Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan p-ISSN: 2407-1935, e-ISSN: 2502-1508. Vol. 7 No.

12
Desember 2020: 2326-2338; DOI: 10.20473/vol7iss202012pp2326-2338

THE IMPLEMENTATION OF PRODUCTIVE FINANCING PROCEDURES AND NON-PERFORMING


FINANCING HANDLING PROCEDURES IN THE BHAKTI SUMEKAR SHARIA RURAL BANK AND THE
JAWA TIMUR RURAL BANK

IMPLEMENTASI PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN PRODUKTIF DAN PENANGANAN


PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BHAKTI SUMEKAR DAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT JAWA TIMUR

Annisa Aulia Safitri, Nisful Laila


Departemen Ekonomi Syariah - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Airlangga
annisa.aulia.safitri-2016@feb.unair.ac.id*, nisful.laila@feb.unair.ac.id

ABSTRAK Informasi artikel


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komparasi sistem Diterima: 22-10-2020
dan prosedur yang diterapkan BPRS Bhakti Sumekar dan BPR Direview: 04-12-2020
JATIM pada pemberian pembiayaan produktif serta proses Diterbitkan: 26-12-2020
monitoring yang dilakukan sebagai upaya meminimalisir *)Korespondensi
terjadinya pembiayaan bermasalah. Penelitian ini menggunakan (Correspondence):
metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus Annisa Aulia Safitri

deskriptif. Pada penelitian digunakan data primer berupa hasil Open access under Creative
wawancara dengan pemilihan informan menggunakan teknik Commons Attribution-Non
Commercial-Share A like 4.0
purposive sampling dan beberapa dokumen pendukung sebagai International Licence
data sekunder. Penelitian ini menunjukkan bahwa BPRS Bhakti (CC-BY-NC-SA)
Sumekar dan BPR JATIM menerapkan strategi berupa analisa
pembiayaan yang akurat dengan memperhatikan aspek 5C dan
melakukan monitoring berupa pengawasan serta pelatihan untuk
karyawan sebagai bentuk mitigasi risiko. Pembiayaan bermasalah
yang dinilai masih potensial akan dilakukan proses 3R oleh komite
penanganan pembiayaan, tetapi jika pembiayaan bermasalah
dinilai tidak potensial maka akan dilakukan penjualan barang
jaminan secara bersama atau melalui KPKNL.
Kata Kunci: Analisa pembiayaan, monitoring, pembiayaan
bermasalah, penanganan pembiayaan bermasalah.

ABSTRACT
This study aims to determine the comparison of systems
and procedures applied by the BPRS Bhakti Sumekar and BPR
JATIM in providing productive financing to minimize the
occurrence of non-performing financing, monitoring processes in
productive financing, and strategies for handling non-performing
financing. This research uses a descriptive qualitative method with
a descriptive case study approach. The data in this study were
obtained through interviews with 8 informants as primary data and
several supporting documents as secondary data. The results of
this study indicate that in the provision of productive financing,
BPRS Bhakti Sumekar and BPR JATIM have implemented a strategy
in the form of an accurate financing analysis that takes into
aspects of 5C (character, capacity, capital, collateral and
condition) and conducts monitoring in the form of supervision and
provides periodic training for employees as a form of risk
mitigation. Non-performing financing that has the potential to be
restructured will be carried out a 3R (restructure / rescheduling /
reconditioning) process by the committee that handles problem
financing. Non-performing financing that does not have the
potential to be restructured will be sold privately or through the
KPKNL.
Keywords: financing analysis, monitoring, non – performing

2326
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

financing, non-performing financing solutions

I. PENDAHULUAN BPRS. Namun persentase NPF dari BPRS


Indonesia merupakan negara masih tergolong tinggi dikarenakan
yang menerapkan dual banking system, melampaui batas toleransi NPF yang telah
yakni terdapat 2 jenis bank yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan
beroperasi di Indonesia, yakni bank (OJK) pada peraturan Nomor
konvensional dan bank syariah. Bank 29/POJK.05/2014 tentang penyelenggraan
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan usaha perusahaan pembiayaan yakni
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan sebesar 5%.
lembaga keuangan berbentuk bank yang Tabel 2.
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia
didirikan untuk melayani Usaha (dalam milyar rupiah)
Indikator 2017 2018 2019
Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM). BPR Aset 125.945 135.693 149.623
Pembiayaan
dan BRPS tentu memiliki sistem dan 89.482 98.220 108.784
iB
prosedur pembiayaan yang berbeda, hal Lancar 83.982 91.959 101.379
Kurang
1.058 1.137 1.373
ini karena operasional inti yang dijalankan Lancar
Diragukan 1.102 1.287 1.512
berbeda dari segi landasan hukum yang Macet 3.341 3.837 4.520
Non
diterapkan. BPR merupakan bank Performing 6,15 6,37 6,81
konvensional yang menggunakan sistem Financing (%)
Sumber: Data OJK Statistik Perbankan Indonesia
bunga sebagai alat untuk menghitung (diolah)

penetapan profit, sedangkan BPRS Berdasarkan tabel 2 dapat

menerapkan sistem bagi hasil yang disimpulkan bahwa BPR di Indonesia

berlandaskan pada ketentuan syariah. mengalami perkembangan setiap

Berikut data perkembangan dan kinerja tahunnya, dilihat dari pertumbuhan aset

BPRS dan BPR di Indonesia: dan penyaluran kredit pada BPR. Namun
Tabel 1. persentase NPF dari BPR masih melampaui
Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
(dalam milyar rupiah) batas toleransi NPF yang telah ditentukan
Indikator 2017 2018 2019
oleh OJK pada peraturan Nomor
Aset 10.840 12.362 13.758
Pembiayaan iB 7.764 9.084 9.943 29/POJK.05/2014 tentang penyelenggraan
Lancar 7.012 8.239 9.243
Kurang Lancar 159 148 141 usaha perusahaan pembiayaan yakni
Diragukan 123 146 124
sebesar 5%.
Macet 470 551 135
Non Performing
9,68 9,30 7,04
Risiko atas ketidakpastian
Financing (%)
Sumber: Data OJK Statistik Perbankan Indonesia terhadap apa yang terjadi dikemudian
(diolah)
hari merupakan hal yang wajar bagi
Berdasarkan tabel 1 dapat
setiap makhuk hidup di dunia ini. Tak
disimpulkan bahwa di Indonesia BPRS
terkecuali pada lembaga keuangan
mengalami perkembangan setiap
terutama dalam proses pembiayaan
tahunnya, dilihat dari pertumbuhan aset
pada nasabah. Dalam Islam, risiko sudah
dan pembiayaan yang disalurkan oleh

2327
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

dijelasakan dalam Al Quran Surat Al risiko-risiko tersebut mengakibatkan


Luqman ayat 34: timbulnya pembiayaan bermasalah NPF /

‫ث َويَ ۡعلَ ُم َما ِِف‬ ۡ ‫إن ٱَّلل عِندهۥ عِ ۡلم ٱلساع ِة وي ن ِزُل ۡٱلغ‬
َ َ َُ َ َ َّ ُ ُ َ ََّ َّ
‫ي‬ NPL yang pada akhirnya dapat

ِۖ
‫ا َوَما‬ٞ‫ب غَد‬ ‫س‬ِ ‫ َّماذَا تَ ۡك‬ٞ‫ۡٱۡل َۡرح ِِۖام وما تَ ۡد ِري نَ ۡفس‬ menurunkan tingkat kesehatan bank dan
ُ ََ َ juga akan berpengaruh pada keamanan
ِ ِ ۡ ِ ۡ ِۡ
‫يم َخبِ ُي‬
ٌ ََ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ٱَّلل‬
َّ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫وت‬
ُ ‫َت‬
َُ ٞ ‫ض‬ ‫َر‬ ‫أ‬ ِ
‫َي‬ ‫ِب‬ ‫س‬
ُ َ‫تَدري ن‬
‫ف‬ dana masyarakat yang ada di bank
Innallāha 'indahụ 'ilmus-sā'ah, wa tersebut. Diperlukan mitigasi berupa
yunazzilul-gaīṡ, wa ya'lamu mā fil-ar-ḥām, strategi yang tepat pada pelaksanaan
wa mā tadrī nafsum māżā taksibu gadā, pembiayaan mulai dari prosedur
wa mā tadrī nafsum bi`ayyi arḍin tamụt, pemberian pembiayaan, proses
innallāha 'alīmun khabīr. monitoring hingga penanganan
Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada pembiayaan bermasalah.
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari II. LANDASAN TEORI
Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan Bank memiliki peranan yang
hujan, dan mengetahui apa yang ada sangat penting bagi aktivitas
dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang perekonomian dalam upaya untuk
dapat mengetahui (dengan pasti) apa mencapai tujuan pembangunan dari segi
yang akan diusahakannya besok. Dan kebijakan fiskal dan moneter yang
tiada seorangpun yang dapat dilakukan oleh pemerintah (Andriani &
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Susanto, 2019). Bank Perkreditan Rakyat
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (BPR) memiliki peran sebagai lembaga
lagi Maha Mengenal. keuangan yang menerima simpanan
Pembiayaan yang disalurkan oleh hanya dalam bentuk deposito berjangka,
bank tidak terlepas dari risiko pembiayaan dan tabungan serta menyalurkan dana
bermasalah/macet yang akan sebagai bentuk operasional usaha BPR.
berpengaruh terhadap kelangsungan Disisi lain industri perbankan Syariah juga
operasional bank. Risiko pembiayaan memiliki Lembaga keuangan yang serupa
dapat berasal dari kedua belah pihak, untuk melayani kebutuhan masyarakat.
baik pihak bank maupun nasabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagai
pembiayaan. (Nugroho: 2009). Non - perbankan yang hadir untuk mengatasi
Performing Financing (NPF) dan Non - permasalahan masyarakat kecil yang
Performing Loan (NPL) merupakan rasio menginginkan modal dalam jumlah yang
pembiayaan bermasalah terhadap total kecil, karena pembiayaan yang diberikan
pembiayaan. Pembiayaan yang oleh BPR maupun BPRS difokuskan pada
kualitasnya berada dalam golongan pembiayaan kecil dan mikro (Maryati,
kurang lancar, diragukan, dan macet 2014).
tergolong pada kategori NPF/NPL Arti pembiayaan secara luas
(Antonio: 2001). Menurut Chapra (2000) menurut Muhammad (2011: 304) yakni

2328
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

pendanaan yang diberikan untuk pembiayaan (Kasmir, 2013). Prosedur


mendukung investasi yang telah pemberian kredit memiliki peranan
direncanakan secara pribadi maupun penting dalam mengatassi permasalahan
orang lain. Pembiayaan dalam arti sempit kredit yang dihadapi oleh perbankan,
diartikan sebagai pendanaan yang karena didalam prosedur tersebut
diberikan lembaga pembiayaan kepada terdapat tahapan-tahapan dalam
nasabah. Antonio (2001: 160) menjelaskan menyeleksi calon nasabah untuk diberikan
bahwa pembiayaan dibagi menjadi 2 pembiayaan (Muchtar, 2015).
berdasarkan sifat pengunaan yakni: Pada POJK Nomor
1. Pembiayaan Produktif merupakan 29/POJK.03/2019 tentang Penilaian
pembiayaan yang ditujukan untuk Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
mendukung peningkatan usaha baik Penyisihan Penghapusan Aset Produktif
memenuhi kebutuhan produksi, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan
investasi dan perdagangan. POJK Nomor 33/POJK.03/2018 tentang
2. Pembiayaan Konsumtif merupakan Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
pembiayaan yang ditujukan untuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
memenuhi kebutuhan konsumtif. BPR telah diatur tahapan pelaksanaan
Sistem merupakan serangkaian penyaluran dana yang dilakukan oleh
dua atau lebih komponen yang memiliki BPRS dan BPR mulai dari prosedur
hubungan terikat dan sistematis untuk pemberian pembiayaan, proses
mencapai tujuan (Bodnar & Hopwood, monitoring hingga strategi penanganan
2006). Sebuah sistem terbentuk dari satu- pembiayaan bermasalah.
kesatuan yang berintegrasi dan memiliki Secara umum, model yang
bagian-bagian yang memiliki tujuan untuk banyak digunakan untuk menganalisis
mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 2008). risiko kredit adalah 5C. 5C juga
Perbankan memiliki sistem terkait prosedur membutuhkan penilaian yang subjektif
pembiayaan atau pemberian kredit, dan profesional pada proses aplikasinya.
prosedur operasional perbankan, dan Elemen dari analisis kredit tersebut meliputi
prosedur pelaporan keuangan. Bank (Kasmir: 2018):
sebagai perusahaan yang bergerak pada 1. Character: Karakteristik ini diteliti
bidang keuangan memiliki sistem untuk secara luas untuk menilai latar
mengumpulkan, mengelola dan belakang pribadi calon debitur, hal-
menyalurkan dana (Hasibuan, 2009). hal seperti integritas dan kejujuran.
Sistem dan prosedur pemberian Perspektif tentang latar belakang
kredit atau pembiayaan yang dijalankan pribadi dianggap untuk memastikan
oleh bank memiliki fungsi untuk calon peminjam akan memenuhi
mempermudah dalam menilai kelayakan kewajiban mereka tepat waktu.
nasabah pemohon kredit atau Contoh penilaian karakter adalah

2329
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

peringkat kepribadian debitur untuk tujuan yang ingin dicapai perusahaan.


menentukan kejujuran dan itikad baik Pengambilan keputusan didalam
mereka sehubungan dengan perbankan berperan penting dalam
melunasi pinjaman, sehingga bank pengelolaan aset perbankan dan
tidak akan mengalami kesulitan di pengelolaan risiko yang harus dihadapi
masa depan. oleh perbankan. Pemecahan
2. Capital: Faktor ini digunakan untuk permasalahan dan menilai pilihan secara
menganalisis kemampuan dan sistematis dan objektif sesuai dengan
kapasitas calon debitur menjalankan sasaran-sasaran yang ditetapkan
bisnis sehari-hari mereka. Bank harus berdampak pada keuntungan serta
menganalisis posisi keuangan secara kerugian yang akan dihasilkan
keseluruhan, sehingga bank dapat (Drummond, 2006). Sehingga, pengambil
mengetahui kemampuan calon keputusan harus mampu mengidentifikasi
peminjam untuk mendukung kredit permasalahan yang dihadapi dan
yang diajukan. menemukan berbagai cara untuk
3. Capacity: Faktor ini digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut (Kotler
menganalisis kemampuan calon & Keller, 2009).
peminjam di Indonesia mengelola Rahayu (2012: 127) menyatakan
bisnis mereka. Faktor ini adalah bahwa tingginya tingkat pembiayaan
tentang keahlian debitur di bidang bermasalah diakibatkan oleh dua faktor
keterampilan bisnis dan manajerial, yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor
sehingga bank yakin bahwa internal diantaranya adalah kurangnya
pinjaman yang diberikan akan fungsi kontrol, kurang ketatnya penagihan
digunakan dengan baik. kepada kredit bermasalah dan
4. Condition: Ini adalah persyaratan ketidakmampuan membaca adanya
dalam perjanjian kredit yang kredit bermasalah. Sedangkan faktor
berkaitan dengan hak dan kewajiban eksternal karena karakter buruk dari
calon peminjam. Kondisi itu bisa debitur yang sengaja tidak menyelesaikan
dilihat dari hasil nilai perjanjian, dan kewajibannya. Sehingga diperlukan
potensi kerugian yang akan strategi dalam mengatur risiko, baik dalam
ditanggung kedua belah pihak. faktor internal maupun eksternal.
5. Collateral: Nilai aset berwujud yang Manajemen risiko menjadi hal yang
disediakan oleh calon peminjam sangat krusial pada lembaga keuangan,
yang dapat digunakan sebagai karena akan berpengaruh pada kinerja
referensi untuk nilai atau jumlah kredit. dan stabilitas organisasi.
Strategi Pengambilan keputusan Peraturan Bank Indonesia
dalam suatu perusahaan berperan No.13/09/PBI/2011 tentang restrukturisasi
penting dalam menentukan arah dan pembiayaan bagi bank syariah dan unit

2330
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

usaha syariah menjelaskan bahwa Penyelesaian Pembiayaan


penanganan pembiayaan bermasalah Bermasalah untuk Pembiayaan
dapat dilakukan dengan cara bermasalah yang tidak dapat ditagih
restrukturisasi pembiayaan sebagai upaya kembali setelah dilakukan upaya
yang dilakukan bank dalam rangka penyelamatan dapat diselesaikan
membantu nasabah agar dapat dengan cara penjualan agunan secara
menyelesaikan kewajibannya melalui: mandiri oleh nasabah atau melalui BPRS,
1. Penjadwalan kembali (rescheduling) melalui proses lelang maupun non-lelang
berupa perubahan jadwal atau serta dilakukan pengambilalihan barang
jangka waktu pembayaran kewajiban jaminan.
nasabah. III. METODE PENELITIAN
2. Persyaratan kembali (reconditioning) Metode penelitian yang
berupa perubahan sebagian atau digunakan pada penelitian ini adalah
seluruh persyaratan pembiayaan kualitatif deskriptif dengan pendekatan
tanpa menambah sisa pokok studi kasus deskriptif. Moleong (2009: 6)
kewajiban nasabah yang harus menjelaskan bahwa metode penelitian
dibayarkan kepada bank meliputi: dengan pendekatan kualitatif merupakan
perubahan jumlah angsuran, suatu metode penelitian yang berupaya
perubahan jadwal pembayaran, untuk memahami lebih mendalam sebuah
perubahan jangka waktu, perubahan fenomena tentang sesuatu yang
nisbah dalam pembiayaan berkaitan dengan subjek penelitian yang
mudharabah dan musyarakah, tercemin dalam perilakum persepsi,
perubahan proyeksi bagi hasil dalam motivasi maupun tindakan.
pembiayaan mudharabah atau Penelitian ini menerapkan strategi
musyarakah, dan/atau pemberian studi kasus, mengacu pada buku yang
potongan. ditulis oleh (Yin, 2014: 3) dengan judul
3. Penataan kembali (restructuring) Case Study Research Design and Methods
berupa perubahan persyaratan 5 Edition menjelaskan bahwa studi kasus
pembiayaan meliputi: penambahan merupakan strategi yang tepat apabila
dana fasilitas pembiayaan bank, pokok pertanyaan suatu penelitian
konversi akad pembiayaan, konversi berkaitan dengan why atau how. Fokus
pembiayaan menjadi surat berharga penelitian dengan metode studi kasus
syariah berjangka waktu menengah, terletak pada fenomena kontemporer
dan/atau konversi pembiayaan atau masa kini yang terdapat pada
menjadi penyertaan modal konteks kehidupan nyata.
sementara pada perusahaan Jenis studi kasus yang digunakan
nasabah yang dapat disertai dengan pada penelitian ini adalah studi kasus
rescheduling dan reconditioning. deskriptif. Penelitian deskriptif tidak

2331
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

dimaksudkan untuk menguji suatu tersebut dilakukan untuk mengukur


hipotesis tertentu, melainkan hanya kelayakan pembiayaan dan kesesuaian
menggambarkan suatu fenomena secara antara kemampuan nasabah dengan
apa adanya (Arikunto, 2003: fianto310). plafon pembiayaan yang akan diberikan
Fenomena yang dimaksud pada oleh bank. Berkas penilaian akan
penelitian ini adalah implementasi sistem diberikan kepada komite yang
dan prosedur pemberian pembiayaan berwenang untuk dilakukan persetujuan
produktif serta strategi penanganan atau penolakan. Jika pembiayaan
pembiayaan bermasalah pada BPRS disetujui maka akan dilanjutkan pada
Bhakti Sumekar dan BPR JATIM. tahap realisasi pembiayaan. Prosedur
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dilakukan oleh BPRS Bhakti Sumekar
Pembiayaan adalah pendanaan dan BPR JATIM tersebut telah sesuai
yang dikeluarkan untuk mendukung dengan pembahasan mengenai analisa
investasi yang telah direncanakan pembiayaan pada POJK Nomor
(Muhammad: 2005). Sistem dan prosedur 29/POJK.03/2019 tentang Penilaian
pemberian pembiayaan pada BPRS Bhakti Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
Sumekar dan BPR JATIM meliputi Penyisihan Penghapusan Aset Produktif
serangkaian alur yang diterapkan untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan
menyalurkan pembiayaan secara tepat POJK Nomor 33/POJK.03/2018 tentang
guna sesuai dengan kebutuhan dan Kualitas Aset Produktif dan Pembentukan
persyaratan. Nasabah yang mengajukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
permohonan pembiayaan akan diminta BPR. Proses analisis yang diterapkan oleh
untuk melengkapi dokumen persyaratan BPRS Bhakti Sumekar maupun BPR JATIM
yang akan dijadikan dasar untuk sesuai dengan penelitian yang dilakukan
melakukan pengecekan pada BI oleh Setyasari (2015) dan Sesiady (2018)
checking terkait track record nasabah tentang prosedur analisis pembiayaan
kemudian akan dilakukan survei untuk meliputi persyaratan, pengecekan melalui
melihat usaha yang dijalankan dan BI Checking, survei jaminan dan usaha
barang jaminan. serta proses penilaian dengan
Proses selanjutnya adalah memperhatikan aspek 5C.
penilaian yang akan dilakukan oleh Undang-Undang nomor 21 Tahun
account officer dengan menerapkan 2008 pasal 35 menjelaskan bahwa dalam
aspek 5C yakni character, capacity, perjalanan bisnis mereka, bank syariah
capital, collateral dan condition. Konsep diharuskan untuk menerapkan analisis
yang digunakan oleh BPRS Bhakti Sumekar kehati - hatian mengantisipasi kegiatan
maupun BPR JATIM sesuai dengan konsep yang tidak membahayakan kepentingan
Kasmir (2018) yang menggunakan 5C bank dan pelanggan yang telah
dalam analisis pembiayaan. Penilaian mempercayakan dananya ke bank. Van

2332
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

Gruening (2008) menjelaskan bahwa risiko Dorian (2011) terkait pengurangan risiko
kredit dikaitkan dengan risiko keuangan dengan mengurangi peluang terjadinya
yang mendorong risiko kepada klien, risiko dan memperkecil atau meminiasi
produk, dan bisnis layanan di tingkat peluang sebelum terjadinya risiko atau
operasional. BPRS Bhakti Sumekar dan BPR yang disebut dengan Pre Loss
JATIM memiliki mitigasi risiko pembiayaan Minimisation. Monitoring yang dilakukan
bermasalah masing-masing, dimana risiko juga sesuai dengan POJK Nomor
pembiayaan adalah beberapa teknik 29/POJK.03/2019 dan POJK Nomor
serta kebijakan dalam mengelola risiko 33/POJK.03/2018. BPRS Bhakti Sumekar
pembiayaan dengan tujuan dan BPR JATIM juga melakukan pelatihan
meminimalkan peluang terjadinya serta secara rutin pada karyawan guna
dampak atau kerugian dari kegiatan meningkatkan kualitas SDM serta
pembiayaan yang sedang berlangsung meningkatkan mitigasi risko yang mungkin
(Rustam, 2013). Menurut Jophie (2007) terjadi pada proses pembiayaan.
setelah proses realisasi bank harus terus Pembiayaan yang disalurkan oleh
melakukan pemantauan atas BPRS Bhakti Sumekar dan BPR JATIM tidak
pembiayaan yang disalurkan dan terlepas dari risiko kredit atau kegagalan
mengikuti pekembangan bisnis nasabah yang mungkin saja terjadi. Islamic
dan berbagai aspek yang mungkin Financial Services Board (2005)
memengaruhi kualitas dari pembiayaan mendefinisikan risiko kredit sebagai
tersebut. kegagalan yang berasal dari kegagalan
BPRS Bhakti Sumekar melakukan debitur untuk memenuhi kewajiban
monitoring sejak proses realisasi mereka terkait dengan perjanjian kredit.
pembiayaan dengan terlibat langsung BPRS Bhakti Sumekar dan BPR JATIM
pada proses transaksi atau memastikan memiliki strategi penanganan khusus yang
penggunaan dana sesuai dengan dilakukan dalam menyelesaikan
pengajuan nasabah melalui nota pembiayaan bermasalah. Penanganan
pembelian. Setelah proses realisasi BPRS pembiayaan bermasalah pada kedua
Bhakti Sumekar dan BPR JATIM akan lembaga dilakukan oleh komite khusus.
melakukan monitoring sebagai langkah Pada BPRS Bhakti Sumekar terdapat divisi
mitigasi risiko pada pembiayaan yang remidal sedangkan pada BPR JATIM
sedang berjalan. Mitigasi atau terdapat divisi RPKB yang akan melakukan
pengurangan risiko yang dilakukan oleh penanganan dan penyelesaian
BPRS Bhakti Sumekar dan BPR JATIM pembiayaan bermasalah. Nasabah BPRS
dengan secara rutin mengunjungi Bhakti Sumekar yang mengalami
nasabah pembiayaan dan mengadakan keterlambatan dalam pembayaran
pelatihan untuk petugas bank, sesuai angsuran tidak dikenakan denda. BPR
dengan konsep yang dijelaskan oleh JATIM menerapkan denda untuk nasabah

2333
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

yang mengalami keterlambatan pada sesuai dengan penjelasan Dorian (2011)


angsuran. terkait penghapusan atau pengurangan
Prosedur yang dilakukan BPRS peluang terjadinya risiko dan memperkecil
Bhakti Sumekar dan BPR JATIM dalam atau meminimasi peluang terjadinya
penanganan adalah mengelompokkan sesudah (Post Loss Minimisation) terjadinya
pembiaayan sesuai kolektabilitas kerugian. Pada kasus tertentu, ketika nilai
kemudian melakukan penagihan serta jaminan yang telah dijual tidak dapat
pemberian surat peringatan kepada memenuhi kewajiban nasabah, pada SOP
nasabah. Kebijakan penagihan dan yang berlaku di BPRS Bhakti Sumekar akan
pemberian surat peringatan diatur pada tetap dilakukan penagihan kepada
masing-masing SOP kedua lembaga nasabah untuk melunasi kekurangan.
tersebut terkait penanganan pembiayaan Sedangkan pada SOP yang berlaku pada
bermasalah. Jika nasabah memiliki iktikad BPR JATIM, akan dilakukan penghapusan
baik dan dinilai masih berpeluang untuk aktiva pembiayaan.
dilakukan penanganan, maka pihak bank Upaya penanganan risiko telah
akan melakukan salah satu dari proses 3R dituntun oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
yakni restructure / rescheduling / pada surat Yusuf ayat 46-47 yaitu:
ۡ ِِ
reconditioning dengan menyesuaikan
ٞ‫ ِِسَان‬ٞ‫يق أَفتِنَا ِِف َس ۡب ِع بَ َق ََٰرت‬ ُ ‫ف أَيُّ َها ٱلصد‬ ُ ‫وس‬ُ ۡ ُ‫ي‬
kondisi pada masing-masing pembiayaan ۡ ٍ َ‫ وس ۡب ِع سن ب َٰل‬ٞ‫َي ُكلُه َّن س ۡبع عِجاف‬
bermasalah. Proses 3R yang dilakukan
ٞ‫ت ُخضر‬ ُُ ََ َ ٌَ ُ َ
ۡ ۡ ِ ۡ ِ
ِ ‫ لَّ َعلي أَرج ُع إِ َل ٱلن‬ٞ‫ُخَر ََيبِ ََٰست‬
‫َّاس لَ َعلَّ ُهم يَعلَ ُمو َن‬
oleh BPRS Bhakti Sumekar dan BPR JATIM َ ‫َوأ‬
ۡ ُّ ‫ا فما حص‬ٞ‫قال ت ۡزرعون س ۡبع ِسنِني دأَب‬
ُ‫دُّت فَ َذ ُروه‬ َ َ ََ
sesuai dengan prosedur penanganan
َ َ ََ ۡ َ َِ َ ِ َ ُ َِ
‫ا ّمَّا ََت ُكلُو َن‬ٞ‫ِِف ُسن بُل ِهۦ إََِّّل قَليل‬
pembiayaan bermasalah yang tercantum
pada POJK Nomor 29/POJK.03/2019 dan
Yụsufu ayyuhaṣ-ṣiddīqu aftinā fī sab'i
POJK Nomor 33/POJK.03/2018. Prosedur
baqarātin simāniy ya`kuluhunna sab'un
penanganan pembiayaan bermasalah
'ijāfuw wa sab'i sumbulātin khuḍriw wa
yang dilakukan oleh kedua lembaga
ukhara yābisātil la'allī arji'u ilan-nāsi
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
la'allahum ya'lamụn. Qāla tazra'ụna sab'a
penelitian yang dilakukan oleh Rahmad
sinīna da`abā, fa mā ḥaṣattum fa żarụhu fī
(2015) yakni pemberian surat peringatan,
sumbulihī illā qalīlam mimmā ta`kulụn
melakukan 3R dan melakukan penjualan
Artinya: (Setelah pelayan itu berjumpa
barang jaminan.
dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai
Pembiayaan bermasalah yang
orang yang amat dipercaya,
dinilai tidak memiliki peluang untuk
terangkanlah kepada kami tentang tujuh
dilakukan penyelamatan, pihak bank
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
akan melakukan penjualan jaminan
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang
secara bersama atau melalui proses
kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang
lelang di KPKNL. Penanganan tersebut

2334
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar yang kemudian ditakwilkan oleh Nabi
aku kembali kepada orang-orang itu, Yusuf a.s. maka Nabi Yusuf a.s. telah
agar mereka mengetahuinya. Supaya melakukan pengukuran dan
kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) pengendalian atas risiko yang akan terjadi
sebagaimana biasa; maka apa yang pada tujuh tahun kedua tersebut.
kamu tuai hendaklah kamu biarkan Langkah yang dilakukan Nabi Yusuf a.s
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu yakni dengan cara menyarankan kepada
makan.” (Kementerian Agama Republik rakyat seluruh negeri untuk menyimpan
Indonesia, 2011). sebagian hasil panennya pada tujuh
Dalam tafsir Ibnu Katsir (Abdullah, tahun pertama untuk menghadapi
2003) menafsirkan bahwa si pelayan paceklik pada tujuh tahun berikutnya.
menceritakan tentang apa yang dilihat Dengan demikian maka rakyat dapat
oleh raja dalam mimpinya. Saat itu juga terhindar dari bahaya kelaparan yang
Nabi Yusuf a.s. menceritakan ta’bir mimpi mengancam negeri Nabi Yusuf a.s pada
itu kepada si pelayan raja dan Nabi Yusuf saat itu. Proses manajemen risiko
a.s. berkata yang artinya kelak akan diterapkan Nabi Yusuf a.s melalui tahapan
datang musim subur dan banyak hujan pemahaman risiko, evaluasi dan
kepada kalian selama tujuh tahun pengukuran, dan pengelolaan risiko.
berturut-turut. Sapi dita’birkan dengan Allah SWT telah memberi
tahun karena sapilah yang dipakai untuk peringatan kepada manusia bahwa
membajak tanah dan lahan yang digarap segala sesuatu yang dikerjakan pasti
untuk menghasilkan buah-buahan dan terdapat risiko yang dapat terjadi
tanaman-tanaman yaitu bulir-bulir sewaktu-waktu sehingga manusia harus
gandum yang subur. Kemudian Nabi Yusuf memiliki upaya-upaya dalam mengatasi
a.s. memberikan pengarahan kepada kerugian yang diakibatkan risiko tersebut.
mereka terkait apa yang harus mereka Konsep mitigasi risiko kegagalan
lakukan selama tujuh tahun subur itu yaitu pembiayaan yang diterapkan oleh BPRS
berapapun hasil yang diperoleh dari Bhakti Sumekar dan BPR JATIM berupa
panen dimusim subur itu, kalian harus prosedur pemberian pembiayaan, proses
membiarkan hasilnya pada bulir-buirnya monitoring hingga penanganan
agar dapat disimpan untuk jangka waktu pembiayaan bermasalah telah sesuai
yang lama dan menghindari kebusukan. dengan firman Allah dalam surat Yusuf
Berdasarkan kisah tersebut, bisa ayat 46-47 yaitu memiliki pengelolaan
dikatakan bahwa pada tujuh tahun risiko atau upaya minimalisir risiko dalam
kedua akan timbul kekeringan yang mengurangi probabilitas terjadinya risiko
dahsyat. Ini merupakan suatu risiko yang dan kerugian akibat risiko yang terjadi.
menimpa negeri Nabi Yusuf a.s berupa BPRS Bhakti Sumekar dan BPR
musim paceklik. Melalui mimpi sang raja JATIM memiliki dan menerapkan prosedur

2335
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

penyaluran pembiayaan dengan BPRS Bhakti Sumekar dan BPR


memperhatikan mitigasi risiko pada JATIM menerapkan serangkaian alur yang
masing-masing aspek meliputi proses harus dipenuhi dalam proses
analisa, monitoring dan penanganan pembiayaan. Nasabah yang mengajukan
pembiayaan bermasalah. Konsep yang permohonan pembiayaan akan diminta
diterapkan kedua lembaga sesuai untuk melengkapi persyaratan. Dokumen
dengan konsep mitigasi risiko berdasarkan yang telah diberikan pada pihak bank
The Committee of Sponsoring akan menjadi dasar untuk melakukan
Organizations of the Treadway Commision pengecekan pada BI checking terkait
(COSO) Integratted Frammework (2004) track record nasabah kemudian akan
yaitu konsep reduce (meminimalisir atau dilakukan survei untuk melihat usaha yang
mengurangi risiko). Konsep minimalisir risiko dijalankan dan barang jaminan. Proses
yang digunakan terbagi menjadi sebelum selanjutnya adalah penilaian yang akan
(Pre Loss Minimisation) dan sesudah (Post dilakukan oleh account officer dengan
Loss Minimisation) terjadinya kerugian. Pre menerapkan aspek 5C yakni character,
Loss Minimisation yang dilakukan kedua capacity, capital, collateral dan
lembaga yakni pada prosedur pemberian condition. Berkas penilaian akan diberikan
pembiayaan, proses monitoring dan kepada komite yang berwenang untuk
penanganan berupa 3R yang dilakukan dilakukan persetujuan atau penolakan.
pada pembiayaan bermasalah. Selain itu Jika pembiayaan disetujui maka akan
kedua lembaga juga bekerjasama dilanjutkan pada tahap realisasi
dengan asuransi untuk meminimalisir risiko. pembiayaan.
Sedangkan Post Loss Minimisation yang BPRS Bhakti Sumekar dan BPR
dilakukan berupa penjualan barang JATIM menerapkan mitigasi risiko
jaminan ketika pebiayaan bermasalah pembiayaan bermasalah dengan
tidak dapat diselamatkan. BPRS Bhakti melakukan monitoring berupa kunjungan
Sumekar dan BPR JATIM juga menerapkan secara berkala untuk memastikan
konsep mitigasi risiko yakni share (berbagi kelancaran usaha yang dijalankan
risiko) melalui kerjasama dengan nasabah. BPRS Bhakti Sumekar melakukan
beberapa asuransi. Konsep yang monitoring sejak proses realisasi
diterapkan juga selaras dengan hasil pembiayaan dengan terlibat langsung
penelitian yang dilakukan Ubaidillah pada proses transaksi atau memastikan
(2018) yang mengungkapkan bahwa penggunaan dana sesuai dengan
penanggulangan pembiayaan pengajuan nasabah melalui nota
bermasalah dapat dilakukan dengan pembelian. Selain itu, BPRS Bhakti Sumekar
cara preventif dan kuratif. dan BPR JATIM juga melakukan pelatihan
V. SIMPULAN secara rutin pada karyawan guna
Kesimpulan meningkatkan kualitas SDM serta

2336
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

meningkatkan mitigasi risko yang mungkin Jika pembiayaan bermasalah


terjadi pada proses pembiayaan sesuai dinilai tidak memiliki peluang untuk
dengan cara pengurangan risiko dengan dilakukan penyelamatan, maka pihak
mengurangi peluang terjadinya risiko dan bank akan melakukan penjualan jaminan
memperkecil atau meminiasi peluang secara bersama atau melalui proses
sebelum (Pre Loss Minimisation) terjadinya lelang di KPKNL. Penjualan jaminan
risiko (Dorian, 2011: 4). nasabah yang mengalami pembiayaan
Pada proses penangaan bermasalah dan tidak dapat
pembiayaan bermasalah BPRS Bhakti direstrukturisasi oleh BPRS Bhakti Sumekar
Sumekar dan BPR JATIM menerapkan dan BPR JATIM merupakan salah satu cara
strategi penanganan khusus yang mitigasi risiko dengan menghapus atau
dilakukan dalam menyelesaikan mengurangi peluang terjadinya risiko dan
pembiayaan bermasalah yang dilakukan memperkecil atau meminimasi peluang
oleh komite khusus yakni divisi remidal terjadinya sesudah (Post Loss Minimisation)
pada BPRS Bhakti Sumekar dan divisi RPKB terjadinya kerugian (Dorian, 2011:c4).
pada BPR JATIM. Nasabah BPRS Bhakti Pada kasus tertentu, ketika nilai jaminan
Sumekar yang mengalami keterlambatan yang telah dijual tidak dapat memenuhi
dalam pembayaran angsuran tidak kewajiban nasabah, pada SOP yang
dikenakan denda. BPR JATIM menerapkan berlaku di BPRS Bhakti Sumekar akan tetap
denda untuk nasabah yang mengalami dilakukan penagihan kepada nasabah
keterlambatan pada angsuran. Prosedur untuk melunasi kekurangan. Sedangkan
yang dilakukan BPRS Bhakti Sumekar dan pada SOP yang berlaku pada BPR JATIM,
BPR JATIM dalam penanganan adalah akan dilakukan penghapusan aktiva
mengelompokkan pembiaayan sesuai pembiayaan.
kolektabilitas kemudian melakukan DAFTAR PUSTAKA
penagihan serta pemberian surat Abdullah, D. (2003). Tafsir Ibnu Katsir Jilid
IV. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
peringatan kepada nasabah. Kebijakan
Kementerian Agama Republik Indonesia.
penagihan dan pemberian surat (2011). Al-Quran dan
terjemahannya. Jakarta: Kemenag
peringatan diatur pada masing-masing
RI.
SOP pada BPRS Bhakti Sumekar dan BPR Andriani, B., & Susanto, R. (2019).
Pengawasan kredit PT. Bank
JATIM tentang penanganan pembiayaan
Perkreditan Rakyat (BPR) Ophir
bermasalah. Jika nasabah memiliki iktikad Pasaman Barat. Preprint, 1-12.
Antonio, Muhammad Syafi'i. (2001). Bank
baik dan dinilai masih berpeluang untuk
syariah: dari teori ke praktek.
dilakukan penanganan, maka pihak bank Jakarta: Gema Insani.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen
akan melakukan salah satu dari proses 3R
penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
yakni restructure / rescheduling / Bodnar, G. H., & Hopwood, W. S. (2006).
Sistem informasi akuntansi. Jakarta:
reconditioning.
Salemba Empat.
Chapra, Umer and Tariqullah Khan. (2000).

2337
Safitri, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 12 Desember 2020: 2326-
2338

Regulation and supervision of PT. Bank Rakyat Indonesia unit


Islamic banks. Jeddah: IRTI- IDB. Bangsal Cabang Mojokerto). Jurnal
COSO. (2004). Enterprise risk management: Administrasi Bisnis, 23(1), 1-7.
Integrated framework. The Muhammad. (2011). Audit dan
Committee of Sponsoring pengawasan pada bank syariah.
Organizations of The Treadway Yogyakarta: UII Press.
Commission. Mulyadi. (2008). Sistem informasi akuntansi.
Dorian, Lisa. (2011). Understanding risk Jakarta: Salemba Empat.
mitigation. industry insight: A Nugroho, Yudo. (2009). Analisis faktor-
newsletter for CAs in industry. faktor penentu pembiayaan
Columbia: Institute of Chartered perbankan syariah di Indonesia.
Accountants of British Columbia. Skripsi tidak dipublikasikan. Bogor:
Drummond, G. (2005). Introduction to Institut Pertanian Bogor.
marketing concepts. USA: Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Penilaian
Butterworth-Heinemann. kualitas aset produktif dan
Fianto, B. A., Maulida, H., & Laila, N. (2019). pembentukan penyisihan
Determining factors of non- penghapusan aset produktif bank
performing financing in Islamic pembiayaan rakyat syariah nomor
microfinance institutions. Heliyon, 29/POJK.03/2019. Jakarta: OJK RI.
5(8), 1-5. _______. (2018). Penilaian kualitas aset
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.20 produktif dan pembentukan
19.e02301 penyisihan penghapusan aktiva
Kasmir. (2018). Dasar-dasar perbankan. produktif BPR nomor
Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada. 33/POJK.03/2018. J Jakarta: OJK RI.
_______. (2013). Bank dan lembaga _______. (2018). Penyelenggaraan usaha
keuangan lainnya. Jakarta: PT. perusahaan pembiayaan nomor
Raja Grafindo Persada. 35/POJK.05/2018. Jakarta: OJK RI
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Marketing Rahayu, Ratnasari. (2012). Analisis
management. USA: Prentice Hall. perhitungan tingkat risiko kredit
Maryati, S. (2014). Peran bank ditinjau dari NPL pada koperasi KSP
pembiayaan rakyat syariah dalam sumber bahagia Bandung.
pengembangan UMKM dan Jakarta: Universitas Komputer
agribisnis pedesaan di Sumatera Indonesia.
Barat. Economica: Jurnal Program Setyasari. (2015). Analisis sistem dan
Studi Pendidikan Ekonomi STKIP prosedur pemberian kredit usaha
PGRI Sumatera Barat, 3(1), 1-17. mikro guna meminimalisir
https://doi.org/10.22202/economic terjadinya kredit bermasalah (Studi
a.2014.v3.i1.231 pada PT BPR Nusumma Jatim
Moleong, Lexy J. (2009). Metode Cabang Malang). Jurnal
penelitian kualitatif. Bandung: PT Adnimistrasi Bisnis, 22(1), 1-8.
Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2013). Memahami penelitian
Muchtar, R. N. R. (2015). Analisis sistem kualitatif. Bandung: Alvabeta.
pemberian kredit Kupedes dalam Yin, Robert K. (2014). Case study research
upaya menurunkan tingkat non design and methods. Los Angeles:
performing loan (NPL) (Studi pada SAGE.

2338

Anda mungkin juga menyukai