Anda di halaman 1dari 55

Modul :

Sistematika Perkreditan Konsumer

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved


Tujuan Pembelajaran
Menjadikan panduan dalam rangka pemberian kredit konsumer dan
1 mengoptimalkan profitabilitas, dengan mempertahankan portepel
perkreditan yang sehat serta operasi perkreditan yang efisien dan efektif.

Mengenali jenis dan fitur Produk Kredit Konsumer.


2
Mengetahui alur proses pemberian kredit konsumer.
3
Meningkatkan risk awareness terhadap risiko kredit yang ditimbulkan atas
4 pemberian kredit konsumer.

Mewujudkan BNI sebagai Lembaga Keuangan yang unggul dalam kinerja


5 dengan menjaga dan meningkatkan kualitas perkreditan serta memberikan
pelayanan yang baik dalam pemberian kredit konsumer.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 1


Sistematika Pedoman Perusahaan Perkreditan Konsumer
• PP. Perkreditan Konsumer – Buku I
Berisi pedoman Kebijakan dan Prosedur Kredit yang meliputi semua
I. KEBIJAKAN &
kebijakan dan prosedur kredit yang berkaitan dengan proses
PROSEDUR
manajemen kredit dan penjelasan Kebijakan & Prosedur
KREDIT
pelaksanaannya, yang terdiri dari : Analisa Kredit, Persetujuan,
Pemantauan dan Penyelamatan & Penyelesaian Kredit
• PP. Perkreditan Business Banking dan Konsumer - Buku II
Berisi ketentuan eksternal (Undang-Undang, Peraturan Bank
Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan, Keputusan Dewan
II. KETENTUAN
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan /OJK, dan lain-lain) yang
PEDOMAN EKSTERNAL
berkaitan dengan perkreditan, antara lain: Kualitas Aset,
PERUSAHAAN Kewajiban NPWP, Loan to Value, Pengurusan Piutang Negara,
PERKREDITAN Lelang dll
KONSUMER
• PP. Perkreditan Konsumer - Buku III
Berisi Formulir-Formulir (beserta petunjuk pengisiannya) yang
III. FORMULIR dipergunakan dalam proses Analisa Kredit, Persetujuan,
KREDIT Pemantauan dan Penyelamatan & Penyelesaian Kredit

• PP. Perkreditan Konsumer – Buku IV


Berisi : ketentuan, persyaratan dan prosedur dari masing-masing
IV. JENIS-JENIS jenis kredit (BNI Fleksi, BNI Griya, BNI Griya Multiguna, BNI OTO,
KREDIT BNI Instan, BNI Cerdas, KPR atau KPRS Bersubsidi dan BNI Kartu
Tunai

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 2


Sistematika Pedoman Perusahaan Perkreditan Konsumer

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 3


Sistematika Pedoman Perusahaan Perkreditan Konsumer

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 4


Sistematika Pedoman Perusahaan Perkreditan Konsumer
 Proses sistematika perkreditan konsumer meliputi :

Sarana analisa kredit yang efektif dan efisien dalam


• Analisa Kredit
rangka pengambilan keputusan kredit yang sehat.
Keputusan dari Pemutus Kredit untuk menempatkan
• Persetujuan Kredit
dana dan modal Bank pada aktiva yang berisiko.
rangkaian aktivitas yang bertujuan untuk mengikuti
• Pemantauan Debitur sampai sejauh mana perkembangan kredit sejak
diberikan sampai dengan kredit lunas.
Usaha Bank untuk mencegah kemungkinan
• Penyelamatan & Penyelesaian
timbulnya kerugian lebih lanjut atas suatu kredit
Kredit
yang tidak lancar melalui pengelolaan hubungan
dengan debitur.
• Pengelolaan Kebijakan & Ketentuan atau peraturan yang ditetapkan untuk
Prosedur Kredit memberi petunjuk kepada pejabat kredit dalam
melaksanakan aktivitas perkreditan.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 5


Jenis dan Fitur Produk Konsumer

BNI Griya

Kartu BNI Griya


Kredit BNI Multiguna

KPR BNI Fleksi


Bersubsidi

BNI Fleksi
BNI Instan Pensiun

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 6


Alur Proses Kredit Konsumer

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 7


Alur Proses Kredit Konsumer

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 8


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kredit BNI Instan beragunan Deposito/Giro/Tabungan di Operasional Jakarta (OJR) atau
Sentra Back Office di Kantor Cabang sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 9


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kredit BNI Instan beragunan Deposito/Giro/Tabungan di Kantor Cabang (tanpa adanya
Operasional Jakarta (OJR) atau Sentra Back Office) sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 10


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kredit BNI Instan beragunan Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) di Operasional Jakarta
(OJR) atau Sentra Back Office di Kantor Cabang sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 11


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kredit BNI Instan beragunan Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) di Kantor Cabang
(tanpa adanya Operasional Jakarta (OJR) atau Sentra Back Office) sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 12


Alur Proses Kredit Konsumer

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 13


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kartu kredit Reguler sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 14


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kartu kredit Pre-Approved sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 15


Alur Proses Kredit Konsumer
Alur pemrosesan kartu kredit Pre-Embossed sebagai berikut:

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 16


Analisa Kredit Konsumer

CHARACTER

COLLATERAL CAPITAL
PRINSIP
PEMBERIAN
KREDIT

CONDITION CAPACITY

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 17


Analisa Kredit Konsumer
The Five C’s Principles
Penilaian atas karakter, integritas, kejujuran, dan itikad baik dari debitur
CHARACTER`
bersangkutan.
Penilaian dilakukan melalui analisa aspek manajemen dan legal.
CHARACTER
 Sifat dan watak calon debitur dapat dilihat dari latar belakang maupun pribadinya, seperti
Karakter
gaya hidup dan keadaan keluarganya. Bank juga dapat memperoleh informasi dari Info BI
[SID].
 Karakter dapat menggambarkan kemauan debitur untuk membayar [willingness to pay].
CAPACITY
Penilaian atas kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya atas modal sendiri.
Penilaian dilakukan melalui analisa aspek keuangan.
CAPITAL  Analisa capital menilai aspek kecukupan permodalan debitur. Semakin besar modal, semakin
Modal baik kondisi keuangan debitur.
 Untuk fixed income, Bank juga harus mempertimbangkan bonafiditas tempat kerja pemohon.

Penilaian atas kemampuan debitur menjalankan usahanya sehingga menghasilkan laba


yang optimal.
CAPITAL

CAPACITY Penilaian dilakukan melalui analisa aspek keuangan, pemasaran, teknis produksi, dan
Kemampuan aspek terkait lainnya.
Membayar  Kemampuan debitur tercermin dari penghasilan atau kemampuan menghasilkan arus kas dari
usaha debitur [operating cash flow].
 Analisa capacity bertujuan untuk menilai kemampuan dalam membayar [ability to pay].

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 18


Analisa Kredit Konsumer

The Five C’s Principles


CONDITION
Penilaian atas hal-hal yang berada di luar kontrol debitur, seperti prospek sektor / sub
sektor ekonomi, persaingan, pengaruh tingkat suku bunga, kondisi politik, bencana
alam dan lainnya.
CONDITION Penilaian dilakukan melalui analisa aspek lingkungan bisnis dan industri.
Kondisi  Penilaian kredit berdasarkan kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada saat ini dan prediksi
di masa mendatang, terkait dengan prospek usaha ataupun tempat kerja pemohon.
 bank harus dapat menilai apakah usaha / tempat kerja pemohon akan berkesinambungan.

COLLATERAL

Penilaian atas jaminan yang diserahkan oleh debitur, baik jaminan perorangan maupun
jaminan kebendaan.
Penilaian jaminan kebendaan khususnya dilakukan melalui analisa aspek agunan.
COLLATERAL
 Penilaian atas ketersediaan agunan. Nilai agunan seharusnya melebihi jumlah kredit yang
Jaminan/
diberikan serta harus diteliti aspek keabsahan, kepastian jenis & lokasinya, dan dapat diikat
Agunan
secara legal.
 Agunan ini penting sebagai jalan terakhir untuk penyelesaian kredit apabila debitur tidak
mampu memenuhi kewajiban kredit [second way out].

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 19


Analisa Kredit Konsumer

Larangan Pemberian Kredit


1. Bank dilarang memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait tanpa persetujuan
Dewan Komisaris.
2. Pemberian kredit kepada Pegawai Negeri dan Anggota TNI / POLRI untuk kegiatan usaha
dagang dilarang dengan batasan sebagai berikut :
a. Kepada Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/A PGPS 1968 keatas, Anggota TNI / POLRI
berpangkat Letnan II ke atas, Pejabat-pejabat lain yang ditetapkan oleh Menteri /
Kepala Lembaga yang bersangkutan, serta istri dari :
1) Pejabat Eselon I dan yang setingkat,
2) Perwira Tinggi TNI / POLRI,
3) Pejabat-Pejabat lain yang ditetapkan oleh Menteri / Kepala Lembaga yang
bersangkutan, baik di Pusat maupun di Daerah.
b. Untuk Pegawai Negeri, Anggota TNI / POLRI dan Pejabat-Pejabat lain yang ditetapkan
oleh Menteri / Kepala Lembaga yang bersangkutan serta istri yang tidak terkena
larangan untuk melakukan kegiatan usaha dagang, diwajibkan memperoleh Izin Tertulis
terlebih dahulu dari Pejabat yang berwenang dari Instansi / Jawatan / Departemennya
masing-masing.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 20


Analisa Kredit Konsumer

Larangan Pemberian Kredit


3. Pemberian kredit bagi debitur yang tercantum dalam Daftar Kredit Macet/Daftar Hitam
Nasional (dh. Penarik cek kosong / black list) diatur sebagai berikut :
a. Pemberian kredit kepada calon debitur / debitur yang nama perusahaan / pengurus /
pemilik / pemegang kuasa / penjamin / penanggungjawabnya tercantum dalam Daftar
Kredit Macet dan/atau Daftar Hitam Nasional (DHN) dilarang, kecuali dengan
persetujuan Direktur Konsumer Banking dan Direktur Manajemen Risiko (MR).
b. Proses pengajuan dilakukan sebagai berikut : untuk usulan yang berasal dari Kantor
Cabang/LNC/SKC/SKM disampaikan kepada pejabat yang berwenang melalui Divisi yang
mensupervisi.
Larangan tersebut tidak berlaku untuk debitur ex kelolaan BPPN/PPA dan debitur yang
pernah tercantum dalam debitur macet BI maupun BNI sepanjang saat mengajukan
permohonan tidak tercantum lagi dalam daftar kredit macet BI atau BNI.

4. Pengusaha / wiraswasta yang berusaha dalam bidang berikut ini (berikut pegawainya),
dilarang untuk dibiayai, yaitu meliputi : Bioskop, Swimming Pool, Night Club, Bar /
Restoran Lux, Horse Racing, Casino, Bowling, Turkish Bath, Massage Room, Ammusement
Centre dan bidang usaha lainnya yang dilarang oleh undang-undang.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 21


Analisa Kredit Konsumer

Penyampaian Audited Report

1. Penyampaian Audited Report untuk Debitur Individual diwajibkan pada saat pengajuan
kredit baru atau tambahan dengan ketentuan :
a. Calon debitur yang mengajukan permohonan kredit langsung dengan maksimum di
atas Rp 10 Miliar.
b. Debitur yang memperoleh dan mengajukan tambahan kredit sehingga total maksimum
kreditnya (kredit langsung dan kredit tidak langsung) menjadi di atas Rp 10 Miliar.

2. Hanya berlaku untuk debitur / calon debitur berpenghasilan tidak tetap (non fixed
income), selain profesional (dhi. Notaris, Dokter, Konsultan, Pengacara dan profesi
lainnya).

3. Tidak diperkenankan adanya exception / pengecualian atas kewajiban penyampaian


Audited Report.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 22


Analisa Kredit Konsumer

Penggunaan Jasa Penilai Independent (KJPP)


1. Untuk debitur baru dan debitur existing dalam rangka mengajukan kredit atau tambahan
kredit baik individual maupun group dengan total fasilitas kredit di atas Rp 5 Miliar.
2. Penilaian ulang agunan untuk debitur individual maupun group dengan baki debet
pinjaman di atas Rp 5 Miliar.
3. Wajib dilakukan oleh KJPP yang telah terdaftar sebagai rekanan di BNI.
4. Pegawai BNI tidak diperkenankan untuk mengarahkan debitur dalam memilih KJPP.
Pegawai hanya boleh memberi list / daftar rekanan KJPP (Keputusan Radisi tanggal 24
Juni 2014).
5. Bank wajib menggunakan nilai pasar yang terendah apabila terdapat beberapa nilai
taksasi agunan.
6. Batasan Rp 5 miliar mengacu pada PBI No.14/15/PBI/2012 tanggal 24 Oktober 2012.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 23


Analisa Kredit Konsumer

Persyaratan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


1. Penyampaian NPWP kepada Bank diwajibkan bagi calon debitur yang berdasarkan
ketentuan berlaku wajib memiliki NPWP tanpa memperhatikan nilai kredit yang diajukan.
2. Apabila calon debitur bukan merupakan pihak yang diwajibkan memiliki NPWP, maka
kepada Ybs agar dimintakan Surat Pernyataan yang menyatakan hal tersebut.
3. Dalam hal calon debitur berstatus istri dengan tidak pisah harta, maka NPWP dapat
menggunakan NPWP milik suami.
4. Suami tidak dapat menggunakan NPWP istri.

