Tema :
Perluasan Akses Pembiayaan UMKM melalui
Skema Rantai Pasok guna Mendorong Pembiayaan yang
Inklusif dan Seimbang
2
2
Latar Belakang
Peran UMKM dalam Perekonomian Indonesia
1. Asian Development Bank (2020) mencatat bahwa 99,99% dari seluruh usaha yang ada di Indonesia dikategorikan sebagai
UMKM. Angka ini merupakan angka tertinggi di level Asia Tenggara.
2. Di level ASEAN, Indonesia juga menjadi satu-satunya negara dimana UMKM berkontribusi terhadap lebih dari separuh PDB.
3. Namun demikian, share kredit UMKM secara nasional terhadap PDB masih sangat rendah (7%) dibandingkan negara-negara
di ASEAN (Thailand, Malaysia dan Singapura) yang kontribusinya sekitar 15%. Dengan demikian UMKM di Indonesia masih
memiliki potensi yang untuk memperoleh pembiayaan.
Miliar Rupiah
7,62
3,00
800.000
%
30.000 2,50
%
600.000 5,00
2,00
400.000 20.000
1,50
0,00
200.000 -1,81 1,00
10.000
0,50
0 -5,00
0 0,00
2
14
15
16
17
18
19
20
21
-2
20
20
20
20
20
20
20
20
ov
14
15
16
17
18
19
20
21
2
N
-2
20
20
20
20
20
20
20
20
ov
N
Nilai Kredit (Nominal) Pertumbuhan Kredit NPL (Persentase terhadap kredit UMKM) NPL (Nominal)
BANK UMUM
Pembiayaan kepada Kerjasama Pendanaan dgn Badan Layanan Inklusif SBPI untuk Perdagangan
Badan Usaha (Non-UMKM) Non-LK (a.l Pusat Investasi Pemerintah/PIP) Portofolio Inklusif
(a.l. Supplier/Distributor/Partner/Plasma/Developer Financing) (Sertifikat Deposito Pembiayaan Inklusif)
7
7
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam Kajian Model Bisnis Multiple Channel Financing (MCF)
menggunakan pendekatan kualitatif, diantaranya:
Literature Review
Strategi peningkatan inklusi keuangan UMKM, Regulasi RPIM, Gambaran kondisi terkini perkembangan kredit UMKM,
Analisis Best Practice model bisnis MCF
In-Depth Interview
Wawancara mendalam kepada Lembaga keuangan (Perbankan dan Fintech) serta UMKM dan korporasi untuk mengidentifikasi model
bisnis MCF, kebutuhan pembiayaan, ekosistem dan lingkungan strategis, hambatan dan tantangan dalam penerapan MCF
Penyusunan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi dari hasil temuan literature review, wawancara mendalam, dan FGD yang telah dilakukan
Pemetaan Responden dan Stakeholders
1. Sisi Penawaran 3. Pemangku Kepentingan & Regulator
Supply Kementerian/
(Lembaga Otoritas
Lembaga
Keuangan)
Kementerian
2. Sisi Permintaan Bank
Koperasi &
Indonesia
UMKM
Demand
(Korporasi &
UMKM) Kementerian
Perindustrian
Perusahaan Kementerian
Supermarket Distributor Pupuk Penyedia Jasa UMKM (Eksportir)
UMKM
Perdagangan
3. Analisis Benchmarking
10
10
Benchmarking Supply Chain Financing
Mexico Argentina Thailand Malaysia
1. Digitalisasi kredit kepada
Pengalaman SCF di negara lain
pemasok UMKM a. Keterlibatan bank sentral masih
Keterlibatan Bank
Sentral
Tidak ada Tidak ada 2. Bekerjasama dengan bank 1. Tidak ada minimal di negara yang dianalisis.
swasta dalam kerangka Smart
Financial Payment Infrastructure
Hanya Bank Sentral Thailand
yang memiliki peran dalam supply
Pemilihan Pembeli menentukan pemasok yang akan ikut dalam program reverse factoring. Pemasok (UMKM) hanya bisa masuk ke platform SCF setelah dipilih dan
diundang untuk ikut program reverse factoring oleh pembeli (perusahaan besar).
chain financing;
pemasok
b. Transaksi SCF tanpa recourse
1. Semua transaksi reverse-factoring
dilakukan tanpa recourse, artinya,
dilakukan di 4 negara. Bank
perusahaan pemberi pembiayaan Semua transaksi reverse- menanggung risiko tidak
Semua transaksi reverse-factoring 1. Semua transaksi reverse-factoring
Penanggung
menanggung risiko tidak
tertagihnya piutang.
factoring dilakukan tanpa
dilakukan tanpa recourse, artinya, bank dilakukan tanpa recourse, artinya,
tertagihnya piutang;
recourse, artinya, bank
risiko
menanggung risiko tidak
menanggung risiko tidak tertagihnya bank menanggung risiko tidak c. Salah satu kelemahan dari
2. NAFIN memberikan jaminan piutang. tertagihnya piutang.
maksimal 50% dari nilai transaksi. tertagihnya piutang. program SCF adalah hanya
Sisa risiko ditanggung oleh perusahaan besar atau organisasi
penyedia pembiayaan.
pemerintahan yang dapat
Tidak hanya pembiayaan, NAFIN mengundang UMKM untuk
1. Terintegrasi dengan inisiatif 1. Memiliki platform yang unggul
menyediakan pelatihan bagi UKM tentang Platform SCF memberikan
digitalisasi pembayaran nasional dalam proses kecepatan transaksi
mengikuti program reverse
bagaimana memanfaatkan program pelatihan yang wajib bagi
Keunggulan Cadenas Productivas dan menawarkan pemasok (UMKM) setelah factoring;
2. Mendukung tidak hanya dari sisi 2. Fasilitas dapat terhubung dengan
pelatihan mengenai standar akuntansi, pemasok (UMKM) ikut dalam pembiayaan namun juga pemasok yang bukan merupakan d. Kunci keberhasilan program SCF
cara mengajukan kredit, etika bisnis, program reverse factoring. mencakup capacity building pelanggan HSBC
pemasaran, dan strategi bisnis adalah:
i. Pelatihan bagi UMKM
ii. Promosi program oleh
Hanya perusahan besar, dengan 1. Keseluruhan program tidak
penjualan tahunan minimal MXN250 juta Hanya perusahaan besar yang Hanya melibatkan satu bank swasta dan memiliki keterlibatan dari pembuat
SDM yang mumpuni;
Kelemahan
(sekitar USD12.2 juta) atau organisasi bisa mengundang pemasok satu perusahaan P2P sehingga kebijakan iii. Transparansi informasi
pemerintah yang bisa mengundang (UMKM) untuk mengikuti program berpotensi menimbulkan konsentrasi
pemasok (UMKM) ke dalam program reverse factoring. pada pelaku industri tertentu 2. Tidak ditujukan spesifik untuk program;
UMKM
Cadenas Productivas. iv. Jumlah penyedia program
1. Promosi program dilakukan oleh sehingga menghasilkan
sumber daya manusia yang memang tingkat suku bunga yang
disiapkan untuk menghadapi UKM. Banyak bank yang berpartisipasi
1. Pengalaman dan kapasitas teknis kompetitif;
2. Kewajiban onboarding oleh lembaga dalam program BICE e-Factoring Partisipasi multistakeholders yang yang dimiliki HSBC membuat
Key success dan badan pemerintah Platform, sehingga
mencakup bank sentral, bank swasta, platform ini memiliki manfaat
v. Partisipasi
factor memungkinkan pembiayaan
memungkinkan transparansi dalam
dilakukan pada tingkat suku
P2P, dan UMKM peningkatan efisiensi yang cukup multistakeholders
pembiayaan program pemerintah, tinggi terhadap penggunanya
menyediakan informasi yang akurat bunga yang kompetitif.
dan tepat waktu, serta
penyederhanaan administrasi.
4. Model Bisnis Generic
MultiChannel Financing (MCF)
12
12
Sekilas Mengenai Multiple Channel Financing
Jenis Multiple Channel Financing
Account Receivables
1. Dengan menggunakan pendekatan
Financing Demand dan Supply, skema MCF yang
Account Payable
dapat ditawarkan oleh lembaga
Invoice Based Financing Financing/ Reverse
Factoring
keuangan dapat ditawarkan oleh
perbankan dan lembaga keuangan
Bank-Led Multiple
Channel Financing
Distributor Financing lainnya berbasis teknologi (Fintech).
Account Payable
Financing/Supplier
Fintech-Led Supply Chain
Invoice Based Financing
Financing a. Invoice-based/faktur; dan
Financing
Distributor
Financing/Buyer Financing
b. purchase order
Agriculture Inti Plasma
Financing 3. Underlying credit untuk pembiayaan
dengan skema non-SCF disesuaikan
Demand-Side Led
Financing
UMKM-Led Supply Chain
Financing
Resi Gudang Financing berdasarkan kebijakan dari Perusahaan
Inti.
LPDB KUR Klaster
Model Kerjasama Fintech-Bank dalam Kerangka SCF 1. Model 1: Bank sepenuhnya memiliki kontrol atas
penyaluran kredit dari mulai sumber dana, proses
onboarding vendor/distributor/seller/buyer dan
Menyediakan Model 1: Pengiriman Model 2: Bank dan Model 3: Platform Model 4: Ekosistem
SCF bank end-to-end platform mitra untuk pengiriman dengan pembiayaan rantai membangun sistem sendiri untuk bisa sukses
pengiriman digital bank/penyedia pasokan yang beragam
pembiayaan
memberikan kredit SCF bagi nasabah target.
Perencanaan 2. Model 2: Bank dapat berkolaborasi dengan vendor
sumber daya
perusahaan/ Bank ERPs software untuk menyediakan aplikasi misalnya untuk
mandat pengadaan ERP integration dan pengabungan dengan data dari
pihak ketiga, namun bank tetap memiliki kendali atas
Distribusi dan
orientasi
proses onboarding nasabah. Bank menggunakan
pemasok/ Fintech Fintech Fintech platform sebagai sarana channeling
faktur Bank penyaluran kredit SCF.
Fintech Platform Platform
Data-sharing Platform 3. Model 3: Platform Led SCF, dimana selain bank,
dan integrasi
data Bank lembaga keuangan non-bank juga menjadi penyedia
dana. Peran Fintech menjadi semakin besar dan bisa
Penangambilan menjangkau lebih banyak konsumen dengan fitur
keputusan yang ditawarkan.
pemberian kredit
4. Model 4: Diverse SCF network, dimana bank dan
Penyediaan Bank Pembiayaan Pembiayaan Fintech platform bersama-sama menyalurkan kredit
Kredit/Dana Bank Non-Bank Bank Non-Bank
rantai pasok dengan kemungkinan menambah area
Pembiayaan
yang masih belum terekspos terhadap pembiayaan
rantai pasok
• Benefit:
a) Petani/Plasma/UMKM
1. Mendapatkan pendanaan modal kerja
2. Mendapatkan akses ke pendanaan dengan biaya yang lebih
murah dibanding dengan skema pendanaan lainnya yang
ditawarkan oleh perbankan
3. Dengan tambahan dana yang didapat, bisa meningkatkan
kemampuan untuk meningkatkan volume bisnis.
4. Mendapatkan pembinaan dari perusahan inti
b) Perusahan inti
1. Meningkatkan stabilitas dalam rantai pasokan dan meningkat
hubungan yang baik dengan Petani
2. Membantu petani plasma yang tidak memiliki akses kepada
sumber dana
c) Penyedia Dana
1. Memiliki differensiasi produk yang cocok dan fleksibel UMKM
yang ada dalam suatu rantai pasokan.
2. Risiko default atas kredit bisa dialihkan kepada perusahaan
asuransi
3. Adanya potensi untuk melakukan cross-selling atas produk
Sumber: Tim Peneliti LPEM UI (2022) perbankan lainnya
2. Sistem Resi Gudang
1. Sistem Resi Gudang (SRG) adalah kegiatan yang
berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan
dan penyelesaian transaksi Resi Gudang.
Skema Pembayaran Sistem Resi Gudang 2. Tujuan dari SRG adalah untuk menyimpan hasil
pertanian pada saat harga jual jatuh (tunda jual)
sehingga dapat menjaga kestabilan harga/inflasi.
3. Resi gudang dapat digunakan sebagai alternatif
pembiayaan bagi petani karena resi gudang dapat
menjadi agunan pembiayaan kepada bank/lembaga
keuangan lainnya
• Benefit:
1. Keterkendalian dan kestabilan harga komoditi
2. Keterjaminan modal produksi
3. Keleluasaan penyaluran kredit bagi
perbankan
4. Keterjaminan produktivitas
5. Keterpantauan lalu lintas produk/komoditi
6. Keterjaminan bahan baku industry
7. Efisiensi logistik dan distribusi
8. Kontribusi fiskal
Sumber: Tim Peneliti LPEM UI (2022)
3. LPDB KUR Klaster
PDB KUR Klaster adalah Kredit/Pembiayaan modal
kerja dan/atau investasi kepada debitur kelompok
Skema LPDB KUR Klaster UMKM yang produktif dan layak, serta belum memiliki
cukup agunan tambahan
28
Tabel Ikhtisar Studi Kasus
Bank A Bank B Bank C Bank D Bank E Syariah
• Untuk Supply Chain
Financing, jangka waktu
kredit sesuai Invoice (yaitu
30 hari, 60 hari, 90 hari) dan • Janga waktu untuk
maksimal 1 (satu) tahun 2 MCF cukup pendek
Maximal Invoice Tidak memiliki skema
• Untuk Distributor Financing, yaitu 1 tahun, namun Sesuai dengan tagihan Sesuai dengan tagihan
term Bank B memberikan invoice
jangka waktu kredit dapat
dilakukan secara berjangka fasilitas untuk renewal
yaitu 30 hari, 60 hari, dan 90
hari dan maksimal 1 (satu)
tahun
Dana pihak Dana Pihak Ketiga dan Berasal dari dana pihak
Sumber dana Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga
ketiga Permodalan Bank ketiga
Pada dasarnya untuk penyaluran Joint financing Sektor pertanian, peternakan, industri dan
MCF terutama dalam bentuk biasanya perdagangan.
Sejauh ini fokus pada
supplier/vendor/Distributor Financing difokuskan pada
otomotif. Namun tidak ada Ketiga sektor tersebut diharapkan dapat menjadi
diprioritaskan kepada principal yang pembiayaan
sektor prioritas dan pilar penunjang perekonomian di Bali selain sektor Perkebunan Kelapa
telah menjalin kerjasama dengan otomotif, namun
Sektor prioritas pembiayaan akan dilakukan pariwisata, dari sisi skema apabila disalurkan
Bank A. Tetapi tidak menutup untuk SCF sawit
selama sektor tersebut melalui korporasi non UMKM non lembaga
kemungkinan untuk principal yang pembiayaan
creditworthy dan mampu keuangan juga lebih efisien dari pemanfaatan SDM
belum menjalin kerjasama dengan difokuskan pada
menjaga risiko Bank dan dapat mengoptimalkan perputaran
membuat Surat Ketentuan sektor ritel dan
Pelayanan. properti cashflow debitur melalui Bank.
34
Kesimpulan
1. Pembiayaan rantai pasok pada dasarnya adalah jenis kredit yang menyediakan pinjaman
jangka pendek, sehingga dapat mengoptimalkan pengelolan arus kas
2. Secara umum, ada 2 jenis underlying asset dalam pembiayaan: Purchase order dan
approved invoices.
3. Risiko signifikan yang umum muncul dalam pemberian SCF adalah risiko default, sehingga untuk
memitigasi hal tersebut adalah dengan memberikan jaminan kredit atau asuransi kredit.
4. Idealnya pembiayaan SCF menggunakan platform berbasis IT
5. Dalam pemberian SCF, diperlukan ketelibatan beragam divisi di perusahaan principal/anchor,
dengan demikian perlu perlu mekanisme yang efektif antar divisi di perusahaan
principal/anchor.
6. Dengan berkembangnya Fintech, UMKM memiliki opsi untuk menggunakan fasilitas SCF yang
mana dalam operasionalisasinya sudah hampir sepenuhnya dilakukan secara online, dengan
waktu proses yang tidak lama dan suku bunga yang kompetitif
7. Model kerjasama antara bank dan Fintech dalam penyaluran kredit rantai pasok memungkinkan
bagi bank untuk menjangkau lebih banyak UMKM.
Key Success Factors
Stakeholders di Dalam Ekosistem MCF 1. Pelibatan seluruh Stakeholders dalam
ekosistem MCF;
Asosiasi Industri Penasihat 2. Perlu adanya peraturan yang menjadi
payung hukum implementasi MCF; termasuk
Pembuat Kebijakan
KPI atas pelaksaaan program MCF, dimana
Bank Sentral, Kementerian Keuangan
beberapa parameter yang bisa dimasukkan
Penyedia Pihak Ketiga Penyedia “Jasa Penuh” SCF sbb :
a) Jumlah dan nilai transaksi yang
tercatat
Para Pemberi Dana Bank
b) Jumlah Principal/Anchor onboarded
c) Jumlah UKM yang dibiayai
Penyedia Platform
Penjamin Kredit d) Jumlah dan volume yang dibiayai dari
penyandang dana yang berpartisipasi
e) Indikator tingkat pembiayaan untuk
UKM yang diberikan melalui program
Pemasok
UMKM Pembeli Distributor
1. Memulai inisiatif implementasi SCF dengan pesan marketing 1. Memiliki target dan tujuan yang jelas atas keikutsertaan dalam program
yang tepat sasaran MCF
2. Melakukan kerjasama dengan Principal/Anchor yang memiliki 2. Memilih mitra lembaga keuangan yang tepat untuk implementasi MCF
reputasi baik dengan melihat kesamaan tujuan, dan disesuaikan dengan kebutuhan
3. Memastikan bahwa proses onboarding dari pemasok/distributor 3. Memiliki jaringan supplier/distributor yang cukup banyak dengan tingkat
bisa berjalan dengan lancar kebutuhan akan pembiayaan MCF yang cukup tinggi sehingga akan
4. Memilih segmen pasar yang membutuhkan pengelolaan modal meningkatkan potensi jumlah UMKM yang akan onboarding dalam
kerja dengan menawarkan produk yang sesuai skema pembiayaan MCF
5. Dengan karakteristik program MCF yang resource-intensive 4. Memiliki sumber daya yang cukup untuk bisa memonitor kinerja
business, maka lembaga keuangan perlu mengalokasikan supplier/distributor
sumber daya yang memadai, baik untuk mengembangkan IT
platform yang mendukung implementasi MCF atau dalam UMKM
pengembangan sumber daya manusia yang bisa menjadi 1. Mengetahui dengan baik fitur, manfaat dan tingkat risiko dari fasilitas
penghubung dengan Principal/anchor dan UMKM sebagai pembiayaan yang bisa digunakan
Supplier/Distributor. 2. Memiliki hubungan yang baik dengan mitra Principal/Anchor yang akan
6. Menerapkan risk management system yang terintegrasi dengan memberikan referensi kepada lembaga keuangan untuk memberikan
berfokus pada risiko yang muncul pada setiap pihak yang terlibat fasilitas pembiayaan.
dalam implementasi MCF 3. Adanya komitmen untuk menggunakan dana sesuai dengan
peruntukannya.
Thank you!
38
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Indonesia
(LPEM FEB UI)
Alamat Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430
Address
Indonesia
Email lpem@lpem-feui.org
Website www.lpem.org