Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PROGRAM

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI


PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU OLAHAN DI
KOTA BOGOR

Ketua / Anggota Tim


Dr. Hj. Immas Nurhayati, S.E., M.S.M./NIDN 0416047301
Hj. Tititng Suharti, S.E., M.M. /NIDN 0401126003

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR


APRIL 2015

1
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul IbM : Analisis Nilai Tambah dan Strategi


Pengembangan
AgroIndustri Olahan Susu di Kota Bogor
2. Daftar Mitra
Nama Mitra Program IbM (1) : Peternak Susu Cilebut
Nama Mitra Program IbM (2) : Usaha Kecil Penghasil Susu Olahan
Nama Mitra Program IbM (3) : Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Cabang Bogor
3. Ketua Tim Pengusul
Nama : Dr. Hj. Immas Nurhayati, S.E., M.S.M
NIDN : 0416047301
Jabatan/Golongan : Lektor Kepala / IIIC
Program Studi : Manajemen
Perguruan Tinggi : Universitas Ibn Khaldun Bogor
Program keahlian : Manajemen Keuangan
Alamat Kantor/Telp/Fax/E-mail : Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 2 Bogor/
025183578/02518357804/ immas73@yahoo.com
4. Anggota Tim Pengusul
Jumlah Anggota : 1 orang
Nama Anggota / Bidang Keahlian : Hj. Titing Suharti, S.E., M.M/Manajemen
Mahasiswa yang Terlibat : 2 Orang

5. Lokasi Kegiatan Mitra (1)


a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Cilebut
b. Kabupaten/Kota : Bogor
c. Provinsi : Jawa Barat
d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (KM) : 3 KM
6. Lokasi Kegiatan Mitra (2)
a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Cibinong
b. Kabupaten/Kota : Bogor
c. Provinsi : Jawa Barat
d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (KM) : 2 KM
7. Lokasi Kegiatan Mitra (3)
a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Warung. Jambu
b. Kabupaten/Kota : Bogor
c. Provinsi : Jawa Barat
d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (KM) : 1 KM
8. Luaran yang Dihasilkan : Produk Susu Olahan
9. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 Tahun
10. Biaya Total : Rp. 50.000.000,00
DIKTI : Rp. 50.000.000,00
Sumber Lain : Rp. 0
Sebutkan :0
dan Lampirkan Surat Pernyataan Penyandang Dana

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
RINGKASAN 4
BAB I. PENDAHULUAN 5
1.1. Analisis Situasi 5
1.2. Permasalahan Mitra dan Penentuan Prioritas Masalah 6

BAB II. TUJUAN TARGET DAN LUARAN 11

BAB III. METODE PELAKSANAAN 12


3.1. Metode Pendekatan Masalah 12
3.2. Rencana Tindakan 13
3.3. Kontribusi dan Partisipasi Mitra 15

BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 16


4.1. Pengalaman PT dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat 16
4.2. Kualifikasi Tim Pelaksana dan Tugas dalam Pelaksanaan Kegiatan 18

BAB V. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 19


5.1. Anggaran Biaya 19
5.2. Jadwal Kegiatan 21

DAFTAR PUSTAKA 22

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN 23
Lampiran 1. Biodata Ketua Peneliti dan Anggota Tim Pengusul (1 ) dan (2)
Lampiran 2. Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada kedua mitra.
Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah.
Lampiran 4. Pernyataan Kesediaan Mitra (1), (2) dan (3).
Lampiran 5.Foto-foto kegiatan survey awal dan wawancara dengan Mitra (1) dan (2)

3
RINGKASAN

Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan


AgroIndustri Susu Olahan di Kota Bogor

Oleh:
Immas Nurhayati dan Titing Suharti

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk
terus dikembangkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. usaha
peternakan sapi perah merupakan salah satu subsektor usaha di bidang pertanian yang
berperan besar dalam menopang perekonomian nasional dan sebagai penyedia lapangan
kerja. Jawa Barat saat ini merupakan salah satu sentra budidaya sapi perah yang penting di
Indonesia, memberikan kontribusi terhadap penghematan devisa impor susu yang sangat
besar. Sub sektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh
perkembangan industri pengolahan komoditi yang dihasilkan.
Salah satu komoditi yang dihasilkan dari subsektor peternakan adalah susu yang
memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh.
Skala usaha ternak ini kurang ekonomis karena keuntungan yang diperoleh dari hasil
penjualan susu hanya cukup untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup. Oleh karena itu,
dari sisi produksi maka kepemilikan sapi perah setiap peternak masih perlu ditingkatkan
melalui pengembangan produk susu olahan.
Perkembangan usaha ternak sapi dalam kualitas maupun kuantitas dibarengi dengan
bertambahnya susu sapi yang dihasilkan. Meningkatnya kuantitas susu sapi diiringi dengan
semakin sulitnya mendistribusikan susu sapi secepat mungkin agar terhindar dari susu
kadaluwarsa yang tidak lagi dapat dikonsumsi. Inilah tantangan nyata yang dihadapi
peternak terutama dalam mendistribusikan susu sapi. Apa yang telah berjalan selama ini,
dengan memasarkan susu sapi murni secara langsung ke beberapa konsumen dirasakan tidak
memberikan manfaat/nilai tambah bagi pengembangan usahanya.
Solusi yang ditawarkan terhadap masalah tersebut adalah melakukan pengembangan
usaha dengan mengolah kembali susu sapi menjadi produk susu olahan yang memiliki value
added atau nilai tambah yang lebih tinggi. Inovasi ini diharapkan akan dapat memberikan
peluang perolehan pendapatan yang lebih pasti, membuka lapangan kerja baru dan
kesinambungan usaha yang lebih terjamin (analisis value added sebagaimana hasil
perhitungan yang terdapat pada lampiran 2).
Pada periode pengembangan usaha, beberapa pengusaha produksi susu olahan
menghadapi kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi seiring perkembangan
permintaan pasar karena keterbatasan permodalan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi hal
tersebut, adanya pelatihan penyusunan proposal pembiayaan yang bankable sangat
diharapkan. Pada kesempatan IbM ini, kami akan melibatkan pihak perbankan dalam
memberikan pelatihan dan pengarahan pengelolaan asset usaha agar pengelolaan dana
dilakukan secara proporsional.

Kata Kunci : Susu Sapi Perah, Pengembangan Susu Olahan, Pelatihan Penyusunan
Proposal yang Bankable

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi di


Indonesia. Berdasarkan data BPS (2012), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam
total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor pertanian
ntersebut memberikan kontribusi sebesar Rp. 146,1 trilyun rupiah atau sebesar 14,49% dari
total PDB nasional pada tahun 2012. Selain itu, sektor pertanian mampu menyerap 8,46 juta
tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian
yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan seiring dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin pesat. Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat karena didukung
oleh perkembangan industri pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu bagian dari
sektor pertanian adalah sub sektor peternakan yang juga memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat
terlihat dari persentase sumbangan sektor/subsektor peternakan terhadap PDB yang terus
menunjukkan peningkatan yaitu sebesar Rp. 119,4 trilyun rupiah atau 1,85% pada tahun
2010, Rp. 129,6 trilyun rupiah atau sebesar 1,75% pada tahun 2011 dan Rp. 146,1 trilyun
rupiah atau sebesar 1,77% pada tahun 2011 (BPS, 2012).
Agroindustri yang berbasis peternakan mempunyai potensi besar untuk dikembangkan
karena memberikan nilai tambah dari produk peternakan yang sifatnya rentan dan mudah
busuk. Salah satu komoditi yang dihasilkan subsektor peternakan adalah susu yang memiliki
kandungan protein dan asam amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu
merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan sangat penting bagi
pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.
Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah di Indonesia
memiliki karakteristik yang sesuai untuk pengembangan agribisnis persusuan. Usaha
peternakan sapi perah khususnya dan persusuan nasional umumnya tidak dapat diabaikan
perannya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pada satu sisi, usaha peternakan sapi perah dan
persusuan nasional merupakan salah satu sarana untuk mencegah terjadinya lost generation
dari bangsa Indonesia (khususnya bagi generasi muda) akibat kekurangan asupan protein. Di
sisi lain, usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang pertanian yang

5
berperan besar dalam menopang perekonomian nasional dan sebagai penyedia lapangan
kerja.
Tingkat mengkonsumsi susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Rata-rata konsumsi susu masyarakat
Indonesia pada tahun 2008 sebesar 7,7 per liter perkapita pertahun, pada tahun 2010
mengalami peningkatan sebesar 11,7 per liter perkapita pertahun dan pada tahun 2011
menjadi sebesar 12,1 perliter perkapita pertahun. Namun, angka tersebut masih menjadi yang
terendah dari negara-negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan bahkan
Vietnam, konsumsi susu pertahun kini sudah mencapai lebih dari 15 liter perkapita pertahun
(Indocommercial, 2011). Sementara itu, hingga bulan Juli 2011 produksi susu nasional
diperkirakan turun hingga 100 ton per hari. Penurunan produksi terbesar karena dampak
cuaca ekstrem (Kompas, Juli 2011). Besar peran pemerintah untuk mengkampanyekan
mengkonsumsi susu. Upaya tersebut terkait kesadaran pemerintah terhadap pentingnya susu
bernutrisi tinggi bagi tubuh dalam peningkatan kesehatan dan kecerdasan rakyat, terutama
generasi muda. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia berada di peringkat 111 dari 182
negara dalam Indeks Pengembangan Manusia. Di mana salah satu penyebab peringkat bawah
Indonesia ialah fakta bahwa Indonesia masih menghadapi banyak masalah di sektor
kesehatan, terutama terkait dengan kekurangan gizi (www.republika.co.id).
Susu dihasilkan dari pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan
unta.bagi Susu berperan sebagai asupan penting untuk kesehatan, kecerdasan, dan
pertumbuhan, khususnya anak-anak. Komponen penting dalam air susu adalah protein,
lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang
bermanfaat bagi kesehatan sebagai probiotik.
Susu mudah terkontaminasi oleh bakteri patogen dari lingkungan, peralatan perah, atau
dari sapi Walaupun kondisi susu masih segar dan berasal dari sapi sehat tetapi tidak
menjamin aman dikonsumsi.. Namun demikian, susu yang telah mengalami pasteurisasi,
sterilisasi atau pemanasan pada suhu tinggi merupakan susu yang aman untuk dikonsumsi.
Mikroba yang mencemari susu tumbuh dengan baik bila lingkungan sekitarnya mendukung
seperti keadaan anaerob, suhu dan kelembaban tinggi dan kandungan laktosa yang tinggi.
Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Susu juga mudah rusak bila penanganannya
kurang baik, sehingga mempunyai masa simpan relatif singkat. Untuk mengatasi masalah
keterbatasan masa simpan susu yang relatif singkat dan upaya memperpanjang masa simpan
tersebut, langkah yang paling tepat adalah dengan mengawetkan susu. Untuk itu, dibutuhkan

6
suatu proses penanganan dan pengolahan susu yang baik sehingga dihasilkan produk hasil
olahan susu murni yang memiliki value added bagi produsen susu khususnya dan masyarakat
luas pada umumnya. Produk susu olahan diantaranya adalah susu bubuk, susu kental manis,
susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang menggunakan susu sebagai bahan
bakunya seperti keju dan mentega.
Yoghurt merupakan salah satu hasil olahan dari susu yang sangat diminati oleh
masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lembut dan memiliki manfaat
untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan dengan susu segar
adalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat membantu melancarakan
pencernaan manusia, begitupun dengan susu pasteurisasi yang memiliki cita rasa yang
beraneka ragam sesuai selera konsumsi masyarakat. Baik yogurt maupun susu pasteurisasi
keduanya memiliki masa simpan yang lebih lama. Dengan demikian pengembangan susu
murni menjadi beberapa produk susu olahan akan dapat menjadi peluang usaha baru atau
sumber keuntungan baru, sebagai pelengkap usaha sapi perah yang dilakukan peternak
selama ini.
Usaha ternak sapi perah yang selama ini dijalankan oleh Mitra (1), telah berlangsung
cukup lama, dengan tingkat capaian yang cukup baik sehingga mampu menopang kehidupan
keluarga. Peternak selalu berupaya untuk menambah kuantitas dan kualitas ternak dan susu
murni yang dihasilkan. Perkembangan usaha ternak sapi dalam kualitas maupun kuantitas
yang diiringi dengan bertambahnya susu sapi bukan tanpa tantangan. Tekanan terhadap
kondisi usaha dirasakan semakin tinggi, sehubungan dengan makin sulitnya mendapatkan
calon pembeli susu sapi. Peternak harus mencari cara bagaimana mendistribusikan susu sapi
yang dihasilkan secepat mungkin sehingga terhindar dari susu kadaluwarsa yang tidak lagi
dapat dikonsumsi. Inilah tantangan nyata yang dihadapi terutama dalam kegiatan pemasaran.
Apa yang telah berjalan selama ini, dengan memasarkan susu sapi murni secara langsung ke
beberapa konsumen dirasakan tidak memberikan manfaat/nilai tambah bagi pengembangan
usahanya.
Kesulitan dalam memasarkan susu hasil perahan mendorong Mitra (1) untuk
mengembangkan usahanya terutama dalam mengolah kembali susu sapi menjadi produk
susu olahan yang memiliki value added atau nilai tambah yang lebih tinggi. Mitra (1)
sangat berminat dan mau bekerjasama dalam mengembangkan usahanya tersebut yang akan
memberikan peluang perolehan pendapatan yang lebih pasti dan kesinambungan usaha yang
lebih terjamin.

7
Mitra (2) telah melakukan usaha produksi susu yogurt dan pasteurisasi dan
memasarkannya ke beberapa wilayah. Dalam beberapa periode, usaha ini berhasil dijalankan
dan memberikan keuntungan usaha yang cukup tinggi. Pada periode pengembangan usaha
berikutnya, ketika Mitra (2) mencoba memperluas skala usaha dengan menambah asset tetap
seperti tanah, bangunan dan kendaraan, selanjutnya usaha produksi yogurt dan susu
pasteurisasi tidak menghasilkan keuntungan yang baik, bahkan memiliki keterbatasan dalam
meningkatkan jumlah produksi seiring perkembangan permintaan pasar. Memperhatikan
perkembangan permintaan susu yang sangat tinggi, mendorong minat Mitra (2) untuk
bekerjasama dengan Mitra (1) yang selama ini menjadi supplier raw material (susu sapi
murni) untuk bersama-sama turut berperan serta dalam memproduksi susu olahan dalam
rangka memenuhi peningkatan permintaan pasar. Akibat adanya kesulitan dalam
permodalan, Mitra (2) sangat menginginkan tambahan pengetahuan tentang manajemen
keuangan (pengeloaan kas) dan akses permodalan eksternal. Oleh karena itu adanya
pelatihan penyusunan proposal pembiayaan yang bankable sangat diharapkan.
Mitra (3) adalah pihak perbankan yang telah lama menjalin kerjasama dengan
Universitas Ibn Khaldun Bogor dalam berbagai hal seperti pelayanan system pembayaran
mahasiswa secara online, pembayaran gaji pegawai melalui payroll, magang mahasiswa dll.
Pada kesempatan IbM ini, kami akan melibatkan pihak perbankan dalam memberikan
pelatihan dan pengarahan pengelolaan asset usaha agar pengelolaan dana dilakukan secara
proporsional.

1.2. Permasalahan Mitra dan Penentuan Prioritas Masalah


Hasil evaluasi yang dilakukan Mitra (1) dan Mitra (2) bersama dengan Tim
IbM/LPPM Fak. Ekonomi Universitas Ibn Khaldun Bogor adalah terkait dengan adanya
kelemahan pada kedua mitra yang diantaranya meliputi tiga faktor utama manajemen usaha
yaitu :
A. Pelatihan Pembuatan Susu Yogurt dan Pasteurisasi pada Mitra (1)
B. Manajemen terdiri dari manajemen usaha (manajemen keuangan, manajemen
pengelolaan kas dan pembukuan) pada Mitra (1) dan Mitra (2)
C. Pelatihan penyusunan proposal yang bankable pada Mitra (1) dan Mitra (2)

A. Pelatihan Pembuatan Susu Yogurt dan Pasteurisasi


Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Susu juga mudah rusak bila penanganannya

8
kurang baik, sehingga mempunyai masa simpan relatif singkat, oleh karena itu dibutuhkan
langkah yang paling tepat untuk memperpanjang masa simpan dan mengawetkan susu
melalui proses pengolahan. Rendahnya kualitas susu yang dihasilkan oleh peternakan rakyat
diantaranya merupakan akibat sistem manajemen pemerahan dan penanganan susu yang
belum sesuai standar sehingga berimbas pada susu peternak yang penetapan harga susu yang
relatif rendah. Untuk itu aspek penanganan pascapanen yang perlu diperhatikan yaitu
kebersihan kandang, sanitasi dan hygiene pemerahan
Susu selain dapat dikonsumsi secara langsung dalam bentuk susu segar, dapat pula
diolah terlebih dahulu menjadi susu olahan. Konsumsi masyarakat terhadap susu olahan lebih
banyak dibandingkan dengan konsumsi susu segar. Pengolahan susu tidak saja dilakukan oleh
perusahaan manufacture pengolahan susu, juga industri rumah tangga. Pengolahan susu oleh
industri rumah tangga dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi usaha sapi perah
rakyat. Beberapa bentuk olahan susu yang akan dipraktekkan dalam kegiatan ini adalah
membuat susu fermentasi seperti yoghurt susu flavored. Manfaat susu fermentasi (yoghurt)
antara lain mengurangi lactose intolerance yaitu gangguan pencernaan (diare, kembung, kram
perut). Susu fermentasi juga mengandung L(+) asam laktat yang secara fisiologis lebih
mudah dicerna dan memiliki rasa yang disukai oleh konsumen. Proses pembuatan Yoghurt
sebagaimana terdapat pada gambar 1.
Gambar 1

Diagram Alur Pembuatan Yoghurt

Pemanasan suhu 90oC


Dinginkan sampai suhu 45oC

Inokulasi dengan L.bulgaricus


dan S. thermophilus 2 – 5 % perbandingan 1 : 1

Tuangkan pada wadah

diinkubasi pada suhu 45oC selama 4-6 jam

Yoghurt

9
Susu dengan total solid 11-12% dipanaskan pada suhu 90oC sampai volumenya
mencapai 2/3 dari volume semula, kemudian didinginkan pada suhu 45 oC. Starter yoghurt
diinokulasikan sebanyak 2-5% dengan perbandingan 1:1 antara L.bulgaricus dan S.
thermophilus, lalu diinkubasi pada suhu 45oC selama 4-6 jam. Yoghurt siap dikonsumsi
langsung dengan atau tanpa penambahan gula, perisa dan buah-buahan, atau disimpan dalam
refrigerator atau freezer menjadi es yoghurt. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan
yoghurt diantaranya susu segar, starter yoghurt (Streptococcus thermophillus, Lactobacillus
bulgaricus), gula pasir, perisa. Adapun peralatan yang digunakan diantaranya panci,
termometer, kompor, wadah.

B. Aspek Manajemen
Setiap badan usaha berupaya mencapai kemajuan yang pesat sehingga memperoleh
kemakmuran bagi semua karyawan. Tujuan tersebut dapat diicapai diantaranya dengan
menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Aspek manajemen yang dimaksud
adalah adanya perencanaan (planning), pengarahan (actuating), pengorganisasian
(organizing) dan pengawasan (controlling) dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lain (Robbin dan
Coulter, 2005).

C. Pelatihan penyusunan proposal yang bankable.


Salah satu indikator pertumbuhan usaha adalah adanya pertumbuhan laba positif yang
didorong oleh peningkatan jumlah permintaan pasar atas produk yang dihasilkan. Tingginya
permintaan pasar akan berkonsekuensi terhadap peningkatan supply untuk memenuhi
permintaan masyarakat. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhinya, maka perusahaan
akan kehilangan konsumen karena beralih ke produsen pesaing.
Perusahaan seringkali terkendala dalam mendapatkan sumber pembiayaan
investasinya. Salah satu sumber pembiayaan untuk investasi adalah melalui pihak ketiga
(lembaga keuangan). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Ibm akan melakukan pelatihan
membuat proposal kredit ke Bank selama kurang lebih 2 hari bertempat di Kantor Desa
Cilebut. Pelatihan dengan metode ceramah dan diskusi kelompok ini akan diikuti sejumlah
peternak di wiliayah terdekat dengan Mitra (1) dan Mitra (2). Hasil yang diharapkan melalui
pelatihan ini adalah agar peserta mengetahui dan mempunyai pemahaman yang sama tentang
bagaimana menyusun proposal kredit ke bank dengan memenuhi berbagai data yang
dibutuhkan.

10
BAB II
TUJUAN TARGET DAN LUARAN

Kegiatan IbM ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah (value added) dan strategi
pengembangan agroindustri olahan susu serta aspek pembiayaan usaha di Kota Bogor.
Melalui upaya meningkatkan kemampuan peternak dalam melakukan diversifikasi
usaha yaitu dengan mengolah susu sapi murni yang memiliki masa hidup yang relatif
pendek dengan mengolahnya kembali menjadi susu olahan (yoghurt dan susu
berflavoured) diharapkan dapat meningkatkan pendapatan real peternak serta
meningkatkan kesejahteraannya. Pengembangan usaha diharapkan dapat memberikan
nilai tambah (value added) dalam penyediaan lapangan kerja bagi para pencari kerja di
wilayah binaan yang mayoritas adalah masyarakat putus sekolah yang tidak memiliki
keahlian dan sulit terserap pasar kerja.
Tujuan lain yang diharapkan pada kegiatan IbM ini adalah menambah pengetahuan
peternak dalam mengelola usaha secara professional dan memperkenalkan sumber
pembiayaan usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga (dalam hal ini perbankan).
Dalam kegiatan IbM ini akan dilakukan pelatihan manajemen terdiri dari manajemen
usaha (manajemen keuangan, manajemen pengelolaan kas dan pembukuan) serta
pelatihan penyusunan proposal yang bankable.
Bila model pengelolaan/manajemen usaha peternakan dan produksi susu olahan
dapat dirumuskan, diharapkan model manajemen ini dapat direplikasikan secara lebih
luas ke peternak-peternak sekitar. Lebih jauh diharapkan dapat mengatasi kesulitan
pembiayaan usaha apabila kelak usaha ternak dan produksi susu olahan mengalami
perkembangan dan pertumbuhan positif, sehingga sehingga mampu mendorong
pembangunan peternakan sapi perah untuk penghematan devisa impor susu yang
selama ini membutuhkan devisa yang sangat besar.

11
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Pendekatan Masalah


Transfer pengetahuan yang dilakukan Tim Pelaksana IbM dilakukan pada tiap tahapan
dengan menggunakan prinsip bahwa setiap inovasi yang diterima oleh Mitra (1) dan Mitra (2)
sebaiknya melalui proses : mendengar, mengetahui, mencoba, mengevaluasi, menerima,
meyakini, mencoba dan melaksanakan dengan harapan agar inovasi dapat diadopsi secara
berkesinambungan, serta target sasaran mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis
terhadap perkembangan usahanya, serta mampu mengembangkan inovasi yang telah
dikuasainya. Supaya setiap proses berlangsung dengan baik, maka penyampaian inovasi
kepada mitra ditempuh melalui tahapan penjelasan, diskusi, praktek serta dilakukan
tahapan pendampingan secara berkelanjutan. Secara umum proses pendekatan untuk
membantu Mitra (1) dan Mitra (2) untuk mengembangkan produk susu olahan dan
mendapatkan pelatihan proposal pembiayaan yang bankable dapat dipaparkan dalam gambar
2 berikut :
Gambar 2
Kerangka Pendekatan masalah

Pelatihan
MITRA 1
Manajemen
Sapi untuk MITRA 2
dan Proposal
Pembibitan
yang Bankable

Budi Daya Sapi


Ternak Produksi Susu
Potong
Olahan

Sapi MITRA 3
Perah
Pelatihan
Membuka Pembuatan
Produksi Susu Susu Olahan
Lapangan Kerja
Murni
Pekerjaan

Produksi Profit
Susu Olahan

12
Keterangan Bentuk Bagan
: Mitra Program IbM : Kegiatan

: Output/Manfaat/Value Added : Permasalahan

3.2. Rencana Kegiatan


a. Sosialisasi Program :
Rangkaian kegiatan IbM akan diawali dengan melakukan sosialisasi pada seluruh Mitra
yang akan terlibat. Tim IbM akan mengundang berbagai pihak yang berkepentingan untuk
mengikuti sosialisasi program ini.
b. Rencana Tindakan :
Dalam sosialisasi program akan disampaikan pula rencana tindakan yaitu rincian aktivitas
pembinaan secara detail kepada Mitra (1), Mitra (2) dan Mitra (3), karena setiap langkah
pembinaan dan pendampingan membutuhkan partisipasi Mitra.
c. Penyusunan Rencana Usaha :
Rencana usaha produksi susu olahan dan pelatihan penyusunan proposal yang bankable
perlu disusun sebagai bagian awal dari proses usaha komersial. Rencana usaha disusun
sebagai arah kegiatan usaha dan akan menjadi pedoman dalam monev perkembangan usaha.
d. Pelatihan Manajemen, Teknik Produksi dan Distribusi :
Pembuatan susu olahan merupakan hal yang baru bagi Mitra (1). Pelatihan pembuatan
susu olahan ini sangat diperlukan sebagai bekal awal bagi Mitra (1) untuk dapat
memproduksi serta mendistribusikan ke pasar. Pelatihan tentang manajemen produksi akan
disampaikan oleh tim sebagai akademisi, sedangkan mitra (2) adalah pihak yang akan sangat
membantu pelatihan teknis produksi dan distribusi pengolahan susu olahan ini.
e. Persiapan Pengadaan Bahan dan Alat Produksi Susu Olahan :
Sebelum melakukan pelatihan, tim beserta mitra akan mempersiapkan pengadaan berbagai
alat produksi yang dibutuhkan dalam proses produksi susu olahan tersebut. Untuk
mendapatkan hasil yang berkualitas, bahan dan alat yang dibutuhkan harus memenuhi standar
kebersihan dan kelayakan.
f. Simulasi Pembuatan Susu Olahan :
Pelatihan pengolahan susu akan dilanjutkan dengan melakukan simulasi pembuatan susu
olahan yogurt dan milk flavored. Simulasi pembuatan susu olahan akan dilakukan sampai
peternak susu dan masyarakat yang terlibat benar-benar dapat memaksimalkan pengetahuan
dan keahliannya dalam pembuatan dan pendistribusian susu olahan.

13
g. Simulasi Pembungkusan (Packing) :
Bagian akhir dari proses produksi sebelum produk didinginkan dan dipasarkan adalah
melakukan pembungkusan susu olahan yang telah diproduksi.
h. Program Pemeliharaan :
Program pemeliharaan memperhatikan kondisi ternak dan susu murni yang dihasilkan serta
mempertahankan proses produksi yang bersih dan berkualitas baik sesuai dengan preferensi
pasar.
i. Pengendalian Kualitas :
Kualitas yang baik akan menjamin keberlangsungan usaha dengan tercapainya tujuan yang
diharapkan. Mutu yang sesuai dengan keinginan konsumen akan dapat mempertahankan
permintaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan bahkan dapat menarik pelanggan
baru. Dengan demikian dalam jangka panjang dapat menjamin kelangsungan hidup
perusahaan serta keuntungan yang diharapkan dapat tercapai.
j. Pengendalian biaya produksi
Untuk keberlangsungan usaha, biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan perlu
direncanakan dan dikendalikan, sehingga tidak terjadi penentuan harga pokok yang terlalu
tinggi yang akan berakibat buruk bagi ketersediaan bahan pemula.
k. Program Pemasaran :
Bidikan pasar yang tepat merupakan bagian penting menuju sukses usaha. Oleh karena itu
pengenalan karakteristik pasar menjadi penting untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
memasarkan produk.
l. Pencatatan, Pembukuan Usaha dan Evaluasi Usaha :
Keseluruhan kegiatan usaha, baik menyangkut aktivitas maupun cash flow harus selalu
tercatan dengan baik. Bagian ini merupakan bagian yang sulit dilakukan, karena pada
umumnya peternak tidak pernah melakukan pencatatan. Pencatatan dan pembukuan usaha
menjadi bagian penting untuk monitoring dan evaluasi usaha. Tanpa ada pencatatan dan
pembukuan monev usaha tidak dapat dilakukan dengan baik.
m. Pelatihan Penyusunan Proposal yang Bankable
Pelatihan penyusunan proposal pengajuan modal usaha yang sesuai dengan kriteria yang
ditentukan oleh perbankan (bankable), akan dilakukan sebagai bekal bagi para pelaku usaha
mikro dan kecil yang mengalami perkembangan usaha, tetapi di sisi lain tidak didukung oleh
kepemilikan modal sendiri. Untuk mengantisipasi dan mencari solusi atas permasalahan
tersebut, langkah berikutnya dalam program IbM ini adalah memberikan pelatihan
manajemen usaha dan penyusunan proposal pengajuan bantuan permodalan yang bankable.

14
Pelatihan akan diikuti oleh Mitra (1), Mitra (2), peternak lain di sekitar tempat pelatihan
(IbM) dan beberapa elemen masyarakat. Mitra (3) dan tim IbM merupakan pihak yang akan
menjadi pemateri dalam pelatihan ini. Hasil yang diharapkan melalui pelatihan ini adalah
agar peserta mengetahui dan mempunyai pemahaman yang sama tentang pentingnya
perubahan pola pikir masyarakat tentang pengelolaan suatu usaha yang berkelanjutan serta
mempunyai ketrampilan dalam menyusun/membuat suatu proposal kredit usaha yang tepat
untuk diajukan ke bank.

3.3. Kontribusi dan Partisipasi Mitra


Mitra (1) saat ini aktif melakukan usaha ternak dengan beberapa program usaha ternak
yaitu : Ternak sapi potong yang bertujuan untuk memenuhi tingginya permintaan masyarakat
akan daging sapi terutama pada bulan Romadhon dan Hari Raya (Idul Fitri, Idul Adha dan
hari raya lainnya), ternak sapi untuk pembibitan yang bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan regenerasi sapi dan ternak sapi perah yang bertujuan untuk mendapatkan susu
sapi perahan yang akan didistribusikan secara langsung kepada beberapa target penjualan
diantaranya konsumen pengguna langsung, ke koperasi dan usaha mikro dan kecil sebagai
bahan pembuatan makanan dan susu olahan.
Mitra (2) saat ini aktif memproduksi susu yoghurt dan milk flavored serta telah berhasil
mendistribusikannya ke beberapa tempat tujuan baik melalui distribusi langsung maupun
melalui beberapa saluran distribusi (agen dan grosir).
Mitra (3) saat ini adalah sebagai mitra kerja Yayasan dan Universitas Ibn Khaldun
Bogor yang telah bekerjasama dalam beberapa program dan telah memiliki payung kerjasama
(memorandum of understanding). Beberapa program kerjasama yang telah dilakukan
diantaranya pembiayaan institusi dan karyawan, pembayaran perkuliahan mahasiswa secara
online yang terintegrasi dengan system akademik dan keuangan (SIAK), penggajian pegawai
melalui mekanisme payroll, program magang mahasiswa, reqruitment alumni, program
corporate social responsibility (CSR), dll.
Dengan aktifnya usaha (Mitra 1, Mitra 2 dan Mitra 3), maka
fasilitas/sarana/prasarana usaha sebenarnya sudah tersedia, seperti lahan usaha,
kandang, peralatan kandang, bahan dan peralatan produksi susu, tenaga kerja, modal usaha
dan modal operasional yang diperlukan antara lain untuk pengadaan bahan baku, sarana dan
prasaran, biaya pelatihan serta upah tenaga kerja. Namun demikian saat ini pemanfaatannya
belum optimal sehingga belum mampu menghasilkan produksi dan pendapatan yang
maksimal.

15
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Pengalaman Perguruan Tinggi dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat


Beberapa pengalaman Perguruan Tinggi dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat
yang terekam mulai tahun 2005 hingga tahun 2013, sebagai berikut:
a. Pengalaman Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan
 Program Taman Bacaan Masyarakat Dana APBN tahun 2005-2006
 Penelitian Model pembelajaran KF dengan konsep bermain dan bersosialisasi
pada otak kanan dan konsep mengingat pada otak Kiri dengan Pendekatan Pola
pendidikan Andragogi Tahun 2006
 Program Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara melalui
Kuliah Kerja Nyata Tematik Dana APBN Tahun 2007
 Pendidikan Keaksaraan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP)
Dana APBN Tahun 2007
 Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Aksara Melalui Gerbang Kahuripan
Pemerintah Kabupaten Bogor Dana APBN Dekonsentrasi Tahun 2007
 Program Dana Motivasi Belajar Keaksaraan Fungsional (KF) melalui Olahraga
Masyarakat Dana APBN Tahun 2007
 Pendidikan Keaksaraan Dasar melalui Bantuan Operasional Keaksaraan (BOK)
Dana Dekonsentrasi luncuran tahun 2009 (pelaksanaan pada tahun 2010)
 Pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF) Melalui kewirausahaan di Kecamatan
Dramaga tahn 2013.

b. Pengalaman Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Masyarakat


 Program pendampingan Imbal Swadaya Pemerintah Kabupaten Bogor tahun
2001-2004
 Pelatihan Pertukangan dalam rangka Imbal Swadaya Pemerintah Kabupaten
Bogor tahun 2003
 Kaji Tindak Penerapan Teknologi Pertukangan di daerah Kemang Bogor tahun
2003
 Pelatihan Teknologi Arang Aktif Masyarakat di daerah Caringin Kabupaten
Bogor tahun 2003

16
 Kaji Tindak Teknologi Arang Aktif di daerah Caringin Kabupaten Bogor tahun
2003
 Backstopping PKBM Titian Mandiri, PKBM Damai Mekar dan PKBM Al
Hasani tahun 2003 – 2004
 Backstopping PKBM Titian Mandiri, PKBM Damai Mekar, PKBM Al Hasani,
PKBM Tiga Bina dan PKBM Jaya Sentosa tahun 2004 – 2005
 Lifeskills Arang Kompos dari Limbah Sawmill, Pasar dan Pertanian tahun
2004 – 2005
 Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Beasiswa Kolase tahun 2007.
 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Jawa Barat di Kota Depok tahun 2012 –
2013 dengan Tema Bank Sampah.
 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Jawa Barat dengan Tema Pendidikan
Keaksaraan Fungsional dalam Rangka Peningkatan IPM keluarga di Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor tahun 2014.
 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Temaik Posdaya yang didanai oleh Yayasan
Damandiri tahun 2014.
c. Pengalaman Penelitian
 Pelaksanaan Seminar hasil Penelitian dosen tahun 2013 dan 2014 (terlampir
dalam prosiding penelitian setiap tahun)
 Pemenang Hibah Penelitian Dosen Pemula dengan Pembiayaan dari Direktorat
Pendidikan Tinggi melalui KOPERTIS Wilayah IV dengan Skema Hibah Dosen
Pemula sebanyak 3.
d. Jaringan / Mitra Kerjasama
Berbagai kerjasama telah dilakukan dan dikembangkan oleh LPPM-UIKA, baik
dengan Instansi Pemerintah, Perusahaan Swasta maupun dengan Lembaga-Lembaga
Internasiona lainnya, diantaranya dengan AP-4 IPB, CV. Citra Pangan Mandiri, CV.
Mitra Niaga Indonesia, Numo Collection, Batik Cibulan, Yayasan Rainasandra-
Jakarta, Thiraffi Brownies & Cakes, SMKN III Bogor, Dharma Wanita Pemda DKI,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Daerah (pemda) Kota dan Kabupaten
Bogor, Pemda Kabupaten Cianjur, Pemda Kabupaten Bekasi, Bapedal-Jakarta,
BATAN, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Tenaga Kerja, Departemen Agama, Swiss Contact serta Kementrian

17
Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Yayasan Damandiri dan Pemrintah Provinsi
Jawa Barat.

4.2. Kualifikasi Tim Pelaksana dan Tugas dalam Pelaksanaan Kegiatan


Pengalaman pengabdian pada masyarakat ketua tim dan anggotanya cukup baik. Ketua
Tim (Dr. Hj. Immas Nurhayati, SE., MSM) beserta satu anggota tim (Titing Suharti SE.,
MM) sangat aktif berperan dimasyarakat, khususnya dalam memberikan penyuluhan,
membimbing masyarakat melalui pembentukan POSDAYA, mulai dari bank sampah,
hingga menjadi pengolahan sampah menjadi nilai ekonomis. Rincian pembagian kerja dalam
Tim dapat disampaikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1.
Kualifikasi Tim Pelaksana dan Tugas dalam Pelaksanaan Kegiatan

No Nama Pelaksana Keahlian Tugas yang ditangani


1. Dr. Hj Immas Nurhayati, SE., Manajemen Memberikan pengarahan
MSM (Ketua Pelaksana) Keuangan dan dan pelatihan mengenai
Pelatihan pencatatan dan pelaporan
Penyusunan kas serta pelatihan
Proposal yang manajemen produksi dan
Bankable. bersama mitra (3)
memberikan pelatihan
penyusunan proposal
permohonan bantuan modal
yang bankable .
2. Hj. Titing Suharti SE., MM Analisis Studi Menganalisis kelayakan dan
(Anggota Pelaksana) Kelayakan, value added serta
kewirausahaan dan memberikan pelatihan
pemasaran produk. kewirausahaan

18
BAB 5
BIAYA DAN JADUAL KEGIATAN

5.1 Anggaran Biaya


Kegiatan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat atau iptek bagi masyarakat (IbM)
membutuhkan dukungan dana sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah), dengan
alokasi sebagaimana pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2.
Ringkasan Anggaran Program IbM

No Komponen (%) (Rp)


1 Honorarium (Maks : 30%) 27,5 13.750.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan 20 26.980.000
3 Perjalanan (Maks : 15%) 13 6.500.000
4 Publikasi, laporan , transportasi peserta, 39,5 13.700.000
penyuluhan dll
Jumlah 100 50.000.000

Rincian Anggaran Biaya Pada Tabel 3 Berikut :

Tabel 3
Rincian Anggaran Program IbM

No Uraian Jml Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp) %


1 HONORARIUM
Ketua 1 Orang Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Anggota 2 Orang Rp 2.500.000 Rp 5.000.000
Mahasiswa 2 Orang Rp 750.000 Rp 1.500.000
Tenaga Produksi Bagian
Lapangan 2 Orang Rp 500.000 Rp 1.000.000
Administrasi dan Pembukuan 2 Orang Rp 500.000 Rp 1.000.000
Pemateri 3 Orang Rp 750.000 Rp 2.250.000
SUB TOTAL HONORARIUM Rp 13.750.000 27,5
BAHAN HABIS PAKAI dan
2 PERALATAN
Bahan Baku Susu Yogurt
a. Susu Murni 100 Liter Rp 8.000 Rp 800.000
b. Bibit Yoghurt 60 Gram Rp 5.000 Rp 300.000
c. Gula Pasir 30 Kg Rp 15.000 Rp 450.000
d. Sirup dll 20 Botol Rp 30.000 Rp 600.000

19
Peralatan Untuk Memeras Susu
a. Ember Susu 1 Lusin Rp 250.000 Rp 250.000
b. Milk Can 1 Unit Rp 500.000 Rp 500.000
c. Sprayer 1 Lusin Rp 250.000 Rp 250.000
d. Strip Cup 1 Lusin Rp 200.000 Rp 200.000
e. Desinfektan 5 Botol Rp 100.000 Rp 500.000
f. Kain Lap Ambing dan Kain
Saring 1 Lusin Rp 50.000 Rp 50.000
g. Sabun dan Sikat 5 Unit Rp 100.000 Rp 500.000
h. Ember Kain Kotor 1 Lusin Rp 200.000 Rp 200.000
i. Keranjang 1 Lusin Rp 200.000 Rp 200.000
j. Sarung Tangan 1 Lusin Rp 100.000 Rp 100.000
k. Sepatu Bot 5 Set Rp 200.000 Rp 1.000.000
l. Selang 20 Meter Rp 20.000 Rp 400.000
Peralatan untuk Membuat Yogurt
a. Kompor 2 Unit Rp 350.000 Rp 700.000
b. Panci Stainless 5 Unit Rp 50.000 Rp 250.000
c. pH meter/Kertas pH 1 Lusin Rp 200.000 Rp 200.000
d.Termometer 2 Unit Rp 300.000 Rp 600.000
e. Saringan Plastik 3 Unit Rp 50.000 Rp 150.000
f. Incubator 2 Unit Rp 250.000 Rp 500.000
g.Cup dan Plastik Segel 1 Lusin Rp 100.000 Rp 100.000
h.Pengaduk 5 Unit Rp 25.000 Rp 125.000
i. Gelas Ukur 3 Unit Rp 25.000 Rp 75.000
Bangunan
a. Sewa Gudang Penyimpanan
Alat (12m2) 1 Bulan Rp 500.000 Rp 500.000
b. Sewa Penyimpanan Hasil
Produksi (12m2) 1 Bullan Rp 500.000 Rp 500.000
SUB TOTAL BAHAN DAN
PERALATAN Rp 10.000.000
3 BIAYA PERJALANAN
Ketua Pelaksana 15 Kali Rp 100.000 Rp 1.500.000
Anggota Pelaksana 15 Kali Rp 100.000 Rp 1.500.000
Mahasiswa 15 Kali Rp 100.000 Rp 1.500.000
Administrasi dan Teknis 15 Kali Rp 100.000 Rp 1.500.000
Seminar Hasil 1 Kali Rp 500.000 Rp 500.000
SUB TOTAL BIAYA
PERJALANAN Rp 6.500.000 13
PUBLIKASI, PELAPORAN,
4 TRANSPORTASI PESERTA,
PENYULUHAN DLL

20
Laporan 20 Exp 100.000 2.000.000
Leaflet Bahan Penyuluhan 50 Exp 25.000 1.250.000
Booklet Bahan Penyuluhan 50 Exp 50.000 2.500.000
Banner 2 Exp 250.000 500.000
Publikasi Ilmiah 1 Kali 3.000.000 3.000.000
Penyuluhan dan Pelatihan (Snack
dan Makan Siang). 50 Orang kali 7 Kali 1.500.000 10.500.000
7 kali pelatihan
SUB TOTAL PUBLIKASI,
PELAPORAN,
Rp 19.750.000 39,5
TRANSPORTASI PESERTA,
PENYULUHAN DLL

5.2 Jadwal Kegiatan


Program pendampingan Mitra (1), Mitra (2) dan Mitra (3) dilakukan secara bertahap
sesuai dengan program yang telah disusun sebelumnya. Seluruh program kegiatan disusun
secara bersama dalam bentuk rencana tindak. Supaya seluruh kegiatan terprogram, disusun
Rencana Usaha atau Feasibility Studi yang dimanfaatkan sebagai pedoman tindakan serta alat
monitoring dan evaluasi kegiatan. Seluruh aktivitas dijelaskan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4
Jadwal Kegiatan
BULAN
No Aktivitas/Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sosialisasi Program dan Penyusunan
Rencana kerja dan tindakan
2 Penyusunan Rencana Usaha
3 Penyuluhan dan Pelatihan
Manajemen, Prosedur Produksi dan
PemasaranSusu Olahan
4 Pelatihan Pembuatan Susu Olahan
5 Pelatihan Pengepakan
5 Proses produksi
6 Pelatihan Penyusunan Proposal
Pengajuan Pembiayaan yang Bankable
7 Manajemen pembukuan akuntansi
Pelaporan dan publikasi

21
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. (2011). Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta

Biro Pusat Statistik (BPS). (2012). Kontribusi Sektor/SubSektor Peternakan terhadap Produk
Domestik Bruto . http://www.bps.go.id/

Handoko, T.H. (2000), Manajemen, Edisi 2, BPFE UGM, Yogyakarta

Robbin, S.P. Robbin, S.P. and Coulter, M. (2005), Management, Upper Saddle River, Eight
Editions, New Jersey, Prentice Hall

Stoner, James. A.F. dan R. Edward Freeman. (1989). Manajemen. Intermedia.

Umar, H. (2003). Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis
secara Komprehensif. PT. Gramedia, Jakarta.

Ir. Sutrisno Koswara, Msi. (2013) Teknologi Pembuatan Yoghurt. http://tekpan.unimus.ac.id/

www.republika.co.id

22
Lampiran 1 : Biodata Ketua dan Anggota IbM (Scanan)

23
24
25
26
27
Lampiran 2 : Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada kedua mitra.

1. Teknologi Pembuatan Yoghurt


Produk industri pengolahan susu Indonesia pada umumnya masih berorientasi ke pasar
dalam negeri yang dihasilkan oleh peternak dan produsen susu yang sebagian besar termasuk
dalam golongan industri kecil dan menengah. Diversifikasi minuman dengan bahan baku
susu akan mendorong berkembangnya industri minuman disamping membantu peningkatan
kesejahteraan peternak dan produsen pengolah melalui penyerapan susu yang mereka
hasilkan.
Susu fermentasi adalah salah satu bentuk diversifikasi minuman berbahan baku
susu dan sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu, merupakan produk “tradisional” yang
terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Konsumsi produk
fermentasi susu terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa produk fermentasi susu
merupakan bagian yang penting dalam konsumsi makanan bagi manusia dari berbagai bangsa
di seluruh dunia. Susu fermentasi memiliki cita rasa khas yang menyegarkan dan
menyehatkan disebabkan mikroorganisme yang terkandung didalamnya dan ini adalah suatu
cara pengawetan susu.
Keuntungan susu fermentasi diantaranya : (Koswara, 2013)
1. Perbaikan Nilai Gizi Kandungan gulanya akan meningkatkan kemampuan tubuh dalam
menyerap P dan Ca sehingga mudah diserap oleh penderita Lactose Intolerance.
Kandungan asam laktat dapat mempercepat pengeluaran cairan lambung menyebabkan
tranpor makanan ke usus lebih cepat.
2. Keseimbangan Mikroflora Usus 4 Tubuh manusia teracuni oleh senyawa-senyawa yang
dibentuk oleh bakteri-bakteri putrefaktif di dalam saluran pencernaan. Bakteri di dalam
susu fermentasi mengkolonisasi saluran pencernaan dan menekan bakteri putrefaktif.
Bakteri tersebut memiliki kemampuan menempel (adhesi) yang baik, memperbaiki
metabolisme protein, menyerap senyawa N, dan merawat organ hati.
3. Metabolisme Kolesterol Susu fermentasi sangat berguna bagi penderita penyakit jantung
koroner dan kanker kolon. Diet yoghurt dan 2% dapat menurunkan kolesterol 5- 10%.
4. Pencegahan Kanker Enzim β-glukuronidase, Azorereduktase, Nitroreduktase yang
dibentuk oleh mikroflora di dalam usus dapat mengubah prokarsinogen menjadi
karsinogen. Keberadaan bakteri asam laktat dapat mengurangi jumlah enzim tersebut

28
dan merangsang pergerakan isi saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan
konsentrasi prokarsinogen.
2. Analisis Value Added
Apabila diasumsikan dalam satu hari dapat memproduksi 2750 unit susu yoghurt dengan
menggunakan susu murni sebanyak 15 liter dengan harga perliternya Rp. 6.000 dan
bahan-bahan lainnya sebagaimana terdapat pada tabel 5, maka diperoleh harga pokok
produksinya adalah Rp. 135. Apabila harga jual perunit susu yoghurt Rp. 300 (dijual
kepada agen) maka keuntungan perunit yang diperoleh adalah Rp. 165. Keuntungan
perhari yang dihasilkan adalah Rp. 452.450 (Data berdasarkan hasil wawancara dengan
Mitra 2, foto terlampir).

Tabel 5
Perhitungan Harga Pokok produksi (HPP) dan Keuntungan

Harga
Bahan Used Satuan Jumlah
Perunit
Susu 15 Liter Rp 6.000 Rp 90.000
Gula 6 Kg Rp 13.500 Rp 81.000
Starter 1 Paket Rp 4.000 Rp 4.000
Plastik kecil 2750 Unit Rp 20.429 Rp 20.429
Plastik besar 275 Unit Rp 9.821 Rp 9.821
Pasta 2,75 Botol Rp 7.000 Rp 19.250
Air 2 Galon Rp 5.000 Rp 10.000
Upah 275 Rupiah Rp 400 Rp 110.000
Listrik 2750 Buah Rp 5 Rp 13.750
Label 275 Pack Rp 1 Rp 275
Pembersih 275 Pack Rp 50 Rp 13.750
Lain-lain 2,75 Pack Rp 100 Rp 275
Total Biaya produksi Rp 372.550
HPP Rp 135
Harga jual/unit Rp 300
Laba/unit Rp 165
Laba/produksi Rp 452.450

Jika peternak mengolah sendiri susu perah yang dihasilkan, maka selisih hasil penjualan yang
diperoleh adalah Rp. 735.000 sebagaimana terdapat pada tabel 6.

29
Tabel 6
Perbandingan Hasil Penjualan

Jumlah Harga Hasil


Produk Satuan
Produksi Jual Penjualan
Susu Murni 15 Liter Rp 6.000 Rp 90.000
Susu Yogurt 2750 Unit Rp 300 Rp 825.000
Selisih Hasil Rp 735.000
Penjualan

Selain meningkatnya hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh, program pengolahan
susu yoghurt dan susu flavored juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

3. Teknologi Pembuatan Proposal yang Bankable


Seiring pesatnya perkembangan teknologi, perkembangan perekonomian pun semakin
maju, tidak terkecuali UMKM. Dalam pengembangan usaha mikro seringkali terkendala
dengan ketidakmampuan mengakses pasar, pencatatan hasil usaha mikro yang tidak sesuai
dengan format ketentuan perbankan yang bankable, minimnya pengetahuan tentang teknologi
bank terkini, minimnya kemampuan manajemen keuangan, keterampilan sumber daya
manusia dan modal. Kemampuan usaha mikro dianggap tidak bankable yaitu pencatatan hasil
usaha mikro tidak sesuai dengan format ketentuan perbankan yang berlaku. Seiring kemajuan
ekonomi, tumbuhnya semangat jiwa kewirausahaan, ide-ide kreatif mulai dikembangkan dan
dipraktikkan dalam kehidupan sosial. Tetapi terhalang dengan kendala modal. Peran
perbankan sangat membantu perkembangan sector bisnis khususnya UMKM di Indonesia.

30
Lampiran 3 : Peta Lokasi Wilayah

Lokasi Mitra 2

Lokasi Mitra 1

Lokasi Mitra 3

Keterangan:

Jarak lokasi mitra (1) , (2) dan (3) dengan lokasi kampus UIKA Bogor sejauh ± 2-3 KM,
dapat ditempuh kendaraan selama ± 30 menit.

31
Lampiran 4 : Surat Penyataan Kesediaan Kerjasama (Scan-an)

32
33
34
Lampiran 5 : Foto-foto kegiatan survey awal dan wawancara dengan Mitra (1) dan (2)

Wawancara dengan Mitra (1)

35
Wawancara dengan Mitra (2)

36

Anda mungkin juga menyukai