Perbedaan PPK Ritel 2014
Perbedaan PPK Ritel 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
1. BAB I.A.3 : BAB I.A.3 :
Paragraf 1 : Paragraf 1 :
Unit kerja yang berwenang melakukan perubahan PPK Bisnis Ritel adalah Unit kerja yang berwenang melakukan perubahan PPK Bisnis adalah
Divisi ADK berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan masukan- Divisi ADK berdasarkan kajian dari Divisi ADK atau usulan dan
masukan dari unit kerja terkait dengan bisnis ritel (Divisi Bisnis Ritel, Divisi masukan-masukan dari unit kerja terkait (Divisi Bisnis Ritel, Divisi
Consumer Banking, Divisi Kredit Program, Perencana Bisnis Mikro dan Ritel, Bisnis Program, serta unit kerja terkait lainnya).
serta unit kerja terkait lainnya).
Paragraf 2 : Paragraf 2 :
Perubahan PPK Bisnis Ritel tersebut selanjutnya diajukan oleh Divisi ADK Perubahan PPK Bisnis Ritel tersebut selanjutnya diajukan oleh Divisi
kepada Direktur Pengendalian Kredit melalui Direktur Bisnis Ritel. Sebelum ADK kepada Direktur Pengendalian Risiko Kredit melalui Direktur
disahkan oleh Direksi, final draft PPK BISNIS RITEL diuji terlebih dahulu Bisnis UMKM. Sebelum disahkan oleh Direksi, final draft PPK BISNIS
oleh Direktur Kepatuhan. RITEL diuji terlebih dahulu oleh Direktur Kepatuhan.
Paragraf 3 : Paragraf 3 :
Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka unit kerja yang berwenang Apabila terjadi perbedaan penafsiran, maka unit kerja yang
untuk menafsirkan PPK Bisnis Ritel adalah Divisi Administrasi Kredit (ADK). berwenang untuk menafsirkan PPK Bisnis Ritel adalah Divisi
Dalam melakukan penafsiran PPK Bisnis Ritel, Divisi ADK dapat Administrasi Kredit (ADK).
berkoordinasi dengan Divisi Bisnis Ritel dan atau Divisi Consumer Banking
dan atau Divisi Kredit Program, dan atau unit kerja terkait lainnya.
Paragraf 5 : Paragraf 5 :
Untuk menjaga dan memelihara efektivitas PPK Bisnis Ritel, Divisi ADK Untuk menjaga dan memelihara efektivitas PPK Bisnis Ritel, Divisi
melakukan pengkajian ulang PPK Bisnis Ritel sekurang-kurangnya 1 (satu) ADK melakukan pengkajian ulang PPK Bisnis Ritel sekurang-
kali dalam 1 (satu) tahun sejak tanggal diberlakukan. Dalam melakukan kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun sejak tanggal
pengkajian ulang tersebut, Divisi ADK harus berkoordinasi dengan Divisi diberlakukan. Dalam melakukan pengkajian ulang tersebut, Divisi
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Bisnis Ritel dan atau Divisi Consumer Banking dan atau Divisi Kredit ADK harus berkoordinasi dengan Divisi Bisnis Ritel dan atau Divisi
Program, dan atau unit kerja terkait lainnya. Bisnis Program, dan atau unit kerja terkait lainnya.
Produk kredit dengan tujuan konsumtif, antara lain : Produk kredit dengan tujuan konsumtif, antara lain :
i. Kredit kepada golongan berpenghasilan tetap (Kretap), i. Kredit kepada golongan berpenghasilan tetap (Briguna),
ii. Kredit Kendaraan Bermotor ii. Kredit Talangan Haji
iii. Kredit Kepemilikan Rumah iii. Kredit Konsumtif lainnya s/d Rp. 5 Milyar
iv. Kredit Talangan Haji
v. Kartu Kredit
vi. Kredit Konsumtif lainnya s/d Rp. 5 Milyar
Produk kredit komersial yang dikelola oleh Divisi Kredit Program antara lain Produk kredit komersial yang dikelola oleh Divisi Bisnis Program
: antara lain :
i. Kredit Komersial Kepada Koperasi, i. Kredit Komersial Kepada Koperasi,
ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP), ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP),
iii. KPR/KPRS Bersubsidi, iii. Kredit dengan dana Surat Utang Pemerintah (SUP),
iv. Kredit dengan dana Surat Utang Pemerintah (SUP), iv. Kredit Kepada Kelompok dan Gabungan Kelompok Usaha Kecil
v. Kredit Kepada Kelompok dan Gabungan Kelompok Usaha Kecil (KKGUK), (KKGUK),
vi. Kredit Untuk Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA), dan lain-lain v. Kredit Untuk Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA),
vi. Kredit Usaha Rakyat (KUR),
vii. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), dan lain-lain
ii. Penerapan Four Eyes Principle ii. Penerapan Four Eyes Principle
Four Eyes Principle adalah suatu prinsip dalam pelaksanaan Four Eyes Principle adalah suatu prinsip dalam pelaksanaan
kewenangan kredit (memutus kredit) yang harus dilakukan bersama kewenangan prakarsa dan putusan kredit yang harus dilakukan 2
oleh minimal 2 (dua) Pejabat Kredit Lini, yang salah satu atau kedua- (dua) Pejabat Kredit Lini yang berbeda fungsi, yang salah satu
duanya mempunyai limit kewenangan yang cukup, baik dilaksanakan atau kedua-duanya mempunyai limit kewenangan yang cukup.
dengan cara simetri maupun asimetri.
Pelaksanaan secara simetri, yaitu putusan kredit yang dilakukan secara Dihapus.
bersama-sama oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan Pejabat Kredit
Lini Bidang CRM yang salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kredit
yang cukup.
Dihapus.
Pelaksanaan secara asimetri, yaitu putusan kredit yang dilakukan secara
bersama-sama oleh dua Pejabat Kredit Lini jajaran RM atau jajaran
CRM, dimana salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kredit yang
cukup.
iii. Penerapan Risk Scoring System iii. Penerapan Internal Risk Rating System
Risk Scoring System adalah suatu sistim yang digunakan untuk menilai Internal Risk Rating System adalah suatu system penilaian risiko
risiko kredit secara obyektif dan realistik, sehingga menghasilkan skor (risk assessment) kredit secara obyektif dan realistik, sehingga
risiko yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk perhitungan biaya risiko menghasilkan skor risiko yang dapat dijadikan sebagai dasar
dan untuk perencanaan dan manajemen portofolio. untuk perhitungan biaya risiko dan untuk perencanaan dan
manajemen portofolio.
iv. Pemisahan Pengelolaan Kredit Bermasalah. iv. Pemisahan Pengelolaan Kredit Bermasalah.
Kredit yang telah masuk dalam kategori kredit bermasalah (Kurang Kredit yang telah masuk dalam kategori kredit bermasalah
Lancar, Diragukan dan Macet) pengelolaannya harus dipindahkan dari (Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) pengelolaannya harus
jajaran RM kepada jajaran CRM atau petugas di jajaran RM yang dilimpahkan dari fungsi RM kepada fungsi CRM dan pengelolaan
ditunjuk (diberikan PDWK) untuk menangani kredit bermasalah. Dalam kredit tersebut selanjutnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
hal jajaran CRM atau RM yang ditunjuk untuk menangani kredit jajaran CRM atau RM yang ditunjuk menangani kredit
bermasalah telah menerima pelimpahan pengelolaan kredit bermasalah, bermasalah.
maka pengelolaan kredit tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
jajaran CRM atau RM yang ditunjuk menangani kredit bermasalah.
10. BAB II.A.1.b.i.1 : BAB II.A.1.b.i.1 :
1. Pengertian 1. Pengertian
PS Nasional adalah gabungan dari PS Nasional Bisnis Menengah, Bisnis PS Nasional adalah gabungan dari PS Nasional Bisnis Menengah
Ritel, Kredit Program, Bisnis Mikro serta Treasury dan Internasional. dan Korporasi, Bisnis Ritel, Kredit Program, Bisnis Mikro serta
Internasional dan Treasury.
PS Nasional Bisnis Ritel adalah kompilasi PS Kanwil-Kanwil dan Divisi PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program adalah kompilasi
Bisnis (Divisi Bisnis Ritel, Divisi Consumer Banking dan Divisi Kredit PS Kanwil-Kanwil dan Divisi Bisnis (Divisi Bisnis Ritel dan Divisi
Program), yang disetujui Direktur Bidang Bisnis (sesuai masing-masing Bisnis Program), yang disetujui Direktur Bidang Bisnis (sesuai
produk), diuji Direktur Kepatuhan dan disahkan oleh Direktur Pengendalian masing-masing produk), diuji Direktur Kepatuhan dan disahkan oleh
Kredit sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi BRI. Direktur Pengendalian Risiko Kredit sehingga dapat memberikan
keuntungan yang optimal bagi BRI.
2. Kanwil BRI mendistribusikan panduan penyusunan PS ke Kanca BRI di 2. Kanwil BRI meminta masukan untuk penyusunan PS dan
wilayahnya Negative List ke Kanca BRI di wilayahnya.
3. Kanca BRI menerima panduan PS dari Kanwil. Proses pembuatan PS di 3. Kanca menyusun PS dan Negative List Kanca dengan
Kanca dilakukan melalui tahapan sbb : memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap Pejabat Kredit Lini di Kanca (termasuk PKL Kancapem) a. Pejabat Kredit Lini di Kanca dibantu oleh ADK melakukan
berkewajiban memperhatikan dan mempelajari dengan seksama analisis terhadap kondisi portofolio kredit Kanca, khususnya
Panduan PS yang ditetapkan Kantor Pusat sebagai panduan terhadap portofolio kredit yang mempunyai kualitas dan
penyusunan PS, serta Rencana Kerja dan Anggaran Kanca yang perkembangan yang sehat serta memberikan kontribusi
telah ditetapkan oleh Kanwil. keuntungan yang memadai bagi Kanca.
b. Berdasarkan Panduan PS tersebut, Pejabat Kredit Lini di Kanca b. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang
dibantu oleh ADK melakukan analisis terhadap kondisi portofolio selengkap- lengkapnya tentang perkembangan dan potensi
kredit Kanca, khususnya terhadap portofolio kredit yang ekonomi di daerahnya dari pihak ekstern antara lain : Bank
mempunyai kualitas dan perkembangan yang sehat serta Indonesia, Kantor Statistik, PEMDA, Dinas Perindag, Dinas PU,
memberikan kontribusi keuntungan yang memadai bagi Kanca. Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas
c. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang selengkap- Perkebunan, BKPMD, Kadin, dan lain lain.
lengkapnya tentang perkembangan dan potensi ekonomi di c. Atas dasar butir b tersebut di atas, dilakukan analisis
daerahnya dari pihak ekstern antara lain : PEMDA, Dinas Perindag, kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman
Dinas PU, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas (analisis SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap
Perkebunan, BKPMD, Kadin, dan lain lain. jenis usaha yang mempunyai peluang untuk dilayani dan
d. Atas dasar butir b dan c tersebut di atas, dilakukan analisis dikembangkan, serta jenis usaha yang tidak akan dilayani
kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman (analisis oleh Kanca (negative list).
SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap jenis usaha d. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan PS Kanca, dan
yang mempunyai peluang untuk dilayani dan dikembangkan. dituangkan dalam Formulir Penetapan PS.
e. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan PS Kanca, dan Kanca BRI mengirimkan usulan PS ke Kanwil BRI.
dituangkan dalam Formulir Penetapan PS.
f. Kanca BRI mengirimkan usulan PS ke Kanwil BRI.
4. Proses Pembuatan PS di Kanwil sebagai berikut: 4. Proses Pembuatan PS di Kanwil sebagai berikut:
Bagian ADK Kanwil menerima usulan PS Kanca. Selanjutnya Pinwil Bagian ADK Kanwil menerima usulan PS dan Negative List Kanca.
dibantu oleh Wapinwil, Bagian Bisnis Ritel, Bagian Kredit Program, Selanjutnya Pinwil dibantu oleh Wapinwil, Bagian Bisnis Ritel,
Group AO, Bagian ADK dan Grup Analisis Risiko Kredit (ARK) Kanwil Bagian Kredit Program, Group AO, Bagian ADK dan Grup Analisis
melakukan penelitian dan evaluasi atas usulan PS Kanca. Kanwil dapat Risiko Kredit (ARK) Kanwil melakukan penelitian dan evaluasi atas
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
melakukan penambahan atau pengurangan usulan PS Kanca setelah usulan PS dan Negative List Kanca. Kanwil dapat melakukan
koordinasi dengan Kanca ybs. penambahan atau pengurangan usulan PS Kanca setelah
Prosedur penyusunan usulan PS Kanwil adalah sebagai berikut : koordinasi dengan Kanca ybs.
a. Setiap Pejabat Kredit Lini di Kanwil berkewajiban memperhatikan Prosedur penyusunan usulan PS Kanwil adalah sebagai berikut :
dan mempelajari dengan seksama Panduan PS yang ditetapkan a. Pejabat Kredit Lini di Kanwil dibantu oleh Bagian ADK
Kantor Pusat sebagai panduan penyusunan PS, serta Rencana Kerja melakukan analisis terhadap kondisi portofolio kredit
dan Anggaran yang telah ditetapkan oleh Kanpus. Kanca/Kanwil, khususnya terhadap portofolio kredit yang
b. Berdasarkan Panduan PS tersebut, Pejabat Kredit Lini di Kanwil mempunyai kualitas dan perkembangan yang sehat serta
dibantu oleh Bagian ADK melakukan analisis terhadap kondisi memberikan kontribusi keuntungan yang memadai bagi
portofolio kredit Kanca/Kanwil, khususnya terhadap portofolio kredit Kanca/Kanwil.
yang mempunyai kualitas dan perkembangan yang sehat serta b. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang
memberikan kontribusi keuntungan yang memadai bagi selengkap- lengkapnya tentang perkembangan dan potensi
Kanca/Kanwil. ekonomi di daerahnya dari pihak ekstern antara lain : Bank
c. Selanjutnya Pejabat Kredit Lini mencari informasi yang selengkap- Indonesia, Kantor Statistik, PEMDA, Dinas Perindag, Dinas PU,
lengkapnya tentang perkembangan dan potensi ekonomi di Dinas Perkebunan, dan lain lain.
daerahnya dari pihak ekstern antara lain : PEMDA, Dinas Perindag, c. Atas dasar butir b tersebut di atas, dilakukan analisis
Dinas PU, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman
Perkebunan, BKPMD, Kadin, dan lain lain. (analisis SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap
d. Atas dasar butir b dan c tersebut di atas, dilakukan analisis jenis usaha yang mempunyai peluang untuk dilayani dan
kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman (analisis dikembangkan Kanwil.
SWOT) dan selanjutnya melakukan pilihan terhadap jenis usaha d. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan tambahan PS
yang mempunyai peluang untuk dilayani dan dikembangkan Kanwil. dan Negative List Kanwil, dan dituangkan dalam Formulir
e. Dari hasil analisis tersebut di atas ditetapkan tambahan PS Kanwil, Penetapan PS.
dan dituangkan dalam Formulir Penetapan PS. e. PS dan Negative List hasil kompilasi dari Kanca digabung
f. PS hasil kompilasi dari Kanca digabung dengan tambahan PS Kanwil dengan tambahan PS dan Negative List Kanwil sendiri
sendiri menjadi usulan PS Kanwil yang bersangkutan. menjadi usulan PS Kanwil yang bersangkutan.
Bagian ADK Kanwil mengirimkan usulan PS Kanwil ke Divisi ADK. Bagian ADK Kanwil mengkompilir dan mengirimkan usulan PS dan
Negative List Kanwil ke Divisi ADK.
5. Divisi ADK melakukan kompilasi terhadap usulan PS Kanwil dan 5. Divisi ADK melakukan kompilasi terhadap usulan PS dan Negative
melakukan penelitian dan memastikan bahwa PS Nasional Bisnis Ritel List Kanwil dan melakukan penelitian dan memastikan bahwa PS
tidak bertentangan dengan KUP. Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program tidak
Proses penelitian dan evaluasi dilakukan Divisi ADK bersama-sama bertentangan dengan KUP.
dengan Divisi Bisnis Ritel, Divisi Kredit Program, Divisi ARK, Divisi Proses penelitian dan evaluasi dilakukan Divisi ADK bersama-
Renstra, Divisi Consumer Banking dan Perencana Bisnis Ritel serta unit sama dengan Divisi Bisnis Ritel, Divisi Kredit Program, Divisi ARK,
kerja terkait lainnya. Apabila dipandang perlu, Divisi Bisnis Ritel, Divisi Divisi Renstra, serta unit kerja terkait lainnya. Apabila dipandang
Consumer Banking dan Divisi Kredit Program dapat menambahkan PS perlu, Divisi Bisnis Ritel, dan Divisi Bisnis Program dapat
Bisnis Ritel Kantor Pusat kedalam kompilasi PS Kanwil sehingga akan menambahkan PS Bisnis Ritel dan Bisnis Program Kantor Pusat
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
diperoleh PS Nasional Bisnis Ritel yang menggambarkan rencana kedalam kompilasi PS Kanwil sehingga akan diperoleh PS
pengembangan Bisnis Ritel di tingkat Kanca/Kanwil dan Kantor Pusat. Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program yang
menggambarkan rencana pengembangan Bisnis Ritel dan Bisnis
Program di tingkat Kanca, Kanwil dan Kantor Pusat.
6. Divisi ADK mengirimkan PS Nasional Bisnis Ritel kepada Direktur Bidang
Bisnis (ritel, program, consumer loan) untuk mendapatkan persetujuan 6. Divisi ADK mengirimkan PS Nasional Bisnis Ritel kepada Direktur
melalui Direktur Pengendalian Kredit. Bidang Bisnis (Ritel dan Program) untuk mendapatkan
persetujuan melalui Direktur Pengendalian Risiko Kredit.
7. Direktur Bidang Bisnis (ritel, program, consumer loan) meneliti PS Direktur Bidang Bisnis (Ritel dan Program) meneliti PS Nasional
Nasional Bisnis Ritel dan PS Kanwil yang diusulkan oleh Divisi ADK. Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan PS Kanwil yang diusulkan
Apabila Direktur Bidang Bisnis menyetujui usulan PS Nasional, maka oleh Divisi ADK.
usulan tersebut diteruskan kepada Direktur Kepatuhan melalui Direktur
Pengendalian Kredit, untuk diuji lebih lanjut. 7. Apabila Direktur Bidang Bisnis menyetujui usulan PS Nasional
Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program tersebut,
maka usulan tersebut diteruskan kepada Direktur Kepatuhan
melalui Direktur Pengendalian Risiko Kredit, untuk dilakukan uji
8. Apabila Direktur Bidang Bisnis (ritel, program, consumer loan) tidak Kepatuhan. Direktur Kepatuhan melakukan pengujian terhadap
menyetujui usulan PS Nasional Bisnis Ritel, maka usulan PS Nasional usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program yang telah
Bisnis Ritel dikembalikan ke Divisi ADK dan selanjutnya diproses kembali disetujui Direktur Bidang Bisnis.
mulai dari nomor 5.
8. Apabila Direktur Bidang Bisnis (Ritel dan Program) tidak
9. Direktur Kepatuhan melakukan pengujian terhadap usulan PS Nasional menyetujui usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program
Bisnis Ritel yang telah disetujui Direktur Bidang Bisnis. Apabila usulan PS dan Bisnis Program tersebut, maka usulan PS Nasional Bisnis Ritel
Nasional Bisnis Ritel disetujui oleh Direktur Kepatuhan, maka usulannya dan Bisnis Program dan Bisnis Program tersebut dikembalikan ke
diteruskan kepada Direktur Pengendalian Kredit untuk disahkan. Divisi ADK dan selanjutnya diproses kembali mulai dari nomor 5.
(langsung ke nomor 11).
9. Apabila usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan
10. Apabila usulan PS Nasional Bisnis Ritel dinyatakan tidak memenuhi Bisnis Program dinyatakan lolos uji kepatuhan oleh Direktur
prinsip kehati-hatian dalam pengujian yang dilakukan oleh Direktur Kepatuhan, maka usulan PS Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis
Kepatuhan, maka PS Nasional tersebut dikembalikan kepada Direktur Program dan Bisnis Program tersebut diteruskan kembali kepada
Pengendalian Kredit untuk selanjutnya disampaikan kepada Divisi ADK Direktur Pengendalian Risiko Kredit untuk disahkan.
dan diproses kembali mulai nomor 5.
10. Direktur Pengendalian Risiko Kredit mengesahkan usulan PS
11. Direktur Pengendalian Kredit mengesahkan usulan PS Nasional Bisnis Nasional Bisnis Ritel dan Bisnis Program dan Bisnis Program yang
Ritel yang sudah mendapatkan pengujian dari Direktur Kepatuhan dan sudah mendapatkan Sertifikat Kepatuhan dari Direktur Kepatuhan
selanjutnya diteruskan ke Divisi ADK. dan selanjutnya diteruskan ke Divisi ADK.
Paragraf 4 : Dihapus.
Penilaian kualitas kredit berdasarkan kolektibilitas merupakan pendekatan
rating secara kualitatif. Penerapan kualitas kredit pada sistim manajemen
risiko modern sebagaimana direkomendasikan dalam BASEL ACCORD II,
dilakukan berdasarkan sistim rating secara kuantitatif yang di BRI dikenal
dengan Credit Risk Rating (CRR). Selama masa transisi sebelum
diberlakukan ketentuan BASEL ACCORD II, penilaian kualitas kredit ritel
menggunakan dua pendekatan secara parallel yaitu sistim kolektibilitas BI
dan CRR.
Organisasi dan manajemen perkreditan Bisnis Ritel dibagi menjadi 2 (dua) Selanjutnya sebagaimana telah disampaikan dalam bab sebelumnya
bidang, yaitu Bidang Relationship Management (RM) yang dipimpin oleh bahwa organisasi dan manajemen perkreditan Bisnis Ritel dibagi
Direktur Bisnis Ritel/Direktur Bisnis Menengah (yang membawahi Divisi menjadi 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi Relationship Management (RM)
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Kredit Program) dan Bidang Credit Risk Management (CRM) yang dipimpin dan fungsi Credit Risk Management (CRM). Pembagian unit kerja
oleh Direktur Pengendalian Kredit. yang termasuk fungsi Relationship Management dan fungsi Credit
Pembagian unit kerja yang termasuk jajaran Relationship Management dan Risk Management adalah sebagai berikut :
Credit Risk Management adalah sebagai berikut : I. Fungsi Relationship Management (RM)
1. Kantor Pusat (Direktur Bidang Bisnis Ritel dan Program)
1. Unit Kerja Relationship Management (RM) 2. Kantor Cabang Khusus
3. Kantor Wilayah
a. Kantor Pusat : 4. Kantor Cabang .
i. Direktur UMKM 5. Kantor Cabang Pembantu.
ii. Direktur Konsumer
iii. Direktur Bisnis Umum (yang membawahi Divisi Kredit Program)
iv. Divisi Bisnis Ritel II. Fungsi Credit Risk Management (CRM)
v. Divisi Consumer Banking 1. Kantor Pusat :
vi. Divisi Kredit Program Direktur Pengendalian Risiko Kredit.
b. Kantor Wilayah Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah.
c. Kantor Cabang Khusus. 2. Kantor Cabang Khusus
d. Kantor Cabang. 3. Kantor Wilayah.
e. Kantor Cabang Pembantu. 4. Kantor Cabang
5. Kantor Cabang Pembantu
2. Unit Kerja Bidang Credit Risk Management (CRM)
a. Kantor Pusat.
i. Direktur Pengendalian Kredit.
ii. Divisi Analisis Risiko Kredit.
iii. Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Bermasalah.
iv. Divisi Administrasi Kredit.
b. Kantor Wilayah.
c. Kantor Cabang Khusus
d. Kantor Cabang
e. Kantor Cabang Pembantu.
1. Satuan Kerja Perkreditan Bisnis Ritel dan Kredit Program 1. Satuan Kerja Perkreditan Bisnis Ritel
Satuan Kerja Perkreditan (SKP) Bisnis Ritel dan Kredit Program adalah Satuan Kerja Perkreditan (SKP) Bisnis Ritel adalah jajaran
jajaran Relationship Management dan jajaran Credit Risk Management di Relationship Management dan jajaran Credit Risk Management
Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang, di Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang, dan
dan Kantor Cabang Pembantu. Kantor Cabang Pembantu.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
15. BAB III.A BAB III.A
18. D. PEJABAT YANG TERKAIT DALAM PROSES PUTUSAN KREDIT D. PEJABAT YANG TERLIBAT DALAM PROSES PUTUSAN
KREDIT
Pejabat yang terkait dalam proses putusan kredit adalah terdiri dari
pejabat pemrakarsa kredit dan pejabat pemutus kredit untuk jajaran Pejabat yang terlibat dalam proses putusan kredit terdiri dari
RM, sedangkan untuk jajaran CRM terdiri dari Pemrakarsa / Penganalisis pejabat pemrakarsa kredit bidang RM dan CRM, serta pejabat
kredit dan pejabat pemutus kredit. Tugas dan tanggung jawab pemutus kredit untuk bidang RM dan CRM.
Pemrakarsa Kredit dan Pemutus Kredit jajaran RM adalah sebagai 1. Tugas dan tanggung jawab utama pemrakarsa kredit bidang
berikut : RM adalah :
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pemrakarsa Kredit : a. Melakukan on the spot (OTS) untuk melakukan
a. Menciptakan hubungan awal dengan calon debitur atau debitur collecting data, pemeriksaan ke lokasi usaha dan
yang akan dilayani. agunan, serta bertanggung jawab terhadap kebenaran
b. Memastikan bahwa debitur / calon debitur yang akan dilayani hasil collecting data tersebut. Apabila formasi Credit
sudah termasuk dalam PS, KRD. Investigator (CI) di Kanca telah dipenuhi, maka
c. Melaksanakan tugasnya berdasarkan kemahiran profesionalnya pemeriksaan dan penilaian agunan menjadi tanggung
secara jujur, objektif, cermat dan seksama. jawab Credit Investigator (CI).
d. Setiap pejabat pemrakarsa / penganalisa dan pengevaluasi b. Melakukan prakarsa kredit dengan berpedoman kepada
kredit bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun secara prinsip kehati-hatian dan azas-azas perkreditan yang
bersama-sama dengan pejabat yang terlibat dalam proses sehat. Dalam melakukan prakarsa kredit, pejabat
putusan kredit (tanggung renteng) pemrakarsa harus melakukan analisis dan penilaian
e. Setiap kredit yang diprakarsai telah sesuai dengan ketentuan risiko (risk assessment) sesuai ketentuan yang berlaku
perbankan dan asas-asas perkreditan yang sehat serta prinsip secara jujur,obyektif dan professional.
kehati-hatian. c. Minimal sekali dalam 3 (tiga) bulan harus melakukan
f. Menerima dan menindaklanjuti permohonan tertulis dari debitur monitoring atas account binaannya (termasuk account
atas kebutuhan kreditnya. yang dilimpahkan dari AO lain), baik secara on-site
g. Meyakini kebenaran data dan informasi awal yang disajikan. maupun off-site, untuk memastikan cash flow debitur
h. Meneliti dan memastikan bahwa dokumen yang mendukung masih cukup untuk membayar kewajibannya dan segera
putusan kredit masih berlaku, sah dan berkekuatan hukum. mencari solusi yang tepat apabila terdapat tanda-tanda
i. Melakukan negosiasi awal dengan debitur dan melaporkan hasil penurunan cash flow. Hasil monitoring dituangkan
negosiasi tersebut secara tertulis. dalam Laporan Kunjungan Nasabah (LKN).
j. Menyajikan analisis dan evaluasi kredit sesuai dengan format d. Melakukan review berkas pinjaman atas account
yang berlaku. binaannya secara berkala dan memastikan seluruh
k. Menyajikan secara tertulis risiko yang dapat diidentifikasi dokumen yang diperlukan sudah dipenuhi (termasuk
berdasarkan hasil analisis. dokumen yang di PPND) dan ditatakerjakan dalam
l. Meyakini bahwa tipe, struktur dan syarat kredit yang diusulkan berkas pinjaman.
bersifat melindungi BRI.
m. Menindaklanjuti penyelesaian PPND. Tugas lainnya sebagaimana job description sesuai ketentuan
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
n. Melakukan review dokumen yang menjadi tanggung jawabnya. yang berlaku.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pemutus Kredit 2. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pemutus Kredit (RM
a. Melaksanakan tugasnya berdasarkan kemahiran profesionalnya dan CRM) adalah melakukan putusan kredit (baik
secara jujur, objektif, cermat dan seksama. menyetujui maupun menolak) sesuai limit yang telah
b. Setiap pejabat pemutus kredit / anggota komite kredit ditetapkan secara obyektif, mandiri dan profesional setelah
bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun secara meyakini bahwa pejabat pemrakarsa telah melakukan
bersama-sama dengan pejabat yang terlibat dalam proses analisis dan penilaian risiko (risk assessment) yang cukup
putusan kredit (tanggung renteng). terhadap kredit yang akan diputus.
c. Setiap kredit yang diputus telah sesuai dengan ketentuan
perbankan dan asas-asas perkreditan yang sehat serta prinsip 3. Tugas dan tanggung jawab Credit Investigator (CI) adalah
kehati-hatian. melakukan penilaian agunan kredit secara mandiri,
d. Memastikan bahwa debitur yang akan diputus telah sesuai professional dan obyektif serta melakukan verifikasi
dengan PS, KRD, dan yang telah ditetapkan. terhadap kebenaran identitas dan legalitas usaha
e. Meyakini kebenaran data dan informasi yang disampaikan dalam debitur/calon debitur.
putusan kredit.
f. Meyakini dokumen yang mendukung putusan kredit telah
lengkap, berlaku, sah, dan berkekuatan hukum.
g. Meyakini bahwa analisis dan evaluasi kredit telah dilakukan
dengan benar dan memadai, sehingga tercermin kekuatan /
kelemahan debitur dan usahanya serta adanya proyeksi cashflow
yang mendukungnya.
h. Untuk debitur lama yang diperpanjang, suplesi, restrukturisasi
dan penyelesaian kredit, meyakini bahwa review dokumen dan
usaha debitur telah dilaksanakan dengan berkesinambungan.
i. Untuk debitur lama yang diperpanjang, suplesi, restrukturisasi
dan penyelesaian kredit, meyakini bahwa pembinaan
administratif maupun pembinaan lapangan telah dilaksanakan.
j. Memastikan bahwa tipe dan struktur kredit telah disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku.
k. Memberikan persetujuan atau penolakan kredit sesuai dengan
batas wewenang / jenis kredit yang ditetapkan Direksi.
l. Memastikan bahwa PPND telah dibuat dan dipastikan jadwal
penyerahannya.
Apabila dalam pengelolaan debitur memerlukan pemindahan Account dari iii. Apabila dalam pengelolaan debitur memerlukan pemindahan
satu unit kerja ke unit kerja lain, demi kepentingan optimalisasi pelayanan account dari satu unit kerja ke unit kerja lain, demi kepentingan
kepada debitur, mekanismenya diatur sbb : optimalisasi pelayanan kepada debitur, mekanismenya diatur
sebagai berikut :
i. Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan melimpahkan kredit harus iii.a. Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan melimpahkan kredit
menyertakan surat permohonan debitur, paket kredit terakhir, serta harus menyertakan surat permohonan debitur, paket kredit
pertimbangan atau analisis pelimpahan. terakhir, serta pertimbangan atau analisis pelimpahan.
iii.b. Ketentuan tentang pelimpahan kredit dari satu Unit Kerja ke
ii. Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan menerima pelimpahan (yang Unit Kerja lain untuk BRIGUNA diatur tersendiri.
akan mengelola) wajib melakukan analisis kelayakan kredit dan iii.c. Dalam hal terjadi ketidaksepakatan pelimpahan kredit
memberikan persetujuan/penolakan terhadap pelimpahan tersebut. dalam bidang bisnis yang sama maka permasalahannya
diputus oleh Direktur bidang bisnis tersebut, sedangkan
iii. Apabila berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan ternyata Unit dalam hal terjadi ketidaksepakatan pelimpahan kredit antar
Kerja atau bidang bisnis yang akan menerima pelimpahan tidak dapat bidang bisnis, maka permasalahan tersebut diputus oleh
menyetujui pelimpahan tersebut, maka paket kredit dikembalikan lagi Direktur Pengendalian Risiko Kredit bersama Direktur
kepada Unit Kerja atau bidang bisnis yang akan melimpahkan. bidang bisnis terkait
iv. Ketentuan tentang pelimpahan kredit dari satu Unit Kerja ke Unit Kerja
lain untuk Kretap dan Kredit Konsumsi lainnya diatur tersendiri.
ii. Peminjam digolongkan sebagai anggota suatu kelompok peminjam ii. Peminjam digolongkan sebagai anggota suatu kelompok peminjam
apabila peminjam mempunyai hubungan pengendalian dengan (Group) apabila peminjam mempunyai hubungan pengendalian
peminjam lain, baik melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan dan dengan peminjam lain, baik melalui hubungan kepemilikan,
atau keuangan, meliputi : kepengurusan dan atau keuangan.
…………dst Ketentuan lebih lanjut mengenai Group diatur dalam Surat Edaran
vii. Untuk terlaksananya…dst Direksi tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
3. Penilaian dan Penentuan Risiko Kredit 3. Proses Penilaian dan Penentuan Risiko Kredit
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan,………dst. Penentuan apakah suatu kredit bermasalah menyangkut risiko
b. …… bisnis atau non bisnis harus dilakukan oleh sebuah tim yang
c. …… mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai. Apabila
d. …… hasil penilaian dari Tim tersebut menyatakan bahwa kredit
e. Ketentuan lebih lanjut…dst. bermasalah tersebut menyangkut risiko non bisnis, maka pejabat
kredit dapat dinyatakan dalam status indikasi kasus (insus) dan
akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan disiplin yang
berlaku. Namun apabila hasil penilaian dari Tim tersebut
menyatakan bahwa kredit bermasalah tersebut menyangkut risiko
bisnis, maka harus segera diupayakan penyelesaiannya dalam
rangka meminimalisir kerugian BRI.
i. Prakarsa kredit dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa yang meliputi: a. Prakarsa kredit dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa yang meliputi:
i.1. Prakarsa dan atau Permohonan Kredit, i. Permohonan dan Prakarsa Kredit,
i.2. Analisis dan Evaluasi Kredit, ii. Analisis dan Evaluasi Kredit,
i.3. Negosiasi Kredit, iii. Negosiasi Kredit,
i.4. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit, iv. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit,
i.5. Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit.
ii. Putusan kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang mempunyai limit b. Putusan kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang mempunyai
kredit tertentu dengan memperhatikan: limit kredit tertentu dengan memperhatikan :
ii.1. Kelengkapan Paket Kredit. i. Kelengkapan Paket Kredit.
ii.2. Analisis dan Evaluasi Kredit yang dibuat oleh Pejabat Pemrakarsa. ii. Analisis dan Evaluasi Kredit yang dibuat oleh Pejabat
ii.3. Rekomendasi kredit yang dibuat oleh Pejabat Pemrakarsa. Pemrakarsa.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
ii.4. Memberikan putusan kredit yang dituangkan dalam formulir PTK. iii. Memberikan putusan kredit yang dituangkan dalam formulir
Tahapan prakarsa dan putusan kredit untuk penyelesaian kredit bermasalah PTK dan atau dalam aplikasi LAS.
disesuaikan dengan cara atau kondisi penyelesaian kreditnya. Tahapan prakarsa dan putusan kredit untuk penyelesaian kredit
bermasalah disesuaikan dengan cara atau kondisi penyelesaian
kreditnya dan diatur dalam ketentuan tersendiri.
b. Bagan proses pemberian putusan dan matrik putusan kredit ritel sesuai Bagan proses pemberian putusan dan matrik putusan kredit ritel
Lampiran 1.a/IV - 1.y/IV dan Lampiran 2.a/IV – 2.h/IV. sesuai Lampiran 1.a/IV - 1.r/IV dan Lampiran 2.a/IV – 2.f/IV.
Semua permohonan kredit yang akan diproses harus dilakukan analisis dan Semua permohonan kredit yang akan diproses harus dilakukan
evaluasi tertulis oleh Pejabat Kredit Lini. Kedalaman suatu analisis analisis dan evaluasi secara tertulis oleh Pejabat Pemrakarsa.
disesuaikan dengan tingkat dan kompleksitas risiko kredit yang sedang Kedalaman suatu analisis disesuaikan dengan tingkat dan
dipertimbangkan. kompleksitas risiko kredit yang akan diberikan.
ii. Analisis dan evaluasi kredit dengan klasifikasi warna “Putih” hanya Dihapus.
dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM, sedangkan analisis dan
evaluasi kredit dengan klasifikasi warna “Abu-abu” dilakukan oleh
Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan CRM.
iii. Untuk kredit dengan klasifikasi warna ”putih” putusan Kanwil (Pinwil atau Dihapus.
Wapinwil sesuai kewenangan) harus diputus langsung oleh Pejabat
Pemutus sesuai limit tanpa second opinion dari jajaran ARK Kanwil.
iii. Analisis kredit yang dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM meliputi b. Analisis kredit yang dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa meliputi
analisis 5 C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif sebagai analisis 5 C’s yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif.
berikut: Untuk jenis kredit tertentu dan besaran plafond tertentu, analisis
kredit dan penilaian risiko (risk assessment) dapat dilakukan
iii.1. Analisis kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan menggunakan Credit Risk Rating (CRR) / Credit Risk
dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, serta Scoring (CRS) saja dimana parameter CRR/CRS merupakan
prospek usahanya. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap kuantifikasi dari faktor 5 C’s.
karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya.
c. Credit Risk Rating (CRR) merupakan alat untuk melakukan
iii.2. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan penilaian risiko (risk assessment) untuk pemberian kredit
pemohon. komersial (tujuan produktif) dan bersifat individual. Sedangkan
Credit Risk Scoring (CRS) untuk melakukan penilaian risiko (risk
assessment) untuk pemberian kredit konsumer (tujuan konsumtif)
iv. Pejabat Kredit Lini Bidang CRM (ARK) melakukan analisis dan evaluasi dan bersifat mass product.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
terhadap permohonan kredit yang telah dianalisis, dievaluasi oleh Penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan CRR dan CRS diatur
Pejabat Kredit Lini Bidang RM. dalam ketentuan tersendiri.
Analisis dan evaluasi yang dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang CRM d. Proses analisis dan evaluasi kredit oleh Pejabat Pemrakarsa
(ARK), meliputi: dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian
(prudential banking) dalam pemberian kredit dan bertujuan untuk
iv.1. Penetapan klasifikasi warna kredit, termasuk memeriksa kebenaran menetapkan besar plafond yang dapat diberikan dengan
perhitungan CRR nya. menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik bisnis
debitur.
iv.2. Hasil analisis kuantitatif yang dibuat oleh Pejabat Kredit Lini Bidang
RM dan membuat perbaikan jika diperlukan. i. Untuk pemberian kredit dimana penilaian risiko (risk
assessment) dilakukan dengan menggunakan CRR/CRS, akan
menghasilkan skor dan cut off tertentu untuk menentukan
iv.3. Hasil analisis risiko terhadap bisnis maupun agunan serta apakah proses analisis untuk menetapkan besarnya plafond
memeriksa kewajaran analisis kualitatif yang dilakukan oleh yang dapat diberikan kepada debitur dapat dilanjutkan
Pejabat Kredit Lini Bidang RM. (accept) atau tidak (reject).
Analisis dan evaluasi untuk kredit bermasalah (non performing Untuk debitur/calon debitur yang menghasilkan skor diatas
loan) diatur dalam Bab VII. batas cut-off yang telah ditetapkan (reject), Pejabat
Pemrakarsa dapat melakukan :
v. Faktor-faktor yang harus dianalisis dan dievaluasi sesuai ketentuan yang i.1. Dengan alasan tertentu, Pejabat Pemrakarsa dapat
berlaku dan Undang-Undang RI NO 7 Tahun 1992 tentang Perbankan meminta override putusan kepada Pejabat Pemutus
beserta perubahan-perubahannya, terutama dalam pasal 8 yang telah setingkat lebih tinggi. Setelah mendapatkan putusan
dirubah dengan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang override, proses analisis dan evaluasi kredit dapat
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, dengan dilanjutkan untuk menghitung besar plafond yang dapat
penjelasannya sebagai berikut: diberikan.
i.2. Menolak permohonan kredit debitur.
Pasal 8
ii. Sedangkan untuk pemberian kredit yang karena karakteristik
(1) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip produknya tidak dapat dilakukan penilaian risiko (risk
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan assessment) dengan menggunakan CRR/CRS (antara lain :
analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kredit dengan agunan kas atau setara dengan kas, kredit
kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau chanelling, dan jenis kredit lain yang ditetapkan tersendiri),
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang maka proses analisis terhadap factor 5 C’s (kualitatif dan
diperjanjikan. kuantitatif) dilakukan sebelum Pejabat Pemrakarsa melakukan
perhitungan kebutuhan kredit debitur.
(2) Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan
dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan iii. Untuk jenis kredit tertentu dan besaran plafond tertentu,
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia perhitungan kebutuhan kredit dilakukan dalam aplikasi LAS
(formula lending).
