Anda di halaman 1dari 3

Tugas Individu

Penilaian Pengetahuan (KI 3)

Nama : Raihany Nazwa


No Absen/Kelas : 27/ 12 Mipa 4

Jawab pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan tepat!


1. Jelaskan Kabinet Djuanda tentang pemimpin, masa pemerintahan, koalisi partai, program, hasil,
kendala/masalah yang dihadapi, faktor penyebab jatuhnya ?
2. Jelaskan Kabinet Sukiman tentang pemimpin, masa pemerintahan, koalisi partai, program, hasil,
kendala/masalah yang dihadapi, faktor penyebab jatuhnya ?
3. Jelaskan Kabinet Burhanuddin Harahap tentang pemimpin, masa pemerintahan, koalisi partai,
program, hasil, kendala/masalah yang dihadapi, faktor penyebab jatuhnya ?
4. Jelaskan Kabinet Wilopo tentang pemimpin, masa pemerintahan, koalisi partai, program, hasil,
kendala/masalah yang dihadapi, faktor penyebab jatuhnya ?
5. Jelaskan Kabinet Ali Sastro Amijoyo tentang pemimpin, masa pemerintahan, koalisi partai, program,
hasil, kendala/masalah yang dihadapi, faktor penyebab jatuhnya ?

Jawaban
1. Kabinet Djuanda, disebut juga Kabinet Karya, memerintah pada periode 9 April 1957 hingga 10 Juli 1959.
Kabinet ini merupakan salah satu kabinet zaken. Kabinet Djuanda dibentuk dengan Keputusan Presiden RI
Nomor 108 Tahun 1957. Kabinet ini demisioner sejak tanggal 6 Juli 1959 berdasarkan Keputusan Presiden

Kabinet Djoeanda I adalah kabinet extra-parlementer" yang berkuasa pada akhir masa sistem Demokrasi Parlementer berlaku di
Indonesia. Pada sistem demokrasi parlementer, setelah kabinet jatuh karena kalah suara di Parlemen, maka kabinet jadi
demisioner. Kemudian Presiden menunjuk salah seorang tokoh partai besar di parlemen untuk menjadi "Formatur" menbentuk
susunan kabinet baru. Karena tidak ada partai yang menguasai parlemen (50 % + 1), maka si formatur melobby partai-partai ;lain
untuk berkoalisi dan memberikan nama-nama calon menteri mereka. Setelah formasi kabinetnya lengkap, si Formatur melapor ke
Presiden dan setelah itu Presiden melantik kabinet baru dengan si Formatur menjadi Perdana Menteri Baru.

Terbentuknya Kabinet Djoeanda sama sekali tidak mengikuti prosedur sistem demokrasi parlementer di atas. Mungkin karena
sudah muak dengan gampangnya jatuh -bangun kabinet sistem demokrasi parlementer, setelah jatuhnya Kabinet Ali-Roem-Idham;
Presiden Soekarno tidak menunjuk seorang formatur dari Parlemen. Sebagai Presiden Indonesia, dia menunjuk seorang warga-
negara yang bernama Ir. Soekarno menjadi formatur kabinet alias tidak menunjuk anggota DPR sebagaimana lazimnya pada
sistem demokrasi parlementer atau tindakan Soekarno demikian itu. adalah "extra-parlementer". Jadi tidak ada koalisi-koalisian,
Presiden Soekarno menunjuk anggota-anggota kabinet Djoeanda yang terutama berasal dari partai-partai PNI, NU, Parkindo,
Partindo dan lain-lain tanpa melobby pimpinan partai-partai terkait. Selain itu banyak sekali orang-orang non-partai, seperti
Djoeanda Kartawidajaja, Soebandrio, Prijono, Muhammad Yamin dll. yang ditunjuk duduk dalam kabinet. Karena pembentuk
kabinet adalah Soekarno sendiri, jadi secara langsung Soekarno-lah Perdana Menterinya dan sebenarnya dalam kesehariannya
Perdana Menteri adalah Djoeanda maka Presiden menamakan jabatan tsb. "Menteri Utama
Partai-partai Masyumi, PSI dll. menentang kabinet ini, walaupun ada juga simpatisan / anggotanya dalam kabinet, seperti Ir.
Pangeran Muhammad Noor (Menteri PU) yang mengatakan bahwa dia di kabinet tidak sebagai orang Masyumi tapi orang
Muhammadiyah)2.

2. kabinet sukiman, Indonesia pernah menganut sistem Demokrasi Liberal pada tahun 1950-1959. Sistem yang disebut dengan sistem kabinet
parlementer ini memiliki landasan UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia tahun 1950).

Dalam sistem kabinet parlementer, para kabinet atau para menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Pemerintahan pada masa Demokrasi
Parlementer dijalankan oleh tujuh kabinet dengan masa jabatan berbeda. Ketujuh kabinet itu adalah Kabinet Natsir dengan masa jabatan antara 6
September 1950 ± 18 April 1951, Kabinet Sukiman dengan masa jabatan antara 26 April 1951 ± 26 April 1952, Kabinet Wilopo dengan masa
jabatan antara 19 Maret 1952 ± 2 Juni 1953, Kabinet Ali Sastroamidjojo I dengan masa jabatan antara 31 Juli 1953 ± 24 Juli 1955, Kabinet
Burhanuddin Harahap dengan masa jabatan antara 12 Agustus 1955 ± 3 Maret 1956, Kabinet Ali Sastroamidjojo II dengan masa jabatan antara
24 Maret 1956 ± 14 Maret 1957, dan Kabinet Djuanda (Kabinet Karya) dengan masa jabatan antara 9 April 1957 ± 10 Juli 1959.

Penyebab Jatuhnya Kabinet Natsir (1950-1951) Sebelum Digantikan Kabinet Sukiman


Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh Masyumi. PNI sebagai partai kedua terbesar lebih memilih kedudukan sebagai
oposisi.
Penyebab jatuhnya kabinet pertama yaitu kabinet Natsir diduga karena munculnya mosi tidak percaya terhadap Kabinet Natsir. Hal itu dilatari
oleh terjadinya pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Masalah dalam keamanan negeri, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan Gerakan RMS. Perundingan-perundingan
masalah Irian Barat juga mulai dirintis, namun mengalami jalan buntu.
Mosi itu disampaikan kepada parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan memperoleh kemenangan, sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Perdana
Menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Program Kerja Kabinet Sukiman
Setelah Kabinet Natsir runtuh, kemudian digantikan dengan kabinet Sukiman. Kabinet Sukiman terdiri dari koalisi Masyumi dengan PNI
dan sejumlah partai kecil. Kabinet koalisi itu dipimpin oleh Sukiman dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kabinet Sukiman.
Program kerja Kabinet Sukiman hampir sama dengan kabinet sebelumnya yaitu sebagai berikut:
1. Keamanan : menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan
ketentraman.
2. Sosial-Ekonomi : mengusahakan kemakmuran rakyat secepatnya dan memperbarui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani serta mempercepat usaha penempatan bekas pejuang di lapangan usaha.
3. Mempercepat pelaksanaan pemilu dan terlaksananya otonomi daerah
4. Menyiapkan undang-undang tentang :
a. Pengakuan serikat buruh
b. Perjanjian kerja sama
c. Penetapan upah minimum
d. Penyelesaian pertikaian buruh
5. Politik luar negeri: menjalankan secara bebas dan aktif serta memasukkan Irian Barat ke wilayah RI secepatnya.

Penyebab Jatuhnya Kabinet Sukiman (1951-1952)


Tak bertahan lama pula, setahun setelahnya Kabinet Sukiman juga mengalami kejatuhan. Penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman yaitu karena
ketidakstabilan karena mengalami masalah-masalah seperti krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap
lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Kabinet Sukiman juga memiliki program perebutan kembali Irian Barat dari tangan Belanda, meskipun belum juga membawa hasil. Selain itu
hubungan Kabinet Sukiman dan militer tidak baik yang terlihat kala pemerintah menghadapi pemberontakan yang terjadi di Jawa Barat, Jawa
tengah, dan Sulawesi Selatan yang kurang tegas.
Posisi Kabinet Sukiman semakin di ujung tanduk ketika terjadinya pertukaran nota antara Menteri Luar Negeri Subardjo dengan Duta Besar
Amerika Serikat Merle Cochran mengenai bantuan ekonomi dan militer berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) atau Undang-undang
Kerja Sama Keamanan.
Kerja sama tersebut dinilai sangat merugikan politik luar negeri bebas-aktif yang dianut Indonesia, karena Indonesia harus lebih memerhatikan
kepentingan Amerika Serikat.
Tak hanya itu, Kabinet Sukiman dituduh telah memasukkan Indonesia ke dalam Blok Barat melansir dari Jurnal Online Fakultas Keguruan dan
Pendidikan Universitas Riau.

3. kabinet Burhanuddin Harahap, Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan kabinet koalisi yang terdiri dari beberapa partai dan
hampir merupakan kabinet Nasional, karena jumlah partai yang tergabung dalam koalisi kabinet ini semua berjumlah 13 partai.

Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi walaupun terdapat banyak partai dalam kabinet ini, tetapi seakan-akan hanya
menjadi pelengkap saja. Selain itu, ada pihak yang menyebut kabinet ini sebagai kabinet Masyumi karena Masyum yang
mendominasi kabinet ini. PNI tidak duduk kabinet ini, tetapi PNI bersama-sama PIR Wongsonegoro, SKI, PKI dan Progresif
bertindak sebagai oposisi. Seakan-akan kabinet ini sebagai ganti kabinet Ali-Wongso-Arifin, karena pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo I sebagai partai yang besar Masyumi untuk pertama kali tidak duduk dalam kabinet tersebut dan bertindak sebagai
oposisi. Kabinet ini bertugas pada tanggal 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956. Pada tanggal 1 Maret 1956, Perdana Menteri
Burhanuddin Harahap selaku formatur kabinet menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno sehingga kabinet ini resmi
dinyatakan demisioner.

Program Kabinet
 Mengembalikan kewibawaan (gezag) moril Pemerintah i.c. kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada Pemerintah.
 Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyelenggarakan terbentuknya Parlemen
yang baru.
 Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
 Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
 Memberantas korupsi.
 Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
 Memperkembangkan politik kerja sama Asia-Afrika, berdasarkan politik bebas dan aktif menuju perdamaian.

Penyebab Jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap


Kabinet Burhanuddin Harahap memerintah hanya selama 5 – 6 bulan saja, tetapi banyak mendapatkan keberhasilan dan
kesuksesan sebagaimana kami tuturkan di atas. Sebenarnya kabinet ini di dalam menjalankan pemerintahan kompak dan utuh,
tidak ada pertentangan dan keretakan dalam tubuh kabinet.
Begitu juga tidak ada pertentangan antar partai yang ikut dalam koalisi kabinet ini, tidak seperti kabinet-kabinet sebelumnya.
Sebaliknya kelompok oposisi seperti : PNI dan sebagainya tidak terlalu berusaha menjatuhkan kabinet. Sebenarnya kabinet ini
masih berjalan baik. Cuma Presiden kurang merestui kabinet ini, karena yang menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai formatir
kabinet adalah drs. Muh. Hatta.
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00
siang Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru
berdasarkan hasil pemilihan umum.
Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen. Tetapi
secara Ethika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil
melaksanakan Pemilu baik untuk anggota DPR maupun konstituante.
Jadi kabinet ini jatuh tidak dikarenakan keretakan di dalam tubuh kabinet, juga bukan karena dijatuhkan oleh kelompok oposisi
yang mencetuskan mosi tidak percaya dari parlemen, tetapi merasa tugasnya sudah selesai.
Kabinet terus bekerja sebagai Kabinet Domissioner selama 20 hari yaitu sampai terbentuknya kabinet baru yakni Kabinet Ali –
Rum – Idham yang dilantik tanggal 24 Maret 1956 dan serah terima dengan Kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret
1956. Setelah itu Eks Perdana Menteri ataupun Menteri lagi sampai kini dalam kabinet mana pun juga dan dimana pun juga.

4. Kabinet Wilopo adalah kabinet ketiga setelah pembubaran negara Republik Indonesia Serikat yang
bertugas pada masa bakti 3 April 1952 hingga 30 Juli 1953. Kabinet Wilopo didemisionerkan berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1953 tertanggal 3 Juni 1953.Kabinet ini termasuk kabinet
zaken yang artinya kabinet yang jajarannya diisi oleh para tokoh ahli di dalam bidangnya dan bukan
merupakan representatif dari partai politik tertentu.

Program Kerja
Organisasi Negara
1. Menyiapkan pelaksanaan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan dewan-dewan daerah
2. Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
3. Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat
Kemakmuran
Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan meningkatkan produksi nasional, termasuk bahan makanan rakyat, Melanjutkan
usaha perubahan agraria
Keamanan
Menjalankan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijaksanaan sebagai negara hukum dan
menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara serta mengembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman
Perburuhan
Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajat kaum buruh guna menjamin proses
perekonomian nasional
Pendidikan
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran
Luar Negeri
1. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan aktivitas yang sesuai dengan kewajiban bangsa
2. Indonesia dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan sesuai dengan kepentingan nasional menuju
perdamaian dunia
3. Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya berdasarkan asas unie-
statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa, mempercepat peninjauan kembali
persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar, serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya
merugikan rakyat dan negara
4. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya

5. Kabinet Ali Sastro Amijoyo,


Program kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang disebut juga Ali-Wongsonegoro:
 Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
 Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta melaksanakan pemilihan umum
 Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
 Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
 Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB
 Penyelesaian pertikaian politik
Pada masa kabinet Ali-Wongsonegoro, gangguan keamanan makin meningkat, antara lain munculnya pemberontakan
DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh Aceh, dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Meskipun dihinggapi berbagai kesulitan,
kabinet Ali-Wongsonegoro berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, kabinet Ali-Wongsonegoro ikut
terangkat namanya. Selain berhasil menyelenggarakan Konfereni Asia Afrika, pada masa ini juga terjadi persiapan pemilu untuk
memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955. Kabinet Ali-Wongsonegoro akhirnya jatuh pada
bulan Juli 1955 dalam usia 2 tahun (usia terpanjang). Penyebab jatuhnya kabinet Ali-Wongsonegoro adalah perselisihan pendapat
antara TNI-AD dan pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD.

Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I, diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 18-25 April
1955. Konferensi ini dihadiri 29 negara Asia dan Afrika yang kemudian membawa pengaruh penting bagi terbentuknya solidaritas
dan perjuangan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia-Afrika. Pemilihan umum pertama yang diselenggarakan pada 1955 juga
merupakan rancangan kabinet ini, tetapi pelaksanaannya kemudian dilanjutkan oleh kabinet berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai