Anda di halaman 1dari 17

FUNGSIDA

KELOMPOK 4
AL IMAMMUL HAFIZH.A.SY 15.822.0068
IRFAN EFFENDI 15.822.0004
MARTONO GULTOM 14.822.0092
REZA PERDANA FAHRI DAMANIK 15.822.0034
SYAHRI RAMADANA TRIANDA ILHAM 15.822.0023

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2019
Latar Belakang

Macam-macam pestisida antara lain insektisida (pembunuh serangga),


fungisida (pembunuh cendawan), herbisida (pembunuh gulma), larvasida
(pembunuh larva), rodentisida (pembunuh binatang pengerat), dan avisida
(pembunuh burung). Empat golongan insektisida yang banyak digunakan menurut
rmnus bangunnya adalah hidrokarbon berklor, organofosfal, karbarnat, dan
piretroid. Sementara itn, golongan fungisida yang sering digunakan menurut rmnns
bangunnya antara lain organosu\fur, benzimidazol, pirimidin, tiofanal, oksatin dan
dinitrofenol (Agrios, George W. 1996).
Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik,
bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal (bahan
aktif). Fungisida merupakan salah satu pestisida yang berdasarkan jenis sasaran,
Fungisida sasaran utamanya ialah jenis cendawan. Umumnya cendawan berbentuk
seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun,
kumpulan dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas.
Dalam pengendalian cendawan patogen di gunakan senyawa kimia fungisida
tersebut. Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan
cendawan (fungi).
Pengendalian yang sering digunakan oleh petani adalah dengan
menggunakan fungisida, karena sampai saat ini belum ada tanaman cabai merah
yang tahan terhadap antraknosa. Prinsip penggunaan fungisida didasarkan pada
prinsip antibiotik terhadap tanaman. Prinsip lainnya yang berpotensi untuk
mengendalikan penyakit yaitu penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu
memicu ketahanan tanaman.
Fungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu fungisida
selektif (fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik) dan non selektif (fungisida
hidrokarbon aromatik, anti-oomycota, oxathiin, organofosfat, fungisida yang
menghambat sintesis sterol, serta fungisida sistemik lainnya)
Pestisida yang dijajakan di gerai umumnya memiliki kandungan aktif yang sama.
Barang dagangan tersebut diperjualbelikan dengan merk dagang bermacam-
macam. Akibatnya, banyak pestisida yang sebenarnya memiliki fungsi yang sama
dijual dengan merek berbeda.
Untuk keperluan aplikasi di lapang, perlu di perhatikan dosis dan konsentrasi
yang di perlukan. Dosis adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di
gunakan per satu satuan luas lahan. Konsentrasi adalah banyaknya fungisida atau
bahan aktif yang di gunakan pada satuan volume tertentu.

Pestisida yang umum di temui di lapangan :


NO Merek dagang Keterangan

1. Nativo Bahan aktif: Trifloksistrobin 25% dan tebukanozol


50%
Sasaran : 1. Bercak ungu 2. Antraknosa 3. Bercak
daun 4. Hawar daun
5. Karat daun
Cara aplikasi: disemprot pada tanaman yang sakit
Waktu aplikasi: segera saat ditemukan gejala
Dosis:1. bercak ungu= 150- 200 g/Ha, 2. Bercak
caun= 200 g/ ha 3. Karat daun= 150-
225 g/ha, 4. Antraknosa= 100-150 g/ha,
5. Hawar daun= 150- 225 g/ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida
terkena mata cucilah segera dengan air
mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan,
beri minum 1-2 gelas air matang dan
usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5.
Jangan berikan sesuatu apapun melalui
mulut.
2. Ridomil 35 SD Bahan aktif : Metataksil 35%
Sasaran : jagung (bulai)
Cara aplikasi : dosis 5 gram ridomil 35 SD.
Kemudian campur merata menutupi semua
permukaan benih jagung, kemudian dikeringkan dan
siap ditanam.
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.

3. Delsene MX- 80 Bahan Aktif: Karbendazim 6,2%, dan mankozeb


WP
73,8 %
Sasaran : 1. Penyakit bercak daun Cercospora
sp, 2. Blast Pyiricularia oryzae, 3. Hawar pelepah
Rhizoctonia solani, 4. Bercak Daun, dan antraknosa
pada cabai.
Dosis: padi sawah= 1-29/ l, 300 l/ha, hawar
pelepah= 1-29/ l, 400- 800/ha, bercak daun dan
antraknosa pada cabai= 1-29/ l, 450-600 lt/ ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
4. Trivia Bahan aktif: flupikolid 6 % dan propineb 66,7%
Sasaran: 1. Busuk daun, 2. Busuk batang, 3. Bercak
ungu, 4. Embun bulu, 5. Bulai, 6.lanas.
Dosis: Kentang =1,0-1,5 kg/ha, Tomat= 1,5- 2,25
kg/ha, cabe 1,5- 2,25 kg/ha, melon= 1,5- 2,0 kg/ha,
jagung= 2,0/ha, kedelai= 1,5 kg/ ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
5. Dense Bahan aktif : metiltiofanat 520 g/l
Sasaran: penyakit blas pada daun dan leher
Dosis: 0,5 ml/l
Volume semprot: 300-1000 l/ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
6. Bayleton Bahan aktif: triamefon 250 g/l
Sasaran dan dosis: cendawan akar putih: 5-10
ml/pohon, gugur daun:0,5 l/ha, karat daun: 0,5/ha,
cacar daun: 0,25 l/ha, patik daun: 0,25- 0,5 l/ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
7. Antracol Bahan aktif: propineb 70%
Sasaran: Rhizoctonia sp, cercospora sp, dan untuk
peningkatan unsur zink.
Dosis: 1 kh/ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
8. Folicur Bahan aktif: tebukanzol 430 g/l
Sasaran: Cercospora sp, Helminthosporium sp,
Rhizoctonia sp, Dirty panicle
Dosis: 180 ml/ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
9 Cymoxil Bahan aktif: simoksanil : 50%
Sasaran: Penyakit hawar daun (pada kentang)
Phythopthora infestans , Penyakit Antaknosa
Colletotrichum capsici, Gleosporium gleosporioides
Penyakit bercak daun (pada cabai) Cercospora
capsici.
Dosis: Penyemprotan volume tinggi 500 l/ha
Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang
terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata
cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila
fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang
dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan
dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan
berikan sesuatu apapun melalui mulut.
Pembahasan

Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan


(fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman
sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal.
Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat
hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.
Berdasarkan SK Menteri Nomor 434.1/Kpts/TP.207/7/2001, tentang Syarat
dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua
zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
a. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
b. memberantas rerumputan;
c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk;
e. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan
dan ternak;
f. memberantas atau mencegah hama-hama air;
g. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
h. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Djojosumarto, 2008).

Dari hasil pengamatan di lapangan, diamati beberapa pestisida kimia.


Pestisida tersebut antara lain dari jenis insektisida, herbisida dan fungisida.
Pembahasan lebih mendalam mengenai jenis-jenis pestisida yang diguakan adalah
sebagai berikut :
1. Decis 25 EC
Decis 2.5 EC adalah insektisida kontak dan racun perut dengan bahan
aktif Deltamethrin 25 g/ l. Insektisida ini berbentuk cair berwarna kuning
dengan jenis formulasi EC (Emulsifiable Concentrate). Cara aplikasi Decis
2.5 EC yaitu dengan melarutkannya ke dalam air kemudian disemprotkan
ke tanaman. Insektisida Decis dapat mengendalikan hama Ulat grayak
(Spodoptera litura), Lalat buah (Bactrocera sp.), Belalang (Locusta
migratori), Kutu putih (Ferrisia virgata), Ulat jengkal (Chrysoderxis
chalcites).
2. Roundup 486 SL
Roundup 486 SL merupakan herbisida purna tumbuh yang diformulasi
dalam bentuk larutan berwarna kuning yang mudah larut dalam air.
Kandungan bahan aktif dari herbisida ini adalah 486 g/l ipa glifosat (42%
w/w ipa glifosat, setara dengan glifosat 360 g/L). Cara aplikasi Roundup
486 SL yaitu dengan melarutkannya ke dalam air kemudian disemprotkan
ke gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Herbisida Roundup 486 SL dapat
mengendalikan gulma Gulma alang-alang, Gulma keras (Panicum rapens),
Gulma sedang (Axonopus compressus, Mikania micrantha), Gulma lunak
(Paspalum conjugatum).
3. Marshal 200 EC
Marshal 200 EC adalah insektisida dan akarisida sistemik racun kontak
dan lambung berbentuk pekatan berwarna kuning yang dapat diemulsikan.
Bahan aktif yang terkandung dalam insektisida ini adalah karbosulfan 200
g/l. Cara aplikasi Marshal 200 EC yaitu dengan melarutkannya ke dalam air
kemudian disemprotkan ke bagian tanaman. Jenis sasaran hama dari
insektisida Marshal 200 EC adalah: Ulat grayak (Spodoptera litura),
Wereng kapas (Sundapteryx biguttula), Penggerek polonh (Etiella
zinckenella), Hama thrips, Kutu daun (Aphis sp.), Penggerek buah (Heliotis
armigera);
4. Antracol 70 WP
Antracol 70 WP adalah fungisida kontak yang dapat digunakan untuk
mengendalikan jamur patogen. Fungisida Antracol 70 WP mengandung
bahan aktif Propenib 70,5 %. Fungisida ini berbentuk bubuk tepung
berwarna krem dengan jenis formulasi WP (Wettableb Powder). Cara
aplikasi Antracol 70 WP yaitu dengan melarutkannya ke dalam air
kemudian disemprotkan. Antracol dapat dipergunakan hanya satu kali bila
level infeksinya masih rendah, medium atau dalam tahap vegetatif, namun
bila sudah sampai tahap infeksi parah/ generatif, Antracol lebih baik
dicampur dengan Pitora dengan takaran konsentrasi Antracol 2 g/l + Pitora
0.7 g/l. Fungisida Antracol 70 WP dapat mengendalikan mengendalikan
penyakit Bercak ungu (Altenaria porri), Cacar caun (Phylloctista sp.), Bulai
(Peronosclerospora maydis), Busuk daun (Phytophthora infestan), Cacar
daun (Exobasidium vexans).
5. Delsene MX-80 WP
Delsene MX-80 WP adalah fungisida dan zat pengatur tumbuh sistemik
dan kontak berbentuk tepung berwarna kuning yang dapat disuspensikan.
Bahan aktif yang terkandung adalah mankozeb 73,8% dan karbendazim
6,2%. Fungisida Delsene MX-80 WP efektif untuk mengendalikan penyakit
bercak daun Alternaria porri, penyakit antraknosa Colletotrichum capsici,
penyakit bercak daun Cercospora sp., penyakit cacar daun Phyllosticta sp.,
penyakit gugur daun Colletotrichum gloesporioides dan penyakit busuk
daun Phytophthora infestans.
6. Dithane 80 WP
Dithane 80 WP merupakan fungisida kontak sistemik berbentuk tepung
berwarna kuning. Fungisida ini berbahan aktif mankozeb. Fungisida ini
efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur
Cercospora capsici, Alternaria porri dan Phytophthora palmivora.
7. Gramaxone 276 SL
Gramoxone 276 SL adalah herbisida kontak non selektif yang bekerja
cepat untuk mengendalikan berbagai jenis gulma pada tanaman perkebunan,
pertanian dan sayuran. Gramoxone bekerja sangat cepat menghentikan
kompetisi gulma, tidak terpengaruh oleh hujan dan dengan pengendalian
gulma yang sangat luas. Formulasi Gramoxone mengandung 3 bahan
pengaman yaitu Stench (pembau), Emetic (pemuntah) dan Dye (pewarna).
Gramaxone 276 SL berbentuk larutan berwarna hijau tosca yang
mengandung bahan aktif parakuat diklorida 276 g/ l. Jenis gulma yang dapat
dikendalikan herbisida ini antara lain Ageratum conyzoides, Amaranthus
spinosus, Cleome aspera, Cyperus rotundus dan Paspalum conjugatum.
8. Copcide 77 WP
Copcide 77 WP adalah fungisida kontak berbentuk tepung berwarna
biru yang dapat disuspensikan, untuk mengendalikan penyakit bercak daun
dan antraknosa pada tanaman cabai. Bahan aktif yang terkandun dalam
fungisida ini adalah tembaga hidroksida 77%. Jamur patogen yang dapat
dikendalikan dengan fungisida ini adalah Cercospora capsici dan
Colletotrichum capsici.

Pestisida yang diperdagangkan mempunyai formulasi yang berbeda-beda.


Pemilihan formulasi pestisida juga perlu disesuaikan dengan ketersediaan alat yang
ada, kemudahan aplikasi, serta efektivitasnya (Wudianto, 2007). Berikut beberapa
formulasi pestisida yang beredar di pasaran.
1. Tepung hembus (dust D)
Bentuk tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya
belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai
karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti walnut, talk.
Penggunaannya menggunakan alat penghembus (duster).
2. Butiran (Granula G)
Berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif
berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif.
Penggunaanya cukup ditaburkan atau dibenamkan disekitar perakaran atau
dicampur dengan media tanaman.
3. Tepung yang dapat disuspensi dalam air (Wettableb Powder WP)
Berbentuk tepung kering agak pekat, penggunaannya harus terlebih
dulu dibasahi air. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya
tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk
atau tangki penyemprot digoyang-goyang.
4. Tepung yang larut dalam air (water-Soluble Powder SP)
Jenis pestisida ini sepintas mirip dengan bentuk WP, penggunaan juga
dicampur dengan air. Perbedaanya jenis ini larut dalam air, sehingga
pengadukan hanya dilakukan sekali pada waktu pencampuran.
5. Suspensi (flowable concentrate F)
Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambahkan
pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya
berbentuk pasta.
6. Cairan (Emulsifiable EC)
Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran
bahan aktif dengan perantara emulsi. Penggunaannya dicampur dengan
bahan pelarut berupa air. Hasil pengecerannya atau cairan semprotnya
disebut emulsi.
7. Ultra Low Volume (ULV)
Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi S (solution).
Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam
solven minimum. Konsentrat ini mengandung pestisida berkonsentrasi
tinggi dan diaplikasikan langsung tanpa penambahan air.
8. Solution (S)
Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida
ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad
pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain.
9. Aerosol (A)
Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif
berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak)
kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan.
Formulasi jenis ini banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau
perkarangan.
10. Umpan beracun (Poisonous Bait B)
Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif
pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad
pengganggu.
11. Powder concentrate (PC)
Formulasi ini berbentuk tepung, penggunaanya dicampur dengan
umpan dan dipasang di luar rumah. Pestisida jenis ini biasanya tergolong
Rodentisida yaitu untuk memberantas tikus.
12. Seed Treatment (ST)
Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaanya dicampurkan dengan
sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih
digunakan formulasi ini.
Pestisida yang digunakan di lapangan memiliki formulasi yang berbeda.
Formulasi tersebut antara lain EC (Marshal 200 EC, Decis 25 EC), SL (Roundup
486 SL, Gramaxone 276 SL), WP (Antracol 70 WP, Dithane 80 WP, Copcide 77
WP, Desline). Jenis formulasi yang ada pada pestisda akan mempengaruhi prosedur
dalam aplikasi pada tanaman.
Berdasarkan bahan aktifnya, penggunaan pestisida yang paling banyak dan
luas berkisar pada satu diantara empat kelompok besar berikut (Kementerian
Pertanian, 2011) :
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins)
yang merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia,
menyebabkan tremor dan kejang-kejang.
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik
secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal
(cicak) dan mamalia), mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan
kelumpuhan. Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase,
suatu enzim yang mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal
saraf.
3. Karbamat (carbamat)
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat
enzim-enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat
memperkuat efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya
mengalami proses penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan
mamalia. Pada mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak
terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi pada ikan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari
beberapa ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus
Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari
adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil
terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi
menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan
diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum
pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan
yang sangat baik.

Bahan aktif yang ada pada pestisida yang dipraktikumkan antara lain
Gramaxone 276 SL : parakuat diklorida 276 g/ l, Dithane 80 WP : mankozeb,
Copcide 77 WP : tembaga hidroksida 77%, Desline : mankozeb 73,8% dan
karbendazim 6,2%, Roundup 486 SL : Isopropliamina glifosfat, Marshal 200 EC :
Karbosulfan 200 g/l, Antracol 70 WP : Propineb 70%, Decis 25 EC : Deltametrin
25 g/l,.
Setiap pestisida mempunyai sifat dan kelarutan yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil uji kelarutan tingkat kelarutan pestisida Capcide, Antracol,
Decis, Marshal, Roundup dan Dithane tingkat kelarutannya sempurna, sedangkan
pestisida Gramaxone dan Delsene tingkat larutannya sebagian. Indikator kelarutan
juga dapat dilihat berdasarkan tingkat endapan yang dihasilkan. Pestisida yang
terbentuk endapan sebagian yaitu pestisida Antracol dan Delsene, sedangkan
pestisida Capcide, Gramaxone, Decis, Marshal, Round up dan Dithane tidak
terbentuk endapan.
Berdasarkan pengujian tingkat kerekatan pestisida pada bagian tanaman
dengan menggunakan larutan pestisida Capcide diperoleh tingkat kerekatan tanpa
bahan perekat dari penyemprotan jarak 30 cm : 80% ; 45 cm : 65% ; 60 cm : 25%.
Tingkat kerekatan pestisida Decis tanpa bahan perekat dari penyemprotan jarak 30
cm : 60% ; 45 cm : 40% ; 60 cm : 25%. Tingkat kerekatan pestisida Delsene tanpa
bahan perekat dari penyemprotan jarak 30 cm : 40% ; 45 cm : 30% ; 60 cm : 20%.
Dari hasil uji kerekatan ke 4 jenis pestisida diperoleh tingkat kerekatan pestisida
tertinggi adalah pestisida Marshal tanpa bahan perekat dari penyemprotan jarak 30
cm : 100% ; 45 cm : 85% ; 60 cm : 20%.
Petunjuk umum keamanan dalam pemakaian pestisida agar aman digunakan
dan tidak terlalu menimbulkan efek peracunan pada pemakai, maka pemerintah dan
formulator telah menetapkan dan memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam
penanganan senyawa kimia berbahaya mulai dari pemilihan jenis pestisida, tata cara
penyimpanan, penakaran, pengenceran, pencampuran sampai kepada prosedur
kebersihannya (Wudianto, 2007).
Kesimpulan

Berdasarkan jenis sasarannya, pestisida digolongkan menjadi insektisida,


fungsida dan herbisida. Formulasi pestisida yang diamati yaitu SL pada Roundup
486 SL dan Gramaxone 276 SL; EC : Marshal 200 EC, Decis 25 EC; WP : Antracol
70 WP, Delsene 80 WP, Capcide 77 WP dan Dithane 80 WP. Bahan aktif yang ada
pada pestisida Roundup 486 SL adalah Isopropliamina glifosfat, Marshal 200 EC :
Karbosulfan 200 g/l, Antracol 70 WP : Propineb 70%, Decis 25 EC : Deltametrin
25 g/l, Delsene 80 WP : Karbendazim; Capcide 77 WP : tembaga hidroksida 77%
dan Gramaxone 276 SL : parakuat diklorida. Seluruh pestisida yang
diparaktikumkan larut secara sempurna dalam air, namun masih meninggalkan
endapan terutama pestisida dengan formulasi WP.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Direktorat Pupuk dan Pestisida


Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Teknik Kajian Pestisida Terdaftar
Beredar TA 2012. Kementerian Pertanian.
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
IRAC, 2011. IRAC MoA Classification Scheme. Online. ://www.irac-
online.org/mode-of-action/updated-irac-moa-classification-v7-1-now-
published/. Diakses Tanggal 8 Juni 2016.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2010. Pestisida Pertanian dan
Kehutanan Tahun 2010. Pusat Perizinan dn Investasi, Sekretariat Jenderal.
Jakarta.
Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta:
Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertanian.
Milne, G.W.A. 1998. Handbook of Pesticides. United States : CRC Pres.
Moekasan, T.K dan L.Prabaningrum. 2012. Penggolongan Pestisida Berdasarkan
Cara Kerjanya (Mode of Action). Yayasan Bina Tani Sejahtera Lembang.
Bandung.
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida.
Media Litbang Kesehatan. Volume XVII Nomor 3.

Anda mungkin juga menyukai