Ketentuan Eksternal:
a. Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. PMK No.122/PMK.010/2015 tgl. 29 Juni 2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 24


Analisa Kredit Konsumer

1. PENGUMPULAN 5. PENETAPAN
3. VERIFIKASI DATA
DATA STRUKTUR FASILITAS
 Data terkini atas: Pemohon,  Data Personal.  Penetapan Jenis Kredit
penghasilan/keuangan,  Data Penghasilan (Maksimum, Suku Bu-
agunan dsb.  Fixed Income nga, Jangka Waktu
 Sumber data: Pemohon Ybs,  Non-Fixed Income dsb).
Pihak ke-3, Internal & Eks-  Data Agunan.  Penetapan Agunan.
ternal Bank.  Penetapan Persyaratan
 Data lainnya (SLIK
 Input data ke Sistem OJK, legalitas usaha kredit.
Skoring untuk proses kredit. dll)
4. PROSES ANALISA
DATA
2. PRE-SCREENING  Analisa terhadap data personal,
penghasilan, agunan dan
 Penarikan informasi informasi lain.
debitur pada SLIK OJK
 Input hasil ke dalam sIstem
 Melakukan simulasi scoring kredit konsumen.
perhitungan.
 Proses kalkulasi scoring serta
 Memberikan approval meneliti kembali hasil scoring
in principle. tersebut.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 25


Analisa Kredit Konsumer
SISTEM SKORING
Sistem pemrosesan kredit konsumen secara otomasi yang didalamnya terdapat parameter-parameter
yang dipertimbangkan untuk menilai kelayakan kredit yang dikuantitatifkan dengan cara memberikan
nilai atau score tertentu pada setiap parameter, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh angka
tertentu yang menggambarkan bahwa fasilitas tersebut layak atau tidak layak untuk diberikan.
PARAMETER
merupakan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam penilaian
kelayakan kredit dilihat dari sisi
kemampuan membayar kembali dan Sistem Skoring
agunan.
Parameter Parameter
Accept Accept
FWO FWO

score
Pass
Data skor total memenuhi
Awal Parameter pass score yang
FWO ditetapkan
Parameter Parameter
SWO SWO

Reject
Reject skor total lebih kecil
dibandingkan pass
Hasil Verifikasi score

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 26


Debt Service Ratio
DebtService
Debt ServiceRatio
Ratio(DSR)
(DSR):
Perbandingan antara
Jumlah Total Angsuran
Kredit dengan Jumlah Penghasilan Bersih :
Total Angsuran Kredit :
Total Penghasilan Bersih. Adalah penghasilan
Penjumlahan kewajiban setelah dikurangi pajak
ang-suran kredit berjalan DSR =
Total Angsuran Kredit
dan tidak dikurangi
baik di BNI maupun bank Penghasilan Bersih kewajiban angsur-an
atau lem-baga lain. kredit berjalan.

Penghasilan :
Kewajiban Angsuran Kredit Penjumlahan
Berjalan : penghasilan tetap
Seluruh kewajiban angsuran atau gaji bersih
kredit termasuk kewajiban pemohon +
pembayaran kartu kredit. penghasilan tetap
atau gaji bersih
Kewajiban Pembayaran Kartu suami/istri +
Kredit : penghasilan lain-lain
pemohon.
Adalah kewajiban pem-bayaran
kartu kredit minimal sebesar
Formula perhitungan DSR telah diintegrasikan
10% dari outstanding kartu dalam sistem eLO
kredit berjalan.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 27
Persetujuan Kredit Konsumer

Tidak menyimpang
dari ketentuan-
ketentuan limit
kredit Telah
Telah Sesuai dengan dipertimbangkan
kebijakan & prosedur mengenai keamanan
pemberian kredit kreditnya.

Persetujuan Kredit
Kelayakan adalah keputusan dari Diputus sesuai dengan
Calon Debitur Pemutus Kredit kewenangan memutus
(Sistem Skoring) (Komite/Pejabat) untuk kredit
menempatkan dana dan
modal Bank pada aktiva
yang berisiko (Kredit)

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 28


Persetujuan Kredit Konsumer
Pengelolaan Debitur yang memiliki fasilitas kredit produktif & konsumtif:
1. Bagi debitur yang mempunyai 2 jenis fasilitas kredit yaitu kredit produktif dan kredit
konsumer maka pengelolaannya tetap dikelola masing-masing divisi / unit terkait, dan PAK
dibuat secara terpisah sesuai dengan perangkatnya.
2. Dalam pembuatan PAK harus ada koordinasi antara Divisi yang terkait (harus ada confirmation
letter), agar tidak ada informasi debitur yang hilang.
3. Apabila debitur tersebut mengajukan tambahan kredit, maka kewenangan memutus kreditnya
diatur sebagai berikut :
a. Bila permohonan kredit yang diajukan adalah kredit konsumer, maka PAK diajukan kepada
Pemutus Kredit di unit bisnis yang mengelola kredit konsumer sesuai kewenangannya.
b. Bila permohonan kredit yang diajukan adalah kredit produktif, maka PAK diajukan kepada
Komite Kredit yang memutus kredit produktif sesuai kewenangannya.
c. Besarnya kewenangan memutus kredit adalah sesuai total fasilitas pinjaman (total
exposure pinjaman produktif + konsumer) yang dinikmati oleh debitur.
CONTOH 1 :

Tn. AX telah memiliki fasilitas KMK sebesar Rp. 8 MilIar.


Tn. AX mengajukan permohonan BNI Griya sebesar Rp 1.5 Miliar.
Kewenangan memutus berada pada Komite Kredit atau Pemutus Kredit dengan
kewenangan total exposure sebesar Rp 9.5 Miliar.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 29


Persetujuan Kredit Konsumer
4. Dalam hal pemohon kredit berstatus suami atau istri, maka kewenangan memutus kredit adalah
total fasilitas pinjaman yang diterima oleh suami atau istri dan pasangannya

5. Pada saat review maka total fasilitas adalah pinjaman produktif dan pinjaman konsumer.
Review dilakukan oleh masing-masing pengelola debitur sesuai segmentasinya (Business
Banking atau Consumer).

CONTOH 2 :

Ny. YB adalah istri Tn. AX


Ny. YB mengajukan BNI Griya sebesar Rp 2 M.

Kewenangan memutus kredit atas permohonan BNI Griya Ny. YB harus dilakukan secara
total exposure dengan Sdr. AX sebagai suaminya yang telah memiliki KMK Rp. 8 Miliar dan
BNI Griya Rp. 1.5 Miliar.
Sehingga kewenangan memutus kredit adalah sebesar Rp. 8 M + Rp. 1,5 M + Rp. 2 M = Rp
11.5 M.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 30


Persetujuan Kredit Konsumer
Apabila terdapat pengurus atau pemilik perusahaan debitur yang akan mengajukan kredit
konsumer namun perusahaannya telah mendapat fasilitas pinjaman produktif, maka
kewenangan memutus kreditnya diatur sebagai berikut :
a. Permohonan kredit konsumer diproses oleh LNC/Kantor Cabang dengan menggunakan
scoring system setelah memperoleh rekomendasi dari Unit Pengelola Kredit Produktifnya
(SKC, SKM atau Divisi).
b. Besarnya kewenangan memutus kredit diputus secara terpisah untuk masing-masing jenis
kredit (tidak digabung total fasilitas produktif dan konsumer).
c. Lain-lain yang tidak bertentangan mengacu pada butir a.

CONTOH 3 :

PT. STU telah memiliki fasilitas KMK sebesar Rp 10 Miliar.


Sdr. AX sebagai salah satu direksi PT. STU mengajukan permohonan BNI Griya sebesar Rp. 3
Miliar.
Kewenangan memutus kreditnya sebagai berikut :
 Fasilitas KMK PT. STU sebesar Rp. 10 M diputus oleh Komite Kredit BB sesuai
kewenangannya.
 Fasilitas BNI Griya Sdr. AX sebesar Rp 3 M diputus Pemutus Kredit untuk kredit konsumer
sesuai kewenangannya.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 31


Persetujuan Kredit Konsumer
Penerapan Good Corporate Governance / Benturan Kepentingan:
1. Petugas/Pejabat Bank tidak diperkenankan memproses dan atau memutus permohonan kredit (kredit kredit
baru/ tambahan/perpanjangan/restrukturisasi maupun penyelesaian) yang diajukan oleh dirinya sendiri atau
keluarganya sampai dengan derajat kedua dan atau mengandung benturan kepentingan dengan petugas /
pejabat pemroses kredit / pejabat pemutus kredit.
2. Apabila terdapat permohonan kredit diajukan oleh dirinya sendiri atau keluarganya sampai dengan derajat
kedua dan atau mengandung benturan kepentingan dengan petugas/pejabat pemroses kredit, maka proses
kredit dimaksud harus dialihkan kepada petugas / pejabat pemroses kredit lainnya.
3. Apabila terdapat permohonan kredit diajukan oleh dirinya sendiri atau keluarganya sampai dengan derajat
kedua dan atau mengandung benturan kepentingan dengan pejabat pemutus kredit, maka kewenangan
memutus kreditnya berada pada pejabat pemutus satu tingkat diatasnya.
4. Hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal, yang
meliputi :
a. orang tua kandung / tiri / angkat;
b. saudara kandung / tiri / angkat beserta suami atau istrinya;
c. anak kandung / tiri / angkat;
d. kakek / nenek kandung / tiri / angkat
e. cucu kandung / tiri / angkat
f. saudara kandung / tiri / angkat dari orang tua beserta suami atau istrinya;
g. suami / istri;
h. mertua;
i. besan;
j. suami / istri dari anak kandung / tiri / angkat;
k. kakek atau nenek dari suami atau istri;
l. suami / istri dari cucu kandung / tiri / angkat;
m. saudara kandung / tiri / angkat dari suami atau istri beserta suami atau istrinya.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 32
Persetujuan Kredit Konsumer
Kewenangan Memutus Kredit Konsumer:
1. Kewenangan memutus kredit melekat pada individu Pejabat Pemutus Kredit.
2. Kewenangan memutus Direksi berdasarkan kewenangan jabatan.
3. Kewenangan Memutus Kredit Konsumer Organik (kecuali BNI Instan) :
a. Proses kredit melalui LNC b. Proses kredit melalui Kantor Cabang
Maks. Kredit Pejabat Pemutus Kredit (PPK) Maks. Kredit Pejabat Pemutus Kredit (PPK)
di atas Rp 75 M DIR. UT + DIR. RL + DIR. TS di atas Rp 75 M DIR. UT + DIR. RL + DIR. TS
sd Rp 75 M DIR. RL + DIR. TS sd Rp 75 M DIR. RL + DIR. TS
sd Rp 50 M DIR. RL + Pemimpin SLN + Pemimpin CLN + PW sd Rp 50 M DIR. RL + Pemimpin CLN + Pemimpin SLN + PW
sd Rp 20 M Pemimpin SLN + Pemimpin CLN + PW sd Rp 20 M Pemimpin CLN + Pemimpin SLN + PW
PW + Wkl. Pemimpin CLN Bidang Manajemen PW + Wkl. Pemimpin CLN Bidang Manajemen
sd Rp 15M sd Rp 15M
Sentra Kredit Konsumer + Wkl. Pemp. SLN Sentra Kredit Konsumer + Wkl. Pemp. SLN
sd Rp 10 M PW + HCR + Pemimpin LNC kelas Utama/1/2 PW + HCR + Wkl. Pemimpin CLN Bidang
sd Rp 10 M
Manajemen Sentra Kredit Konsumer
sd Rp 5 M HCR + Pemimpin LNC kelas Utama/1/2
sd Rp 5 M HCR + Pemimpin Cabang Klas I/II/III
sd Rp 3 M Pemimpin LNC Kelas Utama/1
sd Rp 2 M Pemimpin LNC Kelas 2
sd Rp 1 M Manajer Persetujuan Kredit
Keterangan: Klas Kewenangan Memutus Kredit
Unit
DIR.UT: Direktur Utama Cabang Pemimpin Cabang PBP
DIR.RL: Direktur Retail Banking Klas I sd Rp 1,5 Miliar
Kantor
DIR.TS: Direktur Tresuri & Internasional Klas II sd Rp 1 Miliar sd Rp 400 Juta
Cabang
SLN: Divisi Penjualan Konsumer Klas III sd Rp 750 Juta
CLN: Divisi Pemrosesan & Penagihan Kredit Konsumer Klas I sd Rp 400 Juta
PW: Pemimpin Wilayah KCP Klas II sd Rp 300 Juta
HCR: Pemimpin Konsumer Banking Wilayah Klas III sd Rp 200 Juta
LNC: Consumer Loan Center
PBP: Pemimpin Bidang Pemasaran Bisnis
KCP: Kantor Cabang Pembantu

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 33


Persetujuan Kredit Konsumer
4. Kewenangan Memutus Kredit BNI Instan :
Limit Memutus
Pejabat Pemutus Kredit (PPK)
(akumulasi per debitur)
> Rp 75 M DIR. RL
sd Rp 75 M PW
sd Rp 25 M HCR
sd Rp 10 M Pemimpin Cabang Klas I
sd Rp 7,5 M Pemimpin Cabang Klas II
sd Rp 5 M Pemimpin Cabang Klas III

5. Mekanisme pengambilan keputusan kredit untuk Konsumer Organik adalah melalui mekanisme
Pejabat Pemutus Kredit (PPK) dan bukan Komite Kredit.
6. Maksimum kredit adalah total eksposur yakni seluruh kredit BB dan CR Organik (termasuk fasilitas
kartu kredit) yang diperoleh debitur (termasuk fasilitas yang diperoleh suami / isteri debitur, UD, PD,
Firma, atau CV dimana yang bersangkutan bertindak sebagai pengurus/persero).
7. Total eksposur untuk kredit yang bersifat revolving diperhitungkan berdasarkan maksimum kredit,
sedangkan untuk kredit yang bersifat aflopend berdasarkan baki debet.
8. Apabila pejabat pemutus kredit di LNC / Cabang berhalangan hadir dan tidak ada pengganti
sementara (Pgs), kewenangan memutus berada pada Pemutus Kredit yang lebih tinggi.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 34


Pemantauan Debitur Konsumer

PEMANTAUAN
DEBITUR 1. Cakupan Ketentuan & Prosedur
Pemantauan

C 2. Pemantauan terhadap Dokumen dan


Prosedur Administrasi
Pemantauan Debitur
3. Pemantauan Kualitas Aset

B 4. Otomasi Pergeseran Kolektibilitas


Ikhtisar Kredit
Pemantauan Mitra Usaha
5. Penerapan Uniform Classification
System
A
Ikhtisar 6. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Pemantauan Debitur (CKPN)

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 35


Pemantauan Debitur Konsumer
A IKHTISAR PEMANTAUAN DEBITUR

A Obyek Pemantauan :
Ikhtisar
Pemantauan Debitur FIRST WAY OUT
rangkaian aktivitas yang [ketepatan pembayaran]
bertujuan untuk mengikuti
sampai sejauh mana
perkembangan kredit sejak SECOND WAY OUT
diberikan sampai dengan [kecukupan agunan]
kredit lunas

Pemantauan Debitur Dilakukan Cakupan Pemantauan :


Dalam Rangka : Berlaku untuk semua debitur
Menilai sampai sejauh mana syarat-
Pelaksanaan Reminding, Dunning,
syarat kredit telah dipenuhi oleh
dan Visit
debitur
Memastikan kewajiban pembayaran Mendeteksi perkembangan kredit
telah dipenuhi yang kurang baik dan tingkat risiko
kredit
Melakukan langkah-langkah pence-
gahan, penyelamatan dan penyele- Intensitas pemantauan dan teknik
saian apabila diperlukan pemantauan kredit

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 36


Pemantauan Debitur Konsumer
B IKHTISAR PEMANTAUAN MITRA USAHA

B
Ikhtisar
Pemantauan Mitra Usaha
rangkaian aktivitas yang bertujuan
untuk mengikuti perkembangan
aktivitas kerjasama dan penyaluran
kredit kepada debitur

Cakupan Pemantauan :
Pemantauan Mitra Usaha
dilakukan dalam rangka : Berlaku untuk semua Mitra Usaha
Menilai kelangsungan aktivitas /
Ditetapkan kriteria pelaksanaan :
kegiatan mitra usaha
• Aktivitas yang harus dipantau,
Menilai kemampuan mitra usaha • Frekuensi pemantauan
menjaga komitmen dan memenuhi • Pelaporan hasil evaluasi
syarat PKS
Fokus: mendeteksi perkembangan
Melakukan langkah-langkah preventif kerjasama yang kurang baik dan
apabila diperlukan berpotensi mempengaruhi tingkat
risiko kredit debitur

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 37


Pemantauan Debitur Konsumer
C PROSEDUR PEMANTAUAN DEBITUR

1. Cakupan Ketentuan & Prosedur Pemantauan

SMS Blast SMS Blast adalah jenis layanan SMS yang bersifat satu arah yang dikirim ke banyak
nomor tujuan secara otomatis. SMS Blast merupakan salah satu strategi penagihan
yang efektif dan efisien dengan biaya rendah.
Reminding Reminding adalah kegiatan mengingatkan dan memberitahukan tentang kewajiban
kepada debitur sehingga tidak terjadi tunggakan.
Dunning Dunning adalah kegiatan penagihan melalui telepon kepada debitur yang memiliki
tunggakan agar melakukan pembayaran.
Surat Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis kepada
debitur mengenai pemberitahuan, teguran dan / atau penyelesaian kewajiban kepada
pihak bank.
Jenis-jenis surat :
•Surat pemberitahuan
•Surat teguran
•Surat panggilan
Visit Visit adalah kegiatan penagihan melalui kunjungan apabila penagihan melalui surat,
telepon, dan sms tidak berhasil, atau debitur secara jelas mengabaikan janji yang
telah disepakati dengan petugas collection. Cara ini adalah jalan yang perlu ditempuh
oleh unit collection agar memperoleh hasil yang maksimal.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 38


Pemantauan Debitur Konsumer
C PROSEDUR PEMANTAUAN DEBITUR

2. Pemantauan Terhadap Dokumen dan Administrasi


ASPEK OBYEK
Pemantauan • Nilai pasar agunan
Barang Agunan • Kesempurnaan pengikatan dan integritas agunan
• Agunan jatuh tempo
• Jangka waktu dan nilai penutupan asuransi
Pemantauan • Hertaksasi agunan
Nilai Agunan • Petugas Pelaksana hertaksasi
[hertaksasi]
• Pelaksanaan hertaksasi
• Up date data
Pemantauan • Perkembangan proyek rumah indent, pembangunan atau renovasi
Perkembangan • Pemantauan perkembangan proyek terhadap kesesuaian RAB, pencairan kredit dan kemajuan pembangunan proyek
Proyek
• Pencairan kredit tahap selanjutnya dapat dilakukan apabila progres telah sesuai dengan rencana dan syarat pencairan kredit
• Apabila progres tidak sesuai maka harus dievaluasi kembali dan dimintakan persetujuan kepada pejabat yang berwenang, untuk dapat atau
tidak mencairkan tahap berikutnya
Penundaan • Diperkenankan apabila proses pengikatan agunan/ penyerahan dokumen belum dapat diselesaikan pada saat akan dilakukan pencairan
Pengikatan kredit, atau saat PK ditandatangani
Agunan/ • Jenis dokumen yang boleh ditunda dan maksimum masa penundaan:
Penyerahan • Pengikatan hak atas tanah (SHM, SHGB, SHP & SHU) : 12 Bulan
Dokumen • IMB : 3 bulan
• BPKB : 6 bulan
• Pelaporan setiap bulan dengan Formulir Jatuh Tempo dan Permasalahan Dokumentasi Kredit
• Apabila penyelesaian melebihi ketentuan, harus dilaporkan dengan Memo Penundaan Penyerahan / Pengikatan Jaminan kepada Pejabat
Pemutus Kredit

