Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari perkembangan embrio
dalam rahim. Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami
pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik.Pembuahan pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus)
dengan ejakulasi, pria mengeluarkan 300-400 juta sel sperma dari saluran
reproduksi didalam vagina wanita. Jika terjadi pada masa ovulasi (masa subur
wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan ovum yang disebut
sebagai pembuahan atau fertilisasi. Proses pembuahan terjadi didalam tuba
fallopi.
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine di mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan.
Pada kesempatan yang lalu mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
mendapat kesempatan untuk kulih lahan dalam rangka mata kuliah
Embriologi di RSIA Sadewa. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Sadewa
(RSKIA Sadewa) merupakan salah satu rumah sakit khusus ibu anak di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkedudukan di Babarsari TB
XVI No. 13 Sleman. RSKIA Sadewa merupakan perkembangan dari Balai
Pengobatan, Rumah Bersalin, Kesehatan Ibu dan Anak SEMAR (BP-RB-
KIA SEMAR) dan berada di bawah Yayasan Pelayanan Kesehatan Prima
Semar. RSKIA Sadewa dalam memberikan pelayanannya mengambil
filosofi dasar bahwa pelayanan kesehatan yang baik itu tidak harus mahal

1
dan kalau bisa, harus tidak mahal. Yayasan Semar memberikan dasar
pelayanan dengan mengambil simbolisasi tokoh Semar dalam pewayangan.
Tokoh yang digambarkan memiliki kualitas yang tinggi dan dihormati,
namun tetap bersahaja dan memberikan pengabdian pada semua golongan.
Hal inilah yang melandasi perjalanan pelayanan BP-RB-KIA SEMAR yang
berlanjut menjadi RSKIA Sadewa. Banyak manfaat yang didapatkan dari
kuliah lahan tersebut yang nantinya akan dijelaskan pada laporan ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui proses fertilsasi berlangsung.
2. Mengetahui fertilitas yang ada di Indonesia.
3. Mengetahui cara menghitung angka kelahiran bayi.
4. Mengetahui proses teknologi reproduksi berbantu apa saja yang di RSKIA
Sadewa.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa : Manfaat kunjungan praktikum ke RSKIA Sadewa adalah
untuk menambah ilmu pengetahuan langsung dari dokter dan bidan yang
ada di RSKIA Sadewa.
2. Bagi Mahasiwa : Manfaat pembuatan laporan praktikum kunjungan ke
RSKIA Sadewa adalah dapat digunakan sebagai tambahan ilmu dan
referensi.
3. Bagi Poltekkes Kemenkkes Yogyakarta : Manfaat kunjungan ke RSKIA
Sadewa adalah menjalin hubungan kerja sama yang lebih baik untuk
kedepannya.
4. Bagi Poltekkes Kemenkkes Yogyakarta : Manfaat pembuatan laporan
kunjungan ke RSKIA Sadewa adalah sebagai tambahan sumber
pemberlajaran bagi mahasiwa.
5. Bagi RSKIA Sadewa : Manfaat kunjungan ke RSKIA Sadewa sendiri
sebagai sarana promosi dan sebagai sarana evaluasi dalam memberikan
pelayanan yang lebih baik kedepannya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian fertilitas (kelahiran)


Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain
fertilitas inimenyangkut banyaknya bayi yang lahir. Dari pengertian ini,
kelahiran merupakan banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang
disebut lahir hidupyaitu lahirnya seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda
kehidupan, tidak diperkirakan berapa lama bayi tersebut menunjukkan tanda-
tanda kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain bernafas, ada
denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang
demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan
hidup. Disamping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity)
sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang
perempuan untukmenghasilkan anak lahir hidup. Fertilitas biasanya diukur
sebagai frekuensi kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu.
Disatu pihak mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai
jumlah kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan
(Barcla, 1984). Menurut Kotmanda yang mengutip pendapat Hatmadji (1981),
ferttilitas merupakan kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan
kelahiran hidup. Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau
sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan
banyaknya bayi yang lahir hidup. Menurut Ali (2011) yang mengutip
pendapat Pollard (1984), fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan di
dalam bidang demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-
benar dilahirkan hidup. Fertilitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang

3
diterapkan untuk mengukur hasil reproduksi wanita yang diperoleh dari
statistik jumlah kelahiran hidup. Menurut Sukarno (2010) Fertilitas
merupakan jumlah dari anak yang dilahirkan hidup dengan pengertian bahwa
anak yang pernah dilahirkan dalam kondisi hidup menunjukkan tanda-tanda
kehidupan. Jika anak pada saat dilahirkan dalam kondisi hidup kemudian
meninggal pada waktu masih bayi tetap dikatakan anak lahir hidup (ALH).
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali,
tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Seorang perempuan yang
telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan
tersebut menurun. Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran
melibatkan dua orang (suamidan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan
satu orang saja. Masalah lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas ialah
tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada
kemungkinan dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga.
Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda. Memperhatikan
masalah-masalah diatas, terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat
diterapkan yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan pengukuran fertilitas
kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur jumlah rata-rata
anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia
subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital rates/current fertility)
ialah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan dengan
jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun
tersebut.

4
B. Ukuran Fertilitas
1. Ukuran Fertilitas Tahunan (Vital Rates/Current Fertility)
a) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar didefenisikan sebagai banyaknya
kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada
pertengahan tahun. Perhitungan CBR ini sangat sederhana karena
hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan
dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun, namun CBR ini
mempunyai kelemahan yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki
dan perempuan yang masih anak-anak dan yang berumur 50 tahun ke
atas sehingga angka yang dihasilkan sangat kasar. Angka kelahiran ini
disebut “kasar” karena sebagai penyebut digunakan jumlah penduduk
yang berarti termasuk penduduk yang tidak mempunyai peluang
melahirkan juga diikutsertakan, seperti anak-anak, laki-laki, dan
wanita lanjut usia. Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan
tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat, tetapi kurang
sensitif untuk:
1) Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
2) Mengukur perubahan fertilitas karena perubahan pada tingkat
kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk.
Rumus :

𝐵
CBR = xk
𝑝𝑚

Dimana:

CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar

Pm = Penduduk pertengahan tahun

5
k = Bilangan konstanta yang biasanya 1.000

B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

b) Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)


Perbandingan antara jumlah kelahiran dengan jumlah
penduduk perempuanusia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai
penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun
umur 15-49 tahun.

Rumus :

𝐵
GFR= xk
𝑃𝑓 (15−49)

Dimana :

GFR = Tingkat Fertilitas Umum

B = Jumlah kelahiran

Pf(15-49) = Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada

pertengahan tahun.

c) Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility


Rate/ASFR)
Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR) ialah
jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur tertentu yang
dicatat selama satu tahun per 1.000 penduduk wanita pada
golongan umur tertentu pada tahun yang sama. Di antara kelompok
perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi
kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas
perempuan pada tiap-tiap kelompok umur (age specific fertility

6
rate). Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur
wanita yang berada dalam kelompok umur antara 15-49 tahun per
wanita pada kelompok umur yang sama. Dengan demikian
semakin banyak ibu yang berada di suatu kelompok umur tersbut
akan lebih memungkinkan kelompok umur tersebut memiliki
angka kelahiran yang lebih tinggi (BKKBN, 2006). Angka
fertilitas menurut golongan umur dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada
setiap golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran
menjadi lebih teliti. Perhitungan fertilitas menurut golongan umur
biasanya dilakukan dengan interval 5 tahun hingga bila wanita
dianggap usia subur terletak antara umur 15-49 tahun, akan di
peroleh sebanyak 7 golongan umur. Dengan demikian dapat di
susun menjadi distribusi frekuensi pada setiap golongan umur.
Dari distribusi frekuensi tersebut, dapat diketahui pada golongan
umur berapa yang mempunyai tingkat kesuburan tertinggi. Hal ini
penting untuk menentukan prioritas program keluarga berencana
(Mubarak,2012).

𝐵𝑖
Rumus : = 𝑃𝑓𝑖x k

Dimana: Bi= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok


umur i

Pfi= Jumlah perempuan kelompok umur i pada

pertengahan tahun

k = Angka konstanta = 1.000

7
d) Angka Kelahiran Menurut Urutan (Birth Order Specific Fertility
Rates/BOSFR)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting
untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara.
Kemungkinan seorang istrimenambah kelahiran tergantung kepada
jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin
menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak
tertentu, dan juga umur anak yang masih hidup.

Rumus :

𝐵𝑜i
BOSFR = ∑ 𝑃𝑓 (15−49)x k

Dimana :

BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate

Boi = Jumlah kelahiran urutan ke I

Pfi(15-49) = Jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan


tahun

K = Bilangan konstanta = 1.000

Penjumlahan dari Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran


menghasilkan Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate).

𝐵𝑜𝑖
GFR = ∑ 𝑃𝑓 (15−49)x k

2. Ukuran Fertilitas Kumulatif (Cumulative Fertility/Reproductive History)


a) Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR)
TFR didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1000 perempuan yang hidup hingga akhir masa

8
reproduksinya (BKKBN, 2006). Tingkat Fertilitas Total didefenisikan
sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000
penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan
:
1) Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya.
2) Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu
tertentu.
Menurut Mantra (2006), tingkat fertilitas total menggambarkan
riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa
reproduksinya. Hal ini sesuai dengan riwayat kematian dari tabel
kematian penampang lintang (cross sectional life table). Dalam
praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan
Tingkat Fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut
berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa fertilitas menurut
umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur
lima tahunan. Kelemahan pada perhitungan TFR ialah pada TFR
semua wanita selama masa subur dianggap tidak ada yang meninggal,
semuanya menikah, serta mempunyai anak dengan pola seperti ASFR,
padahal hal ini tidak sesuai dengan kenyataan.

Rumus :

TFR = 5 ∑

Dimana :

TFR = Total Fertility Rate

Å = Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur

9
ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur ke 1 dari kelompok
berjenjang 5 tahunan.

b. Angka Reproduksi Nyata (Gross Reproduction Rates/GRR)


Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh
1.000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada
seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya, seperti angkat kelahiran total.

Rumus :

GRR = 5 ∑

Dimana : adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok


berjenjang 5 tahunan.

c. Angka Reproduksi Kotor (Net Reproduction Rate/NRR)


Net Reproductio Rate/NRR ialah jumlah kelahiran bayi perempuan
oleh sebuah kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan
memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan itu
sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang
terdiri dari 1.000 bayi perempuan tersebut mempunyai kesempatan
melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga
umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian yang dapat melewati usia 50
tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah
perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu
dengan mengalihkannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir
hingga mencapai umur tersebut.

10
Rumus :

𝑛𝐿𝑥
NRR = ASFR fi ∑ x
ļ

C. Indikator Fertilitas
Menurut Wati (2012) yang mengutip datastatistik (2010), indikator fertilitas
adalah :
1. Angka Kelahiran Tahunan (Current Fertility)
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total
2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)
a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB)
b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL)
c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR).
3. Paritas
4. Keluarga Berencana
a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need)
D. Konsep Fertilitas
Menurut Nadeak (2013) yang mengutip buku Dasar-dasar Demografi
terbitan FEUI, dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam
mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
1. Lahir Hidup
Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran
seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan,
dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada
denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot.

