Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGAtida

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA IBU HAMIL DENGAN RESIKO

DOSEN PENGAMPU:

Ns. MUBIN BARID, S.Kep

DISUSUN OLEH:

GIANT OKTAVIANUS 2011010

JUNIWATI 201101029

MITA SEFTIANI 201101035

WINDY NUR’ATMANISA 201101071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Keluarga tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ibu Hamil Dengan Resiko
Anemia”

Makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ibu Hamil


Dengan Resiko Anemia” ini kami buat dalam rangka menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Ibu Ns. Mubin Barid, S.Kep” selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Keluarga.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Sekian makalah dari kami, semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat untuk pengetahuan kita semua.

Singkawang, 20 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................2
BAB II TINJUAN PUSTAKA.......................................................................3
A. KONSEP KELUARGA........................................................................3
B. KONSEP PENYAKIT ANEMIA PADA IBU HAMIL......................16
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA......................24
BAB III GAMBARAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
..........................................................................................................................38
BAB IV PENUTUP.........................................................................................40
A. KESIMPULAN......................................................................................40
B. SARAN...................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ibu hamil sangat memerlukan dukungan keluarga sehingga keluarga juga
perlu mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk melakukan tugas dalam
keluarga. Dukungan keluarga selama ibu hamil membantu ibu menjalani
proses kehamilan dan mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan
seperti anemia defisiensi besi (Andarmoyo, 2012).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia
terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada
wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah,
penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling
umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat,
dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya
(Astriana, 2017).
Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu
hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang
signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih
banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah
hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil (Astriana, 2017).
Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia karena defisiensi
besi (Fe) atau disebut dengan anemia gizi besi (AGB). Sekitar 95% kasus
anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi (Anggraini and
Rahayu, 2017).
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugasdibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Lima tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan pada klien ibu hamil
anemia dengan masalah keperawatan ketidakmampuan koping keluarga
yaitu: mengenal masalah kesehatan keluarga setiap anggotanya (perubahan

1
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
adanya perubahan pada ibu hamil yang mengalami anemia perlu segera
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya), mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga (kepala keluarga segera melakukan Tindakan yang tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi), merawat keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan, kemampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat (dapat dilakukan
dengan memodifikasi pola asupan makan klien agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi) mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada, dengan rutin
kontrol ke poli KIA atau bidan terdekat) (Ummah, 2018).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu konsep keluarga?
2. Apa itu konsep penyakit anemia pada ibu hamil?
3. Apa itu konsep asuhan keperawatan keluarga?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep keluarga
2. Untuk mengetahui konsep penyakit anemia pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Friedman (2010) mendefinisikan bahwa keluarga sebagai suatu
sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri
dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain,
saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut (Johnson, 1992) dalam
Padila (2012) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam
kehidupan terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai
ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan
lainnya.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai
bagian dari keluarga ( Sudiharto, 2007 ).

2. Struktur
Padila (2012) menjelaskan bahwa struktur keluarga
menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia
yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ibu.

3
c. Matrilokal adalah : sepasang suami suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah ibu. d) Patrilokal adalah : sepasang
suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. e)
Keluarga kawin adalah : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan denagn suami atau istri
(Padila, 2012)
Ciri-ciri dari struktur keluarga yaitu:
a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing (Padila, 2012).
Struktur peran (role) keluarga menunjukkan pada beberapa set
perilaku yang bersifat homogen dalam situasi sosial tertentu. Peran
lahir dari hasil interaksi sosial, peran biasanya menyangkut posisi dan
posisi mengidentifikasi status dan tempat seseorang dalam suatu
sistem sosial tertentu (Padila, 2012).
a. Peran-peran formal keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
sesorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik
yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi
peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Peran formal berkaitan dengan posisi formal
keluarga, bersifat homogen. Peran formal yang standar dalam
kelaurga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh

4
anak, sopir, tukang perbaiki rumah, tukang masak dan lain-lain
(Padila, 2012).
b. Peran-peran informal keluarga
Peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak
tampak ke peermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.
Peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak
terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin, namun lebih
didasarkan pada personalitas anggota keluarga (Padila, 2012)
Struktur nilai (value) keluarga adalah sistem ide-ide, sikap dan
keyakinan yang mengikat ang gota keluarga dalam budaya tertentu,
sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan
sosial tertentu. Sistem nilai keluarga dianggap sangat mempengaruhi
nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai dari keluarga akan membentuk
pola tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga.
Keyakinan dan nilai-nilai ini akan menentukan bagaimana keluarga
mengatasi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain (Padila, 2012).

3. Fungsi
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain
keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat. Menurut
(Friedman, 1998) dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga,
yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.
Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui

5
interaksi dalam keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima
dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat
kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk
memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang
hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam
keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina
hubungan dengan orang lain di luar keluarga.
2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang
positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua
maupun anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan
sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan
disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan
keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya
mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan
dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar
anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi
merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu
diciptakan proses identifikasi yang positif dimana anak
meniru prilaku orangtua melalui hubungan interaksi
mereka.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenalan anak atau
masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga
yang tidak terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Menurut Friedman (1998) sosialisasi adalah proses perkembangan
dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

6
meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu
melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan
keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,
memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi
dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di
masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya
program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat
terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak
diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirnya
keluarga baru dengan satu orangtua (single parent).
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,
pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit dipengaruhi oleh keluarga di bawah
garis kemiskinan ( Gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat
berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang
dapat digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga
juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya
baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat
anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan
bantuan atau pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini
sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

7
yang dilaksanakan. Menurut (Friedman, 1998 dalam Padila :
2012) Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah :
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan
oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk
mengetahui sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima
tugas tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau
pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan
keluarga tersebut.

4. Tugas
Padila (2012) mengatakan, pada dasarnya tugas keluarga ada delapan
tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

5. Tipe
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka
tipe keluarga berkembang mengikutinya agar dapat mengupayakan
peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka
perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Padila, 2012).

8
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan
sebagai tipe keluarga tradisional dan nontradisional atau benuk
normative atau non normative.
a. Keluarga tradisional
Menurut L Johnson & Leny R (2010) keluarga tradisional
meliputi :
1) The nuclear family (keluarga inti)
Terdiri dari suami, istri, dan anak. Biasanya keluarga yang
melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang
tua campuran atau orangtua tiri.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri (L Johnson & Leny R, 2010).
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman,
tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu)
dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
7) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9
8) Kin-network familiy
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dan lain-lain).
9) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
10) The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati (L Johnson & Leny R, 2010)
b. Keluarga non tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suani-istri (marital partner). 6)

10
Cohabiting couple Orang dewasa yang hidup bersama di
luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
6) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang mengguakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu
sama lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya(L Johnson & Leny R, 2010).
7) Group-network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan
barangbarang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
8) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu bersama, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
9) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
10) Gang
Merupakan sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari
orangorang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya (L
Johnson & Leny R, 2010).
6. Tahap perkembangan
Menurut (Duvall & Miller,1985) dalam Friedman (2010) terdapat
delapan tahapan perkembangan keluarga
a. Tahap I : keluarga dengan pasangan baru (Beginning Family)

11
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga
baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke
hubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap
pernikahan. Pasangan yang baru menikah, saat ini membuat porsi
rumah tangga menjadi lebih kecil daripada dekade sebelumnya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan
secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan merencanakan
sebuah keluarga.
b. Tahap II : keluarga dengan kelahiran anak pertama ( Childbearing
Family)
Pada tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi
orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan
keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi
kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga
untuk pertama kalinya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini yaitu membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil
(menggabungkan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga),
memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan,
memperluas hubungan menjadi keluarga besar dengan menambah
peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
c. Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah (Families with
Preschool)
Tahap ini dimulai ketika anak berusia 2,5 tahun dan diakhiri
ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga samapai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah,
istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri saudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan

12
keamanan yang memadai, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain,
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga
(hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak) dan diluar
keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan
keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal (Duvall & Miller,
(1985) dalam Friedman, 2010). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak, termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-
anak yang sehat dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal
atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih
dari 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga tahap ini
yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada
saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi,
memfokuskan kembali hubungan pernikahan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda ( launching
center families)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya
anak pertama dari rumah orang tua dan dan berakhir denga
“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan

13
rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama,
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua
untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga terlibat dengan anak
terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman,
2010).
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya ( middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun
dan berakhir dengan pensiunannya pasangan, biasanya 16 sampai
18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini
adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan
bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong
anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta
menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman, 2010).
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada
saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai
kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu
pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik (Friedman,
2010).

7. Peran perawat keluarga


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang
secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari

14
seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan (Friedman,
2010). Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat
keluarga perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (a) melakukan
kerja bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal
yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan rencana
asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d)
menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan pada
kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007). Adapun peran perawat
keluarga menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai berikut :
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
Terutama pada keluarga dengan anemia pada ibu hamil, perawat
memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, pengertian,
tanda dan gejala, akibat yang ditimbulkan dan cara pengobatan
pada ibu hamil dengan anemia.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang
berkesinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan.
c. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan superivisi ataupun pembinaan terhadap
keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah
tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara
mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga
menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
d. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi
hakhak keluarga klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang
diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan. Pemahaman yang

15
baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai
klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
e. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
f. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
Masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya
terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada
keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi
kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai
kesehatan yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui asuhan
keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap
individu di dalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak
mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negatif sehingga
memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.

B. KONSEP PENYAKIT ANEMIA PADA IBU HAMIL


1. Pengertian anemia
Anemia adalah gejala kekurangan (defisiensi) sel darah merah karena
kadar hemoglobin yang rendah. Sel darah merah berfungsi sebagai
sarana transportasi zat gizi dan oksigen yang diperlukan pada proses
fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Anemia
merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit dibawah nilai yang normal. Kadar hemoglobin yang normal
wanita hamil adalah 12 gr% (Ratna Dewi P, 2011).
Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari
normal mengakibatkan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan

16
tubuh berkurang (Brunner & Suddarth, 2013). Center For Disease
Control mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari
11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kadar hemoglobin
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Cunningham et al, 2012).

2. Etiologi anemia
Menurut Syafruddin (2011) anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak
membuat sel darah merah secukupnya, anemia juga dapat disebabkan
kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan anemia meliputi :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia
megaloblastik disebabkan kekurangan asam folat.
b. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam satu siklus haid pada
perempuan
c. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik) d. Infeksi,
misalnya infeksi HIV dan infeksi oportunistik terkait penyakit
HIV.
d. Obat-obatan, seperti obat yang dipakai untuk mengobati HIV dan
infeksi terkait yang menyebabkan anemia.
e. Kehamilan, pada kehamilan terjadi proses hemodilusi
(pengenceran darah) yang dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.

3. Factor risiko
Faktor risiko ibu hamil antara lain:
a. Primipara
b. Riwayat kehamilan antenatal, obstetri dan neonatal
c. Komplikasi obstetri
d. Riwayat trombofilia (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35
tahun)
e. Kehamilan disertai dengan penyakit anemia, hipertensi, diabetes
mellitus dan disertai dengan penyakit lainnya.

17
f. Diabetes mellitus tipe I atau tipe II
g. Obesitas
h. Usia kehamilan ibu tua (lebih dari 40 tahun). (Stephen, 2010)

Beberapa faktor predisposisi pada ibu hamil antara lain :


a. Kebiasaan ibu (merokok, alkohol dan kecanduan obat) ‘b.
Hipertensi kronis, obesitas
c. Faktor keturunan
d. Kehamilan ganda
e. DM
f. Molahidatidosa
g. Umur lebih dari 35 tahun (Stephen, 2010)

4. Patofisiologi
Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan
konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak
normal bila konsentrasi tuun terlalu rendah yang menyebabkan Hb
sampai <11 gr%. Peningkatan volume darah dapat menyebabkan
penurunan hemoglobin dan pengenceran darah. Meningkatnya volume
darah berarti meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk
memproduksi sel sel darah merah sebagai kompensasi tubuh untuk
menormalkan konsentrasi hemoglobin. Ketidakseimbangan plasma
darah dan eritrosit memuncak pada trimester kedua menyebabkan
penurunan hemoglobin ditandai dengan kekurangan zat besi, pada
kehamilan tahap selanjutnya, ekspansi plasma dasarnya berhenti
sementara massa hemoglobin terus meningkat. Pada trimester ketiga
laju peningkatan volume darah tidak begitu besar, kebutuhan akan zat
besi terus meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu
berlanjut dan zat besi banyak disalurkan ke janin (Cunningham dkk,
2012).
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen dalam darah. Volume sel darah merah total

18
meningkat pada kehamilan, yang merefleksikan peningkatan
kebutuhan oksigen janin dan ibu. Sel darah merah dibentuk di
sumsum tulang dan maturasinya bergantung pada keberadaan zat besi,
vitamin B12, dan asam folat yang dapat diperoleh melalui makanan.
Sel darah merah didaur ulang di dalam hait dan limpa yang dapat
menghasilkan zat besi ( Bothamley & Boyle, 2011).
Zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah merah dan enzim
tertentu yang dibutuhkan untuk fungsi jaringan, janin dan plasenta,
dan untuk mengganti peningkatan kehilangan zat besi harian.
Kebutuhan zat besi janin meningkat pada empat minggu terakhir
kehamilan. Kebutuhan ini akan terpenuhi dengan mengorbankan
kebutuhan zat besi ibu. Karena cadangan zat besi neonatus berkaitan
dengan status zat besi ibu. Defisiensi zat besi tidak hanya
mengganggu produksi sel darah merah tetapi juga mempengaruhi
fungsi selular yang berakibatkan terganggunya fungsi muscular dan
neurotransmitter, perubahan sel epitel dan fungsi gastrointestinal
(Bothamley & Boyle, 2011).
Wanita memiliki 2,3 g zat besi total yang sebagian besar ditemukan di
dalam sel darah merah sebagai hemoglobin. Zat besi total ditentukan
oleh asupan, pengeluaran, dan penyimpanan mineral. Zat besi yang
tidak digunakan akan disimpan sebagai komplek protein yang dapat
larut dalam feritinin terutama terdapat di hati, sumsum ulang, limpa,
dan otot skeletal. Dibutuhkan mekanisme absorbsi sistem
gastrointestinal untuk mempertahankan fungsi Hb dan zat besi yang
disimpan (mioglobin). Faktor utama yang mengendalikan absorbsi zat
besi adalah jumlah zat besi yang disimpan di tubuh dan jenis zat besi
yang terdapat di diet seseorang (Robson, 2011). Menurut Gibney
(2009), deplesi zat besi dapat dipilah menjadi tiga tahap dengan
derajat keparahan yang berbeda dan berkisar dari ringan hingga berat.
Adapun ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang
ditandai berdasarkan penurunan feritinin serum. Meskipun tidak

19
disertai konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini
menggambarkan adanya peningkatan kerentanan dan
keseimbangan besi untuk jangka waktu lama sehingga dapat
terjadi defisiensi zat besi yang berat.
b. Tahap kedua ditandai oleh perubahan biokimia yang
mencerminkan kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin
yang normal. Pada keadaan ini terjadi penurunan kejenuhan
transferin atau peningkatan protoporfirin eritrosit, dan
peningkatan jumlah reseptor transferin serum.
c. Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia
defisiensi zat besi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7
g/dl.

5. Pathway

20
6. Manifestasi klinis
Ciri-ciri ibu hamil anemia dapat ditandai dengan gejala-gejala berupa :
a. Kepala pusing
b. Palpitasi
c. Berkunang-kunang
d. Gangguan sistem neuromuskular

21
e. Lesu, lemah, lelah, dan pembesaran kelenjar limfa
f. Pucat
g. Lidah, bibir, kuku pucat
h. Mudah mengantuk
i. Cepat letih. (Syafruddin, 2011)
7. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
a. Bahaya anemia ibu hamil
1) Jika anemia pada ibu hamil tidak segera diatasi, maka bisa
berakibat pada kehamilannya.
2) Ibu akan mudah pingsan, keguguran, atau proses
melahirkan yang lama karena kontraksi yang tidak bagus.
3) Sedangkan bagi janin, gangguan ini bisa mengakibatkan
pertumbuhan terhambat, lahir prematur, lahir dengan cacat
bawaan, atau lahir dengan cadangan zat besi yang kurang.
b. Bahaya anemia pada janin Sekalipun janin mampu menyerap
berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus,
kematian intrauteris, persalinan prematuritas tinggi, BBLR,
kelahiran dengan anemia, terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi dan inteligensi rendah (Manuaba, 2010)
8. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis
Tanda dan gejala anemia jarang muncul pada ibu hamil yang
mengalami anemia ringan sampai sedang. Keadaan ini sulit dibedakan
karena mirip dengan rasa ketidaknyaman pada saat kehamilan. Perlu
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui ibu hamil
menderita anemia (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011). Tanda dan
gejala akan ditemukan dengan jelas apabila kadar hemoglobin ibu
hamil kurang dari 7 g/dl. Berikut ini gambaran klinis anemia pada
kehamilan :
a. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat, nyeri dada

22
b. Sistem syaraf : kepala pusing, sakit kepala, telinga mendenging,
mata berkunang-kunang, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas,
vertigo, imsomnia, ketidakmampuan berkonsentrasi ,
keseimbangan buruk, gelisah.
c. Epitel : pucat pada kulit dan mukosa, perubahan epitel kuku, kuku
mudah patah, berbentuk sendok, elastis kulit menurun, lidah licin
dan mengkilap karena papila lidah menghilang, lidah pucat,
peradangan pada sudut bibir.
d. Sistem pernapasan : napas pendek pada istirahat dan aktifitas,
sesak nafas, dispnea.
e. Sistem pencernaan : mual dan muntah, nafsu makan menurun,
konstipasi, nyeri menelan.
f. Sistem muskuleskeletal : kelemahan otot, keram, gangguan fungsi
otot, lemah lesu.
9. Nutrisi ibu hamil
Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil agar tidak terkena anemia
yaitu :
a. Kehamilan trimester I
1) Beri makanan porsi kecil tapi sering
2) Makanan yang segar-segar contohnya susu, sop,
buahbuahan, biskuit dan lain-lain
b. Kehamilan trimester II
1) Meningkatkan makanan zat tenaga seperti nasi, roti, mie
dan meningkatkan makanan zat pembangun berupa lauk
pauk dan zat oengatur yaitu sayur dan buah.
2) Perlu tambahan konsumsi makanan sehari-hari seperti :
Nasi/pengganti : 0,5 piring
Sayuran : 1,5 mangkok
Ikan/pengganti : 0,5 potong
Susu : 1 gelas
Tempe/pengganti : 1 potong
Air : 2 gelas

23
c. kehamilan trimester III
1) Jumlah makanan yang dibutuhkan sama dengan kehamilan
trismestern III
2) Minum tablet tambah darah 1 butir/hari (minimal 90 butir
selama hamil.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan keperawatan
Semua wanita hamil harus menjalani hitung darah lengkap,
termasuk kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah,
secara dini pada masa pranatal. Pemberian zat besi per oral
umumnya diberikan untuk mencegah atau mengatasi defisiensi
zat besi. Rata-rata 3 sampai 5 mg/hari zat besi dibutuhkan untuk
memasok kebutuhan zat besi wanita dan janin, dengan kebutuhan
akan zat besi mengalami peningkatan dalam 5 bulan terakhir
kehamilan mencapai 3 sampai 7 mg/hari (Cunningham et al,
2012). Banyak preparat oral zat besi organik dan anorganik
tersedia untuk terapi tersebut. Senyawa paling banyak adalah
ferum sulfat (200-300mg) sebanyak dua sampai tiga kali setiap
hari) dan ferum glukonat (320 mg sebanyak dua sampai tiga kali
setiap hari). Semua obat-obatan ini dapat dikonsumsi setelah
makan untuk menurunkan efek samping pada saluran pencernaan.
Terapi zat besi lewat suntikan (besi dekstran [imferon]) jarang
dibutuhkan, kecuali klien tidak dapat mentoleransi preparat oral
zat besi oral merupakan akibat dari kegagalan untuk minum obat
tersebut (zat besi cenderung menyebabkan gangguan sistem
pencernaan) atau terjadinya kekurangan asam folat yang
bersamaan.
Pengkajian riwayat diet komprehensif selama hari dilakukan
untuk mengevaluasi status nutrisi umum wanita hamil dan jumlah
zat besi yang tersedia lewat sumber-sumber nutrisi. Faktor lain
yang harus dipertimbangkan adalah keadaan keuangan dan sosial
wanita, penggunaan sumber-sumber yang terdapat dalam

24
masyarakat, seperti program pemberian, makanan tambahan bagi
wanita, bayi, dan anakanak, dan kebiasaan makan. Diet kaya zat
besi dianjurkan bagi semua wanita hamil. Konselor nutrisi atau
perawat harus memberikan petunjuk mengenai sunber-sumber
diet yang mengandung zat besi. Sumber-sumber makanan
tersebur adalah sereal yang diperkaya, hati buah bit, kismis,
sayur-sayuran berdaun hijau, daging merah, telur, kacang polong,
buah-buahan kering dan gandum utuh.
b. Penatalaksaan keperawatan di rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia
adalah dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah
terjadinya anemia jika sedang hamil, makan makanan yang tinggi
kandungan zat besi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah,
sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu
memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan
untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemberian vitamin adalah
cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam
besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg
zat besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati,2011).

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian
Menurut Friedman (2010) membagi proses keperawatan keluarga ke
dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap, dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga
dan koping keluarga. Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam
pengkajian keluarga adalah :
a. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
a) Nama Kepala Keluarga (KK)

25
b) Umur (KK)
c) Pekerjaan kepala keluarga(KK)
d) Pendidikan kepala keluaga(KK)
e) Alamat dan nomor telpon :

Nama Umur Sex Hub Pendidikan Pekerjaan keterangan


denga
n KK

2) Komposisi anggota keluarga

3) Genogram
Meliputi daftar anggota, termasuk : nama, umur,
pendidikan, dan status imunisasi anggota keluarga.
Komposisi keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.
a) Umur ibu hamil Umur seorang ibu berkaitan dengan
alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan
di usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum
optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan
yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan zat-zat gizi selama kehamilannya,
sedangkan 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang menimpa pada usia ini. Pada usia ibu dapat
mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin
rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar
hemoglobinnya. WHO melaporkan bahwa setengah
ibu hamil mengalami anemia,secara global 55%
dimana secara bermakna trimester III lebih tinggi
mengalami anemia dibandingkan pada trimester I dan
trimester II. Masalah ini disebabkan karena kurangnya

26
defisiensi zat besi lainnya (Mc Carthy dan Maine,
1992).
4) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi pada keluarga tersebut (Padila,
2012). Biasanya pada tipe extended family terjadinya
masalah pada keluarga yang ikut mempengaruhi anggota
keluarga lainnya.
5) Suku bangsa
Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan (Padila, 2012).
6) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan (Padila,
2012).
7) Status soial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga
serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Keadaan
status ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam
kecukupan pemenuhan gizi keluarga terutama ibu hamil
(Padila, 2012)
8) Aktifitas rekreasi keluarga
Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga,
frekuensi aktivitas anggota keluarga, dan penggunaan waktu
senggang secara bersama-sama seperti menonton televisi
dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi
(Padila, 2012).
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga :

27
1) Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga ini (Padila, 2012)
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi
(Padila, 2012).
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegahan penyakit status imunisasi, sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan keluarga dan pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan. Keluarga yang mempunyai
riwayat TB paru pada anggota keluarganya, dapat
memungkinkan risiko anemia pada ibu hamil (Padila,
2012).
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari
pihak suami dan istri (Padila, 2012).
c. Lingkungan :
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumah jendela,
pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,
jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah (Padila, 2012).
Kondisi rumah keluarga yangg kurang sinar matahari,
keadaan rumah yang agak kotor, perabotan rumah yang
agak berantakan memperparah kondisi anemia pada ibu

28
hamil. Sehingga dapat menyebabkan risiko komplikasi dari
anemia mungkin dapat terjadi, contohnya si ibu dapat
mudah mengalami infeksi (Padila, 2012).
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan. Keluarga yang
hidup di suatu komunitas yang mempunyai
kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya : berpantang
makan-makanan tertentu selama hamil dapat mempengaruhi
kondisi ibu hamil (Padila, 2012).
3) Mobilitas geografi keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat. Status rumah yang
dihuni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa,
sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah
dari daerah mana (Padila, 2012).
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauhmana interkasi keluarga dengan masyarakat (Padila,
2012).
a) Fasilitas sosial dan kesehatan Fasilitas kesehatan yang
tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala
dalam kelangsungan pengobatan pada ibu hamil
dengan anemia (Padila, 2012).
b) Fasilitas transportasi Transportasi merupakan sarana
yang penting dan sangat diperlukan agar penderita
mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga tidak
memperburuk keadaan si penderita salah satunya ibu
hamil (Padila, 2012)

29
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,
bahasa yang digunakan dan efektif tidaknya (keberhasilan)
komunikasi dalam keluarga (Padila, 2012).
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk menugbah perilaku.
Sejauhmana keluarga mampu mengambil keputusan dengan
tepat dalam mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga
(Padila, 2012).
3) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal. Apakah anggota
keluarga sudah menjalankan perannya dalam keluarga
dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita
anemia akan mengalami penurunan aktivitas fisik dalam
melaksanakan peran (Padila, 2012)
4) Nilai dan norma budaya
Menjelaskan mengenai norma dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
Kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya : bapak makan
dulu, ibu dan anak makan terakhir dapat mempengaruhi
kondisi pada ibu hamil (Padila, 2012).
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam kelaurga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Komunikasi
yang tidak efektif di dalam keluarga dapat mempengaruhi
ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu keluarga.
Sikap saling menghargai dan saling pengertian antar

30
anggota keluarga diperlukan di dalam anggota keluarga
yang mengalami anemia (Padila, 2012)
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku (Padila, 2012).
3) Fungsi perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil
keeputusan yang tepat untuk melakukan tinndakan,
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi dan memelihara lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan wilayah tempat tinggalnya (Padila, 2012).
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan jangka Panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
± 6 bulan (Padila, 2012).
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
≥ 6 bulan (Padila, 2012).
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Dikaji sejauhmana keluarga berespons terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan

31
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress
(Padila, 2012).
g. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinis
yaitu head to toe (Padila, 2012).
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan (Padila, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosis sehat/wellness
Diagnosis sehat/ wellness, digunakan bila keluarga mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya
terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S
(symptom/ sign), tanpa komponen etiologi (E).
b. Diagnosis ancaman (risiko)
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan
masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data
maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan
diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P),
etiologi (E) dan symptom/sign (S)
c. Diagnosis nyata/ gangguan.
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/
masalah kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa
data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

32
nyata/ gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan
symptom/ sign (S). Perumusan problem (P) merupakan respon
terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan
etiologi (E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:
1) Persepsi terhadap keparahan penyakit
2) Pengertian
3) Tanda dan gejala
4) Faktor penyebab
5) Persepsi keluarga terhadap masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
1)Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
2)Masalah dirasakan keluarga
3)Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami.
4)Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
5)Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
6)Informasi yang salah
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
meliputi:
1)Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.
2)Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3)Sumber-sumber yang ada dalam keluarga.
4)Sikap keluarga terhadap yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
1)Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
2)Pentingnya higyene sanitasi
3)Upaya pencegahan penyakit
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan,
meliputi:
1)Keberadaan fasilitas kesehatan
2)Keuntungan yang didapat

33
3)Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
4)Pengalaman keluarga yang kurang baik
5)Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Scoring dalam keperawatan keluarga:

Cara menghitung Scoring sebagai berikut:

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,


selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
Bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber
dana yang dimiliki.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut :
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang proses penyakit dan tidak mampuan keluarga
mengenal masalah

34
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorsi makanan dan ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
d. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan system pendukung dan tidak mampuan keluarga
merawat keluarga yang sakit
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan untuk ibu hamil dengan anemia dapat diberikan
apabila kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi
penyebab dari anemiapada ibu hamil. Intervensi Keperawatan
dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019):

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif tindakan keperawatan (I.14569)
berhubungan selama… jam Observasi
dengan diharapkan perfusi 1) Periksa sirkulasi
penurunan perifer meningkat perifer (mis. nadi perifer,
konsentrasi dengan kriteria hasil: edema, pengisian
hemoglobin 1) Denyut nadi kapiler, warna, suhu,
(D.0009) perifer ankle-brachial index)
meningkat 2) Identifikasi factor
2) Warna kulit resiko gangguan
pucat menurun sirkulasi (mis. diabetes,
3) Kelemahan perokok, orang tua,
otot menurun hipertensi dan kadar

35
4) Kram otot kolestrol tinggi)
menurun 3) Monitor panas,
5) Pengisian kemerahan, nyeri, atau
kapiler bengkak pada
membaik ekstremitas
6) Akral
membaik Terapeutik
7) Tugor kulit 1) Hindari pemasangan
membaik infus atau pengambilan
8) Tekanan darah darah di area
sistolik keterbatasan perfusi
membaik 2) Hindari pengukuran
9) Tekanan darah tekanan darah pada
diastolic ekstremitas dengan
membaik keterbatasan perfusi
10) Tekanan arteri 3) Hindari penekanan
rata-rata dan pemasangan
membaik tourniquet pada area
11) Indeks ankle- yang cedera
brachial 4) Lakukan pencegahan
membaik infeksi
5) Lakukan perawatan
kaki dan kuku 6)
Lakukan hidrasi

Edukasi
1) Anjurkan berhenti
merorok
2) Anjurkan berolahraga
rutin
3) Anjurkan mengecek
air mandi untuk

36
menghindari kulit
terbakar
4) Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagula, dan
penurunan kolestrol, jika
perlu
5) Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
6) Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
7) Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis. melembabkan
kulit kering pada kaki)
8) Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
9) Anjarkan program
diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemah jenuh, minyak
ikan omega 3)
10) Informasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya

37
rasa)
Defisit nutrisi tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
berhubungan selama… jam (I.03119)
dengan diharapkan status Observasi :
ketidakmampuan nutrisi membaik 1) Identifikasi status
mengabsorsi dengan kriteria hasil: nutrisi
makanan 1) Porsi makanan 2) Identifikasi alergi
yang dihabiskan dan intoleransi makanan
meningkat 3) Identifikasi makanan
2) Kekuatan otot yang disukai
mengunyah 4) Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori dan
3) Kekuatan otot jenis nutrient
menelan meningkat 5) Identifikasi perlunya
4) Verbalisasi penggunaan selang
keinginan untuk nasogastric
meningkatkan nutrisi 6) Monitor asupan
meninngkat makanan
5) Pengetahuan 7) Monitor berat badan
tentang pilihan 8) Monitor hasil
makanan yang sehat pemeriksaan
meningkat laboratorium
6) Pengetahuan
tentang pilihan Tarapeutik :
minuman yang sehat 1) Lakukan oral
meningkat hygiene sebelum
7) Pengetahuan makan, jika perlu
tentang asupan nutrisi 2) Fasilitasi
yang tepat meningkat menentukan pedoman
diet (mis. Piramida
makanan)
3) Sajikan makanan

38
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4) Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
6) Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7) Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi :
1) Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi :
1) Kolaborai pemberian
medikaasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika
perlu
Defisit tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan
pengetahuan selama… jam (I.12383)
berhubungan diharapkan tingkat Observasi
dengan kurang pengetahuan 1) Identifikasi kesiapan
terpapar meningkat dengan dan kemampuan

39
informasi kriteria hasil: menerima informasi
1) Perilaku sesuai 2) Identifikasi factor –
anjuran meningkat factor yang dapat
2) Verbalisasi minat meningkatkan dan
dalam belajar menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
3) Kemampuan dan sehat
menjelaskan
pengetahuan tentang Terapeutik :
suatu topic meningjat 1) Sediakan materi dan
4) Kemampuan media pendidikan
menggambarkan kesehatan
pengalaman 2) Jadwalkan pendidikan
sebelumnya yang kesehatan sesuai
sesuai dengan topic kesepakatan
meningkat 3) Berikan kesempatan
5) Perilaku sesuai untuk bertanya
dengan pengetahuan
Edukasi
1) Jelaskan factor resiko
yang dapat
memperngaruhi
kesehatan
2) Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Penampilan tindakan keperawatan Promosi Koping
peran tidak selama… jam (I.09312)
efektif diharapkan Obervasi

40
berhubungan penampilan peran 1) Identifikasi kegiatan
dengan membaik dengan jangka pendek dan
ketidakadekuatan kriteria hasil: panjang sesuai tujuan
system 1) Verbalisasi harapan 2) Identifikasi
pendukung terpenuhi meningkat kemampuan yang
2) Verbalisasi dimiliki
kepuasan peran 3) Identifikasi sumber
meningkat daya yang tersedia untuk
3) Verbalisasi harapan memenuhi tujuan
terpenuhi meningkat 4) Identifikasi
4) Verbalisasi pemahaman proses
kepuasan peran penyakit
meningkat 5) Identifikasi dampak
5) Adaptasi peran situasi terhadap peran
meningkat dan hubungan
6) Strategi koping 6) Identifikasi metode
yang efektif penyelesaian masalah
meningkat 7) Identifikasi kebutuhan
dan keinginan terhdap
dukungan social

Terapeutik
1) Diskusikan perubahan
peran yang dialami
2) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
3) Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
4) Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan

41
mengevaluasi perilaku
sendiri
5) Diskusikan
konsekuensi tidak
menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
6) Diskusikan resiko
yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
7) Fasilitasi dalam
memperoleh informasi
yang dibutuhkan

Edukasi
1) Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
2) Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika
perlu
3) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan atau persepsi
4) Anjurkan keluarga
terlibat
5) Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
6) Anjarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif 7)

42
Latih penggunaan teknik
relaksasi

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Safitri, 2019)
Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan Keperawatan edukatif.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
e.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang
telah dilakukan (Bararah, 2013).

43
BAB III
GAMBARAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Ny.A usia 27 tahun tinggal di jl. Adinegoro bersama suaminya Tn. R berusia 30
tahun,yang bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan Ny.A sebagai IRT dengan
pendidikan terakhir PT. saat ini Ny. A hamil anak pertama dengan usia kehamilan
11minggu. (G1P0A0H0). Penghasilan Tn.R sebesar 1.500.000/ bulan. Dimana
keluarga Tn.R masuk ke tahap II (perkembangan) karena keluarga Tn.R masih
dalam proses persiapan menjadi orang tua.

Saat dilakukan pengkajian Ny.A mengatakan badanya sering lelah,pada awal


kehamilan sering mual dan tidak nafsu makan. Dari hasil pemeriksaan bulan
januari 2018 kadar Hb 8,8 gr%. Saat dilakukan kunjungan rumah keluarga Tn.R
tidak rapi,jendela berdebu,pencahayaan cukup baik. Secara keseluruhan cukkup
bersih, mempunyai kamar mandi dan Wc di dalam rumah. Sumber air minum, air
galon. Apabila ada masalah maka akan dirundingkan dengan istri. Dan didapatkan
TTV pernafasan 20 x/menit,Nadi 82 x/menit, TD 120/80 mmHg, Suhu 36,6 0C,
konjungtiva anemis, lesu, TB: 156 cm, BB : 58 kg

Sebagai tugas utama keluarga, saat dilakukan pengkajian Ny.A kurang memahami
penyebab dan bagaimana pengobatan maupun pencegahan anemia. Tn.R masih
belum mampu memodifikasi lingkungan yang baik dan nyaman untuk Ny.A.
Strategi koping yang digunakan keluarga Tn.R yaitu apabila ada keluarga yang
bermasalah dalam kesehatan, keluarga kadang memanfaatkan layanan kesehatan.
Tn.R mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan
kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga mengalami masalah
kesehatan.

44
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari
individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling
tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Di dalam keluarga terdapat beberapa tipe, tahap,
fungsi yang berbeda-beda. Keluarga menjadi salah satu penyokong dalam
proses menghadapi masalah.
Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang
dari normal mengakibatkan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan
tubuh berkurang. Pada ibu hamil penyakit anemia ini sangat beresiko
terhadap kandungan dan janinnya apabila penyakit anemia tidak segera
ditangani.
Untuk mencegah dan mengatasi anemia tersebut maka
dilakukanlah pengkajian keperawatan keluarga dimana dari pengkajian ini
akan di dapatkan masalah Kesehatan yang harus segera di tangani oleh
perawat dan keluarga. Masalah Kesehatan ini akan dirumuskan menjadi
diagnosa keperawatan dimana dari diagnosa ini akan dirumuskan menjadi
suatu rencana keperawatan untuk mengatasi anemia pada ibu hamil.
Setelah dilakukan perencanaan, maka dilakukanlah pengimplementasian
rencana keperawatan tersebut lalu akan dirumuskan suatu evaluasi.

B. SARAN
Diharapkan mampu memahami tentang konsep dari keluarga, anemia pada
ibu hamil, dan konsep asuhan keperawatan keluarga. Dan juga mampu
melakukan atau menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah anemia pada ibu hamil.

45
DAFTAR PUSTAKA

Bararah. (2013). No Title. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan
Lengkap Menjadi Perawat

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta : EGC

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

L, Johnson & R, Leny. 2010. Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep


Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika

Safitri, R. (2019). Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan


Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

46

Anda mungkin juga menyukai