EKONOMI DEMOGRAFI
FERTILITAS
OLEH :
Eti Rahayu Putri
10700113143
Khaeratunnisa Ambo
10700113155
1070011314
ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seseorang wanitia atau sekelompok wanitia.
Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas
mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang
lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitas sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth),
yaitu terlepasnya bayi dari Rahim seorang wanitia dengan adanya
tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung
berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah
anak yang telah dipunyai oleh wanitia. Apabila waktu lahir tidak ada
tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang
di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Kemampuan fisiologis wanitia untuk memberikan kelahiran atau
berpartisipsi dalam reproduksi dikenal dengan istilah fekunditad. Tidak
adanya kemampuan ini disebut infekunditas, sterilitas atau infertilitas
fisiologis.
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari
wanitia yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada
petunjuk bahwa dibeberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua
wanitia kawin da nada tekanan social yang kuat terhadap
wanitia/pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua
persen saja dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa
Bagaimana
Pemikiran
Antardisiplin,
Faktor-faktor
yang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DALAM ANALISIS FERTILITAS
A. Konsep dan Definisi Kelahiran
Dalam analisis fertilitas dikenal beberapa konsep tentang kelahiran,
yaitu lahir hidup, lahir mati, dan abortus. Berikut ini adalah definisi
menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations dan
Organization Kesehatan Dunia (World Health Organization WHO).
1) Lahir hidup (live birth) adalah kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya didalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat di;ahirkan. Misalnya,
pada si bayi ada napas (bernapas), ada denyut jantung, ada denyut ta;I
pusat, atau gerakan-gerakan otot.
2) Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan
yang sudah berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan
tanda-tanda kehidupan pada saat kelahiran.
3) Aborsi adalah peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur
kehamilan krang dari 28 minggu. Ada dua macam aborsi, yaitu sebagai
berikut:
a) Aborsi disengaja (induced abortion) adalah peristiwa pengguguran
kandungan karena alas an kesehatan atau karena alas an non
kesehatan lainnya, seperti : malu, dan tidak menginginkan janin
anak yang dikandung
b) Aborsi tidak disengaja atau secara spontan (spontaneous abortion)
adalah peristiwa pengguguran kandungan karena janin tidak dapat
dipertahankan lagi dalam kandungannya.
B. Konsep Masa Reproduksi (Reproductive/Childbearing Age)
Masa/usia memproduksi adalah usia di amna seorang perempuan
mapu untuk melahirkan (subur), yakni kurun waktu sejak mendapat haid
pertama (menarche) dan berakhir pada saat berhenti haid (menopause).
Dimana:
B: jumlah kelahiran selama 1 tahun
P: jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k: bilangan konstan, biasanya 1000
Sebagai contoh, hasil Supas 1995 menunjukkan bahwa terdapat
187.974 kelahiran hidup di DKI Jakarta. Sementara itu, jumlah penduduk
DKI Jakarta pada pertengahan tahun 1995 adalah 9.112.652 orang.
Dengan demikian, CBR untuk DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
CBR sebesar 20,6 berarti bahwa dari setiap 1.000 penduduk di DKI
Jakarta terdapat antara 20 sampai 21 kelahiran hidup pada tahun 1995.
CBR DKI Jakarta ini lebih rendah dari CBR Indonesia yang sebesar 23,9
pada tahun 1995.
Perhitungan CBR masih merupakan perhitungan yang sangat kasar.
Ukuran ini disebut sebagai angka kasar (crude) karena produk tetrpapar
yang digunakan sebagai penyebut adalah penduduk dari semua jenis
kelamin termasuk laki-laki, dan semua umur, termasuk anak-anak dan
orang tua, yang tidak mempunyai potensi untuk melahirkan.
B. Angka Fertilitas Umum (General Fertility Rate GFR)
Angka fertilitas umum (GFR) adalah banyaknya kelahiran pada suatu
tahun per 1.000 penduduk perempuan berumur 15-49 tahun atau 15-44
tahun pada petengahan tahun yang sama. Rumus yang digunakan untuk
menghitung GFR adalah:
Dimana:
B
3
per
tahun
Angka 60,1 ini berarti bahwa pada tahun 1995 untuk setiap seribu
penduduk perempuan usia subur di DKI Jakarta, terdapat 60 bayi yang
diahirkan. Meskipun ukuran ini masih bersifat umum (general), dalam
keadaan kelangkaan data, ukuran ini sudah dapat memberikan cerminan
tingkat kelahiran di DKI Jakarta.
Dibandingkan dengan angka kelahiran kasar (CBR), GFR lebih
cermat karena sudah memperhitungkan penduduk yang mempunyai
potensi melahirkan, yaitu perempuan usia subur (15-49 tahun). Meskipun
demikian, masih terdapat kelemahan terhadap ukuran tersebut karena
belum memperhitungkan kenyataan bahwa potensi perempuan dikaitkan
dengan tingkat kesuburan atau fekunditas untuk melahirkan, berbeda-beda
menurut umur perempuan. Sebagai contoh, perempuan usia subur muda di
bawah 17 tahun umumnya mempunyai tingkat kesuburan (fecundity) yang
masih rendah. Secara umum, tingkat kesuburan akan semakin meningkat
bersamaan dengan meningkatnya usia perempuan dan akhirnya menurun
kembali pada usia 35 tahun. Dengan kakta lain, urva kesuburan menurut
umur bentuk huruf U terbalik. Dengan demikian, untuk mendapatkan
ukuran fertilitas yang akurat perlu memperhitungkan potensi melahirkan
menurut umur.
C. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ ASFR)
Angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) menunjukkan
banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada
suatu tahun tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur dan
pertenganhan tahun yang sama. Rumus untuk menghitung ASFR adalah:
Dimana:
: jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada tahun
tertentu
: jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i pada tahun
yang sama
: kelompok umur (I = 1 untuk perempuan kelompok umur 15-19
tahun, i =2 untuk 20 sampai 24 tahun, . i =7 untuk 45-49 tahun)
: bilangan konstanta, biasanya 1.000
Pada tabel 2.1 disajikan perhitungan ASFR DKI Jakarta berdasarkan
hasil Supas 1995
Tabel 2.1
Perhitungan Angka Kelahiran Menurut Usia (ASFR) Provinsi DKI
Jakarta, Tahun 1995
Umur
perempuan
(1)
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Jumlah
Jumlah
penduduk
perempuan
(2)
585.414
589.946
505.509
399.754
330.342
257.850
188.589
2,857,404
Jumlah
kelahiran
(3)
15221
57225
61672
33979
13544
2579
754
184,974
ASFR
(4)=[(3):(2)]
1.000
26
97
122
85
10
41
4
ukuran
reproduksi
(Total
Fertility
Rate-TFR,
Gross
Gambar 2.2
ASFR Indonesia Th. 1971 dan 2005
Dimana:
: angka kelahiran untuk perempuan pada kelompok umur i
: kelompok umur 20-24 tahun, , dan
45-49 tahun..
Dengan menggunakan data ASFR pada tabel 2.1, TFR untuk DKI
Jakarta tahun 1995 dapat diperoleh dengan cara berikut ini.
TFR = 5 (26 + 97 + 122 + 85 + 41 + 10 + 4)
=5
385
Dimana:
: Paritas atau jumlah ALH rata-rata untuk perempuan pada
kelompok umur i
Jumlah
perempuan
pernah kawin
ALH
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Jumlah
29.472
199.819
344.669
344.573
311.912
247.678
182.799
1.660.922
15.817
193.928
519.533
839.536
972.647
866.289
671.519
4.079.269
0,54
0,97
1,51
2,44
3,12
3,50
3,67
2,46
Jika diketahui TFR dan rasio jenis kelamin pada saat lahir adalah 105
(terdapat 105 bayi laki-laki disbanding 100 bayi perempuan), maka
rumus GRR adalah sebagai berikut.
