Anda di halaman 1dari 2

SOEKARNI KARTODIWIRJO

Profil Soekarni Kartodiwirjo


Nama : Soekarni Kartodiwirjo
Tempat Lahir : Blitar, Jawa Timur
Lahir : 14 Juli 1916
Meninggal : Jakarta, 7 Mei 1971 (umur 54)
Makam : Taman Makam Pahlawan Kalibata
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia

Pendidikan
Sukarni masuk sekolah di Mardisiswo di Blitar (semacam Taman Siswa yang dibuat oleh Ki
Hajar Dewantara). Di sekolah ini Sukarni belajar mengenai nasionalisme melalui Moh. Anwar yang
berasal dari Banyumas, pendiri Mardidiswo sekaligus tokoh pergerakan Indonesia.
Sebagai anak muda, Sukarni terkenal kenakalannya karena sering berbuat onar. Dia sering
berkelahi dan hobi menantang orang Belanda. Dia pernah mengumpulkan 30-50 orang teman-temannya
dan mengirim surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi.

Cara Memerdekan Indonesia


Melalui gurunya Moh. Anwar yang juga tokoh pergerakan Indonesia, Sukarni belajar mengenai
nasionalisme, saat bersekolah di Mardiswo Blitar. Karena rasa nasionalisme ini, ia sangat membenci
Belanda. Dia sering berkelahi dan menantang orang Belanda. Bersama teman-temannya, Sukarni suka
mengirimkan surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi. Tantangan itu diterima oleh anak
anak Belanda dan akhirnya terjadilah tawuran besar di kebun raya Blitar waktu itu. Tawuran tersebut
dimenangkan oleh Sukarni dan teman-teman.
Salah satu perjuangan Sukarni untuk kemerdekaan Indonesia dikenal dengan peristiwa
Rengasdengklok. Peristiwa ini dipicu karena Jepang kalah telak dari negara sekutu. Hal itu membuat
kaum muda berinisiatif agar secepat mungkin mendeklarasikan kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi
golongan tua lebih memilih menantikan perintah dari Jepang. Alhasil, Soekarno dan bung Hatta pun
“diculik” oleh Sukarni bersama teman-temannya menuju ke Rengasdengklok dengan tujuan melindungi
Soekarno dari intimidasi Jepang. Daerah Rengasdengklok dipilih sebab jauh dari jangkauan Jepang
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta
dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia. Namun Soekarno-Hatta menolak.
Akhirnya semua pihak kemudian bersepakat bahwa proklamasi kemerdekaan akan segera
dilakukan pada 17 Agustus1945.
Setelah Proklamasi, Sukarni menghimpun kekuatan pemuda mendukung pemerintah Republik
Indonesia. Pada 3 September 1945 memprakarsai pengambialihan Jawatan Kereta Api, bengkel
Manggarai dan stasiun-stasiun kereta api lainnya; juga memprakarsai pengambilalihan angkutan umum
dalam kota dan stasiun radio. Pada 19 September 1945 Sukarni dan kawan-kawan menyelenggarakan
“rapat raksasa” di lapangan Ikada. Rapat ini menunjukkan kebulatan tekad rakyat mendukung
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan mendesak mengambilalih kekuasaan dari Pemerintah Jepang.
Tercatat , sejak tahun 1961- Maret 1964, Sukarni menjadi Duta Besar Indonesia di Peking,
ibukota RRT (Republik Rakyat Tiongkok. Dia juga pernah ditunjuk sebagai anggota Dewan
Pertimbangan Agung pada 1967. Sukarni wafat tanggal 7 Mei 1971, dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata.

Anda mungkin juga menyukai