Anda di halaman 1dari 9

KABINET BURHANUDDIN HARAHAP

Kristin Wulandari, Sudifno Agung .W, Winjar Kurnia Aji, Zayyin Thoyyibatul
Muniroh.

Kabinet Ali Wongso digantikan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada


tanggal 12 Agustus 1955. Kabinet ini adalah Kabinet koalisi dengan Masyumi
sebagai intinya, sedang partai Nasional Indonesia (PNI) menjadi partai oposisi.
Salah satu program Kabinet Burhanuddin Harahap adalah mengembalikan
kewibawaan (gezag) moral pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat terhadap pemerintah.
Selain itu, oleh A.B. Lapian dkk, kabinet ini juga mencantumkan dalam
programnya pelaksanaan pemilihan umum, desentralisasi, masalah inflasi,
pemberantasan korupsi, Perjuangan Irian Barat dan politik kerja sama Asia Afrika berdasarkan politik bebas aktif. Kabinet ini terkenal dalam Sejarah
Tatanegara karena pada masa kabinet inilah berhasil melaksanakan Pemilihan

Umum yang pertama kali sejak Indonesia Merdeka, untuk memilih anggotaanggota DPR (29 September 1955) dan memilih anggota konstituante tanggal
15 Desember 1955 (UU Nomor 7 tanggal 7 April 1955). Kabinet ini juga yang
mengembalikan manfaatnya setelah Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilu
terbentuk pada bulan Maret 1956.
Kabinet Burhanuddin Harahap domissioner pada tanggal 1 Maret 1956
seiring dengan diumumkannya hasil pemilihan umum pertama di . Kabinet ini
merupakan

kabinet

terakhir

yang

pembentukannya

didasarkan

atas

perimbangan kekuatan parlemen sementara. Setelah itu di mulai kembali


kabinet baru yang dibentuk berdasarkan atas perimbangan kekuatan dalam
parlemen hasil pemilu. Yaitu Kabinet Ali Rum Idham kabinet baru yang
dilantik tanggal 24 Maret 1956 dan serah terima dengan kabinet Burhanuddin
Harahap tanggal 26 Maret 1956.

A. Sejarah Terbentuknya Kabinet Burhanuddin Harahap


Kabinet Ali Arifin jatuh akibat dari pengangkatan Kolonel Bambang
Utoyo yang diangkat sebagai KSAD menggantikan Jenderal Bambang Sugeng
dengan pangkat Jenderal Mayor, yang diboikot Kolonel Zulkifli Lubis wakil KSAD
yang merasa lebih berhak menduduki KSAD tersebut dari Bambang Utoyo yang
juga invalid. Kejadian ini tanggal 27 Juni 1955 yang berakibat pelantikan
Bambang utoyo gagal, Kolonel Zulkifli Lubis diskorsing sementara, tetapi
akhirnya dicabut kembali.
Kejadian membuat wibawa pemerintah dalam hal ini Kabinet Ali Arifin
jatuh terutama terhadap Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat.
Akhirnya kabinet ini menyerahkan mandatnya kembali kepada presiden pada
tanggal 24 Juli 1955. Sebagai gantinya Wakil Presiden Dr. Muh. Hatta menunjuk
Mr. Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet. Kejadian ini baru pertama
kali di , formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat dari
kepergian Soekarno naik Haji ke Mekkah. Kabinet ini terbentuk pada tanggal 11
Agustus 1955, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 141 Tahun 1955
tertanggal 11 Agustus 1955 dan mulai bekerja setelah dilantik tanggal 12
Agustus 1955.