Contoh :
Pada bagian sebelumnya telah dihitung bahwa TFR per 1.000
perempuan usia 15-49 tahun, DKI Jakarta menurut Supas 1995 adalah
1.925, maka GRR DKI Jakarta menurut Supas 1995 adalah:
33
0,939
anak
perempuan
per
perempuan
artinya
tanpa
Dimana:
: angka kelahiran menurut umur untuk bayi perempuan
unuk perempuan pada kelompok umur i.
Tabel 2.3 menyajikan angka fertilitas bayi perempuan menurut kelompok
umur perempuan (ASFR) untuk DKI Jakarta berdasarkan Supas 1995.
Dengan menggunakan data tersebut, dapat diketahui bahwa GRR adalah
1,88 per perempuan. Artinya setiap perempuan akan digantikan hamper 2
oorang anak perempuan yang akan menggantikan ibunya melahirkan,
tanpa memperhitungkan kenyataan bahwa banyak bayi perempuan yang
lahir yang meninggal dan tidak sempat mengalami usia reproduksi.
Tabel 2.3
perhitungan Angka Reproduksi Bruto (GRR)
Provinsi DKI Jakarta
Umur
Perempuan
(1)
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Jumlah
Penduduk
perempuan
(2)
Jumlah
kelahiran
bayi (L+P)
(3)
585.414
589.946
505.509
399.754
330.342
257.850
188.589
Berdasarkan
15.221
57.225
61.672
33.979
13.544
2.579
754
Jumlah kelahiran
bayi perempuan
saja
(4) =
(3)*(100/205)
7.425
27.915
30.084
16.575
6.607
1.258
368
perhitungan
pada
tabel
dari
reproduksi
2.3
ASFR Bayi
perempuan per
1.000 Perempuan
(5) = [(4) : (2)] x
1.000
13
47
60
42
20
4
2
188
maka
Kelemahan
utama
angka
bruto
(GRR)
adalah
Umur
Penduduk
peremppuan
Kelahiran
bayi
perempuan
ASFR per
1.000
perempuan
untuk bayi
perempuan
Bayi yang
diharapkan
tetap hidup
per 1.000
perempuan
(5) = (4) x
(5)
15-19
585.414
7.425
0,8849
11,5
20-24
589.946
27.915
0,8766
41,2
25-29
505.509
30.084
0,8662
51,9
30-34
399.754
16.575
0,8543
35,9
35-39
330.342
6.607
0,8404
16,5
40-44
257.850
1.258
0,8238
3,3
45-49
188.589
368
0,8030
1,6
Total
161,9
Catatan: *) diperoleh dari tabel kematian Model East Level 18 (untuk provinsi
(1)
(2)
(3)
(4) = (3) :
(2)
13
47
60
42
20
4
2
Rasio
bayi
masih
hidup
hingga
usia
ibu*)
(5)
Tabel 2.5
TFR Periode dan TFR Kohor
Prancis, Tahun 1901-1970*
Periode
Observasi
1901-1905
1906-1910
1911-1915
1916-1920
1921-1925
1926-1930
1931-1935
1936-1940
1941-1945
1946-1950
1951-1955
1956-1960
1961-1965
1966-1970
20-24
135
135
119
72
131
130
126
126
108
158
156
159
174
162
25-29
161
147
129
93
142
132
123
123
126
184
168
174
182
162
30-34
119
111
92
75
102
93
85
81
92
130
113
107
110
100
35-39
78
69
81
52
59
54
48
45
56
75
63
58
55
48
40-44
33
27
23
22
22
20
17
15
20
26
21
19
18
15
45-49
5
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1901-1935)
dihitung
dengan
menjumlahkan
ASFR
Davis
dan
Blake
tentang
Variabel
Antara
(Intermediate Variable)
Salah satu pendekatan ilmu social tentang factor-faktor yang
mempengaruhi fertilitas adalah pendekatan yang dikembangkan oleh
pemikiran Davis dan Blake (1956), yang terkenal dengan istilah
variabel antara (intermediate variables). Variable antara adalah
variable yang secara langsung mempengaruhi fertilitas dan dipengaruhi
oleh variable-variabel tidak langsung, seperti factor-faktor social,
ekonomi, dan budaya. Pada tahun 1956 Kingsley Davis dan Judith
Blake dalam papernya berjudul social structure and fertility. An
analytic framework mengajukan bahwa terdapat tiga tahap penting
dalam proses kelahiran, yaitu tahap hubungan kehamilan (intercourse),
tahap konsepsi (conception), dan tahap kehamilan (gestation.
ketiga tahapan tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi social,
ekonomi, dan budaya dimana perempuan dan masyarakat tinggal.
Factor-faktor tersebut hanya dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
fertilitas melalui ketiga tahapan tersebut. Ketiga factor ini disebut
(menggugurkan
kakndungan
atau
induced
abortion).
Konsep variable antara dipakai sebagai alat kerangka pikir untuk
menganalisis tinggi rendahnya fertilitas antara suatu kelompok
perempuan lain. Misalnya, membandingkan tingkat fertilitas antara
atau
ekonomi
seperti
penghasilan,
hanya
dapat
dengan
kualitas
yang
lebih
baik.
Misalnya,
dengan
2) Pemikir Becker
Gary Becker memperkenalkan analisis fertilitas dengan menggunakan
pendekatan ekonomi yang menekankan analisisnya pada pengaruh
tingkat pendapatan orangtua dan biaya merawatserta membesarkan
anak terhadap tingkat kelahiran. Menurut Becker (1976;1981), anak
dapat dianggap sebagai barang konsumsi tahan lama (durable
goods).sebagai barang konsumsi anak diasumsikan akan memberikan
kepuasan (utility). Orang tua mempunyai pilihan antara kuantitas dan
kualitas anak. Kualitas anak diartikan sebagai pengeluaran rata-rata
(biaya attau cost) untuk anak oleh satu keluarga yang didasarkan atas
dua asumsi.
a) Selera orang tua tidak berubah
b) harga anak dan harga barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi
keputusan rumah tangga untuk berkonsumsi.
Analisis
fertilitas
Becker
diawali
upaya
keluarga
untuk
persamaan:
adalah biaya
barang Z atau harga barang Z yang harus di bayar oleh rumah tangga.
Hubungan ntara fungsi utility dan kendala anggaran dapat di
gambarkan oleh kurva pada gambar 2.3.
Dengan menggunakan kerangka analisis teori ekonomi mikro,
kurva di atas dapat menggambarkan kondisi alokasi pilihan jumlah
konsumsi barang dan jumlah anak. Apabila pendapatan anak niak,
maka banyaknya anak yang diinginkan juga bertambah. Dengan kata
lain terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan keluarga dan
fertilitas. Hal tersebut seolah menyimpulkan bahwa anak juga
merupakan barang yang bersifat inferior.
Akan tetapi studi empiris yang dilakukan oleh Becker menunjukkan
bahwa keluarga dengman tingkat pendapatan yang relative tinggi,
umumnya mempunyai jumlah anak lebih sedikit dibandingkan dengan
keluarga yang tingkat pendapatannya rendah. Temuan tersebut
merupakan karakteristik umum dari penduduk di Negara-negara maju
yang berpendapatan lebih tinggi. Becker menyanggah kesimpulan
bahwa anak merupakan barang inferior dengan menggunakan teori
alokasi waktu (time allocation theory), dimana utility waktu yang
dipakai si ibu untuk merawat jumlah anak banyak lebih rendah
dibandingkan utility untuk merawat jumlah anak yang sedikit. Dengan
demikian, menurut Becker para orang tua atau keluarga kemudian akan
lebih menekankan kualitas dibandingkan kuantitas anak yang diminta.
Oleh karena itu, dalam masyarakat modern jika pendapatan
meningkat, maka jumlah anak yang diinginkan bahkan lebih sedikit,
Becker menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan yang tinggi tidak
hanya mempengaruhi jumlah anak yang diminta (kuantitas) melainkan
juga berapa biaya yang bersedia dikeluarkan oleh orang tua untuk
seorang
anak.
Dengan
kata
lain,
tingkat
pendapatan
akan
Gambar 2.4 kurva hubungan antara jumlah anak dan konsumsi barang:
maksimisasi Utilitas dengan kendala Anggaran Keluarga
2.5 STUDI FERTILITAS DI INDONESIA
Indonesia sering dijadikan contoh keberhasilah dalam upaya
penurunan angka kelahiran yang relative cukup cepat. Keberhasilan tersebut
disebabkanoleh adanya intervensi pemerintah melalui pelaksanaan program
keluarga berencana (KB), yang dilaksanakan sejak awal tahun 1970-an.
Pemerintah pada waktu itu berkeyakinan bahwa jumlah penduduk yang besar
merupaka penghambat bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Oleh sebab itu,
penurunan angka kelahiran merupakan pra-syarat bagi pertumbuhan ekonomi.
Program KB yang dilaksanakan pemerintah tidak saja mengajak
pasangan suami istri untuk mengatur jumlah keluarga mereka dengan
menggunakan alat-alat kontrasepsi modern, tetapi juga memperkenalkan nilainilai baru tentang keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program KB di
Indonesia turut berperan dalam menurunkan tingkat fertiitas total dari 5,6 pada
tahun 1967-1970 menjadi 2,8 pada tahun 1991-1994, dan terus menurun
menjadi 2,34 pada tahun 1997-2000 (sensus penduduk 2000). Sementara itu,
angka kelahiran kasar (CBR) telah menurun sekitar 43 kelahiran per 1.000
penduduk pada tahun 1967-1970 menjadi sekitar 23 kelahiran per 1.000
penduduk pada periode 1991-1994.
CBR
45,5
45,3
44,9
39,0
40,3
47,3
46,6
Periode
1961-1970
1971-1980
1980-1984
1986-1989
1988-1991
1991-1994
1990-2000
CBR
43,0
38,0
32,0
27,9
25,1
23,3
22,3
Perode
200
2005
2010
2015
2020
2025
CBR
20,6
19,5
18,4
17,3
16,3
15,3
TFR
5,61
5,20
4,68
4,06
3,33
3,02
2,85
2,34
2,65
2,59
2,27
2,60
2,41
2,60
Terlihat bahwa TFR Indonesia terus menurun dari 5,61 anak per ibu
pada periode 1971-1997, yakni 2,34. Pada tahun 1998, angka TFR Indonesia
mengalami peningkatan yakni 2,65. Dan kembali mengalami penurunan
kembali pada tahun 1999 dan 2000 masing masing yaitu 2,59 dan 2,27. Pada
tahun 2007 TFR Indonesia mengalami peningkatan kembali yakni 2,60 dan
mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 2,41 namun kembali
meningkat di tahun 2012 menjadi 2,60
Jika diperinci menurut provinsi di Indonesia, maka terlihat bahwa
beberapa provinsi mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam tingkat
fertilitasnya.