Penjelasan Pasal 8 antara lain menyatakan:
iv. Kredit Konsumtif seperti BRIGUNA :
Ayat (1): Berdasarkan entry data finansial dan non finansial
menghasilkan nilai (skor) yang akan menentukan grade calon
Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh debitur yang akan dilayani.
bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus
memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan v. Kredit Komersial
Prinsip Syariah sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan Berdasarkan entry data finansial dan non finansial yang
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa akan diperoleh Credit Risk
arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah debitur Rating (CRR) dan kategori kemungkinan risiko. Kategori risiko
untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan sesuai kredit tersebut adalah :
dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus Risiko Dapat Terima/Accepted
diperhatikan oleh bank. Risiko Ditolak/Rejected
Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, Berdasarkan hasil kategori risiko kredit tersebut, Pejabat
bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, Pemrakarsa dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
kemampuan, modal, agunan, prospek usaha dari debitur.
v.1. Untuk CRR yang menghasilkan kategori risiko dapat
Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, diterima (ACCEPTABLE) :
maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh Proses analisis dan evaluasi dapat dilakukan didalam
keyakinan atas kemampuan Nasabah Debitur mengembalikan utangnya, sistem LAS dan dilakukan oleh pejabat kredit lini bidang
agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai RM. Setelah entry data financial dan non financial yang
dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya dilakukan oleh pejabat pemrakarsa menghasilkan
didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti kepemilikannya klasifikasi rating kredit sebagaimana tersebut diatas,
berupa girik, petok dan lain- lain yang sejenis dapat digunakan sebagai pejabat pemrakarsa melakukan entry data untuk
agunan. menganalisis dan evaluasi kebutuhan kredit didalam
Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan sistem LAS dengan menggunakan pilihan metode
langsung dengan obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan pendekatan yang sesuai yang telah disediakan, yaitu :
agunan tambahan. Spreadsheet, WCTO, RPC, dan pendekatan lainnya yang
akan ada.
Disamping itu, bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan Proses analisis, evaluasi dan batasan dalam penggunaan
berdasarkan Prinsip Syariah harus pula memperhatikan hasil Analisis LAS diatur dalam ketentuan tersendiri.
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan yang berskala
besar dan atau berisiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap menjaga v.2. Untuk CRR yang menghasilkan hasil risk assesment Tolak
kelestarian lingkungan. (Rejected), Pejabat Pemrakarsa dapat melakukan :
v.2.a. Kredit dengan kategori risiko tolak yang tidak
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Ayat (2) : memungkinkan untuk dilakukan Override maka
Pejabat Pemutus Bidang RM di Kancapem/Kanca
Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat dapat langsung menolaknya dan memberitahukan
antara lain: secara tertulis kepada pemohon. Putusan
penolakan harus dilakukan dengan menggunakan
a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah formulir Putusan Penolakan Kredit disertai dengan
dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis; alasan penolakannya.
b. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan ii.2.b. Override hasil risk assesment Tolak (Rejected) ke
Nasabah Debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang terima/accepted.
seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan, dan prospek Dalam keadaan khusus hasil risk assesment Tolak
usaha dari Nasabah Debitur; (Rejected) dapat dinaikkan/di override menjadi
c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur hasil risk assesment Diterima (Accepted) jika
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; didukung dengan alasan dan pertimbangan yang
d. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai dapat dibenarkan serta memberikan manfaat yang
prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan dapat diterima BRI.
Prinsip Syariah; Prosedur dan tata cara Override diatur dalam
e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan ketentuan tersendiri.
berdasarkan Prinsip Syariah dengan persyaratan yang berbeda
kepada Nasabah Debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi; vi. Kredit Non Rating
f. Penyelesaian sengketa. iii.1. Kredit Non Rating merupakan fasilitas kredit tertentu
dimana analisa dan evaluasi pengukuran risikonya tidak
vi. Dokumen analisis dan evaluasi kredit merupakan dokumen yang menggunakan rating / scoring.
berisikan informasi, analisis dan opini. Khusus yang menyangkut analisis iii.2. Analisa dan evaluasi kredit untuk kredit non Rating
5 C kredit, harus bersifat opini/pendapat Pejabat Pemrakarsa, dan bukan dilakukan dengan cara melakukan entry data statis ke
bersifat laporan Pejabat Pemrakarsa terhadap fakta kelayakan usaha dalam LAS.
pemohon. Pejabat Pemrakarsa agar menghindari pernyataan yang iii.3. Beberapa skim kredit yang ada saat ini yang dapat
sifatnya pelaporan (reporting) seperti “menurut penjelasan pemohon, dilakukan melalui sistem LAS diantaranya :
barang-barang ini diperoleh dari pemasok di Surabaya”, namun harus Kredit Dengan Agunan Kas Penuh (Fully Cash
menyajikan hasil pengecekan di lapangan terhadap asal barang tersebut. Collateralized)
Setelah entry data statis selesai dilakukan, secara
b. Prosedur Analisis dan Evaluasi Kredit oleh Jajaran RM otomatis LAS akan mencetak MAK yang sekaligus
berfungsi sebagai Putusan Kredit (PTK). Selanjutnya
Prosedur analisis dan evaluasi kredit yang dilakukan oleh Pejabat kredit diteruskan kepada Pejabat Pemutus melalui
Pemrakarsa Bidang RM adalah: jajaran ADK untuk dilakukan verifikasi terlebih dahulu.
Kredit Non Rating Lainnya
i. Pejabat Pemrakarsa harus mencari data dan informasi antara lain Setelah entry data statis selesai dilakukan, Pejabat
melalui : Pemrakarsa melakukan analisis dan evaluasi kredit
(termasuk menghitung kebutuhan kredit) secara
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
i.1. Kunjungan ke domisili pemohon manual dan menuangkannya dalam MAK sesuai
i.2. Wawancara dengan pemohon, ketentuan yang berlaku.
i.3. Kunjungan ke lokasi usaha pemohon,
i.4. Wawancara dengan pihak-pihak lain yang mengetahui karakter
pemohon, bisnis pemohon, dan keterangan-keterangan lain yang
diperlukan,
i.5. Penyelidikan tentang tujuan penggunaan kredit ,
i.6. Kunjungan ke lokasi agunan pemohon untuk mengetahui
kebenarannya dan menilai agunan,
i.7. Penelitian atas data-data yang diterima dari pemohon, misalnya
laporan keuangan, legalitas usaha dan sebagainya.
v. Analisis dan evaluasi dituangkan secara lengkap dalam suatu e. Hasil analisis dan evaluasi kredit dituangkan dalam
Memorandum Analisis Kredit (MAK), dengan menggunakan Formulir Memorandum Analisis Kredit (MAK)
5a/IV (untuk kredit sampai dengan Rp 500 juta), Formulir 5b/IV i. Untuk kredit yang perhitungan kebutuhan kredit-nya
(untuk kredit diatas Rp. 500 juta), Formulir 5c/IV (untuk kredit dilakukan melalui aplikasi LAS (formula lending), format MAK-
dengan agunan kas), Formulir 5d/IV (untuk Kretap), Formulir 5e/IV PTK-IPK merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil
(untuk Kresun) dan kredit Ritel lainnya yang diatur tersendiri. cetakan dari aplikasi LAS.
Contoh MAK hasil cetakan dari LAS sebagaimana ampiran…….
vi. Memorandum Analisis Kredit untuk kredit diatas Rp 500 juta memuat ii. Sedangkan untuk kredit dimana perhitungan kebutuhan kredit-
hal-hal sebagai berikut : nya tidak dilakukan melalui aplikasi LAS (non formula lending),
vi.1. Identitas maka dalam MAK yang dibuat oleh Pejabat Pemrakarsa minimal
……….... harus memuat antara lain :
vi.2 Tujuan Permohonan Kredit ii.1. Identitas
…………. ii.2. Identitas pemohon antara lain :
vi.3 Riwayat Hubungan dengan Bank Nama pemohon
…………. Alamat (rumah, kantor, pabrik & toko)
vi.4 Analisis 5’C Kredit Bentuk usaha
…………. Bidang/jenis usaha
vi.5 Susunan pengurus dan pemegang saham
Legalitas usaha / pemohon (misalnya : NPWP, akte
pendirian badan usaha dan perubahannya, TDP, SIUP,
SITU, TDR, Surat Keterangan Usaha ).
ii.3. Tujuan Permohonan Kredit, antara lain :
ii.3.a. Jumlah Kredit
ii.3.b. Jenis Kredit
ii.3.c. Obyek yang Dibiayai
Obyek yang dibiayai dapat dibedakan sebagai berikut
:
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
Untuk modal kerja harus secara tegas menguraikan
komponen modal kerja yang diusulkan, misalnya :
piutang usaha, persediaan, pelunasan hutang
dagang, uang muka, cadangan kas.
Untuk Modal kerja yang khusus membiayai piutang
(Anjak piutang) harus menguraikan piutang yang
dibiayai, tata cara dan syarat pembayaran piutang
tersebut termasuk autentifikasi dokumen piutang
dan dokumen terkait lainnya.
Untuk investasi, harus disebutkan secara tegas
jenis proyek yang akan dibiayai, misalnya :
pembangunan hotel, beli mesin, beli kendaraan,
membangun pabrik, refinancing aktiva tetap, dan
lain-lain.
Untuk Konsumtif, harus dengan tegas disebutkan
tujuan penggunaan kredit, misalnya :
pembangunan rumah, biaya pendidikan, dan
sebagainya.
Untuk fasilitas kredit tidak langsung (contingent)
harus dengan tegas disebutkan tujuan
penggunaannya, misalnya untuk keperluan
pelayanan : BG, PJI, Negosiasi wesel ekspor dan
lain-lain.
ii.3.d. Jangka Waktu
Dalam menentukan jangka waktu kredit Pejabat
Pemrakarsa dan Pemutus harus benar-benar
mempertimbangkan kemampuan debitur yang
didukung dan tercermin dalam proyeksi cash flow
serta dengan mempertimbangkan siklus bisnisnya.
Dengan demikian, maksimum jangka waktu
kredit modal kerja adalah sesuai dengan sikus
bisnis debitur/calon debitur.
ii. Sampai saat ini penggunaan rumus untuk menghitung kebutuhan kredit Dihapus.
(formula lending) untuk kredit ritel komersial selalu menggunakan
pendekatan formula growth (rumus pertumbuhan) seperti : WCTO, NTA,
Spreadsheet, dan pendekatan lainnya. Sedangkan kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar usaha di sektor UKM yang
dibiayai dengan kredit ritel komersial, memiliki perilaku dan ciri khusus
dalam menggunakan laba yang diperolehnya yaitu menggunakan laba
untuk membiayai (membeli) aset di luar usaha pokok (misalnya :
membeli tanah/rumah di luar usaha yang dibiayai), sehingga
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
pertumbuhan volume usaha pokok tersebut tidak signifikan.
Bila peningkatan aset terjadi pada aktiva lancar maka pembiayaan (kredit) Dihapus.
yang sesuai adalah jenis KMK dan jika peningkatan aset terjadi pada aktiva
tetap maka pembiayaan (kredit) yang sesuai adalah jenis kredit investasi.
Apabila calon debitur menggunakan free cash flow untuk melakukan Namun apabila calon debitur menggunakan free cash flow untuk
investasi di luar usaha pokok (untuk membeli rumah baru, tanah baru, melakukan investasi di luar usaha pokok (untuk membeli rumah
membiayai kuliah anak/keluarganya), maka akan berdampak pada tidak baru, tanah baru, membiayai kuliah anak/keluarganya), maka akan
adanya pertumbuhan (volume) usaha pokok secara signifikan (Type-2). berdampak pada pertumbuhan (volume) usaha pokok yang tidak
signifikan.
Dengan uraian point ii.1 dan ii.2 tersebut diatas, menjadi sangat jelas Dengan penjelasan diatas, menjadi sangat jelas bahwa evaluasi
bahwa evaluasi terhadap kemampuan membayar dilakukan melalui analisis terhadap kemampuan membayar dilakukan melalui analisis cash flow
cash flow yang bersumber dari laporan laba/rugi (Income Statement), yang bersumber dari laporan laba/rugi (Income Statement),
sedangkan penggunaan pembiayaan (kredit) diketahui melalui evaluasi net sedangkan penggunaan pembiayaan (kredit) diketahui melalui
working capital melalui analisis neraca (Balance Sheet). evaluasi net working capital melalui analisis neraca (Balance Sheet).
Dengan demikian maka pendekatan untuk menghitung kebutuhan
kredit dapat dijelaskan sebagai berikut :
Matriks Tipe UKM, sesuai dengan kemampuan menghasilkan laba dan cara Dihapus.
menggunakan laba usaha :
….
Belum diatur tentang pendekatan biaya untuk menghitung kebutuhan ii. 4. Pendekatan Biaya
modal kerja. Kebutuhan modal kerja dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
DOR/30 x Total Biaya dalam 1 bulan x Proyeksi
Peningkatan Biaya = xxx
NWC (Aktiva Lancar – Hutang Lancar) = xxx +
xxx
Hutang Dagang = xxx -
Kebutuhan Kredit Modal Kerja = xxx
Perhitungan kebutuhan modal kerja dengan menggunakan
Pendekatan Biaya ini hanya dapat dilakukan untuk jenis-jenis usaha
tertentu yang karena karakteristik usahanya maka perhitungan
modal kerjanya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan WCTO, NTA maupun spreadsheet.
Pemberian refinancing KMK tetap harus tunduk pada kriteria kesehatan Pemberian kredit tersebut tetap harus tunduk pada kriteria
struktur permodalan (capital structure) sebagaimana diatur dalam kebijakan kesehatan struktur permodalan (capital structure) sebagaimana
KRD yaitu batasan maksimum DER (Debt to Equity Ratio). diatur dalam kebijakan KRD yaitu batasan maksimum DER (Debt to
Equity Ratio).
v. Pelayanan Kredit Investasi dengan SDS lebih kecil dari 35% dari
TPC diatur dalam ketentuan tersendiri.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
vi. Besar dan jadwal angsuran serta jangka waktu kredit didasarkan
pada repayment capacity sesuai dengan proyeksi cash flow.
Contoh… Dihapus.
…………….
…………….
Apabila bunga masa pembangunan……
…….
Misalnya rencana penarikan ….
…….
Perhitungan IDC
…….
ii. Dalam hal debitur mempunyai agunan pokok dan tambahan berupa Dihapus.
tanah dan/atau tanah & bangunan mengcover 110% dari total kredit
investasi, maka sharing dana sendiri diperkenankan sekurang-kurangnya
10% dari TPC. Coverage ratio dihitung berdasarkan proyeksi nilai
likuidasi (PNL).
iii. Besar dan jadwal angsuran serta jangka waktu kredit didasarkan pada
repayment capacity sesuai dengan proyeksi cash flow sebagaimana
Lampiran 4/IV.
Jika currency KMKI Rupiah dan currency PJI Rupiah maksimum PJI Digolongkan ke dalam currency yang sama pada poin ii.1.
adalah 90 % dari plafond KMKI
e. Kredit Konsumtif. i. Kredit Konsumtif yang diatur dalam PPK Bisnis Ritel ini adalah
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
i. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit konsumtif, adalah kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur
antara lain : untuk membiayai kebutuhan konsumtif dan sumber pembayaran
i.1. Besarnya gaji suami/istri atau gaji suami ditambah istri. kembali kreditnya berasal dari penghasilan/gaji/pensiun
i.2. Bonafiditas instansi/perusahaan tempat kerja pemohon kredit. pemohon. Produk kredit konsumtif tersebut antara lain :
i.3. Perjanjian kerjasama dengan instansi / perusahaan ybs. BRIGUNA, Kredit Talangan haji, dan produk lain sejenis yang
i.4. Status kepegawaian/profesi pemohon kredit. akan ada.
i.5. Surat kuasa dari karyawan/pemohon kepada pejabat/instansi ii. Untuk lebih menjamin kepastian pengembalian kredit,
yang berwenang membayar gaji dan ada kesanggupan dari dimungkinkan adanya agunan tambahan lain, seperti misalnya :
pejabat/instansi tersebut untuk memotong gaji karyawan yang tanah/bangunan, surat berharga yang dapat diperjualbelikan,
bersangkutan. atau agunan lain yang cukup untuk menutup risiko.
i.6. Hak-hak yang diterima pegawai apabila pensiun, meninggal, iii. Khusus untuk pemberian BRIGUNA harus ditutup dengan
PHK dll. asuransi jiwa dengan banker’s clause untuk kepentingan BRI,
i.7. Kewajiban-kewajiban, hutang-hutang, potongan-potongan gaji sesuai ketentuan yang berlaku .
pegawai yang masih harus dibayar.
ii. Perhitungan besarnya kredit iv. Perhitungan besarnya kredit didasarkan pada repayment capacity,
Perhitungan besarnya kredit didasarkan pada repayment capacity dan yang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : usia
jangka waktu. debitur/calon debitur, suku bunga dan jangka waktu.
Apabila terjadi perbedaan pendapat antara Pejabat Kredit Lini Bidang RM Dihapus.
dengan Pejabat Kredit Lini Bidang CRM mengenai sesuatu hal yang harus
dikonfirmasikan dengan debitur atau apabila terdapat kekurangan data,
maka yang melakukan negosiasi ataupun meminta tambahan data dari
debitur / pemohon adalah Pejabat Kredit Lini Bidang RM.
Dalam hal Pejabat Kredit Lini Bidang RM tidak dapat menyediakan data
yang diperlukan atau tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai
untuk proses kredit, maka Pejabat Kredit Lini Bidang CRM (ARK) dapat
berhubungan dengan debitur/pemohon bersama dengan Pejabat Kredit Lini
Bidang RM.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
iii. Penetapan struktur dan tipe kredit harus memperhatikan jenis fasilitas iii. Penetapan struktur dan tipe kredit harus memperhatikan jenis
kredit serta ketentuannya. fasilitas kredit serta ketentuannya. Tingkat kompleksitas struktur
dan type kredit dapat berbeda sesuai jenis kredit yang
diprakarsai.
iv. Pejabat Kredit lini bidang CRM (ARK) mengevaluasi tipe, struktur, dan Dihapus.
syarat kredit yang diputus RM. Jika Pejabat Kredit lini bidang CRM (ARK)
ingin menambahkan beberapa syarat kredit dalam rangka meminimalkan
risiko harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan Pejabat Kredit lini
bidang RM. Tipe, struktur dan syarat kredit dari Pejabat Kredit lini
bidang CRM (ARK) dituangkan dalam PTK yang telah dibuat Pejabat
Kredit lini bidang RM dengan mengacu pada analisis yang telah
dituangkan pada MAR.
KMK adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai aktiva KMK adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai
lancar dan atau menggantikan hutang dagang, serta membiayai sementara aktiva lancar dan atau menggantikan hutang dagang, serta
kegiatan operasional rutin (sehari-hari) perusahaan, uang muka, cadangan membiayai sementara kegiatan operasional rutin (sehari-hari)
kas, atau komponen modal kerja lainnya sesuai dengan karakter bisnisnya, perusahaan, uang muka, cadangan kas, atau komponen modal kerja
atau refinancing komponen modal kerja. lainnya sesuai dengan karakter bisnisnya.
Pemberian fasilitas credit line ini harus didukung dengan fasilitas kredit Pemberian fasilitas credit line ini harus didukung dengan fasilitas
direct, baik kredit investasi maupun modal kerja. kredit direct, baik kredit investasi maupun modal kerja, dan harus
Credit Line untuk pembukaan L/C impor harus bersifat committed. bersifat committed.
Negosiasi Wesel Ekspor (NWE) adalah proses pengambilalihan Wesel Ekspor Negosiasi Wesel Ekspor (NWE) adalah proses pengambilalihan Wesel
dan atau dokumen-dokumen ekspor berdasarkan dengan melakukan Ekspor dan atau dokumen-dokumen ekspor dengan melakukan
pembayaran secara tunai atas penyerahan dokumen oleh beneficiary pembayaran atas penyerahan dokumen oleh beneficiary berdasarkan
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
berdasarkan keputusan negosiasi oleh Pejabat yang berwenang. keputusan negosiasi oleh Pejabat yang berwenang
Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada debitur Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada
lama bukan lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit dilakukan oleh debitur lama bukan lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit
PKL bidang RM dan atau PKL bidang CRM, sesuai dengan klasifikasi warna dilakukan oleh PKL bidang RM dan atau PKL bidang CRM.
kredit.
Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada debitur Fasilitas credit line untuk transaksi Forex yang diberikan kepada
lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit dilakukan sepenuhnya oleh debitur lembaga keuangan, prakarsa dan putusan kredit dilakukan
PKL RM bidang Treasury. sepenuhnya oleh PKL Divisi Treasury.
v. Kredit Konsumtif Kredit Konsumtif yang diatur dalam PPK Bisnis Ritel ini adalah adalah
a. Kredit Konsumtif ………… kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur untuk
b. ………………. membiayai kebutuhan konsumtif dan sumber pembayaran kembali
c. ………………. kreditnya berasal dari penghasilan/gaji/pensiun pemohon.
d. ……………….
e. pemohon….
vi. Kredit dengan agunan kas vi. Kredit dengan agunan kas atau setara dengan kas
Ketentuan lebih lanjut mengenai kredit dengan agunan kas diatur Kredit dengan agunan kas atau yang setara dengan kas adalah
tersendiri. kredit yang diberikan kepada debitur atau calon debitur dengan
agunan tambahan yang bersifat likuid atau yang dapat
dipersamakan dengan uang kas seperti antara lain deposito,
giro, setoran jaminan (kas) dan atau emas, tabungan, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan atau Surat Utang Negara (SUN)
termasuk Obligasi Ritel Republik Indonesia (ORI) dan Obligasi
Negara Syariah (SUKUK),Jaminan Pemerintah Indonesia,dan
atau Standby Letter of Credit (SBLC), dan bentuk simpanan
lainnya.
i. ADK Kancapem/Kanca/Kanwil bersama-sama dengan Pejabat Kredit Lini i. ADK Kancapem/Kanca/Kanwil/KCK bersama-sama dengan Pejabat
Bidang RM bertanggung jawab untuk meneliti dan memastikan bahwa Kredit Lini Bidang RM dan Credit Investigator bertanggung jawab
dokumen-dokumen kelengkapan paket kredit telah lengkap, masih untuk meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen
berlaku, sah dan berkekuatan hukum. Untuk pemeriksaan lapangan kelengkapan paket kredit telah lengkap, masih berlaku, sah dan
dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini Bidang RM, sedangkan pemeriksaan berkekuatan hukum. Untuk pemeriksaan lapangan dilakukan oleh
administrasi dilakukan oleh ADK. Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan CI, sedangkan pemeriksaan
administrasi dilakukan oleh ADK.
ii. Pemeriksaan paket kredit oleh ADK harus dituangkan dalam formulir ii. Verifikasi oleh ADK dilakukan dengan cara mencocokkan berkas
pengawasan kelengkapan paket kredit disertai dengan opini ADK. paket kredit dengan data entry yang telah dilakukan oleh Pejabat
ADK mencatat tanggal penerusan paket kredit dalam Register Pemrakarsa di LAS. Sebagai bukti bahwa ADK telah melakukan
Permohonan Kredit Kancapem/Kanca/Kanwil. verifikasi dan memberikan opini, Bagian ADK harus memberikan
tanda persetujuan berupa Verifikasi di LAS.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
vi. ADK memantau penyampaian paket kredit sejak menerima dari Pejabat vi. ADK memantau penyampaian paket kredit sejak menerima dari
Pemrakarsa dan Pejabat Pemutus sampai rantai putusan diselesaikan. Pejabat Pemrakarsa dan Pejabat Pemutus sampai proses putusan
Pelaksanaan pemantauan oleh ADK dilakukan dengan mencatat dalam diselesaikan. Pelaksanaan pemantauan dilakukan melalui screen
Register Permohonan Kredit. menu ADK di LAS.
i. Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh Pejabat Pemutus Kredit a. Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh :
Lini atau Komite Kredit yang berwenanng sesuai PDWK dan klasifikasi i. Untuk kredit dengan hasil risk assesment Diterima (Accepted),
warna kreditnya serta dilakukan secara tertulis dengan membubuhkan putusan kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang
tanda tangannya pada formulir PTK (Formulir 10/IV). berwenang sesuai limit melalui sistem LAS dan secara tertulis
dengan membubuhkan tanda tangannya pada formulir PTK.
ii. Untuk kredit dengan hasil risk assesment Tolak (Rejected)
harus dilakukan override terlebih dahulu oleh Pejabat Pemutus
setingkat lebih tinggi, untuk selanjutnya putusan kredit
dilakukan oleh Pejabat Pemutus yang berwenang sesuai limit
melalui sistem LAS dan secara tertulis dengan membubuhkan
tanda tangannya pada formulir PTK.
Prakarsa override dilakukan oleh Pemrakarsa bidang RM (AO)
dengan mencantumkan alasan-alasan yang kuat yang
mendasari dilakukannya override.
iii. Untuk jenis kredit tertentu, antara lain : BRIGUNA, putusan
kredit cukup dilakukan dalam aplikasi LAS dan Pemutus tidak
perlu lagi membubuhkan tanda tangan dalam format putusan.
e. Proses Pemberian Putusan oleh Komite Kredit Kanwil b. Proses Pemberian Putusan oleh Komite Kredit :
i. Anggota Komite Kredit harus berkumpul atau bertemu fisik
i. Anggota Komite Kredit harus berkumpul atau bertemu fisik dalam dalam memutus suatu paket kredit.
memutus suatu paket kredit. Untuk memenuhi prinsip harus bertemu fisik, maka
Untuk memenuhi prinsip harus bertemu fisik, maka koordinator koordinator Komite Kredit harus menentukan jadwal komite
Komite Kredit di tiap-tiap unit kerja harus menentukan jadwal secara periodik.
pertemuan minimal 1 (satu) hari dalam seminggu.
ii. Putusan kredit oleh Komite Kredit Kanwil dilakukan secara bersama- ii. Putusan kredit oleh Komite Kredit dilakukan secara unanimous
sama dan bersifat unanimous (setuju dengan suara bulat), baik (sepakat bulat). Jika salah satu anggota tidak setuju terhadap
untuk putusan persetujuan maupun penolakan. Jika salah satu anggota suatu paket kredit, maka paket kredit tersebut harus ditolak.
tidak setuju terhadap suatu paket kredit, maka paket kredit tersebut
harus ditolak.
Berdasarkan Putusan Kredit yang telah disetujui, ADK mencatat tanggal Berdasarkan Putusan Kredit yang telah disetujui, ADK mencatat
putusan kredit dalam Register Permohonan Kredit Kancapem / Kanca / tanggal putusan kredit dalam Register Permohonan Kredit
Kanwil dan mempersiapkan: Kancapem/Kanca/Kanwil/KCK dan mempersiapkan :
c. Kredit Konsumsi tidak diperlukan adanya surat penawaran putusan kredit. d. Khusus untuk Kredit Konsumtif tidak diperlukan adanya surat
penawaran kredit mengingat syarat pemberian kredit telah
menjadi satu kesatuan dalam Surat Pengakuan Hutang.
Dalam hal perjanjian kredit dibuat notariil, ADK menyiapkan copy dokumen Dalam hal perjanjian kredit dibuat notariil, ADK menyiapkan copy
yang berupa: copy surat penawaran (offering letter), Akta Pendirian, atau dokumen yang berupa : copy surat penawaran (offering letter), Akta
dokumen lainnya untuk diteruskan kepada notaris guna dibuatkan draft Pendirian, atau dokumen lainnya untuk diteruskan kepada notaris
perjanjian kreditnya. Selanjutnya draft perjanjian kredit yang telah dibuat guna dibuatkan draft perjanjian kreditnya. Selanjutnya draft
oleh notaris diperiksa terlebih dahulu oleh ADK. perjanjian kredit yang telah dibuat oleh notaris diperiksa terlebih
dahulu oleh ADK atau meminta opini dari Legal Officer (LO) Kanwil.
c. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kredit tersebut c. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kredit
telah dilunasi oleh pemohon, baik secara tunai maupun overbooking tersebut telah dicadangkan dalam jumlah yang cukup, baik secara
selama bukan dari rekening kredit yang diputus, antara lain: tunai maupun overbooking selama bukan dari rekening kredit
i. Biaya provisi yang diputus, antara lain:
ii. Biaya notaris i. Biaya provisi
iii. Biaya pengikatan agunan ii. Biaya notaris
iv. Biaya premi asuransi iii. Biaya pengikatan agunan
v. Biaya percetakan / administrasi. iv. Biaya premi asuransi
vi. Biaya biro jasa (appraisal, akuntan publik, konsultan) v. Biaya percetakan / administrasi.
vi. Dll.
Penyetoran biaya-biaya tersebut di atas dibuku ke rekening sebagai Pembukuan biaya tersebut diatas dibuktikan dengan bukti setoran
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
berikut : yang telah divalidasi.
Rekening pendapatan BRI
Rekening titipan (khususnya bagi biaya yang berkait dengan
pembayaran kepada pihak ke III)
i.1 Barkas I untuk kredit ritel yang dijamin dengan penghasilan tetap dan i.1 Barkas I untuk kredit ritel yang dijamin dengan penghasilan
pensiun. tetap dan pensiun.
i.1.a……….. i.1.a tetap
i.1.b……….. i.1.b tetap
i.1.c……….. i.1.c tetap
i.1.d……….. i.1.d tetap
i.1.e……….. i.1.e tetap
i.1.f……….. i.1.f tetap
i.1.g……….. i.1.g tetap
i.1.h……….. i.1.h tetap
i.1.i Asli bukti kepemilikan atas agunan, berupa SHM/SHGB, bukti hak i.1.i dihapus
kepemilikan lainnya (BPKB, dsb.), dan IMB (untuk Kretap KPR dan i.1.j dihapus
Kredit Pegawai BRI Jangka Panjang) i.1.i Asli PTK penghapusbukuan
i.1.j Asli dokumen pengikatan agunan, berupa : Akta Pemberian Hak i.1.j Dokumen lainnya
Tanggungan, Sertifikat jaminan fiducia, gadai dan penyerahan hak
secara cessie, corporate guarantee, dan lain sebagainya (untuk
Kretap KPR).
i.1.k…………
i.1.l …………
i.2 Barkas I untuk kredit diluar kredit dengan penghasilan tetap dan i.2 Barkas I untuk kredit komersial.
Kresun.
Setiap anggota komite mempunyai hak, tanggung jawab dan kewajiban Setiap anggota komite mempunyai hak, tanggung jawab dan
yang sama dalam memberikan pendapat/suara dalam proses putusan kewajiban yang sama dalam memberikan pendapat/suara dalam
kredit. proses putusan kredit.
Putusan kredit yang dituangkan dalam form PTK harus didasarkan atas Putusan kredit yang dituangkan dalam form PTK harus didasarkan
kesepakatan seluruh anggota Komite Kredit dalam suatu forum Rapat atas putusan Komite Kredit yang dilaksanakan dalam suatu forum
Komite Kredit yang memenuhi kuorum. Selanjutnya dibuatkan berita Rapat Komite yang memenuhi kuorum. Selanjutnya hasil rapat
acara rapat komite dan daftar hadir. Komite harus dituangkan dalam Notulen Rapat komite dan
ditandatangani oleh seluruh anggota Komite Kredit (sesuai daftar
hadir).
i. Putusan Pincapem untuk kredit dengan warna Putih : i. Putusan Pincapem untuk kredit prakarsa kredit dengan hasil risk
ii. Putusan Pinca untuk kredit dengan warna Putih : assessment Diterima/Accepted :
iii. Putusan Wapinwil/Pinwil untuk kredit Warna putih : ii. Putusan Pinca untuk prakarsa kredit dengan hasil risk assessment
Diterima/ Accepted :
iii. Putusan Wapinwil/Pinwil untuk prakarsa kredit dengan hasil risk
assessment Diterima/ Accepted :
viii. Putusan kredit bermasalah di Kancapem putusan GH RPKB : v. Putusan kredit bermasalah di Kancapem putusan GH RPKB :
viii.2. ADK Kancapem (mencatat dalam Register SKPP, memberi v.2. ADK Kancapem (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
masukkan kepada AO untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja
hari kerja. v.3. AO (prakarsa meliputi pemeriksaan, evaluasi, analisis) :
viii.3. AO (prakarsa meliputi pemeriksaan, pre screening, colouring, maksimal 7 hari kerja *)
evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari kerja *)
i. Putusan Pejabat Pemutus Kanca (Pinca/MP) untuk kredit dengan warna i. Putusan Pejabat Pemutus Kanca (Pinca/MP) untuk untuk prakarsa
Putih. kredit dengan hasil risk assessment Diterima/Accepted.
ii. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (Wapinwil/Pinwil) untuk kredit dengan ii. Putusan Pejabat Pemutus di Kanwil untuk prakarsa kredit dengan
warna Putih hasil risk assessment Diterima/Accepted
iii. Putusan Pejabat Pemutus Kanca (Pinca atau Wapinca dan Pinca) untuk dihapus
kredit dengan warna Abu-abu
iv. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (Komite Kredit-1/Komite Kredit- dihapus
2/Komite Kredit-3) untuk kredit dengan warna Abu-abu
v. Putusan Kredit bermasalah Putusan MP/Pinca iii. Putusan Kredit bermasalah Putusan Pinca
v.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan iii.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada AO untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja. kerja
v.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, iii.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi
pre screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
hari kerja **) kerja **)
vi. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head RPKB Kanwil iv. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head RPKB Kanwil
vi.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan iv.2 ADK Kanca (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada AO untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja. kerja
vi.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, iv.3 AO dan atau MP (prakarsa dan rekomendasi meliputi
pre screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
hari kerja **) kerja **)
vi.7 ADK Kanwil (pemeriksaan kelengkapan dokumen, opini ADK, iv.7 ADK Kanwil (pemeriksaan kelengkapan dokumen, opini ADK,
penerusan paket kredit kepada Group Head RPK) : maksimal 1 hari penerusan paket kredit kepada Group Head RPKB) : maksimal
kerja. Dalam hal paket kredit diteruskan ke Kanpus, maka batas 1 hari kerja. Dalam hal paket kredit diteruskan ke Kanpus,
waktu proses kredit sama dengan batas waktu proses kredit yang maka batas waktu proses kredit sama dengan batas waktu
diperlukan untuk kredit bermasalah yang diputus Group Head RPK proses kredit yang diperlukan untuk kredit bermasalah yang
Kanwil. diputus Group Head RPKB Kanwil.
vi.8 Group Head RPK (pemberian putusan kredit) : maksimal 3 hari iv.8 Pemutus di Divisi RPKB KP (pemberian putusan kredit) :
kerja ***) maksimal 3 hari kerja ***)
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
vii. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head Restrukturisasi dan v. Putusan Kredit bermasalah putusan Divisi RPKB Kanpus :
Penyelesaian Kredit Ritel Divisi RPKB Kanpus v.8 Pemutus di Divisi RPKB KP (pemberian putusan kredit) :
vii.8 Group Head Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Ritel maksimal 3 hari kerja ***)
(pemberian putusan kredit) : maksimal 3 hari kerja ***)
i. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (Wapinwil/Pinwil) untuk kredit dengan i. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil untuk prakarsa kredit dengan
warna Putih : hasil risk assessment Diterima/Accepted :
i.3 Group AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre i.3 Group AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan,
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari pre screening, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
kerja **) kerja **)
i.5 Wapinwil atau Pinwil atau KK-3 Kanwil (selaku Pejabat Pemutus i.5 Pejabat Pemutus di Kanwil (selaku Pejabat Pemutus kredit) :
kredit) : maksimal 2 hari kerja ****) maksimal 2 hari kerja ****)
ii. Putusan Pejabat Pemutus Kanwil (KK-1, KK-2 dan KK-3) untuk kredit Dihapus
dengan warna abu-abu :
iii. Putusan Pejabat Pemutus CRM Kanwil (Group Head RPK) untuk kredit ii. Putusan Group Head RPKB untuk kredit bermasalah :
bermasalah
iii.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan ii.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1
kepada Staf RPK untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari hari kerja *)
kerja *)
iii.3 Staf RPK (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre ii.3 Staff RPKB (prakarsa dan rekomendasi meliputi
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
kerja **) kerja **)
iv. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head Restrukturisasi dan iv. Putusan Divisi RPKB Kanpus untuk Kredit bermasalah :
Penyelesaian Kredit Ritel Divisi RPKB Kanpus iv.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1
iv.2 ADK Kanwil (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan hari kerja
kepada Staf/FH RPKB Kanwil untuk bahan pre screening) : iv.3 Staf/GH RPKB Kanwil (prakarsa dan rekomendasi meliputi
maksimal 1 hari kerja pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
iv.3 Staf/GH RPKB Kanwil (prakarsa dan rekomendasi meliputi kerja **)
pemeriksaan, pre screening, colouring, evaluasi, analisis) :
maksimal selama 7 hari kerja **)
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
87. BAB VI.G.12.d VI.G.12.d
i. Putusan Pejabat Pemutus KCK (Wapincasus/Pincasus) untuk kredit i. Putusan Pejabat Pemutus KCK (Wapincasus/Pincasus) untuk
dengan warna Putih prakarsa kredit dengan hasil risk assessment Diterima/Accepted :
i.3 AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre i.3 AO (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari screening, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari kerja
kerja **) **)
ii. Putusan Pejabat Pemutus KCK (Komite Kredit) untuk kredit dengan Dihapus
warna abu-abu
iii. Putusan Pejabat Pemutus CRM KCK (Group Head RPK) untuk kredit ii. Putusan Group Head RPKB KCK untuk kredit bermasalah :
bermasalah
iii.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan ii.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada Staf RPK untuk bahan pre screening) : maksimal 1 hari kerja *)
kerja *) ii.3 Staf RPKB (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan,
iii.3 Staf RPK (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, pre evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari kerja **)
screening, colouring, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
kerja **)
iv. Putusan Kredit bermasalah putusan Group Head Restrukturisasi dan iii. Putusan Kredit bermasalah putusan Divisi RPKB Kanpus :
Penyelesaian Kredit Ritel Divisi RPKB Kanpus
iv.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP, memberi masukkan iii.2 ADK KCK (mencatat dalam Register SKPP) : maksimal 1 hari
kepada Staf/GH RPKB KCK untuk bahan pre screening) : maksimal kerja
1 hari kerja iii.3 Staf/GH RPKB KCK (prakarsa dan rekomendasi meliputi
iv.3 Staf/GH RPKB KCK (prakarsa dan rekomendasi meliputi pemeriksaan, evaluasi, analisis) : maksimal selama 7 hari
pemeriksaan, pre screening, colouring, evaluasi, analisis) : kerja **)
maksimal selama 7 hari kerja **)
Catatan :
*) b. Permintaan informasi bank ke BI oleh ADK Kanwil atau ADK Dihapus
Kancapem dilakukan melalui ADK Kanca.
*****) Apabila Komite Kredit Kanwil/KCK tidak lengkap (sulit untuk Dihapus
mengadakan rapat komite), maka berdasarkan pertimbangan bisnis,
paket kredit dapat diputus oleh pejabat pemutus kredit di Kanpus,
yaitu untuk kredit dengan warna putih diputus oleh KadivWakadiv
Bisnis Ritel (sesuai kewenangannya) dan paket kredit dengan warna
abu-abu diputus oleh Kadiv/Wakadiv Bisnis Ritel bersama
Kadiv/Wakadiv ARK (sesuai kewenangannya.) Batasan waktu proses
kredit di Kanpus diatur sebagai berikut :
Kadiv/Wakadiv Bisnis Ritel dan ARK : maksimal 3 hari kerja
Divisi ADK : maksimal 1 hari kerja
Proses kredit di Divisi Bisnis Ritel dan Divisi ARK, dapat lebih dari 3
hari, apabila dokumen belum lengkap atau memerlukan penjelasan
lebih lanjut dari pemrakarsa kredit
Untuk kredit prakarsa Kanca putusan Pinca, dalam hal Pinca mensyaratkan Dihapus
adanya 2 Pemrakarsa (2 AO atau AO dan MP), maka batas waktu yang
diperkenankan untuk seluruh Pemrakarsa maksimal selama 7 hari.
Untuk kredit warna Putih diatas Rp.1 milyar yang menjadi putusan Pemutus Dihapus
Individual Kanwil, dalam hal Pemutus meminta second opinion dari ARK
maka batas waktu yang diperkenankan adalah sesuai dengan batas waktu
yang disediakan bagi Pemutus Kanwil.
Pembagian tugas antara RM dan CRM dalam pembinaan kredit diatur Pembinaan kredit yang berkesinambungan pada prinsipnya
tersendiri. merupakan tugas dan tanggung jawab Pejabat Pemrakarsa bidang
RM (AO) untuk kredit performing dan Pejabat Pemrakarsa bidang
CRM (jajaran RPKB) atau Pejabat Kredit Lini yang melaksanakan
fungsi CRM di Kanca/Kancapem untuk kredit non performing dan
ekstrakomtabel.
Perubahan PPK Ritel Sebelumnya dengan PPK Ritel dan Program 2014
No PPK Ritel Sebelum Revisi PPK Ritel dan Program Setelah Revisi
91. BAB VI.H.2.a BAB VI.H.2.a
Pengurusan Piutang Macet Melalui Dirjen Piutang dan Lelang Negara Dihapus
(DJPLN/Kanwil BUPLN/KP3N).