Anda di halaman 1dari 141

Laporan Sistem Pembayaran

dan Pengelolaan Uang 2012


Kata Pengantar

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang (LSPPU) adalah publikasi bersama antara Departemen Akunting
dan Sistem Pembayaran dan Departemen Pengelolaan Uang, Bank Indonesia. LSPPU ini merupakan laporan tahunan
yang mencakup informasi perkembangan kinerja dan kebijakan dibidang sistem pembayaran dan pengelolaan uang
yang ditempuh Bank Indonesia selama tahun 2012 dalam mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat melalui
penyediaan alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai.

Laporan ini terdiri dari dua bagian yaitu Bagian 1 Sistem Pembayaran dan Bagian 2 Pengelolaan Uang. Bagian 1
menginformasikan perkembangan penyelenggaraan dan kinerja sistem pembayaran, kebijakan sistem pembayaran,
pengawasan sistem pembayaran, dan arah pengembangan sistem pembayaran. Sedangkan Bagian 2 Pengelolaan Uang
memaparkan perkembangan indikator pengelolaan uang, kebijakan pengelolaan uang, kegiatan dan informasi pendukung
dalam tugas pengelolaan uang, penilaian kinerja dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dibidang pengelolaan uang,
serta arah dan kebijakan pengelolaan uang kedepan.

Kinerja dan daya tahan ekonomi yang kuat selama tahun 2012, yang tercermin pada kestabilan makroekonomi dan sistem
keuangan yang kondusif, tidak terlepas dari peran strategis sistem pembayaran dan pengelolaan uang dalam mendukung
kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat maupun dunia usaha. Dalam kegiatan perekonomian, peran strategis sistem
pembayaran dilakukan untuk menjamin kelancaran transaksi pembayaran non-tunai yang dilakukan masyarakat dan
dunia usaha, serta untuk mendukung stabilitas sistem keuangan dan pelaksanaan kebijakan moneter. Sedangkan peran
strategis pengelolaan uang tercermin melalui terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat dalam jumlah nominal
yang cukup, pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Kelancaran transaksi pembayaran non-tunai
dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat tersebut dicapai melalui serangkaian kebijakan Bank Indonesia
dibidang sistem pembayaran dan pengelolaan uang dengan memperhatikan berbagai aspek a.l. efisiensi dan kepentingan
masyarakat. Diseminasi LSPPU ini dilakukan dalam bentuk cetak dan compact disc serta dapat di akses melalui website
Bank Indonesia (www.bi.go.id). Laporan dalam bentuk cetak selama ini hanya distribusikan untuk keperluan intern di Bank
Indonesia. Sebagaimana edisi tahun sebelumnya, diseminasi LSPPU 2012 dilakukan secara luas kepada berbagai kalangan
seperti pemerintah,akademisi, lembaga penelitian independen, analis dan pakar.

Akhirnya kami berharap diseminasi LSPPU ini dapat memberikan informasi yang komprehensif atas perkembangan kinerja
sistem pembayaran dan pengelolaan uang selama 2012, serta kebijakan yang dijalankan Bank Indonesia dalam menjaga
kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat melalui tersedianya alat pembayaran tunai dan non-tunai.

Jakarta, April 2013


BANK INDONESIA
Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran
Departemen Pengelolaan Uang

ii Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Grafik vi
Daftar Bagan viii
Ringkasan Eksekutif ix

Bagian 1 Sistem Pembayaran 1

BAB 1 Sekilas Sistem Pembayaran 3


1.1 Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran 4
1.2 Arah Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran 6

BAB 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan Kinerja Sistem Pembayaran 10


2.1 Perkembangan dan Kinerja Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Bank Indonesia 10
2.2 Perkembangan dan Kinerja Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Pihak di Luar Bank Indonesia 15
2.3 Peta Penyelenggaraan Sistem Pembayaran di Indonesia 18

BAB 3 Kebijakan Sistem Pembayaran 22


3.1 Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II 22
3.2 Pengembangan Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 22
3.3 Implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Nasional dalam rangka Persiapan MEA 23
3.4 Pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) 24
3.5 Tahapan Pengembangan National Payment Gateway (NPG) Sistem Pembayaran Ritel 26
3.6 Upaya Mewujudkan Interoperabilitas melalui Kegiatan Fasilitasi Interkoneksi Industri Uang Elektronik 27
3.7 Implementasi Standar Nasional Kartu ATM dan ATM/Debet 28
3.8 Penguatan Aspek Hukum dalam Sistem Pembayaran 29
3.9 Implementasi Roadmap Pengembangan Sistem Pembayaran dan Setelmen ASEAN 34
3.10 Peningkatan Efisiensi Dalam Layanan Kepada Kemenkeu 35
Boks 3.1 Implementasi STKE BPR Wilayah Jawa Timur 37

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 iii


BAB 4. Pengawasan Sistem Pembayaran 40
4.1 Pengawasan Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Bank Indonesia 40
4.2 Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Pihak di Luar Bank Indonesia 42

BAB 5. Arah Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran ke Depan 48


5.1 Arah Kebijakan dan Pengembangan BI-RTGS/BI-SSSS Generasi II 48
5.2 Arah Kebijakan dan Pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia 49
5.3 Arah Kebijakan dan Pengembangan NPG ke Depan 50
5.4 Arah Kebijakan dan Pengembangan Uang Elektronik 51
5.5 Arah Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran dan Setelmen ASEAN Dalam Rangka MEA 2015 51
5.6 Penyusunan Konsep RUU Sistem Pembayaran dan Penyelesaian Akhir (SPPA) 54
Artikel 1. Potensi Uang Elektronik di Jakarta: Potensi Besar yang belum Tergarap 59
Artikel 2. Mobile Financial Services dalam rangka Mendukung Financial Inclusion 61

Bagian 2 Pengelolaan Uang 63

BAB 6. Sekilas Pengelolaan Uang 64


6.1. Isu Strategis dan Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012 64
6.2. Arah Kebijakan ke Depan 65

BAB 7. Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam Mendukung Kelancaran Aktivitas


Perekonomian Nasional 67
7.1. Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) 68
7.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia 71
7.3. Perkembangan Posisi Kas Bank Indonesia 74
7.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Rupiah 75
7.5. Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 77

BAB 8. Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012 79


8.1 Tersedianya Uang Rupiah yang Berkualitas 80
8.2 Distribusi dan Pengolahan Uang Rupiah yang Aman dan Terpercaya 95
8.3 Pengembangan Layanan Kas Prima 97
8.4 Koordinasi dalam rangka Implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang 109

iv Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


BOKS 8.1. 3D Generasi Dua (Didapat, Disayang dan Disimpan) 90
BOKS 8.2. Rintisan Edukasi Keaslian Uang Rupiah melalui Jalur Pendidikan – Pilot Project Edukasi Kebanksentralan di Kabupaten
Sukabumi dan di Provinsi Jawa Barat 92
BOKS 8.3. Bye-Laws Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) 99
BOKS 8.4. Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) 112

BAB 9. Kegiatan dan Informasi Pendukung dalam Tugas Pengelolaan Uang 115
9.1 Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia 115
9.2 Uang Rupiah yang Sudah Dicabut dan Ditarik dari Peredaran 116
9.3 Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas (BISILK) 117

BAB 10. Penilaian Kinerja Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Tugas di Bidang Pengelolaan Uang
Rupiah 119
10.1 Survei Kepuasan Terhadap Ketersediaan Uang Rupiah Layak Edar 119
10.2 Survei Kepuasan Perbankan atas Layanan Kas di Kantor Pusat Bank Indonesia 120

BAB 11. Arah Kebijakan dan Rencana Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2013 123

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 v


Daftar Tabel

Tabel 1.1 Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran 2012 4


Tabel 2.1 Perkembangan Jenis Transaksi melalui Sistem BI RTGS 11
Tabel 2.2 Jumlah Nasabah yang Tercantum dalam DHN dan Perbandingan antara Jumlah Warkat Cek dan/atau Bilyet
Giro Kosong terhadap Total Warkat Penyerahan Bank 13
Tabel 2.3 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Indonesia 19
Tabel 7.1 Rata-rata UYD dan Posisi UYD 68
Tabel 7.2. Pangsa UYD di Bank dan Masyarakat 70
Tabel 7.3 Jumlah NetfFow Uang Kartal Berdasarkan Wilayah (Triliun Rp) 74
Tabel 7.4 Pangsa Jumlah Uang Rupiah Kertas yang Dimusnahkan Berdasarkan Wilayah 76
Tabel 7.5 Pangsa Uang Rupiah Kertas yang Dimusnahkan Berdasarkan Denominasi 76
Tabel 7.6 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah terhadap Inflow Berdasarkan Denominasi 76
Tabel 9.1 Uang yang di Cabut dan Ditarik dari Peredaran 116
Tabel 10. Atribut Penilaian Survei Layanan Kas di Kantor Pusat Bank Indonesia Tahun 2012 121

Daftar Grafik

Grafik 2.1 Perkembangan Transaksi Melalui Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Bank Indonesia 10
Grafik 2.2 Perkembangan Transaksi Sistem BI-RTGS 10
Grafik 2.3 Pangsa Nilai Transaksi Sistem BI-RTGS 11
Grafik 2.4 Pangsa Volume Transaksi Sistem BI-RTGS 11
Grafik 2.5 Perkembangan Transaksi melalui BI-SSSS 12
Grafik 2.6 Perkembangan Transaksi melalui SKNBI 12
Grafik 2.7 Volume Cek dan Bilyet Giro Kosong Tahun 2012 12
Grafik 2.8 Nilai Cek dan Bilyet Giro Kosong Tahun 2011 12
Grafik 2.9 Perkembangan Infrastruktur Pembayaran Ritel (ATM dan EDC) 15
Grafik 2.10 Perkembangan Jumlah Kartu Kredit Beredar 15

vi Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Grafik 2.11 Perkembangan Transaksi Menggunakan Kartu Kredit 15
Grafik 2.12 Perkembangan Jumlah Kartu ATM dan ATM/Debet Beredar 16
Grafik 2.13 Perkembangan Transaksi Menggunakan Kartu ATM dan ATM/debet 16
Grafik 2.14 Perkembangan Jumlah Uang Elektronik 17
Grafik 2.15 Perkembangan Komposisi Jumlah Uang Elektronik 17
Grafik 2.16 Perkembangan Transaksi Menggunakan Uang Elektronik 17
Grafik 2.17 Pangsa Volume Transaksi KUPU 18
Grafik 2.18 Pangsa Nilai Transaksi KUPU 18

Grafik 4.1 Throughput Guideline 41


Grafik 4.2 Turn Over Ratio 41
Grafik 4.3 Proporsi Volume Queue Transaction 42
Grafik 4.4 Proporsi Nominal Queue Transaction 42
Grafik 4.5 Perkembangan Jumlah Kasus Fraud Kartu Kredit 43
Grafik 4.6 Perkembangan Nominal Fraud Kartu Kredit 43

Grafik 7.1 Pertumbuhan UYD, PDB dan Inflasi 68


Grafik 7.2 Pertumbuhan UYD, Konsumsi RT, Rasio UYD terhadap Konsumsi RT 68
Grafik 7.3 Perkembangan Posisi UYD 69
Grafik 7.4 Perkembangan Rata-rata UYD Bulanan 69
Grafik 7.5 Perkembangan Pangsa UYD di Perbankan 70
Grafik 7.6 Pangsa UYD Berdasarkan Nominal 70
Grafik 7.7 Pangsa UYD Berdasarkan Bilyet/Keping 71
Grafik 7.8 Perkembangan Jumlah Outflow 72
Grafik 7.9 Pangsa Outflow Berdasarkan Pecahan 72
Grafik 7.10 Pangsa Outflow Berdasarkan Sebaran Wilayah 72
Grafik 7.11 Perkembangan Jumlah Inflow 72
Grafik 7.12 Perkembangan Inflow Berdasarkan Pecahan 73
Grafik 7.13 Perkembangan Inflow Berdasarkan Sebaran Wilayah 73
Grafik 7.14 Perkembangan Jumlah Inflow, Outflow, dan NetFlow 73
Grafik 7.15 Perkembangan Jumlah NetFlow 74
Grafik 7.16 Pangsa Posisi Kas Bank Indonesia Berdasarkan Pecahan 75
Grafik 7.17 Perkembangan Jumlah Bilyet Uang Kertas yang Dimusnahkan 76

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 vii


Daftar Bagan

Bagan 3.1 Bagan implementasi Blueprint dalam rangka MEA 23


Bagan 3.2 Grand Design Pengembangan SKNBI 25

Bagan 5.1 Roadmap Pengembangan SKNBI 50


Bagan 5.2 Keterkaitan Undang-Undang lain dengan dengan Sistem Pembayaran 55

viii Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Ringkasan Eksekutif

Kondisi Perekonomian Tahun 2012


Di tengah perkembangan ekonomi dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian, ekonomi Indonesia tetap
menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Pada tahun 2012, ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar
6,23%, dengan inflasi terkendali pada tingkat yang rendah sebesar 4,30%. Kinerja ekonomi tersebut terutama ditopang
oleh menguatnya permintaan domestik di tengah pelemahan kinerja ekspor.

Kinerja ekonomi yang menggembirakan selama tahun 2012 ini melengkapi periode panjang pertumbuhan ekonomi
Indonesia dengan rata-rata di atas enam persen dalam kurun waktu delapan tahun terakhir. Selain itu, kinerja positif
tersebut pada saat yang sama juga menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global.
Daya tahan tersebut tercermin pada kemampuan ekonomi Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi
pada tingkat yang cukup tinggi, sementara ekonomi dunia masih menghadapi kinerja yang melemah. Permasalahan
perekonomian AS yang belum sepenuhnya pulih, penurunan kinerja ekonomi negara-negara di kawasan Eropa, serta
dampak permasalahan tersebut terhadap emerging market, telah menjadi penyebab perekonomian global tumbuh
melambat.

Daya tahan ekonomi Indonesia yang kuat ini tidak terlepas dari dukungan kondisi ekonomi makro yang stabil dan sistem
keuangan yang kondusif.

Terjaganya sistem keuangan yang kondusif antara lain tidak terlepas dari peran sistem pembayaran yang mendukung
kelancaran, efisiensi, dan keamanan transaksi perekonomian. Sementara itu, melalui kebijakan pengelolaan uang rupiah,
kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan uang kartal layak edar dalam jumlah yang cukup, baik nominal maupun
pecahan, dapat dipenuhi.

Kinerja dan Kebijakan Sistem Pembayaran


Terselenggaranya sistem pembayaran sebagai infrastruktur sistem keuangan merupakan faktor penting untuk mendukung
stabilitas sistem keuangan dan moneter. Selain itu, sistem pembayaran juga berperan penting untuk memperlancar
aktivitas perekonomian masyarakat dan dunia usaha.

Selama tahun 2012, keandalan sistem pembayaran sebagai infrastruktur sistem keuangan tetap terpelihara dengan baik.
Hal tersebut tercermin dari terselenggaranya sistem pembayaran yang aman dan lancar. Keandalan sistem pembayaran
tersebut ditunjukkan dengan terpenuhinya tingkat ketersediaan (availability) sistem pembayaran sesuai service level yang
telah ditetapkan.

Bank Indonesia secara konsisten terus berupaya meningkatkan kinerja sistem pembayaran sebagai urat nadi
perekonomian Indonesia. Upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan semakin meningkatnya peran

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 ix


sistem pembayaran dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakat. Sesuai data transaksi keuangan melalui sistem
pembayaran, selama tahun 2012 nilai transaksi mencapai Rp104,83 ribu triliun atau meningkat 46,52% dari nilai transaksi
tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp71,55 ribu triliun. Sementara itu volume transaksi mencapai 3,27 miliar transaksi atau
meningkat sebesar 24,42% dari volume transaksi tahun 2011 yang mencapai 2,63 miliar transaksi.

Di sisi kebijakan sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia selalu mengedepankan empat aspek utama, yaitu
keamanan, efisiensi, perluasan akses, dan perlindungan konsumen. Terselenggaranya sistem pembayaran yang aman
dan efisien merupakan faktor penting untuk memperlancar transaksi pembayaran. Selanjutnya, perluasan akses dalam
sistem pembayaran dapat mendorong terwujudnya program keuangan inklusif bagi lapisan masyarakat yang belum
terjangkau oleh layanan perbankan. Selain itu, perlindungan konsumen merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam
penetapan kebijakan dan pengembangan sistem pembayaran untuk menempatkan posisi konsumen pengguna jasa sistem
pembayaran setara dengan penyelenggara sistem pembayaran.

Terkait dengan rekening Pemerintah, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan layanan pengelolaan rekening
Pemerintah untuk mendukung dan mempermudah koordinasi kebijakan fiskal dan moneter.

Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran ditempuh melalui penguatan infrastruktur dan terus
mengupayakan interkoneksi infrastruktur sistem pembayaran yang telah ada dalam upaya untuk menjamin keamanan
dan efisiensi penyelenggaraan sistem pembayaran. Berbagai kebijakan Bank Indonesia terkait penguatan infrastruktur
meliputi pengembangan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II, interkoneksi sistem pembayaran ritel melalui pengembangan Gerbang
Pembayaran Nasional (National Payment Gateway-NPG), dan interkoneksi penyelenggaraan uang elektronik, serta
implementasi standar nasional kartu ATM/Debet berbasis chip secara bertahap. Dalam rangka perluasan akses sistem
pembayaran, Bank Indonesia bekerjasama dengan Bank Jatim mengimplementasikan Sistem Transfer Kredit Elektronik
(STKE) antar BPR. Selanjutnya, Bank Indonesia senantiasa memperkuat aspek hukum dalam penyelenggaraan sistem
pembayaran di Indonesia dalam rangka menjamin perlindungan konsumen pengguna jasa sistem pembayaran, melalui
penyusunan dan penyempurnaan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai sistem pembayaran.

Kinerja dan Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah


Di tengah pesatnya perkembangan inovasi instrumen pembayaran non tunai, uang kartal masih tetap memegang peranan
penting dalam mendukung kelancaran transaksi pembayaran di masyarakat. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya
transaksi pembayaran tunai masyarakat yang salah satunya tercermin dari pertumbuhan jumlah uang kartal yang
diedarkan (UYD).

Selama tahun 2012, jumlah rata-rata harian UYD mencapai Rp370,61 triliun atau meningkat 15,68% dibanding tahun
sebelumnya. Demikian pula dengan rasio UYD terhadap konsumsi masyarakat khususnya rumah tangga yang juga
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 33,64%.

Di sisi kebijakan, kebijakan pengelolaan uang rupiah diarahkan pada misinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
ketersediaan uang rupiah layak edar dalam jumlah nominal cukup dan pecahan yang sesuai. Kebijakan tersebut diambil
dengan memperhatikan perkembangan kondisi ekonomi makro maupun isu-isu strategis yang berkembang dalam kegiatan
pengelolaan uang rupiah.

Kebijakan pengelolaan uang Bank Indonesia pada tahun 2012 juga mengacu isu strategis terkait dengan implementasi
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang yang mulai diberlakukan pada tanggal 28 Juni 2011. Pada

x Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


perkembangannya, implementasi UU Mata Uang membawa dampak luas bagi Bank Indonesia, terutama dengan semakin
besarnya keterlibatan instansi lain di luar Bank Indonesia dalam kegiatan pengelolaan uang rupiah.

Menyikapi berbagai perkembangan tersebut, kebijakan pengelolaan uang rupiah Bank Indonesia pada tahun 2012
dilakukan dengan mengacu pada tiga pilar kebijakan yaitu i) Tersedianya Uang Rupiah yang Berkualitas; ii) Distribusi
dan Pengolahan Uang Rupiah yang Aman dan Terpercaya; dan iii) Layanan Kas Prima. Adapun penjabaran dari berbagai
kebijakan pengelolaan uang tersebut juga diarahkan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan pengolahan uang rupiah oleh
Bank Indonesia.

Pilar kebijakan satu yaitu tersedianya uang rupiah yang berkualitas diterjemahkan ke dalam suatu rangkaian strategi
kegiatan pengelolaan uang rupiah. Strategi tersebut diantaranya meliputi penetapan Estimasi Kebutuhan Uang Rupiah
(EKU) dan Rencana Cetak Uang Rupiah (RCU) serta pengadaan bahan baku dan jasa pencetakan uang Rupiah. Selain itu,
ketersediaan uang rupiah yang berkualitas di masyarakat juga diwujudkan melalui strategi peningkatan pemantauan
kualitas uang dan kegiatan pengolahan uang rupiah yang dilakukan oleh Perbankan dan perusahaan Cash in Transit (CIT);
terus meningkatkan upaya penanggulangan peredaran uang rupiah palsu disamping secara berkesinambungan melakukan
peningkatan kualitas uang rupiah melalui penyempurnaan desain uang.

Sementara itu, untuk mewujudkan Pilar Kebijakan dua, berbagai strategi telah ditempuh oleh Bank Indonesia guna
memujudkan distribusi dan pengolahan uang rupiah yang aman dan terpercaya. Strategi tersebut diantaranya meliputi
pelaksanaan distribusi uang rupiah secara efektif dan efisien sesuai dengan EKU yang telah ditetapkan; pemantauan
terhadap kegiatan pengolahan uang dan layanan nasabah yang dilakukan oleh Perbankan dan perusahaan Cash in Transit
(CIT) serta melakukan pemantauan terhadap optimalisasi kinerja sarana pengolahan uang rupiah yang dimiliki Bank
Indonesia.

Adapun untuk mewujudkan Pilar Kebijakan tiga yaitu Layanan Kas Prima, Bank Indonesia terus berupaya untuk
meningkatkan keterlibatan pihak-pihak eksternal terkait dalam kegiatan pengelolaan uang rupiah yang dilakukannya. Hal
ini dilakukan melalui strategi penyempurnaan sistem dan prosedur layanan kas; optimalisasi kerjasama penukaran uang
rupiah pecahan kecil dengan perbankan dan pihak lainnya maupun melalui pengembangan strategi layanan kas pada
periode Hari Raya Keagamaan. Kebijakan layanan kas prima juga diwujudkan melalui strategi optimalisasi Layanan Kas
Luar Kantor Bank Indonesia yang meliputi layanan kas keliling dan kas titipan serta layanan kas di wilayah terpencil dan
terdepan NKRI.

Ke depan, kebutuhan uang rupiah diperkirakan meningkat seiring dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang tetap
tinggi. Dengan kondisi tersebut dan mempertimbangkan perkembangan lingkungan srategis ke depan, kebijakan
pengelolaan uang rupiah akan tetap mengacu pada tiga pilar kebijakan yang telah dijalankan sebelumnya. Implementasi
ketiga pilar kebijakan tersebut akan memfokuskan pada penguatan manajemen pengelolaan uang kartal, peningkatan
efektivitas dan efisiensi distribusi uang, penguatan implementasi UU Mata Uang dan penguatan fungsi layanan kas.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 xi


Halaman ini sengaja dikosongkan

xii Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

BAGIAN 1

SISTEM PEMBAYARAN

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 1


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran memiliki peran strategis dalam mendukung aktivitas


perekonomian masayrakat dan dunia usaha. Selain itu sistem pembayaran juga
berperan penting dalam mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan dan
pelaksanaan kebijakan moneter. Dengan peran strategis tersebut, Bank Indonesia
dituntut untuk terus memastikan bahwa perkembangan sistem pembayaran harus
selalu berada dalam koridor ketentuan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan.
Hal ini tentu saja demi menjamin kelancaran dan keamanan jalannyakegiatan sistem
pembayaran yang perkembangan transaksinyaterusmeningkat secara signifikan dari
tahun ketahun.
Selama 2012, terjadi peningkatan aktivitas transaksi sistem pembayaran
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Meningkatnya aktivitas sistem pembayaran
tersebut karenaperekonomian Indonesia yang berkinerjabaik, tercermin dari
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi yaitu mencapai 6,23% dengan
pencapaian inflasi pada level yang rendah yaitu 4,30%.
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran selama 2012 difokuskan pada
empat aspek utama, yaitu peningkatan keamanan, efisiensi, perluasan akses, dan
perlindungan konsumen.

2 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

Bab 1

Sekilas Sistem Pembayaran

Perekonomian Indonesia pada 2012 menunjukkan Selain itu sistem pembayaran juga berperan penting
pertumbuhan yang relatif tinggi dengan laju inflasi dalam mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan
yang tetap terkendali pada tingkat yang rendah sebesar dan pelaksanaan kebijakan moneter.
4,30%. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23% menjadikan
Dengan peran strategis tersebut, Bank Indonesia dituntut
Indonesia sebagai salah satu negara yang masih
untuk terus memastikan bahwa perkembangan sistem
mampu menjaga pertumbuhan ekonominya di tengah
pembayaran harus selalu berada dalam koridor ketentuan
perlambatan ekonomi global.
yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan. Hal ini tentu
Terjaganya pertumbuhan ekonomi pada 2012 ditopang saja demi menjamin kelancaran dan keamanan jalannya
oleh kinerja permintaan domestik. Di satu sisi, kuatnya kegiatan sistem pembayaran.
permintaan domestik mampu menjaga pertumbuhan
Berbagai kebijakan dan pengembangan sistem
ekonomi di tengah melambatnya kinerja ekspor akibat
pembayaran ditempuh Bank Indonesia dengan tetap
melemahnya perekonomian global dan penurunan harga
terfokus pada empat aspek utama, yaitu peningkatan
komoditas. Namun, di sisi lain, kuatnya permintaan
keamanan, efisiensi, perluasan akses dalam sistem
domestik juga berimplikasi pada kuatnya pertumbuhan
pembayaran dengan tetap memperhatikan perlindungan
impor. Dari sisi penawaran, sektor yang berorientasi
konsumen.
ekspor tumbuh rendah, tetapi kondisi sebaliknya
berlangsung pada sektor-sektor yang berorientasi Peningkatan keamanan dalam sistem pembayaran
domestik. bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat
akan berbagai alternatif instrumen pembayaran yang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap terjaga
dapat digunakan masyarakat dalam kegiatan ekonomi
tersebut, tidak terlepas dari peran strategis sistem
yang dilakukannya. Sementara itu peningkatan efisiensi
pembayaran dalam mendukung aktivitas perekonomian.
melalui upaya interkoneksi sistem pembayaran menjadi
Peran strategis sistem pembayaran dalam aktivitas
sangat penting agar industri sistem pembayaran dapat
perekonomian terutama untuk menjamin terlaksananya
melakukan sharing investasi pengembangan infrastruktur
berbagai transaksi pembayaran yang dilakukan oleh
untuk menciptakan efisiensi secara nasional baik bagi
masyarakat dan dunia usaha. Perkembangan inovasi
industri sistem pembayaran maupun bagi masyarakat
dalam sistem pembayaran merupakan konsekuensi
pengguna karena tidak harus memiliki banyak instrumen
logis dari semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan
pembayaran dalam melakukan berbagai transaksi
keberadaan instrumen dan mekanisme pembayaran yang
pembayaran.
praktis, efisien, aman, dan nyaman untuk mendukung
aktivitas ekonomi yang dilakukan.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 3


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

Tabel 1.1
Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran 2012

������������������ ���� ���� ��� ����������������������� ���� ���� ���


���� ��������� ��������� ������ ���� ��������� ��������� �����
������������������� ��������� ��������� ������ ������������������� ����� ����� �����
�������������������� �������� �������� ������ �������������������� ������ ������ �����
������������������� ��������� ��������� ������ ������������������� ��������� ��������� �����
�������������������� �������� �������� ����� �������������������� ����� ����� ������
����������������� �������� �������� ������� ����������������� ������ ����� �������
���� �������� �������� ������� ���� ����� ����� �������
��������� �������� ��������� ������ ��������� �������� �������� �����
������� �������� �������� ������ ������� ��������� ������� �����
����� �������� �������� ����� ����� ��������� ��������� �����
��� ������ ������ ������ ��� �������� �������� �����
�� �������� �������� ����� �� ��������� ��������� �����
����������������������� ���� ���� ������ ����������������������� ������ ������ �����
������ ������ ������ ������ ������ ��������� ��������� ������
���������������������� �������� �������� ������ ���������������������� ������������ ������������ ������
����������� �������� �������� ������ ����������� ������������ ������������ ������
�������� ������ ������ ������ �������� ���������� ���������� �����
������� ���� ���� ������� ������� ��������� ���������� �������
�������������������������� ��������� ���������� ������ �������������������������� ������������ ������������ ������
������������������������� �������������������������

Dari sisi perluasan akses dalam sistem pembayaran, 1.1 Kebijakan dan Pengembangan
Bank Indonesia senantiasa mendorong industri sistem Sistem Pembayaran
pembayaran untuk memperluas cakupan layanan sistem
Dengan mengedepankan empat aspek utama, yaitu
pembayaran sehingga dapat lebih luas dan merata ke
peningkatan keamanan, efisiensi, perluasan akses, dan
seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya di kota-kota besar.
perlindungan konsumen, kebijakan dan pengembangan
Selain itu, perluasan akses dalam sistem pembayaran
sistem pembayaran yang ditempuh Bank Indonesia selama
dapat mendorong terwujudnya program keuangan inklusif
2012 dilakukan melalui persiapan implementasi Sistem
bagi lapisan masyarakat yang belum terjangkau oleh
BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, pengembangan NPG,
layanan perbankan.
interkoneksi dalam penyelenggaraan uang elektronik,
Selanjutnya, perlindungan konsumen merupakan faktor persiapan implementasi standar nasional kartu ATM dan
yang tidak kalah penting dalam penetapan kebijakan dan ATM/Debet berbasis chip, perluasan akses BPR dalam
pengembangan sistem pembayaran untuk menempatkan sistem pembayaran, serta penyempurnaan ketentuan
posisi konsumen pengguna jasa sistem pembayaran untuk lebih meningkatkan penerapan aspek perlindungan
setara dengan penyelenggara sistem pembayaran. Hal konsumen pengguna jasa sistem pembayaran.
ini menjadi penting agar masyarakat sebagai konsumen
Kebijakan penguatan infrastruktur untuk meningkatkan
pengguna jasa sistem pembayaran dapat semakin
keamanan dan efisiensi dalam penyelenggaraan
terlindungi dan tidak lagi berada pada posisi lemah
sistem pembayaran dilakukan Bank Indonesia dengan
yang diakibatkan dari kekurangpahaman masyarakat
melakukan persiapan implementasi Sistem BI-RTGS dan
atas manfaat dan risiko dari suatu instrumen dan/atau
BI-SSSS Generasi II. Pengembangan ini dilakukan untuk
mekanisme pembayaran yang digunakan.
mengimbangi tren peningkatan jumlah transaksi BI-RTGS
Keempat faktor utama dalam penetapan kebijakan dan dan BI-SSSS dari waktu ke waktu yang sejalan dengan
pengembangan sistem pembayaran menjadi sangat perkembangan ekonomi. Selain itu, pengembangan ini
relevan untuk terus diupayakan mengingat perkembangan juga dilakukan sebagai persiapan untuk mengantisipasi
transaksi keuangan yang melalui sistem pembayaran yang konektivitas Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan
semakin tinggi setiap tahunnya (Tabel 1.1). infrastruktur sistem keuangan lainnya baik domestik

4 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

maupun internasional. Selain itu, dengan pengembangan terkait biaya investasi dalam penyelenggaraan sistem
ini diharapkan akan tercapai peningkatan kemampuan pembayaran. Pada tahap awal pengembangan NPG,
mitigasi risiko dalam penyelenggaraan sistem pembayaran Bank Indonesia memfasilitasi interkoneksi ATM dua
sehingga dapat berjalan secara aman dan efisien. Efisiensi bank, yaitu Bank Mandiri dan BCA. Dengan terkoneksinya
dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS infrastruktur ATM kedua bank tersebut, maka semakin
Generasi II nantinya, tidak hanya dari sisi penggunaan memperluas jaringan layanan sistem pembayaran. Kondisi
likuiditas tetapi juga dari sisi infrastuktur sistem yang ini mempermudah masyarakat untuk melakukan transaksi
digunakan. secara lebih cepat dan efisien. Pada gilirannya sinergi
kedua bank tersebut diharapkan dapat meningkatkan
Selain itu, kebijakan untuk peningkatan keamanan juga
daya saing industri sistem pembayaran secara nasional
dilakukan melalui persiapan implementasi standar
dalam menghadapi era persaingan global.
nasional kartu ATM/Debet menggunakan teknologi chip
dan Personal Identification Number (PIN) paling kurang Upaya lain yang dilakukan Bank Indonesia untuk
6 (enam) digit. Penggunaan standar nasional kartu ATM peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan sistem
dan ATM/Debet dengan menggunakan teknologi chip pembayaran ritel adalah melalui kebijakan pengembangan
ditargetkan dapat diterapkan secara menyeluruh pada interkoneksi dalam penyelenggaraan uang elektronik.
akhir 2015. Teknologi chip dinilai mampu mengurangi Selama periode laporan, Bank Indonesia telah
kejahatan (fraud) yang dilakukan melalui infrastruktur berkoordinasi dengan Kementerian Negara Badan Usaha
sistem kartu ATM dan ATM/Debet, yang antara lain Milik Negara (BUMN) dan Unit Kerja Presiden Bidang
dilakukan dengan metode skimming. Kebijakan ini Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
tentunya juga ditujukan untuk memberikan perlindungan Dari koordinasi tersebut disepakati agar pengembangan
kepada masyarakat pengguna kartu ATM dan ATM/Debet. interkoneksi dalam penyelenggaraan uang elektronik
menjadi program nasional. Salah satu sektor yang akan
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dalam
memperoleh manfaat dari interkoneksi tersebut adalah
penyelenggaraan sistem pembayaran ritel, Bank
sektor transportasi yang secara massal digunakan oleh
Indonesia terus mendorong interkoneksi infrastruktur
masyarakat.
sistem pembayaran ritel melalui pengembangan
NPG. Terwujudnya NPG akan membantu pemantauan Selanjutnya untuk meningkatkan perluasan akses dalam
risiko penyelenggaraan sistem pembayaran dan akan sistem pembayaran, Bank Indonesia turut aktif dalam
membentuk database sistem pembayaran ritel secara pengembangan sistem transfer kredit elektronik (STKE).
nasional yang dapat mendukung pengambilan keputusan Akses BPR dalam sistem pembayaran semakin luas karena
bagi otoritas yang berwenang. Kebijakan interkoneksi BPR di wilayah Jawa Timur, baik untuk kepentingan BPR
infrastruktur sistem pembayaran tersebut bertujuan sendiri maupun nasabahnya, telah dapat memanfaatkan
untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan layanan sistem pembayaran yang cepat dan aman dengan
kegiatan pembayaran dan transfer dana. Dengan biaya relatif murah melalui STKE. STKE dikembangkan
interkoneksi sistem pembayaran, masyarakat tidak harus oleh Bank Jatim sebagai bank pengayom BPR (APEX
memiliki banyak APMK dan uang elektronik, karena BPR) di wilayah Jawa Timur bekerjasama dengan Bank
hanya dengan satu kartu atau satu uang elektronik, Indonesia. STKE merupakan suatu sistem yang digunakan
masyarakat dapat melakukan kegiatan pembayaran dan dalam penyelenggaraan transfer dana antar anggota APEX
transfer dana melalui berbagai alternatif infrastruktur BPR dan/atau dengan bank umum melalui Sistem Kliring
sistem pembayaran yang ada. Dari sisi industri Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
sistem pembayaran, interkoneksi infrastruktur sistem
Selanjutnya, upaya Bank Indonesia terkait aspek
pembayaran akan meningkatkan efisiensi nasional
perlindungan konsumen dilakukan antara lain melalui

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 5


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

penyempurnaan ketentuan yang lebih memperhatikan Pendanaan Terorisme Bagi Penyelenggara Jasa Sistem
aspek perlindungan konsumen, yaitu penyempurnaan Pembayaran Selain Bank. Ketentuan ini merupakan
ketentuan APMK yang dilakukan Bank Indonesia dengan tindak lanjut dari amanat dalam Undang-Undang No.8
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/2/ Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan Tindak Pidana Pencucian Uang, dan mengatur mengenai
atas PBI No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (PBI Pendanaan Terorisme (APU dan PPT).
APMK) dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.14/17/
DASP tanggal 7 Juni 2012 perihal Perubahan SEBI 1.2 Arah Kebijakan dan
No.11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan APMK. Pengembangan Sistem Pembayaran
Pokok-pokok materi perubahan yang dimuat dalam
Melanjutkan kebijakan dan pengembangan sistem
PBI dan SEBI tersebut antara lain meliputi pengaturan
pembayaran 2012, ke depan Bank Indonesia senantiasa
batas maksimum suku bunga kartu kredit, pengaturan
mendorong industri untuk melakukan penataan dan
persyaratan dalam pemberian fasilitas kartu kredit
penguatan infrastruktur sistem pembayaran dalam upaya
(batas minimum usia, batas minimum pendapatan, batas
meningkatkan keamanan dan efisiensi dalam sistem
maksimum plafon kredit, dan jumlah maksimum penerbit
pembayaran.
yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit), penerapan
prinsip kehati-hatian dan transparansi (penyeragaman Hal tersebut dilakukan Bank Indonesia dengan tetap
pola perhitungan bunga kartu kredit serta pengenaan melanjutkan tahapan pengembangan NPG, SKNBI, dan
biaya dan denda, pengaturan kerjasama dengan pihak uang elektronik.
lain, khususnya yang terkait dengan penagihan utang Pengembangan NPG ke depan akan dilakukan melalui tiga
kartu kredit). tahapan besar. Tahap pertama, adalah pengembangan
Terkait kebijakan pembatasan kepemilikan kartu kredit, instrumen pembayaran yang paling dominan digunakan
Bank Indonesia juga telah menerbitkan SEBI No.14/27/ oleh masyarakat Indonesia yaitu kartu ATM dan
DASP tanggal 25 September 2012 perihal Mekanisme ATM/Debet dengan menginterkoneksikan jaringan
Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit. Surat Edaran penyelenggara kartu ATM dan ATM/Debet di Indonesia.
Bank Indonesia ini diterbitkan sebagai aturan pelaksana Tahapan kedua adalah pengembangan instrumen
Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 yang pada pembayaran pada kartu kredit dan uang elektronik
intinya mewajibkan Penerbit Kartu Kredit melakukan melalui pemrosesan kartu kredit secara domestik untuk
penyesuaian kepemilikan Kartu Kredit khususnya bagi transaksi yang dilakukan di Indonesia tanpa harus
mereka yang berpendapatan antara Rp3 juta – Rp10 juta diteruskan kepada Prinsipal luar negeri seperti yang
tiap bulan. Sementara itu, terkait pembatasan suku bunga berlaku saat ini. Sementara itu, untuk perluasan cakupan
kartu kredit, Bank Indonesia menerbitkan SEBI No.14/34/ transaksi menggunakan uang elektronik akan didukung
DASP tanggal 27 November 2012 perihal Batas Maksimum melalui interkoneksi diantara penerbit uang elektronik.
Suku Bunga Kartu Kredit. Berdasarkan ketentuan tersebut, Selanjutnya tahap terakhir adalah pengembangan
batas maksimum suku bunga kartu kredit ditetapkan layanan Mobile Financial Services (MFS) dan e-commerce.
sebesar 2,95% per bulan. Modul layanan ini akan mendukung konvergensi layanan
transaksi berbasis mobile serta e-commerce di masa
Selain ketentuan terkait APMK, pada periode laporan
datang.
Bank Indonesia juga telah menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia No.14/3/PBI/2012 tanggal 29 Maret 2012
tentang Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

6 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

Pengembangan SKNBI akan mencakup penyelesaian laju perkembangan sistem pembayaran yang sangat
transaksi atas transfer kredit dan debet baik yang bersifat pesat. Pesatnya perkembangan sistem pembayaran
individual maupun rutin (bulk payment). dapat menjadi sumber informasi (kondisi likuiditas dan
infrastruktur sistem keuangan) yang menjadi subyek
Selanjutnya, arah kebijakan dan pengembangan uang
pemantauan secara microprudential guna memonitor
elektronik ke depan difokuskan pada upaya untuk
kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potential
meningkatkan penggunaan uang elektronik di masyarakat
shock. Hasil dari riset dan pemantauan selanjutnya
serta memperluas jangkauan dan penetrasi infrastruktur
akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam
uang elektronik melalui dua tahapan waktu yaitu jangka
pengambilan langkah-langkah yang tepat untuk meredam
pendek dan menengah dengan kegiatan edukasi dan
gangguan dalam sektor keuangan.
sosialisasi, fasilitasi industri serta perluasan pasar.
Sedangkan untuk jangka panjang melalui standardisasi Selanjutnya informasi secara komprehensif mengenai
uang elektronik. perkembangan sistem pembayaran, kebijakan dan
pengembangan sistem pembayaran yang ditempuh
Dari sisi penguatan aspek hukum dalam sistem
selama 2012, serta arah kebijakan dan pengembangan
pembayaran, Bank Indonesia akan menginisiasi
sistem pembayaran ke depan akan diulas secara
penyusunan Rancangan Undang Undang (RUU) Sistem
mendalam pada bab-bab selanjutnya.
Pembayaran dan Penyelesaian Akhir (SPPA). Alasan
utama mengapa perlunya UU SPPA ini adalah karena

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 7


Bab 1 Sekilas Sistem Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

8 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

Saat ini system pembayaran di Indonesia diselenggarakan oleh Bank


Indonesia dan pihak di luar Bank Indonesia atau industri system pembayaran.
Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI merupakan system pembayaran yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia, sementara APMK, uang elektronik, dan
kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU) atau transfer dana diselenggarakan
oleh industri system pembayaran, baik berupa bank maupun lembaga selain
bank.
Perkembangan transaksi keuangan yang melalui system pembayaran selama
tahun 2012 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai transaksi
melalui system pembayaran selama tahun 2012 mencapai Rp104,84 ribu triliun
atau meningkat 46,52% dari nilai transaksi dari tahun 2011 yang tercatat
sebesar Rp71,55 ribu triliun. Sementara itu, dari sisi volume transaksi terjadi
peningkatan sebesar 24,42% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Volume
transaksi sepanjang tahun 2012 mencapai 3,27 miliar transaksi.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 9


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

Bab 2

Perkembangan Penyelenggaraan
dan Kinerja Sistem Pembayaran

2.1 Perkembangan dan Kinerja Sistem atau meningkat sebesar 7,15% dibandingkan dengan
Pembayaran yang Diselenggarakan tahun sebelumnya yang mencapai 115,34 juta transaksi.
oleh Bank Indonesia
Selama periode laporan perkembangan transaksi Perkembangan Transaksi melalui Sistem BI-RTGS
keuangan melalui sistem pembayaran yang
Aktivitas transaksi pembayaran melalui Sistem BI-RTGS
diselenggarakan oleh Bank Indonesia, baik Sistem BI-RTGS
pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan
maupun SKNBI mengalami peningkatan nilai dan volume
dengan tahun sebelumnya (Grafik 2.2). Nilai transaksi
transaksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik
yang penyelesaiannya dilakukan melalui Sistem BI-RTGS
2.1).
pada 2012 mencapai Rp99,40 ribu triliun atau naik
Aktivitas transfer keuangan elektronik yang diproses sebesar 48,53% dibandingkan dengan tahun sebelumnya
oleh Bank Indonesia melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI yang mencapai Rp66,92 ribu triliun dengan volume
mencapai nilai Rp101,57 ribu triliun atau meningkat tercatat sebanyak 17,50 juta transaksi atau naik sebesar
sebesar 47,43% dibandingkan dengan tahun sebelumnya 8,24% dibandingkan dengan 2011. Dengan demikian,
yang mencapai nilai Rp68,89 ribu triliun. Sementara itu rata-rata harian transaksi yang dilakukan melalui Sistem
dari sisi volume transaksi, mencapai 123,59 juta transaksi BI-RTGS pada 2012 mencapai nilai Rp404,05 triliun

���������������������� ����������������������� ������������������ �����������������������

������ �� ������ �����

�����
������ �� ������
�����
��
����� ����� �����

� �����
����� �����
���

����� ����� ���

���
����� ����� ���������������
��������������� � ���
������ ������
� � � �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ���� ����

Grafik 2.1 Perkembangan Transaksi Melalui Sistem Grafik 2.2


Pembayaran yang Diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perkembangan Transaksi Sistem BI-RTGS

10 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

dengan volume sebesar 71,13 ribu transaksi. Dengan


Tabel 2.1
nilai yang tinggi ini, Sistem BI-RTGS dikategorikan sebagai Perkembangan Jenis Transaksi melalui Sistem BI RTGS
Systemically Important Payment System (SIPS), yaitu
sistem yang memproses transaksi bernilai besar dengan ���������������
�����������������������
���� ���� ��������
potensi risiko sistemik1.
���� ����� ����� �������
Transaksi transfer elektronik yang diproses melalui Sistem ������������������� ������ ������ ������
�������������������������� ����� ����� �������
BI-RTGS meliputi transaksi masyarakat, pasar uang antar �������������������� ����� ����� �����
bank (PUAB), valuta asing, pasar modal, pengelolaan �������������������� ����� ����� ������
������������������� ������ ������ ������
moneter, dan transaksi yang dilakukan untuk kepentingan
��������� ����� ������ ������
pemerintah. ����� ������ ������ ������

Peningkatan nilai transaksi melalui BI-RTGS terutama ������


�����������������������
disebabkan oleh meningkatnya transaksi pengelolaan ���� ���� ��������
���� ������ ������ �������
moneter yang memiliki pangsa 60,86% dari total nilai ������������������� ���������� ���������� �����
transaksi BI-RTGS (Grafik 2.3). Nilai transaksi pengelolaan �������������������������� ������� ������ �������
�������������������� ������ ������ ������
moneter pada 2012 mengalami peningkatan sebesar
�������������������� ������� ������� �����
96,53% (Tabel 2.1) dibandingkan dengan tahun 2011. ������������������� ������ ������ �����
Peningkatan nilai tersebut mengindikasikan meningkatnya ��������� ��������� ��������� �����
����� ���������� ���������� �����
kegiatan pengelolaan moneter yang dilakukan Bank
Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas moneter dan
sistem keuangan. BI-RTGS (Grafik 2.4). Volume transaksi pasar modal pada
2012 mengalami peningkatan sebesar 13,94% (Tabel
Sementara itu, peningkatan volume transaksi melalui BI-
2.1). Peningkatan volume transaksi pasar modal tersebut
RTGS disebabkan oleh meningkatnya transaksi pasar modal
menunjukkan bahwa sampai saat ini transfer dana melalui
yang memiliki pangsa 0,40% dari total volume transaksi
Sistem BI-RTGS masih menjadi pilihan selain transfer
melalui SKNBI dan APMK. Dari perspektif efisiensi sistem
pembayaran, Sistem BI-RTGS mendukung percepatan
penyelesaian transaksi dan efisiensi dari sisi waktu.

�����
����
������
������
�������
��������������� �����
�����
����� ��������������������
�����
�������������������� ����
������ �������
�������������������
�������������������������
������� ������ ������ ��������������������
��������������������
�������������������
�������

�����
�����
Grafik 2.3 ����� �����
Pangsa Nilai Transaksi Sistem BI-RTGS

1 Risiko sistemik adalah risiko yang disebabkan oleh satu peserta tidak dapat Grafik 2.4
memenuhi kewajibannya yang berdampak pada terjadinya ketidakmampuan Pangsa Volume Transaksi Sistem BI-RTGS
seluruh peserta dalam sistem untuk memenuhi kewajibannya .

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 11


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

rata-rata harian transaksi surat berharga melalui BI-SSSS


���������������������� ����������������������� pada periode laporan mencapai nilai Rp132,12 triliun
����� ��
dengan volume sebesar 558 transaksi.
����� ��

����� �� Sampai dengan akhir periode laporan, peserta BI-SSSS


����� �� terdiri dari 137 bank , 14 non bank dan 16 sub registry.
����� ��

����� �
Perkembangan Transaksi melalui SKNBI
����� �

�����
�����������������������
� Aktivitas transaksi melalui SKNBI pada 2012 menunjukkan
��� �
������
peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
� �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� (Grafik 2.6). Nilai transaksi melalui SKNBI pada 2012
���� ����
mencapai Rp2.170,19 triliun atau naik sebesar 10,13%
Grafik 2.5
Perkembangan Transaksi melalui BI-SSSS

Aktivitas Penatausahaan Surat Berharga melalui


Bank Indonesia Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS) ���

����������
Sehubungan dengan kegiatan penatausahaan surat
������������������
berharga pada BI-SSSS, pada periode laporan, telah ���
ditatausahakan transaksi surat berharga dengan nilai
mencapai Rp32,50 ribu triliun atau meningkat sebesar
81,99% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai Rp17,86 ribu triliun. Sementara itu di sisi
volume transaksi mencapai 137,16 ribu atau meningkat
sebesar 12,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Grafik 2.7
Volume Cek dan Bilyet Giro Kosong Tahun 2012
yang mencapai 122,17 ribu (Grafik 2.5). Dengan demikian

���������������������� �����������������������
��� ��

��
���


��� ���

����������
������������������
��� ���

��
����������������������� �
������
� �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ����

Grafik 2.6 Grafik 2.8


Perkembangan Transaksi melalui SKNBI Nilai Cek dan Bilyet Giro Kosong Tahun 2012

12 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

dengan volume transaksi tercatat sebanyak 106,10 juta dan/atau BG kosong mengalami kenaikan dari 1,07% pada
transaksi atau naik sebesar 6,98% dibandingkan dengan 2011 menjadi 1,23% pada 2012.
2011. Dengan demikian rata-rata harian transaksi yang
Selama dua tahun terakhir, penarikan BG kosong baik sisi
dilakukan melalui SKNBI pada 2012 mencapai nilai Rp8,82
volume maupun nilai lebih besar dibanding penarikan
triliun dengan volume sebesar 431,29 ribu transaksi.
Cek kosong. Pada periode laporan, dari sisi volume, porsi
Sampai dengan akhir periode laporan, jumlah peserta penarikan BG kosong sebesar 76%, sedangkan dari sisi
SKNBI sebanyak 140 peserta bank dan 1 peserta Bank nilai sebesar 67%. Sementara itu, porsi penarikan Cek
Indonesia. kosong dari sisi volume sebesar 24% dan dari sisi nilai
sebesar 33%.
Pengelolaan Daftar Hitam Nasional (DHN)
Kinerja Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
Bank Indonesia
instrumen pembayaran Cek dan/atau Bilyet Giro (BG),
Bank Indonesia perlu menjaga kredibilitas Cek dan/ Untuk mengetahui kinerja Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan
atau BG tersebut sangat penting bagi kelancaran sistem SKNBI, Bank Indonesia menggunakan ukuran ketersediaan
pembayaran. Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI bagi pesertanya.
Ukuran ketersediaan sistem tersebut menunjukkan
Dalam praktek, pembayaran menggunakan Cek dan/
tingkat keandalan Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI yang
atau BG masih memiliki permasalahan risiko gagal bayar
diselenggarakan Bank Indonesia. Pada periode laporan,
karena saldo tidak cukup atau rekening giro telah ditutup
tingkat ketersediaan sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI
yang dikenal dengan istilah Cek dan/atau BG kosong.
mencapai tingkat yang sesuai dengan service level yang
Dalam rangka pencegahan penarikan Cek dan/atau BG
telah ditetapkan.
kosong tersebut, bank secara self assessment melakukan
penetapan identitas penarik Cek/BG kosong dalam DHN Untuk mendukung kinerja penyelenggaraan sistem
berdasarkan kriteria yang diatur dalam PBI No. 8/29/ pembayaran Bank Indonesia, maka salah satu upaya Bank
PBI/2006 tanggal 20 Desember 2006 tentang Daftar Hitam Indonesia adalah dengan melakukan migrasi jaringan dari
Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong dan yang semula berbasis System Network Architecture (SNA)
SE BI No. 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar menjadi berbasis Transmission Control Protocol/Internet
Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong. Protocol (TCP/IP).

Persentase perbandingan jumlah warkat Cek dan/atau Latar belakang migrasi tersebut dengan pertimbangan :
BG kosong terhadap total warkat penyerahan bank - Jaringan SNA merupakan teknologi lama yang sudah
pada periode laporan mengalami kenaikan dari 1,15% jarang digunakan.
pada 2011 menjadi 1,26% pada 2012. Demikian pula - Ketersediaan perangkat pendukung sudah terbatas
persentase perbandingan jumlah nominal penarikan Cek sehingga jika terjadi kerusakan pada perangkat

Tabel 2.2 Jumlah Nasabah yang Tercantum dalam DHN dan Perbandingan antara
Jumlah Warkat Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong terhadap Total Warkat Penyerahan Bank

�������������� ���������������������������������������
����� �������������� ����������������������� �������������������������� ������������������������������������
���������
������ ��������������� ������ ��������������� ������ �����

���� ������ ���������� ���������������� ������� ������������� ����� �����


���� ������ ���������� ���������������� ������� ������������� ����� �����

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 13


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

pendukung, maka sulit untuk mencari perangkat Kegiatan User Group dan Forum Kepesertaan
pengganti karena sudah tidak tersedia di pasaran.
Kegiatan user group dan forum kepesertaan, dilakukan
- Kapasitas jaringan yang terbatas karena tidak dapat
untuk menjembatani komunikasi antara penyelenggara
di-upgrade.
dan seluruh peserta terutama dalam rangka diseminasi
informasi terkini dan penyelesaian permasalahan
Upaya Menjaga Keamanan dan Keandalan penyelenggaraan sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI.
Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dan SKNBI
melalui Business Continuity Plan, Kegiatan User Selama 2012, kegiatan user group peserta sistem BI-
Group dan Forum Kepesertaan, dan Member RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI dilakukan di Jakarta dalam
Certification dua tahap. Tahap pertama pada Juni 2012, dilaksanakan
dalam rangka sharing informasi mengenai pelaksanaan
Business Continuity Plan member certification yang dihadiri oleh petugas audit
Dalam kedudukannya sebagai penyelenggara sistem internal peserta sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI. Tahap
BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI, Bank Indonesia senantiasa kedua pada Oktober 2012, dilaksanakan dalam rangka
berupaya menjamin kelancaran sistem secara keseluruhan diseminasi informasi mengenai rencana pengembangan
yang andal baik dalam kondisi normal maupun dalam SKNBI dan implementasi sistem BI-RTGS dan BI-SSSS
kondisi darurat. generasi 2.

Selama periode laporan, untuk menjamin keandalan Selain itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan Bank
sistem back-up telah dilakukan uji coba environment Indonesia sebagai central registry kepada sub registry,
sebanyak tiga kali. Selain itu, dilakukan juga operasional telah dilaksanakan pertemuan sub registry pada
secara live sebanyak satu kali dengan menggunakan Oktober 2012, dimana dalam forum pertemuan tersebut
infrastruktur teknologi informasi di lokasi Disaster dilakukan diseminasi informasi terkini terkait dengan
Recovery Centre (DRC) Bank Indonesia. penyelenggaraan BI-SSSS.

Sementara itu, untuk memastikan kesiapan infrastruktur Sementara itu, dalam rangka evaluasi penyelenggaraan
back-up siap digunakan, setiap bulan dilakukan juga kliring lokal dan diseminasi perubahan kebijakan
pengecekan infrastruktur Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan pemberian bantuan keuangan kepada Penyelenggara
SKNBI di lokasi DRC dan Backup Front Office. Kliring Lokal (PKL) Selain BI, pada Juli 2012 telah
dilaksanakan pertemuan tahunan dengan seluruh
Untuk memberikan alternatif sarana back-up kepada
penyelenggara kliring lokal yang diselenggarakan di
Peserta sistem BI-RTGS dan BI-SSSS, Bank Indonesia
Jakarta.
menyediakan fasilitas guest bank. Selama tahun 2012
terdapat 32 Peserta yang menggunakan fasilitas guest
bank tersebut dengan rincian tiga peserta karena Member Certification (MC)
gangguan pada internal sistem sisanya sebanyak 29 Member certification dilakukan dengan tujuan
peserta karena gangguan koneksi jaringan sistem BI-RTGS mengevaluasi kepatuhan peserta terhadap ketentuan
dan BI-SSSS. yang ditetapkan penyelenggara, perjanjian pengunaan
Selanjutnya, guna meningkatkan kompetensi peserta sistem antara penyelenggara dan peserta, dan/atau
dalam pemanfaatan fasilitas guest bank, Bank Indonesia kesepakatan antar Peserta dalam bye laws, serta
secara rutin memberikan pelatihan guest bank. Selama mengidentifikasi risiko peserta dalam penyelenggaraan
periode laporan, telah dilakukan pelatihan kepada 13 Sistem BI-RTGS dan SKNBI. Dalam pelaksanaannya,
peserta sistem BI-RTGS dan BI-SSSS.

14 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

kegiatan member certification dilakukan dengan metode Aktivitas Pembayaran Menggunakan Kartu Kredit
asesmen atas laporan yang disampaikan oleh peserta dan
Jumlah kartu kredit yang beredar pada akhir 2012
on site visit.
mencapai 14,82 juta kartu atau meningkat sebesar 0,21%
Berdasarkan pelaksanaan member certification yang dari periode sebelumnya yang mencapai 14,79 juta kartu.
dilakukan selama 2012, secara umum operasional BI-
Meningkatnya jumlah kartu tersebut turut pula
RTGS dan SKNBI peserta sudah berjalan sesuai ketentuan
mendorong peningkatan penggunaannya (Grafik 2.10).
yang berlaku. Namun demikian, masih terdapat beberapa
hal yang masih perlu mendapat perhatian dan harus Selama 2012 nilai transaksi menggunakan kartu
ditingkatkan seperti penyediaan infrastruktur back-up kredit mencapai Rp201,84 triliun, meningkat sebesar
system, dan prosedur contingency plan. 5,84% dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang mencapai Rp182,60 triliun. Sementara itu di
sisi volume transaksi mencapai 221,58 juta transaksi,
2.2 Perkembangan dan Kinerja Sistem meningkat sebesar 10,54% dibandingkan dengan periode
Pembayaran yang Diselenggarakan
sebelumnya yang mencapai 209,35 juta transaksi. Dengan
oleh Pihak di Luar Bank Indonesia
demikian rata-rata harian transaksi menggunakan kartu
Saat ini penyelenggaraan sistem pembayaran yang
diselenggarakan oleh pihak di luar Bank Indonesia
��
meliputi penyelenggaraan APMK (kartu kredit, kartu ATM
��
dan kartu ATM/Debet), uang elektronik, dan kegiatan
��
usaha pengiriman uang atau transfer dana. Selama 2012,
��
terjadi peningkatan transaksi keuangan melalui sistem
��
pembayaran yang diselenggarakan oleh pihak di luar Bank
��
Indonesia, baik itu melalui kartu kredit, kartu ATM dan
��
kartu ATM/Debet, uang elektronik maupun KUPU.
�� ���������������������������

Selain itu, dari sisi infrastruktur pembayaran ritel ��


� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� ��
mengalami perkembangan dari tahun ke tahun (Grafik ���� ����

2.9).
Grafik 2.10
Perkembangan Jumlah Kartu Kredit Beredar

������������������ �����������������������
������� �� ������
������� ��������� ��
���������
������� �� ������
������� ��
������� �� ������
������� ��
������� � ������
������� �
������� � �����
���������������
������ � ������
� � �
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� ��
���� ����

Grafik 2.9 Perkembangan Infrastruktur Pembayaran Ritel Grafik 2.11


(ATM dan EDC) Perkembangan Transaksi Menggunakan Kartu Kredit

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 15


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

kredit pada periode laporan mencapai nilai Rp551,48


������������������ �����������������������
miliar dengan volume sebesar 605,41 ribu transaksi. ��� �������

Sampai dengan periode laporan, jumlah penerbit dan ��� �������

prinsipal kartu kredit di Indonesia masing-masing ���


�������
berjumlah 20 penerbit dan 5 prinsipal. ���
�������
���
�������
Perkembangan Transaksi Menggunakan Kartu ���

ATM dan Kartu ATM/Debet ��


���������������
������
������

Pada akhir periode laporan, total kartu ATM dan ATM/ � �


� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� ��
Debet yang beredar mencapai 77,75 juta kartu. Jumlah ���� ����

tersebut meningkat sebesar 21,15% dibandingkan dengan


akhir periode laporan sebelumnya yang mencapai 63,39 Grafik 2.13 Perkembangan Transaksi Menggunakan
Kartu ATM dan ATM/debet
juta kartu. Dari jumlah tersebut sebanyak 73,22 juta
kartu (94,17%) merupakan kartu ATM/Debet, yang selain
berfungsi untuk melakukan transaksi di terminal ATM, meningkat sebesar 24,83% dibandingkan dengan periode
juga dapat berfungsi sebagai kartu debet untuk digunakan sebelumnya yang mencapai 2,26 miliar transaksi.
dalam transaksi belanja di pedagang (merchant). Dengan demikian rata-rata harian transaksi menggunakan
Dengan peningkatan jumlah kartu ATM dan ATM/Debet kartu ATM dan ATM/Debet pada periode laporan
beredar tersebut, mendorong peningkatan aktivitas mencapai nilai Rp8,37 triliun dengan volume sebesar 7,72
transaksi menggunakan kartu ATM dan ATM/Debet (Grafik juta transaksi.
2.12). Pada periode laporan, nilai transaksi menggunakan Sampai dengan akhir periode laporan terdapat 102 bank
kartu ATM dan ATM/Debet mencapai Rp3,07 ribu triliun yang bertindak sebagai penerbit kartu ATM dan ATM/
atau meningkat sebesar 23,74% dibandingkan dengan Debet yang terdiri atas 59 bank umum, 8 bank syariah,
periode sebelumnya yang mencapai Rp2,48 ribu triliun. 26 Bank Pembangunan Daerah dan 9 Bank Perkreditan
Sementara itu, volume transaksi menggunakan kartu Rakyat. Selain itu juga terdapat enam lembaga selain bank
ATM dan ATM/Debet mencapai 2,82 miliar transaksi atau sebagai prinsipal.

Aktivitas Uang Elektronik


������
�� Sampai akhir periode laporan, terdapat 13 penerbit
��
uang elektronik yang telah memperoleh izin dari Bank
��
Indonesia baik yang berbasis chip maupun media
��

��
berbasis server. Adapun jumlah uang elektronik yang
�� beredar baik yang berbasis chip maupun berbasis
�� server mencapai sekitar 21,87 juta, meningkat sebesar
�� 52,94% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
�� �������������������������������� mencapai 14,30 juta.

� � � � � �
����
� � � �� �� �� � � � � � �
����
� � � �� �� ��
Komposisi penggunaan uang elektronik yang berbasis
chip dan server based mengalami perkembangan dari
Grafik 2.12 tahun ke tahun. Jika pada awal hadirnya uang elektronik,
Perkembangan Jumlah Kartu ATM dan ATM/Debet Beredar
penggunaan uang elektronik berbasis chip based

16 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

����������������� �����������������������
����
��� ������
������

������ ��� ������

������ ��� �����

����� ��� �����

�����
��� �����
����� �����������
��������������������� �� ��������������� �����
����� ����������� ������
�����������������������
� �
� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� ��
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

Grafik 2.14 Grafik 2.16


Perkembangan Jumlah Uang Elektronik Perkembangan Transaksi Menggunakan Uang Elektronik

menempati pangsa terbesar yaitu 72%, maka sampai 41,06 juta transaksi. Dengan demikian rata-rata harian
dengan akhir 2012 penggunaan uang elektronik berbasis transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang
server based menempati pangsa terbesar yaitu 57%. elektronik pada 2012 mencapai nilai Rp5,39 miliar dengan
volume sebesar 274,93 ribu transaksi.
Aktivitas transaksi menggunakan uang elektronik pada
2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan Pada periode laporan, penggunaan uang elektronik
periode sebelumnya (Grafik 2.14). Nilai transaksi mengalami pertumbuhan dibandingkan periode
menggunakan uang elektronik pada 2012 mencapai sebelumnya baik dari sisi jumlah instrumen yang
Rp1,97 triliun atau naik sebesar 101,02% dibandingkan diterbitkan maupun volume dan nilai transaksi. Jumlah
dengan periode sebelumnya yang mencapai Rp981,30 instrumen uang elektronik mengalami pertumbuhan 53%,
miliar. Sementara itu di sisi volume transaksi mencapai sementara volume dan nominal transaksi tumbuh masing-
100,62 juta transaksi atau naik sebesar 145,06% masing sebesar 153% dan 116%.
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai
Perkembangan Penyelenggara Kegiatan Usaha
Pengiriman Uang (KUPU) atau Transfer Dana
Selain Bank
���
���
���
���������� ������������ Mekanisme pengiriman uang melalui penyelenggara
��� ��� ��� Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU) selain bank telah
��� ��� ���
��� ��� berjalan sejak lama terutama untuk mengakomodasikan
��� ���
��� kegiatan pengiriman uang oleh tenaga kerja Indonesia di
��� ��� luar negeri. Pada umumnya pengguna jasa penyelenggara
��� KUPU ini adalah tenaga kerja yang bergerak di sektor
��� informal yang kurang mengenal perbankan.
��
���� ���� ���� ���� ����
Sampai dengan akhir periode laporan, terdapat 119
penyelenggara KUPU yang telah memperoleh izin dari
Bank Indonesia. Dari jumlah tersebut, 76 merupakan
Grafik 2.15
Perkembangan Komposisi Jumlah Uang Elektronik penyelenggara badan usaha berbadan hukum, 15

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 17


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

�����
������

�������������������������� ������ ��������������������������


������ ������������������������ ������ ������������������������

������������������ ������������������

�����

Grafik 2.17 Grafik 2.18


Pangsa Volume Transaksi KUPU Pangsa Nilai Transaksi KUPU

badan usaha tidak berbadan hukum (Commanditaire 2.3 Peta Penyelenggaraan Sistem
Vennootschap dan Usaha Dagang) dan 16 perorangan. Pembayaran di Indonesia
Pelaporan transaksi pengiriman uang oleh penyelenggara
KUPU selain bank pada periode laporan dari sisi nilai Seiring dengan semakin strategisnya peran sistem
mencapai Rp18,43 triliun dengan volume sebesar 3,61 pembayaran dalam perekonomian di Indonesia, maka
juta transaksi. penyelenggaraan sistem pembayaran di Indonesia juga
semakin beragam. Adapun penyelenggaraan sistem
Aktivitas terbesar transaksi pengiriman uang dari sisi nilai pembayaran di Indonesia adalah sebagaimana dalam
transaksi pada periode laporan, adalah pengiriman uang Tabel Peta Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Indonesia
dari luar negeri dengan porsi nilai 53,07% dan volume (Tabel 2.3).
84,97%. Pengiriman uang domestik (antar wilayah di
Indonesia) dengan porsi nilai 36,99% dan volume 13,13%.
Sedangkan sisanya pengiriman uang dari Indonesia ke luar
negeri dengan porsi nilai 9,94% dan volume 1,90%.

18 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

Tabel 2.3
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Indonesia
������ �������������� ������������� �������
�������������������������������� � ��������������� � �������������� � �������������������������������������
��������������������������� � ���������������������������������������� ��������������������������������������
� �������������������������������������������� �����
��������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
���������������������������������������������
�����������
� ��������������������������������������������
����������������������������������������
������������������������������������������
���������������������������
� ������������������������������������������
�������������

�������������������������������������� � �������������������������������������������� � �������������� � ������������������������������������


������� ������������������������� ������������������
� ��������������������������������������������
��������������
� ������������������������
� ����������������������������������������
�������������

����������������������������������� � ���������� �������� ������� ��������� ��� � �������������� � ���������������������������������


��������������������������� �������������������������������������������� �����������������������������������
���������� �����������������
� ��������� ������ ��������� ����� ��������� � ���������������������������������������
�������� �������� ���������� ������� ��� ������������������������������������

��������������������������������� � ������������������������������������������ � �������������������������� � ������������������������������������


�������������������������� �������������������������������������������� ����������������
��������������
� ��������� ����� ���������� �������� �� ����
��������� ����� �������� ������� ��������
�������������

���������������������������������� � ��������������������������������������� � ������������������������� ����������������������������������������


�������������������� ����������������������������������������������� �����������������
��������������������������������������������� ������������������������
� �������������������������������������������� ���
���������������������������

���������������������������� � ������������������������������������������ � ����������������������� � ���������������


���������� ��� ������������������������
� �������������������� � ���������������
�������
� ����������������������� � ���������������

����������������������������������� ������������������������������������������� ������������������


������������������������������������ ���������������������
�������������������������� ��������

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 19


Bab 2 Perkembangan Penyelenggaraan dan
Kinerja Sistem Pembayaran

������ �������������� ������������� �������


���������������������������� � ������������������������������������������ � ������������������������ � ��������������������������������������
��������������� ��� �������� �������������������
� ������������������������� � ��������������������������������������
�������������
� ������������������ � ��������������

����������������������������������������� � ��������������������������������������������� � ��������������������������� � ��������������������������������������


�������������������������������������� ������ �������������������
��������� � ����������������������� � �������������������������������������
��������������������� �������������������
��������
� ���������������������� � ��������������
������

������������������������������ � ������������������������ � ���������������


��������������� ���������
� ����������������������������� � ���������������
� ������������������ � ��������������

�������������������������������������� ������������������������������������������� ������������������


������ ������ ������ ��������������� ����� ������������������������������
��������������������������

������������������������������� � ���������������������������������������� � ������������������ � ���������������


������������ � ������������������������ � ��������������������������������������
� ��� � ��������������
� ���������������� � ������
� ������������������ � ������

��������������� �� ����������������������������������������� � ������������������������� � ������������


����������������������������������������� � ����������������������������
��������� � ������������

������������������������������ � �������������������������������������������� � �������������������������


�������� �������������������������������� � ����������
� ���������
� �����������������������
���������������������
��������������������
� �����������
� ����������

����������������������� � ������������������������������������������ � ������������� � �������������������������������������


����������������������������� ������������������������������������������� ����������������������������������
�������������� ������������������������������������ �������������������������������
���������������������������������������� � ���������� � �����������������������������������
���������� ����������������������������������
���������
� ������������������������ � ��������������������������������������������
�������� �����������������������������������
����������

20 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Kebijakan Bank Indonesia di bidang system pembayaran selama 2012


difokuskan pada empat aspek utama, yaitu peningkatan keamanan, efisiensi,
perluasan akses, dan perlindungan konsumen.
Kebijakan peningkatan keamanan dan efisiensi antara lain ditempuh
melalui persiapan implementasi Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II,
pengembangan interkoneksi system pembayaran ritel melalui pengembangan
NPG dan interkoneksi penyelenggaraan uang elektronik, serta implementasi
standar nasional kartu ATM/Debet berbasis chipse cara bertahap. Dalam
rangka perluasan akses system pembayaran, Bank Indonesia bekerjasama
dengan Bank Jatim mengimplementasikan Sistem Transfer Kredit Elektronik
(STKE) antar BPR.Selanjutnya, Bank Indonesia senantiasa memperkuat aspek
hokum dalam penyelenggaraan system pembayaran di Indonesia dalam rangka
menjamin perlindungan konsumen pengguna jasa system pembayaran, melalui
penyusunan dan penyempurnaan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai system pembayaran.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 21


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Bab 3

Kebijakan Sistem Pembayaran

3.1 Pengembangan Sistem BI-RTGS penyelenggaraan sistem pembayaran, antara lain


dan BI-SSSS Generasi II Principles for Financial Market Infrastructures (PFMIs).

Menindaklanjuti pengembangan pada 2011 yang berfokus


3.2 Pengembangan Sistem Transfer
pada penyusunan design and functional specification
Kredit Elektronik (STKE) Bank
dengan melibatkan pihak eksternal, maka pada tahun
Perkreditan Rakyat (BPR)
2012 kegiatan utama berfokus pada pengembangan
aplikasi dan penyiapan infrastruktur serta pelaksanaan uji Pengembangan STKE BPR merupakan upaya Bank
coba terhadap Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Indonesia dan PT. Bank Jatim untuk memperluas layanan
sistem pembayaran melalui BPR sehingga dapat lebih
Dalam proses pengembangan aplikasi, pihak pengembang
menjangkau masyarakat, khususnya masyarakat yang
melakukan proses pengembangan aplikasi yang
belum dapat dilayani oleh bank umum. Sementara itu,
disesuaikan dengan user requirements dari Bank
jaringan BPR yang tersebar luas di berbagai daerah hingga
Indonesia. Aplikasi yang dikembangkan meliputi aplikasi
ke pelosok pedesaan saat ini masih sangat terbatas dalam
Sistem BI-RTGS (RTS/X), aplikasi BI-SSSS (DEPO/X), aplikasi
memberikan layanan sistem pembayaran.
Bank Indonesia Electronic Trading Platform (TRADE/X)
serta aplikasi Bank Indonesia Historical And Real Time Kondisi tersebut menyebabkan banyak masyarakat yang
Information System (BI HARTIS). Terkait kegiatan belum terjangkau oleh layanan sistem pembayaran dalam
penyiapan infrastruktur, tahapan ini dilakukan baik di sisi memenuhi kebutuhan untuk bertransaksi. Selain itu,
Bank Indonesia sebagai pihak yang akan mengoperasikan masih terdapat mekanisme kegiatan transfer dana yang
keempat aplikasi di atas (operator) maupun di sisi peserta kurang efisien oleh BPR dimana BPR harus membuka
sebagai pengguna sistem tersebut. rekening giro di beberapa bank umum dan membuat
virtual account untuk nasabahnya.
Setelah tahap pengembangan aplikasi selesai, dilakukan
serangkaian kegiatan uji coba baik yang dilakukan oleh Untuk mengakomodir kebutuhan transaksi pembayaran
internal Bank Indonesia maupun uji coba yang melibatkan nasabah BPR sekaligus memperluas akses masyarakat
working group yang beranggotakan bank dan non bank terhadap layanan sistem pembayaran, pada 2012 Bank
peserta Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS. Pada saat yang Indonesia mengembangkan STKE BPR. Pengembangan
bersamaan, telah dilakukan kegiatan sosialisasi kepada STKE BPR dilakukan dengan konsep two tier system
seluruh peserta Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS untuk dimana transfer antar BPR tidak dilakukan secara langsung
memaparkan progres pengembangan dan menyampaikan (one tier system), namun dilakukan melalui bank umum.
persiapan yang harus dilakukan oleh seluruh peserta. Sebagai tahap awal, Bank Indonesia mengembangkan
pilot project STKE BPR bersama PT. Bank Jatim selaku
Terkait penyiapan ketentuan, Bank Indonesia mengacu
bank umum yang akan menyelenggarakan STKE BPR di
pada international standard dan best practice dalam

22 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

wilayah Jawa Timur. Pengembangan pilot project STKE dan pengembangan sistem pembayaran nasional yang
BPR wilayah Jawa Timur telah berhasil diimplementasikan tertuang dalam blueprint sistem pembayaran nasional
dan diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Darmin 2011.
Nasution pada 29 November 2012 di Surabaya (lihat
Implementasi dari blueprint tersebut dijabarkan ke
Boks 3.1: Implementasi STKE BPR Wilayah Jawa Timur).
dalam program kerja Bank Indonesia yang terbagi dalam
Pengembangan STKE BPR untuk wilayah lain akan
program jangka pendek (2012-2013), jangka menengah
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
(2014-2015) dan jangka panjang (2016-2017). Walaupun
dan kesiapan BPR maupun bank pengayom di wilayah
terbagi ke dalam beberapa milestone namun seluruh
tersebut.
program kerja yang akan dilaksanakan tetap mengarah
pada terwujudnya sistem pembayaran yang cepat, aman,
efisien, andal, dan mengutamakan perlindungan kepada
3.3 Implementasi Blueprint Sistem
Pembayaran Nasional dalam rangka nasabah, serta meningkatkan national competitive
Persiapan MEA advantage.

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kondisi sistem Secara umum, fokus program kerja jangka pendek 2012
pembayaran dan setelmen di Indonesia saat ini, tren adalah meningkatkan keamanan, keandalan dan efisiensi
sistem pembayaran, analisis isu-isu strategis dari sisi infrastruktur penyelenggaraan sistem pembayaran,
kebijakan, kerangka hukum, kelembagaan, instrumen, dan memperkuat legal framework penyelenggaraan sistem
infrastruktur/mekanisme, telah disusun arah kebijakan pembayaran, mempersiapkan pemenuhan terhadap

��������������������������
� ���������������������������������������
� ��������������������������������
�����������������������������������

���������������������������
� �����������������������������������������������������
� ����������������������������������������������������������

�������������������������
� ��������������������������������������������������������������������������
� ��������������������������������������������
� ����������������������������������������������������������������������
Implementasi Blueprint Sistem
�� �����������������������
� �������������������������������������������
Pembayaran Nasional Dalam
Rangka Persiapan MEA
3.3

Bagan 3.1
Bagan implementasi Blueprint dalam rangka MEA

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 23


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

International Standard and Best Practices, memperkuat 3.4 Pengembangan Sistem Kliring
pengawasan sistem pembayaran dan memperluas Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
penggunaan instrumen pembayaran non-tunai (less cash
Hasil evaluasi SKNBI pada 2011 menunjukkan perlunya
society).
dilakukan penyempurnaan terhadap SKNBI baik dari aspek
Terkait dengan fokus pertama, yaitu meningkatkan bisnis maupun teknis. Dalam jangka pendek, beberapa
keamanan, keandalan dan efisiensi infrastruktur penyempurnaan yang telah dilakukan pada 2012 antara
penyelenggaraan sistem pembayaran, program kerja lain: 1) Efisiensi proses warkat debet, 2) Peningkatan
yang dilaksanakan selama 2012 meliputi pengembangan bantuan kepada Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) selain
sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, pengembangan Bank Indonesia untuk mengoptimalkan peran PKL selain
NPG, pengembangan SKNBI, pengembangan sistem BI, 3) Implementasi kliring online pada beberapa wilayah
pembayaran dalam rangka meningkatkan akses terhadap kliring yang sebelumnya dilakukan secara offline, dan
penggunaan jasa sistem pembayaran (financial inclusion), 4) Pembukaan akses SKNBI kepada Bank Perkreditan
penguatan business continuity management (BCM), Rakyat (BPR) melalui bank pengayom (Apex Bank). Dalam
penyempurnaan sistem informasi sistem pembayaran, jangka panjang, perlu dilakukan pengembangan terhadap
serta peningkatan peran Bank Indonesia dalam forum SKNBI secara menyeluruh agar dapat mengakomodir
internasional. perkembangan serta kebutuhan masyarakat akan layanan
Fokus selanjutnya, yaitu peningkatan keamanan transfer dana yang lebih efisien.
penyelenggaraan sistem pembayaran, dijabarkan ke dalam Saat ini, layanan SKNBI masih terbatas pada transaksi
program kerja implementasi penggunaan chip pada kartu yang bersifat konvensional yaitu transaksi Cek dan Bilyet
ATM dan ATM/Debet, serta penyempurnaan framework Giro (BG) serta transfer individual. SKNBI belum dapat
pengawasan sistem pembayaran. mengakomodir transaksi pembayaran yang bersifat
Adapun penjabaran dari fokus perluasan penggunaan rutin (billing payment) dan transaksi pembayaran yang
instrumen pembayaran non-tunai adalah program bersifat jamak (bulk payment). Layanan SKNBI juga masih
kerja untuk melakukan edukasi preferensi masyarakat terbatas pada bank umum sebagai penyelenggara transfer
untuk penggunaan sistem pembayaran non-tunai dan dana (PTD), sementara PTD selain bank sebagaimana
melakukan fasilitasi perluasan jenis dan jangkauan sistem disebutkan dalam Undang-Undang Transfer Dana belum
pembayaran non-tunai. memiliki akses terhadap SKNBI. Untuk kliring debet, masih
terjadi ketidakefisienan penyediaan likuiditas oleh bank
Selain program kerja jangka pendek di atas, Bank
peserta kliring. Hal itu karena perhitungan mekanisme
Indonesia juga sudah melakukan inisiatif untuk menjawab
Failure to Settle (FtS) melalui penyediaan prefund
isu strategis yang muncul dalam sistem pembayaran
dilakukan secara gross sehingga penyediaan dana menjadi
nasional, seperti yang terkait dengan kerangka hukum
lebih besar dari yang dibutuhkan (setelah dilakukan
dalam penyelenggaraan sistem pembayaran dan setelmen
netting).
melalui penyusunan ketentuan terkait perlindungan
nasabah pengguna jasa sistem pembayaran dan Di sisi teknis, SKNBI yang telah beroperasi sejak 2005
penyusunan undang-undang sistem pembayaran. Selain semakin mendekati batas kapasitasnya dalam memproses
itu Bank Indonesia juga mendorong peningkatan peran transaksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
pelaku sistem pembayaran domestik dalam sistem Pada 2013, sebagian infrastruktur SKNBI sudah mencapai
pembayaran ritel dalam rangka menjawab isu terkait umur teknis dan berada pada periode end of support dari
kelembagaan. prinsipal. Sementara itu, aplikasi SKNBI yang bersifat satu

24 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

����

��������� �������������������������������������� ���������


������ ���������������������������� ������
�������������������������������������� ��������
�����������
���� ������
���������� ��������������
�����������
����������� �����������������
�����
����������������������������

����������������������������
�������������������
���
������
�������� ����������������
������
���������
��������� ��������������� ����������
�������������������
����� ��������������������
����������
����������
���������������������������� ������
����������������������������

����������������
������ ������

Bagan 3.2
Bagan Grand Design Pengembangan SKNBI

kesatuan (tidak modular) menyebabkan penyempurnaan Berdasarkan hasil evaluasi SKNBI saat ini dan masukan
pada satu fitur akan berpengaruh pada fitur lain sehingga dari industri, pada 2012 Bank Indonesia telah menyusun
tidak fleksibel. Untuk kliring debet, penyelenggaraan desain pengembangan SKNBI.
yang masih tersebar di banyak wilayah (desentralisasi)
Pokok-pokok perbedaan antara SKNBI saat ini dengan
menyebabkan biaya pemeliharaan menjadi tidak efisien.
SKNBI ke depan dapat dilihat pada matriks berikut:
Untuk mengatasi kendala dan menyempurnakan
kelemahan pada SKNBI, pada 2012 Bank Indonesia mulai
����� �������� ��������������������
melakukan pengembangan SKNBI. Sebagai tahap awal,
Bank Indonesia menyusun konsep pengembangan SKNBI ������� �������������� � ������������������������������������
���������� � ����������������������������������������
yang mengacu pada hasil evaluasi SKNBI. Bank Indonesia ���������� ����������������
� ��������������������������
juga melakukan survei kepada bank-bank peserta SKNBI
������� ��������� ����������������������������������������
untuk menjaring kebutuhan dan masukan terkait rencana
������������������������������������
pengembangan SKNBI. Konsep pengembangan SKNBI ����������������

juga dibahas bersama Asosiasi Sistem Pembayaran ��������������� ��������������� ���������������������������������������


����� ������
Indonesia (ASPI) sebagai perwakilan industri. Berdasarkan �������������
hasil survei dan pembahasan dengan industri, dapat ���������
��������������
disimpulkan bahwa secara umum industri mendukung �����
��������������
langkah Bank Indonesia untuk mengembangkan SKNBI.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 25


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Sebagai tahap awal pengembangan SKNBI, fokus tersebut melalui ATM yaitu meningkat sebesar 174,27%
utama kegiatan selama 2012 adalah penyusunan dan dari awal mulai diimplementasikannya sampai dengan
pembahasan grand design SKNBI. Penyusunan grand Desember 2012.
design, mengikutsertakan peserta SKNBI, Asosiasi Sistem
Manfaat interkoneksi dua bank tersebut diharapkan
Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai perwakilan industri,
dapat memberikan pengaruh positif kepada industri
dan otoritas terkait lainnya seperti Direktorat Jenderal
penyelenggara jasa sistem pembayaran ritel, khususnya
Pengelolaan Utang (DJPU) dalam rangka mendapatkan
dalam membangun kesadaran dan kebutuhan adanya
informasi mengenai kebutuhan bisnis dan arah kebijakan
interkoneksi layanan. Hal tersebut dapat mendorong
DJPU yang perlu diakomodir dalam SKNBI ke depan.
terwujudnya NPG yang tidak hanya mengkoneksikan
Pengembangan SKNBI akan dimulai 2013, dengan
penyelenggaraan ATM, namun dapat mengkoneksikan
mengacu pada grand design sebagaimana Bagan Grand
penyelenggaraan sistem pembayaran lainnya seperti kartu
Design Pengembangan SKNBI.
kredit, kartu debet, dan uang elektronik.

Manfaat lain yang diperoleh dari interkoneksi adalah


3.5 Tahapan Pengembangan National
optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang disediakan
Payment Gateway (NPG) Sistem
industri perbankan. Dengan saling interkoneksi, bank
Pembayaran Ritel
tidak perlu lagi menyediakan infrastruktur berupa mesin
Interkoneksi sistem pembayaran ritel menjadi cita-cita ATM dan EDC di suatu tempat yang sama. Selain itu,
bersama Bank Indonesia dan para pengguna layanan penyelenggara sistem pembayaran dapat menempatkan
jasa sistem pembayaran di Indonesia. Inisiatif untuk infrastruktur secara lebih merata sehingga dapat
mewujudkan interkoneksi diperkenalkan melalui NPG. meningkatkan penggunaan instrumen pembayaran non-
Bank Indonesia dan pelaku industri sistem pembayaran tunai oleh masyarakat dapat lebih luas. Dalam kaitan
nasional telah memiliki kesepahaman bahwa terdapat ini, Bank Indonesia mengharapkan peran industri untuk
kebutuhan masyarakat untuk menggunakan jasa sistem mendistribusikan infrastruktur yang dimiliki sampai ke
pembayaran ritel secara lebih efisien. lokasi yang terpencil.
Untuk mewujudkan efisiensi tersebut, perlu Melalui NPG diharapkan arus informasi transfer dana
diupayakan untuk mengembangkan suatu sistem dapat lebih terpantau, sehingga Bank Indonesia akan
yang dapat menghubungkan antar penyelenggara mudah mengontrol pergerakan dana baik domestik
sistem pembayaran. Sementara itu, kondisi saat ini maupun antarnegara. Selain itu, NPG juga dapat
penyelenggara jasa sistem pembayaran ritel masih digunakan untuk memantau kondisi likuiditas industri
mengembangkan sistem masing-masing dan belum saling sistem pembayaran, sehingga melalui NPG tersebut
terhubung satu sama lain. bank sentral dapat melakukan pendeteksian dini dalam
Dalam rangka mewujudkan interkoneksi secara nasional rangka mendukung stabilitas industri sistem pembayaran
diawali dengan upaya mendorong dua bank yang selama nasional.
ini mendominasi transaksi pembayaran ritel yaitu Bank Selama periode laporan, terdapat beberapa kegiatan
Mandiri dan BCA. Sejak pertengahan Januari 2012, yang dilakukan untuk mendukung pengembangan NPG
nasabah pemegang kartu ATM Bank Mandiri dapat yaitu menyusun kajian aspek hukum mengenai lembaga
menggunakan kartunya di ATM BCA atau sebaliknya untuk yang berwenang menyelenggarakan NPG. Dari hasil
fitur informasi saldo, tarik tunai dan transfer. Kerja sama kajian, diperoleh kesimpulan bahwa secara ketentuan
ini sangat mendukung upaya perluasan akses layanan Bank Indonesia dapat bertindak sebagai penyelenggara
ATM di kedua bank tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan NPG karena kegiatan NPG merupakan bagian yang tidak
adanya tren peningkatan transaksi antar kedua bank terpisahkan dari kegiatan kliring dan penyelesaian akhir.

26 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Di samping itu, telah dilakukan kajian kebijakan NPG mewujudkan interoperabilitas dalam penyelenggaraan
yang antara lain meliputi aspek keanggotaan, cakupan uang elektronik dengan tahap awal di sektor transportasi.
penyelenggaraan, mekanisme kliring dan setelmen.
Sebagai tahap awal mewujudkan interoperabilitas
Selanjutnya guna memperoleh masukan dari industri
tersebut, pada periode laporan Bank Indonesia telah
terkait dengan pengembangan NPG, Bank Indonesia
memfasilitasi penggunaan uang elektronik di kereta api
melakukan diskusi dengan industri yang diwakili oleh ASPI
khususnya kereta komuter Jabodetabek. Hal tersebut
serta beberapa bank terkait.
sejalan dengan program Unit Kerja Presiden bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
3.6 Upaya Mewujudkan yang salah satunya yaitu mengatasi kemacetan di Jakarta.
Interoperabilitas melalui Kegiatan Sesuai hasil koordinasi dengan UKP4, salah satu langkah
Fasilitasi Interkoneksi Industri Uang kolaboratif dalam jangka pendek (temporary solution) atas
Elektronik penggunaan uang elektronik di sektor transportasi publik
Salah satu karakteristik penggunaan uang elektronik adalah dengan menggunakan uang elektronik di kereta
adalah digunakan untuk transaksi dengan nilai kecil dan listrik (KRL), jalan tol dan TransJakarta. Fasilitasi yang telah
bersifat massive. Sektor transportasi merupakan sektor dilakukan oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
yang sesuai dengan karakteristik tersebut, sehingga
sebagai tahap awal upaya mewujudkan interoperabilitas2
1. Fasilitasi Interkoneksi pada PT. KAI Grup
uang elektronik difokuskan pada sektor transportasi.
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan kesepakatan dengan
Hal ini karena potensi pembayaran sektor transportasi
Kementerian BUMN dan Bank Himbara, Bank Indonesia
seperti di TransJakarta, Kereta Api, Taxi, Perparkiran
melakukan pembahasan dengan PT. KAI Grup termasuk
dan Bahan Bakar Minyak (BBM) mencapai Rp23,4
anak perusahaannya yaitu PT. Kereta Api Commuter
triliun/tahun. Selain itu, kemudahan dan kenyamanan
Jabodetabek (KCJ) dan PT. Railink Indonesia. Pada
penggunaan uang elektronik di sektor ini, diharapkan
prinsipnya PT. KAI Grup sepakat untuk menerapkan
dapat membiasakan masyarakat untuk menggunakan
e-ticketing di lingkungan PT. KAI melalui interkoneksi
uang elektronik di sektor lain. Namun demikian, kondisi
uang elektronik dari beberapa penerbit agar dapat
saat ini, penggunaan uang elektronik di Indonesia
meningkatkan layanan kepada penumpang yang terus
khusus untuk sektor transportasi masih terbatas dan
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
belum optimal. Hal ini disebabkan masyarakat belum
dapat merasakan kenyamanan dalam menggunakan Terkait pengembangan e-ticketing, PT. KCJ dan bank telah
uang elektronik. Saat ini diperlukan uang elektronik melakukan uji coba untuk mengintegrasikan jaringan dan
dari berbagai penerbit untuk melakukan berbagai sistem dari penerbit. Selanjutnya, PT. KJC juga melakukan
transaksi khususnya di sektor transportasi, misalnya penataan sarana dan prasarana di lingkungan stasiun dan
ketika akan bertransaksi membayar tol dan membayar melakukan edukasi kepada seluruh penumpang terkait
parkir, diperlukan uang elektronik yang berbeda. rencana implementasi e-ticketing. Tahap awal PT. KJC
Selain itu, kondisi ini menyebabkan inefisiensi dalam akan menempatkan 250 reader di 35 stasiun yang telah
penyelenggaraan uang elektronik. memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk
implementasi e-ticketing.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Bank Indonesia
memfasilitasi interkoneksi industri uang elektronik untuk Selain itu, dalam rangka mempersiapkan pembayaran
tiket menggunakan uang elektronik pada kereta api
2 Interoperabilitas adalah kemampuan untuk bertukar informasi / bertukar bandara dari Kuala Namo menuju Medan, PT. Railink
layanan antar perangkat/sistem/ platform yang berbeda (sumber: IEEE
Glossary)

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 27


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

telah menyiapkan infrastruktur e-payment agar dapat dibutuhkan dukungan dan sinergi penyedia jasa
dimanfaatkan oleh bank-bank penerbit uang elektronik. transportasi BUMN di Indonesia mengingat potensinya
yang sangat besar. Dari hasil koordinasi dengan
Kementerian Negara BUMN diperoleh komitmen untuk
2. Fasilitasi Interkoneksi Uang Elektronik pada
TransJakarta membentuk prinsipal uang elektronik dan menghilangkan
perjanjian kerjasama yang eksklusif di sektor transportasi
Berkaca dari keberhasilan implementasi interkoneksi
sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan
uang elektronik di TransJogja dan Prameks, Pemerintah
uang elektronik.
provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan adopsi
mekanisme interkoneksi uang elektronik (e-ticketing)
pada TransJakarta di Jakarta. Pada akhir 2012 3.7 Implementasi Standar Nasional
Pemprov DKI Jakarta menetapkan lima bank untuk Kartu ATM dan ATM/Debet
mengimplementasikan e-ticketing TransJakarta yaitu Bank Untuk meningkatkan keamanan pada penyelenggaraan
Mandiri, BRI, BNI, BCA dan DKI. kartu ATM dan ATM/Debet, Bank Indonesia menginisiasi
Dalam interkoneksi tersebut, Bank berperan dalam penyusunan standar kartu ATM dan ATM/Debet berbasis
penyiapan infrastruktur e-ticketing TransJakarta, dan chip mengingat teknologi chip merupakan teknologi paling
secara bersama-sama melakukan edukasi e-ticketing aman saat ini. Dalam rangka mendukung implementasi
kepada masyarakat. Adapun kegiatan sampai dengan standar dimaksud, Bank Indonesia menerbitkan Surat
akhir 2012 adalah melakukan review pengembangan dan Edaran Bank Indonesia No. 13/22/DASP tanggal 18
optimalisasi sistem, serta penyiapan sarana dan prasarana Oktober 2011 perihal Implementasi Teknologi Chip
persiapan peresmian implementasi e-ticketing di Koridor dan Penggunaan Personal Identification Number (PIN)
1 TransJakarta (Blok M – Kota) pada pertengahan Januari pada Kartu ATM dan ATM/Debet yang diterbitkan di
2013. Indonesia. Hal tersebut memberikan konsekuensi pada
dimulainya tahapan implementasi pada 2012. Sejumlah
tahapan persiapan implementasi terus dilakukan selama
3. Fasilitasi Interkoneksi Uang Elektronik berbasis 2012, yaitu pembentukan Certification Body (CB) dan
server
pelaksanaan proses sertifikasi vendor kartu dan mesin,
Dalam rangka lebih meningkatkan penggunaan uang yaitu:
elektronik berbasis server, selama periode laporan, 1. Pembentukan dan operasionalisasi Certification Body
pada tahap awal telah dilakukan pertemuan antara (CB)
Bank Indonesia dengan tiga penerbit uang elektronik Pada Juli 2012, CB telah terbentuk dengan nama PT.
berbasis server yaitu Indosat, Telkomsel dan XL. Dari hasil Citra Bakti Indonesia (CBI) dan dimiliki oleh Forum
pertemuan, ketiga penerbit uang elektronik berbasis Prinsipal. Fungsi dari CB adalah melakukan sertifikasi
server tersebut sepakat untuk turut mendukung program terhadap produk kartu dan mesin dari berbagai vendor
Bank Indonesia guna mewujudkan interkoneksi di industri untuk memastikan kesesuaian dengan spesifikasi yang
ini. Sesuai target interkoneksi akan dapat diselesaikan telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan sertifikasi, akan
pada pertengahan tahun 2013. dilakukan functional dan security test.
Selain kegiatan fasilitasi, untuk mewujudkan interkoneksi, 2. Pendistribusian Spesifikasi Teknis National Standard
Bank Indonesia juga melakukan koordinasi dengan for Indonesia Chip Card Specification (NSICCS)
Kementerian Negara BUMN, tiga Bank BUMN, dan Proses pendistribusian spesifikasi teknis NSICCS
beberapa perusahaan BUMN. Untuk mewujudkan berlangsung sejak akhir 2011. Hampir seluruh penerbit
interkoneksi uang elektronik di sektor transportasi telah memperoleh spesifikasi teknis terutama penerbit
yang telah menjadi anggota prinsipal.

28 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

3.8 Penguatan Aspek Hukum dalam 2) SE BI Nomor 14/17/DASP tanggal 7 Juni 2012 perihal
Sistem Pembayaran Perubahan atas SE BI Nomor 11/10/DASP perihal
Penyelenggaraan Kegiatan APMK;
Penerbitan ketentuan Bank Indonesia di bidang 3) SE BI Nomor 14/27/DASP tanggal 25 September 2012
Sistem Pembayaran selama 2012
perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu
Sesuai amanat yang diatur dalam Undang-Undang Kredit; dan
Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah 4) SE BI Nomor 14/34/DASP tanggal 27 November 2012
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. perihal Batas Maksimum Suku Bunga Kartu Kredit.
Tugas pengaturan ini dilaksanakan dengan menerbitkan
Penerbitan empat ketentuan ini dimaksudkan untuk
berbagai ketentuan Bank Indonesia, baik dalam bentuk
memperkuat dan menyempurnakan pengaturan APMK
Peraturan Bank Indonesia maupun Surat Edaran
yang telah diterbitkan selama ini. Materi pengaturan
Bank Indonesia. Selama tahun 2012, Bank Indonesia
yang disempurnakan kali ini sebagian besar terkait
menerbitkan tiga Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan
dengan penyelenggaraan kegiatan kartu kredit. Meskipun
tujuh Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI).
demikian, dua jenis APMK lainnya, yaitu kartu ATM dan
Penyempurnaan Ketentuan Bank Indonesia kartu ATM/Debet, juga terdapat beberapa penyesuaian
mengenai Alat Pembayaran dengan ketentuan.
Menggunakan Kartu (APMK)
Sejalan dengan pengaturan APMK selama ini, aspek
Sepanjang tahun 2012 Bank Indonesia menerbitkan pengaturan APMK tetap terdiri dari tiga besaran, yaitu
empat ketentuan terkait penyelenggaraan kegiatan APMK, aspek pengaturan sistem pembayaran (payment system
yaitu: aspect), aspek kehati-hatian (prudential aspect), dan
1) PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas aspek perlindungan konsumen (consumer protection
PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan aspect).
Kegiatan APMK;

�� ��������� ������� ������� �������� ��������

�� ���������� ���������������� ������������������������������������������������������������������������������


���������������������������������������������������������������

�� �������������� ���������������� ������������� �������������


�� ���������� ���������������� ��������������������������������������

�� ���������� ����������������� ����������������������������������������������

�� ���������� ��������������� �������������������������������������������������������������������������������� ����������


������������������������������������������������������������������������������������
������������������������������������������
�� ���������� ������������ �������������������������������������������������������������������������������� ����������
�����������������������������������������������������������������������������������������
���������������������������
�� ���������� ����������� ����������������������������������������������������������������������������������� ����������
�������������������������������������������������
�� ���������� ������������� �������������������������������������������������������������������� ����������
�� ������������� ������������� �����������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������
��� ������������� ��������������� ������������������������������������������������������������������������������������ ���������������
��������������������������������������������������

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 29


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Selama 2012 penyempurnaan ketentuan APMK lebih sejak tanggal posting transaksi, bukan pada tanggal
dititikberatkan pada peningkatan aspek perlindungan transaksi dilakukan. Apakah yang dimaksud dengan
konsumen. tanggal posting? Tanggal posting adalah tanggal pada
waktu penerbit kartu kredit benar-benar melakukan
pembayaran atau penalangan dana kepada acquirer atas
Penyampaian Informasi
transaksi yang telah dilakukan oleh pemegang kartu.
Terkait dengan pengaturan di bidang informasi, Bank
Langkah selanjutnya adalah dengan membatasi
Indonesia memperluas cakupan pengaturan mengenai
pengenaan bunga hanya terhadap sisa (outstanding)
penyampaian informasi yang wajib dilakukan oleh
tagihan kartu kredit yang belum dibayar, yang bersumber
penyelenggara kepada pemegang kartu. Pengaturan
dari transaksi pembelanjaan atau tarik tunai saja.
sebelumnya yang telah memuat kewajiban penyampaian
Dengan penegasan bahwa biaya, denda dan bunga
informasi mengenai prosedur penggunaan kartu, hak dan
terutang dilarang untuk dikenakan bunga lagi, maka pola
kewajiban pemegang kartu, mekanisme penyampaian
penghitungan tagihan “bunga berbunga” tidak dapat
keluhan, risiko penggunaan kartu, biaya yang dikenakan,
dilakukan lagi.
dan lain sebagainya diperluas lagi dengan adanya
kewajiban untuk menyampaikan informasi mengenai
Etika Penagihan Kartu Kredit
mekanisme penutupan kartu, rekapitulasi transaksi
tahunan, informasi kurs untuk transaksi di luar negeri Ketentuan lama APMK telah mengatur mengenai pola
dan kualitas kredit bagi pemegang kartu kredit. Tata penagihan, termasuk tata cara dalam hal penagihan
cara penyampaian informasi ini pun dirinci, termasuk akan dilakukan dengan memanfaatkan jasa pihak ketiga.
dimuatnya pengaturan mengenai tata cara dan waktu Namun demikian masukan yang disampaikan kepada
penyampaian rincian tagihan untuk pemegang kartu Bank Indonesia menunjukkan bahwa praktek pelaksanaan
kredit. Dengan bertambahnya cakupan informasi yang penagihan ini masih perlu disempurnakan lagi, dan
harus disampaikan ini diharapkan pemegang kartu menjadi ditingkatkan kualitas pelaksanaannya untuk melindungi
lebih waspada dan bijak dalam menggunakan kartunya. dan memberikan kenyamanan bagi pemegang, serta
memberikan hasil yang lebih efektif bagi penerbit.
Penyeragaman Pola Penghitungan Tagihan Kartu
Secara umum ketentuan APMK baru menambahkan
Kredit
dan menegaskan beberapa unsur baru yang harus
Salah satu keluhan yang sering ditemui di masyarakat diperhatikan dalam pelaksanaan penagihan. Misalnya,
terkait penyelenggaraan kegiatan kartu kredit adalah terdapat penegasan bahwa pihak yang melakukan
tidak seragamnya pola penghitungan tagihan kartu penagihan harus sudah memperoleh pelatihan yang
kredit. Hal ini dimungkinkan terjadi karena selama ini memadai, dan memahami etika penagihan yang berlaku.
pola penghitungan tagihan ini diserahkan sepenuhnya Terkait pelaksanaan penagihan sendiri, ketentuan APMK
kepada masing-masing penerbit. Oleh karena itu, mengatur antara lain bahwa penagihan hanya dapat
dalam penyempurnaan ketentuan APMK tersebut telah dilakukan di alamat penagihan dan dilakukan pada pukul
dilakukan penyeragaman pola penghitungan tagihan 08.00 sampai dengan 20.00 waktu setempat. Penagihan
dalam menentukan komponen, penghitungan jangka tidak boleh dilakukan dengan cara-cara kekerasan,
waktu ataupun besaran komponen tagihan tersebut di menggunakan tekanan, serta dilakukan kepada pihak
antara para penerbit. lain yang bukan merupakan pemegang kartu yang
Langkah pertama penyeragaman yang dilakukan adalah bersangkutan.
dengan menentukan bahwa penghitungan bunga dimulai

30 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Khusus untuk penagihan yang dilakukan dengan bantuan yang telah dewasa, dan matang dalam memahami
pihak ketiga, terdapat beberapa tambahan pengaturan risiko penggunaan kartu kredit. Syarat dasar berikutnya
lainnya. Pertama, penagihan oleh pihak ketiga ini hanya adalah minimum pendapatan sebesar tiga juta rupiah
dapat dilakukan bila kolektibilitas kredit sudah masuk per bulan. Syarat ini dimaksudkan untuk memastikan
kategori “macet”. Kedua, kerjasama ini wajib dilakukan bahwa pemegang kartu kredit merupakan individu yang
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai alih memiliki kemampuan untuk membayar dan mengelola
daya dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. fasilitas kredit yang diberikan melalui kartu kredit. Dalam
Terakhir, penerbit kartu kredit wajib menjamin bahwa hal ini pendapatan harus dibuktikan dengan dokumen
kualitas penagihan yang dilakukan oleh pihak ketiga resmi berupa slip gaji bagi calon pemegang kartu kredit
adalah sama dengan jika penagihan dilakukan oleh yang bekerja pada perusahaan atau lembaga, atau bukti
penerbit sendiri. setoran pajak bagi yang memiliki usaha sendiri. Kedua
syarat ini disebut syarat dasar perolehan kartu kredit
Transaction Alert sehingga calon pemegang yang tidak memenuhi kedua
syarat diatas pada prinsipnya tidak diperbolehkan untuk
Untuk meningkatkan keamanan bagi pemegang kartu
memegang kartu kredit.
kredit, maka dalam ketentuan APMK baru terdapat
kewajiban bagi penerbit untuk menyampaikan transaction Setelah pengaturan persyaratan dasar di atas, untuk
alert setelah terdapat transaksi yang memenuhi kondisi memperkuat aspek kehati-hatian dalam pemberian kredit,
tertentu. Transaction alert ini disampaikan melalui maka terdapat pengaturan persyaratan mengenai plafon
short message service (sms) atau sarana lainnya yang kredit dan jumlah penerbit yang dapat memberikan kartu
dipilih oleh pemegang kartu. Selama prinsip transaction kredit. Persyaratan ini hanya berlaku bagi pemegang
alert berisikan notifikasi bahwa telah terjadi transaksi kartu kredit yang memiliki pendapatan antara tiga
dengan menggunakan kartu kredit pemegang, dan juta rupiah sampai dengan sepuluh juta rupiah. Bagi
menginformasikan kepada pemegang nomor telepon yang pihak yang masuk dalam kategori tersebut, maka batas
dapat dihubungi bila pemegang tidak merasa melakukan maksimal plafon kredit yang dapat diberikan oleh seluruh
transaksi tersebut. Terkait penyampaian transaction penerbit kartu kredit adalah sebesar tiga kali pendapatan
alert, terdapat beberapa kondisi, diantaranya adalah bulanannya. Batas maksimal plafon ini berlaku secara
saat terdapat transaksi di merchant yang masuk kategori industri; artinya total plafon seluruh kartu kredit yang
berisiko tinggi, terdapat transaksi yang tidak sesuai dimiliki oleh pemegang kartu akan dijumlahkan, dan
dengan profil pemegang, terdapat transaksi berkali-kali jumlah tersebut tidak boleh melebihi batas maksimal yang
dengan nilai sama, atau saat kartu kredit digunakan untuk ditetapkan. Pembatasan selanjutnya adalah mengenai
pertama kalinya. jumlah penerbit, yaitu untuk pemegang kartu yang masuk
kategori diatas akan dibatasi hanya dapat menerima kartu
Persyaratan Kepemilikan Kartu Kredit kredit dari dua penerbit yang berbeda. Perlu dipertegas
bahwa yang dibatasi disini bukanlah jumlah kartu kredit
Dari sisi kepemilikan kartu kredit, Bank Indonesia
melainkan jumlah penerbitnya.
mengatur kembali mengenai persyaratan yang harus
dipenuhi oleh individu untuk dapat menjadi pemegang Untuk melaksanakan dua pembatasan di atas, seluruh
kartu kredit. Persyaratan ini dimulai dengan persyaratan penerbit kartu kredit di Indonesia diwajibkan untuk
bersifat dasar berupa syarat minimum usia 21 tahun bagi saling bertukar informasi mengenai jumlah plafon kredit
pemegang kartu utama, dan 17 tahun bagi pemegang dan informasi individu yang telah diberikan kartu kredit
kartu tambahan. Syarat usia ini diharapkan dapat oleh penerbit dimaksud. Pembatasan ini berlaku sejak
menyaring agar pemegang kartu kredit adalah individu- 1 Januari 2013, sehingga sejak tanggal tersebut individu

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 31


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

dengan penghasilan tiga sampai dengan sepuluh juta dengan mempertimbangkan indikator perekonomian
rupiah hanya dapat menerima kartu kredit dari penerbit yang ada, struktur biaya dalam kegiatan kartu kredit serta
dengan total plafon tidak melebihi tiga kali pendapatan praktek suku bunga yang dikenakan oleh penerbit selama
per bulannya. ini.

Untuk pemegang kartu yang telah memperoleh kartu


kredit sebelum 1 Januari 2013, penerbit diberikan waktu Penerbitan Ketentuan Bank Indonesia mengenai
sampai dengan 1 Januari 2015 untuk menyesuaikan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme bagi Penyelenggara Jasa
kepemilikan kartu kredit dengan persyaratan yang
Sistem Pembayaran Selain Bank
ditetapkan dalam ketentuan APMK ini. Secara garis
besar, mekanisme penyesuaian dilakukan pertama Sebagai tindak lanjut dari telah diberlakukannya Undang-
di level industri, yakni penerbit diwajibkan untuk Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
saling bekerjasama dalam melakukan penyesuaian Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 8
kepemilikan kartu kredit yang pemegang kartunya tahun 2010), Bank Indonesia menerbitkan dua ketentuan
memiliki pendapatan antara tiga sampai dengan sepuluh terkait pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang
juta rupiah tersebut. Apabila upaya untuk melakukan dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) bagi
penyesuaian kepemilikan kartu kredit yang dilakukan oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) Selain Bank,
para penerbit tidak berhasil, maka upaya penyelesaiannya yaitu:
dapat diajukan kepada Bank Indonesia. Mekanisme 1) PBI Nomor 14/3/PBI/2012; dan
pelaksanaan penyesuaian kepemilikan kartu kredit ini 2) SE BI Nomor 14/38/DASP tanggal 28 Desember 2012.
diatur secara rinci dalam SE BI Nomor 14/27/DASP tanggal Penerbitan kedua ketentuan tersebut didasarkan pada
25 September 2012 perihal Mekanisme Penyesuaian amanat dalam UU No. 8 tahun 2010 kepada Bank
Kepemilikan Kartu Kredit. Indonesia, selaku Lembaga Pengawas dan Pengatur, untuk
menerbitkan ketentuan prinsip mengenali pengguna
Penetapan Suku Bunga Maksimum Kartu Kredit jasa bagi penyelenggara kegiatan APMK, Uang Elektronik
Salah satu pengaturan baru lainnya yang diatur dalam dan kegiatan usaha pengiriman uang. Cakupan prinsip
ketentuan baru APMK adalah mengenai kewenangan mengenali pengguna jasa sebagaimana diatur dalam Pasal
Bank Indonesia untuk menetapkan batas maksimum 18 ayat (5) UU No. 8 tahun 2010 bahwa prinsip mengenali
suku bunga kartu kredit. Selama ini batas maksimum pengguna jasa sekurangnya memuat identifikasi, verifikasi
suku bunga kartu kredit ditetapkan oleh penerbit kartu dan pemantauan transaksi pengguna jasa.
kredit dengan mempertimbangkan risiko dan biaya Cakupan pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan kemudian dikembangkan dalam bentuk program APU
kartu kreditnya. Besarannya bisa berbeda antar bank, PPT bagi PJSP Selain Bank yang komprehensif. Struktur
dan bahkan bisa berbeda antar jenis kartu kredit yang program APU PPT ini terdiri atas beberapa besaran
diterbitkan oleh penerbit yang sama. materi pengaturan, yang antara lain terdiri atas materi
Melalui SE BI Nomor 14/34/DASP tanggal 27 Nopember terkait tanggung jawab direksi dan komisaris, kebijakan
2012 perihal Batas Maksimum Suku Bunga Kartu dan prosedur, pengendalian internal, dan sumber daya
Kredit, Bank Indonesia telah menetapkan bahwa batas manusia. Dilihat dari ruang lingkupnya sendiri, program
maksimum suku bunga kartu kredit yang dapat ditetapkan APU PPT ini wajib diterapkan oleh PJSP Selain Bank yang
oleh penerbit adalah sebesar 2,95% (dua koma sembilan merupakan penerbit dan acquirer APMK, uang elektronik
puluh lima persen) per bulan atau 35,40% (tiga puluh lima dan penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang atau
koma empat puluh persen) per tahun. Nilai ini ditetapkan penyelenggara transfer dana.

32 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Dilihat dari porsinya, penekanan program APU PPT lengkap. Namun demikian masih terdapat beberapa aspek
terdapat pada materi kebijakan dan prosedur, yang lebih pengaturan yang dipandang perlu untuk diatur lebih
lanjut dipecah menjadi mekanisme pelaksanaan Customer lanjut dalam PBI. Untuk melaksanakan amanat dalam UU
Due Diligence (CDD) dan Enhanced Due Diligence Transfer Dana tersebut, pada 26 Desember 2012 Bank
(EDD), penatausahaan dokumen, penetapan profil dan Indonesia telah menerbitkan PBI Nomor 14/23/PBI/2012
pengkinian informasi pengguna jasa, penolakan dan tentang Transfer Dana (PBI Transfer Dana).
penghentian hubungan usaha, kebijakan dan prosedur
Dengan mempertimbangkan bahwa pengaturan dalam
transfer dana, dan pelaporan kepada Pusat Pelaporan dan
UU Transfer Dana sendiri telah relatif lengkap, maka
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
ketentuan yang dimuat dalam PBI Transfer Dana lebih
CDD adalah kegiatan identifikasi, verifikasi, dan bersifat melengkapi materi pengaturan yang ada dalam
pemantauan yang dilakukan penyelenggara untuk UU Transfer Dana. Adapun materi dalam PBI Transfer
memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan Dana meliputi materi terkait perizinan penyelenggara
profil pengguna jasa, sedangkan EDD adalah tindakan transfer dana, pelaksanaan transfer dana, pelaksanaan
CDD lebih mendalam yang dilakukan penyelenggara pada transfer dana yang ditujukan untuk diterima secara
saat berhubungan dengan pengguna jasa yang tergolong tunai, jasa bunga dan kompensasi, biaya transfer dana,
berisiko tinggi termasuk politically exposed person pemantauan dan sanksi administratif.
terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan
Dalam materi terkait perizinan, Bank Indonesia
terorisme. Dalam rangka pelaksanaan CDD dan EDD, PJSP
menegaskan kembali bahwa pihak selain bank yang
Selain Bank harus meminta dokumen-dokumen terkait
dapat menjadi penyelenggara transfer dana harus
identitas pengguna jasa dan transaksi yang dilakukannya,
merupakan badan usaha berbadan hukum Indonesia.
dan memastikan apakah transaksi yang dilakukan
Untuk dapat menjadi penyelenggara badan usaha
sesuai dengan profil pengguna jasa yang disusun oleh
berbadan hukum Indonesia tersebut harus mengajukan
Penyelenggara. Dalam hal terdapat transaksi yang tidak
permohonan ke Bank Indonesia dengan memenuhi
sesuai dengan profil pengguna jasa, maka penyelenggara
persyaratan kelengkapan dokumen yang ditetapkan.
memiliki kewajiban untuk melaporkan transaksi tersebut
Bank Indonesia juga mengatur mengenai Tempat
kepada PPATK.
Penguangan Tunai (TPT). TPT ini merupakan pihak yang
Untuk memberikan kesempatan kepada PJSP Selain bekerjasama dengan penyelenggara transfer dana untuk
Bank untuk mempelajari, memahami dan kemudian melakukan penguangan dana hasil transfer yang telah
menerapkan program APU PPT ini Bank Indonesia dialokasikan dalam rekening untuk kepentingan penerima
memberikan masa transisi sehingga ketentuan-ketentuan (beneficiary). Dalam hal ini TPT bukan merupakan
APU PPT bagi PJSP Selain Bank ini baru akan berlaku pada penyelenggara sehingga TPT tidak perlu memperoleh izin
8 Juni 2013. Setelah tanggal tersebut, Bank Indonesia dari Bank Indonesia. Namun dalam pelaksanaan kerja
akan mulai melakukan pengawasan kepada PJSP Selain sama ini tentunya penyelenggara wajib melaporkannya
Bank untuk memastikan kesiapan dan kepatuhan PJSP kepada Bank Indonesia, dengan memenuhi beberapa
Selain Bank dalam menerapkan program APU PPT ini. persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Terkait kerjasama dengan pihak di luar negeri, Bank


Penerbitan Ketentuan Bank Indonesia mengenai Indonesia mengatur bahwa pelaksanaan kerjasama
Transfer Dana
tersebut hanya dapat dilakukan dengan penyelenggara
Pada 23 Maret 2011 diundangkan Undang-Undang Nomor di luar negeri yang telah memperoleh izin dari otoritas
3 tahun 2011 tentang Transfer Dana (UU Transfer Dana). setempat untuk melakukan kegiatan transfer dana. Kerja
Materi yang diatur dalam UU Transfer Dana telah relatif sama ini juga harus didasarkan pada suatu perjanjian

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 33


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

tertulis, yang antara lain harus memuat penerapan asas transfer dana tersebut tidak berhasil, maka sebagai
resiprositas, hak dan kewajiban para pihak, mekanisme upaya terakhir atau ultimum remedium Bank Indonesia
penetapan kurs, biaya dan penyelesaian akhir, serta berwenang untuk mengenakan sanksi administratif
mekanisme penyelesaian masalah. kepada penyelenggara, berupa teguran tertulis, denda,
penghentian kegiatan atau pencabutan izin.
Pengaturan mengenai pelaksanaan transfer dana yang
dimuat dalam PBI Transfer Dana lebih banyak terkait Mengingat masih terdapat beberapa hal yang masih
dengan tata cara dan mekanisme pelaksanaan transfer belum cukup diatur dalam PBI Transfer Dana, maka Bank
dana dalam kondisi atau sistuasi tertentu, misalnya dalam Indonesia akan menerbitkan pula aturan pelaksanaan PBI
hal terjadi keadaan darurat, terjadi kekeliruan, serta dimaksud dalam bentuk SE BI. Diharapkan SE BI ini dapat
pengembalian dana. diterbitkan pada triwulan II di tahun 2013.

Pengaturan mengenai transfer dana yang ditujukan


untuk diterima secara tunai menitikberatkan pada 3.9 Implementasi Roadmap
situasi dimana pihak pengirim asal (originator) dan Pengembangan Sistem Pembayaran
penerima (beneficiary) dalam suatu transfer dana dan Setelmen ASEAN
melakukannya dengan menggunakan uang tunai. Dalam rangka pengembangan sistem pembayaran
Dalam hal ini PBI Transfer Dana mengatur mengenai dan setelmen di ASEAN, ASEAN Working Committee
mekanisme yang harus dilakukan oleh penyelenggara on Payment and Settlement Systems (WC PSS) telah
penerima akhir dalam menyampaikan pemberitahuan menyusun rekomendasi yang terbagi dalam milestone dan
kepada penerima mengenai dana yang menjadi haknya, tahapan sebagai berikut:
dan mekanisme yang harus dilakukan apabila dana - Rekomendasi jangka pendek (2012-2013), memuat
tersebut tidak diambil oleh penerima maupun pengirim mengenai standardisasi.
asal dalam hal dana dikembalikan. Dalam hal pengirim - Rekomendasi jangka menengah (2014-2015), memuat
asal juga tidak mengambil kembali dana tunainya yang mengenai pengembangan infrastruktur dan prasarana
semulaakan ditransfer, maka penyelenggara pengirim sistem pembayaran dan setelmen.
asal dapat menyerahkan dana tersebut kepada Balai - Rekomendasi jangka panjang (setelah 2015), memuat
Harta Peninggalan untuk mengurus dana tersebut sesuai mengenai pengkajian kemungkinan pengembangan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. linkages antara berbagai sistem pembayaran di
Dalam menjalankan kewenangan untuk melakukan kawasan ASEAN.
pemantauan atas penyelenggaraan kegiatan transfer Sesuai milestone rekomendasi di atas, fokus tahun
dana, dalam PBI ini dijelaskan metode pelaksanaan 2012 adalah pada penerapan standar dalam sistem
pemantauan oleh Bank Indonesia, yaitu dengan cara pembayaran dan setelmen, baik sistem pembayaran nilai
pengamatan (monitoring), penilaian (assessment) dan ritel maupun nilai besar.
upaya mendorong perubahan (inducing change). Upaya
Dalam jangka pendek, salah satu bentuk proses menuju
pemantauan ini ditujukan untuk memastikan bahwa
standardisasi di sisi sistem pembayaran nilai besar adalah
pelaksanaan kegiatan transfer dana dilakukan dengan
pada penggunaan message format berbasis SWIFT
baik, masing-masing pihak melaksanakan hak dan
pada sistem BI-RTGS dan BI-SSSS generasi II mengingat
kewajibannya serta bertanggung jawab sesuai porsinya,
message format berbasis SWIFT merupakan best practice
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal terjadi
yang digunakan oleh institusi keuangan di berbagai
pelanggaran atas ketentuan yang berlaku, dalam hal
negara. Dengan penggunaan message format berstandar
segala upaya untuk memperbaiki penyelenggaraan

34 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

internasional tersebut diharapkan akan mempermudah 3.10 Peningkatan Efisiensi Dalam


interkoneksi infrastruktur baik di perbankan nasional Layanan Kepada Kemenkeu
maupun dengan sistem pembayaran dan setelmen di
Dalam rangka upaya peningkatan kualitas dan efisiensi
negara lain.
pelayanan kepada Pemerintah, khususnya Kementerian
Penggunaan message format berbasis SWIFT dalam Keuangan (Kemenkeu), telah dilakukan pengembangan
BI-RTGS dan BI-SSSS generasi II di atas sejalan dengan Sistem Bank Indonesia Government electronic Banking
rekomendasi WC-PSS yang lain, yaitu yang terkait dengan (Sistem BIG-eB), dan penerapan standar layanan sesuai
adanya penyelenggaraan straight through processing dengan Standar Manajemen Mutu (SMM), yaitu ISO
(STP) untuk setelmen surat berharga, baik di tingkat 9001:2008. Selama 2012, Pengembangan Sistem BIG-eB
domestik maupun lintas batas negara. dan penerapan SMM dalam layanan kepada Pemerintah
sebagai berikut:
Dari sisi sistem pembayaran ritel, upaya yang telah
1. Penyempurnaan Sistem BIG-eB dalam rangka efisiensi
dilakukan dalam rangka menuju standardisasi adalah
layanan kepada Kemenkeu
dengan penerapan standar untuk kartu ATM dan ATM/
Penyempurnaan Sistem BIG-eB dilakukan dalam
Debet, yang meliputi standar penggunaan Chip dan
rangka memfasilitasi kebutuhan Pemerintah
standar digit PIN. Tujuan standardisasi tersebut, di
(Kemenkeu) dan persiapan interkoneksi Sistem BIG-
samping untuk perlindungan nasabah dari risiko fraud
eB dengan Sistem Perbendaharaan Aparatur Negara
adalah juga untuk memudahkan dalam mewujudkan
(SPAN) sejalan dengan perkembangan kebutuhan
interoperability yang lebih luas di masa yang akan datang,
Kemenkeu.
baik di level domestik maupun internasional serta efisiensi
Untuk mengakomodir kebutuhan Kemenkeu telah
dan memudahkan dalam pengembangan fungsi-fungsi
dilakukan pengembangan fitur-fitur yaitu:
lainnya di masa yang akan datang.
a. Perubahan tampilan fitur yaitu penambahan
Selain rekomendasi terkait standardisasi di atas, fungsi Monitoring transaksi Interface pada menu
rekomendasi jangka pendek lainnya adalah terkait dengan inquiry.
kebijakan untuk mendorong penggunaan jasa remitansi b. Penambahan Laporan Kurs Neraca dan Kurs
formal serta peningkatan transparansi biaya remitansi Transaksi pada menu Laporan.
untuk meningkatkan perlindungan kepada konsumen. Sedangkan untuk persiapan interkoneksi sistem BIG-
Upaya yang telah dilakukan terkait rekomendasi untuk eB telah dilakukan pengembangan fungsi upload dan
mendorong penggunaan jasa remitansi formal, antara lain tahapan pengembangan yang meliputi:
dengan mendorong penyedia jasa remitansi non formal 1) User Acceptance Test (UAT) bersama Kemenkeu
untuk menjadi berizin (formal), mendorong penyedia terkait perubahan fitur pada September 2012.
jasa keuangan non bank formal untuk dapat menjangkau 2) Unit Test bersama Kemenkeu untuk
daerah pedesaan dan masyarakat yang belum implementasi Interkoneksi SPAN pada Oktober –
menggunakan jasa perbankan, serta melalui edukasi dan Desember 2012.
sosialisasi kepada pengguna jasa remitansi (TKI) untuk
menggunakan jasa remitansi formal. 2. Standar Manajemen Mutu (ISO 9001: 2008)
Sertifikasi Standar Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Sementara upaya yang telah dilakukan untuk
yang dimulai sejak Mei 2010 merupakan salah
meningkatkan transparansi biaya remitansi adalah dengan
satu wujud upaya peningkatan kualitas layanan
ketentuan yang mewajibkan pihak penyelenggara jasa
kepada stakeholders. Adapun ruang lingkup layanan
remitansi untuk transparan dalam hal biaya.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 35


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

yang telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008 Selama 2012, telah dilakukan dua kali surveillance
meliputi layanan penatausahaan rekening dan audit oleh auditor eksternal untuk menilai keefektifan
penyelesaian transaksi untuk Pemerintah serta layanan implementasi ISO 9001:2008, yaitu pada April dan
penatausahaan rekening giro untuk rekening bank November 2012. Berdasarkan hasil kedua surveillance
dalam valuta asing. audit tersebut, pihak auditor menyatakan bahwa layanan
yang diberikan masih sesuai dengan ruang lingkup
Pencapaian sasaran mutu yang telah ditetapkan adalah
SMM sehingga sertifikasi ISO9001:2008 masih dapat
cerminan dari peningkatan kualitas layanan yang diberikan
dipertahankan.
dan tentunya diharapkan akan dapat memberikan nilai
tambah bagi Pemerintah sebagai salah satu stakeholders
utama. Secara periodik, dilakukan evaluasi, review dan/
atau penyesuaian terhadap sasaran mutu yang telah
ditetapkan sesuai dengan perubahan bisnis yang ada, baik
di Kemenkeu maupun Bank Indonesia.

36 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Boks 3.1 Implementasi STKE BPR Wilayah Jawa Timur

Nasabah BPR di Jawa Timur saat ini dapat melakukan transfer dana antar BPR maupun antara BPR dengan bank
umum secara mudah dan cepat. Hal tersebut dimungkinkan sejak dikembangkannya sistem transfer dana bagi BPR
yang dikenal dengan nama STKE BPR yang merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dengan Bank Jatim. Sistem
yang diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution pada 29 November 2012 di Surabaya tersebut
merupakan terobosan baru dalam penyelenggaraan sistem pembayaran di Indonesia. Sistem ini menghubungkan
antara BPR dengan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) melalui bank pengayom (apex bank). Oleh karena
itu, melalui sistem ini BPR akan memiliki akses transfer dana secara nasional kepada seluruh bank peserta kliring.

Pengembangan STKE BPR dilandasi oleh kebutuhan transfer dana bagi nasabah BPR yang kian meningkat. Tidak hanya
transfer dana antar nasabah BPR melainkan juga transfer dana antara nasabah BPR dengan bank umum. Sebelum
sistem ini ada, transfer dana antar BPR dilakukan melalui bank umum sehingga BPR harus memiliki rekening di
beberapa bank umum. Hal itu dilakukan karena BPR tidak memiliki akses secara langsung terhadap layanan sistem
transfer dana. Akibatnya, layanan transfer dana bagi nasabah BPR menjadi terbatas. Dengan adanya STKE BPR maka
BPR cukup memiliki satu rekening di bank pengayom BPR. Melalui bank pengayom tersebut transfer dana BPR akan
diteruskan kepada BPR lain sesama anggota bank pengayom. Selain itu, bank pengayom juga akan meneruskan
transfer dana antara BPR dengan bank umum melalui SKNBI. Dengan mekanisme ini, nasabah BPR bisa melakukan
transfer dana ke seluruh bank peserta kliring seperti halnya nasabah bank umum.

STKE BPR rencananya akan dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia secara bertahap. Untuk tahap awal, pilot
project STKE BPR dikembangkan Bank Indonesia bersama dengan Bank Jatim yang bertindak sebagai bank pengayom
untuk BPR di wilayah Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur sebagai wilayah pilot project didasari oleh eksistensi Bank
Jatim sebagai bank pengayom yang dinilai berhasil.Dari 330 BPR yang ada, sebanyak 274 BPR atau 83%-nya telah
menjadi anggota bank pengayom BPR. Hingga saat ini tercatat 109 BPR anggota bank pengayom telah bergabung
dalam layanan STKE BPR.

Manfaat utama STKE BPR adalah terbukanya akses layanan sistem pembayaran bagi BPR. Dengan adanya STKE ini,
praktis tidak ada lagi hambatan bagi BPR dalam melakukan transfer dana, baik kepada sesama BPR maupun kepada
bank umum. Kegiatan transfer dana pun menjadi semakin mudah dan efisien bagi nasabah BPR. Hal ini tentu akan
meningkatkan kualitas layanan transfer dana BPR kepada nasabahnya yang kini bisa dikatakan sudah “sejajar” dengan
bank umum. Selain itu, STKE BPR juga akan meningkatkan fee based income BPR dari layanan transfer dana. Pada
akhirnya, seluruh manfaat tersebut akan meningkatkan loyalitas nasabah dan memperkuat daya saing BPR sebagai
ujung tombak layanan perbankan, khususnya kepada masyarakat kecil serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM).

Manfaat lain yang dapat diperoleh dari pengembangan STKE BPR adalah memperluas akses layanan keuangan kepada
masyarakat (financial inclusion), terutama terkait dengan transfer dana. Hal itu karena STKE BPR akan memudahkan
akses masyarakat yang belum menjadi nasabah bank (unbanked people) untuk melakukan transfer dana. Selain
melalui bank umum, kini masyarakat juga dapat melakukan transfer dana melalui BPR terdekat. Dengan demikian,
layanan transfer dana yang mudah dan efisien akan dapat dinikmati secara lebih merata, baik bagi masyarakat
perkotaan maupun masyarakat di pelosok pedesaan yang belum terjangkau oleh layanan bank umum.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 37


Bab 3 Kebijakan Sistem Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

38 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia sebagai otoritas system pembayaran berwenang untuk


melakukan pengawasan, selain melakukan pengaturan dan perizinan dalam
penyelenggaraan system pembayaran.
Obyek pengawasan sistem pembayaran meliputi sistem yang dikategorikan
sebagai Systemically Important Payment System (SIPS) dan non-SIPS. Sistem
yang dikategorikan sebagai SIPS adalah Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS. Adapun
sistem pembayaran yang non-SIPS meliputi SKNBI, APMK, uang elektronik, dan
KUPU atau transfer dana. Ruang lingkup sistem pembayaran menitik beratkan
pada aspek keamanan, keandalan, efisiensi, dan perlindungan konsumen.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 39


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

Bab 4

Pengawasan Sistem Pembayaran

Sebagaimana diamanatkan UU Bank Indonesia dan UU 4.1 Pengawasan Sistem Pembayaran


Transfer Dana, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem yang Diselenggarakan oleh Bank
pembayaran berwenang untuk melakukan pengawasan, Indonesia
pemantauan, atau pemeriksaan terhadap penyelenggara
Berdasarkan hasil pengawasan selama periode laporan,
jasa sistem pembayaran, selain kewenangan di bidang
dari sisi operasional, terjaganya ketersediaan Sistem BI-
pengaturan dan perizinan serta penyelenggaraan sistem
RTGS, BI-SSSS, dan PVP selama tahun 2012 tidak terlepas
pembayaran.
dari keandalan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS serta Business
Obyek pengawasan sistem pembayaran meliputi sistem Continuity Plan (BCP) untuk menyediakan infrastruktur
yang dikategorikan sebagai Systemically Important back up system yang dapat menggantikan setiap saat
Payment Systems (SIPS) maupun yang non-SIPS. Sistem bila terjadi gangguan pada sistem utama. Terkait dengan
pembayaran yang dikategorikan sebagai SIPS merupakan kesinambungan dan kesiapan back up system tersebut,
sistem pembayaran yang apabila terjadi gangguan pada dari hasil pengawasan selama periode laporan telah
sistem tersebut dapat menimbulkan gangguan secara dilakukan uji coba secara berkala terhadap back up
sistemik yang berdampak kepada sistem keuangan secara system, serta pengkinian sistem jaringan komunikasi data
luas yaitu Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS. Adapun sistem yang semula System Network Architecture (SNA) menjadi
pembayaran yang non-SIPS meliputi SKNBI, APMK, Uang Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP-
Elektronik dan KUPU. Ruang lingkup pengawasan Sistem IP). Beralihnya sistem jaringan komunikasi data tersebut
Pembayaran menitikberatkan pada aspek keamanan, dan sejalan dengan tren pertumbuhan jumlah transaksi yang
efisiensi di dalam penyelenggaraannya serta memastikan sangat tinggi, sehingga diperlukan teknologi yang mampu
dipatuhinya ketentuan Bank Indonesia seperti ketentuan menampung kapasitas yang lebih besar, mengingat
perlindungan konsumen, manajemen risiko serta teknologi SNA hanya mempunyai kapasitas 64kb dan saat
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan ini sudah tidak supported dan obsolete.
Terorisme (APU dan PPT). Seluruh penyelenggara sistem
pembayaran yang berizin dari Bank Indonesia, menjadi Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Sistem
obyek pengawasan Bank Indonesia. BI-RTGS dan BI-SSSS
Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Sistem
BI-RTGS dan PvP

Selama periode laporan, keandalan Sistem BI-RTGS


terjaga dengan baik terlihat dari ketersediaan atau tingkat

40 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

availability Sistem BI-RTGS yang memenuhi service level b. Terpenuhinya target throughput guideline 3
yang telah ditetapkan. penyelesaian transaksi masih berada dalam pola
jangka waktu acuan yang ditetapkan, dan rata-
Hal serupa juga dialami oleh sistem PvP yang merupakan
rata mayoritas transaksi diselesaikan pada awal
sarana untuk bertransaksi USD/IDR melalui PvP
hari. Kelompok bank campuran mempunyai pola
Link. Selama periode laporan, sistem PvP berjalan
yang sedikit berbeda, namun hal ini tidak sampai
dengan aman dan lancar yang ditandai dengan tingkat
mengganggu kelancaran sistem pembayaran secara
ketersediaan sistem yang memenuhi service level yang
keseluruhan. Sedangkan untuk kelompok non bank,
telah ditetapkan.
kurang mengikuti graduated payment schedule. Hal
ini dikarenakan nature of business kelompok non
Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Sistem
BI-SSSS bank yang penyelesaian transaksinya mengandalkan
incoming transaction. Grafik berikut menunjukkan
Selama periode laporan, sebagaimana sistem BI-RTGS,
pola distribusi penyelesaian transaksi per kelompok
sistem BI-SSSS secara operasional berjalan dengan baik.
bank selama periode laporan.
Selama periode laporan, keandalan Sistem BI-SSSS terjaga
c. Turn over ratio 4, selama periode laporan saldo
dengan baik terlihat dari ketersediaan atau tingkat
rekening bank yang disediakan pada awal hari, masih
availability Sistem BI-SSSS yang memenuhi service level
longgar. Turn over ratio per kelompok bank selama
yang telah ditetapkan.
periode laporan ditunjukkan pada grafik 4.2.
Selama 2012, pengelolaan likuiditas oleh peserta pada d. Queue transaction 5 selama periode laporan, rata-rata
sistem BI-RTGS juga berjalan dengan baik dan lancar secara volume maupun nominal transaksi per bulan
ditandai dengan: sangat kecil (tidak lebih dari 0,05% dari total transaksi).
a. Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) hanya Seluruh transaksi tersebut dapat diselesaikan pada
terjadi satu kali pada Juni 2012.


�������� ��� ��� ��� �������� ��������������������
���
�������������������� ��� ��� ���

�������������������� ��� ��� ���

��� ��� ��� ���


���

��������������� ��� ��� ��� �

������������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ���



�������������������� ��� ��� ���
���
�������������������� ��� ��� ���

���������� ���� ���� ��� ����������� ������������
�� ��� ��� ��� ��� ���� �������� ���������� �������� �������

������������������� ���������������� ���������������� �����������������������������������������������������

Sumber data : EDW diolah dari Januari – Desember 2012 Sumber data : EDW diolah dari Januari – Desember 2012

Grafik 4.1 Grafik 4.2


Throughput Guideline Turn Over Ratio

4 Turn over ratio = merupakan perbandingan antara outgoing transaction yang


3 Throughput guideline adalah suatu target dimana Peserta diharapkan telah diselesaikan melalui saldo rekening bank yang disediakan pada awal hari
menyelesaikan persentase tertentu dari total pembayaran selama 1 hari 5 Queue transaction atau transaksi yang mengalami antrian di sistem karena
dengan mengacu pada graduated payment schedule < 10.30 WIB ; 10.30 s/d bank tidak mempunyai kecukupan dana untuk melakukan setelmen pada saat
14.30 WIB ; 14.30 s/d 16.30 diharapkan 30% : 30% : 40% transaksi dikirimkan.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 41


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

2012 adalah 1,04% dari total waktu operasional normal.


�� Sama halnya dengan Sistem BI-RTGS, untuk menjaga
�� �� ��
kelancaran operasional SKNBI, Bank Indonesia juga
��� memiliki prosedur contingency yang didukung dengan
��� infrastruktur back up yang andal.

Likuiditas peserta SKNBI sepanjang 2012 secara umum


juga dapat terjaga dilihat dari beberapa indikator
���������� �������������
antara lain, pemenuhan kewajiban penyediaan prefund,
�������������������� ��� penggunaan prefund, top up prefund dan transaksi yang
�������������������� ��������
tidak dapat diperhitungkan. Sepanjang 2012, tidak ada
bank yang mengalami ketidakmampuan memenuhi
Grafik 4.3 penyediaan prefund di awal hari sebagai syarat untuk
Proporsi Volume Queue Transaction dapat mengikuti kliring harian.

Total prefund kliring debet dan kliring kredit yang


�� disediakan peserta dari Januari sampai dengan Desember
�� ��
��� 2012 mencapai Rp4.434 triliun dengan total nilai transaksi
sampai dengan Desember 2012 sebesar Rp2.170
��� ���
triliun. Dengan demikian rata-rata penggunaan prefund
sepanjang tahun 2012 adalah 48,71% dengan penggunaan
terendah 44% yang terjadi pada Februari 2012 dan
���������� �������������
tertinggi 52,54% yang terjadi pada November 2012. Hal
�������������������� ��� ini menunjukkan bahwa prefund yang tersedia masih
�������������������� ��������
jauh lebih besar dari kewajiban yang harus dipenuhi
�����������������������������������������������������
peserta. Namun demikian, secara individu, masih terdapat
transaksi dari beberapa peserta yang tidak diperhitungkan
Grafik 4.4
Proporsi Nominal Queue Transaction karena peserta tidak melakukan top up prefund. Meskipun
secara umum tidak mengganggu proses kliring secara
keseluruhan, namun hal tersebut juga menjadi perhatian
akhir hari sehingga tidak terjadi risiko setelmen. dalam aspek perlindungan kepada para pemegang
Proporsi Queue transaction selama periode laporan di Cek/Bilyet Giro karena mengakibatkan tertundanya
tunjukkan pada grafik 4.3 dan 4.4. pembayaran melalui proses kliring.

Pengawasan Terhadap Sistem Kliring Nasional 4.2 Sistem Pembayaran yang


Bank Indonesia (SKNBI) Diselenggarakan oleh Pihak di Luar
Bank Indonesia
Secara umum, operasional penyelenggaraan SKNBI selama
2012 berjalan baik dan lancar yang ditunjukkan dengan
Pengawasan terhadap Alat Pembayaran dengan
tidak adanya system down. Meski secara harian terdapat Menggunakan Kartu (APMK)
beberapa kasus perpanjangan waktu yang diakibatkan Kartu Kredit
permasalahan teknis, namun hal tersebut tidak
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh penerbit
mengganggu penyelenggaraan SKNBI secara keseluruhan.
kartu kredit sepanjang periode 2012, jumlah kasus fraud
Total perpanjangan waktu operasional SKNBI sepanjang

42 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

terkait penggunaan kartu kredit mencapai 11.263 kasus Pada tahun-tahun sebelumnya jumlah kasus dan nominal
atau 0,006% dari total transaksi kartu kredit sepanjang fraud kartu kredit mengalami penurunan yang cukup
2012. Sementara nominal kerugian akibat fraud yang signifikan terutama sejak diwajibkannya penggunaan
dilaporkan (aktual maupun potensial) mencapai Rp chip untuk kartu kredit per 1 Januari 2010. Namun pada
34,18 miliar atau 0,017 % dari total nominal transaksi tahun 2012, terutama mulai paruh semester II-2012
kartu kredit yang terjadi selama 2012. Jumlah kasus dan hingga akhir tahun, terdapat peningkatan kasus fraud
nominal fraud ini mengalami peningkatan dibanding terutama yang menggunakan modus card not present
periode tahun sebelumnya masing-masing sebesar (CNP). Pada tahun 2012, fraud yang dilaporkan dengan
43,76% dan 2,45%. Adapun gambaran perkembangan modus CNP menduduki peringkat pertama baik dari
jumlah kasus fraud dan nominal kerugian kartu kredit jumlah kasus yang mencapai 5.637 kasus maupun
(aktual maupun potensial) sejak 2009 sampai dengan nominal kerugian (aktual dan potensial) yang mencapai
2012 sebagaimana grafik berikut: Rp11,34 miliar.

Sebelum Bank Indonesia mewajibkan penggunaan


��������������� chip untuk kartu kredit, modus kartu palsu selalu
�����������
menduduki peringkat pertama dalam kejahatan kartu
��������� ����
���� kredit. Seiring dengan penurunan kasus pemalsuan
�����������������
����
kartu sejak diimplementasikannya chip, terjadi shifting
������������������� ����
kepada modus lain yang lebih konvensional yaitu CNP,
��������������
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. CNP pada
���
dasarnya merupakan penyalahgunaan kartu kredit oleh
��������������������
pihak yang tidak berwenang untuk bertransaksi melalui
�������������������
internet (e-commerce).
�����������

� ����� ����� ����� Dalam kaitan dengan pencegahan fraud CNP, Bank
������������ Indonesia telah menghimbau kepada para penerbit untuk
menerapkan aturan one time password untuk setiap
Grafik 4.5
Perkembangan Jumlah Kasus Fraud Kartu Kredit transaksi yang dilakukan secara on line. Sementara itu
dalam pengaturan transaksi kartu kredit telah diwajibkan
�����������������������������������
agar penerbit memberikan alert kepada pemegang kartu
�����������
untuk transaksi-transaksi yang bersifat menyimpang
dari kebiasaan dan kewajiban menggunakan PIN sebagai
��������� ����
����
pengganti tandatangan mulai 1 Januari 2015.
�����������������
����
������������������� ���� Selain itu, selama periode 2012, Bank Indonesia
�������������� juga telah melakukan pemeriksaan terhadap empat
��� penerbit dan dua acquirer kartu kredit. Dalam
�������������������� pemeriksaan tersebut juga ditekankan pentingnya
������������������� mematuhi ketentuan di bidang perlindungan kepada
����������� para pemegang kartu, seperti etika penagihan, kualitas
���� �������� ��������� ��������� ��������� ��������� pemberian kartu kredit serta cara pengenaan bunga
��������
dan denda. Sejauh ini, dari hasil pemeriksaan tidak
ditemukan pelanggaran ketentuan yang serius. Atas hasil
Grafik 4.6
Perkembangan Nominal Fraud Kartu Kredit pemeriksaan tersebut, sejumlah penerbit dan acquirer

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 43


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

telah berkomitmen untuk melakukan sejumlah perbaikan diselesaikan dengan baik oleh industri, sehingga batas
dengan tenggat waktu tertentu yang telah disepakati. waktu yang telah ditetapkan dapat dipenuhi oleh seluruh
penerbit.
Kartu ATM dan ATM/Debet Selain itu, selama periode 2012, Bank Indonesia juga telah
Berdasarkan hasil pengawasan selama periode laporan, melakukan pemeriksaan terhadap dua penerbit kartu ATM
fraud terkait penggunaan kartu ATM dan kartu ATM/ dan kartu ATM/Debet. Sejauh ini, dari hasil pemeriksaan
Debet yang dilaporkan oleh penerbit mengalami tidak ditemukan pelanggaran yang serius. Atas hasil
penurunan baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun pemeriksaan tersebut, penerbit telah berkomitmen untuk
nilai kerugian (aktual dan potensial). Selama periode melakukan perbaikan dengan tenggat waktu tertentu yang
laporan jumlah kasus dan nilai kerugian akibat fraud yang telah disepakati.
dilaporkan adalah 11.468 kasus dan Rp1,4 miliar. Bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya nilai kerugian Pengawasan terhadap Uang Elektronik
akibat fraud mengalami penurunan sebesar Rp961 juta
Pengawasan terhadap penyelenggaraan uang elektronik,
sedangkan dari sisi jumlah kasus mengalami penurunan
dilakukan secara tidak langsung melalui monitoring data
sebanyak 4.321 kasus. Bila dilihat lebih mendalam,
dan informasi serta pengawasan secara langsung melalui
jumlah kasus yang dilaporkan paling sering terjadi adalah
pemeriksaan (on site visit).
kartu ATM dan kartu ATM/Debet hilang atau dicuri yang
mencapai 10.498 kasus. Sedangkan nilai kerugian terbesar Selama periode laporan, Bank Indonesia tidak menerima
selama periode laporan berasal dari fraud kartu palsu adanya laporan terkait fraud di dalam penyelenggaraan
yaitu sebesar Rp1,1 miliar. uang elektronik.

Untuk menekan angka fraud pada penyelenggaraan kartu Sementara itu, pengawasan secara langsung telah
ATM dan kartu ATM/Debet ini khususnya yang dilakukan dilakukan kepada dua penerbit uang elektronik (bank dan
melalui modus pemalsuan kartu, Bank Indonesia telah penyelenggara selain bank) melalui on site visit untuk
mewajibkan penerbit kartu ATM dan ATM/Debet untuk memastikan kepatuhan penyelenggara uang elektronik
mengimplementasikan teknologi chip dan penggunaan terhadap ketentuan yang berlaku. Dari hasil pemeriksaan
PIN minimal 6 (enam) digit untuk kartu ATM/Debet yang tersebut, tidak ditemukan pelanggaran yang serius oleh
diterbitkan di Indonesia. Batas waktu implementasi chip penerbit, namun demikian terdapat beberapa temuan
dan PIN 6 (enam) digit ini adalah 31 Desember 2015. yang harus diperbaiki antara lain terkait perlindungan
Dengan kata lain, pada 1 Januari 2016, seluruh kartu konsumen (khususnya aspek transparansi terkait biaya)
ATM dan kartu ATM/Debet sudah harus menggunakan dan juga aspek pengelolaan risiko. Atas hasil pemeriksaan
teknologi chip dan PIN minimal 6 (enam) digit, demikian tersebut, penerbit telah berkomitmen untuk melakukan
pula seluruh perangkat yang digunakan untuk memproses perbaikan.
transaksi kartu ATM dan kartu ATM/Debet tersebut harus
dapat memproses chip (chip enable). Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Kegiatan
Usaha Pengiriman Uang (KUPU) atau Transfer
Saat ini Bank Indonesia terus memonitor perkembangan
Dana Selain Bank
implementasi chip oleh seluruh penyelenggara kartu
ATM dan kartu ATM/Debet melalui laporan triwulanan Selama periode laporan, telah dilakukan pengawasan
yang disampaikan oleh penyelenggara untuk memastikan secara tidak langsung kepada seluruh penyelenggara
tahapan yang telah dicapai dan kendala yang dihadapi KUPU di wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia, dan
dalam proses implementasi. Sejauh ini masih terdapat tiga diantaranya telah dilakukan pula pengawasan
beberapa kendala teknis, namun diharapkan dapat secara langsung. Pengawasan secara langsung kepada

44 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

penyelenggara KUPU melalui on site visit, selain dilakukan Selanjutnya, sehubungan dengan pemberlakuan UU
untuk memastikan kepatuhan penyelenggara KUPU Nomor 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana pada 23
terhadap ketentuan yang berlaku, juga ditujukan untuk Maret 2011, selama periode laporan Bank Indonesia
memastikan pemenuhan komitmen atas hasil audit PPATK. telah melakukan pembinaan kepada penyelenggara
KUPU yang belum berbadan hukum Indonesia, dengan
Selanjutnya berdasarkan hasil pengawasan, pada periode
mengirimkan surat pembinaan sebanyak dua kali
laporan telah dilakukan pencabutan izin terhadap satu
dalam rangka mengingatkan yang bersangkutan untuk
penyelenggara KUPU karena tidak mematuhi ketentuan
segera meningkatkan status usahanya menjadi badan
Bank Indonesia dan pengenaan sanksi administratif
hukum Indonesia. Dalam hal penyelenggara KUPU
berupa penyampaian surat teguran tertulis kepada dua
tersebut sampai dengan 23 Maret 2013, masih belum
penyelenggara KUPU karena tidak menyampaikan laporan
meningkatkan status badan usahanya menjadi badan
berkala kepada Bank Indonesia. Di samping itu pada
hukum Indonesia sebagaimana dimaksud oleh UU
periode laporan terdapat satu penyelenggara KUPU yang
TD maka izin KUPU yang telah diberikan oleh BI akan
dicabut izin penyelenggaraannya berdasarkan permintaan
dinyatakan tidak berlaku.
sendiri.

Terkait dengan tugas Bank Indonesia sebagai Lembaga


Pengatur dan Pengawas terkait kepatuhan penyelenggara
KUPU dalam menerapkan program APU dan PPT
sebagaimana amanat UU Nomor 8 tahun 2010 selama
periode tahun 2012, kewenangan tersebut masih berada
di PPATK dengan masa transisi dari PPATK kepada Bank
Indonesia selama dua tahun (2011-2013). PPATK telah
melakukan audit kepatuhan terhadap 28 penyelenggara
KUPU (21 penyelenggara di wilayah KPBI dan tujuh
penyelenggara di wilayah KPwBI) dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan penyelenggara KUPU
dalam menerapkan UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (UU TPPU) dan kendala-kendala yang dihadapi
dalam menerapkan UU TPPU. Terhadap hal tersebut, Bank
Indonesia telah memberikan surat pembinaan kepada
penyelenggara untuk melakukan tindak lanjut hasil audit
PPATK.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 45


Bab 4 Pengawasan Sistem Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

46 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

Arah kebijakan dan pengembangan sistem pembayaran kedepan akan tetap difokuskan
pada peningkatan keamanan, efisiensi, perluasan akses, dan perlindungan konsumen. Hal
tersebut dilakukan Bank Indonesia dengan tetap melanjutkan tahapan pengembangan
NPG, SKNBI, dan uang elektronik, serta penguatan aspek hukum melalui penyusunan RUU
Sistem Pembayaran dan Penyelesaian Akhir (SPPA).
Pengembangan NPG ke depan akan dilakukan melalui tiga tahapan besar. Tahap
pertama, adalah pengembangan instrumen pembayaran yang paling dominan
digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu kartu ATM dan kartu ATM/Debet dengan
menginterkoneksikan jaringan penyelenggara kartu ATM dan ATM/Debet di Indonesia.
Tahapan kedua adalah pengembangan instrumen pembayaran pada kartu kredit dan
uang elektronik melalui pemrosesan kartu kredit secara domestik untuk transaksi yang
dilakukan di Indonesia tanpa harus diteruskan kepada Prinsipal luar negeri seperti
yang berlaku saat ini. Sementara itu, untuk perluasan cakupan transaksi menggunakan
uang elektronik akan didukung melalui interkoneksi diantara penerbit uang elektronik.
Selanjutnya tahap terakhir adalah pengembangan layanan Mobile Financial
Services (MFS) dan e-commerce. Modul layanan ini akan mendukung konvergensi
layanan transaksi berbasis mobile serta e-commerce di masadatang. Sementaraitu,
pengembangan SKNBI akanmencakup penyelesaian transaksi atas transfer kredit dan
debet baik yang bersifat individual maupun rutin (bulk payment).
Selanjutnya, arah kebijakan dan pengembangan uang elektronik ke depan difokuskan
pada upaya untuk meningkatkan penggunaan uang elektronik di masyarakat serta
memperluas jangkauan dan penetrasi infrastruktur uang elektronik melalui dua tahapan
waktu yaitu jangka pendek dan menengah. Untuk jangka pendek dilakukan melalui
kegiatan edukasi dan sosialisasi, fasilitasi industri serta perluasan pasar, sedangkan untuk
jangka panjang melalui standardisasi uang elektronik. Penguatan aspek hukum dilakukan
melalui penyusunan RUU SPPA mengingat lajunya perkembangan sistem pembayaran
yang sangat pesat sebagai dampak dari adanya perkembangan teknologi informasi yang
sangat maju yang mendorong munculnya berbagai inovasi produk dan layanan sistem
pembayaran.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 47


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

Bab 5

Arah Kebijakan dan Pengembangan


Sistem Pembayaran ke Depan

5.1 Arah Kebijakan dan Pengembangan Berdasarkan laporan Bank Dunia (Payment Systems
BI-RTGS/BI-SSSS Generasi II Worldwide: A Snapshot 2010, Outcomes of the
Global Payment Systems Survey 2008) mengenai
Kebijakan Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) pada
penyelenggaraan Large-Value Payment Systems (LVPS)
Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS Generasi II
RTGS Systems):
Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI), termasuk berdasarkan • Dari 88 negara yang menyelenggarakan LVPS, 75 LVPS
prinsip Syariah (FLIS), merupakan fasilitas dari BI menyediakan FLI dengan mekanisme Repo;
sebagai penyelenggara Sistem BI-RTGS guna mendukung • 75 LVPS yang menyediakan FLI Repo, mengenakan
kelancaran penyelesaian (smoothness of settlement) dari penggunaan FLI dengan Repo interest rate;
seluruh transaksi pembayaran melalui sistem pembayaran • Untuk FLI yang tidak dapat dikembalikan pada akhir
antar-bank (bersifat systemically important) atau hari (end-of day), dari 75 LVPS yang menyediakan FLI
infrastruktur pasar keuangan yang diselenggarakan oleh BI Repo:
tersebut. • 17 LVPS mengkonversi menjadi Repo O/N at market
Di dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS saat ini dan rates;
sebagaimana diatur dalam PBI No.10/29/PBI/2008, PBI • 55 LVPS mengkonversi menjadi Repo O/N at penalty
No.11/ 30 /PBI/2009, SEBI No12/29/DASP, dan SEBI No. rates (termasuk Australia, HongKong, Jepang,
12/4/DASP, FLI/FLIS diberikan kepada Bank Peserta BI- Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura); dan
RTGS dengan mekanisme repurchase agreement (Repo) • 3 LVPS mengkonversi menjadi Repo O/N at market and
atas surat berharga yang yang dimiliki oleh Bank Peserta penalty rates.
BI-RTGS yang membutuhkan/mengajukan FLI/FLIS, dan
FLI/FLIS tersebut harus dikembalikan pada hari yang sama Kebijakan terkait mekanisme FLI pada Sistem BI-
dengan hari penggunaan FLI/FLIS. RTGS Generasi II
Merujuk kepada ketentuan yang berlaku, dalam hal Telah diputuskan (berdasarkan hasil rapat Steering
Bank Peserta BI-RTGS tidak dapat mengembalikan/ Committee 26 Februari 2013) bahwa FLI pada
menyelesaikan nilai FLI/FLIS sampai dengan batas waktu Generasi II akan mengadopsi the standard DEPO/X
yang ditetapkan, maka terhadap nilai FLI/FLIS yang functionality (guna menghindari Change Request serta
tidak dapat dikembalikan tersebut akan diberlakukan untuk mengimplementasikan mekanisme yang lebih
(dikonversi) sebagai transaksi Repo dengan BI dengan sesuai dengan common practices dari ILF di dalam
jangka waktu satu hari (i.e. transaksi Repo overnight (O/N) penyelenggaraan LVPS pada umumnya), yang meliputi:
dengan BI atau transaksi Lending Facility).

48 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

• FLI akan langsung mengkredit di RTS/X pada rekening 5.2 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Bank Peserta BI-RTGS yang mengajukan FLI; Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
• FLI dapat di-redeem berdasarkan instruksi manual dari
Tahapan Implementasi Grand Design SKNBI
Bank Peserta BI-RTGS yang mengajukan FLI atau secara
otomatis sesuai dengan parameter yang ditetapkan Pengembangan SKNBI akan dimulai pada 2013 mencakup
sebelumnya; penyelesaian transaksi atas transfer kredit dan debet baik
• Interest rate atas penggunaan FLI dihitung dengan yang bersifat individual maupun rutin (bulk payment)
menggunakan ILF interest rate calculation yang sudah meliputi :
ada di DEPO/X, berdasarkan cash value dari setiap
initial granted ILF; �� ������������� ����������
• FLI yang tidak bisa dikembalikan sampai dengan EOD,
���������������
DEPO/X akan mengkonversi menjadi O/N Repo.
� �������������������� �������������������������������������������
Sehubungan dengan implementasi mekanisme di ��������������������������������������
����������������������������������������
atas, maka perlu penyesuaian ketentuan/ pengaturan �����������������������������������������������
�����������������������������������������
mekanisme FLI pada Sistem BI RTGS Generasi II. ���������������������������������������
������������������������������������������
Selanjutnya, mengingat transaksi yang ada saat ini ���������������������������������
adalah transaksi Lending Facility (transaksi penyediaan � �������������� �����������������������������������������
dana dari BI kepada Bank), sehingga konversi dari FLI ����������������������������������������������������
���������������������������������������������
menjadi O/N Repo (i.e. transaksi Repo dengan BI dengan ���������������������������������������
������������������������������������������
jangka waktu satu hari) dimaksud dapat diterima pula
��������������
sebagai transaksi Lending Facility (yang merupakan salah
� ����������������� ��������������������������������������
satu bentuk Operasi Moneter BI). Di samping itu, salah �������������������������������������������
satu persyaratan FLI adalah surat berharga yang dapat ������������������������������������
������������������������������������������
direpokan kepada Bank Indonesia berupa SBI dan/atau ��������������������������������������������
��������������������
SBN, di mana surat berharga yang dapat ditransaksikan
� �������������� �����������������������������������������
melalui Lending Facility adalah SBI dan SBN. Oleh sebab ����������������������������������������������
itu, dengan mengkonversi instrumen moneter SBI dan �������������������������������������������
�����������������������������������������������
SBN tersebut (yang digunakan sebelumnya untuk FLI) �������������������������������������������
�����������������������������������������������
ke domain kegiatan pengendalian moneter, hal tersebut ���������������������������������������������
tentunya akan lebih mendukung efektivitas kegiatan ������������������������������������
��������������������������������������
Operasi Moneter BI. Mekanisme ‘mengkonversikan’
� ���������������� �����������������������������������������
menjadi Lending Facility dari Standing Facilities (Operasi �����������������������������������������

Moneter ‘Koridor Suku Bunga’ tersebut) juga diaplikasikan


pada banyak LVPS.
Selain itu, dalam SKNBI yang akan dikembangkan juga
Selain itu, diperkirakan kebutuhan akan FLI menjadi modul informasi yang dapat diakses oleh peserta dan
berkurang dan akan benar-benar menjadi last resort di penyelenggara untuk mendapatkan informasi/data terkait
dalam penyelenggaraan LVPS IDR di Indonesia karena penyelenggaraan SKNBI baik yang bersifat real time
BI-RTGS Generasi II akan menerapkan mekanisme- maupun hitoris. Adapun tahapan implementasi SKNBI
mekanisme liquidity saving yang dapat menekan liquidity adalah sebagai berikut :
need.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 49


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

����������
���������������������
�������������������
����������������������
��������
��������������������
�������������������
�����������������
����������

������������
���������������������

�������������������������������
� ��������������������������
� ����������������������������
���������� � ���������������������������
����������������

������������������������������ ��������������������������������������������������
� ��������������������������
� ���������������������
� ����������������������������
� ���������������������������
� ���������������������������

Bagan 5.1
Roadmap Pengembangan SKNBI

a. Penyusunan User Requirement SKNBI oleh masyarakat Indonesia yaitu kartu ATM dan
b. Pengembangan Aplikasi ATM/Debet dengan menginterkoneksikan jaringan
c. Implementasi SKNBI Tahap I penyelenggara kartu ATM dan ATM/Debet di Indonesia.
d. Implementasi SKNBI Tahap II
Tahapan kedua adalah pengembangan instrumen
Sementara itu, pengembangan electronic debit akan pembayaran pada kartu kredit dan uang elektronik
dilakukan apabila kajian mengenai instrumen dan melalui pemrosesan kartu kredit secara domestik untuk
mekanisme penyelenggaraan electronic debit selesai. transaksi yang dilakukan di Indonesia tanpa harus
diteruskan kepada prinsipal luar negeri seperti yang
5.3 Arah Kebijakan dan Pengembangan berlaku saat ini. Sementara itu, untuk perluasan cakupan
NPG ke Depan transaksi menggunakan uang elektronik akan didukung
Pengembangan NPG ke depan akan dilakukan ke dalam melalui interkoneksi diantara penerbit uang elektronik.
tiga tahapan besar. Tahap pertama, adalah pengembangan Tahapan terakhir adalah pengembangan layanan Mobile
instrumen pembayaran yang paling dominan digunakan Financial Services (MFS) dan e-commerce. Modul layanan

50 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

ini akan mendukung konvergensi layanan transaksi 5.5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
berbasis mobile serta e-commerce di masa datang. Sistem Pembayaran dan Setelmen
ASEAN Dalam Rangka MEA 2015
Dengan tahapan pengembangan NPG tersebut diharapkan
penggunaan instrumen non-tunai dapat lebih ditingkatkan Sistem pembayaran dan penyelesaian akhir merupakan
dalam rangka mendukung Less Cash Society (LCS). tulang punggung dari sebuah perekonomian modern.
Sebuah sistem pembayaran dan penyelesaian akhir yang
efisien, aman, dan andal akan memberikan keunggulan
5.4 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Uang Elektronik kompetitif bagi suatu negara untuk berkompetisi di
pasar global. Disamping itu, peningkatan aktivitas
Arah kebijakan dan pengembangan uang elektronik
perekonomian antara negara-negara anggota Masyarakat
ke depan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan
Ekonomi ASEAN (MEA) memerlukan sistem pembayaran
penggunaan uang elektronik di masyarakat serta
dan penyelesaian akhir (setelmen) yang efisien untuk
memperluas jangkauan dan penetrasi infrastruktur uang
mendukung transaksi bisnis mereka. Bahkan dalam
elektronik melalui dua tahapan waktu yaitu jangka pendek
periode integrasi ekonomi regional, sistem pembayaran
dan menengah dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi,
dan penyelesaian akhir memiliki peran yang strategis
fasilitasi industri serta perluasan pasar. Sedangkan untuk
mengingat mereka merupakan infrastruktur keuangan
jangka panjang melalui standardisasi uang elektronik.
yang memfasilitasi arus barang, jasa, investasi, tenaga
Kegiatan edukasi akan difokuskan pada upaya untuk kerja terampil dan modal.
memperkenalkan uang elektronik kepada masyarakat
Menjelang MEA 2015, arah pengembangan sistem
dan memberikan pengalaman bertransaksi menggunakan
pembayaran dan penyelesaian akhir nasional perlu
uang elektronik.
dipersiapkan dengan terencana dan terukur. Selain itu,
Fasilitasi industri dan perluasan pasar dilakukan dengan negara anggota MEA juga dituntut untuk menyusun arah
mendorong penyelenggara uang elektronik untuk saling pengembangan dan harmonisasi sistem pembayaran
bekerjasama dan mengkoneksikan jaringannya dengan dan setelmen agar dapat mengakomodasi transaksi
penerbit lainnya, agar pemegang uang elektronik dari lintas batas negara (cross-border) dan integrasi keuangan
satu penerbit dapat menggunakan uang elektroniknya regional. Adapun fokus pengembangan dan harmonisasi
tersebut pada jaringan yang dimiliki penerbit lain. dimaksud adalah: cross-border trade settlement,
Dengan mempertimbangkan besarnya potensi sektor cross-border money remittance, cross-border retail
transportasi, maka arah kebijakan pengembangan uang payments, cross-border capital market settlement dan
elektronik ke depan akan tetap diarahkan pada sektor standardization.
tersebut. Sementara untuk jangka menengah dan panjang
perluasan pasar akan dilakukan kepada sektor-sektor lain
Cross-Border Trade Settlement
seperti misalnya industri ritel.
Keterbukaan ekonomi di lingkup ASEAN akan berdampak
Tahapan jangka panjang pengembangan uang elektronik
signifikan bagi persaingan dunia usaha, termasuk
adalah mendorong tersedianya standar uang elektronik
sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Di
yang dapat digunakan oleh seluruh penerbit uang
satu sisi, implementasi MEA akan memberikan potensi
elektronik di Indonesia yang penyusunannya dilakukan
pengembangan UMKM yang lebih besar mengingat
oleh pelaku industri uang elektronik. Standar tersebut
semakin terbukanya akses UMKM terhadap sumber-
dapat disusun dari pengembangan standar kartu ATM/
sumber keuangan yang tidak hanya terbatas pada
Debet berbasis chip ataupun pengembangan standar yang
pembiayaan dalam negeri, tetapi juga pasar keuangan
baru.
internasional. Meskipun demikian, di sisi lain UMKM

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 51


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

di negara ASEAN menghadapi tantangan yang cukup dari total biaya, dan bukannya angka secara
berat karena semakin ketatnya persaingan antar absolut;
negara. Oleh sebab itu, agar mereka dapat bertahan • Biaya yang dibebankan kepada penerima manfaat
dari persaingan yang ketat, diperlukan dukungan sistem (beneficiaries) dan waktu maksimum untuk dana
pembayaran dan setelmen yang aman, andal, dan diterima oleh beneficiaries;
efisien. Cross-Border Trade Settlement ditujukan untuk • Nilai valuta sebelum pembayaran dilakukan
mendukung pelaksanaan pembayaran dan setelmen mengingat adanya volatilitas intraday yang
dalam mendukung aliran barang dalam aktivitas signifikan.
perdagangan di antara negara ASEAN. Salah satu 3. Definisi dari Usaha Kecil dan Menengah (Small and
kendala cross-border trade settlement adalah efisiensi. Medium Entreprises). Setiap anggota MEA memiliki
Tidak adanya direct conversion rate antar mata uang di definisi yang berbeda untuk Small and Medium
kawasan mengakibatkan setelmen pembayaran dalam Enterprises (SME), yang sesuai dengan kondisi
mata uang lokal harus dikonversi melalui USD, sehingga ekonominya, sehingga sulit untuk membuat definisi
menimbulkan biaya tambahan bagi pelaku transaksi. SME yang seragam di ASEAN. Oleh sebab itu task
Berdasarkan hasil survei terhadap seluruh bank sentral force cross border trade settlement perlu menyusun
di ASEAN, mekanisme korespondensi yang saat ini prinsip umum mengenai SME dan setiap negara dapat
digunakan pada cross-border trade settlement cukup menggunakannya sebagai pedoman.
memadai dan penggunaan standar internasional dalam
Cross-Border Money Remittances
dokumen transaksi perdagangan telah banyak dilakukan.
Namun demikian, peluang peningkatan efisiensi setelmen Cross-Border Money Remittances bertujuan untuk
perdagangan dapat dilakukan antara lain dengan mendukung aliran tenaga kerja yang bebas terutama
mengurangi spread dan charges oleh bank melalui untuk memfasilitasi aliran dana ke negara asal dari hasil
transparansi biaya. kerja para tenaga kerja ASEAN. Mengingat dalam proses
pengiriman dimaksud mata uang yang diterima oleh
Terkait dengan cross-border trade settlement, negara
penerima adalah mata uang negara penerima, maka
anggota ASEAN telah menyepakati hal-hal sebagai berikut:
proses pengiriman (remittance) uang tidak dimasukan
1. Prinsip-prinsip yang terkait dengan keterbukaan dan
dalam integrasi keuangan (financial integration).
transparansi produk bank terdiri atas:
• Disclosure harus menyorot informasi yang penting Task force cross-border money remittances telah
bagi pelanggan; menyusun pedoman dasar untuk pengembangan money
• Disclosure harus jelas dan konsisten; remittances yang terdiri atas 3 (tiga) bagian:
• Perangkat komunikasi harus dibentuk sehingga a. Program administrasi pra-keberangkatan terdiri dari:
memudahkan pelanggan untuk mengakses ketentuan akreditasi lembaga/kelompok penyedia
informasi; jasa, biaya program, dan program pelatihan untuk
Prinsip-prinsip tersebut sebagai pedoman best kelompok yang melakukan program orientasi, dan lain-
practices untuk memastikan pelanggan memiliki lain;
akses ke informasi penting dengan cara yang mudah b. Isi dari program orientasi pra-keberangkatan terdiri
sebelum mereka melakukan transaksi dengan lembaga dari: profil negara, hukum dasar negara tuan rumah,
keuangan. isu mengenai negara tuan rumah, pendidikan dasar
2. Bank menghadapi tantangan dalam mengungkapkan mengenai kesehatan, keuangan pribadi, saluran
isu-isu sebagai berikut: remitansi yang formal, keanggotaan dan manfaat ikut
• Biaya total yang harus dibayar oleh pengirim; serta dalam organisasi buruh migran, serta kedutaan di
sebaiknya diinformasikan dalam bentuk persentase tempat negara tujuan;

52 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

c. Mekanisme umpan balik, yang terdiri atas: pasca Cross-Border Capital Market Settlement
evaluasi dan forum online untuk para pekerja migran.
Cross-Border Capital Market Settlement bertujuan
untuk pelaksanaan pembayaran dan setelmen dalam
Cross-Border Retail Payment System mendukung transaksi pasa modal di antara negara ASEAN.
Cross-Border Retail Payment System bertujuan untuk mendukung pelaksanaan pembayaran dan setelmen
mendukung pelaksanaan pembayaran dan setelmen dalam mendukung aliran barang, jasa, tenaga kerja
dalam mendukung aliran barang, jasa, tenaga kerja terdidik, dan investasi yang bebas serta aliran modal
terdidik, dan investasi yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Mengingat praktek setelmen pasar
yang lebih bebas. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan modal sangat variatif sehingga menghambat proses
oleh task force cross-border retail payment system setelmen antarnegara, maka terdapat beberapa hal yang
diketahui bahwa tujuan dari pengembangan sistem dapat mendukung pengembangan cross-border capital
pembayaran ritel di setiap negara pada dasarnya sama market settlement di ASEAN antara lain: ketentuan
yaitu: (i) mendorong terciptanya sistem pembayaran ritel perundang-undangan yang mendukung pengembangan
yang aman, efisien, andal, dan cepat, (ii) mendorong pasar; kebijakan yang transparan dan dapat diprediksi;
penggunaan instrumen pembayaran non-tunai, (iii) kesesuaian praktik dengan standar internasional;
mendorong terciptanya kebijakan internasional yang dan pengembangan infrastruktur yang sesuai dengan
bersifat resiprokal untuk area sistem pembayaran standar internasional. Terkait dengan pengembangan
tertentu, (iv) mendorong industri untuk menggunakan infrastruktur, task force cross-border capital market
standar internasional, (v) mendorong penggunaan settlement telah bekerja sama dengan ASEAN Exchange
sarana pembayaran formal yang aman dan andal, dan Groupings (AEG) untuk mengembangkan 3 (tiga) model
(vi) memfasilitasi pihak non bank untuk ikut serta dalam CCP/CSD Linkages. Namun demikian, masih terdapat
penyediaan jasa sistem pembayaran yang efisien dan perbedaan perspektif dari setiap negara terkait dengan
aman. risiko yang ditimbulkan oleh CCP/CSD.

Selanjutnya, terkait dengan pengembangan jaringan Cross-Border Standardization


sistem pembayaran regional, task force cross-border
Cross-Border Standardization bertujuan untuk
retail payment system telah berkoordinasi dengan
harmonisasi dalam pengembangan sistem pembayaran
Asian Payment Network (APN) untuk menyusun format
ASEAN agar lebih mudah melakukan interkoneksi.
standard dan proses bisnis untuk transfer kredit, yang
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh task force
terdiri atas 3(tiga) tahap: value proposition development,
standardization diketahui antara lain: (i) bank sentral
market research and value proposition validation,
memegang peran penting dalam pengembangan standar
dan mengembangkan blueprint. Berdasarkan value
sistem pembayaran, terutama pada instrumen cek, (ii)
proposition development yang disusun oleh APN, terdapat
bank sentral memegang peranan penting dalam usaha
beberapa hal yang membutuhkan dukungan bank sentral:
harmonisasi standar di bidang sistem pembayaran,
a. APN meminta bank sentral untuk melaksanakan
(iii) keterlibatan negara ASEAN dalam komite standar
joint event untuk memperkenalkan APN logo kepada
internasional masih relatif terbatas, (iv) beberapa
publik untuk meningkatkan awareness dari industri
negara ASEAN menunjukkan keinginan untuk melakukan
perbankan;
technical assistance dalam standardisasi di bidang
b. Adanya harmonisasi peraturan diantara negara-negara
sistem pembayaran, dan (v) standar yang paling umum
ASEAN sehingga memungkinkan atau mendukung
diterapkan di ASEAN adalah SWIFT, IBAN, BIC dan EMV.
pengembangan koneksi dan pengaturan APN.
Disamping itu, terkait dengan survei mengenai credit

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 53


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

transfer, yang tujuan utamanya adalah melakukan dibuktikan dengan tingkat availability sistem yang
penilaian atas praktek-praktek pasar dan kemungkinan maksimal, serta kepastian penyelesaian transaksi.
modalitas dalam menyediakan layanan transfer kredit 4. Tersedianya back-up system yang menjamin
oleh bank-bank di ASEAN, ditemukan bahwa bank-bank di kelangsungan kegiatan sistem pembayaran yang aman.
ASEAN cukup memahami manfaat pengembangan skema
Sedangkan sistem pembayaran yang efisien ditunjukkan
cross-border credit transfer di ASEAN.
melalui berbagai indikator antara lain:
1. Tersedianya infrastruktur sistem pembayaran yang
5.6 Penyusunan Konsep RUU Sistem menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan dapat
Pembayaran dan Penyelesaian Akhir dimanfaatkan secara bersama oleh penyedia sistem;
(SPPA) 2. Tersedianya layanan sistem pembayaran yang cepat,
mudah diakses dan murah untuk seluruh lapisan
Pengertian Sistem Pembayaran
masyarakat;
Sasaran dari fungsi mengatur dan menjaga kelancaran 3. Mekanisme penyelesaian pembayaran yang praktis
sistem pembayaran oleh bank sentral adalah terciptanya dan cepat.
sistem pembayaran yang aman dan efisien. Pengertian
Pada prinsipnya, kelima komponen utama dalam sistem
Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup
pembayaran yaitu aturan, lembaga, mekanisme, alat
seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang
pembayaran, dan infrastruktur yang merupakan satu
digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
kesatuan utuh dalam sistem harus selalu dikembangkan
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
dalam menjawab tantangan perkembangan teknologi
kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, Sistem Pembayaran
yang mendasari perkembangan sistem pembayaran dan
yang aman dan efisien sangat mendukung keberhasilan
kebutuhan masyarakat terhadap sistem pembayaran yang
suatu negara dalam menjaga dan meningkatkan Stabilitas
semakin aman dan efisien.
Sistem Keuangan (SSK) dan stabilitas moneter. Hal
tersebut dikarenakan terjadinya gangguan pada Sistem Pengertian sistem pembayaran dapat saja berbeda
Pembayaran dapat menyebabkan kegagalan kewajiban antara negara satu dengan negara lainnya sesuai dengan
pembayaran dan mempengaruhi kepercayaan masyarakat pengaturan hukum dari negara tersebut, namun demikian
terhadap likuiditas perekonomian, SSK, dan perbankan. secara best practices komponen sistem pembayaran
meliputi 5 (lima) aspek tersebut meskipun dalam
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen
perumusannya dapat saja disebutkan hanya dalam
utama dalam mendukung aktifitas perekonomian di suatu
beberapa aspek besarnya saja.
negara dan oleh karena itu sistem pembayaran harus
senantiasa dijaga agar dapat berjalan secara aman dan Peran Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran
efisien. Keamanan dalam kegiatan sistem pembayaran di Indonesia sangat menentukan keberhasilan peranan
dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain sebagai sistem pembayaran dalam mendukung aktifitas
berikut: perekonomian suatu negara dan sekaligus sebagai bagian
1. Tersedianya lembaga, mekanisme, alat pembayaran, penting dalam pelaksanaan transmisi kebijakan moneter.
dan infrastruktur dalam kegiatan sistem pembayaran Selaku otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia
yang andal dan aman dari segala bentuk fraud; akan melakukan pengaturan sistem pembayaran dan
2. Tersedianya aturan hukum yang memberikan penyelesaian akhir di dalam suatu Undang-Undang
pengaturan yang jelas dan fair untuk seluruh pihak tersendiri. Saat ini pengaturan tersebut masih tersebar
dalam penyelenggaraan sistem pembayaran; di berbagai aturan yang mengatur mengenai kegiatan
3. Tersedianya sistem yang andal dalam pemrosesan sistem pembayaran dan penyelesaian akhir yang
transaksi sistem pembayaran yang antara lain berpotensi terjadinya berbagai inkonsistensi pengaturan

54 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

���������������������� �����������������������������
����������������� �������������������������������
���������������

������������������������������
����������������� ����������������������������
������������� �� �����������������������������������
������� �������
��������� �����������
� ���������
���������
������� ����������������������
�� ������������������������
�������������������� ������ ����������� ���������������������
��������������� ��������
������������
����������

��
������ ������

���������� ���������� ������������������


���������� �����������������������
���������� ������� ������������������������
��������������� �� ���� �����������������������
�������������� ��������
���� ����
��
���������
���������������������������
����������������������
��� ����� �� �����
���������������
������������� ������������
������������������������ ��������
��������������� ���������������������������������
�������������������

����������������������������������
��������������������������������������

Bagan 5.2
Keterkaitan Undang-Undang lain dengan dengan Sistem Pembayaran

sistem pembayaran dan penyelesaian akhir yang dapat Pengaturan Sistem Pembayaran
menimbulkan permasalahan.
Keberadaan UU SPPA diperlukan agar terdapat kepastian
Sesuai ketentuan Bank Indonesia, komponen kerangka dan kejelasan dalam kegiatan sistem pembayaran dan
hukum dalam sistem pembayaran dan penyelesaian akhir penyelesaian akhir. Hal tersebut menjadi dasar hukum
menjelaskan dasar hukum dalam menjamin adanya aspek bagi otoritas dalam bekerjasama dengan otoritas lain baik
legalitas dalam pelaksanaan sistem pembayaran, yang dalam maupun luar negeri memerlukan dukungan dalam
dituangkan dalam undang-undang dan peraturan terkait bentuk pengaturan UU yang dapat memberikan arah yang
lainnya, termasuk aturan untuk dan antar berbagai pihak jelas dalam memajukan kegiatan sistem pembayaran
seperti antar bank, antara bank dengan nasabah, dan dan penyelesaian akhir antar negara sehingga sistem
antara bank dengan bank sentral. Melalui kerangka hukum pembayaran dan penyelesaian akhir dalam negeri mampu
ini Bank Indonesia menuangkan kebijakan di bidang bersaing dengan sistem pembayaran negara lain. Selaras
sistem pembayaran dan penyelesaian akhir. dengan tujuan dari sistem pembayaran yaitu memiliki
dasar hukum yang kuat dan komprehensif mengenai

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 55


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

sistem pembayaran dan penyelesaian akhir di Indonesia, 3. beberapa pengaturan terkait sistem pembayaran dan
penyusunan RUU SPPA akan memberikan kepastian penyelesaian akhir masih dilakukan secara parsial.
hukum dan perlindungan kepada nasabah dalam kegiatan
sistem pembayaran. Dalam rangka pengaturan terdapat Materi RUU SPPA
beberapa peraturan perundang-undangan yang memiliki
Ruang lingkup berlakunya UU SPPA akan mencakup
keterkaitan erat dengan sistem pembayaran, sehingga
penyelenggaraan kegiatan pemindahan dana, kegiatan
dalam perumusan RUU SPPA harmonisasi ketentuan
alat pembayaran non-tunai dan seluruh sarana
menjadi sangat penting agar tidak terjadi pengaturan yang
pemrosesnya, kegiatan kliring dan penyelesaian akhir
saling bertentangan atau tumpang tindih di kemudian
sistem pembayaran yang dilakukan di wilayah RI, dan
hari.
kegiatan sistem pembayaran lain yang ditetapkan Bank
Alasan utama diperlukannya UU SPPA ini adalah karena Indonesia. RUU SPPA ini tidak dimaksudkan untuk
laju perkembangan sistem pembayaran yang sangat mengatur penyelenggaraan kegiatan transfer dana,
pesat. Pesatnya perkembangan sistem pembayaran kliring, dan penyelesaian akhir yang diselenggarakan oleh
dapat menjadi sumber informasi terkait kondisi likuiditas Bank Indonesia, kegiatan penyediaan sistem yang hanya
dan infrastruktur sistem keuangan yang menjadi subyek digunakan untuk menfasilitasi instruksi pembayaran, dan
pemantauan secara microprudential guna memonitor kegiatan penyediaan sistem yang hanya digunakan untuk
kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potential kepentingan pembayaran internal (in house payment).
shock. Hasil dari riset dan pemantauan selanjutnya
akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam
Prinsip-Prinsip Dalam Sistem Pembayaran
pengambilan langkah-langkah yang tepat untuk meredam
gangguan pada sektor keuangan. Di dalam sistem pembayaran dikenal beberapa prinsip
umum, yaitu:
Selain itu, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang
- Finality of Payment/Finality of Settlement yaitu dana
perlunya penyusunan RUU SPPA yaitu:
yang sudah diterima tidak dapat ditarik kembali atau
Landasan sosiologis antara lain: dibatalkan.
1. perkembangan teknologi Sistem Pembayaran; - Pengecualian Prinsip Zero Hour Rules 6 yaitu
2. penyesuaian aturan dan hukum dari otoritas untuk pengaturan bahwa transaksi sistem pembayaran
mengimbangi perkembangan teknologi Sistem atau transfer dana tetap harus dilaksanakan atau
Pembayaran; diselesaikan sekalipun dalam kondisi kepailitan.
3. beberapa kegiatan sistem pembayaran dan - Delivery Versus Payment (DVP) yaitu pengaturan
penyelesaian akhir belum disertai aturan hukum yang bahwa dalam hal transaksi menggunakan prinsip DVP
mengaturnya; maka pihak yang telah menerima pembayaran wajib
4. kepastian perlindungan pengguna jasa dan untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang
memastikan Penyelenggara memenuhi kewajiban telah melakukan pembayaran.
terhadap pengguna jasa.
Masih sejalan dengan tujuan dan prinsip umum dalam
Adapun landasan secara yuridis meliputi: penyelenggaraan kegiatan sistem pembayaran, untuk
1. belum ada dasar hukum pengaturan sistem mewujudkan sistem pembayaran yang aman dan efisien
pembayaran dan penyelesaian akhir yang
komprehensif;
6 Prinsip Zero Hour Rules adalah prinsip dalam hukum kepailitan yang
2. adanya ketidakjelasan dalam pengaturan, menetapkan bahwa semua transaksi yang dilakukan oleh pihak yang dinyatakan
pailit dari pukul 00.00 pada tanggal dikeluarkannya penetapan pailit sampai
pengembangan dan koordinasi antar otoritas terkait; dengan saat dikeluarkannya penetapan pailit dianggap batal dan tidak berlaku.
dan

56 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

serta memastikan diterapkannya aspek perlindungan Kegiatan pengembangan sistem pembayaran meliputi:
kepada pengguna jasa. Dalam konsep RUU SPPA telah - Kegiatan Penelitian dan Pengembangan;
ditetapkan 5 (lima) komponen sistem pembayaran yang - Kegiatan Pengaturan;
meliputi: - Kegiatan Pemberian Perizinan;
a. Aturan, merupakan kebijakan tertulis dalam bentuk - Kegiatan Penyelenggaraan;
aturan dan kebijakan tidak tertulis; - Kegiatan Pengawasan; dan
b. Lembaga, merupakan cerminan kelembagaan dari - Kegiatan Katalisasi dan Fasilitasi.
seluruh penyelenggara jasa sistem pembayaran baik
Prinsip kesetaraan akses dalam sistem pembayaran
yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun pihak
merupakan dasar dari pengaturan penyelenggaraan
selain Bank Indonesia. Pengertian pihak selain Bank
kegiatan jasa sistem pembayaran dan penyelesaian akhir.
Indonesia dapat berupa bank, lembaga selain bank,
Setiap pihak yang akan menyelenggarakan kegiatan jasa
maupun asosiasi sistem pembayaran;
sistem pembayaran harus dipastikan telah memenuhi
c. Mekanisme, merupakan serangkaian kegiatan yang
ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.
dilakukan dalam penyelenggaraan jasa sistem
Terkait dengan hal ini, otoritas mewajibkan penyelenggara
pembayaran seperti kegiatan dalam suatu sistem
tersebut harus untuk menyelesaikan transaksi yang
transfer, kliring dan penyelesaian akhir;
dilakukannya, memitigasi risiko yang mungkin timbul,
d. Alat Pembayaran, merupakan setiap instrumen
menggunakan sistem yang aman, dan menerapkan aspek
yang digunakan untuk memindahkan dana. Dalam
perlindungan kepada pengguna jasa.
hal ini alat pembayaran yang dimaksud adalah alat
pembayaran non-tunai baik yang paper based seperti Sebagai muara dari seluruh transaksi pembayaran, dalam
Cek dan Bilyet Giro maupun instrumen pembayaran UU SPPA akan diatur mengenai mekanisme penyelesaian
elektronik seperti APMK dan uang elektronik; dan atas transaksi pembayaran, baik yang dilakukan secara
e. Infrastruktur, merupakan setiap sarana dan prasarana netting maupun individual.
yang digunakan untuk memproses pemindahan dana UU SPPA ini juga akan memperkuat pengaturan mengenai
seperti EDC, mesin ATM, internet, mobile phone finality of payments. Dalam konsep finality of payments
dan delivery channel lainnya. Dalam pengertian diatur bahwa sistem transfer bersifat tidak dapat
infrastruktur ini termasuk pula berbagai sistem dalam dibatalkan dan final.
rangka pemindahan dana seperti BI-RTGS dan SKNBI.

Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan Perlindungan Pengguna Jasa Sistem Pembayaran
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya yang
Fungsi perlindungan pengguna jasa sistem pembayaran
digunakan untuk membentuk sistem dalam rangka
bertujuan untuk memberdayakan seluruh pengguna jasa
pemindahan dana yang aman dan efisien sebagai upaya
sistem pembayaran antara lain melalui pengaturan yang
dalam mendukung stabilitas sistem keuangan dan
komprehensif dalam bentuk peraturan Bank Indonesia,
stabilitas moneter.
penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan
Pengembangan sistem pembayaran merupakan rangkaian nasabah, peningkatan transparansi informasi produk
tugas dan/atau kegiatan dalam rangka memelihara sistem pembayaran, edukasi kepada pengguna jasa
dan meningkatkan keamanan dan efisiensi sistem sistem pembayaran, dan membentuk satuan kerja di Bank
pembayaran. Sistem pembayaran yang aman dan efisien Indonesia yang melaksanakan fungsi mediasi. Dengan
mutlak diperlukan dalam mendukung terciptanya dibangunnya fungsi perlindungan pengguna jasa sistem
stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. pembayaran yang lebih komprehensif diharapkan dapat

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 57


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

mempercepat terciptanya less cash society dan pada Ketentuan Pidana


akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
Pengaturan ketentuan pidana dalam RUU SPPA
terhadap sistem pembayaran di Indonesia.
dimaksudkan antara lain untuk menjaga agar
Hal-hal lain yang akan diatur dalam UU SPPA antara lain penyelenggara sistem pembayaran tetap mengutamakan
pembentukan National Payment System Council (NPSC) prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan
dan Self Regulatory Organization (SRO). usahanya dan menutup celah terjadinya kejahatan dalam
Hal lain yang perlu dimuat dasar hukum pengaturannya kegiatan sistem pembayaran.
dalam UU SPPA adalah pengenaan biaya terkait dengan Dengan pengaturan yang komprehensif yang meliputi
fungsi pengawasan oleh otoritas. Dalam Key Element for berbagai aspek kegiatan sistem pembayaran dan
a National Payment System Act yang digunakan sebagai penyelesaian akhir, maka undang-undang ini diharapkan
pedoman dalam pengaturan dan pengawasan sistem memenuhi kebutuhan hukum dan kebutuhan masyarakat,
pembayaran secara international best practice dijelaskan serta lebih memberikan jaminan kepastian hukum,
bahwa otoritas berwenang untuk mengenakan biaya khususnya kepada industri sistem pembayaran dan
dalam rangka pengawasan dan pengaturan serta dalam penyelesaian akhir.
rangka penyediaan layanan jasa sistem pembayaran dan
penyelesaian akhir terkait dengan penyediaan layanan
operasional dan infrastruktur.

58 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

Potensi Uang Elektronik di Jakarta: Potensi Besar yang


Artikel 1: belum Tergarap

Potensi Uang Elektronik di Jakarta: Potensi Besar


yang belum Tergarap

Uang elektronik pertama kali diterbitkan di Indonesia Jika melihat hal tersebut maka peran uang elektronik
pada tahun 2007, namun sampai saat ini penggunaannya dalam sistem pembayaran diarahkan dalam rangka
masih belum signifikan dibanding instrumen non-tunai mengurangi penggunaan uang tunai dengan denominasi
lainnya walaupun disadari memiliki potensi yang cukup ≤ Rp50.000, hal tersebut diharapkan dapat menekan laju
besar, khususnya di sektor ritel dan transportasi. Kondisi penggunaan uang pecahan kecil sehingga Bank Indonesia
tersebut tentunya kurang menguntungkan bagi penerbit dapat mengefisienkan biaya pengadaan/pencetakan uang.
maupun masyarakat pengguna uang elektronik. Untuk
mengetahui potensi penggunaan uang elektronik maka
Kendala Pengembangan Uang Elektronik
dilakukan penelitian potensi uang elektronik di Jakarta
1. Bisnis Model
yang dapat dijadikan referensi dalam perumusan strategi
Ekosistem uang elektronik di Indonesia saat ini terlihat
pengembangan uang elektronik di masa yang akan
masih kurang produktif. Indikasi ini muncul dari
datang.
relatif terbatasnya sumber pendapatan bagi penerbit.
Salah satu keuntungan utama yang didapatkan
Potensi Uang elektronik oleh penerbit adalah dari sisi non financial seperti
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional brand exposure dan customer retention, hal tersebut
(Susenas) tahun 2011, kebutuhan sehari-hari (makanan akan mengakibatkan industri uang elektronik susah
dan minuman) menempati pangsa 51% serta transportasi berkembang.
menempati pangsa 8% dari keseluruhan proporsi Dalam ekosistem uang elektronik sekarang merchant
pengeluaran rumah tangga dari makanan sampai bukan memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dibanding
makanan. Di sisi nilai kebutuhan sehari-hari di pasar ritel penerbit. Hal tersebut dikarenakan selain harus
modern mencapai Rp17 triliun. membangun seluruh infrastruktur, penerbit harus
membayar fee kepada merchant untuk setiap
Uang elektronik yang pada dasarnya ditujukan untuk transaksi. Bisnis model tersebut menyebabkan
transaksi ritel memiliki potensi untuk digunakan dalam penerbit menanggung beban investasi yang tinggi
bertransaksi untuk kebutuhan sehari-hari termasuk tanpa mendapatkan keuntungan finansial. Disisi
makanan, minuman dan transportasi. lain floating fund yang dikelola oleh penerbit tidak
Berdasarkan hasil kajian mengenai potensi uang diperbolehkan untuk digunakan dalam investasi.
elektronik di Jakarta pada 2012, diperoleh proyeksi bahwa Adapun konsep ideal Bisnis model uang elektronik
potensi penggunaan uang elektronik untuk kebutuhan adalah penerbit mendapatkan keuntungan fee per
sehari-hari secara total adalah sebesar Rp24 triliun per transaksi dari merchant dan penempatan floating
tahun yang terdiri atas Rp23,4 triliun di sektor transportasi fund.
(TransJakarta, KRL, taksi, jalan tol, BBM dan parkir) dan
Rp600 miliar pada sektor makanan/minuman.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 59


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

2. Konsumen 5. Regulasi
Komposisi perilaku pembayaran oleh konsumen Dari sisi ketentuan terdapat dua hal yang perlu
menunjukkan bahwa sebagian besar masih disesuaikan guna mendukung perkembangan uang
bertransaksi secara tunai. Tiga alasan utama elektronik yaitu (1) peruntukan dana float sehingga
masyarakat belum menggunakan uang elektronik dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi
adalah belum mengetahui atau belum mendengar bank, dan (2) kemudahan dalam penggunaan agen
tentang uang elektronik, belum membutuhkan atau sebagai tempat cash in dan cash out.
tertarik serta belum mengetahui cara penggunaannya. 6. Interkoneksi
Untuk itu diperlukan strategi sosialisasi, edukasi Belum saling terkoneksinya antara satu penerbit
dan komunikasi kepada masyarakat untuk membuat dengan penerbit yang lain membuat konsumen
mereka lebih “aware” terhadap keberadaan uang harus membawa banyak instrumen untuk melakukan
elektronik. berbagai kegiatan transaksi. Di sisi lain hal tersebut
3. Kurang optimalnya industri Telekomunikasi sebagai merupakan duplikasi investasi oleh penyelenggara
MFS (mobile financial services) uang elektronik.
Penyebab kurang berkembangnya industri
telekomunikasi dalam sistem pembayaran Strategi Pengembangan
adalah (1) adanya kekhawatiran dan kepercayaan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut beberapa strategi
kalangan perbankan terhadap kemampuan industri
yang harus dilakukan adalah:
telekomunikasi dalam pengelolaan di sektor finansial;
a. Merubah ekosistem uang elektronik menjadi lebih
(2) dualisme peran industri telekomunikasi sebagai
produktif;
kompetitor dan rekan penyedia jaringan, dan (3)
b. Mendorong industri telekomunikasi untuk lebih
kebijakan Bank Indonesia yang belum mengakomodir
berperan dalam pengembangan sebagai MFS;
kebutuhan industri telekomunikasi.
c. Mengeluarkan regulasi yang mendukung
Di sisi lain industri telekomunikasi memiliki
perkembangan uang elektronik;
kemampuan untuk menjangkau masyarakat dengan
d. Bekerjasama dengan pihak terkait dalam rangka
social economic terbawah yang mayoritas merupakan
meningkatkan penggunaan uang elektronik; dan
unbanked people. Dengan sebaran infrastruktur yang
e. Melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
mencapai 90% wilayah di Indonesia serta kepemilikan
jumlah mobile phone yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat maka industri telekomunikasi berpotensi
besar dalam sistem pembayaran di Indonesia.
4. Tidak adanya Killer Sector dalam industri uang
elektronik
Belum ada “killer sector” yang dapat memaksa
konsumen untuk mengubah kebiasaan dalam
penggunaan uang elektronik. Sementara itu, beberapa
Negara lain menggunakan sektor transportasi sebagai
“killer sector” yang memaksa masyarakat untuk
menggunakan uang elektronik.

60 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

Artikel 2:

Mobile Financial Services dalam rangka Mendukung


Financial Inclusion

Dalam tahun 2012, Bank Indonesia melakukan Salah satu best practice model yang dikembangkan
penyusunan kajian Model Mobile Financial Services (MFS) dan dimanfaatkan untuk menyukseskan program FI di
yang sesuai untuk diterapkan dalam rangka program beberapa negara adalah melalui Branchless Banking.
Financial Inclusion (FI) untuk meningkatkan akses bagi Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia sedang
masyarakat yang kurang terjangkau layanan keuangan. mengkaji kemungkinan penerapan model Branchless
Akses terhadap layanan keuangan menjadi isu penting Banking. Branchless Banking yaitu penyediaan layanan
beberapa tahun belakangan ini. Adapun tujuan FI perbankan tanpa adanya kehadiran fisik dari kantor
adalah untuk memberdayakan ekonomi dari kelompok bank. Kemajuan teknologi serta keterbatasan dari bank
masyarakat tersebut. Salah satu faktor krusial penyebab untuk membuka kantor cabang di berbagai daerah
rendahnya akses masyarakat kepada layanan keuangan terpencil merupakan latar belakang munculnya konsep
di Indonesia adalah kondisi geografis yang berbentuk Branchless Banking. Dengan kemajuan teknologi yang
kepulauan dan tersebar. Kondisi tersebut dan ditambah semakin pesat menciptakan banyak alternatif delivery
dengan terbatasnya infrastruktur transportasi merupakan channel yang dapat digunakan untuk mengakomodasi
kendala yang dihadapi bank dalam memberikan kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan.
pelayanan kepada masyarakat di daerah terpencil maupun Dengan konsep Branchless Banking, masyarakat tidak
daerah pedesaan. Selain itu, skala ekonomis operasional perlu lagi bergantung pada “Bank” secara fisik, melainkan
bank juga menjadi penyebab bank enggan memperluas dapat memanfaatkan alternatif delivery channel dengan
layanannya di daerah tersebut. kapabilitas konsep baru ini antara lain EDC, mobile wallet,
Salah satu best practice yang telah dikembangkan dan mobile banking.
dan dimanfaatkan untuk mendukung program FI Jika dilihat secara lebih luas, FI tidak hanya dilakukan
di beberapa negara adalah penggunaan teknologi melalui branchless banking saja yang pada umumnya
telepon genggam dan agen sebagai sarana yang dapat bank sebagai pelaku utama di samping adanya pelaku lain
menjangkau masyarakat hingga daerah terpencil, seperti perusahaan telekomunikasi sebagaimana yang
dimana bank maupun institusi keuangan lainnya belum terjadi di Kenya. Salah satu keunggulan kompetitif dari
dapat menjangkaunya. Penggunaan telepon genggam perusahaan telekomunikasi adalah mempunyai database
yang sudah sangat luas di seluruh lapisan masyarakat nasabah sangat besar dan coverage yang luas, sehingga
merupakan faktor yang mendukung digunakannya telepon hal tersebut dapat menjadi faktor pendukung suksesnya
genggam untuk menjangkau masyarakat dalam program pelaksanaan FI, melalui produk e-money server-based
FI. Demikian pula keberadaan agen yang banyak dan luas yang diterbitkan oleh perusahaan telekomunikasi.
hingga ke daerah terpencil juga membantu masyarakat Berdasarkan model yang diterapkan di berbagai negara,
untuk dengan mudah mengakses berbagai layanan seperti Kenya, Afrika Selatan, dan Filipina, terdapat 3
keuangan. model layanan yang menggunakan teknologi telepon

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 61


Bab 5 Arah Kebijakan dan Pengembangan
Sistem Pembayaran ke Depan

genggam dan agen yang dikenal sebagai mobile financial Bentuk kerjasama yang paling optimal adalah dengan
services (MFS), yaitu Bank-led Model, Mobile Network melakukan sinergi dimana bank dan perusahaan
Operator (MNO)-led Model, dan Hybrid Model. Adapun telekomunikasi sama-sama menyediakan layanan yang
masing-masing karakteristik dari model tersebut adalah: dapat saling terintegrasi. Bentuk-bentuk sinergi yang
- Bank-led Model, yaitu Mobile chanel hanya merupakan dapat dilakukan antara lain:
saluran akses untuk banking services
- Non Bank Model (MNO-led), yaitu Service didistribusi ���������������������������������������������
dan dikelola oleh operator dengan lisensi dan merek ���������������������������������
milik sendiri
- Hybrid Model (Joint Venture) yaitu Bank dan operator ����������������������������������������
�������������������
memanfaatkan keunggulan masing- masing pihak
���������������������������������
Masing-masing model tersebut memiliki kelebihan �����������������������������������
dan kelemahannya masing-masing. Di negara-negara ��������������������

berkembang seperti Kenya dan Filipina, konsep MNO- �����������������������������������������


�����������
led berhasil diterapkan. Untuk negara yang relatif lebih
maju, seperti Afrika Selatan berhasil dengan model ��������������������������������������������������
Bank-led. Pada dasarnya baik bank dan MNO mempunyai ����������������
peranan yang sedikit berbeda jika digunakan dalam
������������������������������������������������������
pengembangan FI, yaitu:

���������������� Dalam upaya pencapaian tersebut, perlu diselesaikan


����������
�������������� beberapa isu yang ada, antara lain sinergi antara bank dan
�������������� ���������������������������� perusahaan telekomunikasi termasuk business model yang
���������������������� tepat, edukasi kepada masyarakat, eksklusivitas antara
�����������������
������������������������ bank maupun perusahaan telekomunikasi, pengaturan
���������������������
yang mendukung, serta koordinasi antar otoritas seperti
���������������������� ������������������������������������������
������ BI, OJK, Kemenkominfo, dan lainnya.
���������������

�������������������

Masing-masing institusi tersebut mempunyai peran


dan keunggulan masing-masing yang jika disinergikan
akan memberikan manfaat yang lebih optimal.
Berdasarkan pertimbangan kondisi geografis Indonesia
yang sangat luas dan keberadaan jaringan bank yang
terbatas dibandingkan dengan jaringan perusahaan
telekomunikasi, model yang dianggap paling sesuai adalah
Hybrid Model. Model ini merupakan sinergi antara bank
dan perusahaan telekomunikasi.

62 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 6 Sekilas Pengelolaan Uang

BAGIAN 2

PENGELOLAAN Uang

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 63


Bab 6 Sekilas Pengelolaan Uang

Bab 6

Sekilas Pengelolaan Uang

Menjamin ketersediaan uang Rupiah layak edar di tersebut terutama digunakan untuk keperluan konsumsi
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia rumah tangga. Meningkatnya UYD tersebut dikonfirmasi
dan memenuhi amanat Undang-Undang Mata Uang pula dengan adanya tambahan kebutuhan uang kartal
masyarakat sepanjang tahun 2012 sebesar Rp63,29 triliun,
atau meningkat 16,80% dibandingkan tahun sebelumnya
Dalam delapan tahun terakhir, Indonesia merupakan sebesar Rp54,19 triliun.
salah satu negara yang mencapai tingkat pertumbuhan Pasca penerapan kebijakan penyetoran dan penarikan
ekonomi tertinggi dan paling stabil di dunia. Daya tahan uang oleh bank umum di Bank Indonesia pada bulan April
perekonomian Indonesia yang didukung oleh lingkungan 2011, pertumbuhan outflow dan inflow pada tahun 2012
makro dan sistem keuangan yang terjaga kondusif dan masih cenderung tinggi meskipun masih lebih rendah
stabil mendorong perekonomian tumbuh dengan rata-rata dari pertumbuhan tahun 2011. Pertumbuhan outflow
di atas enam persen per tahun. Adapun pada tahun 2012, pada tahun 2012 mencapai 23,6% sementara inflow naik
tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh 24,8%. Merespon kenaikan jumlah outflow tersebut,
kenaikan kontribusi permintaan domestik yang terjadi di Bank Indonesia menerapkan kebijakan penguatan strategi
tengah pelemahan kinerja eksternal. distribusi uang untuk memenuhi ketersediaan uang kartal
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan stabil layak edar secara merata hingga ke wilayah terpencil dan
tersebut perlu dukungan ketersediaan uang kartal agar terdepan NKRI.
tetap terjaga kelancaran aktivitas transaksi pembayaran Sementara itu, guna menjaga kualitas uang yang beredar
tunai masyarakat. Perkembangan tersebut direspon oleh di masyarakat dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia
Bank Indonesia dengan senantiasa menjaga ketersediaan melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar
uang rupiah layak edar baik secara nominal maupun jenis yang masuk kembali dari perbankan dan masyarakat ke
pecahan di seluruh wilayah NKRI. Bank Indonesia. Jumlah uang rupiah kertas tidak layak
Ketersediaan uang rupiah layak edar tersebut tercermin edar yang dimusnahkan Bank Indonesia selama tahun
oleh jumlah dan laju pertumbuhan uang kartal yang 2012 mencapai 3,82 miliar lembar dalam berbagai
diedarkan (UYD) maupun aliran uang kartal yang keluar pecahan.
dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat
(outflow) dan aliran uang kartal yang masuk melalui Bank 6.1. Isu Strategis dan Kebijakan
Indonesia. Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012
Jumlah rata-rata harian UYD pada tahun 2012 mencapai Kinerja positif perekonomian Indonesia pada tahun 2012
Rp370,61 triliun, tumbuh 15,68% dibandingkan tahun berlangsung ditengah melambatnya kondisi ekonomi
sebelumnya sebesar Rp320,37 triliun. Peningkatan UYD global. Pencapaian ini memerlukan ketersediaan alat

64 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 6 Sekilas Pengelolaan Uang

pembayaran dalam mendukung kelancaran aktivitas pada tanggal 28 Juni 2011 menjadi faktor penting yang
perekonomian domestik. mendasari pengambilan kebijakan Bank Indonesia
di bidang pengelolaan uang sepanjang tahun 2012.
Dari sisi alat pembayaran tunai, peningkatan aktivitas
Diberlakukannya UU Mata Uang yang mengamanatkan
ekonomi domestik khususnya konsumsi rumah tangga
agar Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah
mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan uang
dalam berbagai hal, berimplikasi luas pada kegiatan
kartal di masyarakat. Sesuai dengan tugasnya untuk
pengelolaan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia
menjaga kelancaran sistem pembayaran, kebutuhan uang
yang meliputi kegiatan perencanaan, pencetakan,
kartal yang meningkat tentunya harus didukung dengan
pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan
ketersediaan uang kartal dari Bank Indonesia sebagai satu-
serta pemusnahan uang rupiah.Penambahan fungsi
satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan
baru pada kegiatan perencanaan, pencetakan dan
dan mengedarkan uang rupiah.
pemusnahan uang rupiah menuntut adanya penyesuaian
Mewujudkan hal tersebut, kebijakan Bank Indonesia mekanisme dan alur kerja yang mengakomodir koordinasi
sepanjang tahun 2012 diarahkan untuk memenuhi Bank Indonesia dengan Pemerintah. Disamping itu,
misinya di bidang pengelolaan uang yakni memenuhi penambahan fungsi baru tersebut juga mengharuskan
kebutuhan uang rupiah masyarakat dalam jumlah yang Bank Indonesia untuk melakukan penguatan fungsi yang
cukup, pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam telah ada dalam hal penanggulangan uang rupiah palsu
kondisi layak edar. Kebijakan tersebut ditempuh dengan bersama dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah
memperhatikan perkembangan beberapa indikator Palsu (BOTASUPAL).
ekonomi makro baik nasional maupun masing-masing
Memperhatikan perkembangan ekonomi makro, berbagai
daerah yang berimplikasi langsung terhadap kebutuhan
isu startegis dan implementasi UU Mata Uang, kebijakan
uang kartal masyarakat maupun isu-isu strategis yang
pengelolaan uang rupiah selama tahun 2012 dilakukan
berkembang dalam aktivitas pengelolaan uang yang
dengan mengacu pada tiga pilar kebijakan yaitu i)
dilakukan Bank Indonesia.
Tersedianya Uang Rupiah yang Berkualitas; ii) Distribusi
Sementara itu, perkembangan berbagai isu strategis dan Pengolahan Uang Rupiah yang Aman dan Terpercaya;
dalam aktivitas pengelolaan uang menjadi tantangan dan iii) Layanan Kas Prima. Berbagai kebijakan yang
tersendiri bagi Bank Indonesia yang harus disikapi ditempuh selama tahun 2012 selain dimaksudkan untuk
dengan respon kebijakan yang tepat. Masih kentalnya memenuhi misi Bank Indonesia di bidang pengelolaan
budaya masyarakat untuk memegang fisik uang dan uang, juga berkontribusi meningkatkan efisiensi
melakukan transaksi pembayaran secara tunai, belum manajemen kas perbankan maupun efisiensi kegiatan
memadainya ketersediaan uang kartal layak edar di cash processing di Bank Indonesia.
seluruh wilayah NKRI, serta perlunya peningkatan kualitas
dan penyempurnaan unsur pengaman pada uang rupiah
6.2. Arah Kebijakan ke Depan
untuk melindungi uang rupiah dari upaya pemalsuan
serta agar mudah dikenali ciri keasliannya, merupakan Ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan akan
isu-isu strategis yang harus disikapi oleh Bank Indonesia. tumbuh lebih tinggi mencapai kisaran 6,3%-6,8%. Hal ini
Disamping itu, upaya untuk meningkatkan keterlibatan sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi global yang
pihak lain di luar bank sentral dalam kegiatan pengelolaan diperkirakan mengalami peningkatan secara gradual.
uang rupiah turutpula menjadi isu yang mendapatkan Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 ini
perhatian khusus dan mendasari pengambilan kebijakan masih disumbang oleh permintaan domestik. Selain itu,
Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang. persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden dan legislatif
Demikian pula dengan diberlakukannya UU Mata Uang pada tahun 2014 juga akan mendorong kebutuhan

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 65


Bab 6 Sekilas Pengelolaan Uang

uang kartal tumbuh ke arah yang lebih tinggi. Perkiraan Menghadapi perkembangan ini, kebijakan pengelolaan
pertumbuhan kebutuhan uang yang cukup tinggi ini uang ke depan diarahkan untuk memperkuat manajemen
menjadi pijakan bagi penetapan arah kebijakan dan persediaan dan fungsi layanan uang kartal, disamping
rencana pengembangan di bidang pengelolaan uang pada meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan distribusi
tahun 2013. uang yang telah dijalankan selama ini. Kebijakan-kebijakan
tersebut diambil dengan tetap memperhatikan amanat
Disamping pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
UU Mata Uang maupun perkembangan lainnya.
peta strategi dan arah kebijakan Bank Indonesia ke depan
juga dipengaruhi oleh berbagai lingkungan strategis
Bank Indonesia. Amandemen UU Bank Indonesia,
pengesahan UU lainnya seperti UU Mata Uang dan RUU
terkait, maupun isu-isu strategis yang berkembang di
dunia internasional, nasional, regional serta internal
Bank Indonesia, menjadi lingkungan strategis yang turut
mempengaruhi kebijakan Bank Indonesia pada tahun
2013.

66 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

Bab 7

Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah


dalam Mendukung Kelancaran
Aktivitas Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi kartal (net outflow) sepanjang tahun 2012 sebesar
pada tahun 2012 (6,23%) dan laju inflasi yang Rp63,29 triliun atau meningkat 16,80% dibandingkan
terkendali pada tingkat yang rendah (4,3%) terutama tahun sebelumnya sebesar Rp54,19 triliun.
ditopang oleh naiknya permintaan domestik. Sejalan dengan perkembangan UYD, rasio UYD terhadap
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan laju konsumsi masyarakat khususnya rumah tangga juga
inflasi serta berbagai kebijakan pengelolaan uang mengalami peningkatan. Rasio UYD terhadap konsumsi
rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, beberapa masyarakat pada tahun 2012 mencapai 33,64%, naik
indikator utama pengelolaan uang rupiah yaitu dibanding tahun sebelumnya dengan rasio sebesar
uang kartal yang diedarkan (UYD) dan aliran uang 31,97%. Kenaikan rasio ini mengindikasikan bahwa
kartal melalui Bank Indonesia juga mengalami ditengah beragamnya pilihan alat pembayaran yang
peningkatan. tersedia di masyarakat, uang kartal masih tetap menjadi
salah satu pilihan utama masyarakat, khususnya rumah
tangga, dalam membiayai aktivitas konsumsinya.
Kinerja perekonomian domestik yang meningkat pada
Disisi lain, perkembangan pangsa UYD di perbankan
tahun 2012 perlu mendapat dukungan ketersediaan uang
selama tahun 2012 masih melanjutkan tren penurunan
kartal sebagai salah satu alat pembayaran di masyarakat.
pada tahun sebelumnya. Pangsa UYD di perbankan
Peran penting uang kartal tersebut tercermin dari
tercatat sebesar 15,50%, turun dari tahun 2011 dengan
peningkatan beberapa indikator utama pengelolaan uang
pangsa sebesar 15,76%. Tren penurunan pangsa UYD di
yaitu uang kartal yang diedarkan (UYD) dan aliran uang
perbankan ini didorong oleh penerapan penyempurnaan
kartal melalui Bank Indonesia.
ketentuan penyetoran dan penarikan uang rupiah
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, oleh bank umum di Bank Indonesia yang mulai
jumlah UYD terus mengalami peningkatan. Rata-rata diberlakukan pada bulan April 2011. Sebelum penerapan
harian UYD naik dari Rp320,37 triliun pada tahun penyempurnaan ketentuan tersebut, pangsa UYD di
sebelumnya menjadi Rp370,61 triliun pada tahun perbankan berada di kisaran 16,00%. Kecenderungan
2012 atau meningkat 15,68%. Hal ini mengindikasikan penurunan pangsa UYD di perbankan memperlihatkan
adanya peningkatan kebutuhan uang kartal sebagai semakin efisiennya cash management di perbankan serta
alat pembayaran tunai di masyarakat. Peningkatan ini makin optimalnya transaksi uang kartal antar bank dalam
dikonfirmasi pula dengan tambahan kebutuhan uang memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 67


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

Sementara itu, pasca penerapan penyempurnaan Tabel 7.1


Rata-rata UYD dan Posisi UYD
ketentuan penyetoran dan penarikan uang rupiah oleh
bank umum di Bank Indonesia, laju pertumbuhan jumlah Periode 2010 2011 2012

aliran uang kartal yang keluar (outflow) dan masuk UYD Rata-rata (Triliun) 318,58 372,97 439,72
(inflow) melalui Bank Indonesia pada tahun 2012 turun Pertumbuhan (yoy) 14,17% 17,08% 17,90%
Posisi UYD Akhir Th. (Triliun) 273,96 320,37 370,61
dibanding tahun sebelumnya. Jumlah outflow dan inflow
Pertumbuhan (yoy) 12,10% 16,94% 15,68%
masing-masing tumbuh sebesar 23,57% dan 24,82%,
menurun dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 sebesar
40,55% dan 39,06%. Penurunan tersebut merupakan pertumbuhan rata-rata UYD tersebut masih lebih rendah
dampak penyempurnaan ketentuan sehingga penggunaan dibanding tahun sebelumnya sebesar 16,94% (Tabel 7.1).
uang kartal lebih optimal yang pada gilirannya dapat Namun demikian, laju pertumbuhan rata-rata UYD pada
meningkatkan efisiensi baik bagi perbankan maupun Bank tahun 2012 tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan
Indonesia. dengan pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Pada tahun 2012, pertumbuhan pengeluaran
7.1. Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) konsumsi rumah tangga sebesar 10,58% atau lebih rendah
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, dibanding pertumbuhan rata-rata UYD sebesar 15,68%.
jumlahuang kartal yang diedarkan (UYD) terus meningkat Dengan perkembangan tersebut, rasio UYD terhadap
(Grafik 7.1). konsumsi rumah tangga meningkat dari sebesar 31,97%
Posisi dan rata-rata UYD pada tahun 2012 mengalami pada tahun 2011 menjadi sebesar 33,64%. Perkembangan
peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Posisi UYD rasio UYD serta laju pertumbuhan UYD yang cukup tinggi
pada akhir tahun 2012 mencapai sebesar Rp439,72 selama tahun 2012 mengindikasikan peranan penting
triliun atau meningkat 17,90% dibandingkan posisi pada uang kartal sebagai alat pembayaran di masyarakat (Grafik
akhir periode sebelumnya sebesar Rp 372,97 triliun. 7.2).
Secara rata-rata harian, jumlah UYD sepanjang tahun Ditengah pertumbuhan UYD yang cukup tinggi selama
2012 mencapai Rp370,61 triliun, naik 15,68% dibanding tahun 2012, dinamika perkembangan UYD tidak dapat
tahun sebelumnya. Meskipun meningkat cukup tinggi, dilepaskan dari pola musimannya. Sebagaimana tahun-

��������� ������������������ �������


�� � ��
��� ��� �������
�� � ��
��
� ��
�� ��������������������������
� ��
�� ����������������������������
�� � �� ������������������

� � ��

� ��

� �

� � �
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ���� ���� ���� ����

Grafik 7.1 Grafik 7.2 Pertumbuhan UYD, Konsumsi RT,


Pertumbuhan UYD, PDB dan Inflasi Rasio UYD terhadap Konsumsi RT

68 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

����������
�����������
���
���

���
���

���

���
���

���
���
���� ���� ����
���� ���� ����
���
� �� �� �� �� �� �� �� �� � � � � �� ���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 7.3 Grafik 7.4


Perkembangan Posisi UYD Perkembangan Rata-rata UYD Bulanan

tahun sebelumnya, pola musiman tersebut ditandai periode Ramadhan dan Idul Fitri, maupun selama
dengan kenaikan jumlah UYD secara signifikan pada periode Natal dan akhir tahun 2012 berdampak pada
periode Hari Raya Keagamaan yaitu Ramadhan dan Idul meningkatnya pangsa UYD perbankan pada periode
Fitri, Natal dan akhir tahun maupun Hari Raya Imlek; serta tersebut.
periode liburan sekolah dan tahun ajaran baru.
Pangsa UYD perbankan pada bulan Agustus dan
Pada tahun 2012, pengaruh pola musiman terhadap September 2012 atau selama periode Ramadhan dan
jumlah UYD tercermin dari posisi UYD pada pekan terakhir Idul Fitri masing-masing tercatat sebesar 17,98% dan
menjelang Hari Raya Idul Fitri maupun posisi UYD pada 16,19%. Sementara pangsa UYD di perbankan pada bulan
akhir bulan Desember 2012 bersamaan dengan Natal Desember 2012 bersamaan dengan Natal dan akhir tahun
dan akhir tahun, yang masing-masing tercatat sebesar 2012 mencapai 15,71%, lebih tinggi dibanding pangsa
Rp442,59 triliun dan Rp439,72 triliun. Posisi UYD pada bulan Oktober dan November 2012 yang mencapai
pekan terakhir menjelang Hari Raya Idul Fitri tersebut 14,65% dan 15,34%.
(tanggal 16 Agustus 2012) merupakan posisi UYD tertinggi
Sepanjang tahun 2012, rata-rata pangsa UYD di
sepanjang tahun 2012. Sedangkan posisi UYD terendah
perbankan mencapai 15,50%, sedikit lebih rendah
terjadi pada tanggal 24 Maret 2012 sebesar Rp329,03
dibanding tahun sebelumnya dengan pangsa sebesar
triliun (Grafik 7.3).
15,76%. Tren penurunan pangsa UYD di perbankan
Pengaruh pola musiman tersebut juga tercermin dari ini masih merupakan kelanjutan dari tren penurunan
tingginya rata-rata UYD selama bulan Agustus dan tahun sebelumnya, sebagai dampak dari penerapan
Desember 2012 atau selama periode Ramadhan dan Idul penyempurnaan ketentuan penyetoran dan penarikan
Fitri serta periode Natal dan akhir tahun.Rata-rata UYD uang rupiah oleh bank umum di Bank Indonesia yang
bulananpada periode tersebut masing-masing mencapai mulai diberlakukan pada bulan April 2011. Pasca
sebesar Rp420,85 triliun dan Rp411,15 triliun (Grafik 7.4). penerapan ketentuan tersebut, pangsa rata-rata UYD
di perbankan turun ke kisaran 15,00%. Sementara
Pola musiman juga mempengaruhi perkembangan
sebelumnya,rata-rata pangsa UYD perbankan berada di
pangsa UYD di perbankan. Antisipasi perbankan terhadap
atas kisaran 16,00% (Grafik 7.5).
peningkatan kebutuhan uang kartal nasabahnya selama

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 69


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

� �
�� ���
����� ����� �����
����� ����� �����
�� ��
������
������ ������
��
��

��
��
��
������ ������ ������
��
��
���� ���� ����
�� �
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ����

����������� ������ ������ �������

Grafik 7.5 Grafik 7.6


Perkembangan Pangsa UYD di Perbankan Pangsa UYD Berdasarkan Nominal

Penurunan pangsa UYD di perbankan yang terjadi selama Berdasarkan nilai nominal, komposisi UYD per pecahan
tahun 2012 diikuti dengan peningkatan pangsa UYD didominasi oleh uang rupiah pecahan besar (UPB) atau
di masyarakat. Pangsa UYD di masyarakat mengalami pecahan Rp20.000 ke atas. Sementara berdasarkan
peningkatan dari sebesar 84,24% pada tahun 2011 jumlah bilyet/keping, sebagian besar UYD merupakan
menjadi sebesar 84,50% (Tabel 7.2). uang rupiah pecahan kecil (UPK) atau pecahan Rp10.000
ke bawah.
Secara nominal, rata-rata UYD di perbankan dan
masyarakat mengalami peningkatan sejalan dengan Pangsa UPB pada tahun 2012 mencapai 93,19% dari
kenaikan jumlah UYD secara keseluruhan. Rata-rata UYD total UYD dengan komposisi pangsa pecahan Rp100.000,
di perbankan dan masyarakat selama tahun 2012 masing- Rp50.000, dan Rp20.000 masing-masing sebesar 60,65%;
masing tercatat sebesar Rp57,46 triliun dan Rp313,15 30,11%; dan 2,43% (Grafik 7.6).
triliun, meningkat dari UYD pada tahun sebelumnya yakni Peningkatan UYD dan pangsa UYD yang didominasi oleh
di perbankan sebesar Rp50,51 triliun dan di masyarakat UPB ini sejalan dengan meningkatnya nilai transaksi
sebesar Rp269,87 triliun. kartu ATM dan kartu ATM/Debet yang pada tahun 2012
tumbuh sebesar 23,32%, yakni dari Rp2,48 ribu triliun
Tabel 7.2. pada tahun 2011 menjadi Rp3,05 ribu triliun pada tahun
Pangsa UYD di Bank dan Masyarakat 2012. Penggunaan kartu ATM dan kartu ATM/Debet masih
2010 2011 2012 didominasi untuk transaksi tarik tunai, dibandingkan
Periode
Masy Bank Masy Bank Masy Bank
untuk transaksi pembelanjaan dan transfer.
Januari 81,40% 18,60% 81,94% 18,75% 83,75% 16,25%
Februari 83,14% 16,86% 83,08% 16,92% 84,96% 15,04%
Maret 83,30% 16,70% 84,50% 15,50% 85,20% 14,80%
Sementara itu, berdasarkan jumlah lembar/keping, pangsa
April 83,90% 16,10% 84,93% 15,07% 85,27% 14,73% UPB pada tahun 2012 mencapai 21,35% dari jumlah
Mei 84,52% 15,48% 85,23% 14,77% 85,06% 14,94%
Juni 84,83% 15,17% 85,50% 14,50% 85,48% 14,52% lembar/keping UYD. Pangsa lembar/keping pecahan
Juli 83,98% 16,02% 84,88% 15,12% 84,39% 15,61%
Ags 83,58% 16,42% 83,92% 16,08% 82,02% 17,98%
Rp100.000, Rp50.000 dan Rp20.000 masing-masing
Sep 80,09% 19,91% 81,55% 18,45% 83,81% 16,19% tercatatsebesar 9,74%, 9,67% dan 1,95% (Grafik 7.7).
Okt 83,00% 17,00% 85,04% 14,96% 85,35% 14,65%
Nov 84,43% 15,57% 85,16% 14,84% 84,66% 15,34%
Des 84,18% 15,82% 84,94% 15,06% 84,29% 15,71%
Disisi lain, perkembangan komposisi UYD per pecahan
Tahunan 83,37% 16,63% 84,24% 15,76% 84,50% 15,50% selama beberapa tahun terakhir memperlihatkan

70 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

mecapai Rp366,26 triliun, naik 24,82% dibanding tahun


� sebelumnya yang mencapai Rp293,42 triliun.
���
Meskipun naik cukup tinggi, pertumbuhan jumlah aliran
��
uang kartal melalui Bank Indonesia selama tahun 2012
������ ������ masih lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun
�� ������
sebelumnya. Pada tahun 2011, outflow dan inflow masing-
�� masing tumbuh sebesar 40,55% dan 39,06%, atau tercatat
sebagai pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun terakhir.
�� ����� �����
�����
�����
������ ����� Perkembangan ini tidak terlepas dari kebijakan Bank

����� ����� �����
Indonesia untuk terus mendorong perbankan melakukan
���� ���� ����
optimalisasi Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
����������� ������ ������ �������
dalam memenuhi kebutuhan likuiditas mereka.

Grafik 7.7 Berdasarkan penggunaannya, sebagian besar uang


Pangsa UYD Berdasarkan Bilyet/Keping
kartal yang keluar dari Bank Indonesia ditujukan untuk
memenuhi penarikan perbankan. Pangsa penarikan bank
kecenderungan peningkatan pangsa UYD pecahan selama tahun 2012 mencapai 95,2% dari total outflow,
Rp100.000 secara nominal. Peningkatan ini diikuti dengan sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar
penurunan pangsa pecahan Rp50.000, sedangkan 94,9%. Sementara itu, uang kartal yang keluar dari Bank
pangsa pecahan lainnya relatif tidak berubah. Hal Indonesia juga digunakan untuk memenuhi kegiatan
ini mengindikasikan semakin tingginya kebutuhan layanan kas lainnya seperti pembayaran non-bank,
masyarakat dan perbankan terhadap uang rupiah pecahan penukaran uang, kas keliling, dan kas titipan.
terbesar dalam aktivitas transaksinya. Di tengah peningkatan jumlah outflow dan inflow,
Secara keseluruhan, pangsa uang rupiah kertas (UK) dan pemenuhan kebutuhan uang kartal masyarakat selama
uang rupiah logam (UL) yang diedarkan pada tahun 2012 tahun 2012 tidak mengalami hambatan yang berarti.
relatif tidak mengalami perubahan. Pangsa UK pada Melalui berbagai kebijakan yang dijalankan, Bank
akhir tahun 2012 mencapai 99,00% dari total UYD, tidak Indonesia dapat memenuhi kebutuhan uang kartal
berubah dari pangsa tahun sebelumnya. masyarakat termasuk pada saat terjadinya peningkatan
kebutuhan uang kartal secara signifikan seperti pada
7.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal periode Hari Raya Keagamaan dan akhir tahun.
melalui Bank Indonesia Sepanjang tahun 2012, jumlah outflow menunjukkan pola
Sejalan dengan peningkatan jumlah UYD, aliran uang yang meningkat setiap triwulannya.Pada tahun 2012,
kartal melalui Bank Indonesia, baik aliran uang kartal yang jumlah outflow tertinggi terjadi pada triwulan IV dan III
keluar ke perbankan dan masyarakat (outflow), maupun dengan jumlah masing-masing sebesar Rp133,57 triliun
aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) dan Rp125,05 triliun. Secara musiman, tingginya jumlah
juga mengalami peningkatan. Kenaikan tersebut diikuti outflow uang kartal pada periode tersebut sebagian
dengan pola fluktuasi yang relatif sama dengan pola tahun besar dipengaruhi oleh kenaikan kebutuhan uang kartal
sebelumnya yang juga mencerminkan pola musimannya. masyarakat untuk keperluan transaksi pada periode
Ramadhan dan Idul Fitri yang terjadi pada akhir bulan
Pada tahun 2012, jumlah outflow meningkat 23,57%
Agustus, serta untuk kebutuhan Natal dan akhir tahun
dari tahun sebelumnya, yakni dari Rp347,62 triliun
(Grafik 7.8).
menjadi Rp429,55 triliun. Sementara jumlah inflow

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 71


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

����
����������� ������ ������ ������
��� ����� ����� �����
���
������
������
��� ������
��� �����
�����
�����
�� ������
��� ������
������

��
���
������ ������ ������
��
��
���� ���� ����
���� ���� ����

����� ����� ����� ������ �������� ���������� ��������
������� ����������� ����

Grafik 7.8 Grafik 7.10


Perkembangan Jumlah Outflow Pangsa Outflow Berdasarkan Sebaran Wilayah

Berdasarkan pecahan, pangsa outflow UPB sedikit Berdasarkan sebaran wilayah, pangsa outflow terbesar
meningkat dari 95,02% pada tahun 2011 menjadi pada tahun 2012 terjadi di wilayah kerja Kantor Pusat
sebesar 95,51%. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Bank Indonesia (KPBI) yang meliputi Jakarta dan
pangsa nominal pecahan Rp100.000 terus mengalami BODETABEK sebesar 31,77%. Kemudian diikuti oleh
peningkatan, sedangkan pecahan lainnya menunjukkan wilayah kerja Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPw DN)
kecenderungan menurun. Pangsa pecahan Rp100.000 Bank Indonesia yang berada di Pulau Jawa (Jawa Non-KP)
pada tahun 2012 mencapai 57,80% dari total outflow, dengan pangsa sebesar 25,93% dari total outflow (Grafik
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 51,08% 7.10).
(Grafik 7.9). Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan Dinamika perkembangan jumlah inflow pada tahun 2012
akan ketersediaan uang rupiah pecahan terbesar dalam tetap memperlihatkan pola yang sama dengan pola dua
aktivitas transaksi masyarakat. tahun sebelumnya, dimana jumlah inflow turun pada

���� ����� ����� �����������


����� �����
����� �����
���

���
������
������ ������ ���
���
��
���

������ ��
������ ������
���

��
�� ���� ���� ����
���� ���� ����

����� ����� ����� �����
������ ����� ����� ������

Grafik 7.9 Grafik 7.11


Pangsa Outflow Berdasarkan Pecahan Perkembangan Jumlah Inflow

72 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

triwulan II, meningkat pada triwulan III dan kembali turun


pada triwulan IV. Jumlah inflow tertinggi selama tahun ����
����� ����� �����
2012 terjadi pada triwulan III sebesar Rp115,58 triliun ����� ����� �����
���
yang dipengaruhi oleh pola musiman yaitu arus balik uang ������ ������ ������

����� �����
kartal pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Kelebihan likuiditas ���
�����

perbankan pasca arus balik uang kartal dari masyarakat


������ ������ ������
���
ini mengakibatkan meningkatnya jumlah setoran uang
kartal dari perbankan ke Bank Indonesia dan mendorong ���
kenaikan jumlah inflow ke titik tertinggi sepanjang tahun ������ ������ ������

2012 (Grafik 7.11). ��


���� ���� ����

Tidak jauh berbeda dengan kondisi outflow, sebagian �������� ���������� ��������
������� ����������� ����
besar inflow selama tahun 2012 merupakan UPB dengan
pangsa sebesar 95,59% dari total inflow, meningkat Grafik 7.13
dibanding tahun sebelumnya dengan pangsa sebesar Perkembangan Inflow Berdasarkan Sebaran Wilayah
94,77%.

Sejalan dengan pola perkembangan outflow, pangsa Indonesia di Pulau Jawa serta di wilayah kerja KPBI yang
inflow pecahan Rp100.000 terus mengalami peningkatan meliputi Jakarta dan BODETABEK. Sebaran inflow di kedua
sedangkan pecahan lainnya menunjukkan kecenderungan wilayah tersebut mencapai 43,82% dan 20,93% dari total
menurun. Pangsa pecahan Rp100.000 mencapai 52,04% inflow (Grafik 7.13).
dari total inflow tahun 2012, lebih tinggi dibanding tahun
Perkembangan aliran uang kartal melalui Bank Indonesia
sebelumnya sebesar 47,25%. Adapun pangsa pecahan
sepanjang tahun 2012 ditandai dengan jumlah outflow
Rp50.000, Rp20.000 dan Rp10.000 ke bawah turun dari
yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflow. Hal ini
tahun sebelumnya dengan pangsa masing-masing sebesar
menyebabkan aliran uang kartal melalui Bank Indonesia
41,25%, 2,30% dan 4,41% (Grafik 7.12).
mengalami net outflow sebesar Rp63,29 triliun atau
Berdasarkan sebaran wilayah, pangsa inflow terbesar meningkat 16,80% dibanding tahun 2011 dengan net
pada tahun 2012 terjadi di wilayah kerja KPw DN Bank outflow uang kartal sebesar Rp54,19 triliun (Grafik 7.14).

���� ����� ����� �����


����� ���
����� �����
������ ������� �������
��� ���
������
������
������
���
���

���
���
���
������ ������
��� ������

��
����
���� ���� ����
���� ���� ����
������ ����� ����� ������

Grafik 7.12 Grafik 7.14


Perkembangan Inflow Berdasarkan Pecahan Perkembangan Jumlah Inflow, Outflow, dan NetFlow

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 73


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

Kondisi net outflow ini mencerminkan kebutuhan uang Tabel 7.3 Jumlah NetfFow Uang Kartal
kartal yang meningkat sepanjang tahun 2012 seiring Berdasarkan Wilayah (Triliun Rp)

dengan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat. Wilayah 2010 2011 2012

Secara triwulanan, pada tahun 2012, posisi net outflow Jabodetabek (17,12) (38,65) (59,80)
Jawa Non KP 34,04 40,41 49,12
terjadi pada triwulan II sampai dengan triwulan IV. Net
Bali + Nustra (4,29) (6,10) (4,81)
outflow tertinggi terjadi pada triwulan IV yang mencapai Sumatera (24,56) (22,19) (19,32)
Rp54,95 triliun. Hal ini disebabkan pertumbuhan jumlah Kalimantan (14,56) (16,26) (15,87)

outflow sebesar 6,81% diikuti dengan penurunan jumlah Sulampua (9,83) (11,39) (12,61)
Total (36,31) (54,19) (63,29)
inflow secara signifikan sebesar 31,97%. Kondisi ini
berlangsung seiring dengan periode Natal dan akhir tahun
2012 (Grafik 7.15).
masyarakat di luar wilayah Jawa dan JABODETABEK untuk
Sementara itu, pola sebaran netflow uang kartal secara menarik uang kartal, yang kemudian mengalir masuk ke
regional relatif tidak mengalami perubahan dibanding berbagai wilayah di Pulau Jawa. Pola netflow tersebut
tahun sebelumnya. Pola net outflow uang kartal yang juga mengindikasikan masih berpusatnya sumber daya
terjadi secara nasional diikuti oleh pola net outflow ekonomi di wilayah Jawa meskipun sentra-sentra ekonomi
regional yang cenderung sama dengan tahun 2011. daerah di luar pulau Jawa mulai berkembang.

Pada tahun 2012, pola net outflow masih terjadi di


wilayah kerja KPBI yang meliputi Jakarta dan BODETABEK 7.3. Perkembangan Posisi Kas Bank
serta wilayah kerja KPw DN Bank Indonesia di luar Pulau Indonesia
Jawa. Sebaliknya, pola net inflow terjadi di wilayah kerja Ditengah kebutuhan uang kartal yang meningkat, posisi
KPw DN yang ada di Pulau Jawa dengan kecenderungan kas Bank Indonesia pada tahun 2012 tetap terjaga pada
jumlah net inflow yang meningkat dari Rp40,41 triliun posisi yang aman. Hal ini diwujudkan melalui berbagai
pada tahun 2011 menjadi Rp49,12 triliun (Tabel 7.3). kebijakan yang diterapkan secara berkesinambungan oleh
Fenomena pola netflow yang terjadi sepanjang tahun Bank Indonesia.
2012 mencerminkan masih tingginya preferensi Salah satu kebijakan yang ditempuh adalah kebijakan
untuk mengedarkan kembali uang rupiah layak edar (ULE)
yang berasal dari setoran perbankan melalui mekanisme
����������� dropshot baik dalam satu wilayah maupun antar wilayah.
�� Penerapan mekanisme dropshot tersebut terutama
dimaksudkan untuk menciptakan kondisi uang rupiah
��
yang berkualitas dan layak edar serta merata di seluruh
� wilayah NKRI.

���� Kebijakan lain yang ditempuh adalah penerapan kebijakan


sortasi uang rupiah kertas dan logam serta dibangunnya
����
kerjasama intensif dengan Perum Peruri untuk
���� ���� ����

����
meningkatkan pasokan hasil cetak sempurna (HCS) uang
����� ����� ����� ����� rupiah. Penerapan kebijakan tersebut telah membantu
Bank Indonesia menjaga posisi kas selama tahun 2012
Grafik 7.15 dalam level yang aman. Berdasarkan nilai nominalnya,
Perkembangan Jumlah NetFlow sebesar 89,88% dari posisi kas Bank Indonesia merupakan

74 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

ditarik dari peredaran dilakukan melalui proses peleburan.


����
������ ������ Adapun penetapan UTLE dilakukan melalui setting mesin
������
������
�����
sortasi uang dengan menetapkan soil level (tingkat
���
������
kelusuhan) tertentu ataupun secara manual melalui
��� ������ ������ penetapan standarisasi visual uang rupiah layak edar.
������

��� Memenuhi amanat UU Mata Uang, Bank Indonesia


������
berkewajiban untuk menyampaikan informasi mengenai
���
������
������ uang rupiah yang dimusnahkan kepada Kementerian
��
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
���� ���� ���� Informasi yang disampaikan meliputi jenis pecahan,
���������� ������ ������ �������
jumlah lembar/keping dan nilai nominal uang rupiah yang
dimusnahkanselama periode satu tahun. Selanjutnya,
Grafik 7.16 Pangsa Posisi Kas Bank Indonesia
Berdasarkan Pecahan informasi mengenai pemusnahan uang rupiah tersebut
akan ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia (LNRI).
UPB (Grafik 7.16). Adapun rasio posisi kas Bank Indonesia
Selama periode 1 Januari s.d 31 Desember 2012, Bank
mencapai ± dua bulan rata-rata outflow.
Indonesia telah melakukan pemusnahan sebanyak 3,82
miliar lembar uang rupiah kertas tidak layak edar. Jumlah
7.4 Perkembangan Pemusnahan Uang ini setara dengan nilai nominal sebesar Rp47,57 triliun.
Rupiah
Sementara itu, dalam tahun 2012 tidak terdapat kegiatan
Mengemban misi untuk memenuhi kebutuhan uang
peleburan untuk memusnahkan uang rupiah logam. Hal
kartal masyarakat melalui ketersediaan uang rupiah yang
ini mengingat kualitas uang rupiah logam yang masuk
berkualitas baik dan dalam kondisi yang layak edar, Bank
kembali ke Bank Indonesia sepanjang tahun 2012 secara
Indonesia terus meningkatkan upaya untuk menjaga
umum masih dalam kondisi yang layak edar sehingga
dan meningkatkan kualitas uang rupiah yang beredar di
selain dapat diedarkan kembali ke masyarakat, dan jumlah
masyarakat.
uang logam apkir belum memadai untuk dilebur.
Salah satu kebijakan yang ditempuh untuk menjaga
Jumlah lembar uang rupiah kertas yang dimusnahkan
kualitas uang rupiah dilakukan melalui kegiatan
selama tahun 2012 mengalami penurunan sebesar
pemusnahan uang rupiah tidak layak edar (UTLE) yang
34,52% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 5,83
masuk kembali ke Bank Indonesia dari peredaran di
miliar lembar. Secara triwulanan, jumlah lembar uang
masyarakat, maupun uang rupiah yang sudah dicabut dan
rupiah kertas yang dimusnahkan cenderung tinggi pada
ditarik dari peredaran. Kegiatan pemusnahan dilakukan
triwulan I dan triwulan IV. Hal ini seiring dengan tingginya
secara rutin baik di KPBI maupun di KPw DN Bank
arus balik uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia
Indonesia.
pasca berakhirnya Natal dan akhir tahun 2011 maupun
Pelaksanaan pemusnahan uang rupiah kertas tidak layak pasca Hari Raya Idul Fitri 2012 (Grafik 7.17).
edar dan uang rupiah kertas yang telah dicabut dan
Rasio pemusnahan uang rupiah mencapai sebesar
ditarik dari peredaran dilakukan dengan menggunakan
12,99% dari jumlah aliran uang rupiah kertas yang masuk
Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) atau secara otomasi
ke Bank Indonesia sepanjang tahun 2012. Rasio tersebut
dengan menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK).
lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai
Sedangkan pemusnahan uang rupiah logam tidak layak
55,14%.
edar dan uang rupiah logam yang telah dicabut dan

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 75


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

Tabel 7.5 Pangsa Uang Rupiah Kertas yang


������������� Dimusnahkan Berdasarkan Denominasi
�����
Berdasarkan Nominal Berdasarkan Jumlah Lembar
Pecahan
2010 2011 2012 2010 2011 2012
�����
100,000 36.55% 39,55% 27,41% 10,61% 12,30% 3,42%
50,000 51.55% 47,65% 35,21% 29,65% 29,65% 8,77%
�����
20,000 5.05% 4,49% 9,46% 7,33% 6,98% 5,89%
10,000 3.27% 3,99% 12,47% 9,51% 12,42% 15,54%
<=5000 4.07% 4,33% 15,45% 42,91% 38,64% 66,38%
����� 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

���� ���� ����


��
����� ����� ����� ����� Rp100.000. Nilai nominal pemusnahan masing-masing
UPB tersebut mencapai Rp16,75 triliun dan Rp13,04
Grafik 7.17 Perkembangan Jumlah Bilyet
triliun atau merupakan 35.21% dan 27,41% dari total
Uang Kertas yang Dimusnahkan nominal pemusnahan tahun 2012.

Sementara itu, selama tahun 2012, tercatat sebanyak


2,53 miliar lembar UPK Rp5.000 ke bawah dan 593,07 juta
Berdasarkan wilayah kerjanya, pemusnahan uang rupiah
lembar pecahan Rp10.000 yang dimusnahkan. Jumlah ini
tidak layak edar (UTLE) terbesar dilakukan oleh KPw DN di
merupakan 66,38% dan 15,54% dari total lembar uang
wilayah Jawa (Non-KPBI), Sumatera dan KPBI. Sepanjang
rupiah kertas tidak layak edar yang dimusnahkan (Tabel
tahun 2012, KPw DN di wilayah Jawa telah melaksanakan
7.5).
pemusnahan 1,64 miliar lembar UTLE dalam berbagai
pecahan senilai Rp22,12 triliun atau merupakan 46,50% Di sisi lain, rasio pemusnahan uang rupiah kertas
dari total nominal pemusnahan tahun 2012. Sementara terhadap jumlah inflow uang rupiah kertas terus
itu, KPw DN di wilayah Sumatera dan KPBI masing-masing mengalami penurunan. Kondisi ini berlangsung ditengah
melakukan pemusnahan 797,12 juta lembar dan 782,60 kecenderungan peningkatan jumlah inflow ke Bank
juta lembar UTLE senilai Rp11,05 triliun (23,23%) dan Indonesia. Setelah turun dari 65,19% pada tahun 2010
Rp5,90 triliun (12,41%). Tingginya jumlah pemusnahan menjadi 55,16% pada tahun 2011, rasio pemusnahan
di wilayah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia terhadap inflow uang rupiah kertas tahun 2012 tercatat
untuk selalu menjaga kualitas uang rupiah yang beredar sebesar 12,99%.
di masyarakat terutama di wilayah-wilayah dengan nilai
UPK memiliki rasio pemusnahan yang lebih tinggi
inflow yang tinggi (Tabel 7.4).
dibanding dengan UPB. Rasio pemusnahan UPK kertas
Berdasarkan nominalnya, sebagian besar uang rupiah pecahan Rp5.000 ke bawah dan pecahan Rp10.000
kertas yang dimusnahkan merupakan UPB Rp50.000 dan masing-masing tercatat sebesar 87,97%, dan 76,85%

Tabel 7.6 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah terhadap


Tabel 7.4 Pangsa Jumlah Uang Rupiah Kertas Inflow Berdasarkan Denominasi
yang Dimusnahkan Berdasarkan Wilayah
Pecahan 2010 2011 2012
2010 2011 2012
100,000 55.58% 46.15% 6.84%
Kantor Pusat BI 23,83% 19,80% 12,41%
50,000 69.05% 58.74% 11.08%
Jawa Non Kantor Pusat 47,44% 46,35% 46,50%
Bali + Nustra 2,67% 4,06% 5,77% 20,000 92.11% 88.65% 53.51%
Sumatera 17,41% 19,78% 23,23% 10,000 89.03% 90.94% 76.85%
Kalimantan 3,42% 3,45% 4,97%
< 5,000 89,61% 86.06% 87.97%
Sulampua 5,23% 6,56% 7,13%
100,00% 100,00% 100,00% Jumlah 65.19% 55.16% 12.99%

76 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

dari jumlah inflow uang kertas pecahan tersebut selama Berdasarkan komposisi per pecahan, temuan uang
tahun 2012. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebagian rupiah palsu didominasi oleh uang rupiah kertas pecahan
besar uang rupiah kertas pecahan Rp5.000 ke bawah dan Rp100.000 (57,40%) dan Rp50.000 (37,26%). Adapun
pecahan Rp10.000 yang masuk kembali ke Bank Indonesia berdasarkan wilayah temuannya, temuan uang rupiah
berada dalam kondisi tidak layak edar, yang menunjukkan palsu terbanyak selama tahun 2012 dilaporkan oleh
tingginya perputaran uang rupiah pecahan kecil di perbankan dan Kepolisian di wilayah DKI Jakarta &
masyarakat (Tabel 7.6). Banten, dan wilayah Jawa Barat, masing-masing sebesar
25,69% dan 24,00% dari total temuan uang rupiah palsu.
7.5. Perkembangan Temuan Uang
Rupiah Palsu
Perkembangan temuan uang rupiah palsu yang dilaporkan
oleh perbankan dan Kepolisian RI selama tahun 2012
tercatat lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini tercermin dari penurunan rasio temuan uang
rupiah palsu dari sebanyak 10 lembar pada tahun 2011
menjadi sebanyak 8 lembar temuan uang rupiah palsu
per satu juta lembar uang rupiah kertas yang diedarkan.
Selama tahun 2012, jumlah temuan uang rupiah palsu
dari perbankan dan Kepolisian RI lebih rendah 21,42%
dibanding tahun sebelumnya.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 77


Bab 7 Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah dalam
Mendukung Kelancaran Aktivitas Perekonomian Nasional

Halaman ini sengaja dikosongkan

78 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Bab 8

Kebijakan Pengelolaan
Uang Rupiah Tahun 2012

Dalam upaya menjaga ketersediaan uang kartal upaya untuk meningkatkan peran pihak-pihak di luar
sebagai alat pembayaran tunai di masyarakat, bank sentral dalam kegiatan pengelolaan uang rupiah
kebijakan Bank Indonesia di sepanjang tahun 2012 juga menjadi isu strategis yang mendasari pengambilan
diarahkan untuk memenuhi misinya di bidang berbagai kebijakan di bidang pengelolaan uang rupiah
pengelolaan uang yaitu memenuhi kebutuhan uang pada tahun 2012.
rupiah dalam jumlah yang cukup, pecahan yang Demikian pula dengan diberlakukannya UU Nomor 7
sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Tahun 2011 tentang Mata Uang pada tanggal 28 Juni
Kebijakan tersebut ditempuh dengan mencermati 2011 juga menjadi faktor penting yang mendasari
perkembangan beberapa indikator ekonomi makro pengambilan kebijakan Bank Indonesia di bidang
yang berimplikasi langsung terhadap kebutuhan pengelolaan uang sepanjang tahun 2012. Diberlakukannya
uang kartal masyarakat dan isu-isu strategis yang UU Mata Uang tersebut berimplikasi luas pada kegiatan
pengelolaan uang rupiah yang dilakukan Bank Indonesia,
berkembang dalam aktivitas pengelolaan uang
baik kegiatan perencanaan, pencetakan, pengeluaran,
rupiah.
pengedaran, pencabutan dan penarikan maupun kegiatan
pemusnahan uang rupiah. Penambahan fungsi baru pada
Dari sisi makroekonomi, kinerja ekonomi yang baik kegiatan perencanaan, pencetakan dan pemusnahan uang
selama tahun 2012 berdampak pada meningkatnya rupiah menuntut adanya penyesuaian mekanisme dan
kebutuhan akan ketersediaan alat pembayaran, termasuk alur kerja yang mengakomodir koordinasi Bank Indonesia
alat pembayaran tunai untuk mendukung kelancaran dengan Pemerintah yang diamanatkan oleh UU Mata
peningkatan aktivitas ekonomi domestik masyarakat. Uang. Disamping itu, berlakunya UU Mata Uang juga
berdampak pada penguatan fungsi Bank Indonesia dalam
Sementara itu, perkembangan berbagai isu strategis
penanggulangan peredaran uang rupiah palsu bersama
dalam aktivitas pengelolaan uang rupiah menjadi
dengan BOTASUPAL1.
tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia yang
memerlukan respon kebijakan yang tepat. Masih
kentalnya budaya masyarakat untuk memegang fisik uang
dan melakukan transaksi pembayarannya secara tunai 1 Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (BOTASUPAL) adalah lembaga
non-struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
maupun belum meratanya ketersediaan uang rupiah layak presiden dan mempunyai fungsi sebagai koordinator pemberantasan uang
rupiah palsu. Fungsi koordinator pemberantasan uang rupiah palsu adalah
edar di seluruh wilayah NKRI merupakan beberapa isu memadukan kegiatan dan operasi pemberantasan uang rupiah palsu yang
strategis dalam kegiatan pengelolaan uang rupiah yang dilakukan oleh lembaga/instansi terkait sesuai dengan fungsi, tugas dan
wewenang masing-masing lembaga/instansi berdasarkan ketentuan peraturan
berkembang di tahun 2012. Disamping itu, isu mengenai perundang-undangan.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 79


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Memperhatikan perkembangan ekonomi makro, berbagai Melakukan Perencanaan Kebutuhan Uang serta
isu startegis dan implementasi UU Mata Uang, kebijakan Perencanaan Pencetakan Uang Rupiah Tahun
pengelolaan uang rupiah tahun 2012 dijalankan dengan 2012 yang Dikoordinasikan dengan Pemerintah
mengacu pada tiga pilar kebijakan yaitu i) Tersedianya Terus tumbuhnya jumlah UYD mengindikasikan kebutuhan
Uang Rupiah yang Berkualitas; ii) Distribusi dan uang kartal yang masih cukup tinggi dalam aktivitas
Pengolahan Uang Rupiah yang Aman dan Terpercaya; dan transaksi ekonomi masyarakat. Memenuhi peningkatan
iii) Layanan Kas Prima. Berbagai kebijakan yang diambil kebutuhan uang kartal ini sekaligus untuk mengganti
selama tahun 2012 tersebut selain dimaksudkan untuk uang rupiah tidak layak edar yang ada di masyarakat
memenuhi misi Bank Indonesia di bidang pengelolaan serta mempertimbangkan kecukupan persediaan kas
uang, juga berkontribusi meningkatkan efisiensi Bank Indonesia, setiap tahun Bank Indonesia melakukan
manajemen kas perbankan maupun cash processing di penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang(EKU). EKU
Bank Indonesia. merupakan proyeksi perhitungan tambahan kebutuhan
uang rupiah pada periode tertentu yang digunakan
8.1 Tersedianya Uang Rupiah yang sebagai acuan dalam menentukan besarnya jumlah
Berkualitas pengadaan bahan baku uang dan jumlah uang rupiah yang
akan dicetak. Disamping itu, EKU juga menjadi pedoman
Kebutuhan uang kartal masyarakat yang meningkat
operasional dalam melaksanakan pengiriman uang rupiah
perlu didukung dengan ketersediaan uang rupiah yang
ke seluruh Kantor Perwakilan Dalam Bank Indonesia
berkualitas, memadai dalam jumlah nominal maupun
Negeri (KPw DN).
jenis pecahan serta tersedia secara merata di seluruh
wilayah NKRI. Bank Indonesia selalu berkomitmen Berlakunya UU Mata Uang mengamanatkan Bank
untuk menjamin ketersediaan uang rupiah berkualitas Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang
yang dipercaya dan diterima oleh masyarakat melalui untuk melakukan pengeluaran, pengedaran, dan/atau
penerapan dan penguatan berbagai strategi kebijakan di pencabutan dan penarikan uang rupiah. Sementara untuk
bidang pengelolaan uang rupiah. pelaksanaan kegiatan pengelolaan uang rupiah lainnya
yaitu perencanaan dan pencetakan serta pemusnahan
Selama tahun 2012, strategi kebijakan yang ditempuh
uang rupiah, dilakukan oleh Bank Indonesia yang
Bank Indonesia untuk menjamin tersedianya uang rupiah
berkoordinasi dengan Pemerintah. Pelaksanaan koordinasi
yang berkualitas meliputi:
tersebut dilakukan dengan berpedoman pada Nota
1. Melakukan Perencanaan Kebutuhan Uang dan
Kesepahaman tentang Pelaksanaan Koordinasi dalam
Perencanaan Pencetakan Uang Rupiah tahun 2012
Rangka Perencanaan dan Pencetakan, serta Pemusnahan
yang dikoordinasikan dengan Pemerintah;
Uang Rupiah yang ditandatangani oleh Gubernur Bank
2. Melakukan Pengadaan Bahan Baku dan Pencetakan
Indonesia dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI
Uang Rupiah tahun 2012;
selaku wakil dari Pemerintah pada tanggal 27 Juni 2012.
3. Memperkuat Manajemen Pengadaan Uang Rupiah
tahun 2013 melalui Penyusunan Estimasi Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan uang rupiah tahun 2012
Uang (EKU) dan Rencana Cetak Uang (RCU) 2013;
yang dikoordinasikan dengan Pemerintah
4. Melakukan Pemantauan Kualitas Uang Rupiah dan
Pemantauan Pengolahan Uang Rupiah Layak Edar Untuk menjamin ketersediaan uang rupiah layak
(ULE) yang dilakukan oleh Perbankan dan Perusahaan edar dalam jumlah yang cukup di masyarakat serta
Cash in Transit (CIT); memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk proses
5. Meningkatkan Upaya Penanggulangan Peredaran Uang pengadaan bahan baku dan pencetakan uang rupiah,
Rupiah Palsu. penetapan EKU 2012 telah dilaksanakan pada triwulan

80 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

III 2011. Sesuai dengan EKU ini, estimasi kebutuhan uang kartal yang cukup tinggi di masyarakat sebagai dampak
rupiah ditetapkan sebesar Rp134,17 triliun untuk tahun rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
2012. Sebagai bentuk koordinasi antara Bank Indonesia
Mengakomodasi perkembangan ini dan dalam rangka
dengan Pemerintah sebagaimana diamanatkan oleh UU
menjamin ketersediaan uang kartal untuk menjaga
Mata Uang, informasi mengenai rencana kebutuhan uang
kelancaran transaksi ekonomi masyarakat, pada bulan
(EKU) 2012 tersebut telah disampaikan kepada Kemenkeu
Februari 2012 Bank Indonesia melakukan kegiatan review
RI selaku wakil Pemerintah.
kebutuhan uang rupiah atau review EKU tahun 2012. Pada
kegiatan ini, Bank Indonesia secara khusus melakukan
Perencanaan pencetakan uang rupiah tahun 2012
penghitungan ulang kebutuhan uang kartal untuk periode
yang dikoordinasikan dengan Pemerintah
triwulan I 2012. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan
Sebagai tindak lanjut penyusunan EKU 2012, Bank kesiapan Bank Indonesia dalam menjamin pemenuhan
Indonesia menetapkan rencana pengadaan bahan baku peningkatan kebutuhan uang kartal di masyarakat pra dan
uang dan rencana cetak uang rupiah (RCU) tahun 2012. pasca penerapan kenaikan harga BBM bersubsidi.
Sebelum ditetapkan, Bank Indonesia telah menyampaikan
informasi RCU 2012 tersebut kepada Pemerintah.
Melakukan Pengadaan Bahan Baku dan
Informasi yang disampaikan kepada Pemerintah antara Pencetakan Uang Rupiah Tahun 2012
lain mengenai rencana macam dan harga uang rupiah, Di tengah terus tumbuhnya penggunaan uang kartal di
proyeksi jumlah uang rupiah yang akan dicetak, serta masyarakat, Bank Indonesia terus berupaya mewujudkan
jumlah uang rupiah yang dicabut dan ditarik dari komitmen untuk menyediakan uang rupiah berkualitas
peredaran. Penyampaian informasi ini merupakan yang dipercaya dan diterima oleh masyarakat. Komitmen
perwujudan dari koordinasi yang diamanatkan oleh UU ini salah satunya diwujudkan melalui kegiatan pencetakan
Mata Uang yang salah satunya dilakukan dalam bentuk uang rupiah baik uang kertas maupun uang logam.
pemberitahuan dan tukar menukar informasi.
Kegiatan pencetakan uang rupiah ini dilakukan
berdasarkan suatu rencana cetak tahunan yang mencakup
Review kebutuhan uang rupiah tahun 2012
jumlah dan jenis pecahan uang serta jadwal penerimaan
Dinamika kegiatan pengelolaan uang rupiah yang hasil cetak dari Perum Peruri 2. Tambahan pasokan uang
dilakukan oleh Bank Indonesia selama tahun 2012 rupiah yang diperoleh melalui kegiatan pencetakan
tidak terlepas dari pola musiman kebutuhan uang tersebut akan memperkuat kemampuan Bank Indonesia
kartal ataupun kebijakan fiskal dari sisi Pemerintah. dalam memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat yang
Peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat menjelang terus meningkat.
periode Ramadhan dan Idul Fitri, Natal dan akhir tahun,
Imlek maupun liburan sekolah dan tahun ajaran baru Pengadaan pencetakan uang rupiah tahun 2012
merupakan pola musiman yang turut mempengaruhi
Bank Indonesia menyadari bahwa keberhasilan upaya
dinamika kegiatan pengelolaan uang rupiah.
pemenuhan kebutuhan uang kartal masyarakat sangat
Sementara dari sisi fiskal, rencana Pemerintah untuk bergantung pada manajemen pengadaan uang rupiah
menaikkan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012 yang dilakukan selama ini. Menyikapi itu, pada tahun
yang diikuti dengan rencana pemberian bantuan langsung
sementara masyarakat (BLSM) kepada masyarakat kecil,
2 Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 UU Mata Uang, pencetakan uang rupiah
turut pula mempengaruhi dinamika pengelolaan uang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan menunjuk badan usaha milik negara
sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah. Adapun yang dimaksud dengan
rupiah. Dinamikaini dipengaruhi oleh kebijakan Bank badan usaha milik negara adalah badan usaha milik negara yang bergerak
Indonesia untuk merespon kenaikan permintaan uang dalam bidang pencetakan uang rupiah yaitu Perum Peruri.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 81


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

2012 Bank Indonesia menempuh kebijakan penguatan berkualitas di masyarakat baik dalam jumlah nominal
terhadap strategi manajemen pengadaan uang rupiah maupun jenis pecahan. Pada akhir tahun 2012 telah
yang telah ada sebelumnya. Penguatan strategi selesai pula kesepakatan HCU untuk pesanan cetak
tersebut tercermin dari upaya Bank Indonesia yang tahun 2013. Hal ini juga merupakan refleksi keberhasilan
secara intensif mengembangkan kerjasama pencetakan kebijakan penguatan strategi manajemen pengadaan uang
uang rupiah dengan Perum Peruri maupun dengan rupiah yang dilakukan sepanjang tahun 2012.
Kementerian BUMN yang membawahi Perum Peruri guna
meningkatkan efisiensi pengadaan uang rupiah. Pengadaan bahan baku uang rupiah tahun 2012

Sejalan dengan upaya tersebut, pada triwulan I 2012, Untuk memenuhi kebutuhan pencetakan uang rupiah
Bank Indonesia dan Perum Peruri berhasil menyelesaikan tahun 2012, Bank Indonesia menetapkan rencana
negosiasi pengadaan pencetakan uang rupiah dan pengadaan bahan baku uang rupiah. Pengadaan bahan
menyepakati Harga Cetak Uang Rupiah (HCU) 2012. baku ini meliputi pengadaan kertas uang dan pengadaan
Kesepakatan HCU 2012 tersebut menjadi landasan bagi logam uang.
penempatan pesanan cetak uang rupiah tahun 2012.
Berdasarkan rencana tersebut, Bank Indonesia
Adapun jumlah pesanan cetak uang rupiah berdasarkan
melaksanakan kegiatan pengadaan bahan baku uang
RCU 2012 adalah sebesar 4,75 miliar lembar/keping, yang
rupiah. Adapun jumlah pengadaan bahan baku uang
terdiri dari 3,88 miliar lembar uang rupiah kertas dan
rupiah yang ditetapkan untuk tahun 2012 sebanyak 7,36
872,66 juta keping uang rupiah logam dalam berbagai
miliar lembar/keping yang terdiri dari 6,78 miliar lembar
pecahan.
kertas uang dan 584,33 juta keping logam uang dalam
Permintaan uang kartal yang meningkat selama tahun berbagai pecahan. Sampai dengan akhir tahun 2012,
2012 disikapi dengan upaya untuk meningkatkan realisasi penerimaan kertas uang dan logam uang tahun
persediaan uang kartal Bank Indonesia. Untuk itu, 2012 masing-masing tercatat sebesar 100,00% dari jumlah
Bank Indonesia terus mendorong Perum Peruri untuk pengadaan yang ditetapkan. Dengan demikian, seluruh
meningkatkan kapasitas cetaknya. Upaya ini berhasil pesanan bahan uang telah diterima oleh Bank Indonesia
meningkatkan pasokan cetak uang rupiah yang sampai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
dengan akhir tahun 2012 mencatatkan realisasi
Sementara itu, diberlakukannya UU Mata Uang turut
penerimaan cetak sebanyak 4,87 miliar lembar/keping.
pula mempengaruhi mekanisme dan alur kerja kegiatan
Dari jumlah realisasi ini, terdapat sebanyak 3,96 miliar
pengadaan bahan baku uang rupiah yang dilakukan
lembar uang rupiah kertas dan uang rupiah logam
Bank Indonesia. Ketentuan Pasal 9 UU Mata Uang
sebanyak 872,66 juta keping. Adapun realisasi pencetakan
mengatur bahwa bahan baku uang rupiah yang digunakan
uang rupiah tersebut mencapai 101,87% dari Rencana
mengutamakan produk dalam negeri dengan tetap
Cetak Uang (RCU) 2012.
menjaga mutu, keamanan dan harga yang bersaing.
Berdasarkan denominasi, uang rupiah kertas yang paling
Ketentuan untuk mengutamakan penggunaan bahan baku
banyak dicetak selama tahun 2012 adalah pecahan
dalam negeri tersebut diakomodir pada Peraturan Bank
Rp50.000 dan Rp100.000, dengan pangsa sebesar 23,15%
Indonesia (PBI) Nomor 14/7/PBI/2012 dan Peraturan
dan 15,36% dari realisasi cetak. Sementara itu, pecahan
Dewan Gubernur Bank Indonesia (PDG) Nomor 14/13/
Rp500 mendominasi pencetakan uang rupiah logam
PDG/2012 tanggal 27 Juni 2012 tentang Pengelolaan Uang
dengan pangsa sebesar 29,52%.
Rupiah. PBI ini mengatur bahwa dalam hal mutu bahan
Pencapaian realisasi pencetakan uang rupiah ini uang telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
merupakan perwujudan komitmen Bank Indonesia untuk oleh Bank Indonesia, keamanan proses dan prosedur
senantiasa menjaga ketersediaan uang rupiah yang yang diterapkan oleh calon penyedia bahan baku uang

82 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

rupiah telah sesuai dengan standar internasional dan/atau perkiraan kebutuhan uang rupiah tahun 2013 atau
persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka: Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) 2013. Penyusunan EKU
a. dalam hal harga negosiasi terakhir yang diajukan dilakukan untuk menghitung tambahan kebutuhan uang
oleh 2 (dua) atau lebih calon penyedia bahan baku kartal masyarakat pada periode tertentu, termasuk
uang rupiah adalah sama, maka pengutamaan tambahan kebutuhan uang kartal untuk mengganti uang
produk dalam negeri dilakukan berdasarkan besaran rupiah tidak layak edar yang telah dimusnahkan oleh Bank
komponen dalam negeri pada bahan baku uang rupiah Indonesia. Selain itu, penyusunan EKU juga dilakukan
yang ditunjukkan dengan nilai tingkat komponen untuk menghitung tambahan kebutuhan uang kartal yang
dalam negeri yang tertinggi; dan/atau diperlukan untuk menjaga kecukupan persediaan uang
b. dalam hal terdapat calon penyedia bahan baku uang kartal yang dimiliki Bank Indonesia.
rupiah dalam negeri yang menawarkan produk dengan
EKU 2013 menghitung tambahan uang rupiah yang
nilai tingkat komponen dalam negeri sebesar 25% (dua
dibutuhkan oleh seluruh satuan kerja kas di KPBI dan
puluh lima persen) atau lebih, maka ditentukan harga
seluruh KPw DN Bank Indonesia selama tahun 2013.
evaluasi akhir berdasarkan harga negosiasi terakhir
Tambahan uang rupiah ini meliputi jumlah dan komposisi
dengan memperhitungkan preferensi harga paling
pecahan uang rupiah yang dibutuhkan oleh masing-
tinggi 15% (lima belas persen). Adapun penentuan
masing satuan kerja kas. Selanjutnya, EKU ini akan
pemenang penyedia bahan bakuuang rupiah dilakukan
menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan strategis
berdasarkan harga evaluasi akhir. Dalam hal terdapat
berupa penetapan rencana pengadaan bahan baku dan
2 (dua) atau lebih calon penyedia bahan baku uang
RCU tahun 2013.
rupiah dengan harga evaluasi akhir yang sama, maka
pemenang ditentukan berdasarkan nilai tingkat Penyusunan EKU 2013 dilakukan melalui forum Workshop
komponen dalam negeri yang tertinggi. Perencanaan, Pengadaan dan Distribusi Uang 2013
yang diikuti oleh seluruh satuan kerja kas baik di KPBI
Adapun penentuan nilai tingkat komponen dalam negeri
maupun KPw DN Bank Indonesia. Kegiatan workshop ini
dilakukan dengan mengacu pada daftar inventarisasi
diikuti pula oleh stakeholders terkait yaitu Kementerian
barang/jasa produksi dalam negeri yang diterbitkan oleh
Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) dan Perum
Kementerian yang membidangi urusan perindustrian.
Peruri selaku perusahaan pencetakan uang negara.
Kehadiran Kemenkeu RI pada workshop tersebut
Memperkuat Manajemen Pengadaan Uang selaras dengan amanat UU Mata Uang yang dituangkan
Rupiah Tahun 2013 melalui Penyusunan Estimasi
dalam Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan
Kebutuhan Uang (EKU) dan Rencana Cetak Uang
(RCU) 2013 Pemerintah sebagai wujud koordinasi dalam pelaksanaan
perencanaan uang rupiah.
Kebijakan penguatan strategi manajemen pengadaan uang
rupiah yang ditempuh Bank Indonesia untuk mewujudkan Berdasarkan hasil perhitungan terhadap proyeksi outflow
ketersediaan uang rupiah yang berkualitas juga tercermin dan inflow uang kartal, pemusnahan uang rupiah tidak
dalam penyusunan EKU dan RCU. Hal ini salah satunya layak edar (UTLE) serta mempertimbangkan kecukupan
terlihat dalam penyusunan EKU dan RCU 2013 yang persediaan uang kartal yang dimiliki, Bank Indonesia
dilakukan oleh Bank Indonesia melalui koordinasi dengan menetapkan EKU 2013 sebesar Rp193,53 triliun. EKU
Pemerintah sesuai dengan amanat UU Mata Uang. tersebut menjadi dasar bagi pemenuhan kebutuhan
seluruh satuan kerja kas Bank Indonesia serta menjadi
Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) 2013 pedoman bagi pelaksanaan kegiatan distribusi uang
rupiah dari KPBI ke ke satuan kerja kas di KPw DN Bank
Mengawali rangkaian proses manajemen pengadaan uang
Indonesia pada tahun 2013.
rupiah, pada bulan Mei 2012 Bank Indonesia menetapkan

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 83


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Penyusunan Rencana Cetak Uang (RCU) 2013 Sebagai bagian dari kebijakan penguatan strategi
pengelolaan uang rupiah, Bank Indonesia secara
Proyeksi kebutuhan uang kartal yang diperoleh dari
intensif melakukan kerjasama dengan Perum Peruri dan
penyusunan EKU 2013 menjadi dasar pijakan Bank
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kementerian
Indonesia dalam menghitung kebutuhan bahan baku dan
BUMN) yang membawahi Perum Peruri.Kerjasama ini
kebutuhan cetak uang rupiah atau RCU 2013. Penyusunan
dimaksudkan untuk menyelaraskan rencana pencetakan
RCU dilakukan dengan memperhatikan berbagai variabel
uang rupiah dengan kapasitas cetak Perum Peruri,
makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi
termasuk rencana investasi mesin pencetakan uang
dan inflasi maupun jumlah uang rupiah yang rusak dan
yang akan dilakukan Perum Peruri untuk meningkatkan
yang ditarik dari peredaran.
kemampuan cetaknya.
Berlakunya UU Mata Uang mengamanatkan adanya
koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah
Melakukan Pemantauan Kualitas Uang Rupiah
pada kegiatan pengelolaan uang rupiah yang menyangkut dan Pemantauan Pengolahan Uang Rupiah Layak
rencana tentang macam dan harga uang rupiah, proyeksi Edar (ULE) yang dilakukan oleh Perbankan dan
jumlah uang rupiah yang perlu dicetak, serta jumlah Perusahaan Cash in Transit (CIT)
uang rupiah yang rusak dan yang ditarik dari peredaran. Dalam memenuhi kebutuhan uang kartal, Bank Indonesia
Koordinasi tersebut diwujudkan Bank Indonesia dalam senantiasa mengedepankan upaya-upaya untuk menjaga
bentuk penyampaian informasi perhitungan sementara kualitas uang rupiah yang beredar di masyarakat dalam
RCU2013 secara tertulis kepada Kemenkeu RI pada kondisi yang layak edar. Selama tahun 2012, upaya
tanggal 5 September 2012. menjaga kualitas uang rupiah tersebut antara lain
Sebagai kelanjutan dari proses manajemen pengadaan dilakukan melalui pelaksanaan survei kualitas uang rupiah
uang, pada tanggal 28 Desember 2012, Bank Indonesia dan pemantauan terhadap kegiatan pengolahan uang
dan Perum Peruri telah menyelesaikan seluruh tahapan rupiah yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan
kegiatan proses pengadaan pencetakan uang rupiah Cash in Transit (CIT).
dan menyepakati HCU 2013 yang akan digunakan
sebagai dasar bagi pencetakan uang rupiah. Berdasarkan Pemantauan kualitas uang kartal yang beredar
kesepakatan tersebut, selama tahun 2013 Bank Indonesia melalui survei kualitas uang rupiah
akan menempatkan pesanan cetak uang rupiah yang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
terdiri dari 5,33 miliar lembar uang rupiah kertas dan dunia dengan jumlah pulau diperkirakan mencapai
1,68 miliar keping uang rupiah logam dalam berbagai 17.508 terbentang di wilayah seluas 1.919.440 km²
pecahan. yang sebagian besar pulaunya dipisahkan oleh lautan.
Sementara itu, untuk keperluan pencetakan uang rupiah Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi upaya Bank
tahun 2013, Bank Indonesia melaksanakan proses Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang kartal layak
pengadaan bahan baku uang rupiah berupa logam uang edar masyarakat. Ditengah tantangan kondisi geografis
dan kertas uang. Seluruh rangkaian proses pengadaan tersebut, Bank Indonesia dituntut untuk mengembangkan
logam uang untuk pecahan Rp1.000, Rp500, Rp200 dan strategi pengelolaan uang rupiah yang mampu menjamin
Rp100 serta pengadaan kertas uang pecahan Rp100.000, ketersediaan uang kartal secara lebih merata di seluruh
Rp50.000, Rp10.000 dan Rp5.000 telah dirampungkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pada akhir tahun 2012. Sedangkan proses pengadaan dengan tetap mengedepankan kualitas uang yang layak
kertas uang pecahan Rp20.000 dan Rp2.000 akan edar.
diselesaikan pada awal tahun 2013.

84 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Untuk itu, berbagai upaya memperkuat strategi Hasil survei menunjukkan beberapa informasi sebagai
pengelolaan uang rupiah melalui penguatan layanan kas berikut :
terus dilakukan oleh Bank Indonesia. Penguatan strategi a. Dari seluruh jenis pecahan uang rupiah kertas yang
layanan kas tersebut tercermin pada pengembangan beredar di masyarakat saat ini, pecahan Rp10.000 dan
layanan Kas Titipan dan Kas Keliling dalam pemenuhan Rp5.000 merupakan pecahan yang paling dibutuhkan
kebutuhan uang layak edar masyarakat di seluruh wilayah untuk transaksi pembayaran masyarakat. Disisi lain
NKRI, disamping secara rutin melakukan pengiriman tercatat sebanyak 21,9% responden yang menyatakan
uang rupiah ke KPw DN Bank Indonesia untuk menjaga kebutuhannya terhadap uang rupiah logam pecahan
kecukupan persediaan uang rupiah di seluruh satuan kerja Rp500 dan sebanyak 15,1%, responden memerlukan
kasnya. uang logam pecahan Rp1.000. Hasil survei juga
menunjukkan rendahnya penggunaan uang logam
Sampai dengan akhir tahun 2012, layanan kas yang
pecahan Rp200 ke bawah dalam aktivitas transaksi
dilakukan Bank Indonesia secara umum digolongkan
masyarakat.
menjadi layanan kas dalam kantor dan layanan kas luar
b. Keberadaan layanan kas titipan mempengaruhi
kantor. Layanan kas dalam kantor merupakan kegiatan
perbedaan kebutuhan uang kartal di wilayah layanan
penerimaan setoran dan penarikan uang rupiah untuk
kas titipan dengan wilayah di luar kas titipan, namun
memenuhi kebutuhan uang kartal perbankan. Layanan ini
jumlahnya tidak signifikan. Untuk uang rupiah kertas,
dilakukan di seluruh satuan kerja kas yang ada di KPBI dan
kedua wilayah menunjukkan kebutuhan yang sama
di 39 KPw DN Bank Indonesia. Sedangkan layanan kas luar
akan uang rupiah pecahan kecil khususnya pecahan
kantor yang dilakukan pada tahun 2012 meliputi layanan
Rp10.000 dan Rp5.000. Sementara untuk uang
kas titipan bagi masyarakat di 19 lokasi blankspot areas
rupiah pecahan besar atau uang pecahan Rp20.000
serta layanan kas keliling yang dilakukan oleh seluruh
ke atas, responden di wilayah layanan kas titipan
satuan kerja kas Bank Indonesia di wilayah kerjanya
menunjukkan kebutuhan akan ketersediaan uang
masing-masing.
rupiah pecahan besar dalam denominasi yang lebih
Untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan tinggi dibanding wilayah di luar layanan kas titipan.
penguatan strategi layanan kas luar kantor, terutama Uang pecahan Rp50.000 merupakan pecahan yang
layanan kas titipan dalam memenuhi kebutuhan uang paling dibutuhkan masyarakat di wilayah kas titipan,
kartal masyarakat, pada tahun 2012 Bank Indonesia sementara pecahan tertinggi yang paling banyak
melaksanakan pemantauan kualitas uang melalui digunakan masyarakat di luar wilayah kas titipan
survei kualitas uang rupiah. Survei ini membandingkan adalah pecahan Rp20.000. Adapun untuk uang rupiah
pemenuhan kebutuhan uang dan kualitas uang rupiah logam, transaksi masyarakat di wilayah kas titipan
yang beredar di wilayah lokasi layanan kas titipan paling banyak menggunakan pecahan Rp1.000,
dengan wilayah lainnya yang belum terlayani oleh sementara sebagian besar responden di wilayah di
kas titipan.Selain itu, untuk memperkaya hasil survei luar kas titipan lebih membutuhkan uang rupiah logam
dan memperoleh informasi awal tentang pemenuhan dalam denominasi yang lebih rendah yaitu Rp500.
kebutuhan dan kualitas uang rupiah, survei juga dilakukan Kebutuhan akan ketersediaan uang rupiah pecahan
di beberapa wilayah yang merupakan daerah terpencil Rp1.000 masih cukup tinggi di kedua wilayah survei,
dan terdepan NKRI. Survei dilaksanakan di 8 wilayah namun demikian terdapat preferensi yang lebih
yang terdiri atas 3 wilayah yang dilayani oleh kas titipan tinggi terhadap uang rupiah kertas pecahan Rp1.000
dan 3 wilayah yang tidak dilayani oleh kas titipan, serta 2 dibandingkan uang rupiah logam dengan denominasi
wilayah yang merupakan daerah terpencil dan terdepan yang sama. Hal ini tercermin dari jumlah penarikan
NKRI sebagai pembanding. (outflow) uang rupiah kertas pecahan Rp1.000 yang

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 85


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

sampai dengan pertengahan tahun 2012 tercatat lebih dibanding kualitas pecahan lainnya yang diperoleh
tinggi dibanding logam. melalui transaksi. Hal ini terlihat dari kualitas sebagian
c. Berdasarkan kemudahan untuk memperoleh uang besar uang rupiah kertas pecahan Rp100.000 dan
pecahan tertentu, masyarakat di wilayah kas titipan Rp50.000 yang diperoleh dari ATM yang kualitasnya
dan di luar wilayah kas titipan sama-sama merasakan berada Kondisi
pada level 12 dan 14 (kondisi layak edar) atau
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan uang rupiah dengan angka indeks di atas 5 (dari maksimum 6).
pecahan Rp100.000 sampai dengan uang rupiah logam Sementara itu, pecahan Rp20.000 yang diperoleh dari
pecahan Rp500. Kesulitan pemenuhan kebutuhan transaksi, kualitasnya cukup layak yaitu pada level 8
uang rupiah mulai dirasakan pada pemenuhan dan 10, dengan angka indeks 3,2 (dari maksimum 5).
kebutuhan uang rupiah kertas pecahan Rp1.000. Angka indeks uang rupiah kertas pecahan Rp2.000
Sementara itu, kemudahan untuk memperoleh uang s.d Rp10.000 berada di atas 2 atau pada kualitas
rupiah kertas pecahan Rp20.000 sampai dengan level 7–8. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
Rp2.000 lebih dirasakan oleh responden di wilayah uang rupiah semakin lusuh pada pecahan dengan
kas titipan, sedangkan uang rupiah kertas pecahan denominasi yang lebih rendah. Khusus untuk pecahan
Rp100.000, Rp50.000 dan Rp1.000 lebih mudah Rp1.000, sebagian besar responden menyatakan
dijumpai di wilayah di luar kas titipan. Seluruh dapat menerima dengan kualitas indeks 1,5 (lusuh).
responden di wilayah layanan kas titipan, merasa Kualitas uang rupiah di wilayah layanan kas titipan
kesulitan memenuhi kebutuhan uang rupiah logam yang diperoleh melalui ATM dan teller bank relatif
pecahan Rp200, sementara seluruh responden baik di lebih baik dibandingkan kualitas uang rupiah di luar
wilayah kas titipan maupun di luar wilayah kas titipan wilayah layanan kas titipan. Namun demikian, kualitas
merasa kesulitan memenuhi kebutuhan uang rupiah uang rupiah yang diperoleh responden di luar wilayah
logam pecahan Rp50. layanan kas titipan melalui transaksi tunai lainnya,
d. Dilihat dari sumber perolehan uang, sebagian relatif lebih baik dibandingkan uang yang diperoleh
besar uang rupiah kertas pecahan Rp100.000 dan responden di wilayah layanan kas titipan.
Rp50.000 diperoleh dari Anjungan Tunai Mandiri f. Berdasarkan ekspektasi masyarakat, kualitas uang
(ATM), masing-masing sebesar 49,1% dan 51,2%. rupiah kertas yang beredar untuk pecahan Rp50.000
Adapun untuk pecahan Rp20.000 ke bawah, dan Rp100.000 lebih tinggi dari ekspektasi responden.
sebagian besar responden atau lebih dari 85% Adapun kualitas pecahan Rp20.000 dan Rp10.000
responden memperolehnya dari hasil transaksi. sedikit lebih rendah dari ekspektasi masyarakat,
Survei menunjukkan bahwa uang rupiah pecahan sementara uang rupiah kertas pecahan Rp5.000
besar Rp100.000 dan Rp50.000 lebih banyak ke bawah kualitasnya lebih rendah dari ekspektasi
diperoleh masyarakat dari ATM dibandingkan sumber masyarakat. Secara umum, kualitas uang rupiah
perolehan uang lainnya seperti teller bank ataupun pecahan besar di daerah yang tidak terlayani kas
transaksi masyarakat sehari-hari. Disisi lain, survei titipan lebih baik dibandingkan dengan wilayah kas
memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat titipan. Sebaliknya, uang rupiah pecahan kecil yang
di luar wilayah kas titipan yang lebih besar terhadap beredar di wilayah layanan kas titipan memiliki kualitas
teller bank dan transaksi lainnya sebagai sumber yang lebih baik dibanding wilayah di luar kas titipan.
perolehan uang dibanding masyarakat di wilayah kas
Memperhatikan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
titipan.
survei tersebut, Bank Indonesia menyimpulkan bahwa
e. Berdasarkan kualitasnya, uang rupiah kertas pecahan
secara umum penerapan strategi layanan kas titipan
Rp100.000 dan Rp50.000 yang kebanyakan diperoleh
di wilayah yang tidak dapat dijangkau secara langsung
melalui ATM memiliki kualitas yang sangat baik
oleh layanan kas Bank Indonesia cukup efektif dalam

86 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat khususnya kualitas uang rupiah yang ditetapkan oleh Bank
uang rupiah pecahan kecil. Hal ini terlihat dari kualitas Indonesia. Sebagain besar bank tidak membedakan
uang rupiah di daerah layanan kas titipan yang lebih baik standar kualitas uang rupiah untuk kebutuhan ATM,
dibanding wilayah di luar kas titipan. teller, TUKAB maupun kualitas uang rupiah yang akan
disetorkan ke Bank Indonesia, dimana seluruhnya
Pemantauan pengolahan uang rupiah layak menggunakan standar fit.
edar (ULE) yang dilakukan oleh perbankan dan c. ketiga bank sudah melengkapi lokasi pengolahan atau
perusahaan CIT
sortasi uangnya dengan sarana security system berupa
Salah satu strategi kebijakan yang ditempuh Bank kamera pengawas (CCTV) dan/atau tenaga pengawas.
Indonesia untuk memenuhi ketersediaan uang kartal Disisi lain, belum semua CIT melengkapi lokasi
berkualitas dimasyarakat adalah melalui penguatan fungsi pengolahan uangnya dengan sarana tersebut.
pemantauan terhadap kegiatan cash processing yang
dilakukan oleh perbankan maupun perusahaan Cash in
Meningkatkan Upaya Penanggulangan Peredaran
Transit (CIT). Pemantauan dilakukan untuk memastikan Uang Rupiah Palsu
kesesuaian kualitas uang rupiah yang diedarkan oleh
Berbagai tantangan dihadapi Bank Indonesia dalam
perbankan maupun kualitas uang hasil olahan CIT
upaya untuk memenuhi ketersediaan uang kartal yang
terhadap standar kualitas uang rupiah layak edar (ULE)
berkualitas di masyarakat. Diantara tantangan itu salah
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Adapun penentuan
satunya adalah adanya risiko peredaran uang rupiah palsu
kesesuaian standar kualitas ULE mengacu pada “Buku
yang berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat
Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang
dalam menggunakan uang rupiah. Menyikapi hal ini,
Rupiah” yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun
selama tahun 2012 Bank Indonesia mengambil langkah
2010.
kebijakan untuk memperkuat strategi penanggulangan
Melanjutkan kegiatan pemantauan yang telah peredaran uang rupiah palsu yang dilakukan baik secara
dilaksanakan pada tahun sebelumnya, pada tahun 2012 preventif maupun represif.
Bank Indonesia kembali melakukan pemantauan terhadap
Upaya preventif penanggulangan peredaran uang rupiah
kegiatan cash processing yang dilaksanakan oleh 3 bank
palsu dilakukan dengan meningkatkan kualitas uang
umum dan 2 CIT di wilayah kerja KPwDN Bank Indonesia
rupiah, melaksanakan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian
Cirebon. Pemantauan dilakukan terhadap metodologi
Uang Rupiah serta menyebarluaskan informasi keaslian
pengolahan uang, standar kualitas serta kualitas uang
uang rupiah melalui Iklan Layanan Masyarakat (ILM)
rupiah hasil sortasi yang dilakukan perbankan maupun
di berbagai media massa. Selain itu, upaya preventif
CIT. Disamping itu, Bank Indonesia juga melakukan
juga ditempuh melalui jalur pendidikan yaitu dengan
pemantauan terhadap kondisi area kas di masing-masing
memasukkan materi ciri-ciri keaslian uang rupiah dalam
bank dan CIT.
kurikulum pendidikan di berbagai jenjang pendidikan
Dari hasil pemantauan, dapat disimpulkan beberapa hal sekolah.
sebagai berikut:
Sementara itu, upaya represif penanggulangan peredaran
a. sebagian besar bank masih melakukan pengolahan
uang rupiah palsu dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
dan sortasi uang secara manual, sedangkan
terus mengintensifkan koordinasi pemberantasan uang
pengolahan dan sortasi uang yang dilakukan oleh CIT
rupiah palsu dengan institusi penegakan hukum yaitu
telah menggunakan mesin.
Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Mengacu pada UU
b. kualitas uang rupiah hasil sortasi yang dilakukan
Mata Uang, selain menjadi bagian dari Badan Koordinasi
perbankan cukup baik dan telah sesuai dengan standar

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 87


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Pemberantasan Uang Rupiah Palsu (BOTASUPAL), upaya Indonesia terus memperluas jangkauan Sosialisasi Ciri-ciri
represif juga ditempuh Bank Indonesia melalui perannya Keaslian Uang Rupiah ke masyarakat. Pada tahun 2012,
sebagai saksi ahli dalam persidangan kasus tindak pidana KPBI menandatangani Nota Kesepahaman pelaksanaan
uang rupiah palsu. Disamping itu, Bank Indonesia juga diseminasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah dengan Asosiasi
membantu Kepolisian dalam melakukan uji laboratorium Perusahaan Jasa Angkut Uang Tunai dan Barang Berharga
terhadap barang bukti uang rupiah palsu serta Indonesia (APJATIN) dan Nota Kesepahaman dengan
mengakomodir pelaksanaan pemusnahan barang bukti Perhimpunan Pengusaha Hiburan dan Rekreasi Umum
uang rupiah palsu yang merupakan kewenangan penuh (PPHRU). Sebagai tindak lanjut dari penandatangan MoU
dari aparat penegak hukum sebagaimana yang pernah ini, KPBI telah melaksanakan sebanyak 6 kali kegiatan
dilakukan pada tahun 2011. Training of the Trainers (ToT) dan 11 kali kegiatan

Melalui seluruh rangkaian upaya penanggulangan


Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah.
peredaran uang rupiah palsu yang dilakukan Bank
Indonesia baik secara preventif maupun represif, Selain di KPBI, kegiatan ToT dan sosialisasi ciri keaslian
masyarakat diharapkan memiliki keyakinan yang tinggi uang rupiah juga dilakukan oleh seluruh KPw DN Bank
pada uang rupiah. Keyakinan ini tumbuh karena uang Indonesia di wilayah kerjanya masing-masing. Salah
rupiah yang beredar di masyarakat memiliki kualitas yang satunya dilakukan oleh KPw DN Bank Indonesia Wilayah
dapat diterima,nilai ekonomi yang terpercaya, dan aman III (Bali dan Nusa Tenggara). Bekerjasama dengan PT.
dari pemalsuan serta mudah dikenali ciri-ciri keasliannya. ASDP Indonesia Ferry Cabang Padangbai, Bank Indonesia
menyelenggarakan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang
Iklan Layanan Masyarakat mengenai Ciri-ciri Rupiah dan Cara Memperlakukan Uang Rupiah. Selain
Keaslian Uang Rupiah dan Cara Memperlakukan diikuti oleh para pegawai PT. ASDP, kegiatan ini juga diikuti
Uang
oleh stakeholders PT. ASDP Indonesia Ferry dan instansi
Upaya untuk memperluas jangkauan penyebaran lainnya yang ada di sekitar wilayah pelabuhan, seperti
informasi ciri-ciri keaslian uang rupiah juga dilakukan Kepolisian KP3 laut Padangbai.
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
Memasyarakatkan ciri keaslian uang rupiah sekaligus
komunikasi yang saat ini telah menjangkau hampir seluruh
memamerkan produk-produk unggulan binaan Bank
wilayah di Indonesia. Setelah sukses memasyarakatkan
Indonesia, dilakukan oleh KPw DN Daerah Istimewa
ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui Iklan Layanan
Yogyakarta. Selama 3 (tiga) hari, Bank Indonesia
Masyarakat (ILM) dengan tagline “Dilihat, Diraba dan
melakukan sosialisasi ciri keaslian uang rupiah kepada
Diterawang” yang populer dengan isitilah “3D”, Bank
UMKM, koperasi maupun masyarakat umum yang
Indonesia mulai mengkampanyekan edukasi mengenai
berkunjung ke Pameran Gebyar UMKM, Koperasi, PKBL
cara memperlakukan uang rupiah dengan baik dan benar.
dan Produk Unggulan Daerah.
Publikasi dilakukan melalui ILM yang mengusung tagline
“Didapat, Disayang dan Disimpan “ atau “3D Generasi Lain lagi dengan KPw DN Bank Indonesia Wilayah I
Dua”. (Sulawesi, Maluku dan Papua). Melalui kegiatan Festival
Sayang Rupiah “Rupiahku, Kebanggaanku, Ada Masalah?”,
Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah Bank Indonesia melaksanakan sosialisasi ciri keaslian uang
rupiah dan cara memperlakukan uang rupiah kepada
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
siswa-siswi setingkat Sekolah Menengah Pertama di
masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah sehingga
Makassar. Selain sosialiasi, pada festival ini juga diadakan
mudah dibedakan dengan uang rupiah palsu, Bank

88 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

pertunjukan bakat dan permainan pengetahuan mengenai kesenian tradisional seperti wayang dan opera lokal, Bank
kebanksentralan, disamping mengkampanyekan gerakan Indonesia menyebarluaskan informasi ciri keaslian uang
menabung kepada para pelajar. rupiah dan cara memperlakukan uang rupiah ke seluruh
lapisan masyarakat. Metode sosialisasi ini juga dilakukan
Selain kegiatan ToT dan sosialisasi, penyebaran informasi
sebagai bentuk partisipasi aktif Bank Indonesia dalam
ciri keaslian uang rupiah juga dilakukan melalui kegiatan
melestarikan kebudayaan nasional Indonesia.
pagelaran kesenian tradisonal. Melalui lakon tokoh dalam

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 89


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

3D Generasi Dua
Boks 8.1 (Didapat, Disayang dan Disimpan)

Selama ini telah dikenal di khalayak umum bahwa Iklan Layanan Masyarakat (ILM) 3D atau “Dilihat, Diraba
dan Diterawang” dipublikasikan sebagai bentuk tanggung jawab Bank Indonesia dalam memasyarakatkan
ciri-ciri keaslian uang rupiah.Ini merupakan salah satu upaya preventif yang dilakukan Bank Indonesia dalam
menanggulangi pemalsuan uang rupiah. Seiring dengan itu, dalam setiap kegiatan publikasi ciri-ciri keaslian uang
rupiah yang dilakukan, Bank Indonesia juga mempublikasikan mengenai cara memperlakukan uang rupiah secara
baik dan benar yang dikenal dengan “Didapat, Disayang dan Disimpan” atau “3D Generasi Dua”.
“Didapat, Disayang dan Disimpan” mengajak masyarakat untuk membiasakan diri dengan budaya menghargai
uang sebagai hasil dari kerja keras yang telah dilakukan. Budaya menghargai uang ini dilakukan dengan
menghindari dari segala cara memperlakukan uang yang mengarah atau dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan fisik uang, antara lain mencoret, meremas, melipat, mengotori dan membasahi. Selanjutnya, uang
disimpan secara benar pada tempatnya, antara lain dengan tidak melipat uang ketika disimpan dan menyediakan
tempat penyimpanan yang dapat memuat lembaran uang. Budaya menghargai uang rupiah ini menjadi penting
selain karena kedudukannya sebagai salah satu simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia, uang rupiah juga
berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah. Sebagai alat pembayaran, uang memiliki usia edar tertentu yang
dapat diperpanjang usianya apabila masyarakat menghargai dan memperlakukan uang rupiah dengan baik.
Publikasi 3D Generasi Dua “Didapat, Disayang dan Disimpan” bertujuan agar uang rupiah yang diedarkan oleh
Bank Indonesia dapat lebih lama beredar dan berputar di masyarakat dengan kondisi yang layak edar. Kondisi fisik
uang rupiah yang layak edar diantaranya memiliki tanda-tanda pengaman dalam kondisi yang baik dan terjaga
termasuk didalamnya warna dan jenis unsur pengaman uang.Oleh karena itu uang rupiah yang diperlakukan
dengan baik dan benar akan mudah dikenali ciri keasliannya sehingga pemegang uang rupiah tersebut akan
terhindar dari upaya pemalsuan uang.

Evaluasi terhadap 3D Generasi Dua


Evaluasi dan survei secara cepat telah dilakukan oleh lembaga konsultan yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk
mengukur efektivitas program komunikasi keaslian uang rupiah termasuk melakukan konsep tes terhadap 3D
Generasi Dua (Didapat, Disayang dan Disimpan). Survei dilakukan terhadap responden yang terdiri dari masyarakat
umum, kasir, merchant, guru dan pelajar dengan wilayah survei meliputi Jabodetabek, Lampung, Sukabumi dan
Makassar.

Area Survei Kelompok Respondent

Jabodetabek Masyarakat umum, Kasir, Merchant


Lampung Masyarakat umum, Kasir, Merchant
Sukabumi Masyarakat umum, Pelajar, Guru
Makassar Masyarakat umum, Kasir, Merchant

90 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Hasil survei menunjukkan bahwa secara umum istilah 3D Generasi Dua ini dianggap membingungkan
Kebingungan ini diakibatkan karena mayoritas responden mempersepsikan uang sebagai alat transaksi, sehingga
uang seharusnya untuk digunakan bukan untuk disayang dan disimpan. Selain itu, tagline 3D Generasi Dua
“Didapat, Disayang, Disayang” ini dirasakan kurang sesuai dengan message yang ingin disampaikan.
Hal lain yang turut mengemuka pada survei ini adalah bahwa penggunaan tagline 3D sudah identik di masyarakat
sebagai carauntuk mengidentifikasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, sehingga ketika digunakan juga sebagai tagline
cara memperlakukan uang, istilah 3D ini dianggap tidak kreatif.

Persepsi %

Kata-kata disayang dan disimpan membingungkan, uang untuk digunakan bukan untuk disimpan 55%
Kata-kata kurang mengena 12%
Kurang enak didengar 7%
Tidak kreatif, 3D sudah identik dengan cara mengidentifikasi keaslian uang 6%
Informasi terlalu berlebihan, orang sudah tahu cara memperlakukan uang 6%
Kata-katanya susah dimengerti 5%

Namun demikian, meskipun dianggap membingungkan dan kata-katanya kurang mengena, responden
menyatakan cukup setuju terhadap pesan yang ingin disampaikan mengenai cara memperlakukan uang dengan
baik dan benar yang dikemas dengan tagline 3D.
Dengan pertimbangan agar uang yang ada di masyarakat dapat beredar dan berputar lebih lama, maka pesan
yang terkandung dalam 3D “Didapat, Disayang, Disimpan” mengenai cara memperlakukan uang memiliki makna
yang sangat penting. Agar penyampaiannya dapat lebih efektif mengena kepada masyarakat, kedepan Bank
Indonesia akan mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif dan mengena ke masyarakat.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 91


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Rintisan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah melalui Untuk itu, pada tahun 2012, Bank Indonesia
Jalur Pendidikan mengembangkan kerjasama dengan Kementerian Agama
Memenuhi amanat pasal 29 ayat (2) UU Mata Uang, Bank dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi untuk
Indonesia berkewajiban untuk memberikan informasi memasukkan materi edukasi keaslian uang rupiah dalam
dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat
kepada masyarakat. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang termasuk Madrasah Aliyah. Sementara di Provinsi Jawa
rupiah ini disampaikan melalui berbagai metode dan Barat, Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian
media publikasi, baik secara langsung maupun tidak Agama Provinsi Jawa Barat mengembangkan silabus
langsung. Metode publikasi yang dipandang cukup efektif materi ajar Kebanksentralan, termasuk di dalamnya
untuk menyampaikan pesan mengenai keaslian uang materi keaslian uang rupiah, bagi pelajar di seluruh
rupiah ini salah satunya adalah melalui jalur pendidikan. tingkatan madrasah.

Rintisan Edukasi Keaslian Uang Rupiah melalui Jalur Pendidikan


Boks 8.2 – Pilot Project Edukasi Kebanksentralan di Kabupaten Sukabumi
dan di Provinsi Jawa Barat

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia diamanatkan untuk
memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah kepada masyarakat. Ciri-ciri
keaslian uang rupiah perlu diketahui secara luas di masyarakat sebagai upaya untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat agar terhindar dari kejahatan pemalsuanuang rupiah.
Sebagai bagian dari upaya preventif penanggulangan peredaran uang rupiah palsu, Bank Indonesia terus
mengembangkan kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah yang diantaranya ditempuh melalui jalur pendidikan
yaitu melalui kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan materi edukasi
mengenai ciri keaslian uang rupiah dalam kurikulum sekolah. Disamping itu, penyebaran informasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah juga dilakukan melalui kegiatan training of trainers (ToT) kepada masyarakat pemegang uang tunai
(cash handlers), perbankan dan aparat penegak hukum. Sosialisasi keaslian uang rupiah juga ditempuh melalui
pengisian gap pengetahuan masyarakat dalam bentuk kesenian tradisional yang sekaligus bertujuan untuk
melestarikan kebudayaan bangsa.
Selama tahun 2012, Bank Indonesiaterus mengembangkan strategi sosialisasi keaslian uang rupiah yang salah
satunya ditempuh dengan strategi rintisan edukasi keaslian uang rupiah melalui jalur pendidikan. Sosialisasi melalui
jalur pendidikan dipandang mempunyai keunggulan tersendiri, salah satunya yakni manfaat sosialisasi dirasakan
oleh masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Pada usia dini masyarakat telah diajak untuk mengenali ciri-
ciri keaslian uang rupiah sehingga terbentuk perilaku dan kesadaran untuk mencintai uang rupiah sebagai simbol
kedaulatan Negara.
Rintisan sosialisasi keaslian uang rupiah pada tahun 2012 diwujudkan dalam dua pilot poject, yakni Pilot Project
Edukasi Sekolah Menengah Atas dan Sederajat termasuk Madrasah Aliyah di Kabupaten Sukabumi dan Pilot Project
Edukasi Madrasah di Provinsi Jawa Barat.

92 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Pilot Project Edukasi Sekolah Menengah Atas dan Sederajat di Kabupaten Sukabumi
Sebagai bentuk pelaksanaan pasal 29 ayat (2) UU Mata Uang, Bank Indonesia berkewajiban untuk memberikan
informasi dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah kepada masyarakat. Berbagai metode, media
atau saluran digunakan untuk melakukan publikasi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
metode publikasi yang dipandang efektif untuk menyampaikan pesan mengenai tanda keaslian uang rupiah
adalah melalui jalur pendidikan.
Langkah ini ditempuh oleh Bank Indonesia dengan memasukkan materi Kebanksentralan, yang mana salah satu
materinya adalah mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, ke dalam kurikulum mata pelajaran Sekolah Menengah
Atas atau Sederajat. Materi Kebanksentralan ini dimasukkan dalam mata pelajaran Ekonomi pada kurikulum
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, sedangkan di Sekolah Menengah Kejuruan materi ini disisipkan
dalam mata pelajaran Kewirausahaan. Wilayah yang dipilih sebagai pilot project kegiatan ini adalah Kabupaten
Sukabumi dengan mempertimbangkan kasus pemalsuan uang rupiah yang cukup menonjol di Sukabumi serta
lokasinya yang cukup dekat dengan Kantor Pusat Bank Indonesia.
Pilot Project Edukasi Kebanksentralan ini diawali dengan upaya menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan
(Disdik) dan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi untuk memasukkan materi dimaksud ke
dalam silabus mata pelajaran ekonomi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah serta mata pelajaran
kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan untuk tahun ajaran 2011-2012. Tujuan kerja sama tersebut adalah
agar materi Bank Indonesia dan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah menjadi salah satu materi pelajaran yang wajib
diajarkan kepada pelajar SMA, MA dan SMK di wilayah Kabupaten Sukabumi secara berkelanjutan.
Melalui kerjasama ini, sejak tahun 2011, materi Kebanksentralan termasuk materi ciri-ciri keaslian uang rupiah
telah diajarkan di 174 SMA, MA dan SMK di Kabupaten Sukabumi. Selain memasyarakatkan ciri-ciri keaslian uang
rupiah, dimasukkannya materi mengenai keaslian uang rupiah dalam silabus mata pelajaran untuk SMA dan
Sederajat juga memberikan manfaat lain seperti :
a. Peserta didik lebih mengenal dan memahami tujuan, peran dantugas Bank Indonesia maupun perbedaan Bank
Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia dengan bank umum.
b. Selain di sekolah, para guru dapat menjadi narasumber mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dalam kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan di wilayahnya.

Pilot Project Edukasi Sekolah Menengah Atas dan Sederajat di Provinsi Jawa Barat
Berkaca pada pelaksanaan pilot project edukasi di Kabupaten Sukabumi, Bank Indonesia kembali melakukan
perluasan pelaksanaan pilot project edukasi untuk memberikan materi edukasi Kebanksentralan di Provinsi
Jawa Barat. Materi Kebanksentralan yang diberikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada tahun 2012, Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian
Agama Republik Indonesia telah memulai penyusunan kurikulum Kebanksentralan untuk Madrasah Aliyah,
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiah. Direncanakan pada tahun ajaran baru tahun 2013, siswa-siswa
pada ketiga tingkatan madrasah tersebut telah dapat menerima materi pelajaran Kebanksentralan.
Ruang lingkup kerjasama antara Bank Indonesia dan Kemenag RI meliputi penyusunan model silabus, modul
pengajaran, bahan ajar kepada pengajar, implementasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. Adapun
cakupan materi Kebanksentralan yang dimaksudkan untuk memperkaya program tersebut diantaranya adalah
program Ayo ke Bank dan materi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah untuk mata pelajaran IPS di jenjang Madrasah
Ibtidaiah dan Madrasah Tsanawiah.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 93


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Banyak pengalaman menarik yang diperoleh Bank Indonesia pada saat menyusun materi bahan ajar
Kebanksentralan ini. Pengalaman ini tentunya memperkaya khasanah nilai-nilai dan pengetahuan mengenai
Kebanksentralan yang akan diberikan kepada peserta didik. Ungkapan waktu adalah uang, seringkali kita dengar.
Benarkah waktu adalah uang? Tidak selamanya waktu adalah uang, karena waktu juga dipergunakan untuk
menjalin persahabatan dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ungkapan yang sungguh menyentuh ini
adalah salah satu ekspresi guru Madrasah Tsanawiyah yang menjadi anggota Tim Penulisan bahan ajar materi
Kebanksentralan. Makna mendalam yang terkandung dalam ungkapan ini dituangkan kembali sebagai nilai-nilai
luhur yang akan memperkaya penulisan materi ajar Kebanksentralan.
Sampai dengan akhir tahun 2012, seluruh modul silabus untuk Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Ibtidaiah telah berhasil diselesaikan. Diharapkan pada tahun ajaran baru 2013 program edukasi
Kebanksentralan ini sudah menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa di tiga tingkatan madrasah tersebut.
Disamping itu, program edukasi Kebanksentralan ini juga diharapkan sudah diterapkan sebagai bahan ajar pada
tingkat nasional. Dengan demikian, program pilot project edukasi Kebanksentralan ini menjadi jangkar penting
bagi peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Ekonomi.
Dengan bekal pengetahuan yang baik mengenai mampu menjadi motor dalam gerakan perlindungan konsumen
terhadap kejahatan pemalsuan uang rupiah.

Upaya Represif Penanggulangan Peredaran Uang sejalan dengan amanat Pasal 29 UU Mata Uang yang
Rupiah Palsu sebagai Amanat UU Mata Uang
mewajibkan Bank Indonesia untuk memberikan informasi
Mata uang merupakan salah satu lambang kedaulatan dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah
suatu negara. Segala bentuk kejahatan terhadap mata kepada masyarakat, serta memberikan klarifikasi tentang
uang termasuk pemalsuan uang merupakan tindakan yang uang rupiah yang diragukan keasliannya.
merendahkan kehormatan negara dan menjadi ancaman
Selain itu, untuk mendukung penanganan kasus tindak
serius bagi kedaulatan suatu negara. Adanya sanksi
pidana uang rupiah palsu yang dilakukan oleh pihak
pidana yang tegas bagi para pelaku kejahatan pemalsuan
Kepolisian, Bank Indonesia memberikan bantuan
uang merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti uang
menanggulangi meluasnya peredaran uang rupiah palsu di
rupiah palsu. Hasil pemeriksaan laboratoris ini digunakan
masyarakat.
oleh pihak Kepolisian dalam proses pelimpahan kasus
Menyadari hal ini, Bank Indonesia terus mengembangkan tindak pidana uang rupiah palsu ke Kejaksaan dan
upaya-upaya represif untuk menanggulangi peredaran melengkapi berkas perkara pada saat persidangan.
uang rupiah palsu di masyarakat. Upaya ini salah
Disisi lain, untuk memenuhi amanat Pasal 28 ayat (3) UU
satunya ditempuh melalui koordinasi dan kerjasama
Mata Uang, Bank Indonesia secara aktif mengambil bagian
penanggulangan peredaran uang rupiah palsu dengan
dalam pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan
aparat penegak hukum sebagai pihak yang memiliki
Uang Rupiah Palsu (BOTASUPAL). Selain Bank Indonesia,
kewenangan penuh dalam penanganan tindak pidana
badan koordinasi ini terdiri dari unsur Badan Intelijen
uang palsu.
Negara (BIN), POLRI, Kejaksaan Agung dan Kementerian
Koordinasi dan kerjasama ini salah satunya diwujudkan Keuangan, yang diketuai oleh Kepala BIN. Adapun
melalui peranan Bank Indonesia sebagai saksi ahli dalam ketentuan mengenai tugas, wewenang dan tanggung
peradilan kasus temuan uang rupiah palsu. Peranan ini jawab Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu

94 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

tersebut diatur dalam Perpres Nomor 123 Tahun 2012 kegiatan distribusi uang rupiah yang dilakukan Bank
yang mulai berlaku tanggal 7 Desember 2012. Indonesia selama tahun 2012.

Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia memperkuat


8.2 Distribusi dan Pengolahan Uang Rencana Distribusi Uang (RDU) yang merupakan pedoman
Rupiah yang Aman dan Terpercaya operasional bagi pelaksanaan pengiriman uang ke satuan
Memenuhi misinya di bidang pengelolaan uang untuk kerja kas. Penyusunan RDU tersebut mengacu pada
menyediakan kebutuhan uang kartal masyarakat dalam Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) yang telah ditetapkan
jumlah nominal yang cukup, pecahan yang sesuai, layak dan memuat jadwal pelaksanaan pengiriman serta jumlah
edar dan tepat waktu, Bank Indonesia menempuh uang yang akan dikirim untuk memenuhi kebutuhan
kebijakan penguatan strategi distribusi uang serta satuan kerja kas.
memperkuat strategi pengolahan uang yang telah Selama tahun 2012, kegiatan distribusi uang dilakukan
dilakukan selama ini. Hal ini dilakukan untuk menjawab dari KPBI ke 11 Kantor Depot Kas (KDK) dan 5 satuan kerja
kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang kartal kas lain yang ada di KPw DN dan KPBI. Adapun penentuan
layak edar sebagai alat pembayaran dalam kegiatan KDK dilakukan dengan mempertimbangkan jalur distribusi
transaksi masyarakat secara lebih merata di seluruh dan ketersediaan moda transportasi di masing-masing
wilayah NKRI. wilayah.
Selama tahun 2012, kebijakan penguatan strategi Sementara itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas
distribusi dan pengolahan uang yang aman dan terpercaya dan efisiensi serta kelancaran kegiatan distribusi uang,
dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal Bank Indonesia menempuh strategi penguatan kerjasama
masyarakat diwujudkan melalui : dengan operator penyedia jasa angkutan baik darat, laut
1. Melaksanakan Distribusi Uang Secara Efektif dan dan udara. Disamping itu, upaya peningkatan efisiensi
Efisien; dan efektivitas distribusi uang juga ditempuh melalui
2. Melakukan Pemantauan Kegiatan Pengolahan Uang optimalisasi penggunaan armada transportasi milik Bank
dan Layanan Nasabah yang dilakukan oleh Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pengiriman uang
dan perusahaan CIT serta Menyempurnakan Cash ke satuan-satuan kerja kas.
Processing di Bank Indonesia;
Melalui berbagai strategi tersebut, selama tahun
3. Melakukan Pemantauan Optimalisasi Kinerja Sarana
2012 Bank Indonesia telah merealisasikan pengiriman
Pengolahan Uang.
uang ke 11 KDK dan 5 satuan kerja kas dengan total
Melaksanakan Distribusi Uang Rupiah secara pengiriman sebesar Rp141,22 triliun. Kegiatan distribusi
Efektif dan Efisien ini dilakukan sendiri dengan menggunakan armada milik
Kegiatan distribusi uang dilakukan Bank Indonesia untuk Bank Indonesia ataupun dengan menggunakan sarana
memenuhi kebutuhan kas seluruh satuan kerja kas di 39 transportasi darat, laut maupun udara.
KPw DN dan satuan kerja kas di KPBI. Selain itu, distribusi
uang juga dilakukan sebagai bagian dari strategi kebijakan Melakukan Pemantauan Kegiatan Pengolahan
Bank Indonesia untuk menjaga persediaan uang masing- Uang dan Layanan Nasabah yang dilakukan
masing satuan kerja kas pada level yang aman. oleh Perbankan dan Perusahaan CIT, serta
Menyempurnakan Cash Processing di Bank
Seiring dengan meningkatnya penggunaan uang kartal Indonesia
dalam transaksi masyarakat, kegiatan distribusi uang yang
Kebutuhan akan ketersediaan uang layak edar yang
dilakukan Bank Indonesia pun semakin meningkat.Hal ini
terus meningkat pada tahun 2012 berimplikasi pada
tercermin dari peningkatan frekuensi maupun intensitas

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 95


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

meningkatnya kebutuhan akan kegiatan pengolahan uang Melakukan Pemantauan Optimalisasi Kinerja
yang aman dan terpercaya. Merespon hal tersebut, Bank Sarana Pengolahan Uang
Indonesia secara berkesinambungan memantau kegiatan Keberadaan sarana pengolahan uang merupakan
pengolahan uang rupiah dan layanan kepada nasabah salah satu faktor penentu keberhasilan Bank Indonesia
yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan cash dalam memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat.
in transit (CIT), disamping melakukan penyempurnaan Penggunaan sarana pengolahan uang secara optimal
proses pengolahan uang di Bank Indonesia. akan memperlancar proses handling uang yang diterima
Bank Indonesia dari setoran perbankan dan penukaran
Pemantauan Kegiatan Pengolahan Uang dan
masyarakat. Hasil pengolahan berupa uang layak edar
Layanan Nasabah yang dilakukan oleh Perbankan
dan CIT dapat segera dibayarkan kembali ke perbankanataupun
ditukarkan kembali ke masyarakat untuk digunakan dalam
Untuk meningkatkan kemampuan perbankan dan
transaksi pembayaran.
CIT dalam memenuhi standar pengolahan uang yang
ditetapkan, Bank Indonesia secara rutin melakukan Untuk mengoptimalkan kegiatan pengolahan uang, Bank
pemantauan terhadap kegiatan pengolahan uang dan Indonesia terus memperkuat kinerja sarana pengolahan
layanan nasabah yang dilakukan baik oleh perbankan uang yang ada di KPw DN dan KPBI. Hal tersebut dilakukan
maupun CIT. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan melalui kegiatan pemantauan sarana pengolahan uang
pemantauan ini adalah untuk meningkatkan jumlah baik secara langsung (on-site) maupun secara tidak
pasokan uang kartal layak edar di masyarakat yang berasal langsung melalui laporan yang diterima dari satuan kerja
dari hasil olahan perbankan dan CIT. kas Bank Indonesia (off-site).

Dalam rangka memperoleh gambaran mengenai


Penyempurnaan Kegiatan Cash Processing di Bank kinerja dan kegiatan pengolahan uang yang dilakukan
Indonesia
oleh seluruh satuan kerja kas, selama tahun 2012
Selain meningkatkan pasokan uang kartal layak edar Bank Indonesia melakukan pemantauan on-site ke
melalui kegiatan pemantauan pengolahan uang yang masing-masing satuan kerja kas. Pemantauan tersebut
dilakukan oleh perbankan dan CIT, upaya peningkatan dimaksudkan untuk mengetahui profil perkasan tiap-tiap
pasokan uang kartal layak edar juga dilakukan melalui satuan kerja kas yang meliputi :
penyempurnaan kegiatan pengolahan uang Bank a. Jenis dan jumlah peralatan kas yang terdiri
Indonesia. Penyempurnaan kegiatan cash processing ini MesinSortasi Uang Kertas (MSUK), Mesin Racik Uang
dimaksudkan untuk mempercepat proses pengolahan Kertas (MRUK), Mesin Hitung dan Pembungkus Uang
uang yang dilakukan Bank Indonesia sehingga pasokan Logam (MHPUL), Mesin Hitung Uang Kertas (MHUK),
uang kartal yang dimilki Bank Indonesia dapat dengan Mesin Hitung Uang Logam (MHUL) dan Mesin Pengikat
segera memenuhi kebutuhan masyarakat. Uang Kertas (MPgUK).
b. Kinerja MRUK dan MSUK dalam melakukan
Melalui kebijakan tersebut, kegiatan pengolahan uang
pengolahan uang tidak layak edar
selama tahun 2012 dapat berjalan lebih baik dibandingkan
c. Kapasitas dan kondisi ruangan khasanah uang dan area
tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada keberhasilan
kas termasuk loket layanan kas
pemenuhan kebutuhan uang layak edar masyarakat
d. Jumlah Sumber Daya Kasir
yang semakin meningkat. Kebijakan ini juga berhasil
e. Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan
mendorong terciptanya tingkat efisiensi yang lebih tinggi
pengolahan uang
dalam kegiatan pengolahan uang rupiah yang dilakukan
perbankan, CiT maupun Bank Indonesia.

96 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Hasil pemantauan memperlihatkan bahwa berbagai Pengembangan layanan kas Bank Indonesia selama tahun
strategi kebijakan yang ditempuh selama tahun 2012 2012 diarahkan pada kebijakan untuk memperbesar porsi
berhasil meningkatkan kinerja pengolahan uang yang keterlibatan perbankan dan instansi terkait lainnya dalam
dilakukan satuan kerja kas. Hal ini tercermin dari kegiatan layanan kas yang dilakukan Bank Indonesia. Hal
peningkatan utilitas dan produktivitas MSUK dan MRUK ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam kegiatan pengolahan uang. akan ketersediaan uang kartal yang merata di seluruh
wilayah Indonesia serta menjaga uang rupiah yang
Utilitas atau rata-rata penggunaan MSUK dalam
beredar dalam kondisi layak edar.
melakukan pengolahan uang meningkat 20,57%
dibandingkan tahun sebelumnya. Disamping itu, Strategi kebijakan yang dilakukan pada tahun 2012 dalam
produktivitas atau rata-rata jumlah uang kertas yang rangka pengembangan layanan kas dengan melibatkan
dapat diolah dengan MSUK menunjukkan peningkatan perbankan dan instansi terkait tersebut meliputi:
sebesar 31,54% dibandingkan tahun sebelumnya. 1. Menyempurnakan sistem dan prosedur layanan kas;
Secara keseluruhan, rata-rata kinerja satuan kerja kas 2. Mengoptimalkan kerjasama penukaran uang rupiah
dalam menggunakan MSUK pada kegiatan pengolahan pecahan kecil dengan perbankan dan pihak lainnya;
uangnya meningkat 25,93% dari rata-rata kinerja tahun 3. Mengembangkan strategi layanan kas pada periode
sebelumnya. Hari Raya Keagamaan;
4. Mengoptimalkan Layanan Kas Luar Kantor Bank
Indonesia yang meliputi layanan kas keliling dan kas
8.3 Pengembangan Layanan Kas Prima titipan serta layanan kas di wilayah terpencil dan
Kegiatan layanan kas yang dilakukan oleh Bank Indonesia terdepan NKRI.
meliputi skema layanan kas kepada bank umum dan
masyarakat yang dilakukan di seluruh unit kerja kas Bank
Menyempurnakan Sistem dan Prosedur Layanan
Indonesia dan layanan kas yang dilakukan di luar kantor Kas
Bank Indonesia. Layanan kas yang dilakukan di seluruh
Dalam rangka meningkatkan pemenuhan kebutuhan
satuan kerja kas Bank Indonesia terdiri dari layanan
uang rupiah layak edar, Bank Indonesia terus mendorong
penyetoran dan penarikan perbankan, serta layanan
komitmen dan keterlibatan perbankan untuk
penukaran uang kartal layak edar kepada masyarakat.
menyediakan uang rupiah layak edar bagi masyarakat.
Sementara layanan kas luar kantor Bank Indonesia
Upaya ini ditempuh melalui kerjasama pengelolaan
dilakukan dalam bentuk layanan kas keliling dan kas
uang kartal yang efektif, baik antar sesama bank melalui
titipan.
optimalisasi Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
Dihadapkan pada peningkatan penggunaan kebutuhan ataupun dengan perantaraan Bank Indonesia melalui
uang kartal dalam kegiatan transaksi masyarakat, Bank mekanisme dropshot.
Indonesia terus mengembangkan alternatif bentuk
layanan kas selain menempuh kebijakan penguatan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
strategi layanan kas yang telah ada saat ini. Penguatan
Sejalan dengan perkembangan kegiatan penarikan
strategi layanan kas tersebut dilakukan baik terhadap
dan penyetoran uang rupiah oleh bank umum dari
kegiatan layanan penyetoran, penarikan dan penukaran
dan ke Bank Indonesia, penyempurnaan sistem dan
uang yang dilakukan di seluruh satuan kerja kas, maupun
prosedur layanan kas di Bank Indonesia mutlak untuk
terhadap layanan kas luar kantor yaitu layanan kas keliling
dilakukan. Penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk
dan kas titipan.
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengolahan uang

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 97


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

di Bank Indonesia serta mengoptimalkan manajemen kas Selama tahun 2012, mekanisme dropshot antar wilayah
perbankan. telah dilakukan di Sumatera dan Aceh; Jawa Timur;
Sumatera Barat; Kalimantan Selatan dan Tengah; serta
Pasca pemberlakuan Ketentuan Penyetoran dan Penarikan
dropshot antar wilayah Bandung dan Jakarta. Melalui
Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia pada
kebijakan baru ini, resirkulasi uang layak edar dapat
bulan April 2011 (Surat Edaran BI Nomor 13/9/DPU),
ditingkatkan mengingat uang layak edar hasil dari setoran
selama tahun 2012 Bank Indonesia terus mendorong
perbankan dapat dibayarkan kembali oleh Bank Indonesia
perbankan untuk melakukan optimalisasi TUKAB dalam
kepada bank yang sama atau bank berbeda di wilayah
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
lain, tidak terbatas dalam satu wilayah kerja KPw DN Bank
Indonesia.
Mekanisme Dropshot
Penerapan kebijakan optimalisasi TUKAB dan dropshot
Bersamaan dengan upaya optimalisasi TUKAB dalam
antar wilayah berhasil memenuhi peningkatan kebutuhan
memenuhi kebutuhan uang rupiah perbankan, Bank
uang kartal masyarakat pada tahun 2012. Disamping itu,
Indonesia memberlakukan penerapan kebijakan dropshot
mekanisme ini juga membantu meningkatkan efisiensi dan
yang merupakan mekanisme transaksi uang rupiah antar
efektifas manajemen kas perbankan serta meringankan
bank dengan perantaraan Bank Indonesia.
beban pengolahan uang di Bank Indonesia. Keberhasilan
Keberhasilan mekanisme dropshot dalam meningkatkan penerapan mekanisme dropshot antar wilayah pada tahun
efektivitas dan efisiensi layanan kas Bank Indonesia 2012 mendorong Bank Indonesia untuk mengembangkan
mendorong pengembangan mekanisme dropshot yang pemberlakuan mekanisme dropshot di tingkat nasional
sebelumnya hanya dilakukan dalam satu wilayah kerja yang akan mulai diterapkan pada tahun 2013.
Bank Indonesia menjadi dropshot antar wilayah kerja Bank
Indonesia. Melalui mekanisme dropshot antar wilayah
ini, pembayaran ULE hasil setoran bank dapat dilakukan
kepada bank yang sama atau kepada bank berbeda dalam
wilayah kerja KPw DN Bank Indonesia yang berbeda.

98 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Boks 8.3 Bye-Laws Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

Untuk memenuhi kebutuhan uang kartal perbankan dan masyarakat, modal kerja yang digunakan oleh Bank
Indonesia bersumber dari penerimaan hasil cetak dari Perum Peruri dan setoran uang layak edar dari perbankan.
Adapun permintaan uang kartal perbankan ini dipenuhi oleh Bank Indonesia melalui 2 mekanisme :
1. Modal kerja yang berasal dari setoran perbankan yang masih ada dalam kemasan yang utuh dan tersegel
dibayarkan langsung untuk memenuhi permintaan bank tanpa terlebih dahulu diolah atau dihitung ulang
secara rinci oleh Bank Indonesia. Mekanisme ini dikenal dengan istilah dropshot.
2. Modal kerja yang berasal dari setoran perbankan diolah atau disortasi terlebih dahulu oleh Bank Indonesia
menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK) ataupun diolah secara manual. Kegiatan sortasi dilakukan
selain untuk menghitung kebenaran jumlah setoran bank, juga dilakukan untuk memisahkan uang yang
diterima dari setoran bank berdasarkan klasifikasinya yaitu uang layak edar, uang tidak layak edar ataupun
uang rusak serta kemungkinan terdapatnya uang rupiah palsu dalam setoran bank. Hasil olahan berupa uang
layak edar kemudian dibayarkan kembali untuk memenuhi kebutuhan uang kartal perbankan.
Pemenuhan kebutuhan uang kartal perbankan melalui mekanisme tersebut berdampak pada tingginya beban
pengolahan uang atau cash handling di Bank Indonesia. Beban ini diantaranya berupa beban personil dan investasi
serta beban pemeliharaan peralatan kas yang tinggi. Kedepan, bebanyang ditimbulkan dari kegiatan pengelolaan
uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia termasuk beban pengolahan uang akan semakin tinggi dan kompleks.
Hal ini seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian dan masih lekatnya budaya masyarakat untuk
menggunakan uang tunai dalam transaksi ekonomi (cash driven).Perkembangan perekonomian tersebut telah
menyebabkan peningkatan posisi jumlah uangrupiah yang diedarkan (UYD) yang pada tahun 2009 tercatat sebesar
Rp279,03 triliun, pada tahun 2012 meningkat tajam menjadi sebesar Rp439,72 triliun.
Merespon perkembangan ini, upaya untuk meningkatkan efisiensi baik pada kegiatan cash handling Bank
Indonesia maupun cash management perbankan senantiasa dilakukan oleh Bank Indonesia. Ketentuan setoran
dan bayaran bank yang berlaku saat ini telah mampu mengakomodasi terciptanya idle money perbankan
yangrelatif rendah.
Kondisi ini dimungkinkan karena bank dapat langsung menyetorkan kelebihan likuiditasnya ke Bank Indonesia
ataupun memenuhi kekurangan likuiditasnya dengan melakukan penarikan uang kartal ke Bank Indonesia.
Disamping itu, kelebihan ataupun kekurangan likuiditas perbankan dapat diserap atau dipenuhi melalui
mekanisme transaksi uang kartal antar bank (TUKAB), sehingga kondisi idle money perbankan yang tinggi dapat
diminimalisir. Kondisi idle money yang tinggi di perbankan tentunya menyebabkan cost of fund perbankan
membengkak, mengingat idle money tersebut tidak dapat dioptimalkan dalam pasar uang, pembelian Surat Bank
Indonesia (SBI), kredit atau piranti-piranti investasi lainnya. Di sisi lain, idle money yang berasal dari Dana Pihak
Ketiga (DPK) tersebut memerlukan biaya bunga yang tidak kecil.
Kebijakan lain yang ditempuh Bank Indonesia untuk menciptakan efisiensi cash handling di Bank Indonesia dan
efisiensi cash management di perbankan adalah melalui mekanisme dropshot dalam satu wilayah kantor Bank
Indonesia. Uang Layak Edar (ULE) yang berasal dari setoran bank yang belum dilakukan penghitungan ulang
secara rinci tersebut kemudian dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan uang kartal perbankan di wilayah yang

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 99


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

berada dalam wilayah kerja Kantor Bank Indonesia yang sama. Saat ini, mekanisme dropshot tengah dilakukan uji
coba pengembangan cakupannya sehingga dapat berlaku pula antar wilayah kantor Bank Indonesia atau disebut
dengan mekanisme dropshot antar wilayah. Terobosan kebijakan ini tidak terlepas dari kenyataan terdapatnya
wilayah Kantor Bank Indonesia yang memiliki karakter “Net-Inflow” atau jumlah aliran uang kartal yang masuk
ke Bank Indonesia lebih tinggi dari uang kartal yang keluar dan sebaliknya yang berkarakter “Net-Outflow”.
Pengiriman uang (dropshot) dari Kantor Bank Indonesia yang berkarakter Net-Inflow dapat langsung dilakukan
kepada Kantor Bank Indonesia terdekat yang membutuhkan likuiditas atau berada dalam kondisi Net-Outflow
tanpa melalui Kantor Koordinator ataupun Kantor Pusat Bank Indonesia.
Selain itu, kebijakan dropshot dan perluasan cakupan antar wilayah bertujuan untuk mengoptimalkan uang layak
edar hasil setoran bank digunakan sebagai bayaran untuk memenuhi kebutuhan uang kartal bank lain. Melalui
mekanisme ini, uang yang dibayarkan oleh Bank Indonesia kepada bank tidak selalu dipenuhi dengan uang
rupiah hasil cetak sempurna (HCS) atau fresh money. Selama ini perbankan telah memiliki building trust diantara
bank-bank di wilayahnya masing-masing, dengan melakukan TUKAB dan/atau menerima dropshot dari Kantor
Bank Indonesia setempat berdasarkan Bye-Laws TUKAB di masing-masing wilayah.Oleh karena itu, pelaksanaan
mekanisme dropshot antar wilayah kerja Bank Indonesia memerlukan pula building trust dan perangkat aturan
main diantara bank-bank antar wilayah berupa Bye-Laws TUKAB Nasional.
Bye-Laws TUKAB sendiri merupakan kesepakatan tertulis antar bank yang mengatur pelaksanaan kegiatan
transaksi uang kartal antar bank. Adapun tujuan Bye-Laws TUKAB adalah sebagai pedoman dalam memperlancar
pelaksanaan kegiatan transaksi uang kartal sehingga terdapat keseragaman praktek-praktek perbankan. Semua
bank wajib tunduk pada Bye-Laws ini pada saat melakukan TUKAB atau terjadinya pembayaran ULE oleh kantor
Bank Indonesia yang berasal dari setoran bank lain di kantor Bank Indonesia yang ada di wilayah lain (dropshot).
Ruang lingkup kegiatan yang diatur dalam Bye-Laws antara lain adalah :
1. Mekanisme pelaksanaan TUKAB dan dropshot
2. Mekanisme penyelesaian jika terjadi selisih jumlah uang yang di-TUKAB-kan atau di-dropshot-kan. Selisih
dapat terjadi karena kurang, lebih atau diragukan keasliannya.
Saat ini, sedang berlangsung uji coba dropshot antar wilayah di Kantor Bank Indonesia yang meliputi 6 (enam)
kesatuan wilayah, yaitu Sumatera Utara dan Aceh, Sumatera Barat dan Riau, Jakarta dan Bandung, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan wilayah Jawa Tengah. Adapun penetapan wilayah dropshot antar
wilayah ini dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yaitu :
1. Penetapan wilayah dropshot antar wilayah memenuhi kriteria terdapatnya Kantor Bank Indonesia yang
berkarakter net-inflow untuk dapat memenuhi kebutuhan Kantor Bank Indonesia lain yang wilayahnya
mengalami kondisi net-outflow.
2. Kedekatan geografis antar Kantor Bank Indonesia serta adanya dukungan infrastruktur dan ketersediaan alat
dan jalur transportasi yang memadai.
Secara umum, pelaksanaan uji coba pelaksanaan mekanisme dropshot antar wilayah dapat berlangsung tanpa
kendala yang berarti. Keberhasilan ini mendorong rencana diberlakukannya mekanisme dropshot secara nasional
pada semester II tahun 2013. Sehubungan dengan rencana pemberlakuan mekanisme dropshot nasional ini,
terdapat beberapa hal yang menjadi concern Bank Indonesia. Hal yang menjadi perhatian dalam pemberlakuan
mekanisme dropshot nasional terutama menyangkut standar operasi dan prosedur pelaksanaan dropshot, yang
antara lain menyangkut :

100 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

1. Pengaturan setoran ULE bank yang dapat dikirimkan ke Kantor Bank Indonesia di wilayah lain untuk
didropshotkan adalah setoran bank yang belum melampaui jangka waktu tertentu atau belum terlalu lama.
2. Setoran ULE bank yang dikirimkan adalah setoran ULE dalam kemasan yang utuh, tidak rusak, tersegel dan
masih terdapat label bank penyetor.
3. Adanya koordinasi antara Kantor Bank Indonesia sebagai pengirim dengan Kantor Bank Indonesia penerima
serta Kantor Koordinator Wilayah sebelum pengiriman setoran ULE bank di-dropshot-kan. Kantor Koordinator
atau Kantor Pusat Bank Indonesia dapat bertindak mewakili kantornya ataupun sebagai pengendali dropshot
antar Kantor Bank Indonesia yang ada di wilayah kerjanya.
4. Dropshot setoran ULE bank antar wilayah diprioritaskan sebagai bayaran kepada bank yang sama, untuk
mempermudah penyelesaian dalam hal terdapat selisih jumlah uang yang di-dropshot-kan.
5. Adanya aturan main bagi bank penyetor dan bank penerima uang dropshot dari BI yang berlaku secara
nasional. Secara prinsip aturan main TUKAB atau Bye Laws yang berlaku saat ini di satu wilayah Kantor
Bank Indonesia dan wilayah antar Kantor Bank Indonesia adalah sama. Namun demikian, jika diberlakukan
secara nasional maka akan ada penyesuaian-penyesuaian akibat jumah bank yang besar dan beragam serta
wilayahnya yang tersebar luas di seluruh Indonesia.

���������������������������������������������������������������������������������������������������������
���������������������������������������������������������������

�������������������������������� ��������������������������������
����������� ������������

��� ����������
����������� ��������������������
�����������������������

��������������������
�����������������������������

������ ������ ������������ ���


����������� ������ ������������ �������� ������������ ������������

������������

������������
����������� ������������
�������

����� ������������
���������� �����
������������ �������� ������� ����� ��������
��
��
������� �������
������������ �� ������ �����
�������
�����������
�����������
������������� �����
������������ �������������
����������� ���
�������� ����� ������������

������������
����������� �� �������

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 101


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Mengoptimalisasikan Kerjasama Penukaran Uang Indonesia dengan perbankan dan instansi terkait lainnya.
Rupiah Pecahan Kecil dengan Perbankan dan Ketentuan pasal 22 ayat (4) UU Mata Uang mengatur
Pihak Lainnya bahwa kegiatan penukaran uang rupiah dilakukan oleh
Meningkatnya penggunaan uang kartal khususnya uang Bank Indonesia, bank yang beroperasi di Indonesia atau
pecahan kecil dalam transaksi ekonomi masyarakat pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
disikapi Bank Indonesia dengan mengoptimalkan Mengacu pada amanat tersebut, Bank Indonesia
kerjasama penukaran uang pecahan kecil yang telah memperbaharui perjanjian kerjasama penukaran
berjalan sebelumnya. Selain memudahkan masyarakat uang rupiah pecahan kecil yang berakhir pada tanggal
memperoleh uang pecahan kecil, kerjasama ini juga 31 Desember 2012. Disamping itu, untuk lebih
dilakukan sebagai bagian dari kebijakan clean money mengoptimalkan layanan kas dalam memenuhi kebutuhan
policy untuk memenuhi ketersediaan uang rupiah dalam uang rupiah pecahan kecil, Bank Indonesia menunjuk 1
kondisi layak edar di masyarakat. mitra baru yaitu PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) sebagai
Strategi kerjasama layanan penukaran uang rupiah mitra kerja layanan penukaran uang rupiah pecahan kecil
pecahan kecil dengan bank umum, Bank Perkreditan untuk periode 5 tahun kedepan.
Rakyat (BPR) maupun perusahaan Cash In Transit (CIT)
tersebut merupakan kelanjutan dari strategi layanan Mengembangkan Strategi Layanan Kas pada
penukaran uang yang telah dirintis sejak tahun 2009 oleh Periode Hari Raya Keagamaan
KPBI. Pada tahun 2012, kerjasama layanan penukaran
Sesuai dengan pola musiman, kebutuhan uang kartal
uang rupiah pecahan kecil tersebut diikuti oleh 13 bank
masyarakat cenderung tinggi selama periode keagamaan
umum, 12 BPR dan 5 perusahaan CIT di wilayah kerja KPBI
yakni Ramadhan dan Idul Fitri, serta Natal dan akhir
yang meliputi wilayah JABODETABEK.
tahun; ataupun pada masa libur sekolah dan tahun ajaran
Selama tahun 2012, realisasi kerjasama layanan baru. Bank Indonesia menempuh kebijakan penguatan
penukaran uang rupiah pecahan kecil ke masyarakat strategi layanan kas pada periode Ramadhan dan Idul Fitri
mencapai Rp774,62 miliar. Dari jumlah penukaran serta periode Natal dan akhir tahun 2012.
tersebut, sebanyak Rp644,2 miliar (83,17%) merupakan
hasil penukaran di bank umum, Rp116,51 miliar (15,04%) Strategi Layanan Kas pada periode Ramadhan
dari penukaran di perusahaan CIT dan Rp13,89 miliar dan Idul Fitri 2012
(1,79%) berasal dari penukaran di BPR. Sebagaimana tahun sebelumnya, untuk memenuhi
Sementara itu, pada akhir tahun 2012 telah dilakukan kebutuhan uang rupiah masyarakat selama periode
evaluasi terhadap efektivitas kerjasama layanan kas Ramadhan dan Idul Fitri, Bank Indonesia menempuh
penukaran uang rupiah pecahan kecil yang dilakukan 2 strategi utama. Strategi tersebut yaitu strategi
bersama dengan seluruh peserta kerjasama layanan. pemenuhan kebutuhan uang kartal selama Ramadhan
Disimpulkan bahwa layanan penukaran uang rupiah 2012 dan antisipasi arus balik uang kartal pasca Idul Fitri
pecahan kecil tersebut cukup efektif dan mendapatkan 2012.
respon yang baik dari masyarakat. Respon yang sama juga
disampaikan oleh peserta kerjasama, beberapa peserta Strategi pemenuhan kebutuhan uang kartal
selama Ramadhan dan Idul Fitri 2012
bahkan mengajukan penambahan plafon penukaran untuk
1. Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang Kartal selama
dapat melayani masyarakat secara lebih optimal.
Ramadhan dan Idul Fitri 2012
Berlakunya UU Mata Uang sejak tanggal 28 Juni 2011
Pada bulan Mei 2012, Bank Indonesia melakukan
memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelaksanaan
penyusunan proyeksi kebutuhan uang kartal masyarakat
kerjasama penukaran uang pecahan kecil antara Bank

102 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2012. Hal ini Sementara itu, untuk memastikan kelancaran arus
merupakan langkah antisipasi terhadap peningkatan distribusi uang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
kebutuhan uang kartal masyarakat selama periode selama Ramadhan dan Idul Fitri 2012, Bank Indonesia
dimaksud. Proyeksi yang dihasilkan merupakan hasil menempuh kebijakan penguatan kerjasama dan
penajaman terhadap estimasi kebutuhan uang pada koordinasi baik antar KPw DN Bank Indonesia maupun
bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 yang sebelumnya telah dengan penyedia jasa transportasi. Melalui kerjasama
ditetapkan dalam Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) 2012. intensif dengan PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) dan PT.
Hasil penajaman tersebut kemudian dikomunikasikan ke Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) selaku operator
seluruh satuan kerja kas Bank Indonesia sebagai Estimasi penyedia jasa transportasi darat dan laut, Bank Indonesia
Kebutuhan Uang (EKU) Ramadhan dan Idul Fitri 2012. mampu memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal
masyarakat tanpa adanya hambatan transportasi yang
Dengan mempertimbangkan realisasi outflow tahun
berarti.
sebelumnya, Bank Indonesia menetapkan EKU Ramadhan
dan Idul Fitri 2012 sebesar Rp89,4 triliun. Proyeksi yang
3. Strategi Peningkatan Layanan Kas
dibuat meliputi jumlah penarikan dan penukaran baik
dalam nominal maupun jenis pecahan secara nasional. Untuk memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat
selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2012, Bank
Sementara itu, realisasi outflow selama periode
Indonesia juga terus melakukan peningkatan layanan kas
Ramadhan dan Idul Fitri 2012 (23 Juli s/d 16 Agustus
kepada masyarakat baik melalui layanan kas penarikan,
2012) tercatat sebesar Rp85,7 triliun atau mencapai 95,8%
penyetoran dan penukaran uang rupiah pada loket-loket
dari angka proyeksi. Realisasi outflow tersebut meningkat
layanan kas di seluruh Satuan Kerja Kas, maupun melalui
6,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
layanan kas luar kantor seperti kas keliling dan kas titipan.

2. Strategi Distribusi Uang Bank Indonesia bersama dengan 9 (sembilan) bank


umum nasional yaitu BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI,
Menghadapi peningkatan kebutuhan uang kartal
Bank Jabar Banten, Bank DKI, BTN, CIMB Niaga dan
masyarakat terutama kebutuhan akan ketersediaan uang
Bank Permata, menyelenggarakan layanan bersama
pecahan kecil layak edar menjelang Ramadhan dan Idul
penukaran uang rupiah pecahan kecil secara gratis kepada
Fitri 2012, Bank Indonesia menempuh strategi kebijakan
masyarakat yang dipusatkan di Taman IRTI Monas. Selama
untuk meningkatkan persediaan uang di seluruh satuan
berlangsungnya kegiatan tersebut yaitu tanggal 23 Juli
kerja kas baik di KPw DN maupun di KPBI. Hal ini dilakukan
s.d 16 Agustus 2012, total penukaran masyarakat di
dengan menambah frekuensi dan kuantitas pengiriman
outlet penukaran Bank Indonesia mencapai Rp8,92 miliar,
uang menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2012.
sedangkan total penukaran di outlet penukaran ke-9 bank
Sesuai dengan action plan EKU Ramadhan dan Idul Fitri umum lainnya mencapai Rp51,0 miliar.
2012, pengaturan/penjadwalan pengiriman kebutuhan
Pada kegiatan penukaran bersama di Taman IRTI Monas
uang bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 dari KPBI ke
ini, masyarakat tidak hanya dapat menukarkan uangnya
seluruh satuan kerja kas sebagian besar telah diselesaikan
ke pecahan kecil, namun juga dapat menukarkan uangnya
pada akhir bulan Juni 2012. Jadwal pengiriman uang
ke uang elektronik (e-money) seperti Kartu Flazz, Mandiri
tersebut lebih awal dari jadwal distribusi uang yang
Pre-paid (e-toll, Indomaret Card, Gazz Card), Brizzi
ditetapkan sebelumnya. Melalui strategi tersebut, uang
dan BNI Pre-paid, secara cuma-cuma. Disamping itu,
kartal telah tersedia di perbankan dan siap dialirkan untuk
masyarakat juga dapat melakukan penukaran uang rupiah
memenuhi kebutuhan masyarakat.
pecahan kecil maupun uang elektronik tersebut dengan
menggunakan kartu ATM/Debet. Hal ini dimaksudkan

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 103


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

untuk mendorong penggunaan uang elektronik (e-money) transaksi ekonomi masyarakat yang berimbas pada
dan menciptakan transaksi yang lebih aman dan efisien peningkatan kebutuhan uang kartal selama periode
menuju terciptanya less cash society. tersebut. Memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal
tersebut, Bank Indonesia menempuh beberapa strategi
Upaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal
kebijakan diantaranya :
masyarakat selama periode Ramadhan dan Idul
Fitri 2012 juga dilakukan oleh seluruh KPw DN Bank
Indonesia. Berbagai terobosan baru ditempuh untuk 1. Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) Natal dan
dapat meningkatkan layanan kas secara langsung kepada Akhir Tahun 2012
masyarakat di wilayah kerjanya. Salah satunya dilakukan
Bank Indonesia menyusun Estimasi Kebutuhan Uang
oleh KPw Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat &
(EKU) Natal dan akhir tahun 2012 yang merupakan
Banten) yang melayani penukaran uang masyarakat
proyeksi kebutuhan uang kartal selama periode tersebut.
di loket kas dan membuka fasilitas layanan drive thru
Penyusunan EKU dilakukan pada awal triwulan IV 2012
penukaran uang rupiah. Layanan ini dimaksudkan untuk
melalui koordinasi dengan satuan kerja kas di Kantor
memudahkan masyarakat dalam menukar uang rupiah
Pusat dan seluruh KPw DN Bank Indonesia, maupun
selama periode Ramadhan. Fasilitas ini disediakan dengan
secara eksternal dengan stakeholders.
menggunakan outlet layanan kas berupa mobil kas keliling
yang diletakkan di halaman parkir Kantor Bank Indonesia Dengan mempertimbangkan realisasi outflow tahun
dari tanggal 27 Juli sampai dengan 16 Agustus 2012. sebelumnya, kebutuhan uang rupiah masyarakat selama
Sampai dengan 5 hari menjelang berakhirnya fasilitas periode Natal dan akhir tahun 2012 diestimasikan
ini, tercatat 9.641 kendaraan yang telah dilayani dengan mencapai Rp66,8 triliun. Estimasi tersebut meningkat
jumlah penukaran harian tertinggi mencapai Rp2,1 miliar. 17,9% dari tahun sebelumnya dengan angka proyeksi
sebesar Rp56,7 triliun. Peningkatan estimasi outflow
Strategi layanan kas pasca Idul Fitri 2012 tersebut selain karena aktivitas transaksi tunai yang
cenderung naik setiap tahunnya, juga disebabkan libur
Sebagaimana pola musiman, pasca berakhirnya periode
Natal dan akhir tahun 2012 lebih panjang dibandingkan
Ramadhan dan Idul Fitri ditandai dengan adanya arus
tahun sebelumnya.
balik (inflow) yang cukup tinggi. Tingginya arus balik
tersebut disebabkan oleh kondisi likuiditas perbankan Realisasi penarikan uang rupiah oleh perbankan dan
yang secara umum mengalami excess liquidity. masyarakat (outflow) selama periode Natal dan akhir
tahun 2012 tercatat sebesar Rp67,7 triliun atau mencapai
Jumlah arus balik dari tanggal 24 Agustus s/d 20
101,3% dari estimasi. Realisasi outflow tersebut
September 2012 atau 1 bulan sejak berakhirnya Idul Fitri
meningkat 19,5% dibanding periode yang sama tahun
2012 tercatat sebesar Rp68,6 triliun atau mencapai 80,1%
sebelumnya dengan realisasi penarikan sebesar Rp56,7
dari jumlah outflow selama periode Ramadhan dan Idul
triliun.
Fitri 2012 (Rp85,7 triliun). Jumlah arus balik didominasi
oleh uang rupiah pecahan besar yang mencapai Rp66,7
2. Strategi Distribusi Uang
triliun (97,1%), dan uang rupiah pecahan kecil sebesar
Rp1,9 triliun (2,9%). Meskipun terjadi kenaikan outflow yang cukup signifikan,
pemenuhan kebutuhan uang rupiah layak edar di seluruh
wilayah Indonesia selama periode Natal dan akhir tahun
Strategi Layanan Kas pada periode Natal dan
2012 dapat dipenuhi dengan lancar dan tepat waktu.
Akhir Tahun 2012
Keberhasilan ini tidak terlepas dari koordinasi intensif
Sebagaimana siklus tahunan, periode Natal dan akhir yang dilakukan dengan seluruh Satuan Kerja Kas di KPw
tahun umumnya diikuti dengan peningkatan aktivitas

104 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

DN dan KPBI, maupun kerjasama dengan pihak penyedia yang dihadapi, strategi layanan kas luar kantor yang
jasa angkutan (PT.KAI dan PT.PELNI) untuk mendukung dilakukan Bank Indonesia selama tahun 2012 yaitu
kelancaran distribusi uang rupiah ke seluruh wilayah layanan kas keliling dan kas titipan mampu membawa
Indonesia. Selain itu, kerjasama dan koordinasi dengan angin segar bagiupaya pemenuhan kebutuhan uang kartal
perbankan dan mitra kerja strategis Bank Indonesia masyarakat di berbagai wilayah NKRI.
seperti operator jalan tol, busway dan Asosiasi Pengusaha
Hal ini terutama dirasakan oleh masyarakat di daerah-
Ritel Indonesia (APRINDO) dalam hal penyediaan dan
daerah yang selama ini belum terjangkau oleh layanan kas
distribusi uang rupiah layak edar turut pula mendukung
Bank Indonesia (blank spot areas) ataupun masyarakat
keberhasilan pemenuhan kebutuhan uang kartal selama
di wilayah terpencil dan terdepan NKRI yang mengalami
periode Natal dan akhir tahun 2012.
kesulitan untuk memperoleh uang kartal dalam kondisi
layak edar. Kondisi infrastruktur daerah yang kurang
3. Peningkatan kapasitas cetak Perum Peruri
memadai maupun keterbatasan jalur distribusi dan
Untuk meningkatkan pasokan uang layak edar dalam moda transportasi menjadi hambatan utama bagi
memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat selama kelancaran kegiatan pengedaran uang rupiah di daerah-
periode Natal dan akhir tahun 2012, salah satu strategi daerah tersebut. Penguatan strategi layanan kas luar
yang ditempuh Bank Indonesia adalah terus membangun kantor inidilakukan melalui optimalisasi kerjasama Bank
komunikasi dan kerjasama secara intensif dengan Perum Indonesia dengan perbankan dan pihak terkait lainnya
Peruri untuk meningkatkan kapasitas cetak uang rupiah. dalam bentuk perluasan kerjasama penukaran uang
Melalui kebijakan tersebut, Bank Indonesia merealisasikan rupiah pecahan kecil bagi masyarakat.
penerimaan cetak sebesar 101,13% dari rencana cetak
triwulan IV 2012. Layanan Kas Keliling

Layanan kas keliling yang dilakukan Bank Indonesia


4. Optimalisasi kebijakan Transaksi Uang Kartal Antar
bertujuan untuk menjangkau penyediaan uang rupiah
Bank (TUKAB) dan Dropshot Antar Wilayah
layak edar khususnya uang rupiah pecahan kecil di luar
Strategi lain yang memberikan kontribusi cukup besar bagi kota kedudukan Kantor Bank Indonesia baik di wilayah
keberhasilan layanan kas selama periode Natal dan akhir KPw DN maupun di wilayah kerja KPBI. Strategi layanan
tahun 2012 adalah optimalisasi kebijakan TUKAB dan kas keliling di wilayah KPBI diarahkan ke lokasi yang
kebijakan dropshot antar wilayah yang mulai diterapkan memiliki tingkat kebutuhan dan perputaran uang cukup
oleh Bank Indonesia pada tahun 2012. Selama periode tinggi seperti pasar tradisional dan pusat perbelanjaan.
Natal dan akhir tahun 2012, total transaksi TUKAB di Sedangkan di KPwDN, layanan kas keliling diarahkan ke
wilayah kerja KPBI mencapai Rp55,0 triliun. luar wilayah kerja Kantor Bank Indonesia yang belum
dapat dipenuhi oleh perbankan setempat.

Mengoptimalkan Layanan Kas Luar Kantor Bank Selama tahun 2012, KPBI telah melaksanakan sebanyak
Indonesia yang meliputi Layanan Kas Keliling dan 525 kali kegiatan layanan kas keliling di wilayah
Kas Titipan serta Layanan Kas Keliling di Wilayah
JABODETABEK dan wilayah lainnya seperti Serang,
Terpencil dan Terdepan NKRI.
Karawang, Sukabumi, Labuan, Rangkasbitung, Pandeglang
Keberhasilan Bank Indonesia untuk memenuhi dan Cilegon. Melalui layanan kas keliling ini tercatat
ketersediaan uang layak edar secara merata dan jumlah transaksi penukaran uang masyarakat sebesar
berkualitas tidak hanya dipengaruhi oleh keberhasilan Rp242,1 miliar.
penguatan strategi layanan kas yang dilakukan di Kantor
Selain itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan PT.
Bank Indonesia semata. Ditengah berbagai tantangan
Jakarta International Expo (JI Expo) menyelenggarakan

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 105


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

layanan penukaran uang kecil tanpa biaya (free of charge) setempat. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan
kepada para pengunjung dan peserta pameran pada event peran serta dan keterlibatan perbankan setempat
tahunan Jakarta Fair 2012 yang berlangsung pada tanggal untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan uang kartal
14 Juni – 14 Juli 2012. Layanan kas berlangsung setiap hari masyarakat di wilayah blank spot areas baik secara jumlah
selama berlangsungnya event dengan menyiapkan Rp500- maupun kualitas.
550 juta per hari untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penguatan strategi layanan kas titipan yang dilakukan
Penguatan strategi layanan kas keliling juga dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2012 tercermin dari
KPw DN Bank Indonesia sebagai upaya untuk memenuhi penambahan jumlah lokasi kas titipan di berbagai blank
ketersediaan uang layak edar di wilayah yang kebutuhan spot area di wilayah Indonesia. Dari 15 lokasi kas titipan
uangnya belum dapat dipenuhi oleh perbankan setempat. sampai dengan akhir tahun 2011, sepanjang tahun 2012
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh KPw DN Bank Indonesia kembali melakukan pembukaan 4 lokasi
Pematang Siantar pada tahun 2012 adalah melakukan kas titipan baru. Bekerjasama dengan PT. BPD Kalteng
kegiatan layanan kas keliling penukaran uang kepada sebagai bank pengelola kas titipan, Bank Indonesia
masyarakat dan layanan kas keliling wholesale kepada membuka kas titipan baru di daerah Muara Teweh
perbankan di Kisaran dan Tanjung Balai. (Kalimantan Tengah), sementara di Luwuk (Sulawesi
Tengah), kas titipan dibuka melalui kerjasama dengan
Disamping membantu masyarakat dalam memenuhi
PT. BRI Sulteng selaku bank pengelola. Selain itu, untuk
kebutuhan uang kartal layak edar melalui layanan
mendukung kelancaran transaksi ekonomi masyarakat
penukaran uang pecahan kecil, kehadiran layanan kas
dengan berkembangnya sentra-sentra ekonomi di
keliling wholesale ini sangat membantu perbankan
Kawasan Timur Indonesia (KTI), Bank Indonesia membuka
setempat untuk menukarkan uang rupiah tidak layak edar
2 lokasi kas titipan baru di Waingapu dan Atambua, Nusa
yang menjadi idle money di perbankan.
Tenggara Timur, masing-masing melalui kerjasama dengan
Selama tahun 2012, transaksi penukaran uang rupiah PT. BRI NTT dan PT. BPD NTT selaku bank pengelola.
layak edar masyarakat melalui layanan kas keliling yang
Dengan adanya pembukaan lokasi kas titipan baru
dilakukan oleh seluruh KPw DN Bank Indonesia mencapai
tersebut, sampai dengan akhir tahun 2012 Bank Indonesia
Rp1,36 triliun atau 0,32% dari total aliran uang kartal yang
telah memiliki 19 lokasi kas titipan yang tersebar di
keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat
seluruh wilayah Indonesia. Selain 4 lokasi kas titipan
(outflow). Adapun jumlah nominal penukaran uang rupiah
baru yang dibuka selama tahun 2012, lokasi kas titipan
terbesar melalui kegiatan kas keliling ini terdapat di
lainnya terdapat wilayah Biak, Merauke, Sorong, Timika,
KPBI, KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan) dan
Maumere, Gorontalo, Tahuna, Sampit, Lubuk Linggau,
KPw Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat dan Banten),
Pangkal Pinang, Toli-toli, Rantau Prapat, Gunung Sitoli,
masing-masing sebesar 18,84%, 18,35% dan 14,70% dari
Palopo dan Mamuju.
total outflow layanan kas keliling.

Layanan Kas Keliling di Wilayah Terpencil dan


Layanan Kas Titipan
Terdepan NKRI
Sepanjang tahun 2012 Bank Indonesia terus melakukan
Bank Indonesia terus mengembangkan kegiatan layanan
perluasan layanan kas titipan khususnya di daerah blank
kas keliling penukaran uang rupiah layak edar di wilayah-
spot areasyang memiliki aktivitas ekonomi yang cukup
wilayah terpencil dan terdepan NKRI yang merupakan
tinggi. Alternatif layanan kas ini dipandang sebagai
kelanjutan dari program kerja tahun sebelumnya. Selain
alternatif yang lebih efisien dibanding layanan kas
untuk menjamin penyediaan uang rupiah layak edar dan
keliling sementara belum terdapat pembukaan KPw DN
meningkatkan layanan kas Bank Indonesia, kebijakan
Bank Indonesia untuk melayani kebutuhan masyarakat

106 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

ini juga ditempuh sebagai bagian dari upaya menjaga Pulau Kisar dan Pulau Wetar yang dilakukan dengan
kedaulatan negara melalui eksistensi uang rupiah di menggunakan armada KRI Untung Surapati milik TNI AL.
daerah terpencil dan terdepan NKRI. Pelaksanaan layanan Masyarakat dan perbankan setempat secara antusias
kas keliling ini dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia melakukan penukaran uang rupiah yang sudah lusuh
maupun melalui kerjasama dengan instansi terkait lainnya dan tidak layak edar di tempat penukaran yang dibuka
seperti Kepolisian Air (POLAIR) dan TNI Angkatan Laut (TNI Bank Indonesia. Disamping itu, masyarakat juga secara
AL). aktif mengikuti sosialisasi ciri keaslian uang rupiah yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan kas
Kerjasama dengan POLAIR diwujudkan pada pelaksanaan
keliling.
kegiatan kas keliling penukaran uang rupiah layak edar
di di wilayah Kepulauan Seribu. Dengan menggunakan Apresiasi positif tersebut terlihat pula pada banyaknya
armada speed boat dan pengamanan dari POLAIR, masyarakat yang mengunjungi acara “open ship” KRI
layanan kas keliling Bank Indonesia berhasil menjangkau Untung Surapati selama berlabuh di pelabuhan umum
masyarakat di 5 lokasi yaitu Pulau Tidung, Pulau Pramuka, setempat. Pada acara tersebut, masyarakat dapat naik ke
Pulau Untung Jawa, Pulau Panggang dan Pulau Harapan. atas kapal perang untuk mendapatkan informasi terkait
fungsi dan tugas TNI AL.
Sementara itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas dan
efisiensi layanan kas ini ke depan, pada 22 Februari 2012 Melalui acara “open ship’ ini diharapkan masyarakat di
Bank Indonesia dan TNI AL sepakat untuk meningkatkan wilayah terpencil dan terdepan NKRI dapat memiliki
kerjasama yang telah dijalankan sejak tahun 2011 ke pemahaman yang menyeluruh terkait fungsi dan tugas
dalam suatu Piagam Kesepakatan Bersama (PKB) dan Bank Indonesia dan TNI AL dalam menjaga kedaulatan
Perjanjian Kerja Sama (PKS). Keduanya akan menjadi NKRI. Hal ini sesuai dengan komitmen dari kedua lembaga
pijakan bagi pelaksanaan kerjasama distribusi dan untuk menegakkan lambang negara dan menjaga
pengamanan layanan kas serta program kegiatan sosial kedaulatan NKRI melalui peningkatan eksistensi Rupiah
Bank Indonesia di daerah terpencil dan terdepan NKRI. dan fungsi hankam matra laut di daerah terpencil dan
terdepan NKRI.
Melalui kerjasama dengan TNI AL, layanan kas keliling
Bank Indonesia telah berhasil menjangkau dan melayani Layanan kas keliling ke daerah terpencil dan terdepan
masyarakat di berbagai wilayah terpencil dan terdepan NKRI selama tahun 2012 juga dilaksanakan oleh seluruh
NKRI. Wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, KPw DN Bank Indonesia, salah satunya oleh KPw DN
Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat), Kepulauan Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah kerja KPwDN Provinsi
Sangihe–Talaud (Sulawesi Utara) dan Kepulauan Kalimantan Barat diantaranya meliputi batas wilayah
Anambas–Natuna (Kepulauan Riau) merupakan daerah- negara yang membentang sepanjang 966 KM, dimana
daerah terpencil ataupun terdepan NKRI yang pada tahun terdapat 15 kecamatan dan 747 desa yang wilayahnya
2012 telah terlayani oleh layanan kas keliling ini. berbatasan secara langsung dengan distrik-distrik di
negara tetangga Malaysia.
Menjadi kebanggaan tersediri bagi Bank Indonesia bahwa
pelaksanaan kegiatan layanan kas keliling penukaran Secara umum, sebagian besar daerah yang ada di wilayah
uang rupiah layak edar ke berbagai daerah terpencil perbatasan tersebut dikategorikan sebagai daerah
dan terdepan NKRI mendapatkan apresiasi dan respon tertinggal, salah satunya adalah Kecamatan Paloh,
yang positif dari berbagai kalangan masyarakat maupun Kabupaten Sambas. Disisi lain, kondisi infrastruktur di
Pemerintah Daerah setempat. Apresiasi positif tersebut wilayah Malaysia yang berbatasan langsung dengan
terlihat dari antusiasme masyarakat pada pelaksanaan Indonesia yaitu Sarawak sudah sangat memadai dan lebih
kegiatan kas keliling di 5 daerah terpencil di Kepulauan mudah diakses oleh masyarakat Indonesia yang ada di
Maluku yaitu Pulau Geser, Pulau Tual, Pulau Larat, perbatasan.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 107


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Kurangnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat di minimnya ketersediaan infrastruktur, keterbatasan jalur
perbatasan serta terbukanya peluang ekonomi di negara dan moda transportasi untuk menjangkau Pulau Enggano
tetangga mendorong orientasi transaksi masyarakat menyebabkan masyarakat setempat masih mengandalkan
dilakukan dalam mata uang negara tetangga. Selain itu, barter untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketiadaan
kemudahan akses untuk memperoleh uang ringgit dan perbankan di pulau ini juga mengakibatkan kondisi uang
sulitnya memperoleh uang rupiah, menjadikan uang rupiah yang beredar di masyarakat sebagian besar dalam
ringgit lebih dominan beredar di sebagian besar wilayah kondisi yang lusuh.
perbatasan dibandingkan dengan uang rupiah.
Selain kegiatan layanan kas keliling yang melayani
Merespon hal tersebut, KPw DN Provinsi Kalimantan Barat penukaran uang pecahan kecil maupun uang rupiah
menurunkan tim kas keliling untuk memberikan layanan yang sudah tidak layak edar dan rusak, Bank Indonesia
penukaran uang rupiah pecahan kecil serta penarikan juga melaksanakan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang
uang rupiah lusuh kepada masyarakat di Kecamatan Paloh, rupiah ke masyarakat. Disamping itu, Bank Indonesia dan
yang selama ini tidak tersentuh oleh layanan perbankan. LANAL Bengkulu juga menggelar kegiatan sosial berupa
Layanan kas keliling ini dilakukan bersamaan dengan pembagian sembako dan layanan kesehatan gratis serta
pembukaan Kantor Cabang Pembantu BPD Kalimantan melaksanakan penghijauan di pesisir pantai Malakoni-
Barat yang merupakan bank pertama yang dimiliki oleh Enggano.
Kecamatan Paloh sejak jaman kemerdekaan.
Dari ujung barat Indonesia, kegiatan layanan kas keliling
Kegiatan layanan kas keliling di wilayah terpencil dan ke daerah terpencil yang terdapat di Bumi Serambi Mekah
terdepan NKRI juga dilakukan oleh KPw DN Provinsi juga dilakukan oleh KPw DN Bank Indonesia Provinsi Aceh.
Maluku di daerah Namrole, Kabupaten Buru Selatan, Di tengah ancaman gempa, Bank Indonesia melaksanakan
yang merupakan daerah baru hasil pemekaran, yang kegiatan kas keliling penukaran uang layak edar di
hanya dapat dijangkau setelah menempuh perjalanan Kabupaten Simule, salah satu daerah terpencil di wilayah
selama 6 jam dengan menggunakan kapal feri dari Kota Aceh Selatan.
Ambon. Kondisi infrastruktur yang belum memadai
Layanan kas keliling ini membuka akses penukaran uang
menjadi salah satu penyebab kondisi uang rupiah yang
layak edar kepada masyarakat dan memenuhi kelangkaan
beredar di daerah Namrole sebagian besar dalam kondisi
pecahan uang tertentu. Selain itu, layanan kas keliling juga
lusuh. Selama 3 hari, layanan kas keliling KPw DN Provinsi
dilakukan secara wholesale untuk memenuhi kebutuhan
Maluku melayani penukaran uang rupiah pecahan
uang kartal perbankan setempat.
kecil maupun uang rupiah lusuh dan rusak yang ada di
masyarakat dan dunia usaha, sertamaupun layanan kas
Ekspedisi Bhakti Kesejahteraan Rakyat (Bhakesra)
keliling secara wholesale kepada perbankan. Nusantara 2012
Demikian pula yang dilakukan oleh KPw DN Provinsi Komitmen Bank Indonesia untuk meningkatkan eksistensi
Bengkulu melalui kegiatan sinergi bertajuk “BI-LANAL uang rupiah di daerah-daerah terdepan NKRI diwujudkan
Peduli Enggano”, tim gabungan KPw DN Provinsi Bengkulu pula melalui keikutsertaan Bank Indonesia dalam
dan Pangkalan TNI AL (LANAL) Bengkulu menggelar pelaksanaan Ekspedisi Bhakti Kesejahteraan Rakyat
layanan kas keliling bagi masyarakat di Pulau Enggano. (Bhakesra) Nusantara 2012. Kegiatan ini diselenggarakan
Pulau ini merupakan pulau terluar di wilayah Indonesia oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
bagian barat yang berjarak sekitar 180 mil dari Pulau bersama dengan TNI AL dan Kementerian/lembaga
Sumatera. Di tengah perkembangan aktivitas ekonomi terkait, BUMN serta kalangan swasta. Ekspedisi ini
masyarakat dan potensi daerah yang dimiliki, transaki bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
barter masih lazim dijumpai di Pulau Enggano. Selain di pulau-pulau terpencil dan terdepan NKRI sekaligus

108 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

untuk mendukung perhelatan Sail Morotai 2012 Diberlakukannya UU Mata Uang pada tanggal 28 Juni
yang merupakan salah satu agenda kegiatan tahunan 2011, mengharuskan Bank Indonesia untuk melakukan
Pemerintah. penyesuaian terhadap pelaksanaan tugas dan
kewenangan di bidang pengelolaan uang. Penyesuaian
Bertolak dari pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 28
ini dilakukan sebagai pemenuhan amanat untuk
Agustus 2012, Bank Indonesia dan TNI AL mengarungi 7
melakukan koordinasi dengan Pemerintah dalam kegiatan
pulau terpencil dan terdepan NKRI dengan menggunakan
perencanaan, pencetakan dan pemusnahan uang rupiah.
KRI Banda Aceh. Selama 1 bulan, Bank Indonesia
UU Mata Uang juga mengamanatkan penunjukan BUMN
melakukan kegiatan layanan kas keliling penukaran uang
yakni Perum Peruri sebagai satu-satunya pelaksana
rupiah layak edar kepada masyarakat terutama layanan
pencetakan uang rupiah. Lebih lanjut, UU Mata Uang
penukaran uang rupiah pecahan kecil kepada masyarakat
mengamanatkan koordinasi dalam upaya pemberantasan
di Pulau Maumere, Lembata, Buru, Morotai, Marampit,
uang rupiah palsu melalui suatu badan yang disebut
Marore dan Pulau Balabalakang. Total penukaran uang
sebagai Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu
pecahan kecil layak edar selama pelaksanaan Ekspedisi
(BOTASUPAL).
Bhakesra Nusantara 2012 mencapai Rp17,37 miliar yang
terdiri dari uang rupiah kertas dan logam. Kondisi fisik Sementara itu, memenuhi amanat pasal 42 UU Mata
uang yang diterima dari masyarakat umumnya sudah Uang, Bank Indonesia akan melakukan penerbitan uang
sangat lusuh. rupiah baru yang akan ditandatangani bersama oleh
Bank Indonesia dan Pemerintah. Uang rupiah baru
Dalam Ekspedisi Bhakesra ini, Bank Indonesia secara
tersebut akan diperkenalkan ke masyarakat sebagai alat
simultan juga melakukan kegiatan Sosialisasi ciri-
pembayaran yang sah pada tanggal 17 Agustus 2014.
ciriKeaslian Uang Rupiah sekaligus melaksanakan Survei
Ketersediaan dan Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah
Terpencil/Terdepan NKRI. Disamping itu, Bank Indonesia Melakukan Koordinasi dengan Pemerintah dalam
juga memberikan bantuan sosial berupa 7 (tujuh) genset Menetapkan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) dan
Rencana Cetak Uang (RCU)
diesel yang diperuntukkan bagi masyarakat dan Pos TNI
AL yang ada di masing-masing pulau sebagai bagian dari Berdasarkan UU Mata Uang, kegiatan pengelolaan
Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) tahun 2012. uangrupiah terdiri dari kegiatan perencanaan,
pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan,
8.4 Koordinasi dalam rangka serta pemusnahan uang rupiah. Dalam menjalankan
Implementasi Undang-Undang Nomor 7 kegiatan tersebut, Bank Indonesia merupakan
Tahun 2011 tentang Mata Uang satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan
pengeluaran, pengedaran, dan/atau pencabutan dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
penarikan uang rupiah. Adapun pelaksanaan kegiatan
lahir dari keinginan untuk mempercepat terwujudnya
perencanaan dan pencetakan, serta pemusnahan uang
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
rupiah dilakukan Bank Indonesia melalui koordinasi
dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan melakukan
dengan Pemerintah dengan berpedoman pada Nota
perubahan pengaturan mata uang yang terpisah dengan
Kesepahaman tentang Pelaksanaan Koordinasi dalam
pengaturan tentang Bank Indonesia. Hal ini mengingat
rangka Perencanaan dan Pencetakan, serta Pemusnahan
kedudukan uang sebagai salah satu simbol negara serta
Uang Rupiah, yang telah ditandatangani oleh Bank
perannya sebagai alat pembayaran yang sah (legal
Indonesia dan Kementerian Keuangan selaku wakil
tender). Disamping itu, UU Mata Uang lahir dari keinginan
Pemerintah pada tanggal 27 Juni 2012.
kuat untuk menjadikan mata uang rupiah sebagai tuan
rumah di negeri sendiri.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 109


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Sesuai dengan amanat UU Mata Uang tersebut, Dampak positif pelaksanaan alignment ini dirasakan pada
penyusunan EKU maupun RCU 2013 yang dilakukan Bank seluruh tahapan proses pencetakan uang rupiah. Proses
Indonesia telah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan perencanaan pencetakan uang rupiah, negosiasi hingga
Kementerian Keuangan sebagai wakil Pemerintah. Wujud pelaksanaan cetak uang rupiah di Perum Peruri untuk
dari koordinasi tersebut berupa pemberitahuan dan tukar- memenuhi RCU 2012 dapat berjalan tanpa hambatan
menukar informasi mengenai rencana, macam dan harga yang berarti. Dampak alignment ini juga dirasakan pada
uang rupiah, proyeksi jumlah uang rupiah yang perlu proses pengadaan pencetakan uang rupiah tahun 2013
dicetak, serta jumlah uang rupiah yang rusak dan yang yang berhasil diselesaikan dan disepakati bersama oleh
ditarik dari peredaran. Bank Indonesia dan Perum Peruri pada akhir tahun 2012.

Penyusunan EKU 2013 telah dilaksanakan oleh Bank Melakukan Koordinasi dengan Pemerintah dalam
Indonesia pada triwulan II 2012 melalui penyelenggaraan Pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan
Workshop Perencanaan, Pengadaan dan Distribusi Uang Uang RupiahPalsu
Rupiah Tahun 2013. Kehadiran wakil dari Kementerian Upaya pemberantasan pemalsuan Rupiah yang dilakukan
Keuangan RI pada penyusunan EKU 2013 ini, merupakan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia telah melalui
bentuk nyata koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah tahapan sejarah dan perkembangan yang cukup panjang.
dalam hal perencanaan uang rupiah. Disamping itu, Pemberantasan kejahatan terhadap mata uang ini sangat
Bank Indonesia juga telah menyampaikan perhitungan penting dilakukan karena kejahatan tersebut ditengarai
sementara RCU 2013 kepada Kementerian Keuangan c.q. dapat mengganggu stabilitas moneter dan perekonomian
Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk ditanggapi negara, sehingga pembentukan suatu badan pada tingkat
oleh Pemerintah. negara sangat diperlukan. Melalui penerbitan Peraturan
Presiden Nomor 1 tahun 1971, dibentuk Badan Koordinasi
Melakukan Penyelarasan Pencetakan Uang
Rupiah dengan Perum Peruri dan Pemerintah Pemberantasan Uang Palsu (BOTASUPAL) pada tanggal 22
Maret 1971.
Keberhasilan Bank Indonesia untuk mewujudkan misinya
dalam memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat Dalam perkembangannya, berlakunya UU Mata Uang
sangat dipengaruhi oleh kontinuitas pasokan uang rupiah. pada tanggal 20 Juni 2011 mengamanatkan pembentukan
Dengan berlakunya UU Mata Uang, tugas pencetakan Badan Koordinasi Pemalsuan Rupiah Palsu, yang juga
uang rupiahyang diemban oleh Bank Indonesia disingkat dengan nama BOTASUPAL. Landasan hukum ini
dipenuhi dengan menunjuk Badan Usaha Milik Negara diperkuat dengan penerbitan Peraturan Presiden (Perpres)
(BUMN) terkait, yaitu Perum Peruri sebagai perusahaan Nomor 123 Tahun 2012 tanggal 7 Desember 2012 tentang
pencetakan uang rupiah. Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu.

Menyikapi hubungan monopolistik antara Bank Indonesia Sesuai dengan ketentuan ini, BOTASUPAL memiliki fungsi
dan Perum Peruri dalam tugas pencetakan uang rupiah sebagai koordinator pemberantasan uang rupiah palsu,
tersebut, selama tahun 2012 Bank Indonesia menempuh dengan memadukan kegiatan dan operasi pemberantasan
upaya penyelarasan (alignment) dengan Perum Peruri uang rupiah palsu yang dilakukan oleh lembaga dan
dan Kementerian Negara BUMN yang membawahi Perum instansi terkait sesuai kewenangannya masing-masing.
Peruri. Alignment dilakukan untuk lebih saling memahami Unsur-unsur BOTASUPAL terdiri dari Badan Intelijen
kepentingan masing-masing pihak sehingga terdapat Negara (BIN), Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung,
kesepahaman yang sama dalam pelaksanaan tugas Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Adapun
pencetakan uang rupiah. Ketua BOTASUPAL dijabat oleh Kepala BIN.

110 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Tugas BOTASUPAL (bentuk yang baru) sebagaimana Perbankan, Akademisi, Perbarindo (Perhimpunan Bank
diatur dalam Perpres Nomor 123 Tahun 2012 tanggal 7 Perkreditan Rakyat Indonesia, PVA (Pedagang Valuta
Desember 2012 diantaranya melakukan koordinasi di Asing) dan media massa.
bidang penyusunan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
Penyelenggaraan Semiloka dan Diskusi Panel dimaksudkan
analisis dan evaluasi kebijakan pemberantasan uang
untuk memberikan gambaran mengenai tindak pidana
rupiah palsu. Dalam pelaksanaannya, koordinasi antar
pemalsuan uang rupiah yang terjadi saat ini. Selain itu,
unsur BOTASUPAL dilakukan minimum dua kali dalam satu
peserta semiloka juga dibekali dengan pengetahuan
tahun. Adapun pelaksanaan tugas dari tiap unsur-unsur
mengenai upaya-upaya penanggulangan yang telah
BOTASUPAL disesuaikan dengan kewenangan masing-
dilakukan serta arah dan strategi ke depan dalam
masing lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
memberantas pemalsuan uang rupiah sesuai dengan
undangan yang berlaku.
ketentuan UU Mata Uang.
Sepanjang tahun 2012, kegiatan koordinasi dalam
rangka pemberantasan uang rupiah palsu dengan Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-
unsur-unsur BOTASUPAL lainnya diwujudkan dengan CAC)
menyelenggarakan Semiloka dan Diskusi Panel dengan Tindak pidana uang rupiah palsu saat ini ditengarai telah
tema “Arah dan Strategi Kebijakan Pemberantasan berkembang menjadi kejahatan antar wilayah, dan bahkan
Pemalsuan Uang rupiah setelah berlakunya Undang- di beberapa kasus telah berkembang menjadi kejahatan
Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang”. trans-nasional. Menghadapi perkembangan tersebut,
Sementara upaya Bank Indonesia dalam penanggulangan BOTASUPAL secara terus-menerus mengembangkan
peredaran uang rupiah palsu salah satunya melalui upaya-upaya guna memberantas kejahatan terhadap
implementasi pusat data uang rupiah palsu, Bank mata uang ini. Salah satu tugas penting yang diemban
Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC). BOTASUPAL adalah pertukaran data dan informasi
Semiloka dan Diskusi Panel “Arah dan Strategi Kebijakan mengenai pemberantasan Rupiah palsu.
Pemberantasan Pemalsuan Uang Rupiah setelah Merespon hal tersebut, Bank Indonesia sebagai salah
berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 satu unsur BOTASUPAL mengembangkan pusat database
tentang Mata Uang” dan laboratorium uang rupiah palsu yaitu Bank Indonesia
Pelaksanaan koordinasi dengan unsur-unsur BOTASUPAL Counterfeit Analysis Center (BI-CAC). Database BI-CAC
dan pihak terkait lainnya sepanjang tahun 2012 dilakukan merupakan pusat informasi yang memuat data tentang
juga melalui penyelenggaraan kegiatan seminar. Pada Rupiah palsu yang ditemukan oleh perbankan di seluruh
bulan Oktober 2012, Bank Indonesia menyelenggarakan Indonesia, laporan masyarakat serta kasus-kasus tindak
kegiatan Semiloka dan Diskusi Panel dengan tema “Arah pidana yang berhasil diungkap aparat penegak hukum
dan Strategi Kebijakan Pemberantasan Pemalsuan Uang yang diteruskan ke Bank Indonesia.
Rupiah setelah berlakunya Undang-Undang Nomor Melalui BI-CAC, Bank Indonesia mendorong penyelidikan
7 Tahun 2011 tentang Mata Uang”. Acara Semiloka tindak pidana uang rupiah palsu yang selama ini masih
diselenggarakan di 2 (dua) tempat, yaitu di Bandung terpisah di setiap wilayah menjadi pengungkapan tindak
bertempat di KPw DN Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa pidana antar wilayah. Dengan demikian, akan terdapat
Barat & Banten) dan di Surabaya bertempat di KPw DN keseragaman dalam penindakan maupun proses peradilan
Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur). Mayoritas terhadap para pelaku tindak pidana uang rupiah palsu
peserta seminar adalah aparat penegak hukum dari di seluruh wilayah hukum Indonesia. Kedepan, Bank
Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Disamping Indonesia akan terus memperkuat database ini sehingga
itu, seminar dihadiri pula oleh perwakilan dari TNI, dapat diakses oleh aparat penegak hukum untuk

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 111


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

digunakan dalam upaya pemberantasan uang rupiah diimplementasikan di seluruh Kantor Perwakilan
palsu. Bank Indonesia. Implementasi ini dibarengi dengan
pelaksanaan pelatihan kepada seluruh perwakilan
Selain digunakan untuk membantu pemberantasan
pegawai dari seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
uang rupiah palsu, data dari BI-CAC juga membantu
yang dilakukan secara bertahap mulai bulan November
pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam upaya preventif
2012 sampai dengan tahap terakhir di Januari 2013.
penanggulangan peredaran uang rupiah palsu. Dari data
Kepada pegawai-pegawai tersebut dibekali dengan
tersebut, Bank Indonesia memperoleh informasi dan
pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan
masukan berharga yang akan digunakan dalam rangka
keaslian uang Rupiah maupun pemalsuan uang Rupiah.
meningkatkan fitur-fitur pengaman (security features)
Dalam pelatihan ini, BI juga bekerjasama dengan POLRI
uang rupiah.
untuk turut memberikan pembekalan dalam hal upaya-
Selama tahun 2012, Bank Indonesia terus melakukan upaya represif yang dilakukan dalam pemberantasan
pengembangan sistem BI-CAC. Hal ini dimaksudkan Rupiah palsu. Selain itu, kepada Kantor Perwakilan BI
sebagai upaya memperkuat database mengenai juga diberikan peralatan berupa mikroskop digital guna
Rupiah palsu untuk mendukung upaya pemberantasan membantu pegawai dalam menganalisis Rupiah palsu
uang Rupiah palsu. Mempertimbangkan semakin yang ditemukan dalam kegiatan pengelolaan Rupiah,
pentingnya peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia sehingga data dan informasi yang akan dimasukkan ke
dalam pemberantasan Rupiah palsu, BI-CAC mulai dalam BI-CAC menjadi lebih akurat. 

Boks 8.4 Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC)

Saat ini, strategi penanggulangan peredaran uang rupiah palsu di masyarakat dilakukan oleh Bank Indonesia
melalui 2 (dua) bentuk pendekatan, yaitu pendekatan preventif atau tindakan pencegahan dan pendekatan
represif melalui penegakan hukum. Kedua pendekatan ini dilakukan secara simultan sehingga upaya
penanggulangan peredaran uang rupiah palsu di masyarakat menjadi semakin optimal.
Upaya preventif penanggulangan peredaran uang rupiah palsu diterjemahkan oleh Bank Indonesia kedalam
upaya-upaya sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas fitur pengaman yang ada pada uang rupiah sehinggauang rupiah tidak mudah untuk
dipalsukan. Fitur pengaman pada uang memiliki fungsi yang sangat penting terutama untuk memudahkan
pengguna untuk membedakan uang rupiah asli dengan uang rupiah tidak asli, yang pada saat bersamaan
mencegah upaya pemalsuan terhadap uang.
2. Mengembangkan strategi komunikasi massa yang efektif untuk menyebarluaskan informasi mengenai ciri-
ciri keaslian uang rupiah secara massive ke masyarakat termasuk mengedukasi masyarakat tentang cara
memperlakukan uang dengan baik. Komunikasi dan diseminasi ini dilakukan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung ke masyarakat. Komunikasi secara langsung dilakukan melalui tatap muka dengan
masyarat pada kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia ataupun
melalui kegiatan training of the trainers (ToT) kepada para pihak (stakesholders) termasuk kepada para aparat
penegak hukum. Adapun komunikasi tidak langsung salah satunya dilakukan dengan memasang Iklan Layanan
Masyarakat (ILM) baik di media elektronik maupun media cetak.

112 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Sementara itu, pendekatan represif penanggulangan peredaran uang rupiah palsu dilakukan Bank Indonesia
melalui koordinasi dengan aparat penegak hukum yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan yang memiliki
kewenangan penuh dalam menangani tindak pidana uang palsu. Koordinasi juga dilakukan oleh Bank Indonesia
dengan unsur-unsur terkait lain yang tergabung dalam Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu
(BOTASUPAL). Selain Bank Indonesia, unsur BOTASUPAL lainnya adalah Badan Intelijen Negara (BIN), Kepolisian,
Kejaksaan Agung dan Kemeterian Keuangan Rebuplik Indonesia. Sebagai anggota, Bank Indonesia berperan
sebagai nara sumber yang berwenang menetapkan ciri keaslian uang rupiah. Kewenangan ini sesuai dengan
ketentuan pasal 29 ayat (1) UU Mata Uang.
Sejak tahun 2006, Bank Indonesia telah merintis pendirian sebuah Pusat Data dan Analisis Uang Palsu yang lebih
dikenal sebagai BI-CAC (Bank Indonesia – Counterfeit Analysis Center). BI-CAC merupakan sistem aplikasi yang
digunakan untuk mencatat, mengklasifikasi dan menganalisa uang rupiah palsu yang dilaporkan oleh perbankan
dan masyarakat maupun uang rupiah palsu dari hasil pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu yang
dilaporkan oleh pihak Kepolisian dari waktu ke waktu. Implementasi BI-CAC di seluruh Kantor Perwakilan Dalam
Negeri Bank Indonesia telah dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012. Harapan ke depan dengan terintegrasinya
data uang palsu secara nasional akan membantu pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu oleh aparat
penegak hukum.
Data yang dihasilkan oleh BI-CAC diantaranya adalah data jumlah lembar dan denominasi uang rupiah yang
dipalsukan, wilayah/daerah temuan uang rupiah palsu, klasifikasi uang yang dipalsukan, kualitas pemalsuan serta
pelaku tindak pidana pemalsuan uang rupiah. Adapun mekanisme pengolahan data uang rupiah palsu dapat
dilihat pada Diagram 1 dan mekanisme administrasi uang rupiah palsu dapat dilihat pada Diagram-2.

����������� �������� �����

���������� ������� ���������


���� �����������

��������� ���
���������������
������ ������� �����������
������������� ����
������������ �������
����������� ������
��������� ���������������
������ ������������

����
������
�����������

�������
��������
���������
����
�����������
�����������
��������
��������� �����������
����
�� ���������
������������ ������
�� ����������
�������������
��������

Diagram-1.
Pengolahan Data Uang Rupiah Palsu pada BI-CAC

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 113


Bab 8 Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

�������� ���������
���� ������������
���������� �����������������������
���������
���������� ��������������������� �����
��������������
������������� ����������

��������� ��� �����������


���������

����������
������������

����������
��������������
����� �������������
���������� ������

�����

Diagram-2.
Gambaran Umum Administrasi UPAL pada Sistem BI-CAC

114 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 9 Kegiatan dan Informasi Pendukung
dalam Tugas Pengelolaan Uang

Bab 9

Kegiatan dan
Informasi Pendukung
dalam Tugas Pengelolaan Uang

9.1 Kegiatan Museum Artha Suaka rutin melaksanakan kegiatan Pameran Koleksi Uang di
Bank Indonesia berbagai wilayah di Indonesia. Kegiatan ini juga menjadi
Selain Museum Bank Indonesia yang ada di Kota Tua, ajang edukasi kepada masyarakat mengenai nilai-nilai
Jakarta, sebagian koleksi mata uang dan benda-benda sejarah yang terkandung dalam koleksi mata uang yang
bersejarah yang dimiliki Bank Indonesia juga disimpan di dipamerkan. Selain itu, kegiatan pameran koleksi Museum
Museum Artha Suaka. Museum yang dapat dijumpai di Artha Suaka ini dilakukan dalam rangka memperkaya
lokasi perkantoran Bank Indonesia ini menyimpan dan dunia numismatika di Indonesia.
mengelola koleksi mata uang yang berasal dari jaman Sepanjang tahun 2012, Bank Indonesia telah
kerajaan di Indonesia sampai dengan mata uang yang melaksanakan sebanyak 6 kali kegiatan Pameran Koleksi
masih beredar di masyarakat saat ini maupun koleksi Uang di berbagai wilayah Indonesia. Selain untuk
alat-alat pembayaran yang pernah beredar di Indonesia. mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia, kegiatan
Selain koleksi mata uang, dapat dijumpai pula koleksi pameran koleksi uang ini juga dilakukan sebagai bentuk
benda-benda bersejarah yang dimiliki oleh Bank Indonesia partisipasi Bank Indonesia pada penyelenggaraan
seperti batu prasasti, plat cetak uang, patung dari jaman berbagai event di tingkat nasional ataupun daerah, yaitu :
kerajaan, ataupun patung muka yang berasal dari jaman 1. Kegiatan Pameran Koleksi Uang di Surabaya, Jawa
penjajahan Belanda. Timur. Pameran koleksi uang dilaksanakan untuk
Keberadaan Museum Artha Suaka merupakan mendukung acara peresmian Gedung Heritage Eks De
perwujudan dari salah satu tugas Bank Indonesia Javasche Bank sebagai salah satu cagar budaya bangsa.
khususnya di bidang pengelolaan uang rupiah. Selain itu, Kegiatan pameran dilangsungkan di KPw DN Bank
museum ini juga merupakan bentuk nyata pengabdian Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) dari tanggal 26 s.d.
dan kontribusi Bank Indonesia kepada masyarakat melalui 28 Januari 2012.
upaya pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa. 2. Kegiatan Pameran Koleksi Uang di Yogyakarta.
Hal ini diwujudkan melalui edukasi nilai-nilai sejarah Pameran Koleksi Uang menjadi bagian dari rangkaian
perjuangan bangsa yang terkandung dalam koleksi mata peresmian Gedung Heritage Eks De Javasche Bank
uang yang tersimpan di Museum Artha Suaka. sebagai salah satu budaya bangsa. Selama 3 hari
dari tanggal 17 s.d. 19 Februari 2012, masyarakat
Untuk memperkenalkan koleksi uang Bank Indonesia yang dapat menikmati koleksi uang Bank Indonesia yang
disimpan di Museum Artha Suaka, Bank Indonesia secara

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 115


Bab 9 Kegiatan dan Informasi Pendukung
dalam Tugas Pengelolaan Uang

dipamerkan di KPw DN Bank Indonesia Daerah pecahan uang rupiah tersebut dari peredaran. Nilai
Istimewa Yogyakarta. intrinsik uang yang meliputi harga bahan baku dan biaya
3. Kegiatan Pameran Koleksi Uang di Yogyakarta. pencetakan suatu pecahan yang sudah melebihi nilai
Pameran koleksi uang dilakukan untuk memeriahkan nominalnya turut pula menjadi faktor penentu dicabut
Hari Raya Idul Fitri dan penyelenggaraan Inter Central dan ditariknya suatu pecahan uang rupiah dari peredaran.
Bank Games (ICBG) 2012 yang berlangsung dari
Setelah dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran oleh
tanggal 16 Agustus s.d. 1 Oktober 2012. Pameran ini
Bank Indonesia, selama 10 tahun berikutnya masyarakat
merupakan kali kedua kegiatan pameran koleksi uang
masih memiliki hak untuk melakukan penukaran. Pada
dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2012.
kurun waktu 5 tahun pertama setelah dinyatakan dicabut
4. Kegiatan Pameran Koleksi Uang di Palembang,
dan ditarik dari peredaran, masyarakat dapat melakukan
Sumatera Selatan. Pameran koleksi uang dilakukan
penukaran di kantor bank umum terdekat maupun di
untuk memeriahkan event “Sriwijaya International
Expo 2012” yang berlangsung dari tanggal 15 s.d. 20
Tabel 9.1 Uang yang di Cabut dan Ditarik dari Peredaran
Mei 2012.
5. Kegiatan Pameran Koleksi Uang di Solo, Jawa Tengah. �����������
������� ��������������������
Pameran koleksi uang dilakukan untuk mendukung ��� ���������������������
���������� �����������
��
penyelenggaraan acara Financial Inclusion Expo yang ����
�����������
dilangsungkan pada tanggal 14 s.d. 18 Juli 2012. � ������������������������
6. Kegiatan Pameran Koleksi Uang di Medan, Sumatera � �����������������������
� �����������������
��������� ��������� ���������
Utara. Pameran koleksi uang yang dilangsungkan � �����������������
� ���������������
selama 3 hari dari tanggal 19 s.d. 21 Desember 2012 � ���������������
� ������������������
ini diselenggarakan dalam rangka memberikan � �����������������
��������� ��������� ���������
edukasi kepada pelajar, mahasiswa dan masyarakat � �����������������
�� ���������������
di Kota Medan dan sekitarnya mengenai uang yang �� ���������������
�� ������������������
pernah beredar di Indonesia. �� ����������������� ��������� ��������� ���������
�� �����������������
�� ���������������
�� ������������������������
9.2 Uang Rupiah yang Sudah Dicabut �� ������������������������
��������� ��������� ���������
dan Ditarik dari Peredaran �� ������������������������
�� ������������������������
�� ���������������
UU Mata Uang yang mulai berlaku sejak tanggal 28 Juni �� ���������������
��������� ��������� ���������
2011 memberikan mandat bagi Bank Indonesia untuk �� �����������������
�� �����������������
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, mencabut �� ������������������
�� ������������������
dan menarik uang rupiah dari peredaran serta melakukan ��������� ��������� ���������
�� ������������������
�� �������������������
pemusnahan terhadap uang rupiah yang tidak layak ����������
edar. Dalam melakukan pencabutan dan penarikan suatu �� �������������
�� ��������������
��������� ��������� ���������
pecahan uang rupiah dari peredaran, Bank Indonesia �� ��������������
�� ��������������
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya tingkat �� �������������
�� �������������
penggunaan suatu pecahan pada transaksi pembayaran �� ��������������
��������� ��������� ���������
masyarakat ataupun kebutuhan untuk melakukan �� ��������������
�� ���������������
penyederhanaan komposisi dan emisi pecahan uang �� ���������������
�� �������������
rupiah yang ada saat ini. Disamping itu, tingginya tingkat �� �������������� ��������� ��������� ���������
�� ��������������
pemalsuan terhadap suatu pecahan juga mendasari �� ������������� ����������� ����������� �����������
kebijakan Bank Indonesia untuk mencabut dan menarik ����������������

116 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 9 Kegiatan dan Informasi Pendukung
dalam Tugas Pengelolaan Uang

Kantor Bank Indonesia yang ada di wilayahnya. Setelah itu 9.3 Bank Indonesia Sistem Informasi
untuk masa 5 tahun berikutnya, masyarakat hanya dapat Layanan Kas (BISILK)
melakukan penukaran di Bank Indonesia. Pelaksanaan
Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas
pencabutan dan penarikan uang rupiah ini diatur dalam
(BISILK) merupakan pengembangan aplikasi untuk
Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan ditempatkan dalam
mengakomodasi kegiatan layanan kas Bank Indonesia
Lembar Negara Republik Indonesia (LNRI).
yaitu layanan Setoran dan Bayaran Bank serta transaksi
Pemberlakuan batas waktu bagi masyarakat untuk uang kartal antar bank (TUKAB). Selama ini, kegiatan
menuntut hak penukaran atas uang yang telah dicabut penyetoran dan penarikan bank yang antara lain
dan ditarik dari peredaran mengandung potensi untuk mencakup pengiriman informasi likuiditas bank, transaksi
menimbulkan kerugian finansial bagi masyarakat. uang kartal antar bank (TUKAB) dan rencana penyetoran/
Menyadari hal ini, pencabutan dan penarikan suatu penarikan bank masih dilakukan secara manual.
pecahan dari peredaran selalu dibarengi dengan upaya
Dengan adanya otomasi proses kegiatan penyetoran
penyebarluasan informasi ke masyarakat. Komunikasi
dan penarikan bank yang dikembangkan lewat aplikasi
mengenai pencabutan dan penarikan pecahan uang
BISILK ini, kegiatan penyetoran dan penarikan uang yang
rupiah tersebut dilakukan Bank Indonesia melalui
dilakukan perbankan menjadi lebih efektif dan optimal.
publikasi di berbagai media massa maupun melalui
Selain itu, otomasi ini juga akan mempercepat waktu
penempatan leaflet dan poster di berbagai lokasi seperti
pemrosesan dan pengolahan data/informasi sehingga
kantor bank, tempat-tempat umum maupun di lokasi
informasi yang dihasilkan bersifat real time.
Kantor Bank Indonesia. Disamping itu, masyarakat juga
dapat mengetahui informasi mengenai pencabutan dan Pengembangan BISILK sendiri bertujuan untuk
penarikan uang rupiah tersebut melalui publikasi di menyediakan fasilitas serta memberikan kenyamanan dan
website Bank Indonesia. keamanan kepada bank dalam hal penyampaian laporan
ke Bank Indonesia disamping menjadi media transaksi
Sampai dengan akhir tahun 2012, tercatat sebanyak 35
uang kartal untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
jenis pecahan uang rupiah yang telah dicabut dan ditarik
perbankan. Dari sisi Bank Indonesia, pengembangan
dari peredaran. Dari 35 jenis pecahan tersebut, terdapat
aplikasi BISILK ini merupakan wujud peningkatan kualitas
5 jenis pecahan yang masih dapat ditukarkan di Bank
layanan Bank Indonesia. Selain itu, BISILK juga menjadi
Indonesia dan bank umum, sedangkan 30 jenis pecahan
fasilitas yang lebih lebih realtimedalam melaksanakan
lainnya hanya dapat ditukarkan oleh masyarakat di Bank
fungsi monitoring terhadap kegiatan TUKAB dan kegiatan
Indonesia.
lainnya pada proses setoran bayaran bank.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 117


Bab 9 Kegiatan dan Informasi Pendukung
dalam Tugas Pengelolaan Uang

Halaman ini sengaja dikosongkan

118 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 10 Penilaian Kinerja Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Tugas
di Bidang Pengelolaan Uang Rupiah

Bab 10

Penilaian Kinerja Bank Indonesia


dalam Pelaksanaan Tugas
di Bidang Pengelolaan Uang Rupiah

Bank Indonesia menyadari bahwa kredibilitas jangka 10.1 Survei Kepuasan Terhadap
panjang hanya dapat terwujud jika prinsip-prinsip Ketersediaan Uang Rupiah Layak Edar
good governance dan akuntabilitas terus ditegakkan
Untuk memberikan gambaran mengenai seberapa
seiring dengan komitmen untuk terus meningkatkan
jauh program kerja dan kebijakan yang diambil oleh
kapabilitas diri. Untuk itu, Bank Indonesia secara konsisten
Bank Indonesia telah memberikan kepuasan kepada
berkomitmen untuk terus memperbaiki kinerjanya demi
masyarakat dalam hal ketersediaan uang rupiah layak
mencapai tujuan menjadi lembaga yang bermanfaat bagi
edar, setiap tahunnya Bank Indonesia melaksanakan
masyarakat luas.
Survei Kepuasan terhadap Ketersediaan Uang Rupiah
Sebagai perwujudan dari akuntabilitas dalam Layak Edar (ULE). Melalui survei ini pula Bank Indonesia
pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan uang rupiah, dapat mengukur respon masyarakat terhadap pemenuhan
Bank Indonesia secara berkala melaksanakan survei kebutuhan setiap pecahan uang rupiah yang diedarkan,
persepsi kinerja dengan target responden yang berbeda serta keberhasilan program sosialisasi Ciri-ciri Keaslian
pada tiap periodenya. Survei ini dilakukan untuk Uang Rupiah yang dilakukan dalam rangka memberikan
mengukur pencapaian sasaran-sasaran strategis yang informasi dan penjelasan kepada masyarakat luas
telah ditetapkan dalam hal pengelolaan uang rupiah. terhadap kenyamanan dan keamanan dalam memegang
Adapun pencapaian sasaran strategis diperoleh melalui dan mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah.
pengukuran tingkat kepuasan stakeholders terhadap
Mengacu pada hasil survei tahun sebelumnya, Bank
kinerja pengelolaan uang selama periode tertentu.
Indonesia terus melakukan penyelarasan terhadap
Pada tahun 2012, Bank Indonesia melaksanakan 2 kali program kerja dan kebijakan pengelolaan uang rupiah
survei persepsi untuk mengukur kinerjanya dalam hal yang akan dijalankan selamatahun 2012. Hal ini dilakukan
pengelolaan uang rupiah. Survei yang dilakukan terdiri untuk meningkatkan kepuasan stakeholders melalui
dari Survei Kepuasan Perbankan terhadap Layanan Kas peningkatan kualitas dan ketersediaan uang rupiah layak
di Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) yang dilaksanakan edar secara merata di wilayah NKRI yang disertai dengan
pada tiap akhir semester dan Survei Kepuasan terhadap peningkatan kualitas dan perluasan jangkauan layanan kas
Ketersediaan Uang Rupiah Layak Edar (ULE) yang Bank Indonesia.
merupakan agenda kegiatan rutin tahunan.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 119


Bab 10 Penilaian Kinerja Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Tugas
di Bidang Pengelolaan Uang Rupiah

Keberhasilan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang 10.2 Survei Kepuasan Perbankan atas
pengelolaan uang selama tahun 2012 tercermin dari Layanan Kas di Kantor Pusat Bank
terlampauinya target hasil survei yang ditetapkan. Pada Indonesia
skala penilaian 1-6, responden survei memberikan rata- Kepuasan perbankan sebagai salah satu stakeholders
ratakepuasan sebesar 4,50 terhadap seluruh aspek yang utama Bank Indonesia terhadap pemenuhan kuantitas
diukur, lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 4. dan kualitas uang kartal yang diberikan menjadi salah
Untuk menjamin akuntabilitas dan integritas hasil survei, satu tolak ukur kinerja dan keberhasilan pelaksanaan
pelaksanaan Survei Kepuasan terhadap Ketersediaan Uang tugas Bank Indonesia. Hal ini mendorong Bank Indonesia
Layak Edar (ULE) dilakukan oleh konsultan independen untuk terus mengembangkan kualitas layanan kas kepada
yang ditunjuk. Pada tahun 2012, survei dilaksanakan perbankan sesuai dengan standar layanan kas prima
terhadap terhadap 305 responden yang mencakup 6 yang berlaku. Untuk memperoleh gambaran tentang
kelompok stakeholders yaitu perbankan yang terdiri dari tingkat kepuasan perbankan di wilayah kerja Kantor Pusat
Bank Umum, Bank Syariah dan BPR Konvensional; dunia Bank Indonesia (KPBI) terhadap kinerja layanan kas yang
usaha serta masyarakat umum. Secara keseluruhan, para diberikan, Bank Indonesia secara semesteran melakukan
responden menyatakan cukup puas dengan ketersediaan pengukuran kepuasan perbankan melalui Survei Kepuasan
Uang Layak Edar, hal ini terutama disampaikan oleh Perbankan terhadap Layanan Kas di KPBI.
responden dari kategori Bank Umum dengan tingkat Aspek yang diukur dalam survei meliputi 4 aspek
kepuasan sebesar 4,82, diikuti oleh BPR Konvensional dan layanan yaitu keakurasian (selisih kurang/lebih) dalam
Bank Syariah dengan tingkat kepuasan 4,73 dan 4,58. penghitungan penerimaan setoran dan pembayaran
Aspek yang dinilai dalam survei mencakup 8 atribut kepada bank; kesesuaian dalam pemenuhan kebutuhan
kepuasan, diantaranya pemenuhan uang berdasarkan uang perbankan; kualitas hasil cetak uang yang dibayarkan
pecahan, kualitas uang dan kemudahan dalam mengenali kepada bank, serta atribut layanan kas yang meliputi
keaslian uang. Responden memberikan penilaian tertinggi kecepatan, keamanan dan layanan dari petugas kas Bank
terhadap atribut kemudahan mengenali keaslian uang Indonesia selama berinteraksi dengan perbankan.
dengan menggunakan alat deteksi uang palsu dengan Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan pada tahun
tingkat nilai kepuasan sebesar 4,74. Kemudahan 2012, secara umum perbankan menyatakan kepuasannya
mengenali keaslian uang dengan melihat desain dan terhadap layanan kas Bank Indonesia. Kepuasan
gambar serta meraba tekstur dan menerawang uang juga perbankan tersebut tercermin dari penilaian yang
memperoleh nilai kepuasan yang tinggi dari responden, diberikan responden terhadap seluruh aspek yang diukur
dengan nilai keyakinan sebesar 4,65. Atribut lain yang juga dengan rata-rata kepuasan sebesar 5,0 (skala 1-6).
memperoleh nilai keyakinan yang tinggi dari responden
Hasil survei menunjukkan tingginya tingkat kepuasan
adalah terpenuhinya kebutuhan uang dalam jumlah dan
perbankan terhadap aspek layanan kas yang meliputi
jenis pecahan dengan tingkat kepuasan 4,61. Adapun dari
atribut kecepatan dan keamanan layanan serta
hasil survei, terlihat bahwa tingkat keyakinan responden
keramahan, kerapihan dan ketelitian petugas Bank
terhadap penurunan jumlah uang palsu yang beredar
Indonesia. Responden memberikan penilaian sebesar
masih rendah, dengan tingkat kepuasan hanya sebesar
5,1 yang merupakan pencapaian tertinggi dari seluruh
4,29 atau merupakan atribut dengan penilaian terendah
aspek yang diukur dalam survei. Keamanan pada saat
pada survei. Atribut lain yang dikritisi oleh responden
melakukan penarikan ataupun setoran ke Bank Indonesia
adalah belum memadainya informasi atau pengumuman
dinilai sebagai atribut layanan kas terbaik dengan tingkat
atas uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran, dimana
kepuasan responden sebesar 5,26.
tingkat kepuasan responden hanya sebesar 4,35.

120 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 10 Penilaian Kinerja Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Tugas
di Bidang Pengelolaan Uang Rupiah

Tabel 10. Atribut Penilaian Survei Layanan Kas di Kantor Pusat Bank Indonesia Tahun 2012

Indeks Kepuasan
Aspek-aspek yang dinilai Sangat Puas Puas Cukup Puas, Kurang Puas,
(%) (%) Tidak Puas, Sangat Tidak Puas (%)

Keakurasian (selisih kurang/lebih) eks peredaran 22 57 21

Keakurasian (selisih kurang/lebih) HCS 38 47 15

Kesesuaian dalam pemenuhan Pecahan Kecil (Rp10.000, ke bawah) 25 37 38

Kesesuaian dalam pemenuhan Pecahan Besar (Rp20.000 ke atas) 26 46 28

Kesesuaian dalam pemenuhan nominal 32 45 23

Kualitas hasil cetak 29 40 31

Kecepatan Waktu Layanan Kas 31 38 31

Keamanan selama melakukan transaksi di komplek kantor BI 40 49 11

Survei juga mengindikasikan perlunya perbaikan aspek Sementara itu, responden menyatakan kepuasannya
kesesuaian dalam pemenuhan kebutuhan bank, dimana terhadap aspek keakurasian (selisih kurang/lebih) dalam
aspek ini memperoleh penilaian terendah dengan tingkat penghitungan penerimaan setoran dan pembayaran
kepuasan responden sebesar 4,9. Responden menyoroti kepada bank serta aspek kualitas hasil cetak uang. Kedua
belum optimalnya pemenuhan kebutuhan bank aspek tersebut memperoleh tingkat kepuasan sebesar
berdasarkan jenis pecahan yang diminta, terutama uang 5,0. Namun demikian, pada aspek keakurasian, responden
pecahan kecil. Hal ini tercermin dari penilaian responden mengharapkan adanya peningkatan keakurasian pada
terhadap atribut kesesuaian pemenuhan kebutuhan uang penghitungan uang terutama penghitungan uang yang
berdasarkan jenis pecahannya dengan tingkat kepuasan dikategorikan sebagai uang eks peredaran atau uang yang
sebesar 4,88. berasal dari setoran masyarakat.

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 121


Bab 10 Penilaian Kinerja Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Tugas
di Bidang Pengelolaan Uang Rupiah

Halaman ini sengaja dikosongkan

122 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Bab 11 Arah Kebijakan dan Rencana Pengelolaan
Uang Rupiah Tahun 2013

Bab 11

Arah Kebijakan dan Rencana


Pengelolaan Uang Rupiah
Tahun 2013

Perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan akan uang kartal, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi
mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi sejalan dengan distribusi uang yang telah dijalankan selama ini, dengan
kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan mengalami tetap memperhatikan amanat UU Mata Uang dan
peningkatan secara gradual. Di tengah berbagai tantangan perkembangan lainnya. Penerbitan uang rupiah baru
baik global maupun domestik yang bersumber dari pada tahun 2014 turut menjadi konsideran utama bagi
ketidakpastian pemulihan ekonomi maupun harga kebijakan pengelolaan uang di tahun 2013.
komoditas yang dapat mempengaruhi ekspor Indonesia,
pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013
diperkirakan mencapai kisaran 6,3%-6,8%. Pertumbuhan
Memperkuat Manajemen Persediaan
Uang Kartal
tersebut masih disumbang oleh permintaan domestik
disamping persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden Tren peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat
dan Legislatif yang akan mendorong pertumbuhan diperkirakan masih akan terus berlanjut. Untuk itu,
ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pertumbuhan kebijakan pengelolaan uang pada tahun 2013 diarahkan
ekonomi yang cukup tinggi tersebut menjadi pijakan bagi untuk memperkuat manajemen persediaan uang kartal
penetapan arah kebijakan dan rencana pengembangan di Bank Indonesia.
bidang pengelolaan uang pada tahun 2013. Penguatan ini salah satunya ditempuh dengan menjaga
Disamping pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, level kas minimum secara nasional pada posisi yang aman
berbagai lingkungan strategis Bank Indonesia seperti sesuai dengan perhitungan EKU 2013. Untuk itu, Bank
amandemen UU Bank Indonesia, pengesahan UU lainnya Indonesia akan melakukan alignment antara rencana
seperti UU Mata Uang serta RUU terkait dan isu-isu kerja dan anggaran Perum Peruri dengan kebutuhan
strategis yang berkembang di dunia internasional, pencetakan uang Bank Indonesia dalam jangka panjang.
nasional, regional serta internal Bank Indonesia turut pula Selain itu, Bank Indonesia juga akan terus meningkatkan
mempengaruhi peta strategi dan arah kebijakan Bank akurasi perencanaan kebutuhan uang baik dalam jumlah
Indonesia ke depan. maupun pecahan sehingga kebutuhan uang kartal
masyarakat dapat terpenuhi baik dalam jumlah nominal
Menghadapi perkembangan tersebut, untuk memenuhi
maupun pecahan.
peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat,
kebijakan pengelolaan uang ke depan diarahkan untuk Sementara itu, untuk memperkuat persediaan uang
memperkuat manajemen persediaan dan fungsi layanan rupiah logam, Bank Indonesia akan mengimplementasikan

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 123


Bab 11 Arah Kebijakan dan Rencana Pengelolaan
Uang Rupiah Tahun 2013

kebijakan resirkulasi uang rupiah logam. Untuk itu, pada terintegrasi. Keberadaan SPU ini diharapkan mampu
tahun 2013, Bank Indonesia akan melakukan kajian menjawab kendala distribusi uang yang selama ini
yang dapat memberikan rekomendasi bagi pelaksanaan dihadapi oleh Bank Indonesia, khususnya di KPBI.
kebijakan resirkulasi uang logam tersebut.

Implementasi Undang-Undang Mata


Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Uang
Distribusi Uang Rupiah
Memenuhi ketentuan Pasal 42 UU Mata Uang, Bank
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan Indonesia akan melakukan penerbitan uang rupiah baru
ketersediaan uang rupiah berkualitas secara merata di yang akan diperkenalkan ke masyarakat pada tanggal
seluruh wilayah NKRI, pada tahun 2013 Bank Indonesia 17 Agustus 2014. Pada tahun 2013, Bank Indonesia
akan melanjutkan upaya perluasan layanan kas titipan akan memulai komunikasi dengan Pemerintah sebagai
di wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal tahapan awal implementasi penerbitan uang rupiah baru.
oleh Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPw DN) Bank Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga akan melakukan
Indonesia setempat. Kebijakan ini akan ditempuh dengan koordinasi dengan Pemerintah mengenai desain uang
memperbesar dan memperluas keterlibatan perbankan rupiah baru maupun dalam rangka penerbitan Keputusan
setempat dalam memenuhi kebutuhan uang kartal Presiden (Keppres) tentang Gambar Pahlawan yang akan
masyarakat di wilayah blank spot areas. digunakan sebagai desain utama.

Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan terus Disisi lain, untuk mendukung kelancaran tahapan
meningkatkan efektivitas kegiatan distribusi uang rupiah implementasi penerbitan uang rupiah baru tersebut,
ke seluruh satuan kerja kasnya. Hal ini diwujudkan melalui kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2013 diarahkan
upaya untuk meningkatkan efektivitas moda transportasi untuk mendukung terlaksananya pembentukan Komite
yang digunakan dalam rangka distribusi uang. Untuk itu, Nasional. Bank Indonesia bersama dengan Kemenkeu dan
pada tahun 2013, Bank Indonesia akan mengembangkan Kemenkumham juga akan mengambil langkah-langkah
strategi koordinasi dan kerjasama dengan operator untuk mendukung proses legislasi penerbitan uang rupiah
penyedia jasa angkutan baik darat, laut maupun udara. baru ini.

Bank Indonesia juga akan mempersiapkan mekanisme


serta memulai implementasi pengawasan kegiatan Memperkuat Fungsi Layanan Uang
pengolahan uang yang dilakukan oleh perbankan dan Kartal
perusahaan Cash in Transit (CIT). Pengawasan juga Melanjutkan kebijakan sebelumnya, kebijakan layanan
akan dilakukan terhadap kegiatan cash processing kas Bank Indonesia pada tahun 2013 diarahkan pada
yang dilakukan oleh pengelola kas titipan. Kebijakan ini penguatan fungsi layanan uang kartal. Penguatan ini
dimaksudkan untuk menjamin kesesuaian kualitas uang dilakukan melalui pembentukan fungsi pengelolaan
hasil olahan dengan standar kualitas uang layak edar uang di daerah-daerah terpencil dan terdepan NKRI yang
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan pada gilirannya saat ini sudah menjadi salah satu lokasi kas titipan Bank
mempercepat proses distribusi uang ke masyarakat. Indonesia. Selain itu, fungsi pengelolaan uang juga akan
Kedepan, Bank Indonesia akan mempersiapkan dibentuk di ibukota provinsi baru dimana belum terdapat
pengembangan Sentra Pengolahan Uang (SPU) yang KPw DN Bank Indonesia.

124 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Daftar Singkatan

Daftar Singkatan

ACDM : ASEAN Central Banks Deputy Governors Meeting


ACH : Automated Clearing House
ACMF : ASEAN Capital Market Forum
AKKI : Asosiasi Kartu Kredit Indonesia
APMK : Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
APU dan PPT : Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
ASPI : Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia
AUSTRAC : Australian Transaction Reports and Analysis Centre
BAPEPAM-LK : Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
BBM : Bahan Bakar Minyak
BCM : Business Continuity Management
BCP : Business Continuity Plan
BFO : Backup Front Office
BG : Bilyet Giro
BHP : Balai Harta Peninggalan
BI HARTIS : Bank Indonesia Historical And Real Time Information System
BIC : Bank Identifier Code
BI-CAC : Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center
BI-ETP : Bank Indonesia Electronic Trading Platform
BIG-eB : Bank Indonesia Government Electronic Banking
BI-RTGS : Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BISAK : Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas
BISILK : Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas
BISOSA : Bank Indonesia Sentralisasi Otomasi Sistem Akunting
BI-SSSS : Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System
BOTASUPAL : Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu
BPR : Bank Perkreditan Rakyat
BSN : Badan Standar Nasional
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CB : Certification Body
C-Best : Central Depository and Book Entry Settlement System
C-BEST : Central Book Entry System
CBI : Citra bakti Indonesia
CCP : Central Counterparty
CDD : Customer Due Diligence
CFI : Classification of Financial Instruments
CIT : Cash In Transit
CIV : Cash in Vault
CLS : Continous Link Settlement

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 125


Daftar Singkatan

CNP : Card Not Present


COB : Currency Outside Bank
CPSIPS : Core Principles for Systemically Important Payment System
CPSS : Committee on Payment and Settlement System
CSDs : Central Securities Depositories
DHN : Daftar Hitam Nasional
DJPU : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
DRC : Disaster Recovery Center
DvP : Delivery-versus-Payment
EDD : Enhanced Due Diligence
EKU : Estimasi Kebutuhan Uang
EMV : Europay MasterCard Visa
ERP : Electronic Road Pricing
FDI : Foreign Direct Investment
FGD : Forum Group Discussion
FI : Financial Inclusion
FLI : Fasilitas LIkuiditas Intrahari
FLIS : Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah
FMIs : Financial Market Infrastructures
FtS : Failure to Settle
FX : Foreign Exchange
HCS : Hasil Cetak Sempurna
IOSCO : International Organization of Securities Commissions
ISIN : International Securities Identification Numbering
ISO : International Standard Organization
KBI : Kantor Bank Indonesia
KCJ : Kereta Api Commuter Jabodetabek
KDK : Kantor Depot Kas
Kemenkeu : Kementerian Keuangan
Kemenkominfo : Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kemenkumham : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
KM : Key Management
KPBI : Kantor Pusat Bank Indonesia
KPEI : Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia
KPw DN : Kantor Perwakilan Dalam Negeri
KSEI : Kustodian Sentral Efek Indonesia
KTA : Kredit Tanpa Agunan
KUPU : Kegiatan Usaha Pengiriman Uang
LCS : Less Cash Society
LVPS : Large Value Payment System
MC : Member Certification
MEA : Masyarakat Ekonomi ASEAN
MFS : Mobile Financial Services
MNO : Mobile Network Operator
MRT : Mass Rapid Transportation

126 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Daftar Singkatan

MRUK : Mesin Racik Uang Kertas


MSUK : Mesin Sortasi Uang Kertas
NDA : Non Disclosure Agreement
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPG : National Payment Gateway
NSICCS : National Staandard for Indonesia Chip Card Specification
O/N : Overnight
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
OTC : Over The Counter
PBI : Peraturan Bank Indonesia
Pemprov : Pemerintah Provinsi
PFMIs : Principles for Financial Market Infrastructures
PIN : Personal Identification Number
PJSP : Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran
PKL : Penyelenggara Kliring Lokal
PKN : Pengelolaan Kas Negara
PoC : Proof-of-Concept
PP TPPU : Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
PPATK : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
PPUPK : Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil
PTD : Penyelenggara Transfer Dana
PUAB : Pasar Uang Antar Bank
PvP : Payment versus Payment
RBC : Regional Bank Champion
RCCPs : Recommendations for Central Counterparties
RCU : Rencana Cetak Uang
RDU : Rencana Distribusi Uang
RKU : Rencana Kebutuhan Uang
RSSSs : Recommendations for Securities Settlement Systems
SBN : Surat Berharga Negara
SE BI : Surat Edaran Bank Indonesia
SIPS : Systemically Important Payment System
SKNBI : Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
SMM : Standar Manajemen Mutu
SMS : Short Message Service
SNA : System Network Architecture
SP : Sistem Pembayaran
SPAN : Sistem Perbendaharaan Aparatur Negara
SPN : Sistem Pembayaran Nasional
SPPA : Sistem Pembayaran dan Penyelesaian Akhir
SSSs : Securities Settlement Systems
STKE : Sistem Transfer Kredit Elektronik
SUN : Surat Utang Negara
SWIFT : Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication
TC : Transaction Code

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 127


Daftar Singkatan

TCP/IP : Transmission Control Protocol/Internet Protocol


TE : Tahun Emisi
Telco : Telecommunication Company
TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi
ToT : Training for Trainers
TPPU : Tindak Pidana Pencucian Uang
TPT : Tempat Penguangan Tunai
TRs : Trade Repositories
TSA : Treasury Single Account
TUKAB : Transaksi Uang Kartal Antar Bank
UAT : User Acceptance Test
UK : Uang Kertas
UKP-4 : Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
UL : Uang Logam
ULE : Uang Layak Edar
UMKM : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UPB : Uang Pecahan Besar
UPK : Uang Pecahan Kecil
UTLE : Uang Tidak Layak Edar
UU : Undang Undang
UYD : Uang kartal Yang Diedarkan
WC PSS : Working Committee on Payment and Settlement Systems
WG : Working Group

128 Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012


Daftar Singkatan

TIM PENYUSUN

KOMITE PENGARAH

Boedi Armanto; Lambok Antonius Siahaan

PENANGGUNG JAWAB & EDITOR

Rosmaya Hadi; Eko Yulianto

KOORDINATOR PENYUSUN

Sudarmaji; Wijayanti Yuwono; Rini Darini; Tony Noor Tjahjono; Sri Darmadi Sudibyo

TIM PENULIS

Ade Yulianti Rahayu; Trifaldi Yudistira; Pramudya Wicaksana; Kiptiah Riyanti; Vitri Vidia R.I; Yulia Rosdiati;
Gunawan Purbowo; Asral Mashuri; Aswin Kosotali; Hendra Nazaldi; Tri Adi Riyanto; Devy Iko Puspitosari;
Rifki Muhamad; Leni Novita Aritonang; Abdul Haris; Beny Okta Tutuarima; Sithowati Sandrarini; Yudistira
D Nugroho; Hugo Budi Hartoko; Firdaus P. Simatupang; Mahmudin; Witri Rahayu; Anna Setiawati

Laporan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 2012 129

Anda mungkin juga menyukai