DEFINISI
Hemofilia adalah gangguan perdarahan herediter dapat timbul pada defisiensi atau
gangguan fungsional faktor pembekuan plasma yang manapun, kecuali faktor XII, prekalikrein,
dan kininogen berat molekul tinggi (HMWK) (Price & Wilson, 1994) Hemofilia ialah kelainan
perdarahan herediter terikat seksi resesif yang dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor
pembekuan esensial. (Engram, 1998) Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan
oleh defisiensi herediter dan faktor darahesensial untuk koagulasi (Wong, 2003) Hemofilia
adalah penyakit yang bersifat herediter, biasanya hanya terdapat pada anak laki-laki tetapi
diturunkan oleh wanita (bersifat Sex-Linked Recessive (Ngastiyah, 2005)
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan herediter terikat seksi resesif yang
dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial yang diakibatkan oleh mutasi pada
kromosom X (Handayani & Haribowo, 2008)
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan faktor
pembekuan dan diturunkan oleh gen resesif X-Linked dari pihak ibu (Betz & Sowden, 2009).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah menurun dari generasi ke generasi
lewat wanita pembawa sifat (carrier) dalam keluarganya, yang bisa secara langsung maupun
tidak. Di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23 pasang kromosom dengan berbagai
macam fungsi dan tugasnya. Kromosom ini menentukan sifat atau ciri organisme, misalnya
tinggi, penampilan, wama rambut, mata dan sebagainya. Sementara, sel kelamin adalah
sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis kelamin makhluk tersebut.
Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y, sedangkan wanita
mempunyai dua kromosom X. Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom
X akibat tidak adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang
diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin) (Price, 2003).
b. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan
kekurangan faktor IX. Kenusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang
fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktivasi reduksi dapat menurunkan jumlah protein
faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi kofaktor
yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga
kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktivasi faktor X yang kompleks
("Xase"), sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini dapat mengakibatkan
kehilangan atau berkurangnya aktivitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan
protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan pembekuan yang
dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan
sulit dalam penyembuhan luka (Price,2003).
c. Tanda Dan Gegala
Karena faktor VIII tidak melewati plasenta, kecenderungan perdarahan dapat terjadi
dalam periode neonatal. Kelainan diketahui bila pasien mengalami perdarahan setelah
mendapat tindakan sirkumsisi. Setelah pasien memasuki usia anak-anak aktif, sering
terjadi memar atau hematoma yang hebat sekalipun trauma yang mendahuluinya ringan.
Laserasi kecil, seperti luka di lidah atau bibir, dapat berdarah sampai berjam-jam atau
berhari-hari. Gejala khasnya adalah perdarahan sendi (hemartrosis) yang nyeri dan
menimbulkan keterbatasan gerak, dapat timbul spontan maupun akibat trauma ringan,
manifestasi yang sering terjadi adalah:
Laserasi kecil, seperti luka di lidah atau bibir, dapat berdarah sampai berjam-jam atau
berhari-hari. Gejala khasnya adalah perdarahan sendi (hemartrosis) yang nyeri dan
menimbulkan keterbatasan gerak, dapat timbul spontan maupun akibat trauma ringan,
manifestasi yang sering terjadi adalah:
Hematom pada jaringan lunak
Hemartosis dan kontraktur sendi
Hematuria
Perdarahan serebral
Terjadinya perdarahan dapat menyebabkan takikardi, takipnea, dan
hipotensi Pendarahan berulang ke dalam sendi menyebabkan degenarasi
kartilago artikularis disertai gejala-gejala artritis. Perdarahan retroperitoneal
dan intrakranial merupakan keadaan yang mengancam jiwa. Derajat
HEMOFILIA
pendarahan
Konsetrasi HB penda
Aktivitas
Kontraktur sendi Hematum
Nekrosis jaringan
l
Gangguan
Nyeri Akut
mobilitas fisik
(D.0077 ) Iskemik Resiko pen
(D.0054)
Infark
Resiko perfusi
perifer tidak efektif
(D.0015)
D. KLASIFIKASI
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu
1. Defisiensi berat:
a) Kadar faktor VIII 0-2% dari normal
b) Terjadi hemartros dan perdarahan berat berulang
2. Defisiensi sedang:
a) Kadar faktor VIII 2-5 % dari normal
b) Jarang menyebabkan kelainan ortopedik
c) Jarang terjadi hemartros dan perdarahan spontan
3. Defisiensi ringan:
a) Kadar faktor VIII 5-25 % dari normal
Menurut (Betz & Sowden, 2009) uji laboratorium dan diagnostik untuk hemofilia adalah
1. Uji penapisan/skrining untuk koagulasi darah
a) Hitung trombosit normal pada hemofilia ringan sampai sedang
b) Masa protrombin (PT) normal pada hemofili ringan sampai sedang
c) Masa tromboplastin parsial (APTT) -- normal pada hemofilia ringan
sampai sedang; memanjang pada pengukuran hemofilia cukup berat
secara adekuat dalam aliran koagulasi instrinsik
d) Masa perdarahan normal pada hemofilia ringan sampai sedang;
mengkaji pembentukan sumbatan trombosit trombosit dalam kapiler
jarum harus ditekan lebih lama, Jika tidak segera berhenti dipasang pembalut
penekan atau ditindih dengan eskap. Jika terpaksa memasang kateter urine
atau pipa lambung
harus hati-hati sekali. Perhatikan sesudah beberapa saat apakah terlihat
perdarahan (Ngastiyah; 2005).
Terapi Suportif yang Diberikan Pada Klien dengan Hemofilia Pengobatan rasional pada
hemofilia adalah menormalkan kadar faktor antihemofilia yang kurang. Namun ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
a) Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan.
b) Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas
gejala sisa berupa kaku sendi (artrosis) yang menggangu aktivitas harian
serta menurunkan kualitas hidup pasien hemofilia.
dalam tubuh. Oleh karena itu orang tua diharapkan agar waspada terhadap
anaknnya. Bila anak sudah sekolah sebaiknya gurunya juga diberitahu
bahawa anak itu
menderita hemofilia.
b) Bila perlu diberikan label seperti gelang sehingga bila anak tersebut
mengalami perdarahan segera mendapat pertolongan.
c) Selama masa awal kehidupan, tempat tidur dan mainan harus diberi
bantalan, anak harus diamati seksama selama belajar berjalan (Ngastiyah;
2005).
KOMPLIKASI
Menurut (Betz & Sowden, 2009) komplikasi hemofili adalah :
1. Artritis/artropati progresif
2. Sindrom compartemen Atrofi otot
3. Kontraktur ototParalisis
4. Perdarahan intrakranial
5. Kerusakan saraf
6. Hipertensi
7. Kerusakan ginjal
8. Splenomegali
9. Hepatitis
10. Sirosis
11. Infeksi HIV karena terpajan produk darah yang terkontaminasi
12. Antibody terbentuk sebagai antagonis terhadap
13. Reaksi transfusi alergi terhadap produk darah
14. Anemia hemolitik
15. Trombosis dan/atau tromboembolisme
16. Nyeri kronis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien, meliputi : nama, umur (, jenis kelamin (biasanya pada
anak laki- laki dan wanita sebagai carier), agama, suku/bangsa, alamat,
tgl. MRS, dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada sendi, adanya oedem pada sendi, sendi terasa hangat,
akibat perdarahan jaringan lunak dan hemoragi pada sendi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri pada kaki. Nyeri dirasakan hilang timbul
seperti tertusuk-tusuk dan nyeri bertambah saat berjalan dan
berkurang bila dibuat istirahat. Pasien mengeluh terjadi
perdarahan lama, epitaksis, bengkak yang
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
- Suhu : normal (36,5oC ‖ 37,5oC)
- RR : normal/meningkat (>28x/menit)
- Hidung : epitaksis
- Thorak/ dada :
m Jantung
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. RENCANA KEPERAWATAN
pemicu nyeri
15 Jelaskan strategi meredakan nyeri
16 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
18 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K olaborasi
E dukasi
11 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis. Music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
12 Jelaskn secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
13 Anjurkan mengambil posisi
nyaman
15 Pertahankan akses IV
E dukasi
5 Risiko perfusi cerebral Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Peningkatan Tekanan
tiak efektif dibuktikan selama … x 24 jam diharapkan : Intrakranial ( I. 06194)
dengan trauma Perfusi Serebral (L.02014) Meningkat,
Observasi
dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
1 Tingkat kesadaran
(seperti lesi, gangguan metabolisme,
meningkat
edema serebral)
2 Tekanan intra kranial
2. Monitor tanda / gejala peningkatan TIK (seperti
menurun tekanan darah meningkat,
3 Sakit kepala menurun
tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas
4 Gelisah menurun irreguler, kesadaran
Terapeutik
Kolaborasi
Arif M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Gita Apriliana, dkk. 2013.Makalah Sistem Imun & Hematologi II Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Hemofilia. Lamonga : Stikes Muhammadiyah.