OLEH:
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA HEMOFILIA
DI POLI POSA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Mahasiswa:
Kepala Ruangan
A. DEFINISI
Hemofilia adalah suatu penyakit keturunan yang mengakibatkan darah
seseorang sukar membeku diwaktu terjadinya luka. Biasanya darah orang normal
keluar dari luka akan membeku dalam 5-7 menit, namun pada pada orang
hemophilia, darah akan membeku antara 50 menit sampai 2 ja, sehingga
menyebabkan orang meninggal dunia karena kehilangan banyak darah (Suryo,
1986).
Hemofilia adalah kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah yang
abnormal (diathesis hemoragis) yang bersifat herediter akibat defisiensi factor
VIII koagulasi dan ditandai dengan pendarahan intramuscular dan subkutis
spontan/traumatik, perdarahan dari mulut, gusi, bibir, dan lidah, hematuria dan
hemartrosis (Dorland, 1994).
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan
serius yang berhubungan dengan defisiensi factor VIII,IX, atau XI. Biasanya
hanya terdapat pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif
(Mansjoer, 2000).
Hemofilia adalah gangguan koagulasi yang bermanifestasi sebagai episode
perdarahan intermitten yang disebabkan oleh mutasi gen factor VIII atau XI
(Price, 2003).
Jadi hemofilia adalah kelainan koagulasi darah yang disebabkan oleh tidak adanya
salah satu factor pembekuan darah terutama pada factor VIII, IX atau XI yang
hamper seluruhnya penyakit ini timbul pada laki-laki.
B. KLASIFIKASI HEMOFILIA
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
a. Hemofilia klasik : karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
b. Hemofilia kekurangan faktor VIII : terjadi karena kekurangan faktor 8
( Faktor VIII ) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
proses pembekuan darah.
D. MANIFESTASI
1. Masa bayi ( untuk diagnosis ).
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
b. Ekimosis sudkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur 3 – 4
bulan ).
c. Hematoma besara setelah infeksi.
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan jaringan lunak.
2. Episode perdarahan ( selama rentang hidup ).
a. Gejala awal, yaitu nyeri.
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas.
3. Sekuela jangka panjang.
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf
dan fibrosis otot.
E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada
jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi
kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di
bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang
merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan
B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan
pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan
mulai merangkak maka akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan,
dilanjutkan dengan keluhan-keluhan berikutnya. Hemofilia juga dapat
menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal. Rasionalnya adalah ketika
mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran
tempat darah mengalir keseluruh tubuh) → darah keluar dari pembuluh.
Pembuluh darah mengerut/ mengecil → Keping darah (trombosit) akan menutup
luka pada pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna→darah tidak
berhenti mengalir keluar pembuluh → perdarahan (normalnya: Faktor-faktor
pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan
menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh).
F. PATHWAY
Etiologi
Trauma
Tromboplastisin ↓
Perdarahan Hebat
Nekrosis
Kontraktur Aktivitas ↓ Jaringan
Sendi Perdarahan
Serebral
Gangguan
Iskemik
Nyeri Mobilitas Fisik
Potensial
Komplikasi
Infark
Perdarahan
Perubahan Kekurangan
Tulang dan Volume
Kelumpuhan Cairan
G. KOMPLIKASI
1. Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai
benda asing yang masuk. Hal ini berarti segera setelah konsetrat faktor
diberikan tubuh akan melawan dan akan menghilangnya. Suatu inhibitor
terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsetrat faktor VIII atau faktor
IX sebagai benda asing dan menghancurkanya. Pada penderita hemofilia
dengan inhibitor terhadap konsetrat faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi
segera setelah darah diinfuskan. Ini berarti konsetrat faktor dihancurkan
sebelum ia dapat menghentikan pendarahan.
2. Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan
berulang didalam dan disekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat
di sebabkan oleh satu kali pendarahan yang berat ( Hemarthrosis ).
3. Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang ditularkan oleh
darah.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji skining untuk koagulasi darah.
a. Jumlah trombosi ( normal 150.000 – 450.000 per mm3 darah ).
b. Masa protombin ( normal memerlukan waktu 11 – 13 detik ).
c. Masa tromboplastin parsial ( meningkat, mengukut keadekuatan faktor
koagulasi intrinsik ).
d. Fungsional terhadap faktor VII dan IX ( memastikan diagnosis )
e. Masa pembekuan trombin ( normalnya 10 – 13 detik ).
2. Biopsi hati : digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
3. Uji fungsi feal hati : digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati (
misalnya, serum glutamic – piruvic trasaminase [ SPGT ], serum glutamic –
oxaloacetic transaminase [ SGOT ], fosfatase alkali, bilirubin ).