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 39


Pemantauan Debitur Konsumer
C PROSEDUR PEMANTAUAN DEBITUR

3. Pemantauan Kualitas Aset


GOL.1 GOL.2 GOL.3 GOL.4 GOL.5 HB
FRONT END MID RANGE BACK END RECOVERY
STAGE

30 DPD 60 DPD 90 DPD 120 DPD 150 DPD 180 DPD HB


CURRENT X-Days [31-60 day] [61-90 day] [91-120 day] [121-150 day] [151-180 day] [ > 180 day] Write Off

 Retention  Rehabilitation  Rehabilitation  Rehabilitation  Reduce Lost


OBJECTIVE

 Rehabilitation  Control Risk  Control Risk  Reduce Lost  Recovery


 Reminder  Remedial  Remedial  Remedial & Recovery

 Risk/Reward  Risk/Reward  Risk/Reward  Risk/Reward  Risk/Reward


 SMS  SMS  SMS  SMS  SMS
 Media  Media Komunikasi lain  Media
 Media Komunikasi  Media
Komunikasi lain  Manual Call Komunikasi lain
lain Komunikasi
 Manual Call  Visit  Manual Call
lain
STRATEGY

 Auto Dialler  Visit  Surat Teguran  Visit


 Manual Call  Auto Dialler  Review Account  Pemasangan Plakat  Surat Teguran
 Surat Teguran  Manual Call  Surat Teguran  Penjualan Aset di Bawah Tangan  Pemasangan
 Review Plakat
Account  Penjualan Aset
(Lelang)
 Surat Teguran
 Legal Action

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 40


Pemantauan Debitur Konsumer
C PROSEDUR PEMANTAUAN DEBITUR

4. Otomasi Pergeseran Kolektibilitas Kredit


a. Acuan otomasi adalah ketepatan pembayaran pokok dan bunga (lama tunggakan).
b. Berlaku untuk penggeseran kolektibilitas kredit Non Restrukturisasi (dari PL ke NPL dan sebaliknya).
c. Penetapan kualitas kredit yang direstrukturisasi :
1) sd. Rp 1 Miliar :
a) Paling tinggi Kurang Lancar untuk Kredit yang sebelum dilakukan restrukturisasi kredit tergolong
Diragukan dan Macet, dan tetap sama untuk Kredit yang tergolong Kurang Lancar dan Dalam Perhatian
Khusus, sampai dengan 3 (tiga) kali periode kewajiban pembayaran.
b) Selanjutnya ditetapkan berdasarkan faktor penilaian atas ketepatan pembayaran pokok dan / atau
bunga.
2) di atas Rp 1 Miliar :
a) Paling tinggi sama dengan kualitas kredit sebelum dilakukan restrukturisasi kredit, sepanjang debitur
belum memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan / atau bunga secara berturut-turut
selama 3 (tiga) kali periode sesuai waktu yang diperjanjikan.
b) Dapat meningkat paling tinggi 1 (satu) tingkat dari kualitas kredit sebelum dilakukan restrukturisasi,
setelah debitur memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan / atau bunga secara berturut-
turut selama 3 (tiga) kali periode sesuai waktu yang diperjanjikan.
d. Pergeseran kolektibilitas dilakukan setiap tanggal jatuh tempo angsuran.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 41


Pemantauan Debitur Konsumer
C PROSEDUR PEMANTAUAN DEBITUR
5. Penerapan Uniform Classification System
a. Bank Wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap Aset-aset Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) debitur.
b. Penetapan kualitas yang sama terhadap Aset Produktif sebagaimana dimaksud pada butir a. berlaku pula terhadap Aset
Produktif yang digunakan untuk membiayai proyek yang sama.
c. Dalam hal terdapat perbedaan penetapan kualitas terhadap Aset Produktif, kualitas masing-masing Aset Produktif mengikuti
kualitas Aset Produktif yang paling rendah.
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir c. dapat dikecualikan dalam hal Aset Produktif ditetapkan berdasarkan faktor
penilaian yang berbeda.

6. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)


a. CKPN adalah penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat asset keuangan setelah penurunan nilai kurang dari nilai tercatat
awal.
b. CKPN dihitung dengan secara Individual atau Kolektif

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 42


Penyelamatan & Penyelesaian Kredit Konsumer
PENYELAMATAN  Menilai itikad, kemampuan
PENYELAMATAN KREDIT
KREDIT
(Restrukturisasi membayar dan agunan guna
(Restrukturisasi Kredit)
Kredit)
pemenuhan kewa-jiban debitur
Upaya perbaikan yang dilakukan Bank kepada bank,
dalam kegiatan perkreditan terhadap
 Menyusun dan menetapkan strategi
debitur yang mengalami kesulitan untuk
penyelamatan atau penyelesaian,
memenuhi kewajibannya. arti
penting  Membantu Bank dalam pelaksanaan
PENYELESAIAN KREDIT dan pemantauan upaya
Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan penyelamatan/ penyelesaian kredit.
kerugian Bank lebih lanjut apabila upaya
penyelamatan tidak berhasil.

SKIM-SKIM PENYELAMATAN & PENYELESAIAN KREDIT


SKIM-SKIM PENYELAMATAN & PENYELESAIAN KREDIT
• Rescheduling : perubahan jadwal pembayaran kewajiban debitur atau jangka waktunya.
• Reconditioning : perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan.
• Restructuring : perubahan persyaratan pembiayaan (kredit).
• Penjualan agunan/aset : penjualan agunan dan/atau aset debitur yang dilakukan secara sukarela,
baik melalui penjualan secara langsung maupun melalui pelelangan umum.
Penyelamatan & Penyelesaian kredit wajib dilakukan oleh Pejabat atau Petugas yang tidak terlibat
dalam pemberian kreditnya

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 43


Penyelamatan & Penyelesaian Kredit Konsumer

KRITERIA DEBITUR ANALISA LARANGAN


RESTRUKTURISASI PENYELAMATAN RESTRUKTURISASI
1. Kesulitan 1. Kredibilitas debitur. Restrukturisasi dilarang
pembayaran pokok 2. Kemampuan Membayar dilaku-kan dengan tujuan
dan atau bunga Kembali. hanya untuk menghindari :
kredit. 3. Agunan. 1. Penurunan penggolongan
2. Memiliki potensi ber- POLA kualitas kredit; atau
masalah pada peme- RESTRUKTURISASI
nuhan kewajiban 2. Peningkatan pembentukan
pem-bayaran kredit 1. Rescheduling Jangka Waktu. Penyisihan Penghapusan
di ma-sa mendatang. 2. Restructuring dengan Pola Ke- Aset (PPA); atau
3. Debitur memiliki ringanan Suku Bunga. 3. Penghentian pengakuan
prospek usaha yang 3. Restructuring dengan Pola Per- pendapatan bunga secara
baik dan mampu janjian Penyelesaian Hutang akrual.
memenuhi kewajiban (PPH).
setelah kredit 4. Lainnya *)
direstrukturisasi.

*) Pengaturan Restrukturisasi lebih lanjut berpedoman pada PBI No.14/15/PBI/2012 tanggal 24


Oktober 2012 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 44


Penyelamatan & Penyelesaian Kredit Konsumer

HAPUS BUKU KREDIT (HB)


1. Pengertian :
a. Tindakan administratif menghapus pembukuan kredit dari catatan on balance sheet yang
dilakukan Bank atas kredit macet yang sulit untuk ditagih.
b. Hapus Buku kredit tidak mengakibatkan dihapusnya / ditiadakannya hak Bank untuk
melakukan penagihan kepada debitur.
c. Keputusan bersifat rahasia dan tidak boleh diberitahukan kepada debitur atau pihak luar/
lain.
d. HB dilakukan terhadap seluruh kewajiban debitur, yaitu berupa : Hutang pokok, Bunga,
Denda dan Ongkos-ongkos / biaya lain.
2. Kriteria :
a. Kredit telah berada di Golongan 5 dan sudah terbentuk CKPN sesuai ketentuan yang
berlaku; atau
b. Debitur telah dipailitkan berdasarkan keputusan Pengadilan; atau
c. Bencana Alam.
Dalam hal HB disebabkan karena pailit atau bencana alam, penghapusbukuan dilakukan setelah
kualitas kredit dinyatakan Macet (Golongan 5).
Penyediaan CKPN untuk Hapus Buku adalah sebesar 100%.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 45


Penyelamatan & Penyelesaian Kredit Konsumer
HAPUS BUKU KREDIT (HB)
3. HB tidak dapat dilakukan terhadap sebagian penyediaan dana.
4. HB hanya dapat dilakukan setelah Bank melakukan berbagai upaya untuk memperoleh kembali
kredit / pinjaman yang diberikan.
5. Bank wajib mendokumentasikan upaya yang dilakukan berbagai upaya untuk memperoleh
kembali kredit / pinjaman yang diberikan.
6. Bank wajib mengadministrasikan data dan informasi mengenai kredit / pinjaman yang telah
dihapus buku.
7. Perhitungan bunga, denda, dan biaya kelolaan rekening pinjaman tetap dihitung sampai
dengan 6 bulan sejak dihapus buku, kecuali biaya-biaya selain tersebut di atas yang
timbul sampai kredit lunas.
8. HB kredit diusulkan oleh unit pengelola debitur dengan menggunakan Advis Penghapusbukuan/
Penghapusan Pinjaman Macet (Formulir BNI-307) ke Divisi CLN.
9. Divisi RRC mengkoordinir usulan HB secara kolektif dan diusulkan kepada Direksi untuk
memperoleh keputusan.
Ketentuan Eksternal:
PBI No. 14/15/PBI/2012 tanggal 24 Oktober 2012 dan SEBI No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum  terkait Hapus Buku Kredit

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 46


Kewenangan Memutus Keringanan Bunga Kredit,
Propisi & Biaya-biaya Lain
1. Kewenangan Memutus Pemberian Keringanan Propisi.

BESARNYA KERINGANAN PROPISI PEMUTUS


di atas kewenangan Pemimpin PDM DIR.RL
s/d Rp 250 juta dan s/d 0,50% dari maksimum kredit Pemimpin PDM
2. Kewenangan Memutus Pemberian Keringanan Biaya PSJT :

PEJABAT PEMUTUS
BESARNYA
Kualitas Kredit Lancar Kualitas Kredit Lancar (Restrukturisasi) dan
KERINGANAN BIAYA PSJT
(Non Restrukturisasi) Kualitas Kredit Dalam Perhatian Khusus
di atas Rp 500 Juta DIR. RL DIR MR
sd Rp 500 Juta Pemimpin PDM Pemimpin CLN
Wakil Pemp. PDM –
sd Rp 350 Juta
Consumer Lending Wakil Pemp. CLN – Collection Management
sd Rp 250 Juta Pemimpin Wilayah

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 47


Kewenangan Memutus Terkait Penyelamatan
& Penyelesaian Kredit Konsumer
Kewenangan Memutus Restrukturisasi
1. Kewenangan Memutus Restrukturisasi di LNC :

Maksimum
Pejabat Pemutus
Kredit
di atas Rp 75 M RADISI dan SRR
sd. Rp. 75 M DIR.UT + DIR. MR + SRR
sd. Rp 50 M DIR. MR + SRR
sd. Rp 20 M SRR
sd. Rp 15 M Pemimpin Divisi CLN
sd. Rp 10 M Wakil Pemimpin Divisi CLN – Bidang Manajemen Penagihan
sd. Rp 5 M Pemimpin Wilayah
sd. Rp 1 M Pemimpin LNC *)

Keterangan :
*) Apabila Pemimpin LNC terlibat dalam pemberian kreditnya, maka PPK Restrukturisasi adalah Wakil
Pemimpin Divisi CNR – Collection Management. Sedangkan khusus untuk LNC Jakarta, Pemutus
Restrukturisasi berada pada Pemimpin Kelompok Penagihan Divisi CLN

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 48


Kewenangan Memutus Terkait Penyelamatan
& Penyelesaian Kredit Konsumer
Kewenangan Memutus Restrukturisasi
2. Kewenangan Memutus Restrukturisasi di Kantor Cabang :

Maksimum Kredit Pejabat Pemutus


di atas Rp 75 M RADISI + SRR
sd. Rp. 75 M DIR.UT + DIR. MR + SRR
sd. Rp 50 M DIR. MR + SRR
sd. Rp 20 M SRR
sd. Rp 15 M Pemimpin Divisi CLN
sd. Rp 10 M Wakil Pemimpin Divisi CLN – Bidang Manajemen Penagihan
sd. Rp 5 M Pemimpin Wilayah (PW)

sd. Rp 1,5 M Pemimpin Konsumer Banking Wilayah (HCR)

sd. Rp 400 Juta Pemimpin Cabang

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 49


Kewenangan Memutus Terkait Penyelamatan
& Penyelesaian Kredit Konsumer
Kewenangan Penetapan Harga Jual atau Penjualan Agunan Kredit

1. Dalam Rangka Penyelamatan Kredit (Kualitas Kredit 1 sd. 5).


a. Kewenangan memutus penetapan harga jual atau penjualan agunan yang nilai jualnya tidak
melebihi Rp.10 juta, tetap berada pada Pemimpin LNC/Kantor Cabang.
b. Apabila nilainya melebihi Rp.10 juta, kewenangan memutus penetapan harga jual atau
penjualan agunan berada pada Pejabat Pemutus Kredit 1 (satu) tingkat lebih tinggi sesuai
matriks kewenangan memutus restrukturisasi minimal Wakil Pemimpin Divisi CLN Bidang
Collection Management.

2. Dalam Rangka Penyelesaian Kredit (NPL dan Hapus Buku)


a. Apabila dari hasil penjualan agunan dan/atau setoran tunai lainnya dapat melunasi atau
menyelesaikan seluruh kewajiban debitur, maka kewenangannya berada pada Pemimpin
Kelompok Collection Divisi CLN.
b. Apabila dari hasil penjualan agunan dan/atau setoran lainnya tidak dapat melunasi atau
menyelesaikan seluruh kewajiban debitur maka kewenangan memutus penetapan harga
jual atau penjualan agunan adalah :

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 50


Kewenangan Memutus Terkait Penyelamatan
& Penyelesaian Kredit Konsumer
Kewenangan Penetapan Harga Jual atau Penjualan Agunan Kredit
1) Untuk debitur NPL (Kualitas Kredit 3, 4 dan 5) :
Pejabat Penetap harga Jual / Penjualan Agunan
Jumlah
Outstanding ≥ 90% dari nilai Taksasi < 90% dari nilai Taksasi

di atas Rp 75 M DIR. RL + SRR DIR. UT + DIR. RL + SRR


sd Rp 75 M SRR DIR. RL + SRR
sd Rp 50 M Pemimpin Divisi CLN SRR
sd Rp 15 M Wakil Pemp. CLN Bidang Manajemen Penagihan Pemimpin Divisi CLN
sd Rp 5 M Pemimpin Kelompok Manajemen Penagihan CLN / HCR* Wakil Pemp. CLN Bidang Manajemen Penagihan / PW

2) Untuk debitur Hapus Buku


Pejabat Penetap harga Jual / Penjualan Agunan
Jumlah
Outstanding ≥ 70% dari nilai Taksasi < 70% dari nilai Taksasi

di atas Rp 75 M DIR. RL + SRR DIR. UT + DIR. RL + SRR


sd Rp 75 M SRR DIR. RL + SRR
sd Rp 50 M Pemimpin Divisi CLN SRR
sd Rp 15 M Wkl.Pemp. CLN Bidang Manajemen Penagihan Pemimpin Divisi CLN
sd Rp 5 M Pemimpin Kelompok Manajemen Penagihan CLN / HCR* Wakil Pemp. CLN Bidang Manajemen Penagihan / PW
*: HCR (Pemimpin Konsumer Banking Wilayah) memutus usulan penetapan harga jual / penjualan agunan dari Cabang. Jika Ybs
terlibat dalam pemberian kreditnya maka penetapan harga jual / penjualan agunan berada pada pejabat pemutus satu tingkat di
atasnya
3) Nilai taksasi yang dijadikan sebagai dasar dalam penetapan harga jual agunan adalah nilai taksasi
maksimal 1 (satu) tahun terakhir dengan mempertimbangkan harga pasar setempat.
51
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 51
Kewenangan Memutus Terkait Penyelamatan & Penyelesaian
Kredit Konsumer
Kewenangan Memutus Fee Balai Lelang Swasta (BLS)
Penetapan Fee Jasa Balai Lelang Swasta :
1. Kewenangan memutus besarnya fee jasa BLS dalam rangka lelang aset / agunan
Fee menurut Objek Lelang
Pejabat Pemutus Benda Benda
Paket
Tidak Bergerak Bergerak
Pemimpin Unit (Kantor Cabang / LNC) s/d 3,0% s/d 3,5% s/d 3,0%
VP Collection Management Divisi CLN s/d 3,5% s/d 4,0% s/d 3,5%
Pemimpin Div. CLN s/d 4,0% s/d 4,5% s/d 4,0%

2. Kewenangan memutus dan besarnya fee jasa BLS dalam rangka penyelesaian kredit tanpa
melalui lelang aset / agunan :

Fee Penyelesaian Tanpa Lelang


Pejabat pemutus
Seluruh kewajiban Biaya, Denda,
Pokok pinjaman
debitur Ongkos (BDO)
Pemimpin Unit (Kantor Cabang / LNC) s/d 3,0% s/d 2,0% s/d 1,5%
VP Collection Management Div. CLN s/d 3,5% s/d 2,5% s/d 2,0%
Pemimpin Div. CLN s/d 4,0% s/d 3,0% s/d 2,5%

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 52


Kewenangan Memutus Terkait Penyelamatan
& Penyelesaian Kredit Konsumer
KewenanganMemutus
Kewenangan Memutus Keringanan
Hapus Hapus
Tagih Non Tagih (Bunga,
Pokok/BDO Bunga, Denda
Denda&dan Ongkos
Ongkos) (BDO)
atas pinjaman NPL dan
Hapus Buku diatur sebagai berikut:
1. Pinjaman NPL sebagai berikut:

Jumlah
Pejabat Pemutus **) Keterangan
Outstanding Terakhir
> Rp 10 Miliar Pemimpin Divisi CLN 0% Pokok + s/d 100% BDO
s/d Rp 10 Miliar Wakil Pemimpin Divisi CLN Bidang Manajemen Penagihan 0% Pokok + s/d 100% BDO
s/d Rp 5 Miliar Pemimpin Wilayah 0% Pokok + s/d 100% BDO
s/d Rp 1 Miliar Pemimpin LNC / HCR *) 0% Pokok + s/d 50% (total BDO)
s/d Rp 400 juta Pemimpin Cabang 0% Pokok + s/d 50% (total BDO)

2. Pinjaman Hapus Buku dalam rangka penyelesaian, diatur sebagai berikut :

Jumlah
Pejabat Pemutus **) Keterangan
Outstanding Terakhir
> Rp 10 Miliar Pemimpin Divisi CLN 0% Pokok + s/d 100% BDO
s/d Rp 10 Miliar Wakil Pemimpin Divisi CLN Bidang Manajemen Penagihan 0% Pokok + s/d 100% BDO
s/d Rp 5 Miliar Pemimpin Wilayah 0% Pokok + s/d 100% BDO
s/d Rp 1 Miliar Pemimpin LNC / HCR *) 0% Pokok + s/d 50% (total BDO)
s/d Rp 400 juta Pemimpin Cabang 0% Pokok + s/d 50% (total BDO)

3. Pemberian Hapus Tagih Non Pokok/BDO dilakukan hanya dalam rangka penyelesaian pinjaman.
4. HCR memutus usulan keringanan dari Cabang.
5. Apabila Pejabat Pemutus ikut serta dalam pemberian kredit sebelumnya (terdapat benturan
kepentingan) maka kewenangan memutus berada pada Pejabat Pemutus 1 (satu) tingkat di atasnya.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 53


PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. All Rights Reserved 54

Anda mungkin juga menyukai