Anda di halaman 1dari 2

JENDRAL SOEDIRMAN

Biodata :
Nama lengkap : Raden Soedirman
Dikenal : Jenderal Besar Sudirman
Tempat lahir : Purbalingga, Hindia Belanda
Tanggal lahir : 24 Januari 1916
Tempat meninggal : Magelang, Indonesia
Tanggal meninggal : 29 Januari 1950 (usia 34 tahun)
Makam : Taman Makam Pahlawan Semaki
Penghargaan sipil : Pahlawan nasional Indonesia

Perjuangan :
Sebagai anak angkat dari seorang camat, Sudirman kecil mendapatkan pendidikan yang layak
sedari dini. Di usia tujuh tahun, Sudirman kecil dimasukkan di HIS (Hollandsch Indlandsche School)
atau sekolah pribumi, dan pindah ke Taman Siswa pada tahun ke tujuh. Tahun berikutnya di pindah ke
Sekolah Wirotomo, karena Taman Siswa dianggap illegal oleh pemerintah Belanda. Sudirman
diketahui sebagai anak yang taat beribadah, mempelajari keislaman dari Raden Muhammad Kholil.
Bahkan dia mendapatkan julukan Haji karena sering berceramah.
Pada tahun 1934 pamannya wafat, menjadi pukulan berat baginya karena keluarganya jatuh
miskin. Dia bahkan mendapatkan untuk tetap bersekolah tanpa membayar di Wirotomo. Sudirman
remaja ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik Muhammadiyah, dan dia
menjadi pemimpin cabang Cilacap setelah lulus.
Kemampuannya memimpin memang sudah terlihat sejak muda, dia disegani dan dihormati oleh
masyarakat. Setelah lulus dia kembali belajar di Kweekscool, sekolah khusus calon guru milik
Muhammadiyah, namun berhenti karena tidak ada biaya.
Kemudian Sudirman kembali ke Cilacap dan menjadi seorang guru di Sekolah Dasar
Muhammadiyah yang ada di sana. Di situ Sudirman bertemu dengan Alfiah, temannya sekolah dahulu
dan kemudian mereka menikah. Lalu setelah menikah Sudirman tinggal di Cilacap rumah mertuanya
Raden Sostroatmodjo seorang pengusaha batik kaya raya.
Selama mengajar Sudirman tetap aktif berorganisasi, ikut dalam organisasi pemuda
Muhammadiyah. Setelah Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, maka perpindahan kekuasaan
mulai terjadi, geraknya mengajar mulai dibatasi. Bahkan sekolahnya ditutup diubah menjadi pos militer
oleh Jepang.
Sudirman guru, melakukan negosiasi dengan Jepang dan dia diperbolehkan tetap mengajar
meskipun terbatas perlengkapannya. Hal itu tidak mengendurkan semangatnya untuk tetap mengajar di
sekolahnya.
Pada tahun 1944, Sudirman menjabat sebagai ketua dewan karesidenan yang dibentuk oleh
Jepang. Inilah awal mula Sudirman guru memasuki dunia militer, karena diminta bergabung dengan
tentara PETA bentukan Jepang.
Setelah menjadi anggota PETA (pembela Tanah Air) di Bogor, begitu tamat pendidikan,
Sudirman langsung menjadi komandan batalyon Kroya. Kemudian menjadi Panglima Divisi V/
Banyumas sesudah TKR terbentuk. Yang Akhirnya terpilih menjadi Panglima ANgkatan Perang RI
(Panglima TNI) yang pertama dan paling muda.
Perjalanannya di dunia militer terbilang mulus, hal itu tidak lepas dari kemampuannya
memimpin pasukan. Sudirman merupakan pahlawan pembela kemerdekaan yang mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan pribadinya. Dalam biografi Jendral Sudirman tercatat sebagai
Panglima sekaligus Jendral pertama dan termuda Republik Indonesia.
Setelah masa kependudukan Jepang berakhir saat bom Hirosima dan Nagasaki meledak,
Sudirman memimpin pelarian bersama kawan-kawannya saat ditahan di Bogor. Kemudian bertemu
dengan sang proklamator, Soekarno dan Hatta memintanya untuk memimpin pasukan melawan Jepang
di Jakarta. Namun ditolak Sudirman memilih tetap di Kroya dan memimpin pasukannya melucuti
Jepang.
Pada masa agresi militer Belanda ke II, kala itu Jendral Sudirman sedang sakit, keadaannya
sangat lemah akibat paru-parunya hanya berfungsi 50%. Melihat keadaan itu presiden Soekarno
memintanya untuk tetap di dalam kota dan melakukan perawatan. Namun anjuran presiden tidak
dilaksanakan karena merasa bertanggung jawab memimpin pasukannya.
Maka demi bangsa Indonesia, Jendral Sudirman yang sedang sakit dengan ditandu tetap
berangkat memimpin pasukan untuk melakukan gerilya. Sekitar selama tujuh bulan beliau berpindah-
pindah dari satu hutan ke hutan lain, dari gunung satu ke gunung lainnya dalam keadaan lemah dan
sakit.
Persediaan obat semakin menipis kala itu, namun Jendral Sudirman tetap memberikan
semangat dan motivasi kepada pasukannya. Beliau tidak pernah merasakan penyakitnya, namun
keadaan fisik yang terus menurun membuat beliau harus pulang dari medan perang. Jendral Sudirman
tidak bisa memimpin langsung pasukannya tapi pemikirannya tetap dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai