Jawaban
1. Kabinet Djuanda, disebut juga Kabinet Karya, memerintah pada periode 9 April 1957 hingga 10 Juli 1959.
Kabinet ini merupakan salah satu kabinet zaken. Kabinet Djuanda dibentuk dengan Keputusan Presiden RI
Nomor 108 Tahun 1957. Kabinet ini demisioner sejak tanggal 6 Juli 1959 berdasarkan Keputusan Presiden
Kabinet Djoeanda I adalah kabinet extra-parlementer" yang berkuasa pada akhir masa sistem Demokrasi Parlementer berlaku di
Indonesia. Pada sistem demokrasi parlementer, setelah kabinet jatuh karena kalah suara di Parlemen, maka kabinet jadi
demisioner. Kemudian Presiden menunjuk salah seorang tokoh partai besar di parlemen untuk menjadi "Formatur" menbentuk
susunan kabinet baru. Karena tidak ada partai yang menguasai parlemen (50 % + 1), maka si formatur melobby partai-partai ;lain
untuk berkoalisi dan memberikan nama-nama calon menteri mereka. Setelah formasi kabinetnya lengkap, si Formatur melapor ke
Presiden dan setelah itu Presiden melantik kabinet baru dengan si Formatur menjadi Perdana Menteri Baru.
Terbentuknya Kabinet Djoeanda sama sekali tidak mengikuti prosedur sistem demokrasi parlementer di atas. Mungkin karena
sudah muak dengan gampangnya jatuh -bangun kabinet sistem demokrasi parlementer, setelah jatuhnya Kabinet Ali-Roem-Idham;
Presiden Soekarno tidak menunjuk seorang formatur dari Parlemen. Sebagai Presiden Indonesia, dia menunjuk seorang warga-
negara yang bernama Ir. Soekarno menjadi formatur kabinet alias tidak menunjuk anggota DPR sebagaimana lazimnya pada
sistem demokrasi parlementer atau tindakan Soekarno demikian itu. adalah "extra-parlementer". Jadi tidak ada koalisi-koalisian,
Presiden Soekarno menunjuk anggota-anggota kabinet Djoeanda yang terutama berasal dari partai-partai PNI, NU, Parkindo,
Partindo dan lain-lain tanpa melobby pimpinan partai-partai terkait. Selain itu banyak sekali orang-orang non-partai, seperti
Djoeanda Kartawidajaja, Soebandrio, Prijono, Muhammad Yamin dll. yang ditunjuk duduk dalam kabinet. Karena pembentuk
kabinet adalah Soekarno sendiri, jadi secara langsung Soekarno-lah Perdana Menterinya dan sebenarnya dalam kesehariannya
Perdana Menteri adalah Djoeanda maka Presiden menamakan jabatan tsb. "Menteri Utama
Partai-partai Masyumi, PSI dll. menentang kabinet ini, walaupun ada juga simpatisan / anggotanya dalam kabinet, seperti Ir.
Pangeran Muhammad Noor (Menteri PU) yang mengatakan bahwa dia di kabinet tidak sebagai orang Masyumi tapi orang
Muhammadiyah)2.
2. kabinet sukiman, Indonesia pernah menganut sistem Demokrasi Liberal pada tahun 1950-1959. Sistem yang disebut dengan sistem kabinet
parlementer ini memiliki landasan UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia tahun 1950).
Dalam sistem kabinet parlementer, para kabinet atau para menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Pemerintahan pada masa Demokrasi
Parlementer dijalankan oleh tujuh kabinet dengan masa jabatan berbeda. Ketujuh kabinet itu adalah Kabinet Natsir dengan masa jabatan antara 6
September 1950 ± 18 April 1951, Kabinet Sukiman dengan masa jabatan antara 26 April 1951 ± 26 April 1952, Kabinet Wilopo dengan masa
jabatan antara 19 Maret 1952 ± 2 Juni 1953, Kabinet Ali Sastroamidjojo I dengan masa jabatan antara 31 Juli 1953 ± 24 Juli 1955, Kabinet
Burhanuddin Harahap dengan masa jabatan antara 12 Agustus 1955 ± 3 Maret 1956, Kabinet Ali Sastroamidjojo II dengan masa jabatan antara
24 Maret 1956 ± 14 Maret 1957, dan Kabinet Djuanda (Kabinet Karya) dengan masa jabatan antara 9 April 1957 ± 10 Juli 1959.
3. kabinet Burhanuddin Harahap, Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan kabinet koalisi yang terdiri dari beberapa partai dan
hampir merupakan kabinet Nasional, karena jumlah partai yang tergabung dalam koalisi kabinet ini semua berjumlah 13 partai.
Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi walaupun terdapat banyak partai dalam kabinet ini, tetapi seakan-akan hanya
menjadi pelengkap saja. Selain itu, ada pihak yang menyebut kabinet ini sebagai kabinet Masyumi karena Masyum yang
mendominasi kabinet ini. PNI tidak duduk kabinet ini, tetapi PNI bersama-sama PIR Wongsonegoro, SKI, PKI dan Progresif
bertindak sebagai oposisi. Seakan-akan kabinet ini sebagai ganti kabinet Ali-Wongso-Arifin, karena pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo I sebagai partai yang besar Masyumi untuk pertama kali tidak duduk dalam kabinet tersebut dan bertindak sebagai
oposisi. Kabinet ini bertugas pada tanggal 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956. Pada tanggal 1 Maret 1956, Perdana Menteri
Burhanuddin Harahap selaku formatur kabinet menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno sehingga kabinet ini resmi
dinyatakan demisioner.
Program Kabinet
Mengembalikan kewibawaan (gezag) moril Pemerintah i.c. kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada Pemerintah.
Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyelenggarakan terbentuknya Parlemen
yang baru.
Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
Memberantas korupsi.
Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Memperkembangkan politik kerja sama Asia-Afrika, berdasarkan politik bebas dan aktif menuju perdamaian.
4. Kabinet Wilopo adalah kabinet ketiga setelah pembubaran negara Republik Indonesia Serikat yang
bertugas pada masa bakti 3 April 1952 hingga 30 Juli 1953. Kabinet Wilopo didemisionerkan berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1953 tertanggal 3 Juni 1953.Kabinet ini termasuk kabinet
zaken yang artinya kabinet yang jajarannya diisi oleh para tokoh ahli di dalam bidangnya dan bukan
merupakan representatif dari partai politik tertentu.
Program Kerja
Organisasi Negara
1. Menyiapkan pelaksanaan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan dewan-dewan daerah
2. Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
3. Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat
Kemakmuran
Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan meningkatkan produksi nasional, termasuk bahan makanan rakyat, Melanjutkan
usaha perubahan agraria
Keamanan
Menjalankan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara hukum dan
menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara serta mengembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman
Perburuhan
Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajat kaum buruh guna menjamin proses
perekonomian nasional
Pendidikan
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran
Luar Negeri
1. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan aktivitas yang sesuai dengan kewajiban bangsa
2. Indonesia dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan sesuai dengan kepentingan nasional menuju
perdamaian dunia
3. Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya berdasarkan asas unie-
statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa, mempercepat peninjauan kembali
persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar, serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya
merugikan rakyat dan negara
4. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I, diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 18-25 April
1955. Konferensi ini dihadiri 29 negara Asia dan Afrika yang kemudian membawa pengaruh penting bagi terbentuknya solidaritas
dan perjuangan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia-Afrika. Pemilihan umum pertama yang diselenggarakan pada 1955 juga
merupakan rancangan kabinet ini, tetapi pelaksanaannya kemudian dilanjutkan oleh kabinet berikutnya.