Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR / HANDOUT

AKUNTANSI KEUANGAN
KELAS XI AKUNTANSI
SEMESTER GANJIL

KERUGIAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

OLEH :
ETY NURBAETI RAMAH, S.E

SMK NEGERI 3 CILEGON


TAHUN PEMBELAJARAN 2022 - 2023
TUJUAN PEMBELAJARAN

Elemen Capaian Pembelajaran

Akuntansi Keuangan Pada akhir Fase F peserta didik mampu mengelola


kartu piutang, kartu utang, dan kartu persediaan, serta
memproses dokumen dana kas kecil dan dokumen
dana kas di bank. Peserta didik dapat mengelola kartu
aktiva tetap, menyajikan laporan harga pokok produk,
menerapkan pencatatan utang wesel jangka panjang,
menerapkan pencatatan penerbitan utang obligasi,
serta menganalisis berbagai jenis modal perusahaan
(perbedaan modal perorangan, firma, PT, CV, dan
koperasi).

Setelah mencari informasi, melakukan tanya jawab dan diskusi, peserta didik dapat bernalar kritis
dalam melakukan pencatatan piutang tak tertagih dengan mandiri.
Materi Pembelajaran :

A. Ruang Lingkup Piutang Tak Tertagih


Dalam praktik akuntansi terutama untuk basis akrual, timbulnya utang dan piutang
merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi. Untuk piutang, biasanya timbul karena kebijakan kredit
dari perusahaan dalam penjualan barang atau jasa perusahaan kepada pihak lain. Namun, terkadang
terjadi suatu keadaan tidak tertagihnya sebagian piutang oleh perusahaan, hal ini merupakan
konsekuensi dari kebijakan kredit yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan
meningkatkan penjualan barang atau jasa perusahaan, Hendriksen dan Breda dalam Sugiri dan
Sumiyana (2005) mengungkapkan tidak tertagihnya piutang mencerminkan aliran keluar (outflow)
aktiva atau aset sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan (revenue).
Dalam dunia usaha semua perusahaan mengharapkan penjualan produk atau jasanya dibayar
dengan tunai. Akan tetapi karena keterbatasan daya beli dan faktor lainnya terkadang hal itu tidak
bisa dilakukan sehingga perusahaan memberikan keringanan dengan pembayaran secara kredit atau
hutang, hal inilah yang disebut piutang dalam suatu perusahaan. Kata piutang tentu saja dimaksud
dari sisi perusahaan penjual karena kalau dari sisi pembeli atau konsumen itu disebut hutang atau
kewajiban harus membayar tagihan. Namun piutang ini memiliki risiko yang disebut risiko piutang.
Dalam pencatatan laporan keuangan piutang bisa dikategorikan sebagai aset karena secara
tidak langsung akan menjadi uang tunai dimasa mendatang yaitu ketika pembeli telah melakukan
pembayaran atas invoice yang sudah ditagih tersebut. Semakin lama piutang tidak tertagih maka
akan menjadi beban perusahaan dan mempengaruhi arus kas menjadi kurang baik oleh karena itu
perusahan harus berhati-hati dalam mengelolah piutang. Piutang yang tidak tertagih kadang juga
disebut dengan istilah kredit macet.
Oleh karena itu, piutang tak tertagih dikategori sebagai biaya (expense). Meskipun begitu,
terdapat pandangan teoretis bahwa piutang tak tertagih (bad debt) diakui sebagai pengurang
penjualan, serupa dengan perlakuan potongan penjualan dan retur penjualan.
Agar risiko piutang tidak tertagih atau kredit macet tidak mengganggu jalannya perusahaan
Anda perhatikan beberapa pedoman cara menghindari atau meminimalkan risiko piutang tak tertagih
berikut ini :
1. Tentukan Batas Piutang Maksimal yang Bisa Ditanggung Perusahaan
Tujuannya menentukan batas piutang maksimal adalah untuk memberikan keamanan kepada
kondisi keuangan perusahaan yang mungkin ditanggung akibat risiko piutang yang terjadi. Dengan
memiliki ukuran ini manajemen bisa mengontrol keuangan perusahaan agar tidak membuat
keuangan perusahaan dalam kondisi sulit. Gunakan software akuntansi untuk kemudahan
mengontrol jumlah piutang perusahaan Anda.
2. Menyeleksi dengan Ketat Pelanggan yang Akan Diberi Fasilitas Kredit
Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting karena profil dari pelanggan bisa
menentukan apakah pembayaran dari pelanggan tersebut akan bermasalah atau tidak. Hal-hal yang
bisa dijadikan acuan dalam pemberian fasilitas kredit ini antara lain :
• History pelanggan selama membeli dari perusahaan Anda. Apakah selalu lancar atau pernah
mengalami kredit macet.
• Cari tau juga apakah pelanggan tersebut masih atau pernah memiliki masalah sehubungan dengan
pembelian diperusahaan lain.
• Kenali dengan cermat siapa saja direksi, dimana alamatnya dan berapa omset pelanggan tersebut.
• Perkirakan nilai aset pelanggan tersebut. Ini bisa digunakan untuk menilai besarnya perusahaan
pelanggan serta kemungkinan jadi jaminan jika pelanggan tidak bisa melunasi piutangnya.
3. Meminta Pembayaran Dimuka
Apabila memungkinkan mintalah pembayaran penuh dimuka untuk pembelian produk atau
jasa perusahaan Anda. Hal ini akan membuat perusahaan Anda tidak menanggung risiko piutang
tidak tertagih, walaupun dalam dunia usaha saat ini itu hampir sulit terjadi di beberapa jenis industri.
Dengan mendapat pembayaran dimuka untuk produk atau jasa yang dijual maka manajemen
keuangan perusahaan Anda akan lebih mudah dilakukan.
4. Meminta Down Payment (DP)
Jika pembayaran penuh dimuka tidak mungkin terjadi, bisa juga dengan meminta Down
Payment dulu misalnya 25% atau 50%. Ini bertujuan meminimal risiko piutang tak tertagih tersebut
sekaligus membuat perusahaan Anda memiliki uang tunai untuk memulai pekerjaan yang
berhubungan dengan penjualan ke pelanggan itu.
5. Buat Ketentuan Penalty
Hal lain yang bisa Anda lakukan adalah membuat ketentuan penalty atau hukuman untuk
pelanggan yang tidak membayar tepat waktu agar ada perasaan khawatir dari pelanggan jika dia
terlambat membayar tagihan. Misalnya dengan memberi penalty bahwa akan dikenakan 2% perbulan
dari total tagihan yang belum dibayar atau tidak bisa membeli produk dari perusahaan Anda lagi
sebelum tagihan yang sudah jatuh tempo belum dibayar. Pemberian penalty seperti ini sudah
dilakukan oleh banyak perusahaan contohnya perusahaan kontraktor, perusahaan leasing dll.
6. Jaga Hubungan Dengan Pelanggan
Tetap jaga hubungan baik dengan pelanggan agar pelanggan merasa nyaman karena
diperlakukan dengan baik oleh perusahan Anda sebagai suppliernya. Dengan berhubungan baik
Anda juga bisa selalu memantau perkembangan bisnis pelanggan agar bisa mendeteksi dini apabila
ada potensi piutang pelanggan menjadi kredit macet.
Ada beberapa jenis kategori piutang yang bisa dibilang merupakan piutang tak tertagih untuk
dilaporkan dalam jurnal penghapusan piutang.
1. Piutang sudah dalam masa tertentu yang ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan.
2. Piutang sudah mengalami proses penagihan sesuai kebijakan perusahaan secara langsung
maupun tertulis.
3. Piutang yang dicatatkan berasal dari pihak pembeli atau pelanggan yang mengalami tak mampu
bayar atau bangkrut.
4. Piutang yang tak bisa ditagihkan kepada debitur akibat suatu kejadian yang menyebabkan
kondisi tersebut, seperti bencana alam dan lainnya.

B. Metode Pencatatan Kerugian Piutang Tak Tertagih


Pencatatan piutang tak tertagih dicatatkan pada catatan keuangan perusahaan. Untuk
melakukan penyesuaian terhadap hal tersebut, perusahaan bisa melakukan pendekatan akuntansi
untuk menghapus piutang tersebut. Perusahaan dapat membuat jurnal penghapusan piutang terhadap
sejumlah piutang tak tertagih.
Untuk penaksiran kerugian dari piutang tak tertagih biasanya digunakan dua metode yaitu:

a. Metode Langsung

Metode langsung atau metode penghapusan langsung merupakan metode yang mengakui rugi
pada saat telah terjadi penghapusan piutang dengan mendebit Biaya Piutang tidak tertagih dan
mengkredit Piutang Usaha, namun metode ini hanya diperbolehkan apabila jumlahnya tidak
material.
Metode ini kerap digunakan terutama oleh perusahaan yang memiliki bidang usaha seperti
restoran, hotel, rumah sakit, kantor pengacara, kantor akuntan publik dan toko eceran dengan skala
bisnis yang relatif kecil.
Faktor- faktor atau perihal yang membuat metode hapus langsung ini dipakai adalah :
 Terdapatnya sebuah situasi yang dimana memang sangat tidak memungkinkan bagi perusahaan
untuk mengestimasi besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih sampai dengan akhir
periode
 Khusus bagi perusahaan yang menjual sebagian besar barang atau jasanya secara tunai,
sehingga jumlah beban atas piutang usaha yang tidak dapat ditagih boleh dibilang sangat tidak
material.
Ketika metode hapus langsung digunakan, beban kredit macet atau beban piutang yang tidak
dapat ditagih hanya akan dicatat atau diakui apabila benar- benar telah terjadi pelanggan tertentu
yang menyatakan tidak bisa membayar bukan berdasarkan pada kerugian estimasi. Jadi pada saat
perusahaan mendapati bahwa pelanggan tertentunya tidak bisa membayar maka pada saat itulah
perusahaan akan menghapus langsung piutang usahanya atas pelanggan tertentu disebelah kredit
(tanpa melakukan pencadangan terlebih dahulu) dan membebankannya di sebelah debet sebagai
beban kredit macet atau beban piutang yang tidak dapat ditagih.
Metode Langsung (Direct Method), dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Kerugian dicatat pada periode penerimaan piutang, berdasarkan jumlah piutang yang dihapuskan
 Setiap penghapusan piutang langsung dicatat pada akun: Kerugian Piutang Tak Tertagih.
 Tidak mencatat taksiran kerugian piutang karena pada metode ini tidak dilakukan penaksiran atas
kerugian piutang.
 Untuk mencatat kegiatan penghapusan langsung dicatat Kerugian Piutang di debet dan Piutang dagang di
kredit.
 Untuk mencatat penerimaan kembali piutang yang sudah dihapus adalah Piutang dagang dicatat di debet
dan Kerugian Piutang dicatat di kredit
 Untuk mencatat penerimaan kas adalah Kas dicatat di debet dan piutang dagang di kredit
Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan:
 Piutang tak tertagih tersebut akan dihapus dan dicatatkan serta dibebankan pada perkiraan kerugian
piutang. Penghapusan piutang akan dicatatkan pada kolom debet dan piutang pada bagian kredit.

Kerugian penghapusan piutang Rp.Xxxx,00


Piutang dagang Rp.Xxxx,00

 Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang yang akan dibayar oleh
debitornya (Piutang ditemukan kembali), maka:
1) Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama dengan saat dihapuskannya (sebelum
tutup buku), maka jurnalnya adalah:
Piutang dagang Rp.Xxxx,00
Kerugian penghapusan piutang Rp.Xxxx,00
2) Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode berikutnya (setelah tutup buku), maka jurnalnya
adalah:
Piutang dagang Rp.Xxxx,00
Pendapatan dari piutang ditemukan kembali Rp.Xxxx,00

Contoh Soal 1
PT. Makmur melakukan penjualan secara kredit pada tanggal 1 Mei 2015 kepada CV. Andika
sebesar Rp 5.000.000. Hingga akhir tahun 2015 diketahui piutang sebesar Rp 700.000 yang belum
dapat ditagih. Manajemen memperkirakan Rp 200.000 tidak dapat ditagih. Pada bulan Maret 2016
bagian penagihan menyatakan piutang sebesar Rp 100.000 dihapus dari pembukuan karena tidak
mungkin dapat diterima pelunasannya dari CV. Andika. Ternyata 1 Oktober 2016 CV. Andika
melunasi utangnya tersebut. Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
dengan metode penghapusan langsung!
Jawab:
Jurnal penyesuaian menggunakan metode penghapusan langsung
a. Tidak dilakukan pencatatan untuk mencatat taksiran kerugian piutang karena pada metode ini
tidak dilakukan penaksiran atas kerugian piutang
b. Untuk mencatat penghapusan langsung
Kerugian Piutang Rp 100.000
Piutang dagang Rp 100.000
c. Untuk mencatat penerimaan kembali piutang yang sudah dihapus
Piutang dagang Rp 100.000
Kerugian Piutang Rp 100.000
d. Untuk mencatat kembali piutang yang sudah dihapus
Kas Rp 100.000
Piutang dagang Rp 100.000

Contoh Soal 2
Piutang A sebesar Rp 3.000.000 diperkirakan tidak bisa dilunasi sebesar Rp 500.000 sehingga
akuntan harus menghapus piutang sebesar 10% dari kerugian piutang. Bagaimana pencatatan
transaksi tersebut?
Jawab:
Jurnal penyesuaian menggunakan metode penghapusan langsung
Penghapusan Piutang = 10% x Rp 500.000 = Rp 50.000
 Tidak ada jurnal untuk taksiran kerugian piutang karena tidak dilakukan penaksiran atas kerugian
piutang
 Untuk mencatat penghapusan langsung
Kerugian Piutang Rp 50.000
Piutang Dagang Rp 50.000
 Untuk mencatat penerimaan kas
Kas Rp 50.000
Kerugian Piutang Dagang Rp 50.000

Contoh Soal 3
Pada 23 Desember 2014 debitur melunasi utangnya sebesar Rp 5.000.000 karena usahanya perlahan
berjalan kembali. Jurnalnya antara lain:
Jawaban:
Piutang dagang Rp 5.000.000
Beban kerugian piutang Rp 5.000.000
ketika debitur melunasi utangnya maka jurnalnya:
Kas Rp 5.000.000
Piutang dagang Rp 5.000.000

b. Metode Cadangan

Metode cadangan merupakan metode yang mengakui rugi piutang tak tertagih pada periode
penjualan kredit yang sedang berjalan dengan cara menaksir dan bukan pada saat periode dihapusnya
piutang. Untuk metode cadangan penaksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dilakukan pada
akhir periode ketika perusahaan akan menyusun laporan keuangan untuk digunakan pada periode
tersebut.
Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup besar jumlahnya. Tiga hal yang
penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu: 1) Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya
terlebih dahulu dan diakui sebagai biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal
dari tahun 2010 maka kerugian piutang diakui pada tahun 2010 juga.2) Taksiran kerugian piutang
dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang melalui jurnal
penyesuaian. 3) Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu piutang itu
dihapus dari pembukuan.
Ada dua dasar yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah kerugian piutang tak tertagih,
yaitu:
 Pendekatan Laporan Laba Rugi
Pada pendekatan ini, perhitungan taksiran piutang tak tertagih mendasarkan pada penjualan
selama satu periode pelaporan. Untuk memperoleh jumlah taksiran biasanya dilakukan dengan cara
mengalikan prosentase tertentu, dengan jumlah penjualan pada periode tersebut.
Untuk memperoleh prosentase piutang tak tertagih dengan menggunakan cara menghitung
perbandingan piutang yang tak tertagih atau yang dihapus dengan jumlah penjualan tahun lalu
kemudian tinggal disesuaikan dengan periode yang berjalan. Secara logika piutang tak tertagih
muncul karena penjualan kredit, oleh karena itu akan lebih baik jika piutang tak tertagih dihitung
dengan menggunakan dasar penjualan kredit. Namun pada praktiknya pemisahan antara penjualan
kredit dan debit dapat menimbulkan pekerjaan tersendiri, maka untuk praktisnya prosentase piutang
tak tertagih bisa menggunakan dasar jumlah penjualan periode berjalan.
Contoh : Penjualan kredit tahun 2013 adalah Rp 20.000.000,00. Berdasarkan pada pengalaman
tahun-tahun sebelumnya manajemen menaksir risiko piutang tak tertagih adalah 5% dari jumlah
penjualan kredit, sehingga beban piutang tak tertagih untuk tahun 2013 adalah Rp 1.000.000,00 (5%
x Rp 20.000.000,00). Jurnal penyesuaian untuk mencatat taksiran tersebut pada akhir tahun 2013
adalah :

Des 31 Beban piutang tak tertagih Rp 1.000.000


Cadangan piutang tak tertagih Rp 1.000.000
Pendekatan laporan laba rugi tidak memperhatikan saldo rekening cadangan piutang tak
tertagih sebelum penyesuaian, meskipun mungkin ada sisa saldo pada rekening cadangan piutang tak
tertagih yang berasal dari periode sebelumnya.
Contoh soal
10 Februari 2017 PD Mustika menerima laporan bahwa debitur atas nama Haryanto jatuh pailit PD
Mustika memutuskan menghapuskan piutang pada debitur Haryanto sebesar Rp
1.150 000. Bagian Jurnal mencatat transaksi tersebut dalam jurnal umum sebagai
berikut :
Kerugian Piutang Dagang (D) Rp 1.150.000
Cadangan Kerugian Piutang (K) Rp 1.150.000
15 Maret 2017 PD Mustika menerima kedatangan Haryanto, yang menyatakan bahwa Haryanto
sanggup membayar utang pada tanggal 5 April 2017. Peristiwa tersebut dicatat
dalam kartu piutang atas nama Debitur Haryanto sebagai mutasi Debit. Bagian
jurnal umum mencatat sebagai berikut :
Piutang Dagang (D) Rp 1.150.000
Kerugian Piutang Dagang (K) Rp 1.150.000

18 Maret 2017 PD Mustika menerima pembayaran utang dari PD Haryanto. Berikut ini jurnalnya :
Kas (D) Rp 1.150.000
Piutang Dagang (K) Rp 1.150.000
 Pendekatan neraca atau laporan posisi keuangan
Pada pendekatan ini, cadangan piutang tak tertagih ditentukan dari saldo piutang akhir
periode. Cara perhitungan yang bisa dilakukan ada 3 cara yaitu (a) Jumlah taksiran piutang tak
tertagih dinaikan sampai prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode, (b) taksiran piutang tak
tertagih ditambah dengan prosentase tertentu dari saldo piutang, dan (c) jumlah taksiran piutang tak
tertagih dinaikkan hingga suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisa umur piutang.

1. Jumlah taksiran piutang tak tertagih dinaikan sampai prosentase tertentu dari saldo piutang
akhir periode.
Untuk memperoleh cadangan piutang tak tertagih yaitu dengan mengalikan prosentase tertentu
terhadap saldo piutang akhir periode, setelah itu hasil perhitungan tadi dikurangi atau ditambah
dengan saldo rekening piutang tak tertagih.
Misalkan pada 31 Des 2013 rekening piutang sebesar Rp 20.000.000,00 dan rekening cadangan
piutang tak tertagih menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 250.000,00. Prosentase piutang tak
tertagih ditetapkan sebesar 5% dari saldo piutang. Maka jumlah yang akan dicatat pada jurnal
adalah sebesar Rp 1.000.000,00 (5% x Rp 20.000.000,00) dikurangi jumlah sisa saldo pada
rekening cadangan piutang tak tertagih (Rp 250.000,00) yaitu Rp 750.000,00 dengan jurnal
sebagai berikut :.
Des 31 Beban piutang tak tertagih Rp. 750.000
Cadangan piutang tak tertagih Rp.750.000

Cadangan yang seharusnya ada 5% x Rp 20.000.000 Rp 1.000.000


Sisa saldo cadangan (Rp. 250.000)
Jumlah yang ditambahkan ke saldo cadangan Rp. 750.000

Metode ini menghubungkan cadangan piutang tak tertagih dengan saldo piutang yang ada
sehingga menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih. Tapi jika melihat dari
sudut pandang laporan laba rugi maka metode tidak dapat menunjukkan berapa taksiran
piutang tak tertagih yang sebenarnya untuk periode ini, karena dalam perhitungannya
dipengaruhi oleh perhitungan cadangan piutang tak tertagih periode sebelumnya.

2. Jumlah cadangan dinaikkan sesuai perhitungan analisa umur piutang.


Metode ini membutuhkan penelusuran dengan seksama rekening-rekening pembantu piutang
dari masing-masing individu atau pelanggan yang kemudian dikelompokkan menjadi dua,
yaitu yang belum menunggak dan yang menunggak atau melebihi jangka waktu kredit.
Selanjutnya rekening individu dan pelanggan menunggak kembali digolongkan berdasarkan
jangka waktu tunggakannya, misalnya kurang dari satu bulan, lalu satu hingga dua bulan dan
seterusnya. Setelah pengelompokkan berdasar umur tunggakan maka langkah selanjutnya
adalah menentukan besaran prosentase dari masing-masing umur tunggakan atau piutang yang
tak tertagih.
Jurnal-jurnal yang terkait dengan peghapusan piutang menurut metode ini antara lain:
Jurnal penyesuaian pada saat dilakukan adanya piutang yang mungkin tidak dapat ditagih:

Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal:
Cadangan penghapusan piutang Rp.Xxxx,00
Piutang dagang Rp.Xxxx,00

Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang yang akan
dibayar oleh debitornya (piutang diketemukan kembali), maka:
Piutang dagang Rp.Xxxx,00
Cadangan penghapusan piutang Rp.Xxxx,00
Perbedaan pencatatan metode langsung dan metode tidak langsung

Metode penghapusan langsung Metode cadangan


Dalam metode ini tidak dilakukan Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang
taksiran atas kerugian piutang Beban Kerugian piutang xxx
CKP xxx
Pencatatan Penghapusan Langsung Pencatatan Penghapusan Langsung
Beban Kerugian piutang xxx CKP xxx
Piutang dagang xxx Piutang dagang xxx
Penerimaan Kembali piutang yang Penerimaan Kembali piutang yang
sudah dihapus sudah dihapus

Piutang Dagang xxx Piutang dagang xxx


Beban Kerugian piutang xxx CKP xxx
(Mencatat kembali piutang yang sudah (Untuk mencatat kembali piutang yang
dihapus) sudah dihapus)
Kas xxx Kas xxx
Piutang dagang xxx Piutang dagang xxx
(mencatat penerimaan kas) (Untuk mencatat penerimaan kas)

C. Contoh Perhitungan dan pencatatan Piutang tak tertagih


Soal
Pada Agustus 2019 PT Rahadian melakukan penjualan kredit kepada PT Fendy sebesar Rp.
5.000.000. Hingga akhir tahun 2019 terdapat piutang sebesar Rp.500.000 yang belum dapat
ditagih. Manajemen memperkirakan Rp.100.000 tidak akan dapat ditagih. Pada bulan
Agustus 2020 bagian penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar Rp.50.000 dihapus dari
pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya dari PT Fendy. Secara tidak
terduga pada bulan November 2020 PT Fendy melakukan pelunasan utangnya yang belum
terbayar.
Diminta :
Buatlah jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi diatas baik dengan metode cadangan maupun
dengan metode penghapusan langsung!
Jawaban
Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung
Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang Dalam metode ini tidak dilakukan taksiran
Des31 atas kerugian piutang
Beban Kerugian piutang 100.000
CKP 100.000
Pencatatan Penghapusan Langsung Pencatatan Penghapusan Langsung
CKP 50.000 Beban Kerugian piutang 50.000
Piutang dagang 50.000 Piutang dagang 50.000
Penerimaan Kembali piutang yang sudah Penerimaan Kembali piutang yang sudah
dihapus dihapus
Piutang dagang 50.000 Piutang Dagang 50.000
CKP 50.000 Beban Kerugian piutang 50.000
(Untuk mencatat kembali piutang yang sudah (Mencatat kembali piutang yang sudah
dihapus) dihapus)
Kas 50.000 Kas 50.000
Piutang dagang 50.000 Piutang dagang 50.000
(Untuk mencatat penerimaan kas) (mencatat penerimaan kas)

Anda mungkin juga menyukai