Jawaban :
Pemberian kredit adalah salah satu usaha pokok bank yang utama, yang mempunyai
risiko yang besar, namun merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Oleh
karenanya penanganan yang hati-hati atas pelaksanaan aktivitas ini mutlak diperlukan,
dengan memperhatikan beberapa dasar pertimbangan penting dalam policy perkreditan
sehingga tujuan kredit berupa profitability and safety dapat dicapai.
Asas perkreditan sebagai salah satu dasar kebijakan tersebut dapat merupakan langkah
awal menuju sound banking business. Dengan policy perkreditan yang ditetapkan, kredit
diberikan melalui beberapa tahapan, mulai dari tahap pengajuan permohonan kredit hingga
pengawasan kredit dan pembinaan nasabahnya. Analisis kredit merupakan salah satu
tahapan dari tahapan-tahapan lainnya dalam proses pemberian kredit bank, yaitu:
Mengapa tahap ini dikatakan paling kritis dan sulit ? karena pada tahap-tahap
sebelumnya, bank belum melibatkan uang dalam pembiayaan usaha debitur, sedangkan
pada tahap ini bank telah melepaskan sejumlah uang untuk diputar dalam perusahaan
debitur. Pada umumnya sebelum mendapatkan apa yang dikehendaki, calon debitur akan
lebih patuh dan mudah diajak bekerjasama oleh bank, dalam rangka pencapain
kehendaknya. Tetapi kalau kredit telah dilepas oleh bank, kadang-kadang terjadi sebaliknya
sehingga tak jarang hal tersebut cukup menyulitkan bank. Adapun batas tahapan supervisi
ini pada umumnya dimulai dari pencairan kredit (disbursement) dan berakhir setelah semua
kewajiban kepada bank dilunasi oleh debitur. Namun demikian, jangan ada anggapan
bahwa dengan dilaksanakan supervisi kredit dan pembinaan debitur oleh suatu bank maka
semua kredit bank tersebut akan berjalan lancar.
Supervisi dan pembinaan tersebut hanyalah suatu upaya/ikhtiar meminimalisasikan
kredit-kredit yang kurang lancar, diragukan atau macet, sebab bagaimanapun ketatnya
upaya tersebut dalam kenyataannya hampir tidak mungkin bahwa segalanya akan berjalan
baik sesuai dengan yang dikehendaki. Dapat dipastikan bahwa pada setiap bank sedikit
atau banyak selalu terdapat pinjaman-pinjaman yang kurang lancar, diragukan atau macet.
Mengapa demikian? karena kredit-kredit bermasalah tersebut penyebabnya sangat
beraneka ragam dan kompleks sekali. Dimulai dari sebab-sebab yang berasal dari intern
bank sendiri sampai kepada sebab-sebab ekstern (diluar) bank.
Sebab-sebab intern pun sangat beraneka ragam misalnya karena kurang baiknya
pembahasan/analisis kredit yang semestinya permohonan tersebut ditolak karena tidak
feasible lantas keliru mengambil dan menghitung data sehingga seolah-olah menjadi
feasible. Kekeliruan tersebut bisa terjadi karena kesengajaan atau tidak sengaja
(menyangkut mental petugas bank yang kurang baik). Dapat pula kekeliruan tersebut
dilakukan oleh loan officer sendiri, sengaja atau tidak sengaja.
Sedangkan faktor ekstern disebabkan oleh tingkah laku/mental debitur sendiri misalnya
usahanya berjalan baik, tetapi tidak mau menyetor ke bank karena digunakan untuk
keperluan lain. Mungkin debitur ternyata kurang cakap menjalankan usaha dan kurang
tanggap terhadap nasihat/saran-saran dari bank sehingga menderita kerugian, yang
akhirnya tak mampu membayar kredit.
Sebab ekstern lainnya misalnya karena dunia usaha sedang lesu termasuk juga sektor
usaha debitur, sehingga perusahaannya tidak berjalan baik. Mungkin pula kerugian terjadi
akibat dari manajemen dan organisasi yang kurang terarah, masalah keteknisian yang
kurang cocok, masalah keuangan yang boros dan kurang efisien, administrasi yang kurang
teratur dan tertib.
Sering pula terjadi kemacetan pengembalian kredit karena adanya penyalahgunaan
pemakaian kredit tersebut terutama sekali untuk tujuan-tujuan yang bersifat konsumtif.
Selanjutnya, dalam praktiknya, penentuan suku bunga bank tidak semata-mata berpegang
teguh pada konsep cost of fund saja melainkan juga memperhatikan faktor faktor lain yang
mempengaruhi sehingga penentuan bunga (harga) akan terdiri dari berbagai macam pilihan
sebagai berikut:
a. Harga atas dasar orientasi permintaan, yang terbagi dalam: (a) Penentuan harga
yang berbeda/diskriminasi harga, yaitu jenis produk yang sama dijual dengan harga
yang berbeda pada nasabah yang berlainan. Misalnya, bunga kredit yang dikenakan
pada nasabah utama (prime customer) lebih rendah dari bunga kredit yang
dikenakan pada nasabah umumnya. Atau bunga deposito yang diberikan pada
nasabah utama lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah lain pada umumnya;
(b) Penentuan harga atas dasar tempat/wilayah, yaitu dimana harga untuk produk
yang sama ditentukan berbeda atas dasar tempat/wilayah berbeda. Misalnya, bunga
kredit yang dikenakan oleh kantor cabang di wilayah X lebih tinggi dibanding dengan
yang di wilayah Y.
b. Harga dengan orientasi pesaing, dimana dengan strategi ini harga produk/jasa bank
yang sejenis ditetapkan atas dasar harga yang berlaku pada bank-bank pesaing
(competitors). Tidak selalu harus persis sama melainkan mendekati, sedikit lebih
tinggi atau sedikit lebih rendah.
c. Penetapan harga tetap (fixed cost) dan harga mengambang (floating rate/ variable
rate). Harga tetap, misalnya bunga kredit ditetapkan 1,75%/bulan maka tingkat
bunga tidak akan berubah sampai kredit berlaku sesuai dengan jangka waktunya.
Sementara itu, pada harga mengambang, tingkat bunga berubah-ubah
sewaktu-waktu (berfluktuasi) sesuai dengan pergerakan suku bunga di pasar uang.
Ada juga kombinasi antara keduanya yaitu fixed rate dan floating rate, misalnya
obligasi yang dikeluarkan oleh bank, berjangka waktu 5 (lima) tahun maka pada satu
tahun pertama ditetapkan fixed rate misalnya 2%/bulan, sedangkan sisanya yaitu 4
tahun berikutnya dikenakan bunga mengambang sesuai suku bunga di pasar uang.
Sumber:
Suryanto. (2023). Uang dan Perbankan, edisi 3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Macananjaya Cemerlang.
Inisiasi
https://elearning.ut.ac.id/mod/resource/view.php?id=18550844
https://elearning.ut.ac.id/mod/url/view.php?id=18550845