Kabinet Burhanuddin Harahap adalah merupakan kabinet koalisi yang


terdiri atas beberapa partai, bahkan hamper merupakan Kabinet Nasional,
sebab jumlah partai yang tergabung dalam koalisi kabinet ini berjumlah 13
partai. Tetapi karena masih ada beberapa partai yang sebagai oposisi tidak
duduk dalam kabinet seperti PNI dan beberapa partai lainnya, maka kabinet ini
termasuk kabinet koalisi.
Jumlah Menteri seluruhnya termasuk Perdana Menteri, Wakil Perdana
Menteri, Menteri Departemental, Menteri Muda, dan Menteri Negara semuanya
23 orang. Menurut partainya para Menteri itu sebagai berikut:
a. Masyumi (4 menteri)
b. PIR Hazairin (2 Menteri)
c. PSII (2 Menteri)
d. Demokrat (1 Menteri)
e. NU (2 Menteri)
f. PSI (2 Menteri)
g. PKRI (1 Menteri)
h. Partai Buruh (2 Menteri)
i. PRN (2 Menteri)
j. Parindra (2 Menteri)
k. Parkindo (1 Menteri)
l. PRI (1 Menteri)
m. Non Partai (1 Menteri)
Kabinet ini didominir oleh Partai Masyumi, walaupun terdapat banyak
partai lain tersangkut di dalamnya, tetapi seakan-akan hanya pelengkap saja.
Sehingga sementara pihak ada yang menyebut kabinet sebagai Kabinet
Masyumi karena Masyumi yang paling banyak mawarnai kabinet ini. Dalam
kabinet ini PNI tidak duduk didalamnya dan otomatis bertindak sebagai partai
oposisi, begitu juga PKI yang menjadi musuh Masyumi tidak duduk dalam
kabinet. Seakan-akan kabinet sebagai ganti Kabinet Ali-Wongso-Arifin di mana
Masyumi tidak ikut dan sebagai oposisi.
Komposisi Menteri-menteri dalam kabinet ini adalah sebagai berikut:

1. Perdana Menteri : Mr. Burhanuddin Harahap


2. Wakil Perdana Menteri I : R. Janu Permadi
3. Wakil Perdana Menteri II : Harsono Cokroaminoto
4. Menteri Luar Negeri : Mr. Anak Agung Gede Agung
5. Menteri Dalam Negeri : Mr. R. Sunaryo
6. Menteri Pertahanan : Mr. Burhaniddin Harahap
7. Menteri Keuangan : Prof. Dr. Sumirto Joyohadikusumo
8. Menteri Perekonomian : I.J. Kasimo
9. Menteri Pertanian : Muhammad Sarjan
10. Menteri Perhubungan : F. Laoh
11. Menteri Muda Perhubungan : Asroruddin
12. Menteri Agraria : Mr. Gunawan
13. Menteri Pekerj. Umum & Tenaga : R. Panji Suroso
14. Menteri Kehakiman : Mr. Lukman Wariadinata
15. Menteri Perburuhan : Iskandar Tejakusuma
16. Menteri Sosial : Sudibyo
17. Menteri Agama : K. H. Muhammad Ilyas
18. Menteri PP & K : Prof. Ir. Suwandi
19. Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena
20. Menteri Penerangan : Syamsuddin Sutan Makmur
21. Menteri Negara : Abdul Halim
22. Menteri Negara : Sutomo/ Bung Tomo
23. Menteri Negara : Drs. Comala Ajaib Nur
Hampir semua Menteri dalam kabinet ini adalah wajah baru, Cuma beberapa
orang saja yang sudah duduk dalam Kabinet Ali I mereka di antaranya:
a. Mr. Sunaryo yang menjadi Menteri Dalam Negeri Kabinet Ali-Arifin
sesudah Mr. Hazaairin mundur sebagai menteri dalam Negeri sejak 17
November 1954.
b. R.P. Suroso sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Ali I sekarang sebagai
Menteri Pekerja Umum dan Tenaga.
c. Sudibyo dulu pernah duduk dalam Kabinet Ali I sebagai Menteri Urusan
Kesejarahan Rakyat, tetapi ia mengundurkan diri bersama teman

separtainya (PSII) yaitu Abikusno Cokrosuyoso sejak 14 September 1953,


sekarang sebagai Menteri Sosial.

B. Program Kabinet Burhanuddin Harahap


Kabinet Burhanuddin Harahap ini mempunyai Program Kabinet yaitu:
1. Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah Cq kepercayaan
Angkatan Darat dan Masyarakat kepada Pemerintah.
2. Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah diitetapkan
dan menyegerakan terbentuknya parlemen baru.
3. Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya
dalam tahun 1955 ini juga.
4. Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
5. Memberantas korupsi.
6. Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam Wilayah
Republik .
7. Memperkembangkan politik kerja sama Afrika berdasarkan politik bebas
dan aktif menuju perdamaian.
Program tersebut diatas cukup praktis dan tidak terlalu banyak.
Diantaranya program kabinet ini ada yang dapat dilaksanakan, tapi juga
ada yang belum dapat terlaksana. Memang kita menyadari sekali bahwa
kabinet ini tidak berumur panjang, hanya sekitar 6,5 bulan saja. Program
yang belum terlaksana adalah Pengembalian Irian Barat ke dalam Wilayah
Negara . Usaha ini baru berhasil pada masa pemerintahan Kabinet Kerja III
yaitu pada tanggal 1 Mei 1963.
Program Kabinet yang berhasil dengan baik adalah
1. Mengadakan perbaikan ekonomi, termasuk di dalamnya keberhasilan
pengendalian harga, menjaga agar jangan terjadi inflasi dan sebagainya.
Dalam masalah ekonomi kabinet ini berhasil cukup baik. Dapat dikatakan
kehidupan rakyat semasa kabinet cukup makmur, harga barang tidak
melonjak naik akibat inflasi.
2. Berhasil ,menyelenggarakan pemilihan umum untuk anggota-anggota
DPR.

3. Berhasil mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan Darat


Pemilihan umum di yang pertama di selenggarakan pada tanggal 29
September 1955. Satu setengah bulan setelah terbentuknya kabinet ini.
Sebagai ketua Lembaga Pemilihan Umum adalah Menteri Dalam Negeri
waktu itu yaitu: Mr. Sunaryo yang berasaskan langsung, umum. Bebas, dan
rahasia alias LUBER.
Yang paling menarik dari pemilihan umum saat itu, semua kontestan
ikut duduk dalam kepanitian Pemilu, mulai tingkat pusat sampai ke PPD, PPS
bahkan sampai ke KPPS. Biasa dikatakan yang menjadi panitia Pemilihan
Umum waktu itu adalah Pemerintah bersama Parpol. Sehingga karena
Parpol yang menjadi kontestan pemilu, terjun juga dalam kepanitiaan, maka
keadilan dan keberhasilan jalannya pemilu lebih terjamin sesuai dengan
asas langsung, umum, bebas, dan rahasia. Sehingga kepanitiaan yang
mana kontestan ikut terlibat di dalamnya lebih baik. Sebab apabila seorang
anggota panitia mau melakukan kecurangan takut dan segan kepada
panitia lain yang dari partai lain. Maka ia akan jaga diri Partainya
(Bibit.1985:168).
Hasil dari pemilihan umum tanggal 29 September 1955 adalah:
1. PNI : 57 kursi 15. Partai Buruh : 2 kursi
2. Masyumi : 57 kursi 16. PRI : 2 kursi
3. Partai NU : 45 kursi 17. PRIM : 2 kursi
4. PKI : 39 kursi 18. AKUI : 1 kursi
5. PSII : 8 kursi 19. : 1 kursi
6. Parkindo : 8 kursi 20. PPTI : 1 kursi
7. Partai Katolik : 8 kursi 21. PRD : 1 kursi
8. PSI : 6 kursi 22. R.Sujono P : 1 kursi
9. PERTI : 5 kursi 23. PIR Wongso : 1 kursi
10. IPKI : 4 kursi 24. PIR Hazairin : 1 kursi
11. GPP : 4 kursi 25. Permei : 1 kursi
12. PRN : 2 kursi 26. Baperki : 1 kursi
13. P3RI : 2 kursi 27. Parindra : 1 kursi
14. Murba : 2 kursi 28. Peratuan Daya : 1 kursi

Total semua berjumlah 257 kursi

C. Usaha Kabinet Burhanudin Harahap


Setelah gagalnya Kabinet Ali I mempertahankan kepemimpinan Pemerintah akibat
Peristiwa 27 Juni 1955 segenap rakyat merasa tidak percaya lagi pada
kewibawan Pemerintah untuk mengatur negara. Maka Presiden menunjuk tim
formatur untuk membentuk kabinet baru yaitu menunjuk Burhanudin Harahap
dari partai Masyumi, sebenarnya Burhanudin ingin berkoalisi dengan PNI dan Non
partai tetapi gagal karena ketidaksepakatan. Maka terbentuklah Kabinet baru dari
partai Masyumi, dan koalisi partai-partai kecil, Burhanudin Harahap sebagai
Perdana Menteri yang mempunyai misi menitik beratkan perhatian pada
pemulihan

kewibawaan

dan

kepercayaan

rakyat

dan

tentara

terhadap

Pemerintahan (Poesponegoro 1984).


Adapun usaha-usaha yang dilakukannya:
1) Melaksanakan pemilu yang telah dilaksanakan Kabinet sebelumnya dan dapat
terealisasi pada Kabinet ini, sampai dengan tahun 1955 terjadi kepincangankepincangan politik diliputi suasana demokrasi parlemen model Belanda. Parpol
tidak bertindak sebagai penyalur aspirasi rakyat tetapi hanya memperjuangkan
kepentingan golongan, maka Pemerintah menanggapi tuntutan rakyat untuk
menyelenggarakan pemilu dan dapat terealisasi pada Kabinet Burhanudin
Harahap. Pelaksanaan pemilu untuk DPR tanggal 29 September 1955 dan untuk
konstituante

tanggal

15

Desember

1955,

empat

parpol

muncul

sebagai

pemenang PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Untuk DPR, PNI mendapat 57 kursi,
masyumi 57 kursi, NU 45 kursi dan PKI 39 kursi. Hasil dari pemilihan umum belum
bisa memenuhi harapan rakyat, karena tawar menawar kedudukan dan cekcok
antar partai berlangsung terus.
2. Pengisian Jabatan KSAD yang menjadi lowong karena adanya pengunduran diri
dari Bambang Utoyo dan digantikan oleh Bambang Sugeng yang diboikot oleh
kolonel Zulkifli Lubis atau dikenal Peristiwa 27 Juni 1955 yang menjatuhkan

Kabinet

Ali

II

dan

menjatuhkan

wibawa

Pemerintah,

sehingga

untuk

menentramkan keadaan, kebinet Burhanudin Harahap mengambil tindakan


dengan mengangkat kolonel A.H. Nasution (Bekas KSAD sebelumnya) dengan
pengangkatan ini Kabinet Burhanudin Harahap mendapatkan dukungan dan
simpati Angkatan Darat (AD) dan rakyat (Poesponegoro 1984).

D. Politik Luar Negeri


Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap ada beberapa prestasi mengenai politik
Luar Negeri yaitu berhasilnya Kabinet ini membatalkan Uni Indonesia-Belanda.
Dengan ketentuan-ketentuan persetujuan ekonomi keuangan yang berarti untuk
Indonesia, dan melakukan tindakan yang berhubungan dengan persetujuan KMB.
Yang kedua Kabinet Burhanudin Harahap berhasil mendapatkan bantuan kredit
pangan dari AS oleh Menlu dan Dubes AS yang bernilai $ 96.700.000. diserahkan
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun (Fernandes 1988: 95-97).

E. Jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap


Kabinet Burhanuddin Harahap memerintah hanya selama 5 6 bulan saja,
tetapi banyak mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan sebagaimana kami
tuturkan di atas. Sebenarnya kabinet ini di dalam menjalankan pemerintahan
kompak dan utuh, tidak ada pertentangan dan keretakan dalam tubuh kabinet.
Begitu juga tidak ada pertentangan antar partai yang ikut dalam koalisi kabinet
ini, tidak seperti kabinet-kabinet sebelumnya. Sebaliknya kelompok oposisi seperti
: PNI dan sebagainya tidak terlalu berusaha menjatuhkan kabinet. Sebenarnya
kabinet ini masih berjalan baik. Cuma Presiden kurang merestui kabinet ini,
karena yang menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet adalah drs.
Muh. Hatta.
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR
diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang Kabinet Burhanuddin
Harahap mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden, untuk
dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum. Sebenarnya kabinet ini
seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak percaya dari

parlemen. Tetapi secara Ethika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan
sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik
untuk anggota DPR maupun konstituante.
Jadi kabinet ini jatuh tidak dikarenakan keretakan di dalam tubuh kabinet,
juga bukan karena dijatuhkan oleh kelompok oposisi yang mencetuskan mosi
tidak percaya dari parlemen, tetapi merasa tugasnya sudah selesai. Kabinet terus
bekerja sebagai Kabinet Domissioner selama 20 hari yaitu sampai terbentuknya
kabinet baru yakni Kabinet Ali Rum Idham yang dilantik tanggal 24 Maret 1956
dan serah terima dengan Kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret 1956.
Setelah itu Eks Perdana Menteri ataupun Menteri lagi sampai kini dalam kabinet
mana pun juga dan dimana pun juga.

Anda mungkin juga menyukai