Tabel 2.8
Angka Fertilitas Total menurut Provinsi 1971, 1975, 1980, 1985, 1990, 1991,
1994, 1997, 1998, 1999, 2000, 2002, 2007, 2010 dan 2012
Provinsi
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
2000Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan
Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa
Tenggara
Barat
Nusa
Tenggara
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Maluku
Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
1971
6.27
1975
5,01
1980
5.24
1985
4.79
1990
4.37
1991
3.76
1994
3.30
1997
2.81
1998
2.78
1999
2.69
2000
2.44
2002
-
2007
3.10
2010
2.79
2012
2.80
7.20
5,24
5.94
5.13
4.29
4.17
3.88
3.10
3.08
3.00
2.84
3.00
3.80
3.01
3.00
6.18
5,98
5.76
4.81
3.89
3.60
3.19
3.06
2.94
2.87
2.95
3.20
3.40
2.91
2.80
5.44
5.57
4.71
4.62
4.09
3.76
3.10
2.97
2.77
2.67
2.85
2.87
2.77
2.80
2.45
2.37
3.20
2.70
2.70
2.80
2.82
2.51
2.90
2.30
5.94
6.39
6.33
5,56
5.59
4.78
4.22
3.43
2.87
2.88
2.78
2.71
2.33
2.30
2.70
2.56
2.80
6.72
6.36
6,57
6,46
6.20
5.75
5.14
4.80
3.97
4.05
3.20
3.45
3.45
2.68
2.65
2.83
2.74
2.77
2.66
2.49
2.42
3.00
2.70
2.40
2.50
2.51
2.45
2.20
2.70
3.25
2.60
2.53
2.40
2.50
2.54
2.60
4.31
3.10
2.38
2.60
5.18
6.34
5.33
4,78
5,64
4,92
3.99
5.07
4.37
3.82
2.93
3.20
2.33
3.47
3.05
2.14
3.37
2.85
1.90
3.17
2.77
1.63
2.51
2.06
2.00
2.61
2.41
2.00
2.55
2.37
1.66
2.28
2.14
2.20
2.80
2.10
2.10
2.60
2.30
1.82
2.43
2.20
2.30
2.50
2.50
4.76
4,47
3.42
3.09
2.08
2.04
1.79
1.44
2.00
2.00
1.79
1.90
1.80
1.94
2.10
4.72
5.96
4,32
5,24
3.56
3.97
5.74
5.12
4.98
2.46
2.28
2.13
2.22
2.22
2.14
1.71
2.72
1.89
2.02
2.00
2.02
2.00
1.87
2.37
2.03
2.10
2.60
2.10
2.10
2.60
2.10
2.00
2.35
2.13
2.30
2.50
2.30
6.66
5,75
6.49
4.77
4.98
3.82
3.64
2.92
3.12
3.05
2.69
2.40
2.80
2.59
2.80
5.96
Na
5.54
3.74
4.61
3.87
3.37
3.15
3.06
3.46
4.10
4.20
3.82
3.30
6.27
5,54
5.52
4.16
4.44
3.94
3.34
2.99
2.92
2.81
2.62
2.90
2.80
2.64
3.10
6.83
6,49
5.87
3.59
4.03
2.31
2.74
2.86
2.81
2.21
3.20
3.00
2.56
2.80
5.43
5,27
4.60
4.86
3.24
2.70
2.33
2.33
2.58
2.53
2.30
3.00
2.60
2.35
2.50
5.41
5,69
4.99
4.13
3.28
3.21
2.50
2.60
2.55
2.32
2.80
2.70
2.61
2.80
6.79
6,16
4.91
5.66
2.69
2.25
2.62
2.12
2.38
2.36
2.10
2.60
2.80
2.43
2.60
6.53
6,29
5.90
5.61
3.85
3.08
2.75
2.78
2.72
2.81
3.20
3.30
2.94
3.20
5.71
5,71
4.88
4.84
3.54
3.01
2.92
2.56
2.70
2.65
2.55
2.60
2.80
2.55
2.60
6.45
6,82
5.82
t.t
4.91
3.50
3.31
3.00
2.87
3.14
3.60
3.30
3.20
3.00
2.70
2.63
2.80
2.60
2.76
2.60
3.50
3.33
3.60
6.89
6.16
4.59
3.70
3.39
2.92
2.82
3.29
3.90
3.56
3.20
3.17
3.04
3.20
3.35
3.10
7.20
5.61
5,20
5.35
4.68
4.70
3.33
3.02
3.15
2.85
3.28
2.34
3.03
2.65
2.96
2.59
2.38
2.27
3.40
2.90
2.60
3.18
2.87
2.41
3.70
3.70
2.60
4.06
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 , Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 , Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1991, 1994 dan 2012
sebagian
dari
mereka
menunda
kelahiran
anak
atau
Tabel 2.9
Angka Fertilitas menurut Pendidikan Perempuan, Tahun 1967
Angka Fertilitas Total (TFR)
SDKI 1994
SDKI 1997
SDKI 2012
Tidak sekolah
2,88
2,66
2,8
Tidak tamat SD
3,28
3,23
3,0
Tamat SD
2,96
2,96
2,9
SLTP +
2,57
2,55
Tidak tamat SMTA
2,9
Tamat SMTA
2,7
1
Perguruan tinggi
2,3
Sumber: SDKI 1994, SDKI 1997, SDKI 2012
Catatan: 1perguruan tinggi adalah Diploma, S1/S2/S3
Pendidikan
2,8
Perkotaan
2,4
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fertilitas merupakan kemampuan berpoduksi yang sebenarnya dari
penduduk (actual reproduction performance) atau jumlah kelahiran hidup yang
dimiliki oleh seorang atau skelompok perempuan.
Kelahiran yang dimaksud disini hanya mencakup kelahiran hidup, jadi
bayi yang dilahirkan menunjukkan tanda-tanda hidup kendatipun hanya sebentar
dan terlepas dari lamanya bayi itu dikandung.
Pengertian ini agar dibedakan dengan kesuburan (fecundity) yang
menyatakan kemampuan secara fisiologis untuk melahirkan. Jadi, kesuburan
menyatakan potensi, amat sulit ditentukan, sedangkan fertilitas mengenai
kelahiran sesungguhnya seperti yang diukur dalam statistic kelahiran.
Daftar Pustaka
Anwar, Evi Nurvidya. 1995. Variabel Sosial Ekonomi vs. Variabel Antara dalam
Analisis Faktor Penentu Fertilitas dalam Kecenderungan dan Factor Penentu
Fertilitas
dan
Moralitas
di
Indonesia.
Kantor
Menteri
Negara
Kependudukan/BKKBN, Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 1995. Survei Demografi dan Kesehatan 1994. Jakarta
Badan Pusat Statistik, 1996. Estimasi Fertilitas dan Mortalitas Supas 1995.
Jakarta
Badan Pusat Statistik, 1998. Survei Demografi dan Kesehatan 1997. Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2001. Estimasi Fertilitas, Moralitas dan Migrasi Hasil
Sensus Penduduk Tahun 2000. Jakarta
Barclay, G.W.1970. Technique of Population Analysis. John Wilcy & Sons, Inc.
New York, London, Sidney.
Becker, Gary S. (1976) The Economic Apporoach to Humn Behavior. Chicago:
The University of Chicago Press
Becker, Gary S. (1981) A Treatise on the Family. Cambridge: Harvard University
Press
Bogue, Donald J. 1969. Principle of Demography. John Wiley & Sons, Inc. New
York, London, Sidney, Toronto
Bondan Supraptilah dan Budi Suradji. 1979. Pengauh Perbedaan Sosio Ekonomi
Terhadap Fertiltas dan Mortalitas Masa Kanak-Kanak di Indonesia. Jakarta:
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Davis, Kingsley dan Judith Blake. 1956. Social Structure and Fertility: An
Analytic Framework in Economic Development and Cultural Change, Vol 4,
pp221-235
Freedman, Ronald. 1973. Norms for Family Size dalam The Determinant and
Cosequences of Population Trents. United Nationas, New York.
Hatmadji, Harijati dan Budi Suradji. 1979. Fertilitas Differentials in Indonesia.
Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Hendry, Haris. 1961. La Fecondife Naturelle. Observation, Theorie, Resultats.
Population 16 (4)