Anda di halaman 1dari 21

PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA PENAGIHAN

ANTARA
PT BPR ……………………………………………….
DENGAN
PT TRITUNGGAL MITRA SENTOSA
Nomor : …/…/…./2022
Nomor : …./PKS-TMS/…/2022

Perjanjian kerjasama dibuat dan ditandatangani di …., pada hari …., tanggal …., bulan …,
tahun dua ribu dua puluh dua (..-,,-2022), oleh dan antara :

1. SUGIARDI, dalam kapasitasnya selaku Direktur Utama PERUSAHAAN UMUM


DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG, dalam hal ini
bertindak dalam jabatannya tersebut berdasarkan Keputusan KPM Perusahaan Umum
Daerah Bank Perkreditan Rakyat Kota Bandung tertanggal 2 September 2022 Nomor
800/007-KPM.PDA.BPR/9/2022, oleh dan karenanya sah bertindak mewakili untuk dan
atas nama PERUSAHAAN UMUM DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT
KOTA BANDUNG, berkedudukan dan berkantor pusat di Bandung, Jalan Naripan No. 29,
yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Kota Bandung, yang telah beberapa kali
diubah dan terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2019 Tentang
Perusahaan Umum Daerah Bank Perkreditan Rakyat Kota Bandung, selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.

2. PT TRITUNGGAL MITRA SENTOSA, berkedudukan dan berkantor di Ruko Metro


Plaza Peterongan Blok D-17 Room 306 Jl. MT Haryono 970 Kel. Lamper Kidul Kec.
Semarang Selatan, Kota Semarang, dalam hal ini diwakili oleh DIDIK SUPRIYADI,
selaku Direktur Utama, oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama PT Tritunggal
Mitra Sentosa, yang didirikan berdasarkan Akta tertanggal 6 Desember 2016, Nomor 33,
yang dibuat di hadapan Sugiono Harianto, SH., MKn., Notaris di Pekanbaru, yang telah
mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia tertanggal 7
Desember 2016, Nomor AHU-0054560.AH.01.01.Tahun 2016, dan terakhir telah diubah
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat tertanggal 21 Juli 2017, Nomor 01, yang
dibuat di hadapan Exxon Otopia, SH., MKn., Notaris di Kabupaten Kampar, yang mana
telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia
tertanggal 21 Juli 2017, Nomor : AHU-0014947.AH.01.02.Tahun 2017, selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai PARA
PIHAK.

PARA PIHAK dalam kedudukan masing-masing tersebut di atas terlebih dahulu menerangkan
hal-hal sebagai berikut :

Page 1
1. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah merupakan Bank Perkreditan Rakyat berbadan hukum
Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung yang melakukan usaha perbankan
yang kegiatan usahanya meliputi penghimpunan dana milik masyarakat dalam bentuk
simpanan (tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk pemberian fasilitas
kredit kepada masyarakat perorangan atau badan hukum dengan tetap memperhatikan
prinsip kredit yang sehat.
2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah salah satu badan usaha yang bergerak di bidang jasa
hukum dan penagihan piutang.
3. Bahwa PIHAK PERTAMA bermaksud memberi tugas kepada PIHAK KEDUA untuk
melakukan penagihan piutang kepada para Debitur PIHAK PERTAMA yang menunggak
pembayarannya atas penggunaan fasilitas kredit tersebut.
4. Bahwa PIHAK KEDUA setuju dan mampu serta bersedia menerima tugas untuk
melakukan penagihan hutang tersebut dengan penuh tanggung jawab guna keperluan
PIHAK PERTAMA.
5. Bahwa berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 03/POJK.03/2022,
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BPR dan BPRS, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 33/POJK.03/2018 tentang Penilaian Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aset Produktif Bank Perkrediatan Rakyat, Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 62/POJK.03/2020 tentang Bank Perkreditan Rakyat serta
Permendagri No. 118 Tahun 2018 tentang Rencana Bisnis, Rencana Kerja dan Anggaran,
Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik Daerah serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait, maka PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri
ke dalam suatu Perjanjian.

Berdasarkan hal-hal tersebuut di atas, PARA PIHAK dengan ini sepakat dan beritikad baik
mengikatkan diri untuk membuat Perjanjian Kerjasama tentang Jasa Penagihan dengan syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

PASAL 1
DEFINISI

Kecuali ditentukan lain dalam hubungan kalimat dari pasal yang bersangkutan dalam
PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK sepakat untuk mengartikan atau mendefinisikan
istilah-istilah di bawah ini sebagai berikut :

1. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara PIHAK PERTAMA
dengan Debitur yang mewajibkan Debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.

2. Debitur adalah pihak yang berdasarkan perjanjian kredit dengan dan atau tanpa memakai
jaminan telah menerima fasilitas kredit dari PIHAK PERTAMA.

3. Hutang adalah segala kewajiban pembayaran yang harus dilakukan oleh Debitur kepada
PIHAK PERTAMA dalam jumlah dan bentuk pembayaran serta kewajiban lainnya
sebagaimana tercantum pada catatan PIHAK PERTAMA yang tunduk pada syarat-syarat
dan ketentuan umum PIHAK PERTAMA.

Page 2
4. Piutang adalah segala hak dan tagihan PIHAK PERTAMA kepada Debitur yang timbul
atas dasar pemberian kredit PIHAK PERTAMA.

5. Penagihan adalah pekerjaan untuk melakukan penagihan hutang atas kredit yang telah
diterima Debitur.

6. Petugas Penagih adalah petugas PIHAK KEDUA yang bertugas melaksanakan penagihan
hutang secara langsung kepada Debitur.

7. Kantor Pusat adalah kantor PIHAK PERTAMA yang berada di suatu wilayah tertentu.

8. Account adalah informasi hutang identitas berikut alamat Debitur, jumlah denda,
tunggakan kewajiban/hutang Debitur.

9. Write Off (WO) adalah Kredit yang sudah dihapusbukukan tetapi tidak hapus tagih.

10. Non Performing Loan (NPL) adalah kredit Debitur dengan kualitas kredit dengan
kolektibilitas 3 (kurang lancar), kolektibilitas 4 (diragukan) dan kolektibilitas 5 (macet)
sesuai ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas bank BPR.

11. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga Negara yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan.

12. Bank Indonesia adalah bank sentral yang berfungsi untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.

PASAL 2
RUANG LINGKUP

1. Ruang lingkup jasa-jasa yang akan diselenggarakan oleh PIHAK KEDUA meliputi :
a. Melakukan Penagihan Hutang kepada para Debitur atas tunggakan pembayaran kredit
melalui tenaga yang berkemampuan dan memiliki keterampilan yang sesuai dengan
syarat-syarat dan kebutuhan yang ditentukan oleh PIHAK PERTAMA.
b. Penagihan sebagaimana dimaksud di dalam butir a di atas dilakukan berdasarkan Surat
Perintah Kerja (SPK) dan surat kuasa dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dengan melampirkan daftar account debitur yang berisi nama, alamat dan
tunggakan beserta dokumen-dokumen lain yang diperlukan PIHAK KEDUA.
c. Penagihan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA adalah khusus untuk kredit yang
diajukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA yang telah termasuk
dalam kategori kolektibilitas macet dan Write Off berdasarkan kriteria kolektibilitas
sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
d. Atas penyerahan dokumen-dokumen sebagaimana tersebut pada butir b tersebut,
dibuatkan tanda terima tersendiri dalam rangkap 2 (dua) yang ditandatangani oleh
PARA PIHAK dan masing-masing pihak menerima 1 (satu) rangkap.

2. PARA PIHAK setuju dan sepakat bahwa :


a. Setiap pelaksanaan Penagihan oleh PIHAK KEDUA didasarkan pada perjanjian ini dan
sesuai dengan tata cara, mekanisme, prosedur dan kualitas pelaksanaan Penagihan yang

Page 3
ditetapkan PIHAK PERTAMA dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar
hukum atau peraturan yang berlaku.
b. Setiap pelaksanaan Pekerjaan yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan di dalam SPK
(selanjutnya disebut Masa Penanganan). PIHAK PERTAMA berhak memperpanjang
dan memperpendek Masa Penanganan.
c. PIHAK KEDUA akan melaksanakan Pekerjaan berdasarkan Perjanjian, SPK dan
Daftar Account pada wilayah kerja sebagaimana diatur di Pasal 4 perjanjian ini.

3. PIHAK KEDUA hanya akan melakukan pekerjaan penagihan sesuai dengan apa yang
diperintahkan PIHAK PERTAMA dalam Perjanjian ini beserta lampirannya.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Penagihan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA di luar tata cara,
ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian, SPK dan/atau Daftar Account serta yang
melanggar ketentuan hukum adalah tanggung jawab PIHAK KEDUA sepenuhnya.

5. Apabila PIHAK KEDUA mengalami kendala permasalahan hukum dalam pekerjaan


penagihan, maka permasalahan hukum berikut biaya-biaya yang timbul akibat
permasalahan hukum tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

6. Jika terkait pekerjaan penagihan PIHAK KEDUA akan melakukan upaya-upaya hukum
terhadap Debitur maka PIHAK KEDUA harus berkoordinasi dengan PIHAK PERTAMA
dan keputusan mengenai langkah hukum yang akan dijalankan sepenuhnya menjadi hak
PIHAK PERTAMA.

PASAL 3
KUASA

1. Atas pemberian kuasa sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 2 ayat 1 (b) Perjanjian ini,
maka PIHAK PERTAMA tidak dibenarkan untuk melakukan penagihan sendiri setelah
Surat Kuasa tersebut diserahkan kepada PIHAK KEDUA, kecuali Debitur yang
melakukan pembayaran langsung kepada PIHAK PERTAMA.

2. Surat Kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat I pasal ini berlaku dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Surat Kuasa berlaku sampai Debitur melunasi tunggakan hutangnya terhitung sejak
tanggal yang tercantum dalam Surat Kuasa tersebut.
b. Surat Kuasa tersebut akan berakhir dengan sendirinya apabila Jangka Waktu
PERJANJIAN ini berakhir/diakhiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
PERJANJIAN ini.
c. Surat Kuasa akan berakhir sejak Debitur telah melunasi tunggakan pembayaran hutang
atau sesuai dengan ketentuan pasal 1813 KUHPerdata (termasuk di dalamnya apabila
sewaktu-waktu dicabut berlakunya oleh PIHAK PERTAMA) mana yang lebih dulu
terjadi.

3. Surat Kuasa tersebut harus diserahkan kembali oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA beserta dokumen-dokumen lainnya, apabila kuasa berakhir atau apabila
terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini atau setelah tidak diperlukan
lagi karena Debitur telah melunasi tunggakan pembayaran hutang tersebut.

Page 4
PASAL 4
STANDAR DAN PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana diatur dalam perjanjian ini, PARA PIHAK
berkewajiban tunduk atau patuh terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2. PIHAK PERTAMA akan menyerahkan tugas Penagihan kepada PIHAK KEDUA


berdasarkan Surat Kuasa sebagaimana dimaksud didalam Pasal 2 ayat 1 Perjanjian ini
berdasarkan kriteria kolektibilitas sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 2 ayat 1 (c) yang
harus ditagih oleh PIHAK KEDUA.

3. PIHAK KEDUA dalam melaksanakan tugas Penagihan akan menunjuk karyawan/


petugasnya sebagai petugas penagih untuk melaksanakan tugas Penagihan dengan tata
cara sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini beserta lampirannya.

4. Apabila PIHAK KEDUA membutuhkan surat-surat atau dokumen-dokumen lainnya yang


diperlukan untuk usaha Penagihan tersebut, maka PIHAK PERTAMA akan
memberikannya sepanjang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

5. Apabila dalam kurun waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender terdapat Debitur yang tidak
tertagih, maka PIHAK PERTAMA akan menarik kembali hak Penagihan atas Debitur
tersebut dan karenanya PIHAK KEDUA wajib mengembalikan seluruh
data-data/dokumen yang terkait (dengan pelaksanaan penagihan) kepada PIHAK
PERTAMA selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah penarikan hak Penagihan
tersebut.

6. Dengan berakhirnya Pekerjaan dan/atau SPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


mengenai Pengakhiran Perjanjian, PIHAK KEDUA tidak berwenang lagi untuk
melakukan tindak lanjut penanganan Debitur atau Account dan terhadap Daftar Account
yang telah diterima oleh PIHAK KEDUA wajib dikembalikan ke PIHAK PERTAMA.

7. PIHAK KEDUA wajib memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK


PERTAMA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal berakhirnya Masa
Penanganan, mengenai perlu tidaknya penanganan lebih lanjut atau perpanjangan
Penanganan suatu account Debitur. PIHAK PERTAMA memiliki hak penuh untuk
menerima atau menolak perpanjangan Masa Penanganan atas suatu account yang terdapat
dalam Daftar Account yang telah diserahkan. Atas penolakan perpanjangan Masa
Penanganan oleh PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA tidak memiliki hak apapun
untuk mengganti kerugian. Pihak Kedua berhak Memberikan Pertimbangan, Untuk
Perpanjangan Penanganan.

8. Setiap perpanjangan Masa Penanganan sesuai Daftar Account yang telah diserahkan
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA akan dibuatkan tanda terima Daftar
Account.

9. Dalam melaksanakan pekerjaan penagihan PIHAK KEDUA harus mematuhi etika-etika


penagihan kredit antara lain :

Page 5
a. Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan cara ancaman, kekerasan dan/atau
tindakan yang bersifat mempermalukan debitur.
b. Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan tekanan secara fisik maupun
verbal.
c. Penagihan dilarang dilakukan kepada pihak selain Debitur.
d. Penagihan menggunakan sarana komunikasi dilarang dilakukan secara terus menerus
yang bersifat mengganggu.
e. Penagihan hanya dapat dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 20.00
wilayah waktu alamat debitur.
f. Penagihan diluar pada waktu sebagaimana pada butir e di atas hanya dapat dilakukan
atas dasar persetujuan dan/atau perjanjian dengan debitur.
g. Petugas penagih diwajibkan menggunakan kartu identitas resmi yang dikeluarkan oleh
PIHAK PERTAMA, yang dilengkapi dengan foto diri yang bersangkuatan; dan
h. Penagihan hanya dapat dilakukan di tempat alamat penagihan atau domisili debitur.
i. Mematuhi etika penagihan yang ditetapkan oleh asosiasi.

10. PIHAK KEDUA dengan tegas setuju bahwa dalam melaksanakan Pekerjaan di lapangan,
PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan untuk melakukan hal-hal berikut :
a. Menerima pembayaran dari Debitur tanpa menggunakan formulir pembayaran yang
diterbitkan oleh PIHAK PERTAMA;
b. Melakukan tekanan secara fisik, melakukan penganiayaan, tindakan/siksaan fisik
seperti memukul, menampar, menendang dan lain sebagainya baik terhadap Debitur
maupun keluarga/kerabat dari Debitur dimanapun Debitur atau keluarga/kerabat
berada;
c. Memaksa masuk ke rumah/kantor Debitur dengan kekerasan dan/atau ancaman;
d. Melakukan tindakan kegaduhan/kerusuhan/kekacauan disekitar rumah/kantor Debitur;
e. Melakukan terror mental dengan cara telepon gelap, surat kaleng, menakut-nakuti dan
lain sebagainya. Menggunakan sarana komunikasi/ telepon atau mengunjungi secara
terus menerus dalam hari yang sama yang bersifat mengganggu dan menimbulkan
keluhan Debitur.
f. Mengambil barang bergerak dan/atau tidak bergerak milik Debitur atau
keluarga/kerabat Debitur sebagai jaminan;
g. Menerima sesuatu berupa uang atau barang dari Debitur yang dimaksudkan untuk
menunda/menghindari kewajiban dari Debitur;
h. Mengunjungi Debitur dalam keadaan tidak sadar atau mabuk;
i. Melakukan pekerjaan tanpa adanya Perjanjian, SPK dan Daftar Account yang sudah
habis masa penanganannya;
j. Menunda atau menggunakan uang Pembayaran Debitur untuk dipergunakan bagi
kepentingan pribadi;
k. Menyembunyikan Data-data terbaru dari Debitur memberikan informasi yang tidak
benar tentang Debitur serta tidak menyerahkan laporan hasil kunjungan;
l. Memberikan sesuatu apapun kepada pegawai PIHAK PERTAMA baik berupa uang
atau barang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan tersebut;
m. Melakukan komunikasi hubungan yang berkaiatan dengan media (cetak dan
elektronik) harus mendapatkan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA terlebih
dahulu;

11. PIHAK KEDUA akan memberitahukan baik secara tertulis maupun lisan kepada Debitur
bahwa penagihan atas kewajiban Debitur telah diserahkan kepada PIHAK KEDUA.

Page 6
12. Setiap pekerjaan penagihan yang dilakukan oleh Petugas Penagihnya maka PIHAK
KEDUA akan mendokumentasikan sedemikian rupa, maka PIHAK KEDUA akan
melampirkan foto-foto pertemuan Petugas Penagih dengan Debitur berikut notulen atau
berita acara pertemuan yang ditandatangani oleh Debitur dan Petugas Penagih pada
laporan hasil kunjungan yang akan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA.

PASAL 5
WILAYAH KERJA

1. Wilayah kerja pekerjaan PIHAK KEDUA sebagaimana perjanjian ini adalah meliputi
wilayah kerja seluruh debitur dari PIHAK PERTAMA yang ada di seluruh Wilayah
Indonesia.

2. Jumlah Debitur yang akan ditangani oleh PIHAK KEDUA akan disampaikan kemudian
oleh PIHAK KEDUA melalui Surat Perintah Kerja (SPK).

PASAL 6
HUBUNGAN PERSONAL IN CHARGE ANTARA PARA PIHAK DALAM
PEKERJAAN PENAGIHAN

1. PIHAK KEDUA akan mematuhi segala perintah PIHAK PERTAMA melalui koordinasi
dengan PIC yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA, yang bertempat di Kantor Pusat.

2. PIHAK KEDUA akan menunjuk 1 (satu) orang yang bertaggung jawab menginformasikan
dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan pekerjaan penagihan PIHAK KEDUA,
untuk kemudian membuat laporan berkoordinasi dengan PIHAK PERTAMA sebagaimana
ayat 1 Pasal ini.

3. PIHAK KEDUA akan berkoordinasi dengan menunjuk 1 (satu) orang Petugas Penagih
dan PIHAK PERTAMA akan menunjuk 1 (satu) orang PIC yang ada di Kantor Pusat
PIHAK PERTAMA guna melakukan koordinasi dan support data informasi dalam rangka
pekerjaan penagihan.

4. PIC PIHAK PERTAMA sebagaimana ayat 3 pasal ini bertanggung jawab untuk
mensupervisi dan mengawasi pekerjaan Petugas Penagih PIHAK KEDUA dan
melaporkannya kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana ayat 1 pasal ini.

5. PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 7 hari setelah penandatanganan Perjanjian ini


akan menyerahkan nama perwakilan/PIC yang akan berkoordinasi pada PIHAK KEDUA
berikut dengan wilayah kerja, limitasi kewenangan dalam keputusan, serta tugas dan
tanggung jawabnya.

6. Jika terdapat Debitur yang ingin melakukan negosiasi pembayaran maka PIHAK KEDUA
akan menunjuk Petugas Penagih PIHAK KEDUA atau tim pemutus yang ada di dalam
struktur organisasi PIHAK KEDUA, untuk melakukan pertemuan dengan PIHAK
PERTAMA sebagaimana ayat 1 pasal ini, guna memutus dan menentukan sikap terkait
negosiasi Debitur tersebut.

Page 7
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN

1. Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA :


a. PIHAK PERTAMA wajib untuk memberikan Biaya Pekerjaan kepada PIHAK
KEDUA sesuai ketentuan Pasal 9 Perjanjian ini;
b. PIHAK PERTAMA berhak untuk tidak membayar Biaya Pekerjaan, termasuk namun
tidak terbatas jika PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan
ketentuan dalam Perjanjian dan atau SPK yang diberikan, dan jika PIHAK KEDUA
tidak memberikan hasil dalam bentuk Pembayaran dari Debitur dan Laporan
Penanganan secara tertulis selama Masa Penanganan sesuai ketentuan Pasal 9 ayat 1
Perjanjian ini;
c. PIHAK PERTAMA, wakil-wakilnya dan atau kuasa-kuasanya memiliki hak untuk
melakukan evaluasi, mengaudit, melakukan inspeksi dan akses ke dalam buku-buku,
catatan-catatan, surat-surat, data-data keuangan, yang berkaitan dengan pelaksanaan
Pekerjaan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA serta Biaya Pekerjaan dan atau biaya-
biaya lain yang telah dibayar PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA
berdasarkan Perjanjian ini.
d. PIHAK PERTAMA setiap saat dapat menunjuk pegawai atau stafnya untuk
memantau, mengawasi, memberikan saran/masukan, dan atau mendampingi PIHAK
KEDUA serta konfirmasi dalam rangka memastikan keberhasilan pelaksanaan
Pekerjaan yang diberikan kepada PIHAK KEDUA dan mengumpulkan pendapat dari
Debitur PIHAK PERTAMA.
e. PIHAK PERTAMA tanpa perlu mendapat persetujuan dari PIHAK KEDUA berhak
sewaktu-waktu menarik kembali Daftar Account yang telah diberikan kepada PIHAK
KEDUA dan PIHAK KEDUA dengan ini setuju untuk menghentikan Pekerjaan dan
penanganan atas Debitur atau Account Debitur yang telah ditarik oleh PIHAK
PERTAMA, penarikan daftar Account tersebut diberitahukan secara tertulis oleh
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA berikut dengan alasan-alasannya.
2. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA :
a. PIHAK KEDUA berhak untuk menerima Biaya Pekerjaan dari PIHAK PERTAMA,
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 9 dan Pasal 7 ayat 1 (a) dan 1 (b) Perjanjian
ini;
b. PIHAK KEDUA maupun kuasa/karyawan/petugas/utusannya wajib menjaga
kerahasiaan dan pengamanan informasi PIHAK KEDUA dan atau Debitur.
c. PIHAK KEDUA wajib memberikan laporan tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan
memberikan rekap laporan tertulis pada tanggal 1 setiap bulannya disertai dengan
nomor telepon Debitur. Apabila tanggal 1 jatuh jatuh pada hari libur maka laporan
diserahkan pada hari kerja berikutnya. Laporan tertulis tersebut berisi mengenai
account-account yang ditangani dan harus dibuat dengan format yang ditentukan dan
dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA.
d. Setiap tanggal 5 (lima) disetiap bulannya, PIHAK KEDUA harus menyerahkan list
account dan Petugas yang akan menangani dan di luar account tersebut PIHAK
PERTAMA berhak menangani sendiri.
e. PIHAK KEDUA wajib melakukan Pekerjaan berdasarkan Perjanjian, SPK dan Daftar
Account yang diberikan;
f. PIHAK KEDUA dalam menjalankan Pekerjaan dan tugas-tugas yang diberikan oleh
PIHAK PERTAMA berdasarkan Perjanjian ini wajib bertindak dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab, serta sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, dan

Page 8
Otoritas berwenang lainnya terkait proses penagihan dan tidak melakukan yang
bertentangan dengan tata cara, mekanisme, prosedur yang ditetapkan oleh PIHAK
PERTAMA maupun Otoritas Jasa Keuangan, dan Otoritas berwenang lainnya serta
tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan peraturan perundangan
yang berlaku;
g. Pembayaran atas hasil Pekerjaan PIHAK KEDUA dianggap sah apabila telah diterima
PIHAK PERTAMA dan telah dibukukan oleh PIHAK PERTAMA.
h. Apabila hasil tagihan/pembayaran yang diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA berupa cek dan/atau bilyet giro maka Pembayaran dianggap sah terhitung
sejak Cek atau Bilyet Giro tersebut dananya efektif diterima oleh PIHAK PERTAMA
dan mengenai hal ini pada tanda terima yang dikeluarkan oleh petugas PIHAK
KEDUA harus dicantumkan klausula tersebut.
i. Segala Pembayaran yang diterima dari Debitur wajib langsung dibayarkan langsung
kepada PIHAK PERTAMA, namun demikian dengan alasan tertentu yang harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA, untuk kepentingan
dan atas nama PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dapat menerima pembayaran
dari Debitur dengan menggunakan formulir pembayaran resmi yang diterbitkan oleh
PIHAK PERTAMA dan formulir tersebut harus ditandatangani oleh Debitur yang
menunggak atau orang yang telah melakukan pembayaran baik secara tunai dan/atau
menggunakan Bilyet Giro/Cek;
j. Apabila PIHAK KEDUA menerima langsung pembayaran dari Debitur yang
menunggak, maka PIHAK KEDUA wajib menyerahkan formulir pembayaran beserta
uang tunai dan/atau Bilyet Giro/Cek yang diterimanya dari Debitur kepada PIHAK
PERTAMA segera dan selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya terhitung sejak
diterimanya Pembayaran tersebut dari Debitur yang menunggak.
k. Apabila uang Pembayaran yang diterima PIHAK KEDUA pada saat jam kantor
PIHAK PERTAMA sudah tutup, maka uang Pembayaran wajib disetorkan
selambatnya pada hari kerja berikutnya yang dilengkapi dengan Berita Acara.
l. Dalam hal PIHAK KEDUA lalai melaksanakan kewajibannya menyerahkan formulir
pembayaran beserta uang tunai dan atau Bilyet Giro Cek yang diterima dari Debitur,
maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar 0,5% (nol koma lima persen) per hari
dari jumlah pembayaran yang diterima PIHAK KEDUA dari Debitur, terhitung dari
tanggal seharusnya dilaksanakan penyerahan sampai dengan tanggal penyerahan
dilaksanakan. Jumlah denda tersebut akan diperhitungkan langsung oleh PIHAK
PERTAMA dengan pembayaran Biaya Pekerjaan yang seharusnya diterima PIHAK
KEDUA dari PIHAK PERTAMA.
m. Dengan lewatnya waktu penyerahan dalam ayat 2 (j) Pasal ini, sudah merupakan bukti
akan kelalaian PIHAK KEDUA, oleh karenanya PIHAK PERTAMA berhak
mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak satu dan lain hal sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 15 ayat 3 Perjanjian ini;
n. PIHAK KEDUA tidak berhak untuk menentukan alokasi Pembayaran dari Debitur
karena alokasi Pembayaran dari Debitur yang menunggak yang mempunyai lebih dari
satu fasilitas pembiayaan/pinjaman ditentukan sepenuhnya oleh PIHAK PERTAMA;
o. PIHAK KEDUA wajib memberikan keterangan kepada Otoritas Jasa Keuangan
dan/atau otoritas lain yang berwenang bersama-sama dengan PIHAK PERTAMA
dalam hal diperlukan.
p. PIHAK KEDUA dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya wajib memiliki
Contingency Plan (tindakan alternatif)
q. PIHAK KEDUA dalam melaksanakan isi perjanjian ini harus senantiasa
memperhatikan prinsip-prinsip :

Page 9
 Keterbukaan, yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material
dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan.
 Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban
sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif.
 Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian pengelolaan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Kemandirian, yaitu pengelolaan secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari
pihak manapun.
 Kewajaran, yaitu keadilan dan kewajiban dalam memenuhi hak-hak stake holder
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3. PARA PIHAK wajib untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

4. PARA PIHAK wajib untuk melindungi hak dan kepentingan DEBITUR terkait dengan
pekerjaan yang dialihdayakan.

PASAL 8
HASIL PENAGIHAN

1. PIHAK PERTAMA dapat mengizinkan PIHAK KEDUA dengan izin tertulis untuk
menerima hasil tagihan secara tunai dari Debitur dan memberikan tanda penerimaan yang
sah kepada Debitur pada hari yang sama dan paling lambat dalam waktu 24 (dua puluh
empat) jam setelah menerima hasil tagihan, harus segera menyerahkan dan atau
menyetorkan kepada PIHAK PERTAMA secara langsung dengan disertai bukti
penerimaan hasil tagihan.

2. Pembayaran Debitur atas hasil penagihan PIHAK KEDUA dianggap sah apabila telah
diterima PIHAK PERTAMA dan dibukukan oleh PIHAK PERTAMA.

3. Apabila hasil tagihan yang diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
berupa cek dan atau bilyet giro maka “Pembayaran sah dianggap sah terhitung sejak cek
atau bilyet giro tersebut dananya efektif diterima oleh PIHAK PERTAMA” dan mengenai
hal ini pada tanda terima yang dikeluarkan oleh petugas PIHAK KEDUA harus
dicantumkan klausula tersebut.

4. PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas terlaksananya penyerahan/


penyetoran hasil tagihan tersebut kepada PIHAK PERTAMA

5. Apabila Debitur atas usaha PIHAK KEDUA membayar langsung kepada PIHAK
PERTAMA, baik secara mengangsur maupun membayar lunas, PIHAK PERTAMA akan
memberitahukan kepada PIHAK KEDUA mengenai cara pembayaran oleh Debitur baik
secara lisan atau secara tertulis setiap tanggal 1 (satu) bulan berikutnya. Apabila tanggal 1
(satu) jatuh pada hari libur maka pemberitahuan disampaikan kepada PIHAK KEDUA
pada hari kerja pertama berikutnya.

PASAL 9
STRUKTUR BIAYA DAN MEKANISME PEMBAYARAN

Page 10
1. Atas hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA akan
memberikan imbalan/uang jasa/success fee (selanjutnya disebut “Biaya Pekerjaan”)
kepada PIHAK KEDUA, dengan ketentuan apabila PIHAK KEDUA selama Masa
Penanganan dalam SPK dapat melaksanakan Pekerjaan serta memberikan hasil dalam
bentuk pembayaran kewajiban/hutang dari Debitur (Selanjutnya disebut “Pembayaran”)
dan didukung dengan adanya laporan penanganan secara tertulis dengan format yang
ditentukan dan dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA.

2. Bahwa atas hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK
PERTAMA akan memberikan Biaya Pekerjaan dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Semua produk dengan kategori Non Performing Loan, Biaya Pekerjaan adalah sebesar
15% (lima belas persen) dari nilai yang tertagih.
b. Semua produk dengan kategori Write Off atau Hapus Buku, Biaya Pekerjaan adalah
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari nilai yang tertagih.

3. Pembayaran Biaya Pekerjaan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA


didasarkan atas jumlah hasil Penagihan Hutang yang telah diterima/terbuku secara efektif
oleh PIHAK PERTAMA.

4. Pembayaran Biaya Pekerjaan akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah PIHAK PERTAMA
menerima tagihan dari PIHAK KEDUA.

5. Pembayaran Biaya Pekerjaan oleh PIHAK PERTAMA dilakukan dengan cara


memindahbukukan ke Rekening milik PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA:

6. Pajak-pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku


menjadi kewajiban PIHAK PERTAMA akan ditanggung oleh PIHAK PERTAMA
sepenuhnya, demikian pula yang menjadi kewajiban PIHAK KEDUA akan ditanggung
oleh PIHAK KEDUA sepenuhnya.

7. PIHAK KEDUA akan melaporkan dan membayar semua pajak, iuran dan atau pungutan
lain yang diwajibkan berdasarkan ketentuan yang berlaku, termasuk Biaya Pekerjaan yang
diterima oleh PIHAK KEDUA dari PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA membebaskan
PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan, beban dan risiko yang timbul dari padanya.

8. PIHAK PERTAMA tidak akan membayar Biaya Pekerjaan kepada PIHAK KEDUA :
a. Jika PIHAK PERTAMA menerima Pembayaran diluar Masa Penanganan yang
dilakukan PIHAK KEDUA, atau Pembayaran tidak disertai dengan laporan
penanganan secara tertulis dari PIHAK KEDUA sesuai ayat 1 pasal ini, atau;
b. Jika Masa Penanganan telah berakhir.

9. Apabila PIHAK PERTAMA mendapatkan laporan bahwa hasil pembayaran Debitur tidak
diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA harus
melakukan investigasi terhadap laporan tersebut dengan jangka waktu selama 2 hari dan
atas hasil investigasi tersebut PIHAK KEDUA harus membayarkan seluruh pembayaran
kepada PIHAK PERTAMA, namun apabila setelah jangka waktu 3 hari tersebut PIHAK
KEDUA tidak mendapatkan hasil investigasi maka PIHAK KEDUA harus membayarkan
seluruh Pembayaran kepada PIHAK PERTAMA.

Page 11
10. PIHAK KEDUA wajib membuka rekening di PIHAK PERTAMA untuk rekening
pembayaran Biaya Pekerjaan.

PASAL 10
PERNYATAAN DAN JAMINAN

1. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa dalam
menjalankan pekerjaan yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA akan
selalu bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dan tidak melakukan hal-
hal yang bertentangan dengan hukum dan peraturan perundangan yang berlaku.

2. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh


PIHAK PERTAMA sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian ini.

3. Segala risiko yang timbul karena penyalahgunaan kuasa yang diberikan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA tersebut dalam pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

4. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa PIHAK
KEDUA akan berjanji mematuhi dan melaksanakan ketentuan dan kebijakan lainnya yang
dibuat oleh PIHAK PERTAMA sewaktu-waktu sehubungan dengan Perjanjian ini.

5. PIHAK KEDUA dengan ini menyatakan bahwa PIHAK KEDUA adalah pihak yang bebas
dan bukan pegawai dari PIHAK PERTAMA dan oleh karenanya apabila PIHAK KEDUA
dalam menjalankan pekerjaannya tidak sesuai dengan Perjanjian ini maka PIHAK
PERTAMA tidak bertanggung jawab atas keamanan, keselamatan dan segala perbuatan
PIHAK KEDUA dan/atau karyawan/agen Rekanannya, segala akibat serta kerugian yang
timbul sebagai akibat dari perbuatan PIHAK KEDUA dan/atau karyawan/agen PIHAK
KEDUA menjadi beban dan ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA dan karenanya
PIHAK KEDUA melepaskan dan membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan,
kerugian dan risiko yang timbul dari padanya.

6. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa PIHAK
KEDUA adalah suatu Badan Hukum/Perusahaan yang didirikan secara sah berdasarkan
ketentuan hukum dan perundnag-undangan yang berlaku di Indonesia.

7. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa PIHAK
KEDUA dalam menandatangani dan melaksanakan Perjanjian ini telah mendapat
persetujuan-persetujuan sebagaimana telah diatur dalam anggaran dasar PIHAK KEDUA
dan telah mendapat ijin-ijin dan atau persetujuan dari badan-badan pemerintah yang
berwenang.

8. PIHAK KEDUA menyatakan dan/atau menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa


PIHAK KEDUA berjanji akan melaksanakan dan tetap melanjutkan usahanya selama
berlangsungnya Perjanjian ini.

9. Dalam hal terjadi pemutusan perjanjian, PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin akan
bertanggung jawab kepada PIHAK PERTAMA bilamana diketahui terjadi

Page 12
penyalahgunaan dana yang diterima dari Debitur oleh karyawan/agen PIHAK KEDUA
pada waktu Debitur tersebut ditangani oleh Rekanan.

10. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa PIHAK
KEDUA akan memberlakukan syarat-syarat penerimaan karyawan/agen PIHAK KEDUA
sedemikian rupa, salah satunya karyawan telah menerima pelatihan dari instansi/asosiasi
yang berwenang sehingga diperoleh karyawan/agen yang professional, berdedikasi dan
memiliki integritas yang tinggi.

11. PIHAK KEDUA menjamin bahwa setiap karyawan/agen PIHAK KEDUA dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan Perjanjian ini selalu tampil rapih dan professional
menurut penilaian PIHAK PERTAMA.

12. Segala risiko dan atau kerugian yang timbul sejak diterimanya pembayaran dari Debitur
yang menunggak sampai dengan diterima oleh PIHAK PERTAMA adalah menjadi
tanggung jawab sepenuhnya dari PIHAK KEDUA ;

13. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa
sehubungan dengan karyawan/agen PIHAK KEDUA dan atau yang dipekerjakan oleh
PIHAK KEDUA, oleh karena itu :
a. PIHAK KEDUA akan selalu menginformasikan kepada PIHAK PERTAMA setiap
kali PIHAK KEDUA melakukan penerimaan keryawan baru yang akan dipekerjakan
untuk menangani Debitur PIHAK PERTAMA.
b. Karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA akan menjaga kondisi semua
fasilitas pembiayaan dari PIHAK PERTAMA yang dimilikinya (jika ada) dalam
keadaan lancar atau tidak menunggak. Apabila diketahui fasilitas pembiayaan tersebut
dalam kondisi menunggak maka karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK
KEDUA harus melunasi jumlah tunggakan tersebut agar kondisinya kembali lancar
atau tidak menunggak;
c. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa
semua karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA telah memiliki kartu
pengenal resmi yang diterbitkan oleh PIHAK KEDUA.
d. Semua karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA telah menyediakan
tempat aman untuk dokumen-dokumen yang berhubungan dengan PIHAK
PERTAMA;
e. Semua karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan
untuk menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan lain yang serupa dengan
PIHAK KEDUA, kecuali ada persetujuan tertulis dari PIHAK KEDUA;
f. PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh serta melepaskan PIHAK PERTAMA
setiap dan segala tuntutan pidana, perdata, gugatan, klaim dalam bentuk apapun juga
terhadap semua tindakan karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA
yang untuk dan atas nama PIHAK KEDUA melakukan pekerjaan, kewajiban atau
tugas berdasarkan petunjuk atau perintah PIHAK KEDUA;
g. Dalam hal terjadi perselisihan apapun juga antara PIHAK KEDUA dengan
karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA
bertanggung jawab dan berkewajiban menyelesaikan perselisihan itu tanpa melibatkan
PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA wajib memberitahukan PIHAK PERTAMA
apabila terdapat hal atau sengketa yang dapat mempengaruhi dan atau mengganggu
pelaksanaan Perjanjian dan atau dapat mencemarkan nama baik PIHAK PERTAMA.

Page 13
14. Semua syarat dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan sebagimana diatur dalam
Perjanjian ini berikut lampiran-lampirannya berlaku dan mengikat untuk seluruh kantor
perwakilan dan atau kantor cabang yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan tugas-tugas dan Pekerjaan seluruh
kantor perwakilan dan atau kantor cabang PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini
berikut lampiran-lampirannya.

PASAL 11
GOOD CORPORATE GOVERNANCE

1. Dalam rangka penerapan Tata Kelola Perusahaan atau Good Corporate Governance, maka
dengan ini PARA PIHAK tidak boleh dan/atau dilarang untuk memberikan imbalan dalam
bentuk apapun kepada Manajemen dan atau Karyawan dari PIHAK PERTAMA dan atau
dari PIHAK KEDUA baik sebelum atau setelah dilakukannya penandatanganan Perjanjian
ini.

2. PARA PIHAK dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian


ini, tidak akan melanggar ketentuan perbankan yang berlaku dan atau ketentuan Good
Corporate Governance dan atau tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus.

3. Apabila salah satu Pihak terindikasi dan atau terbukti oleh salah satu pihak, melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) Pasal ini dan atau melanggar
ketentuan perbankan yang berlaku, maka PARA PIHAK atau salah satu pihak berhak
untuk menunda atau mengakhiri pelaksanaan Perjanjian ini.

4. Dalam hal Perjanjian ini berakhir yang disebabkan oleh hal-hal dimaksud pada ayat 3
(tiga) pasal ini, maka pengakhiran Perjanjian ini tidak mengakhiri kewajiban-kewajiban
yang belum dipenuhi oleh salah satu Pihak kepada Pihak lainnya sebagimana yang telah
diatur.

PASAL 12
Know Your Costumer Principle (KYCP)

1. PARA PIHAK bersepakat bahwa dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud


dalam Perjanjian ini tidak akan melanggar ketentuan Know Your Costumer Principle
(KYCP) yang berlaku pada PIHAK PERTAMA dan atau tidak akan melanggar ketentuan
tindak pidana umum maupun tidak akan melanggar ketentuan tindak pidana khusus.

2. Apabila salah satu pihak berindikasi melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 (satu) pasal ini, maka PARA PIHAK atau salah satu pihak berhak untuk menunda
pelaksanaan Perjanjian dan atau mengakhiri Perjanjian ini.

PASAL 13
INFORMASI RAHASIA

Page 14
1. PIHAK KEDUA setuju dan menerima bahwa segala informasi dan keterangan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan Debitur, usaha, produk, dan
pelayanan PIHAK PERTAMA (selanjutnya disebut “Informasi Rahasia”) adalah bersifat
rahasia dan karenanya PIHAK KEDUA berjanji dan mengikatkan diri kepada PIHAK
PERTAMA untuk tidak memberitahukan kepada pihak ketiga atau badan/orang lain yang
tidak berkepentingan dengan alasan apapun juga kecuali dalam rangka melaksanakan
kewajiban PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini ;

2. Kewajiban merahasiakan Informasi Rahasia juga berlaku terhadap karyawan/staf/petugas


penagihan/agen PIHAK KEDUA atau pihak lain yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA
yang mempunyai akses terhadap Informasi Rahasia, dan PIHAK KEDUA sepenuhnya
bertanggung jawab atas kepatuhan dan atau kegagalan karyawan/staf/petugas
penagihan/agen PIHAK KEDUA atau pihak lain yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA
untuk mematuhi kewajiban merahasiakan Informasi Rahasia.

3. Kewajiban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA sehubungan dengan informasi Rahasia
sebagaimana diatur dalam Pasal ini akan tetap berlaku dan mengikat PIHAK KEDUA
selama Perjanjian ini berlangsung maupun setelah berakhirnya Perjanjian ini ;

4. Pelanggaran terhadap ketentuan kerahasiaan sebagai tersebut pada ayat (I) Pasal ini oleh
PIHAK KEDUA, karyawan/staf/petugas penagihan/agen dan atau pihak lain yang
ditunjuk oleh PIHAK KEDUA akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan khususnya yang menyangkut Rahasia Bank sebagaimana diatur dalam UU
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan juncto Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
tentang “Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan “berikut peraturan
pelaksanaannya dan perubahan-perubahannya ;

5. PIHAK KEDUA dengan ini setuju bahwa atas kelalaian PIHAK KEDUA,
karyawan/staf/petugas penagihan/agen PIHAK KEDUA dan atau pihak lain yang ditunjuk
oleh PIHAK KEDUA dalam menjaga kerahasiaan Informasi Rahasia sebagaimana diatur
dalam Perjanjian ini akibat dari kelalaian tersebut menimbulkan kerugian bagi PIHAK
PERTAMA dan/atau pihak ketiga, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas
kerugian tersebut dan bersedia menanggung akibat hukum yang terkait dengan kelalaian
tersebut.

PASAL 14
JANGKA WAKTU

1. Perjanjian ini berlaku selama 1 (satu) tahun dan mengikat PARA PIHAK terhitung sejak
tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama ini dan sewaktu-waktu dapat ditinjau
kembali oleh masing-masing Pihak, kecuali diperpanjang atau diakhiri berdasarkan
ketentuan dalam Perjanjian ini ;

2. Dalam hal perpanjangan jangka waktu berlakunya Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA
harus mengirimkan surat perpanjangan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu
sekurangnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian ini.

3. Apabila tidak ada jawaban dari PIHAK PERTAMA atas surat permohonan perpanjangan
perjanjian kerja sama yang dikirimkan oleh PIHAK KEDUA, maka secara otomatis

Page 15
Perjanjian Kerja Sama ini diperpanjang untuk jangka waktu yang sama dengan maksimal
perpanjangan otomatis sebanyak 1 (satu) kali.

PASAL 15
PENGAKHIRAN PERJANJIAN

1. Jika perjanjian ini berakhir maka :


a. Kecuali hal-hal yang ditentukan dalam Pasal 18 ayat 8. PIHAK KEDUA tidak
mempunyai tuntutan dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun terhadap PIHAK
PERTAMA.
b. Segala Pekerjaan yang telah dilakukan oleh PIHAK KEDUA sampai dengan
berakhirnya Perjanjian menjadi hak dari PIHAK PERTAMA.

2. PARA PIHAK setuju untuk mengakhiri dan/atau menghentikan Pekerjaan dan/atau SPK,
dalam hal terjadi salah satu yang disebut di bawah ini :
a. PIHAK KEDUA melanggar suatu ketentuan yang telah disepakati dalam Perjanjian,
melanggar tata cara, mekanisme, prosedur dan kualitas pelaksanaan Pekerjaan yang
ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK PERTAMA termasuk
karyawannya melakukan perbuatan yang melanggar hukum atau peraturan yang
berlaku.
b. Semua kewajiban/hutang Debitur sebagaimana yang akan tertuang di dalam SPK telah
lunas dibayarkan, atau dianggap lunas sesuai ketentuan/keputusan PIHAK
PERTAMA.
c. Kondisi fasilitas pembiayaan/pinjaman Debitur sudah tidak dalam keadaan
menunggak atau kembali lancar.
d. Masa penanganan Pekerjaan telah berakhir.

3. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan Perjanjian ini secara sepihak, dalam hal terjadi
salah satu yang tersebut di bawah ini :
a. PIHAK KEDUA melanggar ketentuan-ketentuan daam Perjanjian ini;
b. PIHAK KEDUA menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA dan berdasarkan
kepatutan dan peraturan perundang – undangan yang berlaku termasuk ketentuan dari
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia maupun otoritas berwenang lainnya telah
merugikan nama baik dan atau reputasi PIHAK PERTAMA.
c. PIHAK KEDUA tidak mencapai target yang diberikan PIHAK PERTAMA dalam
jangka waktu 3 bulan secara berkesinambungan.
d. Pemutusan perjanjian tersebut di atas cukup dilaksanakan dengan pemberitahuan
tertulis dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dan untuk kepentingan
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dengan ini secara tegas mengesampingkan
ketentuan-ketentuan dalam pasal 1266 KUHPerdata.

4. Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini, maka PARA PIHAK dengan ini mengesampingkan
berlakunya pasal 1266 KUHPerdata sepanjang diperlukannya putusan pengadilan bagi
berakhirnya Perjanjian ini.

PASAL 16
HUBUNGAN DIANTARA PARA PIHAK

Page 16
Selama dan setelah melaksanakan pekerjaan, PIHAK KEDUA berjanji dan mengikatkan diri
untuk tidak menggunakan nama dan atau merk dagang yang dipergunakan oleh PIHAK
PERTAMA.

PASAL 17
KEADAAN MEMAKSA

1. PARA PIHAK setuju, bahwa tidak ada pihak yang dinyatakan bertanggung jawab kepada
pihak lain akhibat ketidakmampuan salah satu pihak untuk tidak mematuhi kewajibannya
berdasarkan perjanjian ini karena terjadinya peristiwa atau sebab yang berada di luar
pengendalian pihak yang bersangkutan (baik yang muncul dari sebab-sebab alami,
perbuatan manusia, atau lainnya) termasuk :
a. Bencana alam, gempa, badai, banjir dan sejenisnya;
b. Kebakaran, tindak perusakan/vandalism, sabotase, kerusuhan, pemogokan, terorisme
dan gangguan sipil, perang saudara atau keadaan perang ;
c. Perubahan atas peraturan yang berlaku;

2. Dalam hal terjadinya keadaan memaksa (force majeure) terhadap salah satu pihak, pihak
tersebut akan segera, setelah kondisi memungkinkan, memberitahukan kepada pihak
lainnya dengan cara apapun yang mungkin atas timbulnya keadaan force majeure tersebut,
dan selanjutnya paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah hari penerimaan informasi
diterima, menyampaikan laporan tertulis dengan melampirkan bukti pendukung dan
merinci tindakan yang akan diambil pihak tersebut untuk mengatasi keadaan force
majeure.

3. Keterlambatan atau kelalaian dalam melaporkan oleh pihak yang mengalami force
majeure akan menyebabkan peristiwa force majeure tersebut tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa force majeure oleh pihak lain, kecuali apabila terdapat bukti-bukti yang cukup
untuk mendukung fakta yang ada dan alasan keterlambatan atau kelalaian.

PASAL 18
SANKSI DAN PENALTY

1. PIHAK KEDUA berkewajiban mengganti seluruh kerugian materiil yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan hasil tagihan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA/petugas PIHAK
KEDUA apabila hasil penagihan yang seharusnya disampaikan/disetorkan kepada PIHAK
PERTAMA namun tidak disampaikan/disetorkan oleh PIHAK KEDUA/petugas PIHAK
KEDUA.

2. Dalam hal kejadian sebagaimana ayat 1 tersebut di atas maka terhadap Petugas Penagih
harus diberhentikan pekerjaannya oleh PIHAK KEDUA dan kepadanya harus dilaporkan
kepada pihak yang berwajib (Kepolisian Republik Indonesia) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Apabila PIHAK KEDUA menunda pembayaran sebagaimnan dimaksud dalam ayat 1


Pasal ini, maka bunga yang timbul setelah dihitung prorata akan menjadi tanggung jawab
PIHAK KEDUA.

Page 17
4. Apabila terdapat klaim, tuntutan dan/atau gugatan dari Debitur terkait cara, hasil dan
akibat kerja dari masing-masing karyawan/petugas PIHAK KEDUA atas pelaksanaan
penagihan tersebut, PIHAK PERTAMA berhak menuntut ganti rugi kepada PIHAK
KEDUA atas seluruh kerugian PIHAK PERTAMA baik kerugian materiil maupun
kerugian imateriil.

5. PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran atas Perjanjian ini
jika :
a. PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, dan atau
b. Pernyataan dan jaminan yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA atau PIHAK
KEDUA ternyata tidak benar atau menyesatkan pada saat diberikan, dan atau
c. PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA dibubarkan atau membubarkan diri dan
atau dimohonkan pailit, dan atau
d. Ijin usaha atau ijin-ijin lain yang penting yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA atau
PIHAK KEDUA dibatalkan atau dicabut oleh pihak yang berwenang.

6. Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 5 huruf a dan b Pasal ini
dilakukan oleh salah satu pihak, maka pihak yang tidak melanggar akan mengirimkan
pemberitahuan kepada pihak yang melanggar dengan merinci pelanggaran yang dilakukan
dan jangka waktu untuk memperbaiki pelanggaran tersebut. Jika pihak yang melanggar
tidak melakukan perbaikan sebagaimana ditentukan dalam surat pemberitahuan, maka atas
pertimbangannya sendiri, pihak yang tidak melanggar dapat mengakhiri Perjanjian ini dan
pengakhiran tersebut berlaku pada tanggal yang ditentukan oleh pihak yang tidak
melanggar dalam surat pemberitahuan pengakhiran Perjanjian.

7. Dalam hal peristiwa sebagaimana dimuat dalam ayat 5 huruf c dan d Pasal ini terjadi pada
salah satu pihak, maka Pihak yang tidak mengalami peristiwa tersebut dapat mengakhiri
Perjanjian ini dan pengakhiran tersebut berlaku pada tanggal surat pemberitahuan
pengakhiran Perjanjian;

8. Jika perjanjian ini berakhir karena satu atau lebih sebab yang diatur dalam ayat 6 Pasal ini,
maka segala hak atau kewajiban yang belum dipenuhi atau dilaksanakan, harus dipenuhi
atau dilaksanakan oleh PARA PIHAK dan Perjanjian ini tetap berlaku hingga hak atau
kewajiban tersebut dipenuhi atau dilaksanakan;

PASAL 19
KORESPONDENSI

1. Semua surat menyurat atau pemberitahuan yang harus dikirim oleh salah satu pihak
kepada pihak lain dalam perjanjian ini mengenai atau sehubungan dengan perjanjian ini,
dilakukan dengan pos tercacat atau melalui perusahaan ekspedisi/kurir intern dari masing-
masing pihak ke alamat yang tersebut di bawah ini :

Page 18
PIHAK PERTAMA :
PT BPR ………..
Jl. ……
…..
UP.

PIHAK KEDUA :
PT TRITUNGGAL MITRA SENTOSA
Ruko Metro Plaza Peterongan Blok D-17
Room 306 Jl. MT Haryono 970
Kel. Lamper Kidul Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang
UP. Bapak Didik Supriyadi

2. Surat – menyurat dan pemberitahuan – pemberitahuan dan/atau komunikasi ke alamat


tersebut dianggap telah diterima dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pada hari yang sama, apabila diserahkan langsung yang dibuktikan dengan
tandatangan penerima pada buku pengantar surat (ekspedisi) atau tanda terima lain
yang diterbitkan oleh pengirim;
b. Pada hari kerja ketiga sejak tanggal penerimaan sesuai resi penerimaan, apabila
pemberitahuan tersebut dikirimkan per pos yang dibuktikan dengan resi pengiriman
pos tercatat;
c. Pada hari yang sama, apabila pemberitahuan tersebut dikirimkan melalui faksimili
dengan baik, setelah ada konfirmasi pengiriman lengkap.

3. Dalam hal terjadinya perubahan alamat dari alamat tersebut di atas atau alamat terakhir
yang tercatat pada masing-masing pihak, maka perubahan tersebut harus diberitahukan
secara tertulis kepada pihak lain dalam Perjanjian ini selambat-lambatnya 5 (lima) hari
kerja sebelum perubahan alamat dimaksud berlaku efektif. Jika perubahan alamat tersebut
tidak diberitahukan, maka surat-menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan berdasarkan
Perjanjian ini dianggap telah diberikan semestinya jika dikirimkan ke alamat sebagaimana
tertulis dalam Pasal ini dengan cara yang diatur dalam Pasal ini.

PASAL 20
PENGALIHAN HAK DAN KEWAJIBAN

PIHAK KEDUA tidak diperkenankan men-subkontrakkan, mensubstitusikan/mengalihkan


Perjanjian dan Pekerjaan bagi seluruhnya maupun sebagian kepada Pihak Ketiga atau pihak
lain manapun tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA akan tetapi
PIHAK PERTAMA berhak untuk mensubstitusikan/mengalihkan Perjanjian ini kepada pihak
lain, baik langsung maupun tidak langsung terafiliasi dengan PIHAK PERTAMA.

PASAL 21
PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN DOMISILI HUKUM

Page 19
1. Segala perselisihan dan perbedaan pendapat yang timbul diantara PARA PIHAK di dalam
melaksanakan Perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.

2. Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah dimulainya musyawarah
PARA PIHAK tidak mencapai mufakat, maka PARA PIHAK akan menyelesaikan
perselisihan tersebut melalui pengadilan.

3. PARA PIHAK sepakat memilih tempat berkedudukan hukum (domisili) yang tetap dan
seumumnya di kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri ….. di ……...

PASAL 22
PERUBAHAN

Setiap perubahan dan/atau tambahan dan/atau pelengkap Perjanjian ini akan dibuat secara
tertulis dalam bentuk ADDENDUM atau bentuk lainnya dan akan ditandatangani oleh PARA
PIHAK Perubahan dan/atau tambahan dan/atau pelengkap Perjanjian ini merupakan bagian
integral dan tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

PASAL 23
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

1. Nama dan judul dalam Perjanjian ini adalah semata-mata untuk memudahkan PARA
PIHAK dalam membacanya dan tidak bertujuan untuk mendefinisikan, menggambarkan,
mengubah, atau membatasi hak dan kewajiban masing-masing pihak maupun
menyebabkan interprestasi lain dari Perjanjian ini;

2. Masing-masing pihak akan menanggung sendiri segala biaya yang akan menjadi bebannya
yang timbul sehubungan dengan Perjanjian ini.

3. Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini akan diputuskan berdasarkan persetujuan
bersama antara PARA PIHAK serta akan dituangkan secara tertulis sebagai suatu
Perjanjian Tambahan terhadap Perjanjian ini.

4. Perjanjian ini hanya dapat ditambah dan/atau diubah dengan persetujuan PARA PIHAK
secara tertulis;

5. Perjanjian ini adalah satu-satunya Perjanjian yang mengikat diantara PARA PIHAK dan
karenanya semua Perjanjian dan/atau pembicaraaan baik tertulis maupun lisan yang telah
ada sebelumnya sehubungan dengan Perjanjian ini demi hukum menjadi batal dan tidak
berlaku lagi;

6. Apabila satu ketentuan dari Perjanjian ini dianggap tidak sah, tidak dapat dilaksanakan
atau melanggar hukum untuk alasan apapun, maka Perjanjian ini tetap berlaku sepenuhnya
terlepas dari ketentuan yang dianggap tidak sah, tidak dapat dilaksanakan atau melanggar
hukum tersebut.

Page 20
7. Surat-surat, dokumen-dokumen yang menjadi lampiran dari Perjanjian ini merupakan satu
kesatuan dengan Perjanjian ini dan tanpa adanya surat-surat dan dokumen-dokumen
tersebut maka Perjanjian ini tidak akan dibuat.

8. Apabila terdapat pertentangan atau perbedaan persepsi antara ketentuan-ketentuan dalam


Perjanjan ini dengan surat-surat, lampiran-lampiran, addendum-addendum dan dokumen-
dokumen lain, maka PARA PIHAK dengan ini setuju bahwa ketentuan-ketentuan yang
berlaku adalah ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Perjanjian ini.

9. Keabsahan, penafsiran dan pelaksanaan dari Perjanjian ini diatur dan tunduk pada hukum
yang berlaku di Negara Republik Indonesia;

10. Perjanjian ini dibuat dalam Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang mengatur
Perjanjian ini walaupun diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain;

11. Perjanjian ini ditandatangani dalam rangkap 2 (dua) di atas bermaterai cukup, masing-
masing memiliki kekuatan hukum yang sama.

Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK sebanyak 2 (dua)
rangkap masing-masing bermaterai cukup.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PERUMDA BPR KOTA BANDUNG PT TRITUNGGAL MITRA SENTOSA

SUGIARDI DIDIK SUPRIYADI


Direktur Utama Direktur Utama

Page 21

Anda mungkin juga menyukai