11
2. Lahir Mati
Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan
yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda
kehidupan.
3. Abortus
Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang
dari 28 minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak
disengaja (spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita
kenal dengan istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal
dengan istilah keguguran.
4. Masa Reproduksi
Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan
melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas Menurut Para Ahli
Faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi tinggi
rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor demografi dan
faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur,
struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi (gangguan)
perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi antara
lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status
perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat
berpengaruh langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung
(Mantra, 2009). Dalam buku Pegangan Bidang Kependudukan dikatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran (fertilitas) adalah : struktur umur,
tingkat pendidikan, umur pada waktu perkawinan pertama, banyaknya
perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan
pendapatan/kekayaan.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran
dapat dilihat dalam buku Kependudukan Liku-liku Penurunan Kelahiran oleh

12
Masri Singarimbun mengatakan faktor-faktor yang menurunkan kelahiran
adalah industrilisasi, urbanisasi, perbaikan keadaan ekonomi, kemajuan
pendidikan, pebaikan status wanita, pebaikan keadaan kesehatan, dan
penurunan angka kematian. Kedua pendapat ini hampir sama, yang perlu
diambil kesimpulan dari kedua pendapat ini bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi/memperkecil kelahiran, tetapi salah satu diantaranya yang
mempunyai kaitan dengna keluarga berencana adalah penggunaan alat
kontrasepsi, sedangkan faktor lain merupakan penunjang dari pada keluarga
berencana (Sinuraya,1990).
Jumlah anak dari seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang termasuk tingkat pendidikan (penundaan perkawinan), umur kawin
pertama, umur melahirkan anak pertama, jumlah anak yang diinginkan, dan
penggunaan metode kontrasepsi. Menurut Davis dan Blake (1956) yang
dikutip oleh Mantra (2009), dalam tulisan berjudul The Social Structure of
Fertility : An Analitical Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial
mempengaruhi fertilitas melalui variable antara. Dalam bukunya itu Davis dan
Blake menulis mengenai proses reproduksi seorang wanita usia subur melalui
tiga tahap, yaitu hubungan seks, konsepsi, kehamilan dan kelahiran.
1. Menurut Kingsley Davis & Judith Blake
Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi.
Sebelum disiplin lain membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian
sosiologis tentang fertilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sudah amat lama
kependudukan menjadi salah satu sub-bidang sosiologi. Sebagian besar
analisa kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya merupakan
analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne
(1970) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku
fertilitas yang pada hakekatnya bersifat sosiologis (Mundiharno, 1997)
Dalam tulisannya yang berjudul “The social structure and fertility:
ananalytic framework (1956)” Kingsley Davis dan Judith Blake

13
melakukan analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis and Blake
mengemukakan faktor-faktor yangvmempengaruhi fertilitas melalui apa
yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables). Menurut
Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang
mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”. Ada 11 variabel
antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-masing dikelompokkan
dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan diadakan
persetubuhan atau hubungan kelamin (Intercourse Variables).
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi diadakan atau terputusnya
hubungan kelamin pada masa reproduksi.
i. Usia mulai mengadakan hubungan kelamin atau
persetubuhan.
ii. Selibat tetap : proporsi wanita yang tidak pernah kawin
atau mengadakan persetubuhan.
iii. Lamanya suatu reproduksi yang hilang setelah atau
diantara masa hubungan kelamin
 Bila hidup sebagai suami istri itu putus karena
perceraian, berpisah, atau mingggat (salah seorang
melarikan diri).
 Bila hidup sebagai suami istri itu putus karena kematian
sang suami.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi diadakan persetubuhan atau
hubungan kelamin.
i. Pantang sukarela.
ii. Pantang terpaksa (karena impoten, sakit, berpisah
sementara yang tak dapat dielakkan).
iii. Frekuensi persetubuhan (tidak termasuk masa pantang).

14
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan kehamilan
(ConceptionVariables).
i. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oeh hal-hal
yang tidak
diinginkan atau diluar kemauan.
ii. Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat
kontrasepsi.
iii. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh hal-hal
yang diinginkan atau disengaja, (sterilisasi, sub-insisi
(pembelahan bagian bawah penis sehingga semen tidak
keluar melalui kepala penis), obat obatan, dan sebagainya).
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi masa hamil dan kelahiran
dengan selamat (Gestation Variables).
i. Kematian fetus (janin) karena hal-hal yang tidak disengaja.
ii. Kematian fetus karena hal-hal yang disengaja (Fawcett,
1982). Menurut Davis dan Blake, setiap variabel diatas
terdapat pada semua masyarakat. Sebab masing-masing
variabel memiliki pengaruh (nilai) positip negatifnya
sendirisendiri terhadap fertilitas. Misalnya, jika
pengguguran tidak dipraktekan maka variabel nomor 11
tersebut bernilai positip terhadap fertilitas. Artinya,
fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran.
Dengan demikian ketidak-adaan variabel tersebut juga
menimbulkan pengaruh terhadap fertilitas, hanya
pengaruhnya bersifat positip. Karena di suatu masyarakat
masing-masing variable bernilai negatip atau positip maka
angka kelahiran yang sebenarnya tergantung kepada neraca
netto dari nilai semua variabel. Lebih lanjut dalam
artikelnya Davis dan Blake menguraikan tetang pengaruh

