Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER

SERVIKS METODE INSPEKSI VISUAL ASETAT TERHADAP PENGETAHUAN


DAN SIKAP PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS DOMPU BARAT

SKRIPSI

Disusun Oleh :
INATUL AULIA
021.03.0111

K e p a d a

PROGRAM STUDI DIV-KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS


METODE INSPEKSI VISUAL ASETAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA
WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DOMPU BARAT

Disusun oleh :
INATUL AULIA
NIM : 021.03.0111

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Endy Bebasari A.P., SKM., M.Kes Humaediah Lestari, S.ST., M.Kes

ii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS


METODE INSPEKSI VISUAL ASETAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA
WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DOMPU BARAT

Disusun oleh :

INATUL AULIA
NIM : 021.03.0111

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Endy Bebasari A.P., SKM., M.Kes Humaediah Lestari, S.ST., M.Kes

Penguji

Baiq Nova Aprilia Azamti, S.SiT., M.Kes

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT, atas segala karunia dan limpahan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Skripsi dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang
Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu
Barat” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak DR. H. Hadi Suryatno, SE., M.Kes selaku Ketua Yayasan

Al-Amin.

2. Bapak Dr. Chairun Nasirin, M.Pd.,MARS, selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram.

3. Ibu Bq. Nova Aprilia Azamti, S.Si.T.,M.Kes, selaku Ketua

Program Studi DIV-Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Mataram.

4. Ibu Endy Bebasari Ardhana Putri, SKM., M.Kes, selaku

Pemibmbing Utaman yang telah banyak membantu dalam penyusunan

proposal skripsi ini sehingga berjalan lancar.

5. Ibu Humaediah Lestari, S.S.T., M.Kes., selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis sehingga Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

iv
6. Yang penulis hormati dan sayangi, yakni kedua orang tua yang

sudah bersusah payah mendukung penulis dan selalu memberikan

motivasi tiada hentinya.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih memiliki

banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang

bersifat membangun, sangat penulis harapkan untuk perbaikan

selanjutnya.

Demikian, semoga Proposal Skripsi ini bisa bermanfaat dan

menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Wassalam.

Mataram, Agustus 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
DAFFTAR ISI...........................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................viiii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A.Latar Belakang......................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...................................................................................................6
C.Tujuan Penelitian...............................................................................................7
D.Manfaat Penelitian............................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................11
A.Kajian Teori.........................................................................................................11
B.Kerangka Konsep..................................................................................................47
C.Hipotesis Penelitian......................................................................................49
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................50
A.Subyek Penelitian.............................................................................................50
B.Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................50
C.Teknik Pengumpulan..........................................................................................53
D.Identifikasi Variabel dan Definisi Operasioanal......................55
1.Identifikasi Variabel..............................................................................55
2.Definisi Operasional................................................................................57
E.Rencana Pengolahan data..............................................................................58
F.Rencana Jadwal Kegiatan..............................................................................64
G.Kerangka Kerja....................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................66
LAMPIRAN.................................................................................................................................62

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian..................................9

Tabel 2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks, 2018..............15

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................55

Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian...........................57

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat (IVA)...........22

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...................................48

Gambar 3.1 Kerangka Kerja.....................................58

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden


Lampiran 2. Biodata Responden
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Master Tabel

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada

leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan

keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia setelah

kanker payudara, kolorektum dan paru. Insiden kanker serviks

sekitar 7,9 % di dunia (IARC, 2014). Sedangkan menurut

Kemenkes (2019) kanker serviks merupakan penyebab kematian

nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler.

Setiap tahun, 12 juta orang di dunia menderita kanker dan 7,6

juta diantaranya meninggal dunia.

Kanker serviks merupakan kanker terbanyak nomor dua yng

diderita oleh perempuan di dunia setelah kanker payudara.

Ditemukan sekitar 500.000 kasus baru dengan kematian sebanyak

250.000 setiap tahun. Hampir 80% kasus terjadi pada negara-

negara dengan pendapatan negara rendah, dimana kanker serviks

menjadi penyakit utama yang menyerang wanita di Negara-

negara tersebut. Sebagian besar kasus kanker serviks (90%)

berhubungan dengan dengan infeksi saluran genital oleh Human

Papilloma Virus (HPV), yang biasanya ditularkan melalui

hubungan seksual. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih

dari 15.000 kasus kanker serviks dan kira-kira sebanyak 8000

kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO

(2014), Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita


2

kanker serviks yang tertinggi di dunia (Jurnal Kesehatan

Reproduksi Volume 4 No.2 Tahun 2015).

Kanker serviks dapat dicegah melalui pemeriksaan deteksi

dini salah satunya dengan metode IVA. Cakupan pemeriksaan IVA

di Indonesia dari tahun 2008-2016 adalah sebanyak 1,623,913

orang (4,34%) dari total target 37,5 juta wanita Indonesia.

Pada tahun 2015 cakupan pemeriksaan IVA sebesar 1.268.333

orang atau (3,4%) menjadi 1.925.943 orang atau sekitar (5,2%)

di 2016. Meskipun mengalami peningkatan cakupan pemeriksaan

IVA di Indonesia masih jauh dari target yang diharapkan.

Sedangkan target yang ditetapkan untuk skrining secara

nasional adalah 50% pada wanita usia 30-50 tahun dalam waktu

5 tahun atau sampai tahun 2019 (Kemenkes RI, 2020).

IVA adalah suatu pemeriksaan serviks secara langsung

(dengan mata telanjang) setelah pemberian asam asetat (cuka)

3-5%. Pemberian asam asetat akan mempengaruhi epitel abnormal

dimana akan terjadi peningkatan osmolaritas cairan ekstra

celuler, yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan

dari intra celuler sehingga membran sel akan kolaps dan jarak

antar sel akan semakin dekat. Akibatnya bayangan kemerahan

dari pembuluh darah di dalam stroma akan tertutup dan serviks

akan tampak berwarna lebih putih (Dewi, 2013).

Di Nusa Tenggara Barat untuk mendeteksi kejadian kanker

serviks dilakukan pemeriksaan dini oleh tenaga kesehatan

dengan skrinning Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).


3

Data yang diperoleh pemeriksaan IVA terbanyak dilakukan di

Lombok Tengah yaitu sebanyak 24.053 (69,26%) dan ditemukan

IVA positif sebanyak 1 jiwa (0,00%) sedangkan terendah di

Kabupaten Dompu jumlah yang melakukan pemeriksaan IVA yaitu

276(0,76%) dan ditemukan IVA positif sebanyak 6 jiwa (0,17%)

(Dikes Provinsi NTB, 2020).

Upaya pemerintah dalam melakukan penyuluhan untuk

meningkatkan jumlah pemeriksaan IVA pada WUS di Kabupaten

Dompu sudah dilakukan, namun di beberapa wilayah kerja

Puskesmas belum dilakukan. Berdasarkan data cakupan

pemeriksaan IVA pada WUS yang paling tinggi berada di

Puskesmas Soriutu yaitu 7.869 jiwa (50,80%) sedangkan di

Puskesmas Dompu Barat tidak memiliki cakupan (0%) (Profil

Dikes Kabupaten Dompu, 2021).

Dari data cakupan Puskesmas Dompu Barat dalam satu tahun

terakhir yaitu tidak ada yang melakukan melakukan pemeriksaan

deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA atau 0 jiwa

(0%). Dengan jumlah WUS 8.768 orang dari 14 Desa di Wilayah

Kerja Dompu Barat (Puskesmas Dompu Barat, 2021).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di

Wilayah Kerja Psukesmas Dompu Barat pada hari Kamis tanggal

11 Agustus 2022, didapatkann data Wanita Usia Subur sebanyak

20 orang yang berusia 27-50 tahun, diketahui bahwa masih

kurangnya infromasi tentang deteksi dini kanker serviks. Dari

hasil wawancara dengan 20 WUS, 11 (55%) WUS belum pernah


4

mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang deteksi kanker

serviks dan 17 (85%) WUS belum pernah melakukan deteksi dini

kanker serviks karena masih ragu. Dari 20 WUS, 9 diantaranya

mengatakan tidak mendapatkan dukungan dari suami serta 6 WUS

lainnya mengatakan kurangnya informasi tentang deteksi dini

kanker serviks. Berdasarkan hasil wawancara 20 WUS tersebut

dapat digambarkan bahwa masih kurangnya pengetahuan mereka

terhadap deteksi dini kanker serviks serta sikap yang kurang

baik mengenai deteksi dini kanker serviks.

Tingginya kasus kanker tentu bisa menjadi kewaspadaan

awal kita untuk mau meminimalisir faktor yang terkait dengan

penyakit kanker tersebut. Ada beberapa hal yang kemudian

terkait dengan kejadian kanker. Menurut Yayasan Kanker

Indonesia (YKI), salah satu penyebab tingginya kasus kanker

di Indonesia adalah kondisi lingkungan yang terus

menghasilkan bahan karsinogen, seperti rokok, dan daging

olahan (Handayani, 2022).

Dari penelitian Vivit Puspitasari dkk (2020) menunjukkan

bahwa ibu-ibu yang berusia 20-45 tahun yang sudah menikah di

Dusun Tegallayang Wetan belum semuanya memiliki motivasi

tentang pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks, ini

terlihat dari hasil penelitian bahwa motivasi responden

sebelum diberikan penyuluhan kesehatan yaitu motivasi sedang

yaitu (84,4%). Dari data ini bisa disimpulkan bahwa rata-rata

responden memiliki motivasi sedang.


5

Upaya deteksi dini belum banyak diketahui masyarakat

luas. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan wanita

khususnya untuk melakukan deteksi secara dini. Jika seorang

wanita memiliki pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kepatuhan dan motivasi wanita dalam melakukan deteksi dini

kanker serviks. Rendahnya pengetahuan wanita tentang kanker

serviks sehingga banyak wanita yang tidak melakukan deteksi

dini untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Oleh karena

itu, petugas kesehatan harus ikut berperan dalam meningkatkan

motivasi wanita dalam melakukan deteksi dini kanker serviks

sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian karena

kanker serviks (Mila, 2015).

Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh

Mustika Ayu Lestari pada tahun 2016 di daerah Yogyakarta,

hasil penelitian ini menujukkan dari 42 responden memiliki

pengetahuan yang cukup sebesar 50%, sebgaian besar tidak

pernah melakukan pemeriksaan IVA sebesar 76,2%. Sedangkan

penelitian yang dilakukan Linda Sari Asalat pada tahun 2016

di daerah Bantul, Yogyakarta didapatkan dari 69 responden

yang memiliki sikap negative tentang deteksi dini kanker

serviks sebanyak 53,6%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mustika Ayu

dan Linda Sari pada tahun 2016 terlihat bahwa pengetahuan dan

sikap wanita usia subur tentang deteksi dini kanker serviks

masih rendah, diperlukannya upaya peningkatan pengetahuan dan

sikap wanita usia subur oleh bidan atau perawat maternitas


6

agar kesadaran wanita usia subur untuk melakukan deteksi din

kanker serviks melalui tes IVA.

Berdasarkan hasil penelitian Suryani dkk (2019)

terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini

kanker serviks metode tes IVA terhadap pengetahuan dan

sikap WUS. Dan hasil penelitian Suwatri dkk (2018) bahwa

ada pengaruh penyuluhan dan motivasi WUS untuk melakukan

deteksi dini kanker serviks metode tes IVA.

Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan

melalukan vaksinasi dan skrining karena gejala kanker

serviks tidak terlihat sampai stadium yang lebih parah.

Pemeriksaan dengan menggunakan metode IVA merupakan

pemeriksaan untuk mencegah kanker serviks yang cukup

efisien dan efektif karena dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter umum serta

biaya lebih murah. Pentingnya melakukan upaya pencegahan

(Juanda dkk, 2015).

Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui apakah ada “pengaruh penyuluhan kesehatan

tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA

terhadap pengetahuan dan sikap pemeriksaan IVA pada WUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan

masalah penelitian : “Apakah ada pengaruh penyuluhan

kesehatan tentang deteksi dini kanker serviks metode IVA


7

terhadap pengetahuan dan sikap pemeriksaan IVA pada WUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui ada tidaknya pengaruh penyuluhan kesehatan

tentang deteksi dini kanker serviks metode IVA terhadap

pengetahuan dan sikap pemeriksaan IVA pada WUS di Wilayah

Kerja Puskesmas Dompu Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan WUS tentang pemeriksaan

dini kanker serviks metode IVA sebelum diberikan

penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

b. Mengidentifikasi pengetahuan WUS tentang pemeriksaan

dini kanker serviks metode IVA sesudah diberikan

penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

c. Mendidentifikasi sikap WUS tentang pemeriksaan dini

kanker serviks metode IVA sebelum diberikan penyuluhan

di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

d. Mengidentifikasi sikap WUS tentang pemeriksaan dini

kanker serviks metode IVA sesudah diberikan penyuluhan

di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

e. Menganalisis pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan

tentang deteksi dini kanker serviks metode IVA terhadap

pengetahuan pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu

Barat
8

f. Menganalisis pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan

tentang deteksi dini kanker serviks metode IVA terhadap

sikap pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

a. Realisasi Tridarma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan

fungsinya sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

b. Memberikan sumbangsih dan bahan referensi kepada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram yang bermanfaat bagi

penulis dan pembaca.

2. Bagi Institusi Pelayanan

Dapat memberikan informasi terkait dengan pengaruh

penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini kanker serviks

dengan metode IVA terhadap prilaku pemeriksaan IVA dalam

pemberian pelayanan bagi masyarakat, khususnya pada wanita

usia subur untuk periksa IVA dan memberikan pelayanan yang

lebih baik bagi masyarakat.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan terkait dengan pengaruh penyuluhan

kesehatan tentang deteksi dini kanker serviks dengan

metode IVA terhadap prilaku pemeriksaan IVA

b. Mengembangkan wawasan, minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian.

4. Bagi Masyarakat
9

Membuka wawasan untuk masyarakat terutama wanita usia

subur tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks dengan

melakukan pemeriksaan IVA.


10

E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Nama dan Tahun Perbedaan


Judul Rancangan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Sawitri dkk, Pengaruh Penyuluhan Rancangan penelitian Hasil penelitian diperoleh Judul, tempat,
2018 Kanker Serviks yang digunakan rata-rata nilai motivasi waktu, jumlah
terhadap Motivasi adalah rancangan sebelum diberikan penyuluhan sampel, hasil
Keikutsertaan penelitian quasi adalah 42,79 dengan standar penelitian
Wanita Melakukan eksperimen deviasi 7,367 dan rata-rata
Pemeriksaan atau eksperimen semu motivasi sesudah diberikan
Inspeksi Visual dengan one grup penyuluhan adalah 62,00
Asam Asetat (IVA) pretestpostest, dimana dengan standar deviasi
peneliti melakukan 6,059. Ada
observasi pengaruh penyuluhan tentang
1
pertama (pre-test) kanker serviks dengan
kemudian peneliti motivasi keikutsertaan
menguji pemeriksaan IVA
perubahan yang terjadi pada wanita untuk melakukan
setelah adanya pemeriksaan Inspeksi Visual
perlakukan, dalam Asam Asetat (IVA) di Wilayah
desain ini tidak Kerja Puskesmas Adi Luhur
adalah Kec. Pacajaya Kabupaten
kelompok kontrol Mesuji Tahun 2017
(pembanding)
2 Suryani Efektivitas Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan Judul, tempat,
Agustina Penyuluhan Terhadap merupakan pada kelompok eksperimen waktu, jumlah
Daulay dkk, Perilaku Deteksi penelitian eksperimen. setelah diberikan penyuluhan sampel, hasil
2019 Dini Kanker Leher Desain penelitian yang hasil uji penelitian
Rahim digunakan adalah statistik t berpasangan
Metode Tes IVA Pada Eksperimental Semu ( dengan taraf signifikan sig
WUS di Puskesmas Quasi – Experimental α 0,05 diperoleh hasil p-
Pembantu Muaratais Design ) dengan one value 0,000< 0,05, yang
Tahun 2019 group pretest berarti ada perbedaan
posttest, pengambilan sebelum diberikan penyuluhan
sampel dan sesudah diberikan
11

dalam penelitian ini penyuluhan terhadap


adalah Probability pengetahuan tentang deteksi
sampling dengan cara dini kanker leher rahim
cluster sampling. metode IVA pada WUS di
Puskesmas
Pembantu Muaratais tahun
2019. Kesimpulan penelitian
ini adalah bahwa penyuluhan
efektif
dalam meningkatkan perilaku
ibu deteksi dini kanker
leher rahim metode tes IVA
3 Vivit Pengaruh Penyuluhan Jenis rancangan Hasil penelitian ini Judul, tempat,
Puspitasari Kesehatan Tentang Penelitian yang menunjukkan bahwa penyuluhan waktu, jumlah
dkk, 2020 Kanker Serviks digunakan adalah berpengaruh terhadap sampel, hasil
Terhadap Motivasi penelitian kuantitatif motivasi ibu dalam melakukan penelitian
Ibu Melakukan dengan deteksi dini kanker serviks
Deteksi Dini metode Quasi di Dusun Tegallayang
Kanker Serviks Exsperimen dengan Wetan.
rancangan Pretest-
Posttest One Group
Design.
Populasi dalam
penelitian ini adalah
wanita yang berusia
20-45 tahun yang sudah
menikah di Dusun
Tegallayang Wetan yang
berjumlah 32 orang.
Sampel dalam
penelitian ini adalah
wanita yang berusia
20-45 tahun yang sudah
menikah.
Sampel yang digunakan
dengan menggunakan
total sampling.
12

Penelitian ini
dilakukan di Dusun
Tegallayang Wetan pada
bulanMaret 201
Inatul aulia, Pengaruh Penyuluhan
2022 Kesehatan Tentang
Deteksi Dini Kanker
Serviks Metode IVA
Terhadap
4. Pengetahuan dan
Sikap Pemeriksaan
IVA Di Wilayah
Kerja Puskesmas
Dompu Barat Tahun
2022
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Kanker serviks

a. Pengertian kanker serviks

Kanker merupakan sel-sel neoplasma ganas yang

mengalami kerusakan gen berat serta luas sehingga

sel-selnya menyimpang jauh dari sel normal

lainnya.sel neoplasma adalah sel tubuh kita sendiri

yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga

bentuk, sifat, dan kinetiknya berubah, sehingga

tumbuhnya menjadi aotomy, liar, tidak terkendali dan

terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Scara

sederhana dikenal neoplasma jinak dan sel neoplasma

ganas (kanker). Transformasi sel itu terjadi karena

mutasi gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi

sel, yaitu proto onkogen dan supresorgen (Sukardja,

2000).

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai

oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak

terkontrol dan abnormal. Kanker dapat dicetuskan oleh

factor eksternal dan internal yang memicu terjadinya

karsigenesis (proses pembentukan kanker). Factor

eksternal yang dapat memicu kanker berupa infeksi,

radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi

tembakau. Factor internal berupa mutasi gen (baik


12

diturunkan atau akibat metabolisme), hormone dan

kondisi sistem imun seseorang.

Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik

pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan akhirnya

menyebabkan kerusakan jaringan normal yang sehat.

Kanker terjadi ketika sebuah sel muli tumbuh secara

tidak terkontrol.

Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker

yang akhir-akhir ini berkembang dengan pesat dan

mengkhawatirkan. Kanker serviks adalah tumor ganas

primer yang berasal dari sel epitel skiamosa. Kanker

serviks merupakan kanker yang terjadi pada leher

rahim atau serviks, suatu daerah pada organ

reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kerah

rahim, letaknya antara rahim dan vagina (Notodiharjo,

2002).

b. Deskripsi Serviks

Serviks terletak pada bagian terendah rahim

perempuan. Sebagian besar rahim terletak di panggul,

tapi bagian dari serviks terletak di vagina, yang

menghubungkan rahim dengan vagina, (Wiknjosastro,

2017). Adapun fungsinya adalah :

1) Leher rahim yaitu menghubungkan uterus ke vagina.

Selama haid darah mengalir dari rahim melaluii

leher rahim ke dalam vagina vagina mengeluarkan

darah haid ke bagian luar tubuh.


13

2) Leher rahim menghasilkan lendir. Saat berhubungsan

seks. Lendir membantu sperma bergerak dari vagina

melalui leher rahim ke dalam vagina.

3) Selama kehamilan, leher rahim tertutup rapat untuk

membantu menjaga bayi di dalam rahim. Selama

persalinan, leher rahim terbuka untuk memungkinkan

bayi melewati vagina. Kanker serviks terjadi ketika

sel-sel dari leher rahim mengalami pertumbuhan yang

mengarah pada pertumbuhan secara tidak normal dan

menginvasi jaringan lain atau organ-organ tubuh.

c. Terjadinya Kanker Serviks

Tubuh manusia terdiri dari sel-sel, kemudian sel-

sel membentuk jaringan, dan jaringan membentuk organ.

Sel-sel normal tumbuh dan membelah membentuk sel-sel

baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Kadang-kadang

proses itu berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk

ketika tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel tua

atau rusak tidak mati seperti seharusnya. Penumbuhan

sel ekstra sering membentuk suatu massa dari

jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor.

Tumor pada leher rahim bisa jinak atau ganas.

Tumor yang jinak bukan kanker. Mereka tidak berbahaya

pertumbuhan ganas (kanker). Tumor yang jinak antara

lain polip, kista, atau kutil kelamin. Mereka tidak

menyerang jaringan sekitar dan jarang menjadi ancaman

terhadap kehidupan. Tumor yang ganas contohnya adalah

kanker serviks. Ia dapat menyerang jaringan dan organ

didekatnya, dapat menyebar bagian lain dari tubuh,


14

dan kadang-kadang merupakan ancaman terhadap

kehidupan.

Kanker serviks dimulai dalam sel pada permukaan

serviks atau leher rahim. Dengan berjalannya esktu,

kanker serviks dapat menyerang lebih jauh ke dalam

serviks dan jaringan didekstnys. Sel-sel kanker dapat

menyebar dengan melepaskan diri dari tumor aslinya.

Mereka memasuki pembuluh darah atau kelenjar getah

bening, yang mepunyai cabagn ke seluruh jaringan.

Sel-sel kanker dapat menempel dan tumbuh pada

jaringan lain untuk membentuk tumor baru yang dapat

merusak jaringan tersebut. Penyebaran kanker disebut

metastasis.

Pada umumnya kanker serviks berkembang dari

sebuah kondisi pra-kanker. Prakanker ini timbul

ketika serviks terinfeksi oleh HPV (Human Papilloma

Virus) ganas selama kurun waktu tertentu. Kebanyakan

pra-kanker lenyap dengan sendirinya, tetapi jika ia

bertahan dan tidak diobati, ia dapat menjadi kanker.

d. Tahapan Kanker Serviks

Penentuan stadium diawal pengobatan sangatlah

penting. Berikut ini merupakan pembagian stadium

kanker serviks menurut FIGO (International Federation

Gynecologic and Obstetric, 2015), yaitu :


15

Tabel 2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks.

Tahap I Tahap II Tahap III


Stadiu Penyebaran Stadiu Penyebaran Stadiu Penyebaran
m m m
0 Karsinoma II Invasi tidak III Invasi mencapai
insitu sampai ke dindinga
dinding panggul, 1/3
panggul atau bagian bawah
mencapai 1/3 vagina atau
bagian baawah timbul
vagina
I Terbatas di IIA Menyebar ke IIIA Kanker
uterus. bagian vagina berkembang
panjang ke
daerah vagina
yang lebih
rendah
IA Terdeteksi IIB Menyebar IIIB Kanker
kanker membujur berkembang
invasive hanya dinding panjang ke
mikroskopis panggul dinding panggul,
hingga
menghambat
saluran kencing
IA1 Invasive
dengan
kedalaman
kurang dari 3
mm dan lebar
kurang dari 5
mm
IA2 Invasive
dengan kedalam
lebih dari 3
mm tetapi
kurang dari 5
mm, dan lebar
kurang dari 7
mm.
IB Kanker dapat
terlihat
16

dengan jelas
di permukaan
serviks
IB1 Kanker di
leher rahim
kurang dari 4
cm
IB2 Kanker di
leher rahim
lebih besar
dari 4 cm

e. Faktor Risiko

Kanker serviks tidak hanya disebabkan oleh

penyebab tunggal, yaitu virus HPV Onkogenik, tetapi

dipengaruhi oleh sejumlah faktor risiko. Faktor

risiko ini sudah diteliti oleh para ahli dan dianggap

mempengaruhi secara langsung terhadap perkembangan

kanker. Faktor risiko juga disebut sebagai faktor

predisposisi, yaitu faktor atau kondisi yang bisa

memicu terjadinya kanker serviks.

1) Usia

Perempuan yang rawan terkena kanker serviks

adalah mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama

mereka yang telah aktif secara seksual sebelum

usia 20 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu

dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker

serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang


17

melakukan hubungan seksual setelah 20 tahun

(Nurlelawati dkk, 2018).

Semakin tua seorang perempuan maka semakin

tinggi risikonya terkena kanker serviks. Tentu

kita tidak bisa mencegah terjadinya proses

penuaan, tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya

lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko kanker

serviks.

2) Pekerjaan

Pegawai (PNS/Swasta/TNI) mempunyai proporsi

pengetahuan baik yang lebih tinggi dibandingkan

ibu rumah tangga maupun pekerja lainnya.

Kelompok ibu rumah tangga/pembantu rumah tangga

dan wiraswasta juga mempunyai prporsi

pengetahuan buruk lebih tinggi. Jenis pekerjaan

dalam hal ini juga mempunyai faktor risiko

terjadinya kanker serviks (Eva, Anna, 2014).

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan dengan kejadian Kanker

Serviks terdapat hubungan yang kuat, dimana

kanker serviks cenderung lebih banyak terjadi

pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding

wanita berpendidikan tinggi. Tinggi rendahnya

pendidikan berkaitan dengan tingkat sosial

ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan.

Penderita kanker serviks yang berpendidikan

rendah merupakan faktor yang berisiko yang

mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Wanita


18

yang berpendidikan rendah ada kemungkinan kurang

begitu memperhatikan tentang kesehatan, terutama

kesehatan yang ada kaitannya dengan kebersihan

diri terutama kebersihan alat kelaminnya maka

akan memiliki risiko untuk terkena kanker

serviks (Aziz, 2015).

4) Paritas

Semakin tinggi risiko menderita kanker

serviks pada wanita dengan banyak anak >3,

apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu

pendek. Seorang perempuan yang sering

melahirkan (banyak anak) termasuk golongan

risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker

serviks. Dengan seringnya seorang ibu

melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya

terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang

akhirnya dampak dari luka tersebut akan

memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus

(HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit

kanker serviks.

5) Usia Pertama Kali Berhubungan Seks

Kanker serviks menyerang wanita yang pernah

atau sekarangaktif secara seksual. Biasanya

kanker ini menyerang wanita yang telah berumur,

terutama pada wanita yang berusia 35-55 tahun.

Namun tidak mustahil wanita yang lebih muda

dapat menderita penyakit ini jika mempunyai

faktor risikonya. Wanita yang aktif secara


19

seksual pada usia 20-35 tahun dan terinfeksi

oleh Human Papilloma Virus (HPV) akan menderita

kanker serviks dalam periode 10-20 tahun.

Wanita yang menikah sebelum 20 tahun berisiko

terkena kanker serviks karena pada usia

tersebut organ seksual belum siap untuk

hubungan seksual pada usia dini.

6) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

Penggunaan kontrasepsi hormonal lebih dari

4 atau 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena

kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan

wanita sensitif terhadap HPV yang dapat

menyebabkan adanya peradangan pada genitalia

sehingga berisiko untuk terjadi kanker serviks

(Hartmann, 2015).

7) Riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS)

Wanita yang pernah terkena penyakit menular

seksual juga memiliki risiko yang tinggi terkena

kanker serviks. Hal ini karena HPV bisa ikut serta

tertullar bersamaan dengan penyebab penyakit

kelamin lainnya saat berhubungan seksual. Kaitan

antara perubahan abnormal serviks (dysplasia) dan

kanker serviks yang berkaitan dnegan HIV telah

dikenal sejak tahun 1990. Dari hasil penelitian

itu diketahui bahwa 40% wanita yang terinfeksi HIV

mengalami dysplasia leher rahim yang dikenali

melalui pemeriksaan pap smear. Meskipun ada kaitan


20

nyata antara HIV positif dengan dysplasia leher

rahim, tetapi sebagian besar wanita yang mengalami

lesi tersebut berada alam tahapan atau tingkat

rendah. Seperti halnya pada populasi wanita secara

umum, terdapat banyak factor yang mempengaruhi

perkembangan kanker tidak hanya akibat infeksi HIV

semata, (Riksani, 2016).

f. Penyebab Kanker Serviks

Penelitian telah menemukan beberapa faktor yang

dapat meningkatkan risiko kanker serviks atau leher

rahim. HPV Onkogenik misalnya adalah penyebab utama

kanker serviks. Infeksi HPV Onkogenik dan faktor

risiko lainnya secara bersama-sama dapat meningkatkan

risiko yang lebih besar. Secara garis besar trdapat 3

faktor penyebabkan kanker serviks, yaitu :

1) The Seed

Human Papilloma Virus atau HPV merupakan

penyebab dari kanker serviks. Virus ini bersifat

eksklusif dan spesifik karena hanya tumbuh dan

menyerang sel-sel manusia, terutama pada sel epitel

mulut rahim. HPV merupakan virus berukuran sangat

kecil dan bisa menular saat melakukan hubungan

seksual. Risiko rendah yaitu HPV type 6,11, 42, 43,

dan 44 yang merupakan HPV nononkogenik. Risiko

tinggi yaitu HPV type 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45,

51, 52, 56, 58, 59, dan 68 disebut sebagai tipe

onkogenik yaitu jika terinfeksi berisiko

menimbulkan kanker.
21

2) The Soil, yaitu perubahan yang terjadi pada sel-sel

epitalium mulut rahim terutama pada zona

transformasi sebagaimana sudah dipaparkan

sebelumnya. Perubahan sel yang berkembang secara

tidak terkendali pada daerah yang kritis bisa

berisiko terjadi perkembangan kanker serviks.

Melakukan hubungan seksual pada usia muda, yaitu di

bawah 16 tahun juga bisa meningkatkan risiko

terkena kanker serviks .

3) The Nutrients, yaitu pengaruh nutrisi dan gaya

hidup yang bisa mempengaruhi secara imunitas tubuh

seseorang secara spesifik, seperti kebiasaan

merokok, penggunaan alat kontrasepsi terutama pil,

termasuk terinfeksi penyakir yang menurunkan daya

tahan seperti terserang HIV, HSV, atau Chlamydia.

g. Gejala Kanker Serviks

Pada thap awal, penyakit ini tidak menimbulkan

gejala yang mudah diamati. Saat masih pada tahap lesi

prakanker, 92% wanita tidak merasakan gejala apapun

terutama gejala yang menunjukkan kea rah kanker

serviks.

Biasanya di aawal wanita akan merasakan sensasi

kering pada vagina atau keputihan berulang yang tetap

keluar meskipun sudah mendapatkan pengobatan. Gejala-

gejala kanker adalah :

1) Ada bercak atau perdarahan setelah berhubungan

seksual.
22

2) Ada bercak atau perdarahan di luar masa haid.

3) Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause.

4) Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih

panjang dari biasanya.

5) Keluarnya bau yang menyengat yang tidak bisa

dihilangkan walaupun sudah diobati.

Gejala kanker serviks berdasarkan tingkat lanjut, yaitu :

1) Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat

berhubungan intim (contact bleeding).

2) Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

3) Penurunan berat badan secara drastic.

4) Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka

pasien akan menderita keluhan nyeri punggung.

5) Hambatan dalam berkemih serta pembesaran ginjal.

h. Penyebaran Kanker ( Metastasis )

Kanker serviks dimulai dari dalam leher rahim dan

menyebar ke bagian samping pinggul lewat struktur

pendukung leher rahim dan rahim yang disebut dengan

ligament cardinal. Kanker kemudian dapat melekat pada

dinding panggul. Kanker serviks juga dapat menyebar

ke bagian depan lehar rahim dan ke dalam kandung

kemih atau ke belakang leher rahim ke rectum.

Penyebaran ke kandung kemih atau rectum tidak

sesering penyebaran kea rah dalam panggul. Penyebaran

lewat system getah bening juga terjadi pada kanker

serviks, tetapi jarang terjadi. Penyebaran lewast

aliran darah juga dapat terjadi, ttapi biasanya

merupakan tanda penyakit yang sudah berada di stadium


23

yang sangat lanjut. Tempat umum untuk penyebarran ini

adalah paru-paru dan hati.

2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

a. Definisi IVA

Gambar 2. 1 Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat (IVA)

IVA merupakan salah satu cara deteksi dini kanker

serviks yang mempunyai kelebihan yaitu kesederhanaan

teknik dan kemampuan memberikan hasil yang segera.

IVA bisa dilakukan oleh semua tenaga kesehatan, yang

telah mendapatkan pelatihan (Depkes RI, 2009).

Metode ini sudah dikenalkan sejak tahun 1925 oleh

Hans Hinselman dari Jerman tetapi baru diterapkan

tahun 2005. IVA adalah pemeriksaan serviks secara

visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang

untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam

cuka 3-5%, (Depkes RI, 2009).

Perubahan warna pada serviks dapat menunjukkan

serviks normal (merah homogen) atau lesi pra kanker

(bercak putih). Dalam waktu sekitar 60 detik sudah


24

dapat dilihat jika ada kelainan, yaitu munculnya plak

putih pada serviks. Tujuannya adalah untuk melihat

adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah

satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak

direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena

daerah zona transisional seringkali terletak di

kanalis servikalis dan tidak tampak dengan

pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2015).

Data terkini menunjukkan bahwa pemeriksaan visual

serviks menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak

sama efektifnya dengan Test Pap dalam mendeteksi

penyakit dan bisa dilakukan dengan lebih sedikit

logistic dan hambatan tekhnis. IVA dapat

mengidentifikasi lesi derajat tinggi pada 78%

perempuan yang didiagnosa memiliki lesi derajat

tinggi dengan menggunakan kolposkopi 3,5 kali lebih

banyak daripada jumlah perempuan yang teridentifikasi

dengan mengunakan Tes Pap (Depkes RI, 2009).

Nilai sensitifitas IVA lebih baik, walaupun

memiliki spesifisitas yang lebih rendah. IVA

merupakan praktek yang dianjurkan untuk fasilitas

dengan sumber daya rendah dibandingkan dengan

penapisan lain dengan beberapa alasan antara lain

karena aman, murah, mudah dilakukan, kinerja tes sama

dengan tes lain, dapat dilakukan oleh hamper semua

tenaga kesehatan, memberikan hasil yang segera

sehingga dapat diambil keputusan segera untuk


25

penatalaksanaannya, peralatan mudah didapat, dan

tidak bersifat invasif serta efektif

mengidentifikasikan berbagai lesi prakanker (Emilia,

2015).

b. Sasaran IVA

Depkes RI (2009) mengindikasikan skrining deteksi

dini kanker serviks dilakukan pada kelompok berikut

ini :

1) Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun,

yang belum pernah menjalani tes sebelumnya, atau

pernah menjalani tes 3 tahun sebelumnya atau lebih.

2) Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada

pemeriksaan tes sebelumnya.

3) Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal

pervaginam, perdarahan pasca sanggama atau

perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan

gejala abnormal lainnya.

4) Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada

serviksnya.

Sedangkan untuk interval skrining, (Depkes RI,

2009) merekomendasikan :

1) Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur

hidup maka sebaiknya dilakukan pada perempuan

antara usia 35 – 45 tahun.

2) Untuk perempuan usia 25-45 tahun, bila sumber daya

memungkinkan, skrining hendaknya dilakukan tiap 3

tahun sekali.
26

3) Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun

sekali.

4) Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining

sebelumnya negatif, perempuan usia diatas 65 tahun,

tidak perlu menjalani skrining.

5) Interval pemeriksaan IVA adalah 5 tahun sekali.

Jika hasil pemeriksaan negatif maka dilakukan

ulangan 5 tahun dan jika hasilnya positif maka

dilakukan ulangan 1 tahun kemudian.

Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jatim

(2015), adapun syarat- syarat untuk dilakukannya tes

IVA, antara lain :

1) Sudah pernah melakukan pengaruh seksual.

2) Tidak sedang datang bulan/haid.

3) Tidak sedang hamil.

4) 24 jam sebelumnya tidak melakukan pengaruh seksual.

c. Kelebihan IVA

Adapun kelebihan dari metode IVA, antara lain :

1) Mudah, praktis, sederhana, dan murah.

2) Sensitivitas dan sensitifitas cukup tinggi

Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan

dokter ginekologi, dan dapat dilakukan oleh bidan

ataupun tenaga medis terlatih.

3. Penyuluhan
27

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak

hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau

dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan

identik dengan pendidikan kesehatan karena keduanya

berorientasi pada perilaku. (Notoatmodjo, 2015).

Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk

menigkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran, dari, oleh untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri

sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

bersumuber daya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2011)

b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku

masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai

derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk

mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan

setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi

sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target

penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek

yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan

jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya

peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan


28

yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat,

dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan

perilaku sehat dalam kehidupan sehari- harinya.

Tujuan penyuluhan kesehatan pada hakekatnya sama

dengan tujuan pendidikan kesehatan diantaranya

(Notoatmodjo, 2011) :

1) Tercapainya perubahan perilaku individu,

keluarga dan masyarakat dalam membina dan

memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan

sehat, serta berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai

dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka

kesakitan dan kematian.

c. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil promosi

kesehatan secara optimal. Metode yang dikemukakan

antara lain:

1) Metode individual (perorangan)

Dalam promosi kesehatan metode ini

digunakan untuk membina perilaku baru atau

seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar

digunakan pendekatan individual ini karena


29

setiap orang mempunyai masalah atau alas an

yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Metode yang dapat

dikemukakan antara lain metode bimbingan dan

wawancara.

2) Metode kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok

harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk

kelompok yang besar metodenya akan berbeda

dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode

akan tergantung pula pada besarnya sasaran

penyuluhan. Metode ini mencakup ceramah dan

seminar.

3) Metode massa

Dalam metode ini penyampaian informasi

ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa

atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum

dalam arti tidak membedakan golongan umur,

pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan

dan sebagainya, maka pesan kesehatan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

ditangkap oleh massa tersebut. Beberapa contoh

dari metode ini adalah ceramah umum,

berbincang-bincang (talk show) tentang

kesehatan melalui media elektronik, simulasi,

dialog antara pasien dan petugas kesehatan,

sinetron, tulisan majalah atau koran, spanduk,


30

poster dan sebagainya.

d. Media Video

1) Definisi Media

Media berasal dari kata mediu yang berarti

tengah, pengantar, perantara. Media juga

diartikan sebagai wahana penyalur pesan. Media

menurut Heinich (1912) mengemukakan bahwa mendia

adalah perantara yang mengantar 13 informasi

antara sumber kepada penerima. Gagne dan Briggs

(1975) mengatakan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pengajaran (Setiawati,

2012).

2) Definisi video Video adalah seperangkat alat yang

dapat memproyeksikan gambar bergerak yang

merupakan paduan antara gambar dan suara

membentuk karakter sama dengan obyek aslinya

(Hujair, 2009).

Pesan yang disajikan video dapat berupa

fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun

fiktif (misal cerita) dapat pula bersifat

informatif, edukatif, maupun intruksional. Video

dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak

bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang

sesuai. Video dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang

rumit, dan mempengaruhi sikap (Kustandi, 2011).


31

3) Keuntungan media video Menurut Majid (2006),

Beberapa keuntungan yang didapat jika penyuluhan

yang disajikan dalam bentuk video antara lain:

a) Lebih menarik dan lebih mudah dipahami

b) Dengan video seseorang dapat belajar sendiri

c) Dapat diulang pada bagian tertentu yang perlu

lebih jelas

d) Dapat menampilkan sesuatu yang detail

e) Dapat dipercepat maupun diperlambat

f) Memungkinkan utuk membandingkan antara dua

adegan berbeda diputar dalam waktu bersamaan

g) Dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari

suatu adegan, suatu situasi diskusi,

dokumentasi, promosi suatu produk, interview,

dan menampilkan satu percobaan yang berproses

4. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan

indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).


32

Menurut (Notoadmojo, 2007) pengetahuan dibagi

menjadi 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall

(memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang

tahu apa yang dioekajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk mejelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap suatu objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)
33

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan

antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang telah sapai pada tingkat

analisis adalah apabila orang tersebut telah

membedakan atau mengelompokan terhadap pengetahuan

atas objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunujukan kepada suatu kemmapuan

seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu

hubungan yang logis dalam komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

suatu pengetahuan dari pengetahuan-pengetahuan yang

telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang telah

ditentukan sendiri.

b. Proses terjadinya Pengetahuan

Menurut Notoadmotjo (2016) pengetahuan

mengungkapkan bahwa sebeum orang mengdopsi perilaku

baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses

sebagai berikut :
34

1) Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulasi (obyek).

2) Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi

atau obyek tersebut disini sikap obyek mulai

timbul.

3) Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan

tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini

berarti sikap responden udah lebih baik lagi.

4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki.

5) Adaptasi (Adaption), dimana subyek telah

berperilkau baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikap terhadap stimulasi.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan baik

formal maupun nonformal, berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang

tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi, makan seseorang akan semakin cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun media massa. Peningkatan pengetahuan tidak


35

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetpi

juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap objek

tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek

ynag diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin

positi terhadap objek tersebut.

2) Informasi/media massa

Informasi didefinikan sebagai suatu teknik

untuk mengumpulkan menyiapkan, menyimpan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi yang dipereoleh baik dari pendidikan

formal maupun nonformal. Berkembangnya teknologi

kan menyediakan bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat entang

inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai

bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

3) Pekerjaan

Seseorang ynag bekerja di sector formal

memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai

informasi, termasuk kesehatan (Notoadmodjo, 2016).

4) Social, budaya dan ekonomi


36

Kebiasaan dn tradisi ynag biasa dilakukan

orang-orang tidak melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga

akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

5) Lingkungan

Lingkngan adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar individu, baik linkungan fisik, biologis,

maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengethahuan ke dalam individu

yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tdiak, yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

6) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah ynag dihadapi

masa lalu.

7) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya


37

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,

dan kemampuan verbal dilaporkan hamper hamper

tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap

tradisional mengenai jalannya perkembangan selama

hidup adalag sebagai berikut:

a)Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak

informasi yang dijumpai semakin banyak hal ynag

dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

b)Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada

orang yang sudah tua karena telah mengalami

kemunduran baik fisik maupun mental. Beberapa

teori berpendapat ternyata IQseseorang akan

menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya

usia (Agus, 2013).

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan pengukuran dapat dilakukan dengan

cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang dikukur dari subjek penelitian atau

responden. Dalam mengukur pengethuan harus

diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut

tahapan pengetahuan (Agus, 2013).

Skor yang sering digunakan untuk mempermudah

dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam

penelitian biasanya dituliskan dalam presentase.

Misalnya, pengetahuan :

Baik = 76%-100%
38

Cukup = 56%-75%

Kurang = <56% (Nursalam, 2017).

Menurut skinner (2007) di dalam buku Agus (2013)

pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan bila

seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu

baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan

seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut.

Sekumpulan jawaban yan diberikan tersebut dinamakan

pengetahuan.

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan

jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan

(tertinggi) kemudian dilakukan 1005 dan hilnya berupa

presentase dengan rumus yang dipergunakan sebagai

berikut :

Rumus Nilai Pengetahuan

Sp
N= ×100 %
Sm
Keterangan :

N :nilai pengetahuan

Sp :skor yang didapat

Sm :skor tertinggi

5. Konsep Dasar Sikap

a.Definisi Sikap
39

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek (Notoadmodjo,2017). Sikap merupakan suatu syarat

untuk munculnya suatu tindakan. Sikap dipengaruhi oleh

keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu

(Priyoto, 2014).

Sikap merupakan kesiapan pada seseorang untuk

bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.

Sikap ini dapat bersifat positif, dan dapat pula

bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan

tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap membenci, tidak

menyukai obyek tertentu.

Kesimpulan sikap adalah suatu proses penilaian

yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau

situasi yan disertai adanya perasaan tertentu dan

memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat

respons atau berprilaku dalam cara yang tertentu yan

dipilihnya.

b.Komponen Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap


suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu


objek.

3) Keendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan


40

sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting.

c.Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan:

1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat

dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap

ceramah-ceramah tentang gizi.

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

ataumengerjakan tugas yan diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah

berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu mengajak

ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan

sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke

posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah

suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai

sikap positif terhadap gizi anak.


41

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan

sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu

mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat

tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

d.Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto dalam buku A

Wawan dan Dewi (2011):

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk

atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam

hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakan nya

dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar,

kebutuhan akan beristiharat.

2) Sikap dapar berubah-ubah Karena itu sikap dapat

dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang

bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempengaruhi sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa

mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek

dengan kata lain, sikap itu terbentuk dipelajari

atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu

objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi

dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal

tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap-sikap


42

dan kecakap-cakaan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki orang.

e.Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2007) dalam A Wawan (2011)

terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya ditandai

norma-norma sebelumnya, sehingga norma tersebut

beserta pengalaman di masa lalu akan membentuk suatu

sikao, bahkan bertindak. Dengan demikian sikap

terbentuk setlah individu mengadakan internalisasi

dari hasil, yakni:

1)Observasi serta pengalaman partisipasi dengan

kelompok yang dihadapi

2)Perbandingan pengalaman yang mirip dengan respon

atau reaksi yang diberikan, serta hasil dari reaksi

terhadap dirinya.

3)Pengalaman yang sama melibatkan emosi, karena suatu

kejadian yang telah menyerap perasaannya sulit

diluapkan sehingga reaksi akan merupakan reaksi

berdasarkan usaha menjauhi situasi yang diharapkan.

4)Mengadakan perbandingan antara sesuatu yang

dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dianggap

lebih berpengalaman, lebih ahli dan sebagainya.

f.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembetukan sikap

menurut A Wawan dan Dewi, 2011 yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembetukan ikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang


43

kuat. Karena itu, sikap akan ebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki

sikap yang konformis atau searah dengn sikap orang

yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa didasari dari kebudayaan tekah menanamkan

garis pengarah sikap kita terhadap berbagai

masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

media komunikasi lainnya, berita yang harusnya

faktual disampaikan secara obyektif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibat

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dn ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan

tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya

konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi


44

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

g.Pengukuran Sikap

1) Skala Thustone

Skal ini bertujuan untuk mengurutkan respon

berdasarkan suatu kriteria tertentu yang merupakan

ciri pokok dari metode ini adalah menggunakan panel

yang terdiri dari 50 sampai 100 ahli untuk menilai

sejumlah pernyataanguna menilai variable tertentu.

2) Skala Likert

Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang

umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala

yang paling banyak digunakan dalam riset berupa

survey. Dengan likert variable yang kan diukur

dijabarkan menjdi indikatir variable, kemudian

indicator tersebut dijadikan sebagai titik toalak

untuk menyusun item-item intruumen yang dapat

berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap

item intrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari tingkat positif sampai

negative. Skala ini apabila dikaitkan dengan jenis

fdata yang dihasilkan adalah data ordinal. Kategori

atau alternatif yang digunakan dalam skal likert

adalah:

a) Sangat setuju

b) Setuju

c) Tidak setuju

d) Sangat tidak setuju


45

3) Unogstrusive measures

Metode ini berakar dari suatu dimana seseorang

dapat mencatat suatu aspek-aspek perilakunya

sendiri atau yang berhubungan dengan sikapnya dalam

pertanyaan.

4) Multidimensional scoling

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih

kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang

lebih bersifat unidimensional. Namun demikian,

pengukuran ini kadang kala kurang valid terutama

apabila diterapkan pada orang lain, lain isu, lain

skala item.

5) Pengukuran involuntary behavior (pengukuran

terselubung)

Pengukuran dapat dilakukan jika memang diingatkan

atau dapat dilakukan oleh responden. Dalam banyak

situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh

kerelaan respponden. Pendekatan ini merupakan

pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi

psikologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan

oleh individu mulai dari faisal reaction,

voicenotes, body gusture, keringat, dilatasi,

dilatasi pupil, detak jantung, dan beberapa aspek

fisiologis lainnnya (A Wawan dan Dewi, 2011).

6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keputusan WUS

Melakukan IVA

a. Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai


46

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin

bertambah usia seseorang, kematangan berpikir dan

kualitas pekerjaannya semakin meningkat.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Rini di 4 Puskesmas di daerah

Jatinegara dimana usia yang paling banyak melakukan

program skrining kanker serviks metode IVA adalah

kelompok usia 35-39 tahun, yaitu sebanyak 127 orang

(20,8%).Hal tersebut sesuai dengan anjuran Depkes RI

2009 bahwa deteksi dini kanker serviks dianjurkan

pada perempuan usia 30-50 tahun.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi

perilaku rakyatnya. Semakin tinggi pendidikan

masyarakat, semakin tinggi juga kesadaran akan

kesehatan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat

keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan

(Runjati, 2016).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Suryani, dkk pada tahun 2019 dimana sampel

dengan pendidikan lebih tinggi lebih banyak melakukan

skrining kanker serviks. Sampel dengan pendidikan

dasar hanya 8 orang (26,7%) sedangkan sampel dengan

pendidikan menengah atas sebanyak 20 orang (66,7%).

c. Pekerjaan

Pekerjaan akan mempengaruhi tingkat ekonomi

seseorang. Tingkat sosial ekonomi yang terlalu rendah

akan mempengaruhi individu menjadi tidak begitu


47

memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena

lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih

mendesak.

d. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Menurut Mubarak, dkk

(2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman,

kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi.

Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang atau

masyarakat terhadap kesehatan. Pengetahuan tertentu

tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu

tindakan kesehatan pribadi terjadi.

e. Dukungan Suami

Perhatian dan kasih sayang sangat dibutuhkan

dalam menumbuhkembangkan seorang manusia ke arah yang

lebih sehat, cerdas, dan berpotensi. Selain itu,

menurut Lawrence Green, dukungan keluarga merupakan

factor pendorong (reinforcing) yang mempengaruhi

perilaku manusia. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan

dari orang terdekat, termasuk didalamnya suami,

berpengaruh terhadap keputusan WUS melakukan deteksi

dini kanker serviks.

B.Kerangka Konsep

Dengan mengacu pada kerangka teori sebagai alur pikir

dalam penelitian, peneliti mencoba membuat kerangka konsep


48

secara sistematis untuk memahami secara mendalam mengenai

pengetahuan dan sikap WUS di wilayah Puskesmas Dompu Barat

terhadap deteksi dini kanker serviks. Kerangka konseptual

penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain

dari masalah yang ingin diteliti. (Nursalam, 2017).


49

Independen Dependen

Penyuluhan Pengetahuan
Kesehatan Tentang dan Sikap
Deteksi Dini Wanita Usia
Kanker Serviks Subur
dengan Metode

Pemeriksaan
Inspeksi
Visual Asetat

Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Keputusan Wanita Usia
Subur Melakukan
Inspeksi Visual
Asetat :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan Kesehatan


Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Metode
Inspeksi Visual Asetat Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja
Puskesmas Dompu Barat.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti
: Mempengaruhi
: Hubungan
50

C.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau asumsi tentang

hubungan antara dua variabel atau lebih variabel yang

diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.

Setiap hipotesis terdiri atas satu atau bagian dari

permasalahan (Nursalam, 2013).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1.Ha

a. Ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang

Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Terhadap

Pengetahuan Wanita Usia Subur.

b. Ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang

Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Terhadap Sikap

Wanita Usia Subur.

2.H0

a. Tidak ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan

Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA

Terhadap Pengetahuan Wanita Usia Subur.

b. Tidak ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan

Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA

Terhadap Sikap Wanita Usia Subur.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah dalam upaya

menemukan data demi goal dan kegunaan tertentu (Sugiyono,

2018).

A.Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah responden atau informan yang

akan dimintai informasi atau dicari informasinya. subjek

penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel

tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan (Fitrah dan Luthfiyah, 2017). Subyek penelitian

ini adalah wanita usia subur di Wilayah Puskesmas Dompu

Barat.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan individu yang

memiliki karakteristik yang sama untuk dijadikan area

generalisasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diteliti dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2018).

Populasi penelitian adalah seluruh Wanita Usia Subur

yang ada di 3 Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dompu

Barat, yaitu Kelarahan Simpasai yang berjumlah 1.294

orang, Kelurahan Kandai 2 yang berjumlah 1.272 orang

dan Kelurahan Monta Baru yang berjumlah 955 orang. Maka

jumlah populasi dari penelitian ini adalah 3.521 orang.


52

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan

mampu mewakili populasi dalam penelitian. Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik ynag dimiliki

oleh populasi. Sampel dilakukan karena peneliti

memiliki keterbatasan dalam melukakan penelitian baik

dari segi waktu, tenaga, dana dan jumlah populasi yang

sangat banyak(Sugiyono, 2016).

Dalam pemilihan sampel penelitian ini dibedakan

menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan kriteria

ekslusi. Kriteria inklusi adalah karateristik umum

subjek penelitian pada populasi terjangkau. Kriteria

ekslusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria

inklusi tetapi harus dikeluarkan karena sesuatu hal

(Sugiyono, 2016)

a. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum

subyek penelitian dari suatu populasi target ynag

terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017).

Dalam penelitian ini peneliti mempunyai kriteria

inklusi sebagai berikut :

1)Responden merupakan wanita usia subur yang sudah

menikah berusia 20-50tahun.


53

2)Responden yang bersedia berpatisipasi dalam

penelitian ini.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi krena

berbagai sebab (Nursalam, 2017). Kriteria ekslusi

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Responden yang tidak mengikuti penyuluhan dari

awal.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non probability sampling berupa

accidentl sampling, yaitu suatu metode penentuan sampel

dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau

bersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian (Notoadmodjo, 2018).

4. Besar Sampel

Pada penelitian ini menentukan besarnya sampel yang

diambil dari populasi peneliti yaitu dengan rumus yang

dikemukakan oleh Slovin dalam Mustafa (2010:90) dengan

tingkat kepercayaan 90% dengan nilai e=10%.

N
n=
1+Ne2

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi
54

e : Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang

ditolerir sebesar 10%

Jadi :

3521
n= 2
1+3521( 0,1)

3521
n=
1+3521( 0,01)

3521
n=
36,21

n=97,23 ≈ 99

jadi, nilai (n) yang diperoleh dari rumus adalah

97,23 sampel, akan tetapi karena hasil memiliki koma,

peneliti akan mengambil sampel 99 orang.

5. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

eksperemen. Eksperimen yang dimaksud adalah rancangan

pre eksperimen dengan menggunakan (one group pretest and

posttest design), karena penelitian ini hanya

menggunakan satu sampel kelompok saja tanpa adanya

sampel kelompok pembanding.

C.Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan

kepada subyek dalam proses pengumpulan karakteristik

subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2017).

1.Intrument penelitian
55

Peneliti menggunakan intrumen pengumpulan data

berupa kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari data

karakteristik responden seperti identitas klien, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan

pertanyaan berkaitan seputar tentang pengetahuan dan

sikap deteksi dini kanker serviks melalui metode tes

IVA. Adapun dipersiapkan adalah:

a.Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan berisikan 10 pertanyaan.

Kuesioner diadopsi dari kuesioner Shifa Nur Aini

Badrein tahun 2016. Pengisian dilakukan dengan

memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang

berisikan pengetahuan WUS tentang IVA pada kolom a, b,

c, d.

b.Kuesioner Sikap

Kuesioner sikap yang diadopsi dari kuesioner Myriam

Leyva tahun 2016 berisikan 10 pertanyaan dengan 5

pertanyaan positif (+) dan 5 pertanyaan negatif (-).

Pengisian dilakukan dengan memberi tanda checklist (√)

pada jawaban yang berisikan sikap WUS tentang tes IVA

pada kolom sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pada

pertanyaan positif, sangat setuju (SS) diberi skor 4,

setuju S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor

2, sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Pada

pertanyaan negative, sangat setuju (SS) diberi skor 1,

setuju (S) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi

skor 3 dan sangat tidak setuju diberi skor 4.


56

Pernyataan positif terdiri dari no. 1, 2, 6, 9 dan

pernyataan negatif terdiri dari no. 3, 4, 5, 7, 8, 10

(Notoatmodjo, 2017).

D. Sumber Data dan Jenis Data

1.Sumber Data

Dalam pengumpulan sumber data, peneliti melakukan

pengumpulan sumber data dalam wujud data primer. Data

primer adalah jenis dan sumber data penelitian yang

diperoleh secara langsung dari sumber pertama (tidak

melalui perantara), baik individu maupun kelompok. Jadi

data yang didapatkan secara langsung. Data primer secara

khusus dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

2.Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan

data atau informasi yang di dapatkan dalam bentuk angka.

Dalam bentuk angka ini maka data kuantitatif dapat

diproses menggunakan rumus matematika atau dapat juga di

analisis dengan sistem statistik.

E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasioanal

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen

Variabel independen (variabel bebas) adalah

variabel mempengaruhi variabel dependen. Variabel


57

independen penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan

tentang deteksi dini kanker serviks metode IVA.

b. Variabel dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah

variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.

Variabel dependen penelitian ini adalah pengetahuan

dan sikap WUS terhadap deteksi dini kanker serviks

metode IVA (Sugiyono, 2018).


57

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Data Scoring
Penyuluhan Memberikan informasi Kuesioner - -
Kesehatan pentingnya tentang
Tentang deteksi dini kannker
Deteksi Dini serviks metode IVA pada
Kanker WUS di Wilayah Kerja
Serviks Puskesmas Dompu Barat
Pengetahuan Pemikiran WUS di Wilayah Kuesioner Ordinal 3 : Baik (76%-100%)
Kerja Dompu Barat 2 : Cukup (56%-75%)
tentang deteksi dini 1 : Kurang (<56%)
kanker serviks dengan
metode IVA sebelum dan
sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan.
Sikap WUS melakukan pemeriksaan Kuesioner Ordinal Kategori
IVA sebelum dan sesudah 3 : Baik (76%-100%)
diberikan penyuluhan 2 : Cukup (56%-75%)
kesehatan tentang deteksi 1 : Kurang (<56%)
dini kanker serviks
dengan metode IVA. Vaforable:
4 : sangat setuju (SS)
3 : Setuju (S)
2 : Tidak setuju (TS)
1 : Sangat tidak setuju
(STS)

Unvaforable:
1 : sangat setuju (SS)
2 : Setuju (S)
3 : Tidak setuju (TS)
4 : Sangat tidak setuju
(STS)
58

F. Rencana Pengolahan data

Analisa data penelitian deskriptif menggunakan

analisis deskriptif yang berfungsi untuk meringkas,

mengklarifikasi, dan menyajikan data yang merupakan

langkah awal dari analisis lebih lanjut dalam penggunakan

uji statistik (Hidayat, 2011).

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan data tentang karakteristik WUS yang

mengikuti penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu

Barat. Analisis univariat menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari variabel bebas

(independent) yaitu penyuluhan kesehatan tentang

deteksi dini kanker serviks metode IVA dan varibel

terikat (dependent) yaitu umur, pendidikan dan . Rumus

analisis univariat:

∑f
P=
n

Keterangan:

P = Prosentasi

∑f = Frekuensi tiap kategori


n = Jumlah sampel
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan suatu analisis untuk

melihat hubungan antara variabel dependen dan

independen. Uji yang dilakukan pada penelitian ini,

untuk melihat ada perbedaan pengetahuan dan sikap WUS

sebelum dan sesudah pada satu kelompok maka menggunakan


59

Uji T-Test. Uji T-Test yang digunakan dalam analisis

bivariate pada penelitian ini adalah uji beda mean

dependen (Uji T dependen).

Analisis data ini dilakukan dengan membandingkan

nilai rata-rata post tes kelas eksperimen dengan nilai

KKM (50). Sebelum dilakukan uji one sample t test,

terlebih dahulu diuji normalitas untuk mengetahui

apakah eksperimen berdistribusi normal atau tida.

Penggunaan statistik parametris dan nonparametris

tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan

dianalisis. Statistik parametris nonparametris

tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan

dinalisis. Statistik parametris memerlukan banyak

asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan

dianalisis harus berdistribusi normal. Sedangkan

statistik nonparametris tidak memerlukan terpenuhi

banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak

harus berdistribusi normal.

Karena kelompok eksperimen langsung dipilih

peneliti sesuai dengan persetujuan responden WUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat dan

membandingkannya dengan KKM (50), maka yang dijadikan

sebagai kelompok eksperimen adalah WUS di 3 Kelurahan

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat sebanyak 99 orang

dan data sampel kelompok eksperimen tersebut tidak

harus berdistribusi normal. Jadi statistic yang


60

digunakan dalam penelitian ini adalah statistic

nonparametris.

Berikut ini akan dianalisis datanya melalui uji

normalitas berupa statistic nonparametris dan

selanjutnya jika normal, maka dilakukan diuji one t

test table.

a.Uji Nomalitas

Uji normalitas data sangat diperlukan untuk

membuktikan apakah variabel dari data yang diperoleh

sudah normal apa belum. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah statistik parametik, maka dalam

penelitian ini data pada setiap variabel harus

terlebih dahulu di uji normalitasnya. Dalam

penelitian ini uji normalitas data yang digunakan

adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan

taraf signifikan sebesar 0,05, data dinyatakan

berdistribusi normal jika signifikan lebih besar 5%

dengan menggunakan SPSS.

Untuk pengambilan keputusan dengan pedoman:

1) Nilai signifikan atau nilai probilitas <0,05,

distribusi data tidak normal.

2) Nilai signifikan atau nilai probabilitas >0,05,

distribusi data adalah normal.

b.Uji Paired Sample T-Test

Uji t paired t-test digunakan sebagai uji

komparatif atau perbedaan apabila skala data kedua


61

data kedua variabel adalah kuantitatif (interval atau

rasio). Uji ini disebut juga dengan istilah Pairing T-

test adalah uji beda parametris pada dua data yang

berpasangan. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka

dapar dijelaskan lebihh detail lagi bahwa uji ini

diperuntukkan pada uji beda atau uji komparatif.

Artinya adakah perbedaan mean atau rata-rata dua

kelompok yang berpasangan. Berpasangan artinya adalah

sumber data berasal dari subyek yang sama. Melakukan

analisis dengan pengolahan data untuk membandingkan

Pengetahuan dan Sikap WUS sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini

kanker serviks metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas

Dompu Barat menggunakan teknik statistik yang berupa

uji beda dua rata-rata (dependent sample t-test). Uji

dependent sample t-test pada prinsipnya akan

membandingkan rata-rata dari suatu perusahaan yang

sama.

Uji t berpasangan (paired t-test) adalah salah

satu metode pengujian hipotesis dimana data yang

digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang

paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan

adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah

perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu

yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data

sampel, yaitu data perlakuan pertama dan data dari

perlakuan kedua.
62

c.Uji Hipotesis

Setelah kelas ekperimen diberi perlakuan, maka

dilakukan tes akhir. Dari hasil tes akhir, diperoleh

data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji

hipotesis penelitian yaitu hipotesis diterima atau

hipotesis ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan

tumus t-test dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 : µ≤50 (Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal)

H1 : µ>50 (Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal)

Dengan:

µ = Rata-rata hasil penyuluhan


KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal
Rumusan hipotesis di atas pengujiannya dilakukan

dengan uji t satu pihak kanan, dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

X−µ
t=
S
√n

Keterengan:

t = Nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t


hitung

( X = Rata-rata Xi
63

µ = Nilai yang dihipotesiskan


S = Simpangan baku
n = Jumlah anggota sampel
Selanjutnya, nilai thitung yang diperoleh

dikonsultsikan dengan nilai ttabel , taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan df-n-1. Jika nilai ttabel≥thitung,

maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dan sebaliknya jika

ttabel<thitung, maka H0 ditolak dan Ha diterima.


A. Rencana Jadwal Kegiatan

Tabel 3. 1 Rencana Jadwal Penelitian

WAKTU KEGIATAN
SEPTEMBE
NO KEGIATAN JULI AGUSTUS OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
R
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
Skripsi
2 Seminar Proposal Skripsi
3 Revisi Proposal Skripsi
4 Perijinan Penelitian
5 Persiapan Penelitian
6 Pelaksanaan Penelitian
7 Pengolahan Data
8 Laporan Skripsi
9 Sidang Skripsi
10 Revisi Laporan Skripsi

64
65

B. Kerangka Kerja

Gambar 3. 1 Kerangka Kerja

Populasi
Seluruh wanita usia subur 20-50 tahun di 3 kelurahan Wilayah
Kerja Puskesmas Dompu Barat

Sampel
Wanita usia subur yang sudah menikah berjumlah 90 orang

Sampling
Accidental Sampling

Desain penelitian
Metode eksperimen dengan menggunakan (one group pretest and
posttest design)

Pengumpulan data
Menggunakan kuesioner

Penyuluhan kesehatan

Pretest Postest
Pengetahuan dan Pengetahuan dan
Sikap WUS Sikap WUS

Analisa data dengan uji TBerpasangan

Penyajian hasil data


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Puskesmas Dompu Barat

Puskesmas Dompu Barat memiliki luas wilayah kerja 

328 Km2 yang terdiri dari 3 kelurahan dan 11 desa yang

berpenduduk sekitar 60,413 jiwa dengan kepadatan

penduduk 200,6 jiwa/km2

Adapun batas –batas wilayah kerja Puskesmas Dompu

Barat yaitu:

1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Kilo,

2. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Mbawi kecamatan

Dompu,

3. Sebelah barat berbatasan dengan desa Soriutu kecamatan

Manggelewa

4. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Karijawa

kecamatan Dompu.

Wilayah Kerja puskesmas Dompu Barat sebagian besar

merupakan wilayah dataran dengan ketinggian antara 13 – 58

meter dari permukaan laut dan merupakan daerah yang sangat

potensi untuk pertanian tanaman pangan di kabupaten Dompu.

Semua Desa / kelurahan di wilayah kerja puskesmas

Dompu Barat beriklim tropis dan dipengaruhi oleh 2 musim

yaitu musim hujan dan kemarau.


67

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan

kesehatan kanker serviks metode inspeksi visual asetat

terhadap pengaetahuan dan sikap pada wanita usia subur di

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat yang telah dilaksanakan

pada tanggal 26 September 2022 sampai dengan 30 September

2022. Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia

subur yang berada di 3 Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas

Dompu Barat yaitu Kelurahan Simpasai, Kelurahan Kandai Dua

dan Keluarahan Monta Barat sebanyak 99 orang.

Jenis penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitan

Pre-Eksperiment. Desain penelitian berupa Pre-Test dengan

Post-Test. Dalam rancangan ini, keomo eksperimen diberikan

berupa Conterbalnce Design dimana semua kelompok menerima

semua perlakuan , hanya dalam urutan perlauan yang berbeda-

beda, dan dilakukan secara random.


68

1. Analisis Univariat

Karakteristik umum responden merupakan ciri khas

yang melekat pada diri responden. Karakteristik

responden dalam penelitian ini terdiri dari pendidikan

terakhir dan pekerjan yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan wanita usia subur di Wilayah Kerja

Puskesmas Dompu Barat mulai dari SD sampai Perguruan

Tinggi. Penyajian data pendidikan responden

berdasarkan pendidikan terakhir dipaparkan pada

table berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita

Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Porsentase (%)

SD 1 1,01%

SMP-SMA 88 88,88%

Perguruan Tinggi 10 10,11%

Jumlah 99 100%

Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan table 4.1 tersebut, menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi dari 99 responden berdasarkan

pendidikan terakhir perguruan tinggi terdapat 10 orang

(10,11%), SMP-SMA terdapat 88 orang (88,88%) dan SD

terdapat 1 orang (1,01%).


69

b. Pekerjaan

Data penelitian yang didapatkan berdasarkan

distribusi pekerjaan wanita usia subur di Wilayah

Kerja Puskesmas Dompu Barat adalah sebagi berikut

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita

Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

Pekerjaan Frekuensi (n) Presentase (%)

Bekerja 25 25,25%

Tidak Bekerja 74 74,74%

Jumlah 99 100%

Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi dari 99 responden

berdasarkan pekerjaan terdapat 25 orang (25,25%) dan

tidak bekerja terdapat 74 orang (74,75%).

c. Pengetahuan

Data penelitian yang didapatkan berdasarkan

distribusi pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan pada wanita usia subur di Wilayah Kerja

Puskesmas Dompu Barat adalah sebagai berikut:


70

1)Pretest Pengetahuan

Tabel 4.3

Distribusi Pretest Pengetahuan Wanita Usia Subur

Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 10 10%

Cukup 16 16%

Kurang 73 74%

Jumlah 99 100%

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi pengetahuan wanita usia

subur sebelum diberikan penyuluhan dari 99

responden yang memiliki pengetahuan yang baik 10

orang (10%), pengetahuan cukup 16 orang (16%) dan

pengetahuan kurang 82 orang (74%).

2)Postest Pengetahuan

Tabel 4.4

Distribusi Pretest Pengetahuan Wanita Usia

Subur

Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 90 90%

Cukup 9 10%

Kurang 0 0%

Jumlah 99 100%
71

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi pengetahuan wanita usia

subur sesudah diberikan penyuluhan dari 99

responden yang memiliki pengetahuan yang baik 90

orang (90%), pengetahuan cukup 9 orang (10%) dan

pengetahuan kurang 0 orang (0%).

d. Sikap

1)Pretest Sikap

Tabel 4.5

Distribusi Pretest Sikap Wanita Usia Subur

Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 0 0%

Cukup 48 0,48%

Kurang 51 0,52%

Jumlah 99 100%

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi sikap wanita usia subur

sebelum diberikan penyuluhan dari 99 responden

yang memiliki sikap yang baik 0 orang (0%), sikap

yang cukup 48 orang (0,48%) dan sikap yang kurang

51 orang (0,52%).
72

2)Postest Sikap

Tabel 4.6

Distribusi Pretest Sikap Wanita Usia Subur

Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 24 24%

Cukup 75 75%

Kurang 0 0%

Jumlah 99 100%

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi sikap wanita usia subur

sesudah diberikan penyuluhan dari 99 responden

yang memiliki sikap yang baik 24 orang (24%),

sikap yang cukup 75 orang (75%) dan sikap yang

kurang 0 orang (0%).

2. Analisis Bivariat

a.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa

data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak. Data yang baik dan layak digunakan

dalam penelitian ini adalah data yang berdistribusi

normal, dalam penelitian ini menggunakan uji

normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut

adalah hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Pretest dan

Posttest.
73

1)Pretest Pengetahuan dan Postest Pengetahuan

Tabel 4.7

Uji Normalitas Pretest dan Postest Pada Data

Pengetahuan dan Sikap

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 198
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std.
Deviati .23377980
on
Most Extreme Absolut .156
Differences e
Positiv .129
e
Negativ -.156
e
Test Statistic .156
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data yang diolah, 2022

Berdasarkan pada Tabel 4.7 pada uji normalitas

denga menggunakan metode Kolomogorov-Smirnov

sugnifikan pada 0,000>0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa metode regresi pada penelitian ini telah

memenuhi asumsi normalitas.


74

b.Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan

keputusan yang didasarkan dari analisis data, baik

dari responden yang terkontrol, maupun dari observasi

(tidak terkontrol). Uji hipotesis kadang disebut juga

“konfirmasi analisis data”. Keputusan dari uji

hipotesis hampir selalu dibuat berdasarkan pengujian

hipotesis nol.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode paired sample t-test. Metode ini digunakan

didasarkan pada sifat sampel yaitu sampel berpasangan

maksudnya adalah sampel yang sama namun memiliki dua

data. Selain itu karena data dalam penelitian ini

berdistribusi normal. Pengujian hipotesis tersebut

diolah dengan menggunakan software SPSS ( Statistical

Progamme For Social Science) versi 25 for windows.

Berikut adalah hasil yang diperoleh dar uji Paired

Sample T-test :

1)Uji Hipotesis Pertama

Oleh karena seluruh data berdistribusi normal

dan untuk menguji signifikan dua sampel yang saling

berpasangan pada kelompok perlakuan penyuluhan

digunakan uji paired sample T-test dengan kriteria

pengujian dilakukan menggunakan tingkat keyakinan


75

95% dengan signifikansi 5% atau nilai probabilitas

asymptotic significance (2-tailed)< 0,05.

H0: Tidak ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan

Kesehatan Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks

dengan Metode IVA Terhadap Pengetahuan Wanita

Usia Subur.

Ha: Ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan

Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA

Terhadap Pengetahuan Wanita Usia Subur.

Tabel 4.8

Uji Paired Sample T-test Pengetahuan

Paired Samples Statistics


  Mean N Std. Std.
Deviation Error
Mean
Pair 1 Pretest 42.32 99 13.615 1.368
Pengetahuan

Postest 85.15 99 8.495 0.854


Pengetahuan

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Interval of
Std. the
Std. Erro Difference Sig.
Deviat r Uppe d (2-
Mean ion Mean Lower r t f tailed)
Pair Pretest Pengetahuan - 17.323 1.74 - -39.373 - 9 0.000
1 - Postest 42.828 1 46.283 24.600 8
Pengetahuan

Berdasarkan table 4.8 di atas, terlihat bahwa

hasil uji paired sample T-test menunjukkan nilai

P value= 0,000 < α (0,05), hal ini menunjukkan


76

bahwa H0 ditolak dan Ha dierima, yang berarti

intervensi penyuluhan kesehatan deteksi dini

kanker serviks pada wanita usia subur dapat

meningkatkan pengetahuan wanita usia subur.

2)Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua untuk menguji signifikan dua

sampel yang saling berpasangan pada kelompok

perlakuan penyuluhan digunakan uji paired smaple T-

dengan kriteria pengujian dilakukan menggunakan

tingkat keyakinan 95% dengan signifikansi 5% atau

nilai probabilitas asymptotic significance (2-

tailed) < 0,05.

H0: Tidak ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan

Kesehatan Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks

dengan Metode IVA Terhadap Sikap Wanita Usia

Subur.

Ha: Ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan

Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA

Terhadap Sikap Wanita Usia Subur.


77

Tabel 4.9

Uji Paired Sample T-test Sikap

Paired Samples Statistics


Std.
Std. Error
  Mean N Deviation Mean
Pair Pretest 22.61 99 1.867 0.188
1 Sikap

Paired Samples Test


Postest 25.24 99 0.431 0.043
Paired Differences
Sikap
95%
Confidence
Std. Interval of Sig.
Std. Erro the (2-
Deviatio r Difference tailed
Mean n Mean Lower Upper t df )
Pai Pretes -2.636 1.924 0.19 - - - 98 0.000
r 1 t 3 3.020 2.253 13.63
Sikap 1

Postes
t
Sikap

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat

bahwa hasil uji paired sample T-test menunjukkan

nilai P value= 0,000 < α (0,05), hal ini

menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha dierima, yang

berarti intervensi penyuluhan kesehatan deteksi

dini kanker serviks pada wanita usia subur dapat

meningkatkan sikap wanita usia subur.


78

C. Pembahasan

1.Analisis Univariat

a. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa

dari 99 responden berdasarkan pendidikan terakhir

perguruan tinggi terdapat 10 orang (10,11%), SMP-SMA

terdapat 88 orang (88,88%) dan SD terdapat 1 orang

(1,01%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suryani Hartati dan Retno Winarti pada

tahun 2019 di wilayah Jakarta Timur menunjukkan bahwa

adanya hubungan antara tingkat pendidikan denga

pengetahuan tentang kanker serviks, dilihat dari

nilai p= 0.000 yang lebih kecil dari 0.05.

Kemudian, penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilaksanakan Gabriela Miracle dan

Christian Wijaya ppada tahun 2022 yang menunjukkan

wanita usia subur dengan tingkat pendidikan tinggi

(SMA, Perguruan Tinggi) memiliki pengetahuan yang

lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki tingkat

pendidikan rendah (SD, SMP).

Hal ini ditunjang karena untuk mendorong

seseorang agar mau peduli sertamau termotivasi dalam

meningkatkan derajat kesehatan dirinya diperlukan

faktor penting yaitu pendidikan. Pendidikan


79

menjadikan seseorang untuk memiliki pola pikir dan

pengetahuan yang baik terhadap suatu hal. Sehingga

akan makin luas, serta informasi yang didapat akan

lebih banyak terutama dalam hal kesehatan seperti

kanker serviks yang akan memiliki tingkat pendidikan

tinggi akan dituntut untuk lebih berpikir kritis,

sehingga masyarakat tersebut dapat mencari tahu lebih

informasi yang diperoleh (misalnya mengenai kanker

serviks), maka pengetahuan mengenai kanker serviks

yang didapat pun akan lebih baik serta informasi yang

didapat betul aganya, tidak mudah percaya dengan

informasi yang kurang benar karena dituntut untuk

berpikir positif.

b. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi dari 99 responden berdasarkan

pekerjaan terdapat 25 orang (25,25%) dan tidak

bekerja terdapat 74 orang (74,75%). Pekerjaan adalah

upaya untuk mendapatkan suatu imbalan materi, tempat

kerja dapat mencerminkan pengetahuan yang

memungkinkan unttuk saling bertukar informasi

mengenai deteksi dini kanker serviks maupun seputar

ekonomi dan masalah kesehatan misalnya (Surbakti et

al.,2020).
80

Pada penelitian (Hartati & Retno, 2019)

menunjukkan bahwa pekerjaan seorang perempuan atau

seorang ibu, tidak ada hubungannya dengan insiden

besarnya penyakit kanker serviks dan kesadaran

melakukan deteksi dini kanker serviks.

Berbeda dengan penelitian Fatmawati (2019)

menunjukkan pekerjaan jika disertai persepsi

mempunyai hubungan yang signifikan dengan deteksi

dini kanker serviks dan Ge’e et al (2021) menyatakan

terdapat hubungan yang signikan antara pekerjaan

seorang wanita dengan kejadian kanker leher rahim.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

wanita yang terkena kanker serviks memiliki kesibukan

sebagai ibu rumah tangga atau bekerja maka dari itu

status pekerjaan belum diketahui secara pasti sebagai

faktor penyebab kanker serviks kecuali jika ada suatu

penelitian mengenai jenis pekerjaan.

c. Pengetahuan Wanita Usia Subur Sebelum diberikan

Penyuluhan Kesehatan Deteksi Dini Kanker Serviks di

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi pengetahuan wanita usia subur

sebelum diberikan penyuluhan dari 99 responden yang

memiliki pengetahuan yang baik 10 orang (10%),


81

pengetahuan cukup 16 orang (16%) dan pengetahuan

kurang 82 orang (74%).

Responden banyak yang salah dalam memberikan

jawaban pre-test mengenai kesehatan reproduksi

remaja. Sehingga perlu untuk segera diberikan

intervensi, salah satu intervensi yang tepat adalah

memberikan penyuluhan tentang deteksi kanker srviks.

Penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Dompu Barat ini masih emiliki banyak responden yang

tingkat pendidikannya SD sampai SMP-SMA, sehingga

perlu kita lakukan penyluhan untuk meningkatkan

pengetahuan dan informasi tentang deteksi dini kanker

serviks khususnya wanita usia subur yang berada di

Kelurahan Simpasai, Keluarahan Kandai Dua dan

Keluarahan Monta Baru.

Hal ini didukung oleh penelitian Afridah (2017),

dalam penelitiannya menyatakan bahwa pendidikan

merupakan salah satu faktor yng dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan

semakin tua usia seseorang makan pengalaman juga akan

semakin banyak. Dalam hal ini masyarakat yang menjadi

penutan seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, serta

pemangku kebijakan yang mempunyai pengalaman yang

tinggi serta menjadi tokoh yang dipercayai masyarakat

yang lain. Diharapkan mampu memberiakan informasi


82

mengenai kesehatan reproduksi khususnya deteksi

kanker serviks pada wanita usia subur di wilayah

Kerja Puskesmas Dompu Barat.

d. Pengetahuan Wanita Usia Subur Sebelum diberikan

Penyuluhan Kesehatan Deteksi Dini Kanker Serviks di

Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat

Berdasrakan hasil penelitian menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi pengetahuan wanita usia subur

sesudah diberikan penyuluhan dari 99 responden yang

memiliki pengetahuan yang baik 90 orang (90%),

pengetahuan cukup 9 orang (10%) dan pengetahuan

kurang 0 orang (0%)


83

DAFTAR PUSTAKA

Agus, R. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap


dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Apriliana, Kuswanto & Runjati. 2016. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan dengan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan
Sikap Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Hamil Primigravida di
Puskesmas Kapuan Tahun 2016. Jurnal Kebidanan
A Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika
Aziz, F M. 2015. Deteksi Dini Kanker Serviks, Skrining Dan
Deteksi Dini Kanker Serviks. (Eds) Ramli Muchlis, Umbas
Rainy, Panigoro S. Sonar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta.
Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta.
Kemenkes.
Dewi, Maria U K. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana untuk Mahasiswa Bidan. Trans Info Media. Jakarta:
2013.
Dikes Kabupaten Dompu. 2021. Profil Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Kabupaten Dompu : Dinas Kesehatan Kabupaten
Dompu.
Dikes Povinsi NTB. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Mataram : Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2020
Eva, S., Anna, M. S. 2014. Pengetahuan Tentng Faktor Risiko,
Perilaku dan Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) Pada Wanita Di Kecamatan Bogor
Tengah, Kota Bogor
Fitrah, M., & Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian: Penelitian
Kualitatif,. Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV
Jejak. 
Federation International of Gynecology and Obstetrics (FIGO).
2015. Staging For Carninoma Of The Vulva, Cervix, And
Corpus Uteri, Int. J. Gynecol. Obstet.125, 97-98.
Handayani, Nur. 2022. Kanker dan Serba-Serbinya (Hari Kanker
Sedunia 2022). https://rsprespira.jogjaprov.go.id/kanker-
dan-serba-serbinya-hari-kanker-sedunia-2022/. Diakses pada
tangggal 21 Juli 2022.
84

Juanda, dkk. 2015. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam


Asetat) untuk Pencegahan Kanker Serviks. Vol : 2 No.2,
April 2015:169-174. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.
Internastional Agency for Reseacrh on Cancer (IARC). GLOBOCAN
2014; Estimated Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence
Worldwide in 2014
Mila, D. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Kanker
Serviks Dengan Metode IVA Terhadap Motivasi Ibu di
Kabupaten Mojosongo RW XIV Surakarta.
http://download.portalgaruda.porg/article.php?article
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi ke-2 Cetakkan ke-2. Jakarta : Rineka Cipta
Notodiharjo R. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga
Berencana. Yogyakarta : Kanisius.
Nurlelawati, E., Devi, T. E., & Suniarti, I. 2018. Faktor-faktor
yang berhubungan degan kejadian kanker serviks di Rumah
Sakit Pusat Pertamina Jakarta tahun 2016. Midwife Journal
Nursalam. 2017. Metdodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pendekatan Praktis. (P.P. Lestari, Ed.)(4th ed). Jakarta:
Salemba Medika
Priyoto. 2014. Konsep Manajemen Stres. Yogyakarta: Nuha Medika
Riksani, Ria. 2016. Kenali Kanker Serviks Sejak Dini. Yogyakarta
: Rapha Publishing
Skinner, B. F. Science and Human Behavior, New York : Free
Press, 1953
Sukardja. I. D. G. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya : Universitas
Airlangga Press
Sugiyono. 2018. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sulistiowati Eva., Anna M.S., 2014. Jurnal Pengetahuan Tentang
Faktor Risiko, Perilaku dan Deteksi Dini Kanker Serviks
Dengan Inpeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Wanita Di
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Vol. 42, No.3
Suryani Agustina Daulay, dkk. 2019. Efektivitas Penyuluhan
Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode
Tes IVA Pada WUS di Puskesmas Pembantu Muaratais Tahun
2019. Vol : 4 No.2 Desember 2019. Jurnal Kesehatan
Suwatri, dkk. 2018. Pengaruh Penyuluhan Kanker Serviks terhadap
Motivasi Keikutsertaan Wanita Melakukan Pemeriksaan
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Vol : 9 No.1, April
2018. Jurnal Kesehatan
85

Vivit Puspitasari, dkk. 2020. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan


Tentang Kanker Serviks Terhadap Motivasi Ibu Melakukan
Deteksi Dini Kanker Serviks. Vol. 11 No.2 Juli 2020 (105-
113). Jurnal Kebidanan Indonesia
WHO. 2014. Epidemiologi Kanker Di Dunia, from http/gayindo.
Forumation.Net/pojok-kesehatanhealth-cancer/data-who-
2014.Diakses pada 15 Juli 2022
Wiknjosastro H. 2017. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yayasan Kanker Indonesia. 2015. Cakupan Deteksi Dini Kanker
Serviks.

Anda mungkin juga menyukai