Anda di halaman 1dari 77

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR : 05/ PRT/ M/ 2007


TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang

Mengingat

a.

bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat


berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah
terutama di kota metropolitan/ besar, perlu dibangun rumah
susun sederhana bertingkat tinggi;

b.

bahwa rumah susun sederhana bertingkat tinggi merupakan


bangunan gedung fungsi hunian yang harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung;

c.

bahwa untuk melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 22


Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan
Rumah Susun di Kawasan Perkotaan, perlu ditetapkan
persyaratan teknis yang mengatur pembangunan rumah susun
sederhana bertingkat tinggi;

d.

bahwa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/ PRT/ M


1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun
dipandang belum mencukupi untuk mengatur rumah susun
sederhana bertingkat tinggi, maka perlu dibuat peraturan
menteri yang lebih komprehensif dan melengkapi peraturan
yang sudah ada;

1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985


tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1985 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3317);

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah


Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3372);

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4532);
4.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/ M Tahun


2004 tentang Kabinet Indonesia Bersatu;

5.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005


tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

6.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005


tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian
Negara Republik Indonesia; jo Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005
tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian
Negara Republik Indonesia;

7.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/ PRT/ M/ 1992


tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun;

8.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/ PRT/ M/ 2006


tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN


TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT
TINGGI.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1.

Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang berfungsi

untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama
dan tanah bersama.
2.

Satuan Rumah Susun ( Sarusun) adalah unit hunian rumah susun yang
dihubungkan dan mempunyai akses ke selasar/ koridor/ lobi dan lantai lainnya
dalam bangunan rumah susun, serta akses ke lingkungan dan jalan umum.

3.

Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik


lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas umum,
jaringan pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, tangki
septik, sumur resapan, rambu penuntun dan lampu penerangan luar.

4.

Rumah Susun Sederhana ( Rusuna) adalah rumah susun yang diperuntukan


bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah.

5.

Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai


pendapatan diatas Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- per bulan,
atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat.

6.

Masyarakat Berpenghasilan Menengah Baw ah adalah masyarakat yang


mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp. 4.500.000,per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan
Rakyat.

7.

Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun sederhana


dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum 20 lantai.

8.

Penyelenggara Rusuna Bertingkat Tinggi adalah pengembang, penyedia jasa


konstruksi, dan pengguna Rusuna Bertingkat Tinggi.

9.

Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi persyaratan tata


bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Lingkup

Pasal 2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para
penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan rusuna bertingkat tinggi.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan:
a. Terwujudnya bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi yang sesuai dengan
fungsi, persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.
b. Rusuna Bertingkat Tinggi diselenggarakan dengan tertib, efisien dalam
penggunaan sumber daya dan terjangkau, efektif dengan mempertimbangkan
aspek budaya dan pola hidup calon penghuni, serta berkelanjutan.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi kriteria perencanaan, ketentuan administratif,
ketentuan teknis tata bangunan, ketentuan teknis keandalan bangunan, dan
ketentuan pembiayaan bangunan rusuna bertingkat tinggi.

BAB I I
PERSYARATAN BANGUNAN RUSUNA BERTI NGKAT TI NGGI
Bagian Kesatu
Kriteria Perencanaan

Pasal 3
(1) Kriteria Perencanaan Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi Kriteria Umum dan Kriteria
Khusus.
(2) Kriteria Umum yang dimaksud pada ayat (1) adalah kriteria persyaratan untuk
pemenuhan tujuan pengaturan bangunan gedung.
(3) Kriteria Khusus yang dimaksud pada ayat (1) adalah kriteria persyaratan untuk
pemenuhan tujuan pengaturan bangunan rusuna bertingkat tinggi.

Bagian Kedua
Ketentuan Administratif

Pasal 4
Ketentuan administratif rusuna bertingkat tinggi yang meliputi kejelasan status hak atas
tanah, status kepemilikan bangunan, status perizinan termasuk izin mendirikan
bangunan gedung (IMB).

Bagian Ketiga
Ketentuan Teknis

Pasal 5

(1) Ketentuan teknis rusuna bertingkat tinggi meliputi:


a. Ketentuan teknis tata bangunan yang meliputi persyaratan peruntukan lokasi
dan intensitas, arsitektur, serta persyaratan dampak lingkungan.
b. Ketentuan teknis keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

(2) Rincian ketentuan teknis rusuna bertingkat tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada lampiran peraturan ini, dan merupakan satu kesatuan
pengaturan yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Bagian Keempat
Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi

Pasal 6
(1) Persyaratan teknis rusuna bertingkat tinggi disamping mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan menteri ini tetap mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/ PRT/ M/ 1992 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan rusuna bertingkat tinggi, Pemerintah melakukan
peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota
maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 untuk terwujudnya penataan bangunan dan lingkungan, serta
terwujudnya keandalan rusuna bertingkat tinggi.
(3) Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota wajib mengikuti Pedoman Teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(4) Terhadap aparat Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/ atau Kabupaten/ Kota yang
bertugas dalam penentuan dan pengendalian rusuna bertingkat tinggi yang
melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 5 dikenakan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Terhadap penyelenggara rusuna bertingkat tinggi yang melakukan pelanggaran
ketentuan dalam Pasal 5 dikenakan sanksi administratif dan/ atau sanksi pidana
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima
Ketentuan Biaya

Pasal 7
(1) Ketentuan biaya bangunan rusuna bertingkat tinggi meliputi:
a. Umum;
b. Biaya pembangunan fisik;
c. Biaya yang dapat dioptimasi; dan
d. Biaya-biaya yang dapat disubsidi/ dibiayai oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah
daerah.
(2) Biaya bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dibedakan harga
jualnya sesuai dengan kemampuan masyarakat berpenghasilan menengah bawah
dan berpenghasilan rendah.

BAB I I I
KETENTUAN PERALI HAN

Pasal 8
Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan pedoman teknis pembangunan
rusuna bertingkat tinggi sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini,
dinyatakan tetap berlaku.

BAB I V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9
(1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk
diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Maret 2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

ttd

DJOKO KIRMANTO

Lampiran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/ PRT/ M/ 2007
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi

DAFTAR ISI
BAB I

KETENTUAN UMUM

I.1.

PENGERTIAN

I.2.

MAKSUD DAN TUJUAN

I.3.

SASARAN

I.4.

KRITERIA PERENCANAAN

1.

Krit eria Umum

2.

Krit eria Khusus

I.5.

LINGKUP PENGATURAN

BAB II

KETENTUAN ADMINISTRATIF

II.1.

STATUS HAK ATAS TANAH

II.2.

STATUS KEPEMILIKAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI

II.3.

STATUS PERIZINAN

BAB III

KETENTUAN TEKNIS TATA BANGUNAN

III.1.

PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN

III.2.

ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

1.

Persyarat an Penampilan Bangunan Gedung

2.

Perancangan Ruang Dalam

3.

Persyarat an Tapak Basemen Terhadap Lingkungan

4.

Sirkulasi dan Fasilit as Parkir

10

5.

Pert andaan (Signage)

10

6.

Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung

10

III.3.

PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

11

III.4.

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

11

BAB IV

KETENTUAN TEKNIS KEANDALAN BANGUNAN

13

IV.1.

PERSYARATAN KESELAMATAN

13

1.

Persyarat an St rukt ur Bangunan Gedung

13

2.

Persyarat an Kemampuan Bangunan Rususna Bert ingkat

17

Tinggi Terhadap Bahaya Kebakaran


3.

Persyarat an Kemampuan Bangunan Rususna Bert ingkat

21

Tinggi Terhadap Bahaya Pet ir dan Bahaya Kelist rikan


IV.2.

IV.3.

PERSYARATAN KESEHATAN BANGUNAN GEDUNG

22

1.

Persyarat an Sist em Penghawaan

22

2.

Persyarat an Sist em Pencahayaan

22

3.

Persyarat an Sist em Air Minum dan Sanit asi

23

4.

Persyarat an Penggunaan Bahan Bangunan

26

PERSYARATAN KENYAMANAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT

26

TINGGI
1.

Persyarat an Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan

26

Gedung
2.

Persyarat an Kenyamanan Kondisi Udara dalam Ruang

26

3.

Persyarat an Kenyamanan Pandangan

27

4.

Persyarat an Kenyamanan Terhadap Tingkat Get aran dan

28

Kebisingan
IV.4.

PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT

28

TINGGI
Persyarat an Hubungan Ke, Dari, dan di Dalam Bangunan

28

Rusuna Bert ingkat Tinggi


IV.5.

CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI

30

BAB V

KETENTUAN BIAYA BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT

31

TINGGI
V.1.

UMUM

31

V.2.

BIAYA PEMBANGUNAN FISIK

31

V.3.

BIAYA YANG DAPAT DIOPTIMASI

31

V.4.

BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DISUBSIDI/ DIBIAYAI OLEH

32

PEMERINTAH DAN / ATAU PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN:

CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI


SIMETRIK GANDA SEJAJAR

CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI


SIMETRIK GANDA SILANG

BAB I KETENTUAN UMUM


I.1. PENGERTIAN
1. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan
satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama dan tanah bersama.
2. Satuan Rumah Susun ( Sarusun) adalah unit hunian rumah susun yang
dihubungkan dan mempunyai akses ke selasar/ koridor/ lobi dan lantai lainnya
dalam bangunan rumah susun, serta akses ke lingkungan dan jalan umum.
3. Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas
umum, jaringan pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran
drainase, tangki septik, sumur resapan, rambu penuntun dan lampu
penerangan luar.
4. Lingkungan adalah sebidang tanah/ lahan dengan batas-batas yang jelas,
diatasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan sarana serta
fasilitasnya, yang secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat
permukiman.
5. Utilitas Umum adalah pelayanan yang diberikan oleh kabupaten/ kota
berupa penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas.
6. Rumah Susun Sederhana ( Rusuna) adalah rumah
diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

susun

yang

7. Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai


pendapatan diatas Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- per
bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara
Perumahan Rakyat.
8. Masyarakat Berpenghasilan Menengah Baw ah adalah masyarakat yang
mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp.
4.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri
Negara Perumahan Rakyat.
9. Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun
sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum
20 lantai.
10. Penyelenggara Rusuna Bertingkat Tinggi adalah pengembang, penyedia
jasa konstruksi, dan pengguna Rusuna Bertingkat Tinggi.
11. Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Pedoman
ini
dimaksudkan
sebagai
pet unj uk
pelaksanaan
pembangunan Rumah Susun Sederhana Bert ingkat Tinggi meliput i
perencanaan dan perancangan, sert a pelaksanaan konst ruksi yang

-1-

harus diikut i oleh Penyelenggara Rumah Susun Sederhana Bert ingkat


Tinggi.
2. Dengan Pedoman ini diharapkan :
a. Terwuj udnya bangunan gedung rusuna bert ingkat t inggi yang sesuai
dengan fungsi, persyarat an keselamat an, kesehat an, kenyamanan,
dan kemudahan sert a serasi dan selaras dengan lingkungannya.
b. Rusuna Bert ingkat Tinggi diselenggarakan dengan t ert ib, efisien
dalam penggunaan sumber daya dan t erj angkau, efekt if yang
mempert imbangkan aspek budaya dan pola hidup calon penghuni,
sert a berkelanj ut an.
I.3. SASARAN
Sasaran fungsional yang diharapkan dari Pedoman Teknis ini adalah
sebagai berikut :
1. Terarahnya pelaksanaan Program Pembangunan dan Peningkat an
Kualit as Perumahan dan Permukiman, khususnya pembangunan Rusuna
Bert ingkat Tinggi di kot a-kot a Met ropolit an dan kot a-kot a Besar.
2. Sebagai landasan perencanaan dan perancangan, bagi Perencana dan
Perancang, sert a Pengembang Kawasan dalam pembangunan Rusuna
Bert ingkat Tinggi.
3. Acuan bagi Pemerint ah Daerah dalam pengendalian pelaksanaan
pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi.
4. Tersusunnya Pedoman Teknis Perencanaan Rusuna Bert ingkat Tinggi
sebagai produk perat uran yang aplikat if.
Sasaran Operasional yang dit arget kan dari Pedoman Teknis ini adalah agar
Pedoman Teknis Pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi ini dapat
dioperasionalkan pada Tahun 2007.
I.4. KRITERIA PERENCANAAN
1. Kriteria Umum
Penyelenggaraan Rusuna Bert ingkat Tinggi harus memenuhi krit eria
umum perencanaan sebagai berikut :
a. Bangunan Rumah Rusuna Bert ingkat Tinggi harus memenuhi
persyarat an fungsional, andal, efisien, t erj angkau, sederhana
namun dapat mendukung peningkat an kualit as lingkungan di
sekit arnya dan peningkat an produkt ivit as kerj a.
b. Kreat ivit as desain hendaknya t idak dit ekankan kepada kemewahan
mat erial, t et api pada kemampuan mengadakan sublimasi ant ara
fungsi t eknik dan fungsi sosial bangunan, dan mampu
mencerminkan
keserasian
bangunan
gedung
dengan
lingkungannya;
c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanj ang
umurnya diusahakan serendah mungkin;

-2-

d. Desain bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibuat sedemikian rupa,


sehingga dapat dilaksanakan dalam wakt u yang pendek dan dapat
dimanfaat kan secepat nya.
e. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus diselenggarakan oleh
pengembang at au penyedia j asa konst ruksi yang memiliki Surat
Ket erangan Ahli sesuai dengan ket ent uan perat uran perundangundangan.
2. Kriteria Khusus
a. Rusuna
bert ingkat
t inggi
yang
direncanakan
harus
mempert imbangkan ident it as set empat pada wuj ud arsit ekt ur
bangunan t ersebut ;
b. Masa bangunan sebaiknya simet ri ganda, rasio panj ang lebar (L/ B)
< 3, hindari bent uk denah yang mengakibat kan punt iran pada
bangunan;
c. Jika t erpaksa denah t erlalu panj ang at au t idak simet ris : pasang
dilat asi bila dianggap perlu;
d. Lant ai Dasar dipergunakan unt uk fasos, fasek dan fasum, ant ara
lain : Ruang Unit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang
Penit ipan Anak, Ruang Mekanikal-Elekt rikal, Prasarana dan Sarana
lainnya, ant ara lain Tempat Penampungan Sampah/ Kot oran;
e. Lant ai sat u dan lant ai berikut nya diperunt ukan sebagai hunian
yang 1 (sat u) Unit Huniannya t erdiri at as: 1 (sat u) Ruang Duduk/
Keluarga, 2 (dua) Ruang Tidur, 1 (sat u) KM/ WC, dan Ruang Service
(Dapur dan Cuci) dengan t ot al luas per unit maksimum 36 m2.
f. Luas sirkulasi, ut ilit as, dan ruang-ruang bersama maksimum 30%
dari t ot al luas lant ai bangunan;
g. Denah unit rusuna bert ingkat t inggi harus fungsional, efisien
dengan sedapat mungkin t idak menggunakan balok anak, dan
memenuhi persyarat an penghawaan dan pencahayaan;
h. St rukt ur ut ama bangunan t ermasuk komponen penahan gempa
(dinding geser at au rangka perimet ral) harus kokoh, st abil, dan
efisien t erhadap beban gempa;
i. Set iap 3 (t iga) lant ai bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus
disediakan ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilit as
bersosialisasi ant ar penghuni.
j . Sist em konst ruksi rusuna bert ingkat t inggi harus lebih baik, dari
segi kualit as, kecepat an dan ekonomis (sepert i sist em f ormwork
dan sist em pracet ak) dibanding sist em konvensional;
k. Dinding luar rusuna bert ingkat t inggi menggunakan bet on pracet ak
sedangkan dinding pembat as ant ar unit / sarusun menggunakan
bet on ringan, sehingga beban st rukt ur dapat lebih ringan dan
menghemat biaya pembangunan.
l. Lebar dan t inggi anak t angga harus diperhit ungkan unt uk
memenuhi keselamat an dan kenyamanan, dengan lebar t angga
minimal 110 cm;
m. Railling/ pegangan
rambat
balkon
dan
selasar
harus
mempert imbangkan fakt or privasi dan keselamat an dengan
-3-

n.

o.
p.

q.

r.

s.
t.
u.

v.

memperhat ikan est et ika sehingga t idak menimbulkan kesan


masif/ kaku, dilengkapi dengan balust rade dan railling;
Penut up lant ai t angga dan selasar menggunakan keramik,
sedangkan penut up lant ai unit hunian menggunakan plest er dan
acian t anpa keramik kecuali KM/ WC;
Penut up dinding KM/ WC menggunakan pasangan keramik dengan
t inggi maksimum adalah 1.80 met er dari level lant ai.
Penut up mej a dapur dan dinding mej a dapur menggunakan
keramik. Tinggi maksimum pasangan keramik dinding mej a dapur
adalah 0.60 met er dari level mej a dapur;
Elevasi KM/ WC dinaikkan t erhadap elevasi ruang unit hunian, hal
ini berkait an dengan mekanikal-elekt rikal unt uk menghindari
sparing air bekas dan kot or menembus pelat lant ai;
Mat erial kusen pint u dan j endela menggunakan bahan allumunium
ukuran 3x7 cm, kusen harus t ahan bocor dan diperhit ungkan agar
t ahan t erhadap t ekanan angin. Pemasangan kusen mengacu pada
sisi dinding luar, khusus unt uk kusen yang t erkena langsung air
huj an harus dit ambahkan det ail mengenai penggunaan sealant ;
Plafond memanfaat kan st rukt ur pelat lant ai t anpa penut up
(exposed);
Seluruh inst alasi ut ilit as harus melalui shaf t , perencanaan shaf t
harus memperhit ungkan est et ika dan kemudahan perawat an;
Ruang-ruang mekanikal dan elekt rikal harus dirancang secara
t erint egrasi dan efisien, dengan sist em yang dibuat seefekt if
mungkin (misalnya : sist em plumbing dibuat dengan sist em
posit ive suct ion unt uk menj amin efekt ivit as sist em).
Penggunaan lif direncanakan unt uk lant ai 6 keat as, bila diperlukan
dapat digunakan sist em pemberhent ian lif di lant ai genap/ ganj il.

I.5. LINGKUP PENGATURAN


Pedoman Teknis Pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi, mengat ur
t ent ang :
1. Ketentuan Umum, berisi t ent ang pengert ian-pengert ian, maksud dan
t uj uan, sasaran, krit eria perencanaan, dan lingkup pengat uran.
2. Ketentuan Administratif Rusuna Bertingkat Tinggi, meliput i
kej elasan st at us t anah, st at us kepemilikan rusuna, dan izin
mendirikan bangunan gedung (IMB) rusuna bert ingkat t inggi.
3. Ketentuan Teknis Tata Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi,
meliput i persyarat an perunt ukan lokasi dan int ensit as, arsit ekt ur, dan
dampak lingkungan.
4. Ketentuan Teknis Keandalan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi,
meliput i persyarat an keselamat an, kesehat an, kenyamanan, dan
kemudahan.

-4-

5. Ketentuan Biaya Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi, meliput i


umum, biaya pembangunan fisik, biaya yang dapat di opt imasi, dan
biaya-biaya yang dapat disubsidi/ dibiayai oleh Pemerint ah dan/ at au
pemerint ah daerah.

-5-

BAB II KETENTUAN ADMINISTRATIF


Set iap penyelenggaraan rusuna bert ingkat t inggi
administ rat if bangunan gedung, yang meliput i:
II.1.

harus memenuhi ket ent uan

STATUS HAK ATAS TANAH


Bangunan rusuna bert ingkat t inggi
hendaknya dibangun di at as
t anah/ lahan yang mempunyai kej elasan st at us hak at as t anah dan t idak
dalam sengket a.

II.2.

STATUS KEPEMILIKAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI


Kepemilikan unit rusuna bert ingkat t inggi menj adi hak milik pembeli
dalam hal Rusuna dibangun sebagai Rumah Susun Sederhana Milik
(Rusunami), sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.

II.3.

STATUS PERIZINAN
Set iap rusuna bert ingkat t inggi
harus dibangun berdasarkan Izin
Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) yang dit erbit kan oleh pemerint ah
daerah set empat mengacu pada ket erangan rencana t at a kot a, RTRW,
at au RTBL at as permohonan pengembang sesuai ket ent uan perat uran
perundang-undangan.

-6-

BAB III KETENTUAN TEKNIS TATA BANGUNAN


III.1. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN
1. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus diselenggarakan sesuai
dengan perunt ukan lokasi yang diat ur dalam ket ent uan t at a ruang dan
t at a bangunan dari lokasi yang bersangkut an yang dit et apkan dalam:
a. Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Daerah;
b. Rencana Rinci Tat a Ruang (RRTR); dan/ at au
c. Perat uran bangunan set empat dan Rencana Tat a Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
2. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi yang dibangun harus memenuhi
persyarat an kepadat an (Koefisien Dasar Bangunan) dan ket inggian
(Jumlah Lant ai Bangunan, Koefisien Lant ai Bangunan) bangunan
gedung berdasarkan rencana t at a ruang wilayah daerah yang
bersangkut an, rencana t at a bangunan dan lingkungan yang dit et apkan,
sert a
perat uran
bangunan
set empat ,
dengan
t et ap
mempert imbangkan:
a. kemampuan dalam menj aga keseimbangan daya dukung lahan dan
opt imalisasi int ensit as bangunan;
b. t idak mengganggu lalu lint as udara.
3. Dalam hal pembangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun dalam
skala kawasan, maka perhit ungan KDB-nya didasarkan pada t ot al luas
lant ai dasar bangunan rusuna bert ingkat t inggi t erhadap t ot al luas
daerah/ kawasan perencanaan.
4. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi ket ent uan garis
sempadan bangunan dan j arak bebas ant ar bangunan gedung, dengan
ket ent uan sebagai berikiut :
a. Dalam hal bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun berbat asan
dengan j alan, maka t idak boleh melanggar garis sempadan j alan
yang dit et apkan unt uk j alan yang bersangkut an.
b. Dalam hal bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun berbat asan
dengan sungai, maka t idak boleh melanggar garis sempadan sungai
yang dit et apkan unt uk sungai yang bersangkut an.
c. Dalam hal bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun di t epi
pant ai/ danau, maka t idak boleh melanggar garis sempadan
pant ai/ danau yang bersangkut an.
d. Jarak bebas bangunan rusuna bert ingkat t inggi t erhadap bangunan
gedung lainnya minimum 4 m pada lant ai dasar, dan pada set iap
penambahan lant ai/ t ingkat bangunan dit ambah 0,5 m dari j arak
bebas lant ai di bawahnya sampai mencapai j arak bebas t erj auh
12,5 m.
e. Jarak bebas ant ar dua bangunan rusuna bert ingkat t inggi dalam
suat u t apak diat ur sebagai berikut :

-7-

(1) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling


berhadapan, maka j arak ant ara dinding at au bidang t ersebut
minimal dua kali j arak bebas yang dit et apkan;
(2) dalam hal salah sat u dinding yang berhadapan merupakan
dinding t embok t ert ut up dan yang lain merupakan bidang
t erbuka dan/ at au berlubang, maka j arak ant ara dinding
t ersebut minimal sat u kali j arak bebas yang dit et apkan;
(3) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang t ert ut up yang saling
berhadapan, maka j arak dinding t erluar minimal set engah kali
j arak bebas yang dit et apkan.
f. Ket ent uan t ent ang garis sempadan dan j arak bebas ant ar bangunan
dit et apkan oleh pemerint ah daerah set empat dan/ at au perat uran
ment eri.
III.2. ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG
1. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung
a. Bent uk denah bangunan gedung rusuna bert ingkat t inggi sedapat
mungkin simet ris dan sederhana, guna mengant isipasi kerusakan
yang diakibat kan oleh gempa.
b. Dalam hal denah bangunan gedung berbent uk T, L, at au U, at au
panj ang lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan st rukt ur
at au delat asi unt uk mencegah t erj adinya kerusakan akibat gempa
at au penurunan t anah.
c. Denah bangunan gedung berbent uk sent ris (buj ursangkar,
segibanyak, at au lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan
yang berbent uk memanj ang dalam mengant isipasi t erj adinya
kerusakan akibat gempa.
d. At ap bangunan gedung harus dibuat dari konst ruksi dan bahan yang
ringan unt uk mengurangi int ensit as kerusakan akibat gempa.

-8-

pemisahan
struktur

pemisahan
struktur

pemisahan
struktur

> 50 m
pemisahan
struktur

2. Perancangan Ruang Dalam


a. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi sekurang-kurangnya memiliki
ruang-ruang fungsi ut ama yang mewadahi kegiat an pribadi,
kegiat an keluarga/ bersama dan kegiat an pelayanan.
b. Sat uan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan
dapur, kamar mandi dan kakus/ WC.
3. Persyaratan Tapak Besmen Terhadap Lingkungan
a. Kebut uhan besmen dan besaran koefisien t apak besmen (KTB)
dit et apkan berdasarkan rencana perunt ukan lahan, ket ent uan
t eknis, dan kebij aksanaan daerah set empat .
b. Unt uk keperluan penyediaan Ruang Terbuka Hij au Pekarangan
(RTHP) yang memadai, lant ai besmen pert ama (B-1) t idak
dibenarkan keluar dari t apak bangunan (di at as t anah) dan at ap
besmen kedua (B-2) yang di luar t apak bangunan harus
berkedalaman sekurangnya 2 (dua) met er dari permukaan t anah
t empat penanaman.

-9-

4. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir


a. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah, j elas dan
t erint egrasi dengan sarana t ransport asi baik yang bersifat
pelayanan publik maupun pribadi.
b. Sist em sirkulasi yang direncanakan harus t elah memperhat ikan
kepent ingan bagi aksesibilit as pej alan kaki t ermasuk penyandang
cacat dan lanj ut usia.
c. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vert ikal
(clearance) dan lebar j alan yang sesuai unt uk pencapaian darurat
oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan
lainnya.
d. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan sepert i t anda penunj uk j alan,
rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi
(dapat berupa elemen perkerasan maupun t anaman), guna
mendukung sist em sirkulasi yang j elas dan efisien sert a
memperhat ikan unsur est et ika.
e. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi diwaj ibkan menyediakan
area parkir dengan rasio 1 (sat u) lot parkir kendaraan unt uk
set iap 5 (lima) unit hunian yang dibangun.
f. Penyediaan parkir di pekarangan t idak boleh mengurangi daerah
penghij auan yang t elah dit et apkan.
g. Perlet akan Prasarana parkir bangunan rusuna bert ingkat t inggi
t idak diperbolehkan mengganggu kelancaran lalu lint as, at au
mengganggu lingkungan di sekit arnya.
5. Pertandaan (Signage)
a. Penempat an
pert andaan
(signage),
t ermasuk
papan
iklan/ reklame, harus membant u orient asi t et api t idak mengganggu
karakt er lingkungan yang ingin dicipt akan/ dipert ahankan, baik
yang penempat annya pada bangunan, kaveling, pagar, at au ruang
publik.
b. Unt uk penat aan bangunan dan lingkungan yang baik unt uk
lingkungan/ kawasan t ert ent u, Kepala Daerah dapat mengat ur
pembat asan-pembat asan ukuran, bahan, mot if, dan lokasi dari
signage.
6. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung
a. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan
memperhat ikan karakt er lingkungan, fungsi dan arsit ekt ur
bangunan.
b. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari j alan
umum.
c. Pencahayaan yang dihasilkan dengan t elah menghindari
penerangan ruang luar yang berlebihan, silau, visual yang t idak
menarik, dan t elah memperhat ikan aspek operasi dan
pemeliharaan.

- 10 -

III.3. PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN


1. Set iap kegiat an dalam penyelenggaraan rusuna bert ingkat t inggi t idak
diperbolehkan menimbulkan dampak pent ing t erhadap lingkungan
yang meliput i:
a. perubahan pada sifat -sifat fisik dan/ at au hayat i lingkungan, yang
melampaui baku mut u lingkungan menurut ket ent uan perat uran
perundang-undangan;
b. perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui
krit eria yang diakui, berdasarkan pert imbangan ilmiah;
c. hal-hal yang mengakibat kan spesies-spesies yang langka dan/ at au
endemik, dan/ at au dilindungi menurut ket ent uan perat uran
perundang-undangan t erancam punah, at au habit at alaminya
mengalami kerusakan;
d. hal-hal yang menimbulkan kerusakan at au gangguan t erhadap
kawasan lindung (hut an lindung, cagar alam, t aman nasional,
suaka margasat wa, dan sebagainya) yang t elah dit et apkan
menurut ket ent uan perat uran perundang-undangan;
e. hal-hal yang merusak at au memusnahkan benda-benda dan
bangunan peninggalan sej arah yang bernilai t inggi;
f. hal-hal yang mengubah at au memodifikasi areal yang mempunyai
nilai keindahan alami yang t inggi;
g. hal-hal yang mengakibat kan/
menimbulkan konflik at au
kont roversi dengan masyarakat , dan/ at au pemerint ah.
2. Kegiat an pembangunan rusuna bert ingkat t inggi yang menimbulkan
dampak t idak pent ing t erhadap lingkungan, at au secara t eknologi
dapat dikelola dampak pent ingnya, t idak perlu dilengkapi dengan
AMDAL, t et api diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemant auan Lingkungan (UPL) sesuai ket ent uan
perat uran perundang-undangan.
3. Ket ent uan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pembangunan bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi dan lingkungannya
yang harus memperhat ikan ket ent uan perat uran perundang-undangan
t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
III.4. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)
1. Dalam hal pembangunan rusuna bert ingkat t inggi merupakan bagian
dari suat u pengembangan kawasan t erpadu, maka pengembangannya
harus disusun berdasarkan Rencana Tat a Bangunan dan Lingkungan
kawasan yang bersangkut an.
2. RTBL merupakan t indak lanj ut rencana t at a ruang wilayah dan/ at au
rencana t eknik ruang kabupat en/ kot a, dan sebagai panduan
rancangan kawasan, dalam rangka perwuj udan kesat uan karakt er,
kualit as bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanj ut an, sert a
merupakan inst rumen guna meningkat kan:
a. Perwuj udan kesat uan karakt er;

- 11 -

b. Kualit as bangunan gedung; dan


c. Lingkungan yang berkelanj ut an
3. RTBL t ersebut digunakan sebagai panduan dalam pengendalian
pemanfaat an ruang suat u lingkungan/ kawasan, yang memuat :
a. Program Bangunan dan Lingkungan
b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan
c. Rencana Invest asi
d. Ket ent uan Pengendalian Rencana dan Pedoman Pengendalian
Pelaksanaan
4. Ket ent uan penyusunan RTBL mengikut i Pedoman Umum Penyusunan
RTBL yang berlaku.

- 12 -

BAB IV KETENTUAN TEKNIS KEANDALAN BANGUNAN


IV.1. PERSYARATAN KESELAMATAN
1. Persyaratan Struktur Bangunan Gedung
a. St rukt ur Bangunan Gedung
i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi, st rukt urnya harus
direncanakan dan dilaksanakan agar kuat , kokoh, dan st abil
dalam memikul beban/ kombinasi beban dan memenuhi
persyarat an
keselamat an
(saf et y),
sert a
memenuhi
persyarat an kelayanan (serviceabilit y) selama umur layanan
yang direncanakan dengan mempert imbangkan fungsi
bangunan gedung, lokasi, keawet an, dan kemungkinan
pelaksanaan konst ruksinya.
ii. Kemampuan memikul
beban diperhit ungkan t erhadap
pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang
mungkin bekerj a selama umur layanan st rukt ur, baik beban
muat an t et ap maupun beban muat an sement ara yang t imbul
akibat gempa, angin, pengaruh korosi, j amur, dan serangga
perusak.
iii. Dalam perencanaan st rukt ur bangunan rusuna bert ingkat
t inggi t erhadap pengaruh gempa, semua unsur st rukt ur baik
bagian dari sub st rukt ur maupun st rukt ur gedung, harus
diperhit ungkan dapat memikul pengaruh gempa rencana
sesuai dengan zona gempanya.
iv. St rukt ur
bangunan
rusuna
bert ingkat
t inggi
harus
direncanakan secara dakt ail sehingga pada kondisi
pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila t erj adi
kerunt uhan kondisi st rukt urnya masih dapat memungkinkan
penghuni menyelamat kan diri.
v. Dalam hal lant ai dasar merupakan ruang t erbuka at au ruang
semi t erbuka,
st rukt ur harus direncanakan dengan
memperhat ikan bat asan perbedaan kekakuan ant ar t ingkat
sepert i dipersyarat kan SNI 03-1726-2002. Jika diperlukan
komponen pengaku t ambahan di lant ai dasar, perencanaannya
harus dikoordinasikan dengan perencana arsit ekt ur.
b. Pembebanan pada Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi
i. Analisis st rukt ur harus dilakukan unt uk memeriksa respon
st rukt ur t erhadap beban-beban yang mungkin bekerj a selama
umur kelayanan st rukt ur, t ermasuk beban t et ap, beban
sement ara (angin, gempa) dan beban khusus.
ii. Penent uan mengenai j enis, int ensit as dan cara bekerj anya
beban harus mengikut i:
(1) SNI 03-1726-2002 Tat a cara perencanaan ket ahanan gempa
unt uk rumah dan gedung, at au edisi t erbaru; dan
(2) SNI 03-1727-1989 Tat a cara perencanaan pembebanan
unt uk rumah dan gedung, at au edisi t erbaru.

- 13 -

(3) SNI 03-2847-2002; Tat a Cara Perencanaan St rukt ur Bet on


unt uk Bangunan Gedung.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
c. St rukt ur At as Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi
i. Konst ruksi bet on
Perencanaan konst ruksi bet on harus mengikut i:
(1) SNI 03-1734-1989 Tat a cara perencanaan bet on dan
st rukt ur dinding bert ulang unt uk rumah dan gedung, at au
edisi t erbaru;
(2) SNI 03-2847-1992 Tat a cara penghit ungan st rukt ur bet on
unt uk bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
(3) SNI 03-3430-1994 Tat a cara perencanaan dinding st rukt ur
pasangan blok bet on berongga bert ulang unt uk bangunan
rumah dan gedung, at au edisi t erbaru;
(4) SNI 03-3976-1995 Tat a cara pengadukan pengecoran
bet on, at au edisi t erbaru;
(5) SNI 03-2834-2000 Tat a cara pembuat an rencana campuran
bet on normal, at au edisi t erbaru; dan
(6) SNI 03-3449-2002 Tat a cara rencana pembuat an campuran
bet on ringan dengan agregat ringan, at au edisi t erbaru.
Sedangkan unt uk perencanaan dan pelaksanaan konst ruksi
bet on pracet ak dan prat egang harus mengikut i:
(1) Tat a Cara Perencanaan dan Pelaksanaan Konst ruksi Bet on
Pracet ak dan Prat egang unt uk Bangunan Gedung;
(2) Met oda Penguj ian dan Penent uan Paramet er Perencanaan
Tahan Gempa Konst ruksi Bet on Pracet ak dan Prat egang
unt uk Bangunan Gedung; dan
(3) Spesifikasi Sist em dan Mat erial Konst ruksi Bet on Pracet ak
dan Prat egang unt uk Bangunan Gedung.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
ii. Konst ruksi Baj a
Perencanaan konst ruksi baj a harus mengikut i:
(1) SNI 03-1729-2002 Tat a cara perencanaan bangunan baj a
unt uk gedung, at au edisi t erbaru;
(2) Tat a Cara dan/ at au pedoman lain yang masih t erkait
dalam perencanaan konst ruksi baj a;
(3) Tat a Cara Pembuat an at au Perakit an Konst ruksi Baj a; dan
(4) Tat a Cara Pemeliharaan Konst ruksi Baj a Selama
Pelaksanaan Konst ruksi.

- 14 -

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum


t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
d. St rukt ur Bawah Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi
i. Pondasi Langsung
(1) Pondasi langsung hanya diperbolehkan unt uk menyangga
komponen non st rukt ural at au dinding-dinding pengisi
bukan st rukt ur bangunan ut ama.
(2) Kedalaman pondasi
langsung harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga dasarnya t erlet ak di at as
lapisan t anah yang mant ap dengan daya dukung t anah
yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan t idak
mengalami penurunan yang melampaui bat as.
(3) Perhit ungan daya dukung dan penurunan pondasi
dilakukan sesuai t eori mekanika t anah yang baku dan
lazim dalam prakt ek, berdasarkan paramet er t anah yang
dit emukan
dari
penyelidikan
t anah
dengan
memperhat ikan nilai t ipikal dan korelasi t ipikal dengan
paramet er t anah yang lain.
(4) Pelaksanaan pondasi langsung t idak boleh menyimpang
dari rencana dan spesifikasi t eknik yang berlaku at au
dit ent ukan oleh perencana ahli yang memiiki sert ifikasi
sesuai.
(5) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan bat u at au
konst ruksi bet on bert ulang.
ii. Pondasi Dalam
(1) Pondasi dalam digunakan dalam hal lapisan t anah dengan
daya dukung yang t erlet ak cukup j auh di bawah
permukaan t anah, sehingga penggunaan pondasi langsung
dapat menyebabkan penurunan yang berlebihan at au
ket idakst abilan konst ruksi.
(2) Perhit ungan daya dukung dan penurunan pondasi
dilakukan sesuai t eori mekanika t anah yang baku dan
lazim dalam prakt ek, berdasarkan paramet er t anah yang
dit emukan
dari
penyelidikan
t anah
dengan
memperhat ikan nilai t ipikal dan korelasi t ipikal dengan
paramet er t anah yang lain.
(3) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus
dilakukan dengan berdasarkan t at a cara yang lazim dan
hasilnya harus dievaluasi oleh perencana ahli yang
memiliki sert ifikasi sesuai.
(4) Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam
adalah 1 % dari j umlah t it ik pondasi yang akan
dilaksanakan dengan penent uan t it ik secara random,
kecuali dit ent ukan lain oleh perencana ahli sert a diset uj ui
oleh Dinas Bangunan.

- 15 -

(5) Dalam pelaksanaan konst ruksi pondasi dalam harus


memperhat ikan gangguan yang mungkin dit imbulkan
t erhadap lingkungan.
(6) Dalam hal lokasi pemasangan t iang pancang t erlet ak di
daerah t epi laut yang dapat mengakibat kan korosif harus
memperhat ikan pengamanan baj a t erhadap korosi.
(7) Dalam hal perencanaan at au met ode pelaksanaan
menggunakan pondasi yang belum diat ur dalam SNI
dan/ at au mempunyai pat en dengan met ode konst ruksi
yang belum dikenal, harus mempunyai sert ifikat yang
dikeluarkan inst ansi yang berwenang.
(8) Apabila perhit ungan st rukt ur menggunakan perangkat
lunak, harus menggunakan perangkat lunak yang diakui
oleh asosiasi t erkait .
iii. Basemen
(1) Pada galian basemen harus dilakukan perhit ungan t erinci
mengenai keamanan galian.
(2) Unt uk dapat melakukan perhit ungan keamanan galian,
harus dilakukan t est t anah yang dapat mendukung
perhit ungan t ersebut sesuai St andar Teknis dan Pedoman
Teknis sert a ket ent uan perat uran perundang-undangan.
(3) Angka keamanan unt uk st abilit as galian harus memenuhi
syarat sesuai St andar Teknis dan Pedoman Teknis sert a
ket ent uan
perat uran
perundang-undangan.
Fakt or
keamanan yang diperhit ungkan adalah dalam aspek
syst em galian, sist em penahan t anah lat eral, heave dan
blow in.
(4) Analisis pemompaan air t anah (dewat ering) harus
memperhat ikan keamanan lingkungan dan memperhat ikan
urut an pelaksanaan pekerj aan. Analisis dewat ering perlu
dilakukan berdasarkan paramet er-paramet er desain dari
suat u uj i pemompaan (pumping t est ).
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
e. Keandalan Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi
i. Keselamat an St rukt ur
(1) Unt uk menent ukan t ingkat keandalan st rukt ur Bangunan
rusuna bert ingkat t inggi, harus dilakukan pemeriksaan
keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan
ket ent uan dalam Pedoman/ Pet unj uk Teknis Tat a Cara
Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
(2) Perbaikan at au perkuat an st rukt ur bangunan rusuna
bert ingkat t inggi harus segera dilakukan sesuai
rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan
gedung, sehingga bangunan gedung selalu memenuhi
persyarat an keselamat an st rukt ur.

- 16 -

(3) Pemeriksaan keandalan bangunan rusuna bert ingkat t inggi


dilaksanakan secara berkala, unt uk mencegah t erj adinya
keunt uhan st rukt ur yang t idak diharapkan, dan harus
dilakukan at au didampingi oleh ahli yang memiliki
sert ifikasi sesuai keahliannya.
ii. Persyarat an Bahan
(1) Bahan st rukt ur yang digunakan harus sudah memenuhi
semua persyarat an keamanan, t ermasuk keselamat an
t erhadap lingkungan dan pengguna bangunan, sert a sesuai
st andar t eknis (SNI) yang t erkait .
(2) Bahan yang dibuat at au dicampurkan di lapangan, harus
diproses sesuai dengan st andar t at a cara yang baku unt uk
keperluan yang dimaksud.
(3) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga
memiliki sist em hubungan yang baik dan mampu
mengembangkan
kekuat an
bahan-bahan
yang
dihubungkan, sert a mampu bert ahan t erhadap gaya
angkat pada saat pemasangan/ pelaksanaan.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
2. Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi
Terhadap Bahaya Kebakaran
a. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus dilengkapi dengan sist em
prot eksi pasif dan sist em prot eksi akt if.
b. Sist em Prot eksi Pasif
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai
sist em prot eksi pasif t erhadap bahaya kebakaran yang
memprot eksi hart a milik berbasis pada desain at au
pengat uran t erhadap komponen arsit ekt ur dan st rukt ur
bangunan gedung sehingga dapat melindungi penghuni dan
benda dari kerusakan fisik saat t erj adi kebakaran.
ii. Penerapan
sist em prot eksi
pasif
didasarkan pada
fungsi/ klasifikasi resiko kebakaran, geomet ri ruang, bahan
bangunan t erpasang, dan/ at au j umlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan gedung.
iii. Pada sist em prot eksi pasif yang perlu diperhat ikan meliput i:
persyarat an kinerj a, ket ahanan api dan st abilit as, t ipe
konst ruksi t ahan api, t ipe konst ruksi yang diwaj ibkan,
kompart emenisasi dan pemisahan, dan perlindungan pada
bukaan (f ire st op).
iv. Sist em prot eksi pasif t ersebut harus mengikut i:
(1) SNI 03-1736-2000 Tat a cara perencanaan sist em prot eksi
pasif unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan
(2) SNI 03-1746-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan
sarana j alan ke luar unt uk penyelamat an t erhadap

- 17 -

bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi


t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
c. Sist em Prot eksi Akt if
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi, harus dilindungi
t erhadap bahaya kebakaran dengan prot eksi akt if.
ii. Penerapan sist em prot eksi akt if didasarkan pada fungsi,
klasifikasi, luas, ket inggian, volume bangunan, dan/ at au
j umlah dan kondisi penghuni dalam bangunan rusuna
bert ingkat t inggi.
iii. Pada sist em prot eksi akt if yang perlu diperhat ikan meliput i:
- Sist em Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler,
hidran box maupun hidran pilar/ halaman;
- Sist em Det eksi & Alarm Kebakaran;
- Sist em Pengendalian Asap Kebakaran; dan
- Pusat Pengendali Kebakaran
iv. Sist em prot eksi akt if t ersebut harus mengikut i:
(1) SNI 03-3987-1995 Tat a cara perencanaan, pemasangan
pemadam api ringan unt uk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung;
(2) SNI 03-1745-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan
sist em pipa t egak dan slang unt uk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
(3) SNI 03-3985-2000 Tat a cara perencanaan, pemasangan
dan penguj ian sist em det eksi dan alarm kebakaran unt uk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung,
at au edisi t erbaru;
(4) SNI 03-3989-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan
sist em springkler ot omat ik unt uk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
(5) SNI 03-6571-2001 Sist em pengendalian asap kebakaran
pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan
(6) SNI 03-0712-2004 Sist em manaj emen asap dalam mal,
at rium, dan ruangan bervolume besar, at au edisi t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
d. Persyarat an Jalan Keluar dan Aksesibilit as unt uk Pemadaman
Kebakaran
i.
Persyarat an j alan keluar dan aksesibilit as unt uk pemadaman
kebakaran meliput i perencanaan akses bangunan dan
lingkungan unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rusuna bert ingkat t inggi, dan perencanaan dan

- 18 -

pemasangan sarana j alan keluar unt uk penyelamat an


t erhadap bahaya kebakaran.
ii. Persyarat an j alan keluar dan aksesibilit as unt uk pemadaman
kebakaran t ersebut harus mengikut i:
(1) SNI 03-1735-2000 Tat a cara perencanaan akses
bangunan dan akses lingkungan unt uk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung,
at au edisi t erbaru; dan
(2) SNI 03-1736-2000 Tat a cara perencanaan dan
pemasangan sarana j alan keluar unt uk penyelamat an
t erhadap bahaya kebakaran pada gedung, at au edisi
t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
e. Persyarat an Pencahayaan Darurat , Tanda Arah Keluar/ Eksit , dan
Sist em Peringat an Bahaya
i.
Persyarat an pencahayaan darurat , t anda arah keluar/ eksit ,
dan sist em peringat an bahaya dimaksudkan unt uk
memberikan arahan yang j elas bagi pengguna bangunan
rusuna bert ingkat t inggi dalam keadaan darurat unt uk dapat
menyelamat kan diri, yang meliput i:
(1) Sist em pencahayaan darurat ;
(2) Tanda arah keluar/ eksit ; dan
(3) Sist em Peringat an Bahaya.
ii. Pencahayaan darurat , t anda arah keluar, dan sist em
peringat an bahaya dalam gedung harus mengikut i SNI 036573-2001 Tat a cara perancangan pencahayaan darurat ,
t anda arah dan sist em peringat an bahaya pada bangunan
gedung, at au edisi t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
f. Persyarat an Komunikasi Dalam Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi
i.
Persyarat an komunikasi dalam bangunan rusuna bert ingkat
t inggi dimaksudkan sebagai penyediaan sist em komunikasi
baik unt uk keperluan int ernal bangunan maupun unt uk
hubungan ke luar, pada saat t erj adi kebakaran dan/ at au
kondisi darurat lainnya. Termasuk ant ara lain: sist em
t elepon, sist em t at a suara, sist em voice evacuat ion, dll.
ii. Penggunaan inst alasi t at a suara pada wakt u keadaan darurat
dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan st andar t eknis
yang berlaku.
g. Persyarat an Inst alasi Bahan Bakar Gas
i.
Dalam hal rusuna bert ingkat t inggi menggunakan gas
pembakaran dari Inst alasi Gas Kot a, maka harus memenuhi
ket ent uan:
- 19 -

(1)

Rancangan sist em dist ribusi gas pembakaran, pemilihan


bahan dan konst ruksinya mengikut i perat uran yang
berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan
lainnya sepanj ang t idak bert ent angan.
(2) Inst alasi pemipaan (mulai dari kat up penut up, met ergas at au regulat or) mengikut i perat uran yang berlaku
dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya
sepanj ang t idak bert ent angan. Kat up penut up, met ergas at au regulat or harus dit empat kan di luar bangunan.
(3) Pada inst alasi unt uk pembakaran, harus dilengkapi
dengan peralat an khusus unt uk mendet eksi kebocoran
gas yang secara ot omat is memat ikan aliran gas.
ii. Dalam hal rusuna bert ingkat t inggi
menggunakan gas
pembakaran Inst alasi gas elpj i (LPG), maka harus memenuhi
ket ent uan:
(1) Rancangan sist em dist ribusi gas pembakaran, pemilihan
bahan dan konst ruksinya mengikut i perat uran yang
berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan
lainnya sepanj ang t idak bert ent angan.
(2) Inst alasi pemipaan unt uk rumah t angga (domest ik) dan
gedung (komersial) mengikut i perat uran yang berlaku
dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya
sepanj ang t idak bert ent angan.
(3) Bila pasokan dari beberapa t abung silinder digabung ke
dalam sat u manipol (manif ol d at au header), maka harus
mengikut i perat uran yang berlaku dari inst ansi yang
berwenang, at au ket ent uan lainnya sepanj ang t idak
bert ent angan. Tabung-t abung silinder yang digabung
harus dit empat kan di luar bangunan rusuna bert ingkat
t inggi. Dalam hal t abung-t abung t ersebut harus
dit empat kan dalam bangunan, maka harus dilet akkan di
lant ai dasar dan salah sat u dinding ruangan gas t ersebut
merupakan dinding luar dari bangunan dan dinding
lainnya harus memiliki TKA 120/ 120/ 120. Tabungt abung t ersebut dapat pula dilet akkan di lant ai t erat as
bangunan rusuna bert ingkat t inggi.
(4) Pada inst alasi unt uk pembakaran, harus dilengkapi
dengan peralat an khusus unt uk mendet eksi kebocoran
gas yang secara ot omat is memat ikan aliran gas, dan
t anda DILARANG MEROKOK.
h. Manaj emen Penanggulangan Kebakaran
Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memiliki unit
manaj emen pengamanan kebakaran.
3. Persyaratan
Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi
Terhadap Bahaya Petir dan Bahaya Kelistrikan
a. Persyarat an Inst alasi Prot eksi Pet ir
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus dilengkapi
dengan prot eksi t erhadap pet ir, dalam upaya unt uk
- 20 -

b.

mengurangi secara nyat a risiko kerusakan yang disebabkan


oleh pet ir t erhadap bangunan gedung yang diprot eksi,
t ermasuk di dalamnya manusia sert a perlengkapan bangunan
lainnya.
ii.
Persyarat an prot eksi pet ir harus memperhat ikan sebagai
berikut :
(1) Perencanaan sist em prot eksi pet ir;
(2) Inst alasi Prot eksi Pet ir; dan
(3) Pemeriksaan dan Pemeliharaan
iii. Persyarat an sist em prot eksi pet ir harus memenuhi SNI 037015-2004 Sist em prot eksi pet ir pada bangunan gedung, at au
edisi t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung,
at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku
dan/ at au pedoman t eknis.
Persyarat an Sist em Kelist rikan
i.
Sist em kelist rikan dalam rusuna bert ingkat t inggi harus
memenuhi Persyarat an sist em kelist rikan yang meliput i
sumber daya list rik, panel hubung bagi, j aringan dist ribusi
list rik, perlengkapan sert a inst alasi list rik unt uk memenuhi
kebut uhannya.
ii. Sist em kelist rikan dalam rusuna bert ingkat t inggi harus
dapat menj amin aspek keselamat an manusia, keamanan
inst alasi list rik besert a perlengkapannya, keamanan gedung
sert a isinya dari bahaya kebakaran akibat list rik, dan
perlindungan lingkungan.
iii. Persyarat an sist em kelist rikan harus memperhat ikan:
(1) Perencanaan inst alasi list rik;
(2) Jaringan dist ribusi list rik;
(3) Beban list rik;
(4) Sumber daya list rik;
(5) Transformat or dist ribusi;
(6) Pemeriksaan dan penguj ian; dan
(7) Pemeliharaan
iv. Persyarat an sist em kelist rikan harus mengikut i:
(1) SNI 04-0227-1994 Tegangan st andar, at au edisi t erbaru;
(2) SNI 04-0225-2000 Persyarat an umum inst alasi list rik
(PUIL 2000), at au edisi t erbaru;
(3)
SNI 04-7018-2004 Sist em pasokan daya list rik darurat
dan siaga, at au edisi t erbaru; dan
(4) SNI 04-7019-2004 Sist em pasokan daya list rik darurat
menggunakan energi t ersimpan, at au edisi t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

- 21 -

IV.2. PERSYARATAN KESEHATAN BANGUNAN GEDUNG


1. Persyaratan Sistem Penghawaan
a. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai
vent ilasi alami dan/ at au vent ilasi mekanik/ buat an sesuai dengan
fungsinya.
b. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai bukaan
permanen, kisi-kisi pada pint u dan j endela dan/ at au bukaan
permanen yang dapat dibuka unt uk kepent ingan vent ilasi alami.
c. Persyarat an t eknis sist em vent ilasi, kebut uhan vent ilasi, harus
mengikut i:
i.
SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sist em t at a udara pada
bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
ii. SNI 03-6572-2001 Tat a cara perancangan sist em vent ilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, at au edisi
t erbaru;
iii. St andar t ent ang t at a cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sist em vent ilasi; dan
iv. St andar t ent ang t at a cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sist em vent ilasi mekanis.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar
baku dan/ at au pedoman t eknis.
2. Persyaratan Sistem Pencahayaan
a. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi
persyarat an sist em pencahayaan alami dan/ at au pencahayaan
buat an, t ermasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
b. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai bukaan
unt uk pencahayaan alami yang opt imal, disesuaikan dengan
fungsi bangunan hunian dan fungsi masing-masing ruang di
dalamnya.
c. Pencahayaan buat an harus direncanakan berdasarkan t ingkat
iluminasi yang dipersyarat kan sesuai fungsi ruang-dalam
bangunan rusuna bert ingkat t inggi dengan mempert imbangkan
efisiensi,
penghemat an
energi
yang
digunakan,
dan
penempat annya t idak menimbulkan efek silau at au pant ulan.
d. Pencahayaan buat an yang digunakan unt uk pencahayaan darurat
harus dipasang pada bangunan rusuna bert ingkat t inggi, sert a
dapat bekerj a secara ot omat is dan mempunyai t ingkat
pencahayaan yang cukup unt uk evakuasi yang aman.
e. Semua sist em pencahayaan buat an, kecuali yang diperlukan
unt uk pencahayaan darurat , harus dilengkapi dengan pengendali
manual, dan/ at au ot omat is, sert a dit empat kan pada t empat yang
mudah dicapai/ dibaca oleh penghuni.
f.
Pencahayaan alami dan buat an dit erapkan pada ruangan dalam
bangunan rusuna bert ingkat t inggi baik di dalam bangunan
maupun di luar.

- 22 -

g.

Persyarat an pencahayaan harus mengikut i:


i.
SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sist em pencahayaan
buat an pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
ii.
SNI
03-2396-2001 Tat a cara perancangan sist em
pencahayaan alami pada bangunan gedung, at au edisi
t erbaru; dan
iii. SNI
03-6575-2001 Tat a cara perancangan sist em
pencahayaan buat an pada bangunan gedung, at au edisi
t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar
baku dan/ at au pedoman t eknis.

3. Persyaratan Sistem Air Minum dan Sanitasi


a. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus menyediakan
sist em air minum yang memenuhi ket ent uan:
i.
Sist em air minum harus direncanakan dan dipasang dengan
mempert imbangkan sumber air minum, kualit as air bersih,
sist em dist ribusi, dan penampungannya.
ii. Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air
berlangganan dan/ at au sumber air lainnya yang memenuhi
persyarat an kesehat an sesuai pedoman dan st andar t eknis
yang berlaku.
iii. Perencanaan sist em dist ribusi air minum dalam bangunan
gedung harus memenuhi debit air dan t ekanan minimal yang
disyarat kan.
iv. Penampungan air
minum dalam bangunan gedung
diupayakan sedemikian rupa agar menj amin kualit as air.
v. Penampungan air minum harus memenuhi persyarat an
kelaikan fungsi bangunan gedung.
vi. Persyarat an plambing dalam bangunan rusuna bert ingkat
t inggi harus mengikut i:
(1) Kualit as air minum mengikut i Perat uran Pemerint ah
Nomor 16 Tahun 2005 t ent ang Pengembangan sist em
Air Minum dan Permenkes 907/ 2002, sedangkan
inst alasi perpipaannya mengikut i Pedoman Plambing;
dan
(2) SNI 03-6481-2000 Sist em Plambing 2000, at au edisi
t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
b. Sist em Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/ Kot or
i. Sist em pembuangan air limbah dan/ at au air kot or harus
direncanakan dan dipasang dengan mempert imbangkan j enis
dan t ingkat bahayanya.

- 23 -

Pert imbangan j enis air limbah dan/ at au air kot or


diwuj udkan
dalam
bent uk
pemilihan
sist em
pengaliran/ pembuangan dan penggunaan peralat an yang
dibut uhkan.
iii. Pert imbangan t ingkat bahaya air limbah dan/ at au air kot or
diwuj udkan dalam bent uk sist em pengolahan dan
pembuangannya.
iv. Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
t idak boleh digabung dengan air limbah domest ik.
v. Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3)
harus diproses sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.
vi. Air limbah domest ik sebelum dibuang ke saluran t erbuka
harus diproses sesuai dengan pedoman dan st andar t eknis
yang berlaku.
vii. Persyarat an t eknis air limbah harus mengikut i:
(1) SNI 03-6481-2000 Sist em plambing 2000, at au edisi
t erbaru;
(2) SNI 03-2398-2002 Tat a cara perencanaan t angki sept ik
dengan sist em resapan, at au edisi t erbaru;
(3) SNI
03-6379-2000 Spesifikasi
dan pemasangan
perangkap bau, at au edisi t erbaru; dan
(4) Tat a
cara
perencanaan,
pemasangan,
dan
pemeliharaan sist em pembuangan air limbah dan air
kot or pada bangunan gedung mengikut i st andar baku
sert a ket ent uan t eknis yang berlaku.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
Persyarat an Pemat usan/ penyaluran Air Huj an
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi dan pekarangannya
harus dilengkapi dengan sist em penyaluran air huj an.
ii. Sist em penyaluran air huj an harus direncanakan dan
dipasang dengan mempert imbangkan ket inggian permukaan
air t anah, permeabilit as t anah, dan ket ersediaan j aringan
drainase lingkungan/ kot a.
iii. Kecuali unt uk daerah t ert ent u, air huj an harus diresapkan ke
dalam t anah pekarangan dan/ at au dialirkan ke sumur
resapan dan/ at au sumur penampungan sebelum dialirkan ke
j aringan drainase lingkungan/ kot a sesuai dengan ket ent uan
yang berlaku.
iv. Pemanfaat an air huj an diperbolehkan dengan mengikut i
ket ent uan yang berlaku.
v. Bila belum t ersedia j aringan drainase kot a at aupun sebab
lain yang dapat dit erima, maka penyaluran air huj an harus
dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh inst ansi
yang berwenang.
ii.

c.

- 24 -

Sist em pemat usan/ penyaluran air huj an harus dipelihara


unt uk mencegah t erj adinya endapan dan penyumbat an pada
saluran.
vii. Persyarat an penyaluran air huj an harus mengikut i:
(1) SNI 03-4681-2000 Sist em plambing 2000, at au edisi
t erbaru;
(2) SNI 03-2453-2002 Tat a cara perencanaan sumur
resapan air huj an unt uk lahan pekarangan, at au edisi
t erbaru;
(3) SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air huj an
unt uk lahan pekarangan, at au edisi t erbaru; dan
(4) St andar t ent ang t at a cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan sist em penyaluran air huj an pada
bangunan gedung;
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
Persyarat an Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/ at au
Pengolahan Sampah.
i.
Sist em pembuangan sampah padat direncanakan dan
dipasang dengan mempert imbangkan fasilit as penampungan
dan j enisnya.
ii. Pert imbangan fasilit as penampungan diwuj udkan dalam
bent uk penyediaan t empat penampungan kot oran dan
sampah pada masing-masing bangunan rusuna bert ingkat
t inggi, yang diperhit ungkan berdasarkan j umlah penghuni,
dan volume kot oran dan sampah.
iii. Pert imbangan j enis sampah padat diwuj udkan dalam bent uk
penempat an pewadahan dan/ at au pengolahannya yang t idak
mengganggu
kesehat an
penghuni,
masyarakat
dan
lingkungannya.
iv. Ket ent uan pengelolaan sampah padat
(1) Bagi pengembang perumahan waj ib menyediakan
wadah sampah, alat pengumpul dan t empat
pembuangan
sampah
sement ara,
sedangkan
pengangkut an dan pembuangan akhir
sampah
bergabung dengan sist em yang sudah ada.
(2) Pot ensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan
mendaur ulang, memanfaat kan kembali beberapa j enis
sampah sepert i bot ol bekas, kert as, kert as koran,
kardus, aluminium, kaleng, wadah plast ik dan
sebagainya.
(3) Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3) harus dibakar dengan insinerat or yang
t idak mengganggu lingkungan.
vi.

d.

- 25 -

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum


t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
4. Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan
a. Bahan bangunan rusuna bert ingkat t inggi yang digunakan harus
aman bagi kesehat an penghuni dan t idak menimbulkan dampak
negat if t erhadap lingkungan.
b. Penggunaan bahan bangunan yang t idak berdampak negat if
t erhadap lingkungan harus:
i.
menghindari t imbulnya efek silau dan pant ulan bagi
pengguna bangunan gedung lain, masyarakat , dan lingkungan
sekit arnya;
ii. menghindari t imbulnya efek peningkat an t emperat ur
lingkungan di sekit arnya;
iii. mempert imbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan
iv. menggunakan
bahan-bahan
bangunan
yang
ramah
lingkungan.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar
baku dan/ at au pedoman t eknis.
IV.3. PERSYARATAN KENYAMANAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI
1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung
a.
Persyarat an Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Ant arruang
i. Unt uk mendapat kan kenyamanan ruang gerak dalam
bangunan gedung, harus mempert imbangkan:
(1) fungsi ruang, j umlah pengguna, perabot / peralat an,
aksesibilit as ruang, di dalam bangunan gedung; dan
(2) persyarat an keselamat an dan kesehat an.
ii. Unt uk mendapat kan kenyamanan hubungan ant arruang
harus mempert imbangkan:
(1) fungsi ruang, aksesibilit as ruang, dan j umlah pengguna
dan perabot / peralat an di dalam bangunan gedung;
(2) sirkulasi ant arruang horizont al dan vert ikal; dan
(3) persyarat an keselamat an dan kesehat an.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar
baku dan/ at au pedoman t eknis.
2. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang
a.
Persyarat an Kenyamanan Termal Dalam Ruang
i.
Unt uk kenyamanan t ermal dalam ruang di dalam bangunan
gedung harus mempert imbangkan t emperat ur
dan
kelembaban udara.

- 26 -

Unt uk mendapat kan t ingkat t emperat ur dan kenyamanan


t ermal dalam ruang harus memperhat ikan let ak geografis
dan orient asi bangunan, penggunaan bent uk masa yang
menimbulkan shading (bayangan), vent ilasi alami dan
penggunaan bahan bangunan.
iii. Unt uk mendapat kan t ingkat t emperat ur dan kelembaban
udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempert imbangkan:
(1) prinsip-prinsip penghemat an energi dan ramah
lingkungan;
(2) kemudahan pemeliharaan dan perawat an.
iv. Persyarat an kenyamanan t ermal dalam ruang harus
mengikut i:
(1) SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubung bangunan
pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
(2) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sist em t at a udara
pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;
(3) SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada bangunan
gedung, at au edisi t erbaru; dan
(4) SNI 03-6572-2001 Tat a cara perancangan sist em
vent ilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung, at au edisi t erbaru.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar
baku dan/ at au pedoman t eknis.
ii.

3. Persyaratan Kenyamanan Pandangan


a.
Persyarat an Kenyamanan Pandangan (Visual)
i.
Unt uk mendapat kan kenyamanan pandangan (visual) harus
mempert imbangkan kenyamanan pandangan dari dalam
bangunan ke luar dan dari luar ke dalam bangunan.
ii. Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke
luar harus mempert imbangkan:
(1) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, t at a
ruang-dalam dan luar bangunan, dan rancangan
bent uk luar bangunan; dan
(2) pemanfaat an pot ensi ruang luar bangunan gedung dan
penyediaan RTH.
iii. Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam
bangunan harus mempert imbangkan:
(1) rancangan bukaan, t at a ruang-dalam dan ruang-luar
bangunan, dan rancangan bent uk luar bangunan
gedung;
(2) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/ at au yang
akan ada di sekit arnya; dan
(3) pencegahan t erhadap gangguan silau dan pant ulan
sinar.
- 27 -

iv.

v.

Unt uk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan


gedung harus dipenuhi persyarat an t eknis, yait u St andar
kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung.
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

4. Persyaratan Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan


Kebisingan
a. Persyarat an Get aran
i.
Unt uk mendapat kan t ingkat kenyamanan t erhadap
kebisingan dan get aran pada bangunan rusuna bert ingkat
t inggi harus mengikut i st andar t at a cara perencanaan
kenyamanan t erhadap get aran pada bangunan gedung.
ii. Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
b. Persyarat an Kebisingan
i.
Unt uk mendapat kan t ingkat kenyamanan t erhadap
kebisingan pada bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus
mempert imbangkan j enis kegiat an, penggunaan peralat an,
dan/ at au sumber bising lainnya baik yang berada pada
bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.
ii. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus dipenuhi
st andar t at a cara perencanaan kenyamanan t erhadap
kebisingan pada bangunan gedung.
iii. Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
IV.4. PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI
1. Persyaratan Hubungan Ke, Dari, dan di Dalam Bangunan Rusuna
a. Persyarat an Kemudahan Hubungan Horisont al dalam Bangunan
Rusuna Bert ingkat Tinggi
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi
persyarat an kemudahan hubungan horizont al berupa
t ersedianya pint u dan/ at au koridor yang memadai unt uk
t erselenggaranya fungsi bangunan gedung t ersebut .
ii. Jumlah, ukuran, dan j enis pint u, dalam suat u ruangan
dipert imbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang,
dan j umlah pengguna ruang.
iii. Arah bukaan daun pint u dalam suat u ruangan
dipert imbangkan berdasarkan fungsi ruang dan aspek
keselamat an.
iv. Ukuran koridor/ selasar sebagai akses horizont al ant arruang
dipert imbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang,
dan j umlah pengguna, minimal 1.2 m.
- 28 -

b.

c.

d.

e.

Persyarat an Kemudahan Hubungan Vert ikal


i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat
t inggi
harus
menyediakan sarana hubungan vert ikal ant arlant ai yang
memadai unt uk t erselenggaranya fungsi bangunan gedung
t ersebut berupa t ersedianya t angga dan lif.
ii.
Jumlah, ukuran, dan konst ruksi sarana hubungan vert ikal
harus berdasarkan fungsi luas bangunan, dan j umlah
pengguna ruang, sert a keselamat an penghuni bangunan
gedung.
iii.
Jumlah, kapasit as, dan spesifikasi lif sebagai sarana
hubungan vert ikal dalam bangunan rusuna bert ingkat t inggi
harus mampu melakukan pelayanan yang opt imal unt uk
sirkulasi vert ikal pada bangunan, sesuai j umlah pengguna
bangunan gedung.
iv.
Salah sat u lif yang t ersedia harus memenuhi persyarat an lif
kebakaran. Lif kebakaran dapat berupa lif khusus
kebakaran at au lif penumpang biasa at au lif barang yang
dapat diat ur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
darurat dapat digunakan secara khusus oleh pet ugas
kebakaran.
Persyarat an Sarana Evakuasi
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat
t inggi harus
menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang t ermasuk
penyandang cacat dan lansia yang meliput i sist em
peringat an bahaya bagi pengguna, pint u keluar darurat ,
dan j alur evakuasi yang dapat menj amin penghuni
bangunan gedung unt uk melakukan evakuasi dari dalam
bangunan gedung secara aman apabila t erj adi bencana
at au keadaan darurat .
Persyarat an Aksesibilit as Bagi Penyandang Cacat dan Lansia
i.
Set iap bangunan rusuna bert ingkat
t inggi harus
menyediakan fasilit as dan aksesibilit as unt uk menj amin
t erwuj udnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lansia
masuk dan keluar, ke, dan dari bangunan gedung sert a
berakt ivit as dalam bangunan gedung secara mudah, aman,
nyaman dan mandiri.
ii.
Fasilit as dan aksesibilit as meliput i t oilet , t empat parkir,
t elepon umum, j alur pemandu, rambu dan marka, pint u,
ram, t angga, dan lif bagi penyandang cacat dan lansia.
iii.
Penyediaan fasilit as dan aksesibilit as disesuaikan dengan
luas dan ket inggian bangunan gedung.
Persyarat an Kemudahan harus mengikut i:
i.
SNI 03-1735-2000 Tat a cara perencanaan akses bangunan
dan akses lingkungan unt uk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

- 29 -

SNI 03-1746-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan


sarana j alan keluar unt uk penyelamat an t erhadap bahaya
kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan
iii.
SNI 03-6573-2001 Tat a cara perancangan sist em
t ransport asi vert ikal dalam gedung (lif), at au edisi
t erbaru;
Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum
t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan
st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.
ii.

IV.5. CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI


Dengan menggunakan bat asan pengat uran dalam perat uran ini dan
perat uran lain t erkait , t erlampir diberikan cont oh desain rusunawa
bert ingkat t inggi berlant ai 8, 15, dan 20 besert a perhit ungan biaya unt uk
dapat dij adikan acuan.

- 30 -

BAB V KETENTUAN BIAYA BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI


V.1.

UMUM
1. Biaya bangunan rusuna bertingkat tinggi terdiri dari :
a. Biaya produksi yang terdiri atas perencanaan, pengawasan,
perizinan, dan biaya pembangunan fisik yang terdiri atas
pekerjaan arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal.
b. Biaya prasarana dan sarana lingkungan serta biaya
penyambungan utilitas umum
c. Biaya komponen lain seperti PPn, BPHTB, sertifikat/ pertelaan hak
milik sarusun, akad kredit/ provisi, transaksi PPAT, dan lain
sebagainya.
2. Biaya produksi serta biaya prasarana dan sarana rusuna bertingkat
tinggi besarnya dihitung berdasarkan harga yang berlaku disetiap
daerah.
3. Biaya pembangunan rusuna bertingkat tinggi dijadikan sebagai dasar
penetapan harga jual dengan mempertimbangkan daya beli
masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan
rendah.

V.2.

BIAYA PEMBANGUNAN FISIK


1. Komponen biaya pembangunan fisik rusuna bertingkat tinggi terdiri
atas biaya untuk pekerjaan arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal.
2. Biaya pembangunan fisik rusuna bertingkat
tinggi harus
mempertimbangkan pemenuhan persyaratan keandalan bangunan
gedung yang meliputi : persyaratan keselamatan, kesehatan,
kemudahan, dan kenyamanan sesuai ketentuan dalam BAB III dan BAB
IV.

V.3.

BIAYA YANG DAPAT DI OPTIMASI


1. Optimasi biaya pembangunan fisik dapat dilakukan untuk pekerjaan
terkait dengan persyaratan kenyamanan dan persyaratan kemudahan,
namun tidak boleh dilakukan untuk pekerjaan yang terkait dengan
persyaratan keselamatan dan persyaratan kesehatan.
2. Biaya yang dapat dioptimasi untuk pekerjaan yang terkait dengan
persyaratan kenyamanan dan persyaratan kemudahan meliputi :
a.

Luas ruang-ruang bersama, selasar, dan lobi

- 31 -

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
3.

V.4.

Lantai, dinding luar, dan dinding penyekat antar unit sarusun,


dapat menggunakan beton pracetak
Bahan penutup lantai
Plafon/ langit-langit
Dinding partisi
Daun pintu dan jendela
Finishing interior
Sebagian tata udara
Sebagian elevator/ lif
Tata suara
Telepon dan PABX
Saluran televisi

Biaya yang tidak dapat dioptimasi untuk pekerjaan terkait dengan


persyaratan keselamatan dan persyaratan kesehatan meliputi :
a. Pekerjaan struktur baik struktur bawah termasuk pondasi dalam,
besmen, dan struktur atas
b. Instalasi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
c. Instalasi listrik termasuk genset
d. Penangkal petir
e. Pencegahan bahaya rayap, serangga dan jamur
f.
Pekerjaan sistem pencahayaan
g. Pekerjaan sanitasi meliputi : plambing, saluran air hujan, saluran
pembuangan air kotor, dan tempat sampah
h. Fasilitas dan aksesibilitas penyandang cacat

BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DISUBSIDI/ DIBIAYAI OLEH PEMERINTAH


DAN/ ATAU PEMERINTAH DAERAH
1. Untuk masyarakat berpenghasilan menengah bawah biaya yang dapat
disubsidi/ dibiayai oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah
meliputi:
a.
Biaya perizinan
b.
Pajak dan retribusi
c.
Subsidi bunga bank KPR Rusuna
2. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah biaya yang dapat
disubsidi/ dibiayai oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah
meliputi:
a.
Biaya pengadaan dan pematangan tanah

- 32 -

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Biaya perizinan
Pajak dan retribusi
Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal
Biaya penyediaan fasos dan fasum
Biaya prasarana dan sarana lingkungan
Biaya penyambungan utilitas umum
Subsidi bunga bank untuk KPR Rusuna

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Maret 2007
MENTERI PEKERJAAN UMUM,

ttd

DJOKO KIRMANTO

- 33 -

CONTOH DESAIN BANGUNAN


RUSUNA BERTINGKAT TINGGI
SIMETRIK GANDA SEJAJAR

PERHITUNGAN HARGA JUAL RUSUNA SIMETRIK GANDA SEJAJAR T-30


DENGAN PPN DITANGGUNG PEMERINTAH

Jumlah LT/ Jumlah Unit


Luas Lahan (m2)
KDB

No

A.

Biaya produksi

8 Lt / 256 Unit
5000 m2
30%

29,894,956,175

Fee Perencanaan ( Ars, Struktur, M/E dan Soil


Investigation )

698,183,640

Perijinan
a. Perencanaan Tapak
b. Sertifikasi lahan/HGB Induk
c. IMB
d. AMDAL / UKL dan UPL

297,300,000
82,500,000
30,000,000
84,800,000
100,000,000

Biaya Pelaksanaan firik


a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan M/E/P dan kelengkapan bangunan

Biaya Supervisi / MK

28,329,000,000
7,788,000,000
11,250,000,000
9,291,000,000
570,472,535

B
1
2

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN


Biaya lahan
Biaya PSU Lingkungan

5,875,000,000
5,000,000,000
875,000,000

Harga Dasar Rusuna ( A+B)

Harga real cost 1 unit rusun ( A.3 / jumlah unit )


Harga real cost bangunan /m2( A.3 / luas bangunan )

110,660,156
2,502,562

Harga 1 unit rumah susun ( C / jumlah unit )


Harga bangunan /m2 ( C / luas bangunan )

139,726,391
3,159,890

35,769,956,175

PERHITUNGAN HARGA JUAL RUSUNA SIMETRIK GANDA SEJAJAR T-30


DENGAN PPN DITANGGUNG PEMERINTAH

Jumlah Lt / Jumlah Unit


Luas Lahan
KDB

No

A.

BIAYA PRODUKSI

Fee Perencanaan ( Ars, Struktur, M/E dan Soil Investigation )

Perijinan
a. Perencanaan Tapak / Blok Plan
b. Sertifikasi lahan/HGB Induk
c. IMB
d. AMDAL / UKL dan UPL

Biaya Pelaksanaan firik


a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan M/E/P dan kelengkapan bangunan

Biaya Supervisi / MK

15 Lt / 480 Unit
5000 m2
30%

60,317,905,288
1,182,316,632
371,500,000
82,500,000
30,000,000
159,000,000
100,000,000
51,938,000,000
14,365,000,000
22,339,000,000
15,234,000,000
951,088,656

B
1
2

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN


Biaya lahan
Biaya PSU Lingkungan

5,875,000,000
5,000,000,000
875,000,000

Harga Dasar Rusuna ( A+B)

Harga real cost 1 unit rusun ( A.3 / jumlah unit )


Harga real cost bangunan /m2( A.3 / luas bangunan )

108,204,167
2,438,404

Harga 1 unit rumah susun ( C / jumlah unit )


Harga bangunan /m2 ( C / luas bangunan )

137,901,886
3,107,648

66,192,905,288

PERHITUNGAN HARGA JUAL RUSUNA SIMETRIK GANDA SEJAJAR T30


DENGAN PPN DITANGGUNG PEMERINTAH

No

A.

Jumlah LT/ Jumlah Unit


Luas Lahan
KDB

BIAYA PRODUKSI

20 Lt / 640 Unit
5000 m2
30%

74,130,990,032

Fee Perencanaan ( Ars, Struktur, M/E dan Soil Investigation )

1,485,361,040

Perijinan
a. Perencanaan Tapak
b. Sertifikasi lahan/HGB Induk
c. IMB
d. AMDAL / UKL dan UPL

Biaya Pelaksanaan fisik


a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan M/E/P dan kelengkapan bangunan

Biaya Supervisi / MK

1,166,128,992

B
1
2

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN


Biaya lahan Rp. 1.000.000,-/m2
Biaya PSU Lingkungan

5,875,000,000
5,000,000,000
875,000,000

Harga Dasar Rusuna ( A+B )

Harga real cost 1 unit rusun ( A.3 / jumlah unit )


Harga real cost bangunan /m2( A.3 / luas bangunan )

101,837,500
2,291,702

Harga 1 unit rumah susun ( C / jumlah unit )


Harga bangunan /m2 ( C / luas bangunan )

125,009,359
2,813,150

428,500,000
82,500,000
30,000,000
216,000,000
100,000,000
65,176,000,000
17,727,000,000
28,739,000,000
18,710,000,000

80,005,990,032

REKAPITULASI BIAYA PEMBANGUNAN


PROTOTYPE RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI ALTERNATIF SIMETRI GANDA SEJAJAR

No.

A
1
2

Jumlah Lantai/Jumlah Unit


Luas Lahan (m2)
KDB
BIAYA PRODUKSI
Perencanaan, Perijinan, Supervisi
Pembangunan Fisik
a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan ME/P dan Kelengkapan Bangunan

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN

HARGA TOTAL RUSUNA (A+B)


Harga 1 unit Rumah Susun (C/jumlah unit)
Harga 1 unit Rumah Susun jika biaya lahan dan PSU disubsidi (A/jumlah unit)
Harga 1 unit Rumah Susun berdasarkan biaya pembangunan fisik (A2/jumlah unit)
Harga 1 unit Rumah Susun jika biaya perencanaan,perijinan,supervisi & pekerjaan
M/E/P serta biaya lahan & PSU lingkungan disubsidi (2a+2b)/jumlah unit

8 Lt/256 unit
5000 m2
30%

16 Lt/480 unit
5000 m2
30%

20 Lt/640 unit
5000 m2
30%

29,894,956,175
1,565,956,175
28,329,000,000
7,788,000,000
11,250,000,000
9,291,000,000

54,442,905,288
2,504,905,288
51,938,000,000
14,365,000,000
22,339,000,000
15,234,000,000

68,255,990,032
3,079,990,032
65,176,000,000
17,727,000,000
28,739,000,000
18,710,000,000

5,875,000,000

5,875,000,000

5,875,000,000

35,769,956,175

60,317,905,288

74,130,990,032

139,726,391
116,777,173
110,660,156
74,367,188

125,662,303
113,422,719
108,204,167
76,466,667

115,829,672
106,649,984
101,837,500
72,603,125

CONTOH DESAIN BANGUNAN


RUSUNA BERTINGKAT TINGGI
SIMETRIK GANDA SILANG

PERHITUNGAN HARGA JUAL RUSUNA SIMETRIK GANDA SILANG T-30


DENGAN PPN DITANGGUNG PEMERINTAH

No

A.

Jumlah LT/ Jumlah Unit


Luas Lahan (m2)
KDB

Biaya produksi

8 Lt / 280 Unit
5000 m2
30%

40,743,204,668

Fee Perencanaan ( Ars, Struktur, M/E dan


Soil Investigation )

781,686,360

Perijinan
a. Perencanaan Tapak
b. Sertifikasi lahan/HGB Induk
c. IMB
d. AMDAL / UKL dan UPL

308,500,000
82,500,000
30,000,000
96,000,000
100,000,000

Biaya Pelaksanaan fisik


a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan M/E/P dan kelengkapan
bangunan

Biaya Supervisi / MK

B
1
2

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN


Biaya lahan
Biaya PSU Lingkungan

Harga Dasar Rusuna ( A+B)

Harga real cost 1 unit rusun ( A.3 / jumlah


unit )
Harga real cost bangunan /m2( A.3 / luas
bangunan )
Harga 1 unit rumah susun ( C / jumlah unit )
Harga bangunan /m2 ( C / luas bangunan )

33,140,850,000
8,956,200,000
13,500,000,000
10,684,650,000
637,168,308
5,875,000,000
5,000,000,000
875,000,000
46,618,204,668
118,360,179
2,206,301
166,493,588
3,103,535

PERHITUNGAN HARGA JUAL RUSUNA SIMETRIK GANDA SILANG T-30


DENGAN PPN DITANGGUNG PEMERINTAH

Jumlah Lt / Jumlah Unit


Luas Lahan
KDB

No

A.

BIAYA PRODUKSI

15 Lt / 510 Unit
5000 m2
30%

70,641,539,411

Fee Perencanaan ( Ars, Struktur, M/E dan Soil Investigation )

1,382,745,257

Perijinan
a. Perencanaan Tapak
b. Sertifikasi lahan/HGB Induk
c. IMB
d. AMDAL / UKL dan UPL

Biaya Pelaksanaan firik


a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan M/E/P dan kelengkapan bangunan

Biaya Supervisi / MK

1,112,434,154

B
1
2

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN


Biaya lahan
Biaya PSU Lingkungan

5,875,000,000
5,000,000,000
875,000,000

Harga Dasar Rusuna ( A+B)

Harga real cost 1 unit rusun ( A.3 / jumlah unit )


Harga real cost bangunan /m2( A.3 / luas bangunan )

121,341,980
2,317,421

Harga 1 unit rumah susun ( C / jumlah unit )


Harga bangunan /m2 ( C / luas bangunan )

150,032,430
2,865,359

386,950,000
82,500,000
30,000,000
174,450,000
100,000,000
61,884,410,000
16,807,050,000
27,253,580,000
17,823,780,000

76,516,539,411

PERHITUNGAN HARGA JUAL RUSUNA SIMETRIK GANDA SILANG T30


DENGAN PPN DITANGGUNG PEMERINTAH

No

A.

Jumlah Lt. Hunian / Jumlah Unit


Luas Lahan
KDB

BIAYA PRODUKSI

20 Lt / 680 Unit
5000 m2
30%

87,100,247,904

Fee Perencanaan ( Ars, Struktur, M/E dan Soil Investigation )

1,690,286,080

Perijinan
a. Perencanaan Tapak
b. Sertifikasi lahan/HGB Induk
c. IMB
d. AMDAL / UKL dan UPL

Biaya Pelaksanaan fisik


a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan M/E/P dan kelengkapan bangunan

Biaya Supervisi / MK

1,357,449,825

B
1
2

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN


Biaya lahan Rp. 1.000.000,-/m2
Biaya PSU Lingkungan

5,875,000,000
5,000,000,000
875,000,000

Harga Dasar Rusuna ( A+B )

Harga real cost 1 unit rusun ( A.3 / jumlah unit )


Harga real cost bangunan /m2( A.3 / luas bangunan )

114,254,221
2,216,693

Harga 1 unit rumah susun ( C / jumlah unit )


Harga bangunan /m2 ( C / luas bangunan )

136,728,306
2,652,722

484,642,000
82,500,000
30,000,000
272,142,000
100,000,000
77,692,870,000
20,740,590,000
35,061,580,000
21,890,700,000

92,975,247,904

REKAPITULASI BIAYA PEMBANGUNAN


PROTOTYPE RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI ALTERNATIF SIMETRI GANDA SILANG

No.

A
1
2

Jumlah Lantai/Jumlah Unit


Luas Lahan (m2)
KDB
BIAYA PRODUKSI
Perencanaan, Perijinan, Supervisi
Pembangunan Fisik
a. Pekerjaan Arsitektur
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan ME/P dan Kelengkapan Bangunan

BIAYA LAHAN & PSU LINGKUNGAN

HARGA TOTAL RUSUNA (A+B)


Harga 1 unit Rumah Susun (C/jumlah unit)
Harga 1 unit Rumah Susun jika biaya lahan dan PSU disubsidi (A/jumlah unit)
Harga 1 unit Rumah Susun berdasarkan biaya pembangunan fisik (A2/jumlah unit)
Harga 1 unit Rumah Susun jika biaya perencanaan,perijinan,supervisi & pekerjaan
M/E/P serta biaya lahan & PSU lingkungan disubsidi (2a+2b)/jumlah unit

8 Lt/280 unit
5000 m2
30%

16 Lt/510 unit
5000 m2
30%

20 Lt/680 unit
5000 m2
30%

34,868,204,668
1,727,354,668
33,140,850,000
8,956,200,000
13,500,000,000
10,684,650,000

64,766,539,411
2,882,129,411
61,884,410,000
16,807,050,000
27,253,580,000
17,823,780,000

81,225,247,904
3,532,377,904
77,692,870,000
20,740,590,000
35,061,580,000
21,890,700,000

5,875,000,000

5,875,000,000

5,875,000,000

40,743,204,668

70,641,539,411

87,100,247,904

145,511,445
124,529,302
118,360,179
80,200,714

138,512,822
126,993,215
121,341,980
86,393,392

128,088,600
119,448,894
114,254,221
82,062,015

Anda mungkin juga menyukai