15
pola-pola institusional terhadap fertilitas melalui 11
variabel antara yang telah dikemukakan dimuka
(Mundiharno, 1997).
2. Menurut Ronald Freedman
Menurut Fawcett (1984) yang mengutip pendapat R. Freedman (1961-
1962), dalam tulisannya tentang sosiologi fertilitas manusia, menggabungkan
skema Davis dan Blake tersebut dalam ruang lingkup sosiologis yang lebih
luas. Berdasarkan variabel-variabel antara tersebut, freedman menyusun
konsep-konsep sosiologi yang lebih luas. Berdasarkan variabel-variabel antara
tersebut, Freedman menyusun konsep-konsep sosiologi yang lebih luas, dan
kemudian ia membahas cara-cara bagaimana norma-norma sosial dan aspek-
aspek organisasi sosial mempengaruhi fertilitas melalui variabel-variabel
antara tersebut.Sebagai contoh, untuk mencapai norma-norma besarnya
keluarga yang telah ditetapkan, pemerintah bisa menggunakan insentif
keuangan atau hukuman sebagai cara untuk mencapainya, atau program-
program keluarga berencana secara langsung diarahkan untuk mengubah
variabel-variabel antara yang menyangkut penggunaan kontrasepsi. Aspek-
aspek organisasi sosial lainnya, seperti peranan kesempatan kerja bagi kaum
wanita, tidak bisa secara langsung mempengaruhi fertilitas tetapi aspek aspek
sosial itu bisa mempengaruhi fertilitas melalui beberapa variabel antara.
Faktor-faktor lingkungan juga turut berperan, misalnya kondisi
kesehatan mempengaruhi tingkat kematian bayi dan oleh karena itu utuk
mencapai jumlah tertentu dari anak-anak yang hidup, diperlukan sejumlah
kelahiran tertentu dan bisa juga mempengaruhi kesuburan dan frekuensi
kemungkinan mengadakan persetubuhan.
Menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung
terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang
berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas seseorang
dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya keluarga

16
dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma
tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat
mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat.

Mortalitas

Menurut Freedman intermediate variables yang dikemukakan Davis-


Blake menjadi variabel antara yang menghubungkan antara “norma-norma
fertilitas” yang sudah mapan diterima masyarakat dengan jumlah anak yang
dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa “norma fertilitas” yang sudah
mapan diterima oleh masyarakat dapat sesuai dengan fertilitas yang dinginkan
seseorang. Selain itu, norma social dianggap sebagai faktor yang dominan.
Secara umum Freedman mengatakan bahwa:

“Salah satu prinsip dasar sosiologi adalah bahwa bila para anggota
suatu masyarakat menghadapi suatu masalah umum yang timbul berkali-kali
dan membawa konsekuensi sosial yang penting, mereka cenderung
menciptakan suatu cara penyelesaian normatif terhadap masalah tersebut.
Cara penyelesaian ini merupakan serangkaian aturan tentang bertingkah laku
dalam suatu situasi tertentu, menjadi sebagian dari kebudayaannya dan
masyarakat mengindoktrinasikan kepada para anggotanya untuk
menyesuaikan diri dengan norma tersebut baik melalui ganjaran (rewards)
maupun hukuman (penalty) yang implisit dan eksplisit. Karena jumlah anak
yang akan dimiliki oleh sepasang suami isteri itu merupakan masalah yang
sangat universal dan penting bagi setiap masyarakat, maka akan terdapat suatu
penyimpangan sosiologis apabila tidak diciptakan budaya penyelesaian yang
normatif untuk mengatasi masalah ini.” Jadi norma merupakan “resep” untuk
membimbing serangkaian tingkah laku tertentu pada berbagai situasi yang
sama. Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi tentang fertilitas.
Dalam artikelnya yang berjudul “Theories of fertility decline: a reappraisal”

17
(1979) Freedman juga mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang
cenderung terus menurun di beberapa negara pada dasarnya bukan semata-
mata akibat variabel-variabel pembangunan makro seperti urbanisasi dan
industrialisasi sebagaimana dikemukakan oleh model transisi demografi
klasik tetapi berubahnya motivasi fertilitas akibat bertambahnya penduduk
yang melek huruf serta berkembangnya jaringan-jaringan komunikasi dan
transportasi. Menurut Freedman, tingginya tingkat modernisasi tipe Barat
bukan merupakan syarat yang penting terjadinya penurunan fertilitas.
Pernyataan yang paling ekstrim dari suatu teori sosiologi tentang fertilitas
sudah dikemukakan oleh Judith Blake. Ia berpendapat bahwa “masalah
ekonomi adalah masalah sekunder bukan masalah normatif” jika kaum miskin
mempunyai anak lebih banyak daripada kaum kaya, hal ini disebabkan karena
kaum miskin lebih kuat dipengaruhi oleh norma-norma pro-natalis daripada
kaum kaya (Mundiharno, 1997).

Ronald Freedman berpendapat bahwa faktor lingkungan juga


mempengaruhi tingkat fertilitas. Selain adanya faktor lingkungan yang
mempengaruhi fertilitas yaitu tingkat mortalitas, norma tentang besarnya
keluarga, struktur sosial ekonomi dan juga norma mengenai variabel
antara (Urip, 2014).

Dari skema diatas. terlihat bahwa variabel antara secara langsung


mempengaruhi fertilitas sementara variabel antara itu sendiri dipengaruhi oleh
banyak faktor. Diawali dengan keadaan lingkungan yang memberi pengaruh
terhadap tingkat kematian dan struktur sosial ekonomi. Keadaan ini sangat
bervariasi antar daerah karena setiap daerah memiliki ciri dan karakteristik
penduduk yang berbeda. Lingkungan dan struktur sosial ekonomi saling
mempengaruhi satu sama lain.Tingkat kematian dan struktur sosial ekonomi
memberi pengaruh pada norma ukuran keluarga. Tingkat kematian
memotivasi keluarga untuk membatasi jumlah anggota rumah tangga.

18
Sementara struktur sosial ekonomi berkorelasi timbal balik dengan ukuran
keluarga. Begitupula hubungan antara struktur sosial ekonomi dengan norma
tentang variabel antara. Norma yang terbentuk dalam masyarakat ini secara
langsung mempengaruhi variabel antara yang kemudian mempengaruhi
fertilitas. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma
yang ada.

19
BAB III

HASIL

A. Fertilitas
Definisi Menurut Terminologi
1. Fertility : Kemampuan untuk memproduksi anak (taraf kelahiran)
2. Infertility : Ketidakmampuan untuk memproduksi anak
3. Parity : Jumlah kelahiran bayi yang hidup dari seorang wanita
4. Gravidity : Jumlah kehamilan dari seorang wanita yg dimiliki (hidup) atau
yang tidak hidup
5. Fecundity : Kapasitas kemampuan fisiologis seorang wanita untuk bisa hamil
(reproduksi potensial)
6. Infecundity (Sterility) : Ketidakmampuan seorang wanita untuk dapat hamil

a. Primary sterility : Tidak akan bisa hamil

b. Secondary sterility : Ketidakmampuan untuk dapat hamil setelah


pernah melahirkan satu atau lebih anak

7. Fecundability : Kemungkinan bahwa seorang wanita bisa hamil selama siklus


menstruasi

Child-Woman Ration (CWR)

Jumlah anak dibawah umur 5 dari 1000 wanita usia subur tiap tahun. Jumlah
ini bisa dihitung dari sensus nasional atau daria data survei, sehingga dapat
memperoleh data statistik mengenai angka kelahiran hidup maupun tidak.

CWR = Jumlah anak dibawah umur 5 th


x 1000
Jumlah wanita antara umur 15-49

20
Crude Birth Rate (CBR)

Jumlah kelahiran hidup dari 1000 penduduk dalam 1 tahun.

CBR = Jumlah kelahiran


xK
Jumlah penduduk

Contoh:

Jika jumlah kelahiran dalam komunitas pada tahun 1960 ada 18,247
dan pada pertengahan tahun jumlahnya 985,210. Berapa kira-kira angka
kelahiran dalam komunitas tersebut?

Interpretasi:

Jumlah kelahiran 1000 di komunitas X pada tahun 1960

Persyaratan dan Keterbatasan Data dari CBR

1. Membutuhkan data yang lengkap dan akurat untuk sistem pendaftaran

2. Hanya memperkirakan fertilitas

3. Semua penduduk yang termasuk dalam penyebut tidak terkena risiko


kehamilan

4. Tidak baik untuk membandingkan kesuburan seluruh penduduk, karena


terdapat variasi umur dari penduduk yang akan mempengaruhi tingkat
kelahiran.

General Fertility Rate

General Fertility Rate (juga disebut fertility rate) adalah jumlah


kelahiran hidup per 1000 wanita usia 15-49 pada tahun tertentu. Secara umum

21
tingkat kesuburan dapat diukur dari tingkat kelahiran karena tingkat
kesuburan berkaitan dengan umur dan jenis kelamin (biasanya wanita
berumur 15-49 tahun)

GFR = Jumlah kelahiran per tahun


x 1000
Jumlah wanita umur 15-49

Sumber Data

1. Sistem registrasi untuk kelahiran

2. Dapat diperkirakan dari sensus nasional atau data survei kepada anak-
wanita

3. Dari remaja sampai dewasa (usia seks) berisiko dapat hamil dan
melahirkan ( usia yang dimaksud antara 15-49 tahun)

4. Semakin kecil ukuran dari CBR digunakan untuk membandingkan


kesuburan seluruh penduduk atau kira-kira sama dengan CBR

Age Specific Fertility Rate

Jumlah kelahiran per 1000 wanita usia tertentu dalam satu tahun
tertentu. tingkat kesuburan dihitung dengan usia tertentu untuk melihat
perbedaan kesuburan pada usia yang berbeda atau untuk perbandingan dari
waktu ke waktu

ASFR = Number of birth to woman a


x1000
Number of woman age a

22
Total Fertility Rate

Rata-rata jumlah anak yang akan lahir dari seorang wanita.

TFR = 5 x ∑ASFR/1000

Children Ever Born (CEB)

1. Dihitung dari sesus atau sampel survei dengan bertanya pada wanita
mengenai usia mereka dan jumlah kelahiran hidup yang pernah mereka
miliki (termasuk anak yang telah meninggal sejak lahir)

2. Melalukan pengukuran tingkat kesuburan penduduk

3. Hanya berlaku jika wanita tersebut dianggap penduduk

4. CEB untuk wanita yang umurnya lebih dari 49 disebut dengan Completed
Fertility Rate, hal ini menunjukkan berapa banyak anak-anak dari wanita
yang telah melengkapi verifikasi identitas subur yang sebenarnya
diproduksi selama tahun-tahun.

Gross Reproduction Rate (GRR)

Rata-rata jumlah anak yang akan lahir dari seorang wanita yang
selama hidupnya dia melewati masa suburnya sesuai dengan usia tingkat
kesuburannya.

Catatan: GRR sama dengan TFR, kecuali bahwa dengan menghitung


anak perempuan dan reproduksi wanita tersebut dalam generasi berikutnya
dengan memiliki anak perempuan.

Let Bf= jumlah kelahiran perempuan

B m+f = jumlah kelahiran laki-laki dan perempuan

23
GRR cont'd

GRR = ∑ ASFR x Bf/B m+f

GRR = TFR+(Propotion of female births)

GRR, Uganda, 1991: Sex ratio at birth=1,03M/F

= TFR x kelahiran perempuan / total kelahiran = 6,7x100/100+103 = 3,3

Net Reproduction Rate (NRR)

Jumlah rata-rata anak perempuan lahir dari seorang wanita yang telah
melewati masa kelahiran sampai berhentinya sistem reproduksi.

NRR: Hubungan GRR dan TFR

NRR selalu lebih rendah dibanding dengan GRR. Hubungan NRR


tidak akan sampai setengah dari besarnya TFR.

Pengganti fertilitas/Replacement Fertility

Dapat dikatakan Replacement Level Fertility jika NRR sudah


mencapai 1.0. Berdasarkan hipotesis kohort, wanita dapat menyelamatkan
generasinya jika jumlah anak perempuan mereka cukup (jumlah kira-kira)
untuk dapst menggantikan mereka dalam suatu populasi. Pada saat ini GRR >
1 dan TFR > 2 (Dalam keadaan tidak rata jika pasangan memperkirakan untuk
mempunyai 2 anak).

Ketika NRR=1.00 itu berarti tidak penuh.

CBR=CDR

Rata-rata perkembangan penduduk=0

24
Hubungan antara jumlah reproduksi dengan perkembangan penduduk

Kepadatan penduduk lebih cenderung ke perkembangan penduduk


untuk beberapa tahun setelah berkurangnya fertilitas untuk mencapai tahap
pergantian dengan 2 anak cukup dalam sebuah keluarga (TFR~2.2 and
NRR=1.0. Kepadatan penduduk selama masa peralihan fertilitas adalah
mengendalikan jumlah anak dari suatu populasi dikarenakan perkembangan
penduduk yang tinggi pada tahun sebelumnya.

Kondisi Demografi Indonesia Tahun 2010

Berdampak pada pemenuhan kebutuhan menurut kelompok umur

1. Penyediaan fasilitas kesehatan untuk balita, remaja, lansia

2. Fasilitas pendidikan bagi anak usia sekolah

3. Lapangan kerja bagi penduduk usia kerja

4. Penyediaan fasilitas sosial lain

Ledakan Penduduk

Pada tahun 1990-2000 ada 27,5 juta tambahan penduduk

Pada tahun 2000-2010 ada 32,5 juta tambahan penduduk

B. Peran Bidan dalam Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB)

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Infertilitas dibagi menjadi dua,
yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer adalah istri belum berhasil hamil
mmeskipun sudah bersenggama secara teratur dan dihadapkan pada kemungkinan
kehamilan selama 2 bulan berturut-turut. Sedangkan infertilisasi sekunder adalah istri

25
pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama secara
teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 2 bulan berturut-turut.

Cara Mendapatkan Kehamilan

1. Secara Alami
Cara ini dapat dilakukan dengan cara membuat jadwal senggama
terencana.
Peran Bidan :
a. Mengetahui HPHT pasien
b. Menghitung Masa Subur
c. Bersama dengan Dokter SpOG melakukan edukasi kepada pasien
dalam rencana senggama terencana.
2. Inseminasi Buatan (IUI)
Suatu tindakan mengantarkan sperma dengan bantuan alat rahim pada
saat ovarium menghasilkan sel telur.
Berikut urutan prosedur inseminasi buatan:
a. Sebelum melakukan prosedur nseminasi buatan,maka dokter akan
melakukan pemerikasaan organ reproduksi dan kesuburan dari
masing-masing pasangan. Hal ini untuk mengetahui apa yang
kemungkinanmenjadi halangan terjadinya kehamilan secara alami.
b. Dari pihak pria, dokter akan memeriksakan kualitas dan kuantitas
sperma. Sementara itu, dari pihak wanita akan diperiksa mengenai
kemampuan ovulasi. Setelah pemeriksaan dilakukan secara
lengkap, maka dokter akan merekomendasikan teknik yang dapat
membantu terjadinya kehamilan atau tidak.
c. Untuk melakukan prosedur inseminasi buatan, menentukan waktu
ovulasi yang tepat sangant penting. Sebab, kemungkinan

26
kehamilan yang tertinggi yaitu sekitarr 12 jam dari pelepasan sel
telur. Untuk menentukan ovulasi, dapat digunakan alat tes ovulasi,
ultrasound, ataupun tes darah. Selain itu, bisa juga diberikan tes
tambahan seperti suhu tubuh, tekstur lendir vagina, dan
kelembutan leher rahim.
d. Sperma yang kemudian digunakan untuk bisa dalam kondisi segar
ataupun dicuci dengan teknik khusus guna meningkatkan tingkat
kesuburan. Proses “mencuci” sperma termasuk memilih sperma
dengan kualitas terbaik dan menyingkirkan zat-zat kimia yang
dapat menyebabkan efek ketidaknyamanan bagi wanita.
e. Sperma kemudian ditempatkan pada selang kecil yang disebut
kateter, yang kemudian langsung dimasukkan ke vagina dan leher
rahim, hingga akhirnya mencapai rahim. Kehamilan yang
nantinya diperoleh dari inseminasi buatan tidak berbeda dengan
kehamilan alami.

