemungkinan risiko. Kategori risiko
untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan sesuai kredit tersebut adalah :
dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus  Risiko Dapat Terima/Accepted
diperhatikan oleh bank.  Risiko Ditolak/Rejected

Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, Berdasarkan hasil kategori risiko kredit tersebut, Pejabat
bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, Pemrakarsa dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
kemampuan, modal, agunan, prospek usaha dari debitur.
v.1. Untuk CRR yang menghasilkan kategori risiko dapat
Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, diterima (ACCEPTABLE) :
maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh Proses analisis dan evaluasi dapat dilakukan didalam
keyakinan atas kemampuan Nasabah Debitur mengembalikan utangnya, sistem LAS dan dilakukan oleh pejabat kredit lini bidang
agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai RM. Setelah entry data financial dan non financial yang
dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya dilakukan oleh pejabat pemrakarsa menghasilkan
didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti kepemilikannya klasifikasi rating kredit sebagaimana tersebut diatas,
berupa girik, petok dan lain- lain yang sejenis dapat digunakan sebagai pejabat pemrakarsa melakukan entry data untuk
agunan. menganalisis dan evaluasi kebutuhan kredit didalam
Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan sistem LAS dengan menggunakan pilihan metode
langsung dengan obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan pendekatan yang sesuai yang telah disediakan, yaitu :
agunan tambahan. Spreadsheet, WCTO, RPC, dan pendekatan lainnya yang
akan ada.
Disamping itu, bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan Proses analisis, evaluasi dan batasan dalam penggunaan
berdasarkan Prinsip Syariah harus pula memperhatikan hasil Analisis LAS diatur dalam ketentuan tersendiri.
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan yang berskala
besar dan atau berisiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap menjaga v.2. Untuk CRR yang menghasilkan hasil risk assesment Tolak
kelestarian lingkungan. (Rejected), Pejabat Pemrakarsa dapat melakukan :
v.2.a. Kredit dengan kategori risiko tolak yang tidak
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Ayat (2) : memungkinkan untuk dilakukan Override maka
Pejabat Pemutus Bidang RM di Kancapem/Kanca
Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat dapat langsung menolaknya dan memberitahukan
antara lain: secara tertulis kepada pemohon. Putusan
penolakan harus dilakukan dengan menggunakan
a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah formulir Putusan Penolakan Kredit disertai dengan
dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis; alasan penolakannya.
b. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan ii.2.b. Override hasil risk assesment Tolak (Rejected) ke
Nasabah Debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang terima/accepted.
seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan, dan prospek Dalam keadaan khusus hasil risk assesment Tolak
usaha dari Nasabah Debitur; (Rejected) dapat dinaikkan/di override menjadi
c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur hasil risk assesment Diterima (Accepted) jika
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; didukung dengan alasan dan pertimbangan yang
d. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai dapat dibenarkan serta memberikan manfaat yang
prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan dapat diterima BRI.
Prinsip Syariah; Prosedur dan tata cara Override diatur dalam
e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan ketentuan tersendiri.
berdasarkan Prinsip Syariah dengan persyaratan yang berbeda
kepada Nasabah Debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi; vi. Kredit Non Rating
f. Penyelesaian sengketa. iii.1. Kredit Non Rating merupakan fasilitas kredit tertentu
dimana analisa dan evaluasi pengukuran risikonya tidak
vi. Dokumen analisis dan evaluasi kredit merupakan dokumen yang menggunakan rating / scoring.
berisikan informasi, analisis dan opini. Khusus yang menyangkut analisis iii.2. Analisa dan evaluasi kredit untuk kredit non Rating
5 C kredit, harus bersifat opini/pendapat Pejabat Pemrakarsa, dan bukan dilakukan dengan cara melakukan entry data statis ke
bersifat laporan Pejabat Pemrakarsa terhadap fakta kelayakan usaha dalam LAS.
pemohon. Pejabat Pemrakarsa agar menghindari pernyataan yang iii.3. Beberapa skim kredit yang ada saat ini yang dapat
sifatnya pelaporan (reporting) seperti “menurut penjelasan pemohon, dilakukan melalui sistem LAS diantaranya :
barang-barang ini diperoleh dari pemasok di Surabaya”, namun harus  Kredit Dengan Agunan Kas Penuh (Fully Cash
menyajikan hasil pengecekan di lapangan terhadap asal barang tersebut. Collateralized)
Setelah entry data statis selesai dilakukan, secara
b. Prosedur Analisis dan Evaluasi Kredit oleh Jajaran RM otomatis LAS akan mencetak MAK yang sekaligus
berfungsi sebagai Putusan Kredit (PTK). Selanjutnya
Prosedur analisis dan evaluasi kredit yang dilakukan oleh Pejabat kredit diteruskan kepada Pejabat Pemutus melalui
Pemrakarsa Bidang RM adalah: jajaran ADK untuk dilakukan verifikasi terlebih dahulu.
 Kredit Non Rating Lainnya
i. Pejabat Pemrakarsa harus mencari data dan informasi antara lain Setelah entry data statis selesai dilakukan, Pejabat
melalui : Pemrakarsa melakukan analisis dan evaluasi kredit
(termasuk menghitung kebutuhan kredit) secara
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
i.1. Kunjungan ke domisili pemohon manual dan menuangkannya dalam MAK sesuai
i.2. Wawancara dengan pemohon, ketentuan yang berlaku.
i.3. Kunjungan ke lokasi usaha pemohon,
i.4. Wawancara dengan pihak-pihak lain yang mengetahui karakter
pemohon, bisnis pemohon, dan keterangan-keterangan lain yang
diperlukan,
i.5. Penyelidikan tentang tujuan penggunaan kredit ,
i.6. Kunjungan ke lokasi agunan pemohon untuk mengetahui
kebenarannya dan menilai agunan,
i.7. Penelitian atas data-data yang diterima dari pemohon, misalnya
laporan keuangan, legalitas usaha dan sebagainya.

ii. Melakukan proses prescreening.

iii. Analisis dan evaluasi yang dituangkan dalam formulir Penilaian


Tingkat Risiko Kredit (CRR) untuk menetapkan klasifikasi warna
kredit. Klasifikasi warna kredit menghasilkan 3 kemungkinan warna
kredit, yaitu :
iii.1. Warna Putih
iii.2. Warna Abu-abu
iii.3. Warna Hitam

Kredit dengan klasifikasi warna Hitam yang tidak memungkinkan


untuk ditingkatkan menjadi Abu-abu maka Pejabat Pemutus Bidang
RM di Kancapem/Kanca/Kanwil dapat langsung menolaknya dan
memberitahukan secara tertulis kepada pemohon. Putusan penolakan
harus dilakukan dengan menggunakan formulir Putusan Penolakan
Kredit disertai dengan alasan penolakannya.

Kredit dengan klasifikasi warna Hitam yang disebabkan karena faktor


kolektibilitas kredit yaitu kredit dengan kolektibilitas KL, D atau M,
proses selanjutnya berpedoman pada ketentuan mengenai
restrukturisasi dan penyelesaian kredit bermasalah.

iv. Upgrading klasifikasi warna Hitam ke warna Abu-abu

Dalam keadaan khusus klasifikasi warna Hitam dapat dinaikkan


menjadi Abu-abu jika didukung dengan alasan dan pertimbangan
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
yang dapat dibenarkan serta memberikan manfaat yang dapat
diterima BRI.

Penilaian Tingkat Risiko Kredit (CRR) dan penetapan klasifikasi


warna kredit diatur dalam ketentuan tersendiri.

35. BAB IV.D.3.b BAB IV.D.3.e.

v. Analisis dan evaluasi dituangkan secara lengkap dalam suatu e. Hasil analisis dan evaluasi kredit dituangkan dalam
Memorandum Analisis Kredit (MAK), dengan menggunakan Formulir Memorandum Analisis Kredit (MAK)
5a/IV (untuk kredit sampai dengan Rp 500 juta), Formulir 5b/IV i. Untuk kredit yang perhitungan kebutuhan kredit-nya
(untuk kredit diatas Rp. 500 juta), Formulir 5c/IV (untuk kredit dilakukan melalui aplikasi LAS (formula lending), format MAK-
dengan agunan kas), Formulir 5d/IV (untuk Kretap), Formulir 5e/IV PTK-IPK merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil
(untuk Kresun) dan kredit Ritel lainnya yang diatur tersendiri. cetakan dari aplikasi LAS.
Contoh MAK hasil cetakan dari LAS sebagaimana ampiran…….

36. BAB IV.D.3.b BAB IV.D.3.

vi. Memorandum Analisis Kredit untuk kredit diatas Rp 500 juta memuat ii. Sedangkan untuk kredit dimana perhitungan kebutuhan kredit-
hal-hal sebagai berikut : nya tidak dilakukan melalui aplikasi LAS (non formula lending),
vi.1. Identitas maka dalam MAK yang dibuat oleh Pejabat Pemrakarsa minimal
……….... harus memuat antara lain :
vi.2 Tujuan Permohonan Kredit ii.1. Identitas
…………. ii.2. Identitas pemohon antara lain :
vi.3 Riwayat Hubungan dengan Bank  Nama pemohon
………….  Alamat (rumah, kantor, pabrik & toko)
vi.4 Analisis 5’C Kredit  Bentuk usaha
………….  Bidang/jenis usaha
vi.5  Susunan pengurus dan pemegang saham
 Legalitas usaha / pemohon (misalnya : NPWP, akte
pendirian badan usaha dan perubahannya, TDP, SIUP,
SITU, TDR, Surat Keterangan Usaha ).
ii.3. Tujuan Permohonan Kredit, antara lain :
ii.3.a. Jumlah Kredit
ii.3.b. Jenis Kredit
ii.3.c. Obyek yang Dibiayai
Obyek yang dibiayai dapat dibedakan sebagai berikut
:
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
 Untuk modal kerja harus secara tegas menguraikan
komponen modal kerja yang diusulkan, misalnya :
piutang usaha, persediaan, pelunasan hutang
dagang, uang muka, cadangan kas.
Untuk Modal kerja yang khusus membiayai piutang
(Anjak piutang) harus menguraikan piutang yang
dibiayai, tata cara dan syarat pembayaran piutang
tersebut termasuk autentifikasi dokumen piutang
dan dokumen terkait lainnya.
 Untuk investasi, harus disebutkan secara tegas
jenis proyek yang akan dibiayai, misalnya :
pembangunan hotel, beli mesin, beli kendaraan,
membangun pabrik, refinancing aktiva tetap, dan
lain-lain.
 Untuk Konsumtif, harus dengan tegas disebutkan
tujuan penggunaan kredit, misalnya :
pembangunan rumah, biaya pendidikan, dan
sebagainya.
 Untuk fasilitas kredit tidak langsung (contingent)
harus dengan tegas disebutkan tujuan
penggunaannya, misalnya untuk keperluan
pelayanan : BG, PJI, Negosiasi wesel ekspor dan
lain-lain.
ii.3.d. Jangka Waktu
Dalam menentukan jangka waktu kredit Pejabat
Pemrakarsa dan Pemutus harus benar-benar
mempertimbangkan kemampuan debitur yang
didukung dan tercermin dalam proyeksi cash flow
serta dengan mempertimbangkan siklus bisnisnya.
Dengan demikian, maksimum jangka waktu
kredit modal kerja adalah sesuai dengan sikus
bisnis debitur/calon debitur.

ii.4. Riwayat Hubungan Bisnis dengan Bank


Analisis riwayat hubungan bisnis calon debitur dengan BRI.

ii.5. Analisis 5’ C Kredit


ii.5.a. Analisis Watak
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
ii.5.b. Analisis Kemampuan
Analisis ini bertujuan mengukur tingkat kemampuan
membayar dari pemohon yang antara lain dipengaruhi
oleh faktor :
 Aspek Manajemen
Yaitu kemampuan pengelolaan perusahaan.
 Aspek Produksi
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pemohon, antara lain : kemampuan daya saing
produk yang dihasilkan/diperdagangkan,
kemampuan pemohon untuk
berproduksi/berdagang secara berkesinambungan,
dll.
 Aspek Pemasaran
Bertujuan untuk menilai kemampuan pemohon
dalam memasarkan produknya.
 Aspek Personalia
Bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan
dari sisi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja
yang mendukung aktivitas perusahaan dan
kemampuan perusahaan memelihara hubungan
baik antara tenaga kerja dengan
perusahaan/pemilik perusahaan.
 Aspek Finansial
Beberapa hal yang perlu diperhatikan Pejabat
Pemrakarsa dalam melakukan analisis aspek
finansial antara lain adalah sebagai berikut :
 Laporan keuangan yang diberikan oleh nasabah
secara berkala.
Analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan
harus dimulai dengan mengkaji ulang seluruh
komponen yang ada dalam laporan keuangan
tersebut (Recasting), yaitu kondisi Aktiva
(Lancar/Tetap), kondisi Hutang (Jangka
Panjang, Jangka Pendek, Ht.Dagang), kondisi
Modal, kondisi Penjualan/Pendapatan, kondisi
Biaya, dan sebagainya. Sehingga dapat disusun/
disajikan kembali dalam laporan yang riil, yaitu
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
yang telah dipastikan bahwa transaksi yang
dilaporkan dalam laporan keuangan (Neraca dan
Laba Rugi) tersebut hanya yang termasuk
mendukung kegiatan usaha nasabah saja.
Transaksi keuangan diluar usaha yang akan
dibiayai, piutang macet/ ragu-ragu, persediaan
barang dagangan yang telah usang dan lain-lain
harus dikeluarkan dari laporan tersebut.
 Laporan keuangan yang digunakan sebagai
dasar analisis pemberian kredit dapat berupa
laporan keuangan yang telah diaudit atau belum
diaudit tergantung pada pertimbangan Pejabat
Kredit Lini.
Dalam hal laporan keuangan telah diaudit, agar
disebutkan secara jelas akuntannya, opininya
dan hal-hal lain yang mencolok dalam laporan
keuangan tersebut.
Ketentuan mengenai penggunaan akuntan
publik untuk audit laporan keuangan diatur
tersendiri.
 Laporan keuangan yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk analisis adalah laporan
keuangan minimal 3 (tiga) periode terakhir.
Laporan keuangan periode terakhir adalah
maksimum tiga bulan sebelum bulan pengajuan.
 Memperhatikan secara cermat seluruh rasio
keuangan usaha pemohon selama minimal 3
(tiga) periode terakhir, proyeksinya, kaitannya
dengan kapasitas produksi yang tersisa dan
kondisi pasar. Rasio keuangan yang perlu
diperhatikan antara lain meliputi :
 Liquidity Ratio, yang membahas mengenai
Quick Ratio & Current Ratio
 Leverage Ratio, yang membahas mengenai
Debt Equity Ratio & Debt to Asset Ratio
 Rentabilitas, yang membahas mengenai Profit
Margin, Return on Equity, Return On Assets,
Return On Investment dan Interest Coverage
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Ratio.
 Working Capital Turn Over
 Bagi calon debitur yang merupakan pengusaha
baru, laporan keuangan yang dapat digunakan
adalah laporan keuangan minimal 2 (dua)
periode berturut-turut dengan laporan terakhir
adalah maksimum tiga bulan sebelum
pengajuan.
 Memperhatikan GOFG (Gross Operating Fund
Generation) yang mencerminkan kemampuan
membayar pokok pinjamannya.
 Memperhatikan kebijaksanaan pembiayaan
perusahaan melalui laporan sumber dan
penggunaan dana.
 Analisis finansial yang lengkap meliputi :
 Hasil pengkajian ulang (recasting) terhadap
Komponen Neraca / Laba Rugi,
 Analisis Aliran Kas (Cash flow),
 Analisis Kebutuhan Modal Kerja/Investasi,
 Analisis Konsolidasi (untuk Kelompok),
 Analisis Ratio-Ratio Perusahaan.
ii.5.c Analisis Modal
Tujuan analisis modal adalah mengukur kemampuan
usaha pemohon untuk mendukung pembiayaan
dengan modalnya sendiri (own share). Semakin besar
kemampuan modal berarti semakin besar porsi
pembiayaan yang didukung oleh modal sendiri atau
sebaliknya.
ii.5.d. Analisis Kondisi/Prospek Usaha
Untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu
usaha yang hendak dibiayai, Pejabat Pemrakarsa
harus melakukan analisis terhadap kondisi makro
usaha/industri sejenis.
ii.5.e. Analisis Agunan Kredit
Pada prinsipnya dalam pemberian kredit Bank harus
meminta agunan untuk kredit tersebut. Agunan
tersebut dapat berupa proyek yang dibiayai dan/atau
agunan tambahan, oleh karena itu penilaian terhadap
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
agunan wajib dilakukan sesuai prinsip kehati-hatian
dan menggambarkan obyektivitas penilaian yang
wajar atas agunan kredit dimaksud. Dalam batasan
jumlah kredit tertentu penilaian agunan dilakukan oleh
Credit Investigator (CI) .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis
agunan kredit adalah :
 Agunan Pokok
Sesuai dengan penjelasan Pasal 8 UU RI No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan yang dirubah
dengan UU RI No.10 tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Perbankan,
tersirat bahwa agunan pokok, adalah agunan yang
pengadaanya bersumber dari dana kredit bank.
Agunan dapat hanya berupa agunan pokok apabila
berdasarkan aspek-aspek lain dari 5’C kredit telah
diperoleh keyakinan atas kemampuan pemohon
untuk mengembalikan hutangnya.
 Agunan Tambahan
Agunan tambahan dapat dikatakan sebagai unsur
pengaman lapis kedua (the second way out) dan
berfungsi sebagai salah satu alat mitigasi risiko
kredit . Agunan tambahan merupakan sumber
pelunasan terakhir apabila kredit menjadi
bermasalah.

Analisis dan evaluasi untuk kredit bermasalah (non


performing loan) diatur dalam Bab VII.

37. BAB IV.D.3.c BAB IV.D.3.c

c. Analisis dan Evaluasi Kredit oleh Jajaran CRM Dihapus.


Analisis dan evaluasi kredit yang dilakukan oleh Jajaran CRM (ARK)
…………………..dst.
…………………..dst.
…………………..dst.
…………….…….dst.
Analisis kredit yang meliputi analisis (risiko) terhadap aspek-aspek 5
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
C’s, baik yang dilakukan oleh jajaran RM maupun CRM, dilaksanakan
dengan tujuan untuk menentukan tingkat risiko nasabah/debitur secara
kuantitatif yang dituangkan dalam form Credit Risk Rating.

38. BAB IV.D.4. BAB IV.D.4.

4. Perhitungan Kebutuhan Kredit 4. Perhitungan Kebutuhan Kredit


Secara umum ….dst. Evaluasi kelayakan kredit secara keseluruhan meliputi analisis
risiko usaha/calon debitur (analisis 5 C’s baik secara kualitatif
maupun dengan pendekatan kuantitatif dengan Credit Risk
Rating/Credit Scoring) dan formula lending untuk menentukan
jumlah kredit, dengan menggunakan data input yang akurat baik
data kuantitatif maupun data kualitatif.
Secara umum……dst.

39. BAB IV.D.4.a BAB IV.D.4.a

a. Kredit Modal Kerja (KMK) a. Kredit Modal Kerja (MK)


i. Perlu ditegaskan bahwa ketersediaan laporan keuangan untuk proses Perlu ditegaskan bahwa ketersediaan laporan keuangan untuk proses
analisis kredit komersial bersifat mutlak, karena apabila kualitas input analisis kredit komersial bersifat mutlak, oleh karena itu kesesuaian
data rendah maka apapun pendekatan analisis yang digunakan menjadi data keuangan yang akan dianalisa dengan kondisi usaha nasabah
tidak bermanfaat (garbage in - garbage out). Bahkan Bank Indonesia merupakan hal yang harus dipenuhi, karena apabila kualitas input
telah mengatur secara tegas, sesuai Surat Bank Indonesia data rendah maka apapun pendekatan analisis yang digunakan
No.6/169/DPNP/IDPnP tanggal 16 April 2004, Surat Keputusan Direksi BI menjadi tidak bermanfaat (garbage in - garbage out).
No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 Maret 1998 dan SK Direksi BI
No.27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995.

40. BAB IV.D.4.a. BAB IV.D.4.a.

ii. Sampai saat ini penggunaan rumus untuk menghitung kebutuhan kredit Dihapus.
(formula lending) untuk kredit ritel komersial selalu menggunakan
pendekatan formula growth (rumus pertumbuhan) seperti : WCTO, NTA,
Spreadsheet, dan pendekatan lainnya. Sedangkan kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar usaha di sektor UKM yang
dibiayai dengan kredit ritel komersial, memiliki perilaku dan ciri khusus
dalam menggunakan laba yang diperolehnya yaitu menggunakan laba
untuk membiayai (membeli) aset di luar usaha pokok (misalnya :
membeli tanah/rumah di luar usaha yang dibiayai), sehingga
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
pertumbuhan volume usaha pokok tersebut tidak signifikan.

41. BAB IV.D.4.a.ii.2.a.

Bila peningkatan aset terjadi pada aktiva lancar maka pembiayaan (kredit) Dihapus.
yang sesuai adalah jenis KMK dan jika peningkatan aset terjadi pada aktiva
tetap maka pembiayaan (kredit) yang sesuai adalah jenis kredit investasi.

42. BAB IV.D.4.a.ii.2.b. BAB IV.D.4.a

Apabila calon debitur menggunakan free cash flow untuk melakukan Namun apabila calon debitur menggunakan free cash flow untuk
investasi di luar usaha pokok (untuk membeli rumah baru, tanah baru, melakukan investasi di luar usaha pokok (untuk membeli rumah
membiayai kuliah anak/keluarganya), maka akan berdampak pada tidak baru, tanah baru, membiayai kuliah anak/keluarganya), maka akan
adanya pertumbuhan (volume) usaha pokok secara signifikan (Type-2). berdampak pada pertumbuhan (volume) usaha pokok yang tidak
signifikan.

43. BAB IV.D.4.a.iii BAB IV.D.4.a.

Dengan uraian point ii.1 dan ii.2 tersebut diatas, menjadi sangat jelas Dengan penjelasan diatas, menjadi sangat jelas bahwa evaluasi
bahwa evaluasi terhadap kemampuan membayar dilakukan melalui analisis terhadap kemampuan membayar dilakukan melalui analisis cash flow
cash flow yang bersumber dari laporan laba/rugi (Income Statement), yang bersumber dari laporan laba/rugi (Income Statement),
sedangkan penggunaan pembiayaan (kredit) diketahui melalui evaluasi net sedangkan penggunaan pembiayaan (kredit) diketahui melalui
working capital melalui analisis neraca (Balance Sheet). evaluasi net working capital melalui analisis neraca (Balance Sheet).
Dengan demikian maka pendekatan untuk menghitung kebutuhan
kredit dapat dijelaskan sebagai berikut :

44. BAB IV.D.4.a.iii

Matriks Tipe UKM, sesuai dengan kemampuan menghasilkan laba dan cara Dihapus.
menggunakan laba usaha :
….

45. BAB IV.D.4. BAB IV.D.4.a.ii.

Belum diatur tentang pendekatan biaya untuk menghitung kebutuhan ii. 4. Pendekatan Biaya
modal kerja. Kebutuhan modal kerja dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
DOR/30 x Total Biaya dalam 1 bulan x Proyeksi
Peningkatan Biaya = xxx
NWC (Aktiva Lancar – Hutang Lancar) = xxx +
xxx
Hutang Dagang = xxx -
Kebutuhan Kredit Modal Kerja = xxx
Perhitungan kebutuhan modal kerja dengan menggunakan
Pendekatan Biaya ini hanya dapat dilakukan untuk jenis-jenis usaha
tertentu yang karena karakteristik usahanya maka perhitungan
modal kerjanya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan WCTO, NTA maupun spreadsheet.

46. BAB IV.D.4.a.vi BAB IV.D.4.a.iii

Pemberian refinancing KMK tetap harus tunduk pada kriteria kesehatan Pemberian kredit tersebut tetap harus tunduk pada kriteria
struktur permodalan (capital structure) sebagaimana diatur dalam kebijakan kesehatan struktur permodalan (capital structure) sebagaimana
KRD yaitu batasan maksimum DER (Debt to Equity Ratio). diatur dalam kebijakan KRD yaitu batasan maksimum DER (Debt to
Equity Ratio).

47. Belum diatur BAB IV.D.4.b.iv, v, vi

iv. Disamping itu, pemberian Kredit Investasi dapat juga diberikan


dalam rangka investasi penggantian (misalnya dalam rangka
mengganti sebagian atau seluruh mesin-mesin perusahaan yang
telah usang), penambahan kapasitas (misalnya penambahan
jumlah mesin atau dalam rangka perluasan pabrik),
pengembangan jenis produk baru (misalnya perusahaan
mengembangkan produk lain tetapi masih dalam core bisnisnya),
maupun untuk investasi lainnya, dimana pelunasan KI (pokok +
bunga) didukung oleh existing cash flow debitur dan atau cash
flow dari proyek yang dibiayai, maka analisis kelayakan
financialnya dapat menggunakan pendekatan Investment Criteria
dan atau pendekatan Repayment Capacity, dengan menggunakan
formula yang diatur dalam ketentuan tersendiri.

v. Pelayanan Kredit Investasi dengan SDS lebih kecil dari 35% dari
TPC diatur dalam ketentuan tersendiri.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi

vi. Besar dan jadwal angsuran serta jangka waktu kredit didasarkan
pada repayment capacity sesuai dengan proyeksi cash flow.

48. BAB IV.D.4.b.

Contoh… Dihapus.
…………….
…………….
Apabila bunga masa pembangunan……
…….
Misalnya rencana penarikan ….
…….
Perhitungan IDC
…….

49. IV.D.4.b.ii, iii

ii. Dalam hal debitur mempunyai agunan pokok dan tambahan berupa Dihapus.
tanah dan/atau tanah & bangunan mengcover 110% dari total kredit
investasi, maka sharing dana sendiri diperkenankan sekurang-kurangnya
10% dari TPC. Coverage ratio dihitung berdasarkan proyeksi nilai
likuidasi (PNL).

iii. Besar dan jadwal angsuran serta jangka waktu kredit didasarkan pada
repayment capacity sesuai dengan proyeksi cash flow sebagaimana
Lampiran 4/IV.

50. BAB IV.D.4.d.ii.1 BAB IV.D.4.d.ii.1

Jika currency KMKI Rupiah dan currency PJI Rupiah  maksimum PJI Digolongkan ke dalam currency yang sama pada poin ii.1.
adalah 90 % dari plafond KMKI

51. BAB IV.D.4.e. BAB IV.D.4.e

e. Kredit Konsumtif. i. Kredit Konsumtif yang diatur dalam PPK Bisnis Ritel ini adalah
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
i. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit konsumtif, adalah kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur
antara lain : untuk membiayai kebutuhan konsumtif dan sumber pembayaran
i.1. Besarnya gaji suami/istri atau gaji suami ditambah istri. kembali kreditnya berasal dari penghasilan/gaji/pensiun
i.2. Bonafiditas instansi/perusahaan tempat kerja pemohon kredit. pemohon. Produk kredit konsumtif tersebut antara lain :
i.3. Perjanjian kerjasama dengan instansi / perusahaan ybs. BRIGUNA, Kredit Talangan haji, dan produk lain sejenis yang
i.4. Status kepegawaian/profesi pemohon kredit. akan ada.
i.5. Surat kuasa dari karyawan/pemohon kepada pejabat/instansi ii. Untuk lebih menjamin kepastian pengembalian kredit,
yang berwenang membayar gaji dan ada kesanggupan dari dimungkinkan adanya agunan tambahan lain, seperti misalnya :
pejabat/instansi tersebut untuk memotong gaji karyawan yang tanah/bangunan, surat berharga yang dapat diperjualbelikan,
bersangkutan. atau agunan lain yang cukup untuk menutup risiko.
i.6. Hak-hak yang diterima pegawai apabila pensiun, meninggal, iii. Khusus untuk pemberian BRIGUNA harus ditutup dengan
PHK dll. asuransi jiwa dengan banker’s clause untuk kepentingan BRI,
i.7. Kewajiban-kewajiban, hutang-hutang, potongan-potongan gaji sesuai ketentuan yang berlaku .
pegawai yang masih harus dibayar.

52. BAB IV.D.4.e. BAB IV.D.4.e.iv

ii. Perhitungan besarnya kredit iv. Perhitungan besarnya kredit didasarkan pada repayment capacity,
Perhitungan besarnya kredit didasarkan pada repayment capacity dan yang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : usia
jangka waktu. debitur/calon debitur, suku bunga dan jangka waktu.

53. BAB IV.D.5.c

ii.2.c. Asuransi Rekayasa Dihapus.

54. BAB IV.D.7.b.

Apabila terjadi perbedaan pendapat antara Pejabat Kredit Lini Bidang RM Dihapus.
dengan Pejabat Kredit Lini Bidang CRM mengenai sesuatu hal yang harus
dikonfirmasikan dengan debitur atau apabila terdapat kekurangan data,
maka yang melakukan negosiasi ataupun meminta tambahan data dari
debitur / pemohon adalah Pejabat Kredit Lini Bidang RM.

Dalam hal Pejabat Kredit Lini Bidang RM tidak dapat menyediakan data
yang diperlukan atau tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai
untuk proses kredit, maka Pejabat Kredit Lini Bidang CRM (ARK) dapat
berhubungan dengan debitur/pemohon bersama dengan Pejabat Kredit Lini
Bidang RM.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi

55. BAB IV.D.8.a. BAB IV.D.8.a.

iii. Penetapan struktur dan tipe kredit harus memperhatikan jenis fasilitas iii. Penetapan struktur dan tipe kredit harus memperhatikan jenis
kredit serta ketentuannya. fasilitas kredit serta ketentuannya. Tingkat kompleksitas struktur
dan type kredit dapat berbeda sesuai jenis kredit yang
diprakarsai.

56. BAB IV.D.8.a.

iv. Pejabat Kredit lini bidang CRM (ARK) mengevaluasi tipe, struktur, dan Dihapus.
syarat kredit yang diputus RM. Jika Pejabat Kredit lini bidang CRM (ARK)
ingin menambahkan beberapa syarat kredit dalam rangka meminimalkan
risiko harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan Pejabat Kredit lini
bidang RM. Tipe, struktur dan syarat kredit dari Pejabat Kredit lini
bidang CRM (ARK) dituangkan dalam PTK yang telah dibuat Pejabat
Kredit lini bidang RM dengan mengacu pada analisis yang telah
dituangkan pada MAR.

57. BAB IV.D.8.c.i BAB IV.D.8.c.i

KMK adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai aktiva KMK adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai
lancar dan atau menggantikan hutang dagang, serta membiayai sementara aktiva lancar dan atau menggantikan hutang dagang, serta
kegiatan operasional rutin (sehari-hari) perusahaan, uang muka, cadangan membiayai sementara kegiatan operasional rutin (sehari-hari)
kas, atau komponen modal kerja lainnya sesuai dengan karakter bisnisnya, perusahaan, uang muka, cadangan kas, atau komponen modal kerja
atau refinancing komponen modal kerja. lainnya sesuai dengan karakter bisnisnya.

58. BAB IV.D.8.c.iii.4.b BAB IV.D.8.c.iii.4.b

Pemberian fasilitas credit line ini harus didukung dengan fasilitas kredit Pemberian fasilitas credit line ini harus didukung dengan fasilitas
direct, baik kredit investasi maupun modal kerja. kredit direct, baik kredit investasi maupun modal kerja, dan harus
Credit Line untuk pembukaan L/C impor harus bersifat committed. bersifat committed.

59. BAB IV.D.8.c.iii.4.d BAB IV.D.8.c.iii.4.d

Negosiasi Wesel Ekspor (NWE) adalah proses pengambilalihan Wesel Ekspor Negosiasi Wesel Ekspor (NWE) adalah proses pengambilalihan Wesel
dan atau dokumen-dokumen ekspor berdasarkan dengan melakukan Ekspor dan atau dokumen-dokumen ekspor dengan melakukan
pembayaran secara tunai atas penyerahan dokumen oleh beneficiary pembayaran atas penyerahan dokumen oleh beneficiary berdasarkan
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
berdasarkan keputusan negosiasi oleh Pejabat yang berwenang. keputusan negosiasi oleh Pejabat yang berwenang

60. BAB IV.D.8.c.iii.4.e BAB IV.D.8.c.iii.4.e

Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada debitur Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada
lama bukan lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit dilakukan oleh debitur lama bukan lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit
PKL bidang RM dan atau PKL bidang CRM, sesuai dengan klasifikasi warna dilakukan oleh PKL bidang RM dan atau PKL bidang CRM.
kredit.

Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada debitur Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada
lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit dilakukan sepenuhnya oleh debitur lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit dilakukan
PKL RM bidang Treasury. sepenuhnya oleh PKL Divisi Treasury.

61. BAB IV.D.8.c.v BAB IV.D.8.c.v

v. Kredit Konsumtif Kredit Konsumtif yang diatur dalam PPK Bisnis Ritel ini adalah adalah
a. Kredit Konsumtif ………… kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur untuk
b. ………………. membiayai kebutuhan konsumtif dan sumber pembayaran kembali
c. ………………. kreditnya berasal dari penghasilan/gaji/pensiun pemohon.
d. ……………….
e. pemohon….

62. BAB IV.D.8.c.vi BAB IV.D.8.c.vi

vi. Kredit dengan agunan kas vi. Kredit dengan agunan kas atau setara dengan kas
Ketentuan lebih lanjut mengenai kredit dengan agunan kas diatur Kredit dengan agunan kas atau yang setara dengan kas adalah
tersendiri. kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur dengan
agunan tambahan yang bersifat likuid atau yang dapat
dipersamakan dengan uang kas seperti antara lain deposito,
giro, setoran jaminan (kas) dan atau emas, tabungan, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan atau Surat Utang Negara (SUN)
termasuk Obligasi Ritel Republik Indonesia (ORI) dan Obligasi
Negara Syariah (SUKUK),Jaminan Pemerintah Indonesia,dan
atau Standby Letter of Credit (SBLC), dan bentuk simpanan
lainnya.

63. BAB IV.D.9.a.v BAB IV.D.9.a.v


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Untuk Kretap/Kresun dan Kredit Konsumtif lainnya ketentuan rekomendasi Untuk BRIGuna dan Kredit Ritel Komersial s/d Rp 1 milyar serta skim
kredit diatur tersendiri. kredit tertentu lainnya, rekomendasi pemberian putusan oleh Pejabat
Pemrakarsa built-in di dalam sistem LAS sesuai data entry.

64. BAB IV.D.9.b,c,d

b. Proses Pemberian Rekomendasi Putusan Kredit di Kancapem Dihapus


….
….
Dst.

c. Proses Pemberian Rekomendasi Putusan Kredit di Kanca


….
….
Dst.

d. Proses Pemberian Rekomendasi Putusan Kredit di Kanwil


….
….
Dst.

65. BAB IV.D.10.i BAB IV.D.10.i

i. ADK Kancapem/Kanca/Kanwil bersama-sama dengan Pejabat Kredit Lini i. ADK Kancapem/Kanca/Kanwil/KCK bersama-sama dengan Pejabat
Bidang RM bertanggung jawab untuk meneliti dan memastikan bahwa Kredit Lini Bidang RM dan Credit Investigator bertanggung jawab
dokumen-dokumen kelengkapan paket kredit telah lengkap, masih untuk meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen
berlaku, sah dan berkekuatan hukum. Untuk pemeriksaan lapangan kelengkapan paket kredit telah lengkap, masih berlaku, sah dan
dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM, sedangkan pemeriksaan berkekuatan hukum. Untuk pemeriksaan lapangan dilakukan oleh
administrasi dilakukan oleh ADK. Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan CI, sedangkan pemeriksaan
administrasi dilakukan oleh ADK.

66. BAB IV.D.10.ii BAB IV.D.10.ii

ii. Pemeriksaan paket kredit oleh ADK harus dituangkan dalam formulir ii. Verifikasi oleh ADK dilakukan dengan cara mencocokkan berkas
pengawasan kelengkapan paket kredit disertai dengan opini ADK. paket kredit dengan data entry yang telah dilakukan oleh Pejabat
ADK mencatat tanggal penerusan paket kredit dalam Register Pemrakarsa di LAS. Sebagai bukti bahwa ADK telah melakukan
Permohonan Kredit Kancapem/Kanca/Kanwil. verifikasi dan memberikan opini, Bagian ADK harus memberikan
tanda persetujuan berupa Verifikasi di LAS.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi

67. BAB IV.D.10.vi BAB IV.D.10.vi

vi. ADK memantau penyampaian paket kredit sejak menerima dari Pejabat vi. ADK memantau penyampaian paket kredit sejak menerima dari
Pemrakarsa dan Pejabat Pemutus sampai rantai putusan diselesaikan. Pejabat Pemrakarsa dan Pejabat Pemutus sampai proses putusan
Pelaksanaan pemantauan oleh ADK dilakukan dengan mencatat dalam diselesaikan. Pelaksanaan pemantauan dilakukan melalui screen
Register Permohonan Kredit. menu ADK di LAS.

68. BAB IV.D.11.a.i BAB IV.D.11.a

i. Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh Pejabat Pemutus Kredit a. Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh :
Lini atau Komite Kredit yang berwenanng sesuai PDWK dan klasifikasi i. Untuk kredit dengan hasil risk assesment Diterima (Accepted),
warna kreditnya serta dilakukan secara tertulis dengan membubuhkan putusan kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang
tanda tangannya pada formulir PTK (Formulir 10/IV). berwenang sesuai limit melalui sistem LAS dan secara tertulis
dengan membubuhkan tanda tangannya pada formulir PTK.
ii. Untuk kredit dengan hasil risk assesment Tolak (Rejected)
harus dilakukan override terlebih dahulu oleh Pejabat Pemutus
setingkat lebih tinggi, untuk selanjutnya putusan kredit
dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang berwenang sesuai limit
melalui sistem LAS dan secara tertulis dengan membubuhkan
tanda tangannya pada formulir PTK.
Prakarsa override dilakukan oleh Pemrakarsa bidang RM (AO)
dengan mencantumkan alasan-alasan yang kuat yang
mendasari dilakukannya override.
iii. Untuk jenis kredit tertentu, antara lain : BRIGUNA, putusan
kredit cukup dilakukan dalam aplikasi LAS dan Pemutus tidak
perlu lagi membubuhkan tanda tangan dalam format putusan.

69. BAB IV.D.11 BAB IV.D.11

b. Proses Pemberian Putusan Kredit di Kancapem/Kanca Dihapus.


……
c. Proses Pemberian Putusan oleh Pejabat Pemutus di Kanwil
…….
d. Proses Pemberian Putusan oleh Pejabat Pemutus di Kanpus
…….

70. BAB IV.D.11. BAB IV.D.11.


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi

e. Proses Pemberian Putusan oleh Komite Kredit Kanwil b. Proses Pemberian Putusan oleh Komite Kredit :
i. Anggota Komite Kredit harus berkumpul atau bertemu fisik
i. Anggota Komite Kredit harus berkumpul atau bertemu fisik dalam dalam memutus suatu paket kredit.
memutus suatu paket kredit. Untuk memenuhi prinsip harus bertemu fisik, maka
Untuk memenuhi prinsip harus bertemu fisik, maka koordinator koordinator Komite Kredit harus menentukan jadwal komite
Komite Kredit di tiap-tiap unit kerja harus menentukan jadwal secara periodik.
pertemuan minimal 1 (satu) hari dalam seminggu.

71. BAB IV.D.11.e. BAB IV.D.11.b.

ii. Putusan kredit oleh Komite Kredit Kanwil dilakukan secara bersama- ii. Putusan kredit oleh Komite Kredit dilakukan secara unanimous
sama dan bersifat unanimous (setuju dengan suara bulat), baik (sepakat bulat). Jika salah satu anggota tidak setuju terhadap
untuk putusan persetujuan maupun penolakan. Jika salah satu anggota suatu paket kredit, maka paket kredit tersebut harus ditolak.
tidak setuju terhadap suatu paket kredit, maka paket kredit tersebut
harus ditolak.

72. BAB IV.E. BAB IV.E

Berdasarkan Putusan Kredit yang telah disetujui, ADK mencatat tanggal Berdasarkan Putusan Kredit yang telah disetujui, ADK mencatat
putusan kredit dalam Register Permohonan Kredit Kancapem / Kanca / tanggal putusan kredit dalam Register Permohonan Kredit
Kanwil dan mempersiapkan: Kancapem/Kanca/Kanwil/KCK dan mempersiapkan :

73. BAB IV.E.1 BAB IV.E.1

c. Kredit Konsumsi tidak diperlukan adanya surat penawaran putusan kredit. d. Khusus untuk Kredit Konsumtif tidak diperlukan adanya surat
penawaran kredit mengingat syarat pemberian kredit telah
menjadi satu kesatuan dalam Surat Pengakuan Hutang.

74. BAB IV.E.2.d BAB IV.E.2.d

Belum di atur. Penetapan pilihan pembuatan Perjanjian Kredit merupakan


judgement Pejabat Pemutus dengan mempertimbangkan tingkat
risiko, kompleksitas putusan kredit dan kemampuan jajaran ADK unit
kerja.

75. BAB IV.E.2.d BAB IV.E.2.e


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Belum di atur Bentuk kredit ….
vi. Atau bentuk perjanjian kredit lainnya yang akan ada.

76. BAB IV.E.2.e BAB IV.E.2.f

Dalam hal perjanjian kredit dibuat notariil, ADK menyiapkan copy dokumen Dalam hal perjanjian kredit dibuat notariil, ADK menyiapkan copy
yang berupa: copy surat penawaran (offering letter), Akta Pendirian, atau dokumen yang berupa : copy surat penawaran (offering letter), Akta
dokumen lainnya untuk diteruskan kepada notaris guna dibuatkan draft Pendirian, atau dokumen lainnya untuk diteruskan kepada notaris
perjanjian kreditnya. Selanjutnya draft perjanjian kredit yang telah dibuat guna dibuatkan draft perjanjian kreditnya. Selanjutnya draft
oleh notaris diperiksa terlebih dahulu oleh ADK. perjanjian kredit yang telah dibuat oleh notaris diperiksa terlebih
dahulu oleh ADK atau meminta opini dari Legal Officer (LO) Kanwil.

77. BAB IV.E.3.e

i. Hak tanggungan Dihapus


………………………..
ii. Gadai
………………………..
iii. Perjanjian Fidusia
………………………..
iv. Penanggungan
………………………..
v. Hipotik Kapal
………………………..

78. BAB IV.F.2 BAB IV.F.2

c. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kredit tersebut c. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kredit
telah dilunasi oleh pemohon, baik secara tunai maupun overbooking tersebut telah dicadangkan dalam jumlah yang cukup, baik secara
selama bukan dari rekening kredit yang diputus, antara lain: tunai maupun overbooking selama bukan dari rekening kredit
i. Biaya provisi yang diputus, antara lain:
ii. Biaya notaris i. Biaya provisi
iii. Biaya pengikatan agunan ii. Biaya notaris
iv. Biaya premi asuransi iii. Biaya pengikatan agunan
v. Biaya percetakan / administrasi. iv. Biaya premi asuransi
vi. Biaya biro jasa (appraisal, akuntan publik, konsultan) v. Biaya percetakan / administrasi.
vi. Dll.
Penyetoran biaya-biaya tersebut di atas dibuku ke rekening sebagai Pembukuan biaya tersebut diatas dibuktikan dengan bukti setoran
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
berikut : yang telah divalidasi.
 Rekening pendapatan BRI
 Rekening titipan (khususnya bagi biaya yang berkait dengan
pembayaran kepada pihak ke III)

Pembukuan ke rekening tersebut diatas dibuktikan dengan bukti setoran


yang telah divalidasi

79. BAB V.A.4.b.i BAB V.A.4.b.i

i.1 Barkas I untuk kredit ritel yang dijamin dengan penghasilan tetap dan i.1 Barkas I untuk kredit ritel yang dijamin dengan penghasilan
pensiun. tetap dan pensiun.
i.1.a……….. i.1.a tetap
i.1.b……….. i.1.b tetap
i.1.c……….. i.1.c tetap
i.1.d……….. i.1.d tetap
i.1.e……….. i.1.e tetap
i.1.f……….. i.1.f tetap
i.1.g……….. i.1.g tetap
i.1.h……….. i.1.h tetap
i.1.i Asli bukti kepemilikan atas agunan, berupa SHM/SHGB, bukti hak i.1.i dihapus
kepemilikan lainnya (BPKB, dsb.), dan IMB (untuk Kretap KPR dan i.1.j dihapus
Kredit Pegawai BRI Jangka Panjang) i.1.i Asli PTK penghapusbukuan
i.1.j Asli dokumen pengikatan agunan, berupa : Akta Pemberian Hak i.1.j Dokumen lainnya
Tanggungan, Sertifikat jaminan fiducia, gadai dan penyerahan hak
secara cessie, corporate guarantee, dan lain sebagainya (untuk
Kretap KPR).
i.1.k…………
i.1.l …………

80. BAB V.A.4.b.i BAB V.A.4.b.i

i.2 Barkas I untuk kredit diluar kredit dengan penghasilan tetap dan i.2 Barkas I untuk kredit komersial.
Kresun.

81. BAB VI.G.6 BAB VI.G.6


Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
6. Pengawasan Ganda terhadap Proses Putusan Komite Kredit. 6. Pengawasan Ganda terhadap Proses Putusan Komite Kredit

Setiap anggota komite mempunyai hak, tanggung jawab dan kewajiban Setiap anggota komite mempunyai hak, tanggung jawab dan
yang sama dalam memberikan pendapat/suara dalam proses putusan kewajiban yang sama dalam memberikan pendapat/suara dalam
kredit. proses putusan kredit.
Putusan kredit yang dituangkan dalam form PTK harus didasarkan atas Putusan kredit yang dituangkan dalam form PTK harus didasarkan
kesepakatan seluruh anggota Komite Kredit dalam suatu forum Rapat atas putusan Komite Kredit yang dilaksanakan dalam suatu forum
Komite Kredit yang memenuhi kuorum. Selanjutnya dibuatkan berita Rapat Komite yang memenuhi kuorum. Selanjutnya hasil rapat
acara rapat komite dan daftar hadir. Komite harus dituangkan dalam Notulen Rapat komite dan
ditandatangani oleh seluruh anggota Komite Kredit (sesuai daftar
hadir).

82. BAB VI.G.12.a BAB VI.G.12.a

i. Putusan Pincapem untuk kredit dengan warna Putih : i. Putusan Pincapem untuk kredit prakarsa kredit dengan hasil risk
ii. Putusan Pinca untuk kredit dengan warna Putih : assessment Diterima/Accepted :
iii. Putusan Wapinwil/Pinwil untuk kredit Warna putih : ii. Putusan Pinca untuk prakarsa kredit dengan hasil risk assessment
Diterima/ Accepted :
iii. Putusan Wapinwil/Pinwil untuk prakarsa kredit dengan hasil risk
assessment Diterima/ Accepted :

83. BAB VI.G.12.a

iv. Putusan Pincapem untuk kredit dengan warna Abu-abu : Dihapus


………
v. Putusan Pinca untuk kredit dengan warna Abu-abu :
………
vi. Putusan Komite Kredit Kanwil (KK-1, KK-2, KK-3) untuk kredit dengan
warna Abu-abu :
………
dan
ix Putusan Kredit bermasalah putusan Kanpus

84. BAB VI.G.12.a BAB VI.G.12.a

viii. Putusan kredit bermasalah di Kancapem putusan GH RPKB : v. Putusan kredit bermasalah di Kancapem putusan GH RPKB :

viii.2. ADK Kancapem (mencatat dalam Register SKPP, memberi v.2. ADK Kancapem (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
masukkan kepada AO untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja
hari kerja. v.3. AO (prakarsa meliputi pemeriksaan, evaluasi, analisis) :
viii.3. AO (prakarsa meliputi pemeriksaan, pre screening, colouring, maksimal 7 hari kerja *)
evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari kerja *)

85. BAB VI.G.12.b BAB VI.G.12.b

i. Putusan Pejabat Pemutus Kanca (Pinca/MP) untuk kredit dengan warna i. Putusan Pejabat Pemutus Kanca (Pinca/MP) untuk untuk prakarsa
Putih. kredit dengan hasil risk assessment Diterima/Accepted.
ii. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (Wapinwil/Pinwil) untuk kredit dengan ii. Putusan Pejabat Pemutus di Kanwil untuk prakarsa kredit dengan
warna Putih hasil risk assessment Diterima/Accepted

iii. Putusan Pejabat Pemutus Kanca (Pinca atau Wapinca dan Pinca) untuk dihapus
kredit dengan warna Abu-abu
iv. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (Komite Kredit-1/Komite Kredit- dihapus
2/Komite Kredit-3) untuk kredit dengan warna Abu-abu

v. Putusan Kredit bermasalah Putusan MP/Pinca iii. Putusan Kredit bermasalah Putusan Pinca
v.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan iii.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada AO untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja. kerja
v.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, iii.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi
pre screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
hari kerja **) kerja **)

vi. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head RPKB Kanwil iv. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head RPKB Kanwil
vi.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan iv.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada AO untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja. kerja
vi.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, iv.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi
pre screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
hari kerja **) kerja **)
vi.7 ADK Kanwil (pemeriksaan kelengkapan dokumen, opini ADK, iv.7 ADK Kanwil (pemeriksaan kelengkapan dokumen, opini ADK,
penerusan paket kredit kepada Group Head RPK) : maksimal 1 hari penerusan paket kredit kepada Group Head RPKB) : maksimal
kerja. Dalam hal paket kredit diteruskan ke Kanpus, maka batas 1 hari kerja. Dalam hal paket kredit diteruskan ke Kanpus,
waktu proses kredit sama dengan batas waktu proses kredit yang maka batas waktu proses kredit sama dengan batas waktu
diperlukan untuk kredit bermasalah yang diputus Group Head RPK proses kredit yang diperlukan untuk kredit bermasalah yang
Kanwil. diputus Group Head RPKB Kanwil.
vi.8 Group Head RPK (pemberian putusan kredit) : maksimal 3 hari iv.8 Pemutus di Divisi RPKB KP (pemberian putusan kredit) :
kerja ***) maksimal 3 hari kerja ***)
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi

vii. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head Restrukturisasi dan v. Putusan Kredit bermasalah putusan Divisi RPKB Kanpus :
Penyelesaian Kredit Ritel Divisi RPKB Kanpus v.8 Pemutus di Divisi RPKB KP (pemberian putusan kredit) :
vii.8 Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Ritel maksimal 3 hari kerja ***)
(pemberian putusan kredit) : maksimal 3 hari kerja ***)

86. BAB VI.G.12.c BAB VI.G.12.c

i. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (Wapinwil/Pinwil) untuk kredit dengan i. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil untuk prakarsa kredit dengan
warna Putih : hasil risk assessment Diterima/Accepted :
i.3 Group AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre i.3 Group AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan,
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari pre screening, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
kerja **) kerja **)
i.5 Wapinwil atau Pinwil atau KK-3 Kanwil (selaku Pejabat Pemutus i.5 Pejabat Pemutus di Kanwil (selaku Pejabat Pemutus kredit) :
kredit) : maksimal 2 hari kerja ****) maksimal 2 hari kerja ****)

ii. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (KK-1, KK-2 dan KK-3) untuk kredit Dihapus
dengan warna abu-abu :

iii. Putusan Pejabat Pemutus CRM Kanwil (Group Head RPK) untuk kredit ii. Putusan Group Head RPKB untuk kredit bermasalah :
bermasalah
iii.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan ii.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1
kepada Staf RPK untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari hari kerja *)
kerja *)
iii.3 Staf RPK (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre ii.3 Staff RPKB (prakarsa dan rekomendasi meliputi
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
kerja **) kerja **)

iv. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head Restrukturisasi dan iv. Putusan Divisi RPKB Kanpus untuk Kredit bermasalah :
Penyelesaian Kredit Ritel Divisi RPKB Kanpus iv.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1
iv.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan hari kerja
kepada Staf/FH RPKB Kanwil untuk bahan pre screening) : iv.3 Staf/GH RPKB Kanwil (prakarsa dan rekomendasi meliputi
maksimal 1 hari kerja pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
iv.3 Staf/GH RPKB Kanwil (prakarsa dan rekomendasi meliputi kerja **)
pemeriksaan, pre screening, colouring, evaluasi, analisis) :
maksimal selama 7 hari kerja **)
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
87. BAB VI.G.12.d VI.G.12.d

i. Putusan Pejabat Pemutus KCK (Wapincasus/Pincasus) untuk kredit i. Putusan Pejabat Pemutus KCK (Wapincasus/Pincasus) untuk
dengan warna Putih prakarsa kredit dengan hasil risk assessment Diterima/Accepted :
i.3 AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre i.3 AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari screening, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari kerja
kerja **) **)

ii. Putusan Pejabat Pemutus KCK (Komite Kredit) untuk kredit dengan Dihapus
warna abu-abu

iii. Putusan Pejabat Pemutus CRM KCK (Group Head RPK) untuk kredit ii. Putusan Group Head RPKB KCK untuk kredit bermasalah :
bermasalah
iii.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan ii.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada Staf RPK untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja *)
kerja *) ii.3 Staf RPKB (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan,
iii.3 Staf RPK (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari kerja **)
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
kerja **)

iv. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head Restrukturisasi dan iii. Putusan Kredit bermasalah putusan Divisi RPKB Kanpus :
Penyelesaian Kredit Ritel Divisi RPKB Kanpus
iv.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan iii.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada Staf/GH RPKB KCK untuk bahan pre screening) : maksimal kerja
1 hari kerja iii.3 Staf/GH RPKB KCK (prakarsa dan rekomendasi meliputi
iv.3 Staf/GH RPKB KCK (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
pemeriksaan, pre screening, colouring, evaluasi, analisis) : kerja **)
maksimal selama 7 hari kerja **)

88. BAB VI.G.12.e BAB VI.G.12.e

Belum diatur. e. Untuk prakarsa kredit dengan hasil risk assessment


Tolak/Rejected dan Pejabat Pemrakarsa bidang RM (AO) akan
mengajukan override kepada Pejabat Pemutus setingkat lebih
tinggi atau sesuai kewenangan, maka proses kredit di tambah
maksimal 3 (tiga) hari kerja untuk proses permintaan dan putusan
overrirde.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
89. BAB VI.G.

Catatan :
*) b. Permintaan informasi bank ke BI oleh ADK Kanwil atau ADK Dihapus
Kancapem dilakukan melalui ADK Kanca.

*****) Apabila Komite Kredit Kanwil/KCK tidak lengkap (sulit untuk Dihapus
mengadakan rapat komite), maka berdasarkan pertimbangan bisnis,
paket kredit dapat diputus oleh pejabat pemutus kredit di Kanpus,
yaitu untuk kredit dengan warna putih diputus oleh KadivWakadiv
Bisnis Ritel (sesuai kewenangannya) dan paket kredit dengan warna
abu-abu diputus oleh Kadiv/Wakadiv Bisnis Ritel bersama
Kadiv/Wakadiv ARK (sesuai kewenangannya.) Batasan waktu proses
kredit di Kanpus diatur sebagai berikut :
 Kadiv/Wakadiv Bisnis Ritel dan ARK : maksimal 3 hari kerja
 Divisi ADK : maksimal 1 hari kerja
Proses kredit di Divisi Bisnis Ritel dan Divisi ARK, dapat lebih dari 3
hari, apabila dokumen belum lengkap atau memerlukan penjelasan
lebih lanjut dari pemrakarsa kredit

Untuk kredit prakarsa Kanca putusan Pinca, dalam hal Pinca mensyaratkan Dihapus
adanya 2 Pemrakarsa (2 AO atau AO dan MP), maka batas waktu yang
diperkenankan untuk seluruh Pemrakarsa maksimal selama 7 hari.

Untuk kredit warna Putih diatas Rp.1 milyar yang menjadi putusan Pemutus Dihapus
Individual Kanwil, dalam hal Pemutus meminta second opinion dari ARK
maka batas waktu yang diperkenankan adalah sesuai dengan batas waktu
yang disediakan bagi Pemutus Kanwil.

90. BAB VI.H. BAB VI.H

Pembagian tugas antara RM dan CRM dalam pembinaan kredit diatur Pembinaan kredit yang berkesinambungan pada prinsipnya
tersendiri. merupakan tugas dan tanggung jawab Pejabat Pemrakarsa bidang
RM (AO) untuk kredit performing dan Pejabat Pemrakarsa bidang
CRM (jajaran RPKB) atau Pejabat Kredit Lini yang melaksanakan
fungsi CRM di Kanca/Kancapem untuk kredit non performing dan
ekstrakomtabel.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
91. BAB VI.H.2.a BAB VI.H.2.a

Belum diatur Pembinaan administratif meliputi :


i. Memastikan ketepatan pembayaran pokok dan atau bunga oleh
debitur dan kualitas kredit atas seluruh account binaan AO ybs
dengan cara men-download critical report secara periodik
(minimal seminggu sekali).

92. BAB VI.I.3 BAB VI.I.3

3. Credit Risk Review 3. Credit Risk Review


Dalam rangka pengawasan dan monitoring risiko kredit, maka secara Dalam rangka pengawasan dan monitoring risiko kredit, maka
periodik dilakukan Credit Risk Review secara menyeluruh yang dilakukan secara periodik dilakukan Credit Risk Review secara menyeluruh
oleh unit kerja risk management (Divisi ADK/CRM). dan periodik yang dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko KP.

93. BAB VII.D.2.b.i BAB VII.D.2.b.i

i.3 Pengurangan tunggakan pokok kredit Dihapus

94. BAB VII.D.2.b.ii. BAB VII.D.2.b.ii.

Pengurusan Piutang Macet Melalui Dirjen Piutang dan Lelang Negara Dihapus
(DJPLN/Kanwil BUPLN/KP3N).

Penyerahan Pengurusan piutang negara (kredit macet) kepada


DJPLN/Kanwil BUPLN/KP3N) berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

Sebelum kredit macet diserahkan kepada DJPLN/Kanwil BUPLN/KP3N harus


dilakukan upaya restrukturisasi atau penyelesaian secara damai oleh Bank
sendiri secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai