Anda di halaman 1dari 5

Tugas 3

Uang dan Perbankan


1. Jelaskan tahapan-tahapan dalam pemberian kredit!
2, Selain cost of fund, jelaskan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penentuan bunga!

Jawaban :
Pemberian kredit adalah salah satu usaha pokok bank yang utama, yang mempunyai
risiko yang besar, namun merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Oleh
karenanya penanganan yang hati-hati atas pelaksanaan aktivitas ini mutlak diperlukan,
dengan memperhatikan beberapa dasar pertimbangan penting dalam policy perkreditan
sehingga tujuan kredit berupa profitability and safety dapat dicapai.
Asas perkreditan sebagai salah satu dasar kebijakan tersebut dapat merupakan langkah
awal menuju sound banking business. Dengan policy perkreditan yang ditetapkan, kredit
diberikan melalui beberapa tahapan, mulai dari tahap pengajuan permohonan kredit hingga
pengawasan kredit dan pembinaan nasabahnya. Analisis kredit merupakan salah satu
tahapan dari tahapan-tahapan lainnya dalam proses pemberian kredit bank, yaitu:

1.Persiapan kredit (credit preparation).


Adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui informasi
dasar antara calon debitur dengan bank, terutama calon debitur yang baru pertama kali
akan mengajukan kredit kepada bank yang bersangkutan, biasanya dilakukan melalui
wawancara atau cara-cara lain. Informasi global/umum yang dikemukakan oleh pihak bank
antara lain tentang prosedur/tata cara pengajuan kredit serta syarat-syarat untuk
memperoleh fasilitas kredit, bidang tugas utama bank yang bersangkutan yaitu sektor-sektor
usaha yang bisa dibiayai (andaikata ada pembatasan-pembatasan). Dari pihak calon debitur
diharapkan adanya informasi-informasi secara garis besar tentang hal-hal yang diperlukan
pihak bank tentang keadaan usaha calon debitur, surat-surat esensial perusahaan (antara
lain surat izin usaha, surat izin tempat usaha dan surat surat lain yang diperlukan),
jaminan/agunan yang akan diberikan serta surat-suratnya (misalnya sertifikat untuk tanah,
BPKB untuk kendaraan bermotor, Surat Izin Bangunan untuk bangunan) dan sebagainya.
Wawancara tersebut biasanya setelah ada surat pengajuan dari calon debitur tapi sering
pula calon debitur langsung datang menghadap pejabat bank yang ditunjuk untuk
tugas-tugas tersebut yaitu customer service. Setelah diadakan tukar-menukar informasi
global dengan jalan wawancara tersebut biasanya sudah dapat digambarkan apakah
permohonan kredit tersebut dimungkinkan untuk diproses lebih lanjut. Apabila demikian
maka kepada yang bersangkutan diberikan atau diminta mengisi formulir yang sudah
tersedia di bank khusus untuk permohonan atau pengajuan kredit. Mengingat dalam
pelepasan kredit kepada debitur terkandung unsur risiko, maka untuk
mengurangi/memperkecil risiko kredit yang mungkin terjadi, diperlukan suatu prosedur
tertentu mulai dari permohonan kredit sampai pada penggunaan fasilitas kredit tersebut oleh
debitur.
Pada umumnya prosedur pemberian kredit tersebut dapat dibagi dalam beberapa
tahapan kegiatan yaitu:
a. Pengajuan permohonan kredit.
b. Pemeriksaan/penilaian dan analisis permohonan kredit.
c. Putusan kredit.
d. Pembayaran (realisasi) kredit.
e. Pengawasan kredit dan pembinaan nasabah.
2.Analisis atau penilaian kredit (credit analysis/credit appraisal)
Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha atau
proyek pemohon kredit. Penilaian tersebut meliputi berbagai aspek, pada umumnya terdiri
dari:
a. Aspek Manajemen dan Organisasi (Management & Organization).
Pada dasarnya calon debitur hendaknya merupakan seorang yang berjiwa
wiraswasta dan mempunyai keahlian yang cukup tentang bidang usahanya. Struktur
organisasi usahanya pun hendaknya cukup jelas dan efisien, terutama kalau
usahanya sudah mulai membesar.
b. Aspek Pemasaran (Marketing)
Barang dan atau jasa yang dihasilkannya atau diperdagangkannya harus
mempunyai prospek pemasaran yang baik, baik dilihat dari segi konsumen menurut
jumlahnya maupun penyebaran daerahnya.
c. Aspek Teknis (Technical)
Peralatan atau teknologi yang digunakan baik kapasitas maupun jenisnya serta
proses produksinya, hendaknya efektif dan effsien dalam arti masih memberikan
keuntungan yang cukup bagi perusahaannya. Di samping itu, faktor tenaga kerja dan
bahan baku yang diperlukan harus cukup tersedia untuk jangka waktu yang relatif
lama.
d. Aspek keuangan (Financial)
Dari perhitungan keuangan perusahaan tercermin adanya kemampuan dari
perusahaan calon debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, baik untuk
pengembalian pokok pinjaman maupun bunganya dalam waktu yang wajar bahkan
perusahaan pun harus mampu mendapat laba yang wajar agar dapat berkembang
terus.
e. Aspek Yuridis/Hukum (legal)
Usaha yang akan diberi bantuan kredit harus memenuhi ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku termasuk bentuk hukum debitur, lengkapnya surat-surat izin dan
surat-surat bukti jaminan yang diperlukan, serta cara-cara pengikatan
jaminan/agunan.
f. Aspek Sosial Ekonomi (Social and Economic)
Usaha yang akan dibiayai oleh kredit bank tersebut hendaknya dapat menyerap
tenaga kerja yang selama ini menganggur dan sedapat mungkin tidak merusak atau
mengganggu keadaan lingkungan hidup (pencemaran) ditinjau dari analisis
mengenai dampak atas lingkungan hidup (AMDAL).
Pembahasan tentang aspek-aspek tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
usaha pemohon kredit itu layak untuk diberi bantuan kredit atau tidak, dengan perkataan lain
apakah permohonan kredit tersebut feasible dalam arti andaikata kredit diberikan, maka
usahanya akan berkembang baik dan mampu mengembalikan kredit, baik pokok maupun
bunga dalam jangka waktu yang wajar, atau sebaliknya.
Bagi pemohon kredit yang relatif besar baik kredit modal kerja maupun kredit investasi
lazim sekali studi kelayakan atau analisis kreditnya dikerjakan oleh konsultan ahli yang
khusus mengerjakan hal tersebut, sedangkan untuk kredit yang relatif kecil biasanya
dikerjakan oleh petugas-petugas bank sendiri yang biasa disebut analis kredit atau account
officer.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, baik konsultan luar, maupun analis kredit
tentunya memerlukan data dan informasi-informasi yang akurat dan mendalam dari berbagai
sumber dan dengan berbagai cara atau teknik antara lain dengan wawancarą atau
kunjungan langsung ke tempat usaha (on the spot inspection), menganalisis laporanlaporan
perusahaan (antara lain Neraca dan Laporan R/L), informasi-informasi dari dinas-dinas,
instansi-instansi, lembaga lain yang ada hubungannya dengan usaha calon debitur.
Karena analisis kredit ini merupakan inti (core) dari proses penentuan layak atau tidaknya
suatu permohonan kredit maka analisis kredit ini akan dikemukakan lebih mendalam dengan
uraian tersendiri.

3. Tahap Keputusan Kredit


Atas dasar laporan hasil analisis kredit maka fihak bank melalui pemutus kredit, baik
berupa seorang pejabat yang ditunjuk atau pimpinan bank tersebut maupun berupa satu
komite dengan anggota lebih dari satu orang pejabat sesuai dengan yang tertuang dalam
Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) masing-masing dapat memutuskan permohonan kredit
tersebut layak untuk diberi kredit atau tidak. Dalam hal tidak permohonan tersebut harus
segera ditolak, surat penolakan biasanya secara tertulis dengan disertai beberapa alasan
secara diplomatis namun cukup jelas. Andaikata permohonan tersebut layak untuk
dikabulkan maka segera pula dituangkan dalam surat keputusan kredit, biasanya disertai
beberapa persyaratan tertentu. Pemutus kredit adalah seorang pejabat bank atau komite
yang khusus diberi wewenang untuk tugas tersebut.
Kewenangan memutus seseorang belum tentu sama dengan yang lainnya, tergantung
tingkat jabatan, kedudukan dan pangkatnya. Untuk kredit-kredit yang relatif besar,
keputusan kredit biasanya dipegang oleh Pimpinan atau Direksi bank tersebut, bahkan
mungkin diputus oleh lebih dari satu orang pemutus yang merupakan komite / panitia
pemutus, termasuk di sini kemungkinan melibatkan anggota komisaris dari bank tersebut.

4. Tahap Pelaksanaan dan Administrasi/Tata Usaha Kredit


a.Tahap Pelaksanaan Kredit
Setelah calon peminjam mempelajari dan menyetujui isi keputusan kredit serta bank
telah menerima dan meneliti semua persyaratan kredit dari calon peminjam terutama
surat-surat asli bukti jaminan, foto copy izin usaha dan tempat usaha, fotocopy Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti pembayaran pajak tahun terakhir (untuk kredit yang
melebihi Rp10 juta) dan sebagainya maka kedua belah pihak menandatangani perjanjian
kredit serta syarat-syarat umum pemberian kredit, beserta lampiran-lampirannya.
Lampiran-lampiran tersebut berupa pengikatan jaminan, baik berupa Hak Tanggungan
maupun Fiducia (F.E.O) dan sebagainya.
Pada banyak bank, perjanjian kredit tersebut juga dilampiri oleh promes (surat janji
membayar) atau aksep yang harus ditanda-tangani oleh debitur. Penandatanganan
perjanjian kredit dan lampiran-lampirannya bisa dilaksanakan secara di bawah tangan atau
notariil.

b.Tahap Administrasi/tata usaha Kredit


Dalam tahap administrasi/penatausahaan ini maka kredit yang telah direalisasi baik
yang telah ditarik oleh debitur maupun yang belum segera dibukukan dengan mengacu
kepada Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI 2001) yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia.
Tentunya disamping dilaksanakan pembukuan secara benar, juga pada tahap ini
dilaksanakan pengarsipan (filing) pelaporan, pencatatan data/informasi dan lain-lain sesuai
dengan pedoman yang berlaku pada bank yang bersangkutan
5.Tahap Supervisi

Mengapa tahap ini dikatakan paling kritis dan sulit ? karena pada tahap-tahap
sebelumnya, bank belum melibatkan uang dalam pembiayaan usaha debitur, sedangkan
pada tahap ini bank telah melepaskan sejumlah uang untuk diputar dalam perusahaan
debitur. Pada umumnya sebelum mendapatkan apa yang dikehendaki, calon debitur akan
lebih patuh dan mudah diajak bekerjasama oleh bank, dalam rangka pencapain
kehendaknya. Tetapi kalau kredit telah dilepas oleh bank, kadang-kadang terjadi sebaliknya
sehingga tak jarang hal tersebut cukup menyulitkan bank. Adapun batas tahapan supervisi
ini pada umumnya dimulai dari pencairan kredit (disbursement) dan berakhir setelah semua
kewajiban kepada bank dilunasi oleh debitur. Namun demikian, jangan ada anggapan
bahwa dengan dilaksanakan supervisi kredit dan pembinaan debitur oleh suatu bank maka
semua kredit bank tersebut akan berjalan lancar.
Supervisi dan pembinaan tersebut hanyalah suatu upaya/ikhtiar meminimalisasikan
kredit-kredit yang kurang lancar, diragukan atau macet, sebab bagaimanapun ketatnya
upaya tersebut dalam kenyataannya hampir tidak mungkin bahwa segalanya akan berjalan
baik sesuai dengan yang dikehendaki. Dapat dipastikan bahwa pada setiap bank sedikit
atau banyak selalu terdapat pinjaman-pinjaman yang kurang lancar, diragukan atau macet.
Mengapa demikian? karena kredit-kredit bermasalah tersebut penyebabnya sangat
beraneka ragam dan kompleks sekali. Dimulai dari sebab-sebab yang berasal dari intern
bank sendiri sampai kepada sebab-sebab ekstern (diluar) bank.
Sebab-sebab intern pun sangat beraneka ragam misalnya karena kurang baiknya
pembahasan/analisis kredit yang semestinya permohonan tersebut ditolak karena tidak
feasible lantas keliru mengambil dan menghitung data sehingga seolah-olah menjadi
feasible. Kekeliruan tersebut bisa terjadi karena kesengajaan atau tidak sengaja
(menyangkut mental petugas bank yang kurang baik). Dapat pula kekeliruan tersebut
dilakukan oleh loan officer sendiri, sengaja atau tidak sengaja.
Sedangkan faktor ekstern disebabkan oleh tingkah laku/mental debitur sendiri misalnya
usahanya berjalan baik, tetapi tidak mau menyetor ke bank karena digunakan untuk
keperluan lain. Mungkin debitur ternyata kurang cakap menjalankan usaha dan kurang
tanggap terhadap nasihat/saran-saran dari bank sehingga menderita kerugian, yang
akhirnya tak mampu membayar kredit.
Sebab ekstern lainnya misalnya karena dunia usaha sedang lesu termasuk juga sektor
usaha debitur, sehingga perusahaannya tidak berjalan baik. Mungkin pula kerugian terjadi
akibat dari manajemen dan organisasi yang kurang terarah, masalah keteknisian yang
kurang cocok, masalah keuangan yang boros dan kurang efisien, administrasi yang kurang
teratur dan tertib.
Sering pula terjadi kemacetan pengembalian kredit karena adanya penyalahgunaan
pemakaian kredit tersebut terutama sekali untuk tujuan-tujuan yang bersifat konsumtif.

Selanjutnya, dalam praktiknya, penentuan suku bunga bank tidak semata-mata berpegang
teguh pada konsep cost of fund saja melainkan juga memperhatikan faktor faktor lain yang
mempengaruhi sehingga penentuan bunga (harga) akan terdiri dari berbagai macam pilihan
sebagai berikut:
a. Harga atas dasar orientasi permintaan, yang terbagi dalam: (a) Penentuan harga
yang berbeda/diskriminasi harga, yaitu jenis produk yang sama dijual dengan harga
yang berbeda pada nasabah yang berlainan. Misalnya, bunga kredit yang dikenakan
pada nasabah utama (prime customer) lebih rendah dari bunga kredit yang
dikenakan pada nasabah umumnya. Atau bunga deposito yang diberikan pada
nasabah utama lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah lain pada umumnya;
(b) Penentuan harga atas dasar tempat/wilayah, yaitu dimana harga untuk produk
yang sama ditentukan berbeda atas dasar tempat/wilayah berbeda. Misalnya, bunga
kredit yang dikenakan oleh kantor cabang di wilayah X lebih tinggi dibanding dengan
yang di wilayah Y.
b. Harga dengan orientasi pesaing, dimana dengan strategi ini harga produk/jasa bank
yang sejenis ditetapkan atas dasar harga yang berlaku pada bank-bank pesaing
(competitors). Tidak selalu harus persis sama melainkan mendekati, sedikit lebih
tinggi atau sedikit lebih rendah.
c. Penetapan harga tetap (fixed cost) dan harga mengambang (floating rate/ variable
rate). Harga tetap, misalnya bunga kredit ditetapkan 1,75%/bulan maka tingkat
bunga tidak akan berubah sampai kredit berlaku sesuai dengan jangka waktunya.
Sementara itu, pada harga mengambang, tingkat bunga berubah-ubah
sewaktu-waktu (berfluktuasi) sesuai dengan pergerakan suku bunga di pasar uang.
Ada juga kombinasi antara keduanya yaitu fixed rate dan floating rate, misalnya
obligasi yang dikeluarkan oleh bank, berjangka waktu 5 (lima) tahun maka pada satu
tahun pertama ditetapkan fixed rate misalnya 2%/bulan, sedangkan sisanya yaitu 4
tahun berikutnya dikenakan bunga mengambang sesuai suku bunga di pasar uang.

Sumber:
Suryanto. (2023). Uang dan Perbankan, edisi 3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Macananjaya Cemerlang.
Inisiasi
https://elearning.ut.ac.id/mod/resource/view.php?id=18550844
https://elearning.ut.ac.id/mod/url/view.php?id=18550845

Anda mungkin juga menyukai