Peran Bidan:

a. Menghitung HPHT dan siklus haid


b. Memahami prosedur inseminasi
c. Edukasi pasien sebelum tindakan inseminasi
d. Mempersiapkan kelengkapan alat dan tim untuk inseminasi
e. Membantu dokter SpOG dalam tindakan inseminasi
f. Edukasi pasien setelah tindakan inseminasi
g. Memotivasi, memberi dukungan dan doa untuk pasien
3. Bayi Tabung / In Vitro Fertilitation
Bayi tabung (IVF) adalah salah satu cara untuk memperoleh telur dengan
spermatozoa diluar tubuh.

27
Jenis tindakan dalam proses bayi tabung:
a. Perangsang indung telur
b. Panen sel telur ( Ovum Pick Up )
c. Pengeraman ( Inkubasi )
d. Embrio Transfer
e. Freezed embrio transfer

Proses bayi tabung:

a. Pemeriksaan USG, hormon, saluran telur dan sperma


Pasangan yang akan melakukan program bayi tabung disarankan
datang pada hari kedua menstruasi. Dilakukan pemeriksaan
hormon dan sel telur pada calon ibu dengan USG Transvaginal.
Sedangkan pada calon ayah dilakukan analisis kualitas sperma.
b. Penyuntikan obat untuk membesarkan sel telur
Selanjutnya datang kembali pada siklus menstruasi berikutnya,
dihari kedua menstruasi. Untuk mulai mendapatkan seuntikan
Gonal F yang berfungsi membesarkan sel telur. Suntikan
dilakukan selama 10-12 hari, tergantung respon tubuh.
c. Penyuntikan obat penekan hormon
Jika ukuran folikelnya 12-14 mli mulai disuntikan obat untuk
hiperstimulasi ovarium terkendali. Jadi, setelah melakukan proses
suntik pembesaran sel telur, selanjutnya dilakukan proses suntik
untuk mengendalikan atau menekan hormon.
d. Pengambilan sel telur
Setelah 12 atau 14 hari, tergantung respon tubuh dan paling tidak
ada 3 buah folikel minimal berukuran 18 mili, lalu mulai suntik
untuk pematangan akhir. Selanjutnya, 36 jam kemudian
dilanjutkan dengan petik sel telur atau ovum pick up.

28
e. Pembuahan
Setelah diabil sel telurnya, dilakukan pembuahan diluar. Teknik
yang diapaki sekarang ini adalah ICSI (intra-cyroplasmic sperm
injection), yaitu sperma disuntikkkan langsugn kedalam sel telur.
Sperma yang dipilih oleh embriolog adalah yang paling bagus
bentuknya dan kecepatannya. Satu sel telur, satu sperma.
f. Pengembangan embrio
Setelah 16 jam akan dapatkan sel telur yang sudah dibuahi. Bisa
terlihat dari sejumlah sel telur yang dipetik, berapa sel telur yang
berhasil dibuahi. Lihat perkembangan emberionya dalam 5 hari.
Hari kedua dan ketiga terjadi pembelahan sel, hari keempat mulai
terbentuknya morula, dan hari kelima terbentuk blastokista, yaitu
embrio yang berusia 4-9 hari setelah pembuahan.
g. Penanaman embrio
Penanaman embrio ke dalam rahim bisa dilakukan pada hari
kedua pembelahan, hari ketiga atau hari kelima, tergantung dari
kualitas embrio. Tapi, yang paling baik sebenarnya adalah hari
kelima pembelahan saat udah menjadi embrio blastokista. Karena
menyerupai embrio yang menempel pada rahim ibu saat proses
kehamilan alami.
h. Menunggu hasil
Dua minggu setelah proses penanaman, dokter akan meliat apakah
embrio berhasil menempel ke rahim atau tidak. Jika penempelan
sempurna, maka akan terjadi kehamilan yang sama seperti
kehamilan alami lainnya.

29
Peran Bidan secara Keseluruhan:
a. Melakukan anamnesa
b. Mengikuti perkembangan pasien
c. Memberikan konsultasi dan edukasi kepada pasien
d. Membantu pasien dalam menginterprestasikan infomasi dari
berbagai pemberi pelayanan yang bersangkutan
e. Memastikan kebutuhan pasien terpenuhi
f. Membantu pasien menyadari dan mengatasi masalah psikologis
sehingga dapat membangun hubungan yang baik.
C. Room Tour RSKIA Sadewa
1. Poly Obsgyn 1
Ruangan ini terdapat kulkas untuk menimpan beberapa obat atau alat
yang suhunya harus selalu dipantau antara 2-8°C agar nantinya dapat
digunakan secara optimal dan tidak menghambat tindakan yang akan
dilakukan. Terdapat pula kotak berisi obat-obatan yang dapat disimpan
dengan suhu ruangan.
2. Poly Obsgyn 2
Ruangan ini lebih kompleks jika dibandingkan dengan poly obsgyn 1,
disini terdapat bed untuk pemeriksaan, meja konsultasi antara dokter dan
bidan dengan pasien, berkas pasien, lemari untuk menyimpan obat dan
alat, washtafle, tempat perendaman alat setelah selesai dilakukan
tindakan, dan tempat sampah.
3. Ruang Konsultasi
Ruangan ini digunakan untuk konsultasi dokter dengan pasien yang
mungkin pasien tersebut meminta untuk konsultasi diruangan tersendiri
agar privacynya lebih terjaga atau jika tidak ada ruangan lain.

30
4. Meeting Room
Ruangan ini digunakan untuk pertemuan antara dokter, bidan, maupun
perawat untuk membicarakan suatu hal bersama, seperti rencana tindakan
operasi kepada pasien.
5. Poly Andrologi
Bahasan andrologi termasuk penyakit alat vital, gangguan fungsi seksual,
penyakit kelamin serta penyakit yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi pada pria. Ruang praktek spesialis andrologi yang menangani
gangguan kesehatan reproduksi pria, khususnya yaitu gangguan fungsi
seksual, masalah-masalah pada sistem reproduksi dan sistem urin, sistem
hormonal (endokrin), dan kelainan genetik.
6. Ruang Pencucian Alat
Ruangan ini digunakan untuk memproses alat atau membersihkan
peralatan yang telah selesai digunakan.
7. Ruang Pemulihan
Ruangan ini digunakan untuk pasien yang telah melalui tindakan medis,
seperti OPU ( Ovum Pick Up). Biasanya pasien akan beristirahat selama
kurang lebih 2-5 jam setelah tindakan untuk memulihkan kondisinya. Dan
biasanya pasien langsung pulang, tidak ada yang menginap di RS.
8. Lab Andrologi
Ruangan ini digunakan untuk meneliti sperma, apakah spermanya bagus
atau tidak. Diruangan ini juga dilakukan pembersihan sperma,
penyimpanan sperma, dan sebagainya.
9. Ruang Ganti Dokter
Ruangan ini digunakan dokter untuk berganti pakaian sewaktu akan
melakukan operasi, dan berganti sandal pula. Di ruangan ini terdapat
washtafle, loker, dan rak sandal dan terdapat dua ruangan, yaitu ruang
ganti wanita dan pria.

31
10. Ruang Tunggu
Ruangan ini digunakan pasien maupun keluarga untuk menunggu waktu
operasi yang akan dilakukan atau menunggu ruang operasi dan
peralatannya siap. Dan digunakan keluarga untuk menunggu pasien
selesai operasi.
11. Ruang Simpan Beku
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan peralatan/obat/media yang
dibutuhkan untuk tindakan operasi, atau hasil operasi yang membutuhkan
tempat penyimpanan dengan suhu rendah.
12. Laboratorium & Ruang Bedah Minor
Ruangan ini digunakan untuk melakukan pembedahan kecil dan
kemudian hasil dari pembedahan tersebut akan diteliti lebih lanjut untuk
mendapatkan apa yang ingin dicari atau diketahui.
13. Lab Embriologi
Ruangan ini adalah ruangan paling steril di RS, hal tersebut berkaitan
dengan fungsi ruangan ini. Dimana ruangan ini digunakan untuk
pembuahan sel ovum dan sel sperma. Untuk dapat masuk kedalam
ruangan ini, petugas juga tidak diperbolehkan menggunakan parfum,
make up, maupun hand body lotion karena akan menimbulkan bau yang
menyengat sehingga dapat mempengaruhi hasil dari pembuahan.
14. Ruang OPU
Ruangan ini digunakan untuk mengambil ovum wanita yang nantinya
akan dibuahi dengan sel sperma. Untuk sel sperma sendiri bisa
dikeluarkan laki-laki melalui mastrubasi, yang kemudian spermanya
diambil, dibersihkan dan diteliti kualitasnya, kemudian baru disatukan
dengan sel ovum agar terjadi pembuahan.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fertilitas adalah kemampuan untuk memproduksi anak (taraf


kelahiran). Fertilitas akan selalu berkaitan dengan angka. Banyak hal – hal
yang berpengaruh dalam fertilitas ini. Fertilitas ini harus dikendalikan untuk
mengatasi kepadatan penduduk ditahun – tahun berikutnya.

Infetilitas yang terjadi pada sepasang suami istri entah itu pada suami
atau istrinya saja, kadang kala infertilitas ini bisa mengganggu keharmonisan
dalam rumah tangga. Ada beberapa metode, yang pertama adalah inseminasi
buatan (IUI). Inseminasi buatan adalah suatu tindakan mengantarkan sperma
dengan bantuan alat rahim pada saat ovarium menghasilkan sel telur. Pada
inseminasi buatan ini bidan yang membantu proses harus mengerti proses dan
tahapan inseminasi buatan. Cara yang selanjutnya adalah bayi tabung. Bayi
tabung (IVF) adalah salah satu cara untuk memperoleh telur dengan
spermatozoa diluar tubuh. Pada proses ini peran bidan tidak banyak, salah
satunya yaitu memastikan bahwa kebutuhan klien terpenuhi.

Di RSKIA Sadewa ada 14 ruangan yang memiliki fungsi dan


perannya masing – masing. Salah satu contoh fungsi ruangan adalah ruang lab
andrologi, ruangan ini digunakan untuk meneliti sperma, apakah spermanya
bagus atau tidak. Diruangan ini juga dilakukan pembersihan sperma,
penyimpanan sperma, dan sebagainya. Di lab andrology ini kami diberi
kesempatan untuk melihat sperma asli langsung dari mikroskop. Staff yang
bekerja di lab andrology juga adalah seseorang yang kompeten dibidangnya.

33
B. Saran
Adapun saran dari penulis yaitu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca, agar dalam pembuatan laporan praktikum kedepannya
lebih baik dari sebelumnya. Selain itu kami berharap semoga laporan
praktikum yang kami susun ini dapat menjadi tambahan ilmu dan informasi.

34
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalninan. Jakarta: BKKBN

Lufri dan Helendra. 2011. Biologi Perkembangan Hewan, Jilid 1. Padang: UNP Press

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Partodiharhardjo, S., 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara

Sofyan, 2006. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Ebriologi. Bandung: Tarsito

35

Anda mungkin juga menyukai