Anda di halaman 1dari 8

Audit eksternal menilai hasil akhir (output) dari kegiatan atau program yang diaudit, sedangkan audit

internal membantu manajemen sejak sebelum, selama, dan setelah kegiatan dilakukan. Audit
internal memberikan nilai tambah bagi manajemen dalam bentuk audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan lainnya. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang
saham dan berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan
audit.

Audit eksternal pemerintah dilakukan oleh oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sedangkan audit ii
internal dilakukan oleh unit pengawasan intern (APIP)
yang ada di dalam organisasi yaitu BPKP, Itjen/inspektorat, dan UKI (Unit Kepatuhan Internal).

Berdasarkan tujuan auditnya, audit dikelompokkan ke dalam: (a) audit keuangan;


(b) audit operasional atau audit kinerja; dan (c) audit dengan tujuan tertentu. Audit keuangan adala
h audit atas laporan keuangan, bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihakpihak yang berk
epentingan tentang kesesuaian antara laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen pemerintah
dengan standar akuntansi yang berlaku, yakni Standar Akuntansi Pemerintahan/SAP. Audit kinerja ad
alah audit atas pengelolaan keuangan negara
yang mengarah pada kesesuaiannya dengan aspek keekonomian, keefisiensienan,
dan efektivitasnya. Audit dengan tujuan tertentu adalah audit
yang ditujukan untuk meyakini kesesuaian pelaksanaan kegiatan,
program, atau hal lain yang tidak termasuk dalam kategori audit keuangan dan
audit operasional/kinerja. Di dalam jenis audit ini termasuk audit ketaatan dan
audit investigatif. Audit ketaatan bertujuan untuk mengetahui apakah auditi dalam melaksanakan ke
giatan-kegiatannya telah memenaati berbagai aturan yang ada. Sedangkan audit investigatif bertujua
n membuktikan kebenaran informasi awal tentang adanya indikasi tindak pidana korupsi. Pada dasar
nya, apa pun jenis auditnya, jika auditor menjumpai adanya ketidaksesuaian antara fakta dan kriteria
nya,
auditor akan mengemukakan hal itu dalam bentuk temuan dan diakhiri dengan rekomendasi untuk p
erbaikannya. Pihak yang harus menindaklanjuti rekomendasi adalah manajemen.

Auditor Eksternal pemerintah adalah BPK sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomo
r 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 30 dan
31 menyatakan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertangg
ungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun angg
aran berakhir. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi AP
BN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan
laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
Sebagai implementasi amanat undang-undang tersebut, pemeriksaan (audit) oleh BPK diat
ur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaa
n dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pasal 2 ayat (1) undang-undang tersebut menyatak
an bahwa pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh
BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Hal-hal yang mengatur secara rinci t
entang BPK diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam undang-
undang tersebut antara lain diatur tentang kedudukan dan keanggotaan, tugas dan wewenang
BPK, pemilihan dan pemberhentian anggota dan pemimpin BPK, hak keuangan/administratif
dan protokoler, tindakan kepolisian, kekebalan, larangan, kode etik, kebebasan, kemandirian
dan akuntabilitas, pelaksana BPK, anggaran, dan ketentuan pidana bagi anggota BPK
yang memperlambat atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidan
a, termasuk penyalahgunaan kewenangan.
Sumber hukum dari kewenangan BPK untuk memeriksa keuangan negara tersebut adalah
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 23 E UUD
1945 menyebutkan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuang
an negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) sesuai dengan kewenangannya.
Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai de
ngan undang-undang.
Pemeriksaan BPK dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan. Dalam penulisan laporan
hasil pemeriksaan,
BPK selalu menyatakan di dalam laporannya bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai deng
an standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan merupakan patokan bagi para pemeriksa dalam
melakukan tugas pemeriksaannya. Standar pemeriksaan BPK diatur dalam Peraturan Badan P
emeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar p
emeriksaan yang dimaksud antara lain mengatur:
(1) tanggung jawab manajemen entitas yang diperiksa; (2) tanggung jawab pemeriksa; dan
(3) tanggung jawab organisasi pemeriksa dalam setiap pelaksanaan tugas pemeriksaan.
BPK, baik sebagai institusi pemeriksa maupun para pemeriksanya, dalam melaksanakan pe
nugasan pemeriksaan juga wajib menaati kode etik. Untuk ini setiap anggota BPK
dan pemeriksanya wajib: (a) mematuhi peraturan perundang-
undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku; (b) mengutamakan kepentingan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(c) menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas; dan
(d) menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Kode etik yang berlaku di BPK diatur dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia.
Auditor
Internal pemerintah ada BPKP mendampingi Presiden dan Itjen/Inspektorat mendampingi Me
nteri/Kepala Lembaga. Selain itu,
di setiap unit satuan kerja juga dibentuk Unit Kepatuhan Internal
(UKI). Tujuan dibentuknya auditor internal
di setiap jenjang pemerintahan tersebut adalah untuk membantu manajemen pemerintahan gu
na meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 20
08 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa BPKP adalah aparat p
engawasan intern pemerintah (APIP)
yang bertanggung jawab langsung kepada presiden, Inspektorat Jenderal atau nama lain
yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah APIP
yang bertanggung jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga,
Peran
APIP dalam membantu manajemen institusi pemerintah juga diatur dalam berbagai peraturan
lainnya. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerinta
h mewajibkan pimpinan institusi pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap PPK dan
ULP/Pejabat Pengadaan di lingkungan K/L dan menugaskan aparat pengawasan intern
yang bersangkutan untuk melakukan audit. Dalam setiap melaksanakan tugas audit, auditor
internal
juga wajib melaksanakannya sesuai dengan standar audit. Bahkan di dalam setiap menulis lap
oran hasil audit,
auditor wajib mencantumkan satu kalimat di dalam laporannya bahwa audit telah dilaksanaka
n sesuai dengan standar audit. Standar audit internal, antara lain diatur dalam:
(1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit; dan (2) Keputusan Kepala BPKP Nomor:
KEP-378/K/1996 tanggal 30 Mei
1996 tentang Penetapan Berlakunya Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerinta
h.
Selain harus sesuai dengan standar audit, auditor internal
juga diwajibkan untuk selalu berperilaku yang baik.
Hal ini diatur dalam kode etik auditor. Prinsip kode etik adalah mengatur perilaku dalam setia
p melaksanakan audit agar auditor tetap menjaga integritas, obyektif, kerahasiaan,
dan meningkatkan/menjaga kompetensinya. Kode etik di lingkungan auditor
internal pemerintah antara lain diatur dalam: (1) Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Per/04/M.Pan/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; dan
(2) Aturan Perilaku Pemeriksa BPKP
yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tahun 1993.
Dari pembahasan di
atas, ada persamaan antara audit eksternal dan audit internal, yaitu sama-sama: (a)
melakukan pembandingan antara fakta-fakta yang dijumpai di pihak auditi dengan kriterianya
; (b) bertujuan untuk memberikan rekomendasi guna perbaikan operasi manajemen auditi;
(c) dilakukan oleh orang-orang yang kompeten; (d) berpedoman pada standar audit; dan (e)
perilaku auditornya harus taat pada kode etik profesi.
Selain persamaan audit, ada dua perbedaan mendasar antara audit eksternal dan audit inter
nal di kalangan pemerintah. Dua perbedaan tersebut berkaitan dengan:
(a) pelaksana auditnya; dan (b) strategi pelaksanaannya. Mari kita uraikan perbedaan-
perbedaan tersebut.
a. Perbedaan Pelaksana Auditnya
Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari luar organisasi auditi, sedangkan audit internal dil
akukan oleh auditor dari dalam organisasi auditi. Secara mudah dapat dikemukakan bahwa ji
ka auditornya adalah BPK, maka audit tersebut adalah audit eksternal. Sedangkan jika auditor
nya adalah inspektorat jenderal atau UKI, maka audit tersebut adalah audit internal. Termasu
k di dalam audit internal adalah audit pada institusi pemerintah oleh BPKP. Sekalipun
BPKP tidak berada pada organisasi kementerian/lembaga, namun
BPKP berada di lingkungan pemerintah, yakni di bawah presiden. Dengan demikian audit ya
ng dilakukan oleh BPKP masih tergolong audit internal.
b. Perbedaan Strategi Pelaksanaannya
Yang dimaksud strategi pelaksanaan audit di
sini lebih cenderung berkaitan dengan penetapan sasaran auditnya. Sasaran audit dari auditor
internal lebih bersifat pembenahan dari dalam organisasi, dilakukan selama proses kegiatan b
erlangsung, sebelum terjadi penyimpangan. Sedangkan audit eksternal memberikan penilaian
akhir atas hasil-hasil yang telah dicapai oleh auditi.
Audit eksternal menilai output terhadap hasil kegiatan auditi, sedangkan internal membantu
manajemen, baik sebelum, selama, maupun setelah kegiatan dilakukan.

Seperti telah dikemukakan di atas, audit internal dapat dilakukan dalam bentuk audit, reviu
, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. Seluruh
jasa yang diberikan oleh auditor
internal ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa kegiatan dapat dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan p
impinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Dengan demikian audit
internal ikut membantu manajemen untuk memberikan jaminan bahwa target-target kinerja y
ang telah ditetapkan dapat tercapai secara 3E (efektif, efisien, dan ekonomis).
Perlu dipahami bahwa belum seluruh APIP selaku auditor internal pemerintah telah melaks
anakan auditnya seperti seharusnya. Masih banyak APIP (Itjen/UKI) yang melaksanakan kegi
atan auditnya mirip seperti yang dilakukan oleh BPK selaku audit eksternal yaitu mencari te
muan hasil akhir tanpa memberikan rekomendasi perbaikan. Audit eksternal menilai hasil akh
ir (output)
dari kegiatan atau program yang diaudit, sedangkan audit internal membantu manajemen seja
k sebelum, selama, dan setelah kegiatan dilakukan.
Audit internal memberikan nilai tambah bagi manajemen dalam bentuk audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan lainnya.
Berkaitan dengan masih adanya APIP yang hanya melakukan audit terhadap hasil akhir (output)
dari pelaksanaan program atau kegiatan auditi, disarankan agar
APIP mengubah paradigma yang semula bertindak duplikatif dengan audit yang dilakukan auditor ekst
ernal. Paradigma tersebut perlu diubah menjadi pemberi jaminan mutu agar seluruh tujuan auditi dapat
direalisasikan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Paradigma bahwa APIP
itu lebih tinggi statusnya dibandingkan dengan unit lain harus berubah bahwa APIP juga bagian integra
l dari unit organisasi yang harus bisa melakukan kerjsasama dengan unit-unit kerja lainnya

Berdasarkan tujuan auditnya, audit dikelompokkan ke dalam: (a) audit keuangan; (b) audit
operasional atau audit kinerja; dan (c) audit dengan tujuan tertentu. Audit keuangan adalah audit
atas laporan keuangan, bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan tentang kesesuaian antara laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen
pemerintah dengan standar akuntansi yang berlaku, yakni Standar Akuntansi Pemerintahan/SAP.
Audit kinerja adalah audit atas pengelolaan keuangan negara yang mengarah pada kesesuaiannya
dengan aspek keekonomian, keefisiensienan, dan efektivitasnya. Audit dengan tujuan tertentu
adalah audit yang ditujukan untuk meyakini kesesuaian pelaksanaan kegiatan, program, atau hal lain
yang tidak termasuk dalam kategori audit keuangan dan audit operasional/kinerja. Di dalam jenis
audit ini termasuk audit ketaatan dan audit investigatif. Audit ketaatan bertujuan untuk mengetahui
apakah auditi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya telah memenaati berbagai aturan yang ada.
Sedangkan audit investigatif bertujuan membuktikan kebenaran informasi awal tentang adanya
indikasi tindak pidana korupsi. Pada dasarnya, apa pun jenis auditnya, jika auditor menjumpai adanya
ketidaksesuaian antara fakta dan kriterianya, auditor akan mengemukakan hal itu dalam bentuk
temuan dan diakhiri dengan rekomendasi untuk perbaikannya. Pihak yang harus menindaklanjuti
rekomendasi adalah manajemen.

Auditor Eksternal pemerintah adalah BPK sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 30 dan 31 menyatakan bahwa Presiden menyampaikan
rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya
enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

Sebagai implementasi amanat undang-undang tersebut, pemeriksaan (audit) oleh BPK diatur lebih
lanjut dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. Pasal 2 ayat (1) undang-undang tersebut menyatakan bahwa pemeriksaan
keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Hal-hal yang mengatur secara rinci tentang
BPK diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan. Dalam undang-undang tersebut antara lain diatur tentang kedudukan dan
keanggotaan, tugas dan wewenang BPK, pemilihan dan pemberhentian anggota dan pemimpin BPK,
hak keuangan/administratif dan protokoler, tindakan kepolisian, kekebalan, larangan, kode etik,
kebebasan, kemandirian dan akuntabilitas, pelaksana BPK, anggaran, dan ketentuan pidana bagi
anggota BPK yang memperlambat atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur
pidana, termasuk penyalahgunaan kewenangan.

Sumber hukum dari kewenangan BPK untuk memeriksa keuangan negara tersebut adalah Undang-
Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 23 E UUD 1945 menyebutkan
bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sesuai dengan kewenangannya. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti
oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Pemeriksaan BPK dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan. Dalam penulisan laporan hasil
pemeriksaan, BPK selalu menyatakan di dalam laporannya bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai
dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan merupakan patokan bagi para pemeriksa dalam
melakukan tugas pemeriksaannya. Standar pemeriksaan BPK diatur dalam Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Standar pemeriksaan yang dimaksud antara lain mengatur: (1) tanggung jawab
manajemen entitas yang diperiksa; (2) tanggung jawab pemeriksa; dan (3) tanggung jawab organisasi
pemeriksa dalam setiap pelaksanaan tugas pemeriksaan.

BPK, baik sebagai institusi pemeriksa maupun para pemeriksanya, dalam melaksanakan penugasan
pemeriksaan juga wajib menaati kode etik. Untuk ini setiap anggota BPK dan pemeriksanya wajib: (a)
mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku; (b)
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; (c) menjunjung tinggi
independensi, integritas dan profesionalitas; dan (d) menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra,
dan kredibilitas BPK. Kode etik yang berlaku di BPK diatur dalam Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia.
Auditor Internal pemerintah ada BPKP mendampingi Presiden dan Itjen/Inspektorat mendampingi
Menteri/Kepala Lembaga. Selain itu, di setiap unit satuan kerja juga dibentuk Unit Kepatuhan
Internal (UKI). Tujuan dibentuknya auditor internal di setiap jenjang pemerintahan tersebut adalah
untuk membantu manajemen pemerintahan guna meningkatkan kinerja instansi pemerintah.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
menyatakan bahwa BPKP adalah aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang bertanggung
jawab langsung kepada presiden, Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern adalah APIP yang bertanggung jawab langsung kepada
menteri/pimpinan lembaga,

Peran APIP dalam membantu manajemen institusi pemerintah juga diatur dalam berbagai
peraturan lainnya. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah mewajibkan pimpinan institusi pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap PPK
dan ULP/Pejabat Pengadaan di lingkungan K/L dan menugaskan aparat pengawasan intern yang
bersangkutan untuk melakukan audit. Dalam setiap melaksanakan tugas audit, auditor internal juga
wajib melaksanakannya sesuai dengan standar audit. Bahkan di dalam setiap menulis laporan hasil
audit, auditor wajib mencantumkan satu kalimat di dalam laporannya bahwa audit telah
dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Standar audit internal, antara lain diatur dalam: (1)
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit; dan (2) Keputusan Kepala BPKP Nomor:
KEP-378/K/1996 tanggal 30 Mei 1996 tentang Penetapan Berlakunya Standar Audit Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah.

Selain harus sesuai dengan standar audit, auditor internal juga diwajibkan untuk selalu berperilaku
yang baik. Hal ini diatur dalam kode etik auditor. Prinsip kode etik adalah mengatur perilaku dalam
setiap melaksanakan audit agar auditor tetap menjaga integritas, obyektif, kerahasiaan, dan
meningkatkan/menjaga kompetensinya. Kode etik di lingkungan auditor internal pemerintah antara
lain diatur dalam: (1) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Per/04/M.Pan/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; dan (2) Aturan
Perilaku Pemeriksa BPKP yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
tahun 1993.

Dari pembahasan di atas, ada persamaan antara audit eksternal dan audit internal, yaitu sama-
sama: (a) melakukan pembandingan antara fakta-fakta yang dijumpai di pihak auditi dengan
kriterianya; (b) bertujuan untuk memberikan rekomendasi guna perbaikan operasi manajemen
auditi; (c) dilakukan oleh orang-orang yang kompeten; (d) berpedoman pada standar audit; dan (e)
perilaku auditornya harus taat pada kode etik profesi.

Selain persamaan audit, ada dua perbedaan mendasar antara audit eksternal dan audit internal di
kalangan pemerintah. Dua perbedaan tersebut berkaitan dengan: (a) pelaksana auditnya; dan (b)
strategi pelaksanaannya. Mari kita uraikan perbedaan-perbedaan tersebut.
Perbedaan Pelaksana Auditnya

Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari luar organisasi auditi, sedangkan audit internal dilakukan
oleh auditor dari dalam organisasi auditi. Secara mudah dapat dikemukakan bahwa jika auditornya
adalah BPK, maka audit tersebut adalah audit eksternal. Sedangkan jika auditornya adalah
inspektorat jenderal atau UKI, maka audit tersebut adalah audit internal. Termasuk di dalam audit
internal adalah audit pada institusi pemerintah oleh BPKP. Sekalipun BPKP tidak berada pada
organisasi kementerian/lembaga, namun BPKP berada di lingkungan pemerintah, yakni di bawah
presiden. Dengan demikian audit yang dilakukan oleh BPKP masih tergolong audit internal.

Perbedaan Strategi Pelaksanaannya

Yang dimaksud strategi pelaksanaan audit di sini lebih cenderung berkaitan dengan penetapan
sasaran auditnya. Sasaran audit dari auditor internal lebih bersifat pembenahan dari dalam
organisasi, dilakukan selama proses kegiatan berlangsung, sebelum terjadi penyimpangan.
Sedangkan audit eksternal memberikan penilaian akhir atas hasil-hasil yang telah dicapai oleh auditi.
Audit eksternal menilai output terhadap hasil kegiatan auditi, sedangkan internal membantu
manajemen, baik sebelum, selama, maupun setelah kegiatan dilakukan.

Seperti telah dikemukakan di atas, audit internal dapat dilakukan dalam bentuk audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi. Seluruh jasa yang diberikan oleh auditor internal ditujukan untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Dengan demikian audit internal ikut membantu manajemen untuk memberikan jaminan bahwa
target-target kinerja yang telah ditetapkan dapat tercapai secara 3E (efektif, efisien, dan ekonomis).

Perlu dipahami bahwa belum seluruh APIP selaku auditor internal pemerintah telah melaksanakan
auditnya seperti seharusnya. Masih banyak APIP (Itjen/UKI) yang melaksanakan kegiatan auditnya
mirip seperti yang dilakukan oleh BPK selaku audit eksternal yaitu mencari temuan hasil akhir tanpa
memberikan rekomendasi perbaikan. Audit eksternal menilai hasil akhir (output) dari kegiatan atau
program yang diaudit, sedangkan audit internal membantu manajemen sejak sebelum, selama, dan
setelah kegiatan dilakukan. Audit internal memberikan nilai tambah bagi manajemen dalam bentuk
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan lainnya.

Berkaitan dengan masih adanya APIP yang hanya melakukan audit terhadap hasil akhir (output)
dari pelaksanaan program atau kegiatan auditi, disarankan agar APIP mengubah paradigma yang
semula bertindak duplikatif dengan audit yang dilakukan auditor eksternal. Paradigma tersebut perlu
diubah menjadi pemberi jaminan mutu agar seluruh tujuan auditi dapat direalisasikan secara
ekonomis, efisien, dan efektif. Paradigma bahwa APIP itu lebih tinggi statusnya dibandingkan dengan
unit lain harus berubah bahwa APIP juga bagian integral dari unit organisasi yang harus bisa
melakukan kerjsasama dengan unit-unit kerja lainnya.

Anda mungkin juga menyukai