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis.
a. Diberikan infus kriopresipitas yang mengandung 8 sampai 100 unit
faktor VIII setiap kantongnya.
b. Berikan AHF pada awal perdarahan untuk mengontrol Hematosis.
c. Berikan analgetik dan kortikosteroid untuk dapat mengurangi nyeri sendi
dan kemerahan pada hemofilia ringan.
d. Jika dalam darah terdapat antibodi, maka dosis plasma konsenratnya
dinaikan atau diberikan faktor pembekuan yang yang berbeda atau obat –
obatan untuk mengurangi kadar antibodi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Memperhatikan perawatan gigi agar tidak mengalami pencabutan gigi.
b. Istirahatkan anggota tubuh dimana ada luka.
c. Gunakan alat bantu seperti tongkat bila kaki mengalami perdarahan.
d. Kompreslah bagian tubuh yang terluka dan daerah sekitar dengan es.
e. Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh yang mengalami perdarahan tidak
bergerak ( immobilisasi ).
f. Letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada
dan letakkan diatas benda yang lembut.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
HEMOFILIA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien, meliputi : nama, umur (, jenis kelamin (biasanya pada
anak laki-laki dan wanita sebagai carier), agama, suku/bangsa, alamat,
tgl. MRS, dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada sendi, adanya oedem pada sendi, sendi terasa
hangat, akibat perdarahan jaringan lunak dan hemoragi pada sendi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri pada kaki. Nyeri dirasakan hilang
timbul seperti tertusuk-tusuk dan nyeri bertambah saat berjalan dan
berkurang bila dibuat istirahat. Pasien mengeluh terjadi perdarahan
lama, epitaksis, bengkak yang nyeri, perdarahan spontan, perdarahan
system GI track.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami perdarahan yang
tidak henti-hentinya serta apakah klien mempunyai penyakit menular
atau menurun seperti, hipertensi, TBC.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya Keluarga klien ada yang menderita hemofili pada
laki-laki atau carrier pada wanita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
- Suhu : normal (36,5oC – 37,5oC)
- Nadi : takikardi (>110x/menit)
- RR : normal/meningkat (>28x/menit)
- TD : normal (120/80 mmHg)
d. Head to toe
- Wajah : wajah mengekspresikan nyeri
- Rambut : hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata
- Mata : gangguan penglihatan, ketidaksamaan pupil
- Mulut : mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut
- Hidung : epitaksis
- Thorak/ dada :
o Jantung
Inspeksi : adanya tarikan intercostanalis
Palpasi :adanya pembesaran jantung (kardiomegali)
Perkusi : suara jantung pekak paru sonor.
Auskultasi : tidak ada BJ tambahan.
o Abdomen:
Inspeksi : adanya distensi abdomen
Palpasi : terdapat hepatomegali
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus meningkat
- Anus dan genetalia : hematuria, eliminasi urin menurun, feses
berwarna hitam
- Ekstremitas : hemartrosis memar khususnya pada
ekstremitas bawah
e. Activity Daily Life (ADL)
Aktivitas
Gejala :Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas.
Tanda :Kelemahan otot, somnolen
Sirkulasi
Gejala :Palpitasi
Tanda :Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/
tanda : perdarahan serebra
Eliminasi
Gejala :Hematuria
Integritas ego
Gejala :Perasaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda :Depresi, menarik diri, ansietas, marah
Nutrisi
Gajala :Anoreksia, penurunan berat badan
Nyeri
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda :Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
Keamanan
Gejala :Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda :Hematom
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisiologis
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan program pembatasan gerak
4. Resiko cidera berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik:
- diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
Edukasi:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
NIM : 171902007
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.D
Umur : 38 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Alamat : Ponorogo
No. Register : 12213664
Tanggal MRS : 23 oktober 2019
Diagnose Medis : Hemofilia (Defisiensi F.VIII)
Penanggung Jawab: -
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
N : 110x/menit
S : 37,3
1. Kepala
a. Rambut
Inspeksi: warna rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau masa
b. wajah
Inspeksi: Bersih, warna kulit sawo matang
c. Mata
Inspeksi: simetris, konjungtiva tidak anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi: simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi: simetris, tidak ada stomatitis, keadaan mulut besih, tidak
ada perdarahan pada gusi
f. Telinga
Inspeksi: simetris, tidak ada serumen, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
g. Leher
Inspeksi: tidak ada pembengkakan,/ bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
2. Dada
Inspeksi: pergerakan dada normal, tidak sesak nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
a. Paru
Inspeksi : tidak ada tarikan intracostae, tidak ada fraktur tulang costae
Palpasi : vocal fremitus sama
Perkusi : terdengar sonor dan tidak ada keluhan
Auskultasi: tidak ada suara nafas tambahan
b. Jantung
Palpasi :ictus kordis teraba ics 5,6 mid clavicula sinistra
Auskultasi: BJ I,II tunggal reguler. tidak ada suara tambahan,
Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada odema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran pada hepar
Auskultasi: bising usus 16x/menit
3. Genetalia: tidak dikaji
4. Anus
Inspeksi: tidak terdapat hemoroid maupun lesi
5. Punggung
Inspeksi: tidak ada kelainan
6. Ekstremitas atas
Inspeksi: pergerakan bebas, akral hangat, persendian bengkak
Palpasi : nyeri pada siku
Ekstremitas bawah
Inspeksi: pergerakan bebas, akral hangat, persendian bengkak,terdapat
memar
Palpasi: nyeri pada lutut
-
IV. TERAPI
- Injeksi iv koate 1500 mg
- Na Diclofenak 50 mg TAB
ANALISA DATA
TD:130/90 mmHg
N : 110x/menit
RR:22x/menit
- Hemofilia F.VII
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
TD:130/90 mmHg
N : 110x/menit
RR:22x/menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA EVALUASI/RESPON
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
KEPERAWATAN KLIEN
(D.0077 SDKI) 23 oktober 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
Nyeri Akut 2019 skal nyeri dengan kooperatif dan
berhubungan cara: observasi menjawab
dengan Agen langsung dan dengan antusias
Cedera Fisiologis bertanya 2. Pasien
dibuktikan dengan: 2. Mengidentifikasi kooperatif saat
Ds: px mengatakan respon nyeri dengan dilakukan
nyeri pada sendi observasi langsung tindakan
saat nyeri timbul 3. Pasien
P: nyeri pada 3. Mengidentifikasi mengikuti
saat factor yang perintah dengan
digunakan memperberat dan baik
memperingan nyeri 4. Pasien merasa
bergerak
dengan cara lebih nyaman
dan tindakan relaksasi jika sudah di
beraktivitas nafas dalam lakuakn
Q: nyeri seperti 4. Memberikan teknik kompres dingin
ditusuk- nonfarmakologis 5. Pasien
tusuk dengan kooperatif pada
R: nyeri pada menganjurkan saat dianjurkan
kompres dingin untuk mengatur
lutut dan
pada area yang nyeri pola tidur
siku 5. Menganjurkan 6. Pasien
S: skala nyeri 5 pasien untuk kooperatif dan
T: nyeri mengatur jam-jam rutin
berlangsung istirahat dengan melakukan
terus cukup injeksi koate
6. Mengajarkan pasien 7. Pasien
menerus
tentang strategi kooperatif pada
dengan meredakan nyeri saat diberikan
skala yang dengan cara: injeksi tindakan
berbeda koate secara rutin pemberian
dipoli posa analgetik
7. Melakukan
Do: - px tampak kolaborasi
meringis pemberian analgetik
kesakitan Na Diclofenak 50
mg TAB
- Px bersikap
protektif
(posisi
menghindari
nyeri)
- TTV:
TD:130/90
mmHg
N:110x/menit
RR:22x/menit
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA EVALUASI/RESPON
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
KEPERAWATAN KLIEN
(D.0136 SDKI) 23 oktober 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
Risiko Cedera 2019 area lingkungan kooperatif dan
berhubungan yang berpotensi mau
dengan menyebabkan cedera mendengarkan
Ketidaknormalan 2. Mengidentifikasi apa yang telah
Profil Darah kesesuaian alas kaki disampaikan
dibuktikan dengan: atau stoking elastis 2. Pasien
Ds: - pada ekstremitas memakai alas
bawah dengan cara: kaki sesuai
Do: - Aktivitas melihat alas kaki dengan yang
pasien yang digunakan dianjurkan
dibatasi untuk pasien 3. Pasien
mehindari 3. Mendiskusikan mengatakan
mengenai latihan bahwa setiap
cedera
dan terapi fisik yang pagi melakukan
- Terdapat diperlukan dengan olahraga
cara: menganjurkan dengan
memar pada
pasien untuk rutin berjalan-jalan
kaki pasien melakukan olahraga disekitar rumah
- TTV: sesuai dengan 4. Pasien
TD:130/90 kebutuhan kooperatif dan
mmHg 4. Meningkatkatkan mampu
N :110x/menit frekuensi observasi melakukan
RR:22x/menit dan pengawasan sesuai dengan
pasien , sesuai anjuran
kebutuhan 5. Pasien
5. Menjelaskan alasan kooperatif dan
intervensi mendengarkan
pencegahan jatuh ke apa yang telah
pasien dan keluarga disampaikan
6. Mengjurkan berganti 6. Pasien
posisi secara kooperatif dan
perlahan dan duduk duduk selama
selama beberapa beberapa menit
menit sebelum sebelum berdiri
berdiri
CATATAN PERKEMBANGAN
NIM : 171902007
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. E
Umur : 38 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Bronggalan Sawah IVA /48, Surabaya
No. Register : 12774367
Tanggal MRS : 28 oktober 2019
Diagnose Medis : Ca Mamae
Penanggung Jawab: -
Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
2.
II. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
N : 96x/menit
S : 36,5
BB sebelum sakit : 70 kg
BB saat sakit : 63 kg
1. Kepala
a. Rambut
Inspeksi: warna rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe, rambut
px mudah rontok
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau masa
b. wajah
Inspeksi: Bersih, warna kulit kuning langsat
c. Mata
Inspeksi: simetris, konjungtiva tidak anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi: simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi: simetris, tidak ada stomatitis, keadaan mulut besih, tidak
ada perdarahan pada gusi
f. Telinga
Inspeksi: simetris, tidak ada serumen, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
g. Leher
Inspeksi: tidak ada pembengkakan,/ bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
2. Dada
Inspeksi: pergerakan dada normal, tidak sesak nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
a. Payudara:
Inspeksi: tidak simetris antara payudara kanan dan kiri , pada
payudara kanan terdapat bekas jahitan operasi, pada luka
tidak didapatkan tanda-tanda infeksi
b. Paru
Inspeksi : tidak ada tarikan intracostae, tidak ada fraktur tulang
costae
Palpasi : vocal fremitus sama
Perkusi : terdengar sonor dan tidak ada keluhan
Auskultasi: tidak ada suara nafas tambahan
c. Jantung
Palpasi : ictus kordis teraba ics 5,6 mid clavicula sinistra
Auskultasi: tidak ada suara tambanhan, suara lub-dub
3. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada odema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran pada hepar
Auskultasi: peningkatan bising usus 35x/menit
4. Genetalia: tidak dikaji
5. Anus
Inspeksi: tidak terdapat hemoroid maupun lesi
6. Punggung
Inspeksi: tidak ada kelainan
7. Ekstremitas atas
Inspeksi: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada kelainan,
terjadi bengkak pada tangan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada kelainan, tidak
terjadi odema
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
HB : 13,9 [g/dL]
Trombosit:503+ [10^3/uL]
IV. TERAPI
1. Infus natrium clorida 0,9% 500 ml
2. Injeksi Dipenhidramin 10 mg (Iv Bolus)
3. Infus Dexamethason 20 mg dlm DS % 100 ml drip
4. Infus ondansentron 8 mg dlm NaCl 0,9 50 ml
5. Infus ondansentron 8 mg dlm NaCl 0,9 50 ml
6. Obat kemoterapi
a. Curacil
Dosis: 1.000.00 mlg
b. Doxorubicin
Dosis: 80.00 mlg
c. Endoxan
Dosis: 1.000.00 mlg
7. Obat oral
a. 2x1 12 jam ondansentron sebelum makan
b. 1x1 obat tambah darah
ANALISA DATA
BB sebelum sakit: 70 kg
BB saat akit: 63 kg
TTV:
TD:141/90 mmHg
N : 96 x/menit
RR:20 x/menit
ANALISA DATA
- Px tremor
TTV:
TD:141/90 mmHg
N : 96 x/menit
RR:20 x/menit
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
BB sebelum sakit: 70 kg
BB saat akit: 63 kg
TTV:
TD:141/90 mmHg
N : 96 x/menit
RR:20 x/menit
-Px tremor
TTV:
TD:141/90 mmHg
N : 96 x/menit
RR:20 x/menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
TTV:
TD:141/90 mmHg
N : 96 x/menit
RR:20 x/menit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DIAGNOSA EVALUASI/RESPON
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
KEPERAWATAN KLIEN
(D.0019 SDKI) 28 oktober 1. Mengidentifikasi status 1. Pasien kooperatif
Defisit Nutrisi 2019 nutrisi dengan cara: saat dilakukan
pengukuran melalui IMT pengukuran
berhubungan
2. Memonitor asupan 2. Pasien
Peningkatan makanan dengan cara menceritakan apa
melihat makanan apa saja makanan
Kebutuhan
saja yang dikonsumsi yang dikonsumsi
Metabolisme pasien 3. Pasien kooperatif
3. Menganjurkan pasien 4. Pasien kooperatif
dibuktikan dengan:
untuk menimbang berat dan
badan setiap minggu mendengarkan apa
Ds: px mengatakan untuk mengetahui yang telah
pusing dan mual perkembangan berat dianjurkan
serta tidak nafsu badan pasien 5. Pasien
4. Menganjurkan pasien smengatakan
makan
untuk menyajikan atau sudah
Do: -Berat badan mengonsumsi makanan mengonsumsi
yang diinginkan dan makanan yang
menurun
menyimpan makanan mengandung
BB sebelum dialmari makanan protein seperti
5. menganjurkan pasien daging
sakit: 70 kg
untuk mengonsumsi 6. Pasien mengikuti
BB saat akit: 63 makanan yang apa yang telah
mengandung tinggi dianjurkan
kg
kalori dan tinggi protein
- Bising usus 6. menganjurkan pasien
untuk mengonsumsi
hiperaktif
makanan yang telah
- Rambut dianjurkan oleh rumah
rontok sakit
berlebihan
TTV:
TD:141/90
mmHg
N : 96 x/menit
RR:20 x/menit
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
(D.0019 SDKI) S: px mengatakan pusing dan mual serta tidak nafsu makan
Defisit Nutrisi berhubungan
Peningkatan Kebutuhan O: -Berat badan menurun
Metabolisme
dibuktikan dengan: BB sebelum sakit: 70 kg
Ds: px mengatakan pusing dan
BB saat akit: 63 kg
mual serta tidak nafsu
makan - Bising usus hiperaktif
- Rambut rontok berlebihan
Do: -Berat badan menurun
BB sebelum sakit: 70 kg
TTV:
BB saat akit: 63 kg TD:130/90 mmHg
N: 98 x/menit
- Bising usus hiperaktif
RR:21x/menit
- Rambut rontok berlebihan
A: masalah Defisit Nutrisi belum teratasi
TTV:
P: intervensi dilanjutkan
TD:141/90 mmHg
N : 96 x/menit 1. Identifikasi status nutrisi
RR:20 x/menit
2. monitor asupan makanan
i. 3. monitor berat badan
j. 4. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
k. 5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
l. 6. ajarkan diet yang diprogramkan
a.
b.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA EVALUASI/RESPON
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD
KEPERAWATAN KLIEN
(D.0080 SDKI) 28 oktober 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
Ansietas 2019 saat tingkat ansietas kooperatif dan
berhubungan berubah seperti kecemasan
dengan Kurang kondisi kecemasan berkurang
Terpapar Informasi yang dialami pasien setelah
dibuktikan dengan: 2. Memonitor tanda- dilakukan
tanda ansietas tindakan
Ds: px khawatir
(verbal dan non 2. Px menujukan
pada saat verbal) tanda
diberikan 3. Memahami situasi kecemasan
tindakan yang membuat seperti tegang
kemoterapi ansietas dengan cara dan tremor
melihat hasil 3. Pasien
Do: -px tampak pemeriksaan pasien kooperatif dan
tegang 4. Mendengarkan mendengarkan
dengan penuh penjelasan dari
- Px tremor perhatian tentang perawat
apa yang membuat 4. Px kooperatif
pasien merasa dan terjadi
TTV: cemas hubungan saling
5. Memotivasi pasien percaya
TD:141/90 untuk 5. Px kooperatif
mmHg mengidentifikasi dan
N : 96 situasi yang memicu mendengarkan
x/menit kecemasan motivasi yang
RR:20 6. Menganjurkan diberikan
x/menit keluarga untuk tetap dengan baik
bersama pasien, jika 6. Keluarga pasien
perlu kooperatif dan
7. Melatih kegiatan selalu
pengalihan untuk mengantarkan
mengurangi pasien untuk
ketegangan dengan melakukan
cara megajak pasien kemoterapi
untuk mengobrol 7. Px kooperatif
dan
mendengarkan
apa yang
dibicarakan
dengan baik
sehingga dapat
mengalihkan
ketegangan
pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
(D.0080 SDKI) S: px mengatakan kekhawatiran sudah berkurang
Ansietas berhubungan dengan
Kurang Terpapar Informasi O: - pasien tampak tegang
dibuktikan dengan:
- Px sudah tidak tremor
Ds: px khawatir pada saat
diberikan tindakan
kemoterapi TTV:
TD:130/90 mmHg
Do: -px tampak tegang N: 98 x/menit
- Px tremor RR:21x/menit
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA CA MAMAE
DI POLI POSA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Mahasiswa:
Kepala Ruangan