Anda di halaman 1dari 15

1. Bagaimana perkembangan Konstitusi di Indonesia?

2. Fungsi Konstitusi negara republik Indonesia?

1. Perkembangan Konstitusi di Indonesia

I. Pembentukan Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember


1949)

Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang pertama adalah UUD 1945


yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berlaku secara nasional sampai
tanggal 27 Desember 1949. Naskah Undang-Undang Dasar pertama ini disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), penyusunan naskah
Rancangan Undang-Undang Dasar 1945 ini dimulai pada saat pembentukan
BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945. BPUPKI mengadakan sidang-sidang yang
dikelompokkan menjadi dua masa persidangan, sidang pertama diadakan pada
tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945 dan sidang kedua diadakan pada tanggal 10 Juli
1945-17 Juli 1945 yang kemudian dari persidangan BPUPKI tersebut berhasil
menyusun naskah komplit Rancangan Undang-Undang Dasar meliputi pernyataan
Indonesia merdeka, pembukaan Undang-Undang Dasar, dan Undang-Undang Dasar
terdiri atas Pasal-Pasal 1
. Pada sidang tanggal 18 Agustus PPKI berhasil
mengesahkan naskah Undang-Undang Dasar 1945 dari naskah Rancangan Undang-
Undang Dasar hasil kerja BPUPKI dengan ada beberapa perubahan, terutama
tentang Dasar Negara : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya sebagai mana yang termuat dalam Piagam Jakarta diubah
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa
penyimpangan praktik kenegaraan yang sebenarnya sudah diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945 misalnya para menteri tidak bertanggungjawab kepada presiden
tetapi kepada badan legislatif 2.

1
Bakry, Noor MS, Pancasila Yuridis Kenegaraan, (penerbit : Liberty, Yogyakarta, 1994) hal. 23
2
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, ( penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007) hal. 115-116
Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara Republik Indonesia,
konsitusi/Undang-Undang Dasar yang berlaku pertama kali adalah Undang-Undang
Dasar 1945 hasil dari rancangan BPUPKI yang kemudian disahkan PPKI tanggal 18
Agustus 1945. Didalam Undang-Undang Dasar 1945 kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan suatu lembaga tertinggi negara,
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan
Utusan Golongan yang dalam menjalankan kedaulatan mempunyai tugas serta
wewenang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar, GBHN, memilih dan
mengangkat presiden dan wakil presiden serta mengubah Undang-Undang.

Menyadari bahwa Indonesia baru terbentuk, tidak mungkin semua urusan


dijalankan berdasarkan konstitusi. Maka berdasarkan hasil kesepakatan yang
termuat didalam Pasal 3 Aturan Peralihan, kemudian dipilihlah secara aklamasi
Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
yang pertama. Dalam menjalankan tugansya presiden dibantu oleh Komite Nasional
dengan sistem pemerintahan Presidensial yang artinya kabinet bertanggungjawab
pada presiden. Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan secara
murni dan konskuen, sistem ketatanegaraan berubah-ubah terutama saat
dikeluarkannya maklumat wakil presiden no X tanggal 16 Oktober 1945 yang berisi
bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuknya MPR dan
DPR diserahi tugas legislatif dan menetapkan GBHN bersama presiden, KNIP
menetapkan Undang-Undang Dasar bersama presiden dan dalam menjalankan tugas
sehari-hari dibentuklah badan pekerja yang bertanggungjawab kepada Komite
Nasional Pusat 3.

Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagimana lazimnya


negara yang merdeka, maka PPKI segera mengadakan sidang. Didalam sidangnya
tanggal 18 Agustus 1945 PPKI telah disempurnakan pengesahaan Undang-Undang
Dasar Negara yang sekarang dikenal dengan sebutan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar yang telah disahkan oleh PPKI terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian “Pembukaan” dan bagian “Batang Tubuh” yang berisi 37 Pasal, 1 Aturan

3
Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, ( Prestasi Pustaka Publiser, Jakarta, 2006) hal. 67
Peralihan terdiri atas 4 Pasal, 1 Aturan Tambahan terdiri dari 2 ayat. Didalam bagian
“Pembukaan” yang terdiri dari 4 alinea, didalam alinea keempat ini tercantum
perumusan Pancasila yang berbunyi :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Adapun isi dari batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut :

i. Bab I : bentuk dan kedaulatan (1 Pasal, 2 Ayat)


ii. Bab II : MPR (2 Pasal, 4 Ayat)
iii. Bab III : kekuasaan (pemerintahan negara 12 Pasal, 16 Ayat)
iv. Bab IV : DPA (1 Pasal, 2 Ayat)
v. Bab V : kementrian negara ( 1 Pasal, 3 Ayat)
vi. Bab VI : pemerintah daerah ( 1 Pasal, 1 Ayat)
vii. Bab VII : DPR ( 4 Pasal, 9 Ayat)
viii. Bab VIII : hal keuangan ( 1 Pasal, 5 Ayat)
ix. Bab IX : kekuasaan kehakiman ( 2 Pasal, 3 Ayat)
x. Bab X : warga negara ( 3 Pasal, 5 Ayat)
xi. Bab XI : agama ( 1 Pasal, 2 Ayat)
xii. Bab XII : pertahanan negara ( 1 Pasal, 2 Ayat)

II. Pembentukan Konstitusi RIS ( 27 Desember 1949-17 Agustus 1950)

Kemenangan sekutu pada Perang Dunia kedua membuat Belanda ingin


kembali berkuasa di Indonesia dengan bantuan militer dari Inggris dan Australia
maka Belanda berkesempatan mengkonsolidasikan kekuatan militer di Indonesia.
Sejalan dengan usaha Belanda tersebut, terjadilah konflik militer antara tentara
Belanda dan Pejuang RI yang dikenal dengan Agresi I pada tahun 1947 dan Agresi
II pada tahun 1948. Pada peristiwa Agresi tersebut mendorong PBB untuk ikut
campur tangan dengan mengusulkan perundingan yang disebut Komperensi Meja
Bundar yang dilaksanakan tanggal 23 Agustus 1949-2 November 1949 di Den
Haag, Belanda. Dari konperensi tersebut menghasilkan sejumlah persetujuan antara
lain mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat (Negara RIS) dan karena
perlawanan sengit bangsa Indonesia, Belanda gagal menguasai Indonesia dan
berhasil mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat ( salah satu hasil KMB) 4.
Tiga persetujuan dari KMB yang dilaksanakan di Den Haag antara lain :

1) Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat


2) Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat
3) Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan
Kerajaan Belanda 5

Pada tahun 1949 terjadi perubahan konstitusi Indonesia dari Undang-Undang


Dasar menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat, maka berubah
pula bentuk negara kesatuan menjadi negara serikat (federal). Negara serikat sendiri
merupakan negara yang tersusun dari beberapa negara yang awalnya berdiri
sendiri-sendiri kemudian melakukan ikatan kerja sama secara efektif dan kekuasaan
kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama
dengan DPR dan senat. Sistem pemerintahan presidensial kemudian berubah
menjadi parlementer.

Berkaitan dengan Rancangan naskah Konstitusi Republik Indonesia Serikat


yang diputuskan dalan KMB dan disepakati pada tanggal 27 Desember 1949,
berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) Negara Republik Indonesia (RI)
secara hukum masih tetap ada. Negara RI berubah status menjadi salah satu negara
bagian dari negara RIS. Dalam rancangan Undang-Undang Dasar untuk Negara RIS
diterima kedua belah pihak (Indonesia dan Belanda) mulai berlaku tanggal 27
Desember 1949, Undang-Undang Dasar 1945 yang semula berlaku untuk seluruh
Indonesia maka mulai tanggal 17 Desember 1949 hanya berlaku dalam wilayah
4
Bakry, Noor MS, OP. Cit, hal. 34
5
Titik Triwulan Tutik, OP. Cit, hal. 69
Negara Bagian Republik Indonesia. KRIS/Undang-Undang Dasar RIS berlaku
berdasarkan keputusan presiden RIS Nomor 48 tanggal 31 Januari 1950 tentang
mengumumkan Piagam Penandatanganan KRIS. Adapun isi batang tubuh KRIS
sebagai berikut :

Bab I : Negara RIS

Bagian 1 : Bentuk Negara dan Kedaulatan (1 pasal, 2 ayat)

Bagian II : Daerah Negara (1 pasal, 1 ayat)

Bagian III : Lambang dan Bahasa Negara (2 pasal, 4 ayat)

Bagian IV : Kewarganegaraan dan Penduduk Negara (2 pasal, 3 ayat)

Bagian V : Hak-Hak dan Kebebasan-Kebebasan Dasar Manusia (27 pasal,


45 ayat)

Bagian VI : Asas-Asas Dasar (8 pasal, 13 ayat)

Babakan 1 : Ketentuan Umum (4 pasal, 4 ayat)

Babakan 2 : Negara-Negara (3 pasal, 8 ayat)

Babakan 3 : Satuan-Satuan Kenegaraan Yang Tegak Sendiri Yang


Bukan Negara(1 pasal, 1 ayat)

Babakan 4 : Daerah-Daerah Yang Bukan Daerah Bagian Dan


Distrik Federal Jakarta (1 pasal, 2 ayat)

Bagian VII : Pembagian Penyelenggaraan Pemerintahan Antara RIS


DenganDaerah-Daerah Bagian

Babakan 1 : Pembagian Penyelenggaraan Pemerintahan (4 pasal,


10 ayat)

Babakan 2 : Perhubungan Keuangan (7 pasal, 17 ayat)

Babakan 3 : Hak-Hak Dan Kewajiban-Kewajiban (2 pasal, 2 ayat)


Bagian VIII : Daerah-Daerah Swapraja (4 pasal, 4 ayat)

Bab II : Perlengkapan RIS (Ketentuan Umum)

Bab III : RIS dan Daerah-Daerah Bagian

Bagian I : Daerah-Daerah Bagian

Bagian I : Pemerintah (12 pasal, 28 ayat)

Bagian II : Senat (18 pasal, 34 ayat)

Bagian III : DPR (15 pasal, 21 ayat)

Bagian IV : Mahkamah Agung (2 pasal, 5 ayat)

Bagian V : Dewan Pengawas Keuangan (2 pasal, 5 ayat)

Bab IV : Pemerintahan

Bagian I : Ketentuan-Ketentuan Umum (10 pasal, 19 ayat)

Bagian II : Perundang-Undangan (17 pasal, 34 ayat)

Bagian III : Pengadilan (20 pasal, 40 ayat)

Bagian IV : Keuangan

Babakan 1 : Hak Uang (2 pasal, 6 ayat)

Babakan 2 : Pengurusan Keuangan Federal–Anggaran–


pertanggungjawaban–Gaji (8 pasal, 17 ayat)

Bagian V : Perhubungan Luar Negeri (5 pasal, 6 ayat)

Bagian VI : Pertahanan Kebangsaan Dan Keamanan Umum (7


pasal, 13 ayat)

Bab V : Konstituante (4 pasal, 12 ayat)


Bab VI : Perubahan, Ketentuan-Ketentuan Peralihan, Dan
Ketentuan-KetentuanPenutup

Bagian I : Perubahan (2 pasal, 6 ayat)

Bagian II : Ketentuan-Ketentuan Peralihan (4 pasal, 6 ayat)

Bagian III : Ketentuan-Ketentuan Penutup (2 pasal, 3 ayat)

III. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

Perubahan ketatanegaraan dari Negara Serikat menjadi Negara Kesatuan


berdasar pada Undang-Undang Dasar Sementara 1950 di dalam pembukaannya
memuat dasar negara Pancasila, akan tetapi pelaksanaan sistem pemerintahannya
menggunakan sistem kabinet parlementer yang tidak cocok dengan jiwa Pancasila
sehingga kabinetnya jatuh bangun yang rata-rata umur kabinetnya kurang dari satu
tahun 6. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 juga
bersifat sementara, seperti yang ditegaskan dalam pasal 134. Di bawah UUDS 1950
sebagai realisasi dari Pasal 134, Pemilihan umum berhasil dilaksanakan.

Pemilihan umum pertama di Indonesia diadakan pada tanggal 29 September


1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan tanggal 15 Desember
1955 untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di dalam Dewan Konstituante
yang akan membentuk Undang-Undang Dasar baru sebagai pengganti Undang-
Undang Dasar Sementara di tahun 1950. Konstituante sebagi Dewan Penyusun
Undang-Undang dasar dalam sidangnya sejak tahun1956 sampai tahun 1959 belum
berhasil membuat undang-undang dasar baru, karena sulitnya mewujudkan
kesepakatan. Pihak-pihak yang berbeda pendapat tidak pernah mencapai suara dari
jumlah anggota Konstituante. Keadaan ini jika diteruskan akan menemui jalan buntu
yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

6
Bakry, Noor MS, OP. Cit, hal.36
Pada masa ini disebut sebagai Masa Orde Lama yang merupakan masa
pemerintahan Soekarno kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, Masa Orde Lama
dikonotasikan sebagai masa yang memiliki banyak penyimpangan dalam pelaksanaan
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar
1945, maka pemeritah presiden Soekarno melakukan langkah-langkah berikut :

1. Pembaharuan susunan DPR melalui Penetapan Presiden No 3 tahun 1960


2. Penyusunan DPR Gotong Royong (DPRGR) dengan Penetapan Presiden
No 4 tahun 1960 yang menentukan bahwa anggota-anggota DPR
diberhentikan dengan hormat dari jabatannya terhitung tanggal pelantikan
DPRGR oleh presiden
3. Presiden mengeluarkan Penetapan Presiden No 2 tahun 1959 tentang MPR
Sementara (MPRS) untuk melaksanakan dekrit presiden
4. Penyusunan MPRS dengan Penetapan Presiden No 12 tahun 1960
5. Dikeluarkan Penetapan Presiden No 3 tahun 1959 tentang DPA Sementara

Peristiwa G30S PKI menjadi akhir perjalanan politik Presiden Soekarno.


Peristiwatersebut menyebabkan jatuhnya legitimasi Presiden Soekarno dalam memegang
kekuasaannegara ditandai dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar) yang pada hakekatnya penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada
Soerharto. MPRS yang dibentuk Soekarno pada akhirnya mencabut kekuasaan
pemerintahan negara dari tangan Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai
presiden. Berkaitan hal tersebut terdapat Negara RIS sebagai hasil Konperensi Meja
Bundar ternyata tidak bertahan lama. Hal ini dapat dibuktikan karena terjadi penggabungan
dengan RI sehingga akhirnya tinggal tiga negara bagian yaitu RI, Negara Indonesia Timur
dan Negara Sumatera Timur dan pada tanggal 19 Mei 1950 ketiga negara tersebut sepakat
untuk kembali mendirikan negara kesatuan. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan itu
jelas perlu adanya suatu UUD yang baru. Dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama
yang menyusun suatu Rancangan UUD berdasarkan Pasal 190, 127a, dan 191 ayat (2)
UUDRIS mengenai Perubahan UUD. Rancangan UUD yang sudah disusun kemudian
disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dan
oleh DPR serta Senat RIS pada tanggal 14Agustus 1950, dan berlakulah UUD baru itu
pada tanggal 17 Agustus 1950. UUDS berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1950 Tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat Menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia yang terdiri dari Mukadimah dan
batang tubuh. Adapun isi batang tubuh UUDS sebagai berikut :

Bab I : Negara Republik Indonesia

Bagian 1 : Bentuk Negara dan Kedaulatan (1 pasal)

Bagian II : Daerah Negara (1 pasal)

Bagian III : Lambang dan Bahasa Indonesia (2 pasal)

Bagian IV : Kewarganegaraan dan Penduduk Negara (2 pasal)

Bagian V : Hak-Hak dan KebebasanKebebasan Dasar Manusia (28 pasal)

Bagian VI : Asas-Asas Dasar (9 pasal)

Bab II : Alat-Alat Perlengkapan Negara (Ketentuan Umum)

Bagian I : Pemerintah (11 Pasal)

Bagian II : Dewan Perwakilan Rakyat (22 pasal)

Bagian III : Mahkamah Agung (2 pasal)

Bagian IV : Dewan Pengawas Keuangan (2 pasal)

Bab III : Tugas Alat-Alat Perlengkapan Negara

Bagian I : Pemerintahan (7 pasal)

Bagian II : Perundang-Undangan (12 pasal)

Bagian III : Pengadilan (8 pasal)

Bagian IV : Keuangan

Babakan I : Hal Uang (2 Pasal)

Babakan II : Urusan Keuangan-Anggaran Pertanggungjawaban-Gaji (9 Pasal)


Bagian V : Hubungan Luar Negeri (4 pasal)

Bagian VI : Pertahanan Negara dan Keamanan Umum (7 Pasal)

Bab IV : Pemerintahan Daerah Dan Daerah-Daerah Swapraja (3 Pasal)

Bab V : Konstituante (6 pasal)

Bab VI : Perubahan, Ketentuan-Ketentuan Peralihan, Dan Ketentuan Penutup

Bagian I : Perubahan (2 pasal)

Bagian II : Ketentuan-Ketentuan Peralihan (3 pasal)

Bagian III : Ketentuan Penutup (2 pasal)

IV. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (Supersemar-Reformasi 1998)

Pergeseran kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto menimbulkan perubahan orde


dari orde lama ke orde baru dan implementasi Undang-Undang Dasar 1945 mengalami
beberapa koreksi. Pada orde baru memiliki tekad untuk melakukan koreksi pada berbagai
penyimpangan terhadap Undang-Undang Dasar 1945 yang ada pada masa orde lama.
Pada awalnya orde baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam berbagai
bidang kehidupan dan rakyat dapat merasakan peningkatan kondisi di berbagai bidang
kehidupan melalui serangkaian program yang sudah dituangkan dalam GBHN dan
Repelita. Istilah orde baru sendiri disematkan pada masa ini untuk membedakan MPRS
masa orde lama yang dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen 7. Undang-Undang Dasar 1945 telah berubah
menjadi semacam kitab suci yang sakral tidak boleh disentuh perubahan, padahal didalam
Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945 telah secara jelas menyatakan membuka diri untuk
dapat dilakukan perubahan dengan syarat 2/3 dari anggota MPR harus hadir dan yang
hadir harus menyetujui perubahan tersebut. Namun Pasal tersebut berubah dengan
dikeluarkannya TAP MPR No IV/MPR/1983 tentang Referendum yang kemudian

7
Moh. Kusnardi dan Hamaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (FH UI, Jakarta, 1983) hal. 96
ditindaklanjuti dengan pembentukan Undang-Undang No 5 tahun 1985 tentang
Referendum.

Didalam Undang-Undang No 5 tahun 1985 telah diatur bahwa untuk mengubah


Undang-Undang Dasar 1945, Referendum tersebut harus disetujui oleh minimal 90%
penduduk Indonesia dan Referendum harus disetujui minimal 90% dari peserta
Referendum. Ketentuan ini telah dimuat didalam Pasal 104 Ketetapan MPR No
I/MPR/1983 dan Pasal I Ketetapan MPR No IV/MPR/1983 dan pada hari Kamis tanggal
21 Mei 1998 sekitar pukul 10 pagi di ruang upacara Istana Merdeka yang disaksikan oleh
pimpinan DPR/MPR serta Ketua Mahkamah Agung, Presiden Soeharto menyampaikan
pidato pernyataan berhenti sebagai Presiden RI dan pada kesempatan itu sekaligus
dilantik B.J. Habibie sebagai Presiden baru menggantikan Soeharto. Dalam perjalanannya
orde baru berubah menjadi kekuasaan yang otoriter, penafsiran Pasal-Pasal Undang-
Undang Dasar 1945 dimanipulasi untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan yang
bahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang singkat dan fleksibel mudah disalahtafsirkan
dan menguntungkan penguasa, disakralkan untuk tidak diamandemen bukan demi
kebaikan rakyat tetapi demi kekuasaan itu sendiri. Hak asasi rakyat dibatasi, kekuasaan
yang tanpa kontrol mengakibatkan pemerintah orde baru cenderung melakukan
penyimpangan di berbagai aspek kehidupan, korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
merajalela sehingga terjadi ketidakmerataan hasil pembangunan, kesenjangan kaya dan
miskin semakin melebar, utang semakin membengkak yang akhirnya menumpuk menjadi
krisis multi dimensi. Dipelopori mahasiswa, rakyat menuntut reformasi dalam segala
bidang yang akhirnya rezim orde baru tumbang dengan mundurnya Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998 8.

Pada era Presiden Habibie, dikeluarkan ketetapan No VIII/MPR/1998 tentang


Pencabutan Ketetapan MPR No IV/MPR/1983 yang demikian ketentuan yang berlaku bagi
prosedur perubahan Undang-Undang Dasar 1945 kembali pada Pasal 37 Undang-Undang
Dasar 1945. Selanjutnya dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945 MPR hasil
pemilu 1999 berupaya mengakomodir dam melaksanakan kehendak reformasi yaitu
melakukan amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Pihak lainnya yang
8
Kus Eddy Sartono, Kajian Konstitusi Indonesia dari Awal Kemerdekaan sampai Era Reformasi, ( HUMANKA Vol 9
No 1, Maret 2009) hal. 101
berpandangan sama menyatakan apabila pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diubah
maka negara Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 telah dibubarkan.
Dengan pandangan-pandangan di atas maka langkah yang dianggap bijaksana adalah
dengan melakukan perubahan model amandemen seperti yang dilakukan di Amerika
Serikat. Amandemen dilaksanakan bertujuan untuk memperkuat fungsi dan posisi suatu
Undang-Undang Dasar dengan menampung (mengakomodir) aspirasi politik yang
berkembang guna mencapai tujuan negara sebagaimana yang biasanya dirumuskan oleh
konstitusi itu sendiri 9.

Di Indonesia sebagaimana dalam ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945


lembaga yang diberi wewenang untuk melakukan amandemen adalah MPR. Jika dilihat
dari teori amandemen yang hingga sekarang tetap dianut khususnya di negara Anglo
Saxon, perubahan konstitusi dilakukan dengan menggunakan paradigma sebagai berikut :

i. Perubahan hanya dilakukan pada batang tubuh tidak pada pembukaan


ii. Perubahan dilakukan pada Pasal-Pasal tertentu yang dinilai tidak sesuai
lagi dengan perkembangan dan tuntutan bernegara
iii. Bahwa Pasal-Pasal yang diamandemenkan masih merupakan bagian dari
Undang-Undang Dasar aslinya

Dalam melaksanakan amandemen Undang-Undang Dasar 1945, terdapat


kesepakatan diantara para fraksi di MPR mengenai beberapa hal yaitu 10 :

i. Tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 karena memuat


pernyataan kemerdekaan Indonesia
ii. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
iii. Tetap mempertahankan sistem pemerintah presidensil yang bertujuan
untuk mempertegas dan memperkokoh sistem pemerintahan
iv. Bagian penjelasan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat
hal-hal normatif dimasukkan kedalam batang tubuh
v. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan dengan cara addendum

9
Morissan, Hukum Tata Negara RI Era Reformasi, (Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2005) hal. 32
10
Agustin Terang Narang, Reformasi Hukum : Pertanggungjawaban Seorang Wakil Rakyat, (Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 2003) hal. 14
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 harus dimulai dari pemikiran konseptual
bahwa didalam Undang-Undang dasar 1945 terkandung ideologi konstitusi dan instrumen
untuk menegakkan ideologi tersebut. Ideologi konstitusi yang terkandung dalam Undang-
Undang Dasar 1945 antara lain 11 :

1. Dasar negara Pancasila


2. Negara Indonesia adalah negara kesatuan
3. Kedaulatan adalah ditangan rakyat
4. Negara Indonesia adalah negara hukum
5. Negara menjamin dan menghormati hak asasi manusia
6. Negara menciptakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya

Empat cara/metode yang diterapkan dalam melakukan perubahan Undang-


Undang Dasar 1945 yaitu 12 :

1. Merubah rumusan yang telah ada


2. Membuat rumusan yang baru sama sekali
3. Menghapus/menghilangkan rumusan yang ada
4. Memindahkan rumusan Pasal kedalam Ayat atau memindahkan rumusan
Ayat kedalam rumusan Pasal

Setelah megalami perubahan hingga keempat kalinya Undang-Undang Dasar


1945 merupakan dasar Negara Republik Indonesia yang fundamental untuk
mengantarkan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, tentu
kehidupan berdemokrasi lebih terjamin karena perubahan Undang-Undang Dasar 1945
dilakukan secara berhati-hati, tidak tergesa-gesa serta dengan menggunakan waktu yang
cukup tidak seperti yang dilakukan BPUPKI pada saat merancangnya. Pada saat
reformasi, agenda yang utama adalah melaksanakan perubahan Udang-Undang Dasar
1945 yang telah terselenggara pada saat sidang Umum MPR tahun 1999 dan berhasil

11
Permandangan Umum Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002
12
Agustin Teras Nerang, Op. Cit
menetapkan perubahan Undang-Undang Dasar yang pertama kemudian disusul
perubahan yang kedua, ketiga hingga keempat. Dahulu setiap gagasan amandemen
Undang-Undang Dasar 1945 selalu dianggap salah dan bertendensi sebversi atas negara
serta pemerintah, tetapi seletah adanya perubahan pertama tahun 1999 mitos tentang
kesaktian dan kesakralan konstitusi itu menjadi runtuh 13.

2. Fungsi Konstitusi negara republik Indonesia


Konstitusi merupakan seluruh ketentuan dan aturan dasar yang mengenai
ketatanegaraan . Suatu negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang mendasari
14

berdirinya negara tersebut. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang disebut
sebagai Undang-Undang Dasar dan dapat pula tidak tertulis. Konstitusi didalamnya
terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) serta mengatur tentang
distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara.

Di Indonesia sendiri konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi tertulis,


yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam perjalanan
penyelenggaraan negara, Undang-Undang Dasar 1945 mengalami empat perubahan.
Perubahan pertama tahun 1999, perubahan kedua tahun 2000, perubahan ketiga tahun 2001
dan perubahan keempat tahun 2002. Perubahan yang terjadi ini terjadi karena hasil dari
pergolakan politik pada masanya, perubahan konstitusi sendiri tidak hanya bergantung pada
norma perubahan tetapi lebih ditentukan oleh kelompok elite politik yang memegang suara
mayoritas di lembaga yang mempunyai kewenangan melakukan perubahan konstitusi 15.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatas kekuasaan pemerintah sedemikian rupa


sehingga penyelenggara kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah sebagai
suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh atas nama rakyat, terkait oleh beberapa

13
Muh, Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi Politik dan Kehidupan
Ketatanegaraan, (Rineka Cipta, Jakarta, 2003) hal. 176
14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1989) hal. 457
15
Ni’matul Huda, Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Demokrasi, ( UII Press, Yogyakarta, 2007), hal. 49
pembatasan dalam konstitusi negara sehingga menjamin bahwa kekuasaan yang
dipergunakan untuk memerintah tidak disalahgunakan. Adapun fungsi konstitusi menurut
Jimmy Asshiddiqie 16 :
1. Fungsi penentu/pembatas kekuasaan negara
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar lembaga negara
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara lembaga dengan warga negara
4. Fungsi pemberi/sumber legitimasi terhadap kekuasaan ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara
5. Fungsi penyalur/pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai
rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identitu of nation) serta sebagai
center of ceremony
7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) baik dalam
arti sempit (politik) maupun bidang dalam arti luas (sosial ekonomi)
8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat

Konstitusi merupakan tonggak/awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar


utama bagi penyelenggara negara, oleh sebab itu konstitusi menempati posisi yang penting dan
strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolak ukur
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat akan bukti sejarah perjuangan para pendahulu
sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara (The Founding Fathers),
konstitusi juga memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam menjalankan negara
menuju tujuannya.

16
Erlinda Zebua, Makalah Fungsi Dan Tujuan Konstitusi, 25 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai