Anda di halaman 1dari 14

Selasa, 30 April 2019

MEMBERI HARGA PADA


KARBON
Catatan Ringkas tentang
Kebijakan Pasar Karbon Domestik

Tim Kemitraan
LATAR BELAKANG
Indonesia pada tahun 2016 menyampaikan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) kepada UNFCCC
sebagai bagian dari Persetujuan Paris

Berdasarkan NDC, komitmen


penurunan emisi terencana
sukarela Indonesia sebesar
29 persen (834 juta ton
CO2e) dari Business-as-Usual
(BAU) dari skenario business-
as-usual (BAU) di tahun 2030
dengan pendanaan mandiri
atau 41 persen (1,081 juta
ton CO2e) jika memperoleh
bantuan internasional.

2
TINGKAT EMISI NASIONAL (2010-2016)
vs Target Penurunan Emisi
Terjadi penurunan tingkat emisi GRK
tahun 2016, namun belum mencapai
target mandiri NDC.

Tahun 2015 menunjukkan lonjakan


tingkat emisi yang begitu besar hingga
tidak terjadi penurunan emisi meskipun
telah dilakukan kegiatan mitigasi.

Lonjakan tingkat emisi tetap bisa terjadi


meskipun sudah dilakukan upaya
penurunan emisi, jika ada kegiatan atau
kejadian yang menghasilkan emisi gas
rumah kaca dalam jumlah besar, seperti
Sumber: diolah dari Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca 2016 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), yang diterbitkan tahun
kebakaran lahan dan hutan, atau
2017, hal. 98 – gambar 52 pengoperasian pembangkit tenaga
listrik dengan tenaga batu bara.

3
KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN PENDANAAN

Sumber: Indonesia Second Biennial Update Report, Desember 2018 Sumber: Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Januari 2018

Kebutuhan pendanaan untuk mencapai Penandaan anggaran mitigasi perubahan iklim, menunjukan total pembiayaan
target penurunan emisi sangat besar, rata- APBN untuk kegiatan mitigasi perubahan iklim hanya sebesar Rp 78,7 triliun
rata kebutuhan tahunan mencapai Rp (2017), meskipun telah terjadi peningkatan peningkatan dari tahun sebelumnya
266,25 trilliun/tahun yaitu sebesar Rp 59,3 triliun (2016)

Untuk mencapai target NDC, pendanaan publik dalam APBN memerlukan dana pendampingan dari sektor non-publik, serta
partisipasi aktif aktor non-pemerintah khususnya dalam memobilisasi pendanaan dan meningkatkan investasi
pembangunan hijau yang rendah emisi karbon.

4
INSTRUMEN BERBASIS PASAR (IBP)
Sebagai Skema Untuk Meningkatkan Partisipasi Aktor Non-Pemerintah
IBP merupakan skema insentif dimana emisi gas rumah kaca (GRK) diberikan suatu nilai (value) yang
diterjemahkan menjadi nilai ekonomi (uang), serta hak dan kewajiban pagi para pihak

Skema IBP memungkinkan pihak yang membantu mengurangi emisi GRK dapat menerima kompensasi
pembayaran (insentif), sedangkan pihak yang menghasilkan polusi udara berupa emisi GRK diwajibkan untuk
melakukan pembayaran (disinsentif)

IBP dalam bentuk Pasar Karbon Domestik, dapat diterapkan melalui:


• Perdagangan Izin Kuota Emisi Dalam Satu Jurisdiksi, dilakukan melalui penerbitan izin kuota emisi bagi
poluter, kewajiban membeli tambahan kuota bagi pihak yang menghasilkan emisi diatas batas (cap) dan
hak untuk menjual sisa kuota ketika menghasilkan emisi di bawah batas yang ditetapkan (trade).
• Perdagangan Sertifikat Kredit Karbon Antar Entitas, dilakukan dengan penerbitan sertifikat penurunan
emisi yang memiliki harga jual dalam satuan kredit karbon, sehingga memungkinkan penyelenggara
proyek penurunan emisi untuk menjual hasil penurunan emisi kepada pihak yang berkomitmen
menurunkan atau mengimbangi (melakukan offset terhadap) emisi yang dihasilkannya.

5
POTENSI PERAN IBP

Meningkatkan partisipasi para pelaku Non-Pemerintah sehingga menambah opsi partisipasi


dan pendanaan

Menanggapi maraknya permintaan sektor swasta terhadap Kredit Karbon

Mendorong registrasi proyek penurunan emisi

7
KONDISI PEMUNGKIN SKEMA
PASAR KARBON DOMESTIK
Penyiapan supply dan
demand

Membangun dan
menguatkan perangkat
kebijakan dan
kelembagaan

Penguatan dan
integrasi sistem
registrasi untuk
mendorong kredibilitas
Pasar

8
CONTOH KEBIJAKAN PASAR KARBON
Juridiksi/Sub-Nasional

9
CONTOH PENGEMBANGAN PASAR KARBON
Skema Cap & Trade di Cina

10
REKOMENDASI
Skema Pengembangan Perdagangan Karbon Domestik
Bertahap mulai dari tingkat sektor/jurisdiksi yang paling siap untuk melaksanakan transaksi IBP, dengan
mendorong beberapa hal, yaitu:
(1) Penguatan komitmen target penurunan emisi sektoral/jurisdiksi untuk mendorong demand;
(2) Penetapan legitimasi penurunan emisi sektor tertentu sebagai komoditas yang sah diperjualbelikan;
dan
(3) Pemanfaatan dan optimalisasi Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup.

Langsung menyusun pasar karbon domestik yang menggunakan target komitmen nasional untuk
menentukan besaran karbon yang dapat ditransaksikan, dengan memperhatikan pengembangan:
(1) Kesepakatan dan peningkatan pemahaman para pemangku kepentingan; dan
(2) Mendorong pengembangan kebijakan penurunan emisi yang saat ini ada, termasuk
penyelarasannya dengan prioritas pembangunan nasional.

11
REKOMENDASI TINDAK LANJUT
Mengkaji Lebih Dalam

Penyelarasan pemahaman peran IBP dalam strategi pemenuhan penurunan emisi GRK

Efektivitas kebijakan terkait IBP yang sudah ada

Sinergi dan harmonisasi kebijakan baik di tingkat nasional maupun sektoral/jurisdiksi

Korelasi mekanisme IBP dan mekanisme non-market, dalam skema insentif/disinsentif

12
REKOMENDASI TINDAK LANJUT
Mendorong Kondisi Pemungkin

Menetapkan target dan kegiatan penurunan emisi dalam kebijakan nasional

Menyempurnakan sistem MRV dan registrasi, dan memastikan intergrasi antara keduanya

Merangkul pelaku swasta dan investor

13
“Skema IBP, Komitmen Penurunan Emisi dan Strategi Pembangunan Hijau
harus saling terhubung melalui suatu kerangka kerja/peta jalan
(misalnya melalui penyusunan Indonesia Carbon Road Map),
mengacu pada prinsip Clarity (Kejelasan), Transparency (Transparansi) dan
Understanding (Pemahaman)
dengan mendefinisikan peran skema IBP dalam
penyusunan Indonesia Transparency Framework”

14
TERIMA KASIH

15

Anda mungkin juga menyukai