Anda di halaman 1dari 2

PERTEMUAN 5 & 6

MANAJEMEN PIUTANG

1. Pentingnya Investasi pada Piutang

Piutang dagang/piutang usaha merupakan tagihan entitas kepada pihak lain sebagai dampak dari
penjualan secara kredit. Karena tiap uang yang dipakai entitas selalu ada biayanya, sehingga perlu adanya
perencanaan terlebih dahulu terkait besar uang atau biaya yang akan diinvestasikan ke dalam bentuk
piutang, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni besarnya volume penjualan kredit, syarat
pembayaran, platform kredit, kebiasaan pembayaran pelanggan dan kebijakan dalam pengumpulan
piutang.

2. Prinsip Pemberian Kredit

Bentuk kredit (non-tunai) yang hendak diberikan akan menimbulkan piutang usaha/piutang dagang.
Piutang usaha atau piutang dagang ini tidak terdapat jaminan di dalam Undang-Undang (UU), sehingga
jika terjadi piutang tak tertagih (kredit macet) akan sulit diselesaikan dalam lingkup pengadilan.
Maka dari itu, untuk mencegah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko tersebut, perlu adanya
penilaian atau evalusi secara cermat dan teliti terhadap calon konsumen sebelum memberikan
kredit/pinjaman.

Berikut merupakan penjelasan terkait prinsip-prinsip 5C, yakni:

a. Character (Karakter)

Prinsip ini merupakan data mengenai kepribadian dari calon konsumen seperti kebiasaan, sifat, cara
hidup, gaya hidup, hobi, latar belakang, dan trade checking.

b. Capacity (Kapasitas / Keuangan)

Prinsip ini merupakan data yang dilihat dari kemampuan calon konsumen dalam segi pengelolaan
usahanya yang bisa dilihat dan dinilai dari pengalaman, pendidikan, mengelola usaha (business record)
atau dapat dikatakan menilai dari riwayat perusahaan yang pernah dikelola oleh calon konsumen (pernah
mengalami masa sulit atau tidak, bagaimana cara dalam mengatasi kesulitan tersebut, dan lain
sebagainya).

c. Capital (Modal)

Prinsip Capital ini merupakan data penilaian yang dilihat dari sisi kondisi kekayaan yang dimiliki oleh
calon konsumen tersebut serta pengelolaannya, yang dimana dapat dilihat dari laporan keuangannya
seperti laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, struktur ekuitas, dan ratio keuntungan lainnya
seperti Return On Equity (ROE) dan Return On Investment (ROI).

d. Condition (Kondisi)
Prinsip ini juga diperlukan dalam mempertimbangkan dari sisi kondisi ekonomi yang berkaitan dengan
prospek kerja atau usaha terhadap calon konsumen dimasa yang akan datang.

e. Collateral (Agunan)

Prinsip ini merupakan bentuk jaminan yang kemungkinan dapat disita apabila calon konsumen nantinya
benar-benar tidak dapat membayar atau memenuhi kewajibannya.

3. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Piutang merupakan salah satu unsur dari modal kerja yang memiliki kondisi berputar, yaitu berawal dari
kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas.
Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara
kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata
pengumpulan piutang (average collection period of accounts receivable).

4. Anggaran Pengumpulan Piutang (Receivable Collection Budget)

Piutang yaitu aset lancar yang bersifat kurang likuid. Dikatakan kurang likuid karena tidak dapat
dimanfaatkan sembarang waktu atau dalam waktu dekat.
Aktivitas perencanaan terkait penerimaan piutang menjadi uang tunai (cash) disebut sebagai anggaran
pengumpulan piutang (Receivable Collection Budget).Anggaran pengumpulan piutang tersebut bisa
disusun berdasarkan anggaran penjualan kredit dengan cara memperhatikan kebiasaan-kebiasaan
konsumen dalam melakukan pembayaran atau melunasi utang/kewajibannya.

5. Pengendalian Piutang

Manajer keuangan harus mampu mengendalikan piutang dengan menyusun umur piutang atau biasa
dikenal dengan aging table. Tabel tersebut akan memberikan informasi mengenai jumlah piutang-piutang
yang dapat segera ditagih maupun yang sudah melewati jatuh tempo serta dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi terhadap pemberian piutang kepada debitur atau supplier perusahaan.

6. Kebijakan Penagihan Kredit

Pendekatan-pendekatan berikut ini dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan evaluasi kebijakan
kredit dan penagihan :

a. Average Collection Period (ACP), merupakan rata-rata jumlah hari penjualan secara kredit yang masih
outstanding atau belum dibayarkan.

b. Aging Of Accounts Receivable, merupakan sebuah Teknik pemantauan kredit dengan menggunakan
jadwal yang menunjukkan persentase dengan total sisa piutang yang masih belum dibayar untuk periode
waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai