Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk.
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda
kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya
(Mantra, 2003:145).
Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu
melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan
abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang
perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya
menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran
mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat
melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada
hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai
resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan
seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Universitas Sumatera Utara

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut,


maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua
macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly
Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).
1. Yearly Performance (current fertility)
Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai
kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri
dari :
a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)
Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran
hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau
dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :
CBR

: Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar

Pm

: Penduduk pertengahan tahun

: Bilangan konstan yang biasanya 1.000

: Jumlah kelahiran pada tahun tertentu


Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana,

karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan
CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan

Universitas Sumatera Utara

yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang
dihasilkan sangat kasar.
b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)
Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita
yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut :

Dimana :
GFR

: Tingkat Fertilitas Umum

: Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan


Tahun
Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat
daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau
sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini
adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur,
sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan
yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.
c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate
(ASFR)
Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk
tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut:
jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang
lain.

Universitas Sumatera Utara

Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi


kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan
pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga,
ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:
ASFR

: Age Specific Fertility Rate

Bi

: Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi

: Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

: Angka konstanta 1.000


Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih

cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke
dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis
perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita.
Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR
ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi
selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).
Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang
terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut
belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang
berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR.
Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk
keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

Universitas Sumatera Utara

d.

Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)


Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup

laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa
reproduksinya dengan catatan:
1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah


perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat
Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan
menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi
bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat
fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total
atau TFR adalah sebagai berikut :

TFR =

(i = 1,2,..)

Dimana:
ASFR

= Angka kelahiran menurut kelompok umur.

= Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk
seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran
menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63).

Universitas Sumatera Utara

2. Reproductive History (cummulative fertility)


a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan
CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa
wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan
CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak
ada referensi waktu.
Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut
kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur
penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan
semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang
dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap
sama dengan yang masih hidup.
b. Child Woman Ratio (CWR)
CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah
5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan
CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat
pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di
Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan
untuk daerah yang kecil-kecil.
Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh
kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang
berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya
namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak,


khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR
selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya.

Ketiga, tidak

memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.


Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti
PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita
berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat
Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.
2.2. Transisi Demografi
Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik
di Negara maju ataupun di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemudian
penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini
mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori transisi
demografi.
Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali
karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke
keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, sehingga
pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner
kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap

Universitas Sumatera Utara

kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi
demografi.
Tabel 2.1

Tahap
1.

2.

3.

4.

5.

Stasioner
tinggi
Awal
perkembangan.

Tingkat
kelahiran
Tinggi

Tingkat
Kematian
Tinggi

Pertambahan
Alami
Nol/ sangat
rendah

Tinggi

Lambat
menurun

Lambat

Akhir
perkembangan.

Menurun

Stasioner rendah.

Rendah

Menurun.

Cepat
Menurun lebih
cepat dari
tingkat kelahiran
Rendah
Lebih tinggi dari
pada tingkat
kelahiran

Rendah

Nol/sangat
rendah
Negatif

Tahap Transisi Demografi

Tingkat Kelahiran

II

III

Tingkat Kematian
A

Sumber : Mantra, Ida Bagoes :42

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Model Transisi Demografi
Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas
tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama (pre-transitional) yaitu dari A
ke B di mana tingkat kelahiran dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi,
sedangkan angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada transisi
ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat kematian dan kelahiran
menurun, kematian lebih rendah dari kelahiran, mengakibatkan tingkat
pertumbuhan sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga
tahap yaitu :
a. Permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C , ditandai dengan
tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran semakin meninggi, malah
cenderung meningkat.
b. Pertengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D dimana tingkat
kelahiran dan kematian samasama menurun, tetapi penurunan kematian lebih
cepat dari tingkat kelahiran.
c. Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana tingkat kematian
rendah dan tidak berubah atau menurunnya hanya sedikit, sedangkan angka
kelahiran cenderung menurun, hal ini dapat diakibatkan karena sudah
banyaknya masyarakat yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan.
Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E ke F
dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat inilah kelahiran dan

Universitas Sumatera Utara

kematian mendekati keseimbangan pertumbuhan penduduk, yang kemudian akan


kembali lagi ke transisi yang pertama.

2.3 Teori-teori Kependudukan


Penduduk dunia berkembang secara lambat sampai pertengahan abad ke
17. Pada sekitar tahun 1665 penduduk dunia diperkirakan sebesar 500 juta atau
Milyar. Penduduk dunia kemudian menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 200
tahun yaitu pada tahun 1850. Dalam jangka waktu 80 tahun kemudian penduduk
dunia menjadi dua kali lipat lagi, yaitu pada tahun 1930. Sedangkan untuk
mencapai 4 Milyar kemudian, hanya diperlukan waktu 45 tahun.
Pertumbuhan penduduk yang makin cepat ini dapat dimengerti apabila
kita melihat adanya penemuan Penicillin pada tahun 1930 dan program kesehatan
masyarakat yang makin meningkat sejak tahun 1960-an. Dengan perkembangan
teknologi obat-obatan maka angka kematian menurun sedangkan angka kelahiran
masih tetap tinggi sehingga membuat selisih antara kedua angka tersebut makin
besar. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk makin cepat.
Pengaruh penemuan Penicillin dan program kesehatan masyarakat sangat
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh tahun 1850-1930, untuk
mencapai jumlah penduduk sebesar 1 Milyar, diperlukan waktu 80 tahun.
Sedangkan periode 1960-1975 hanya memerlukan waktu 15 tahun saja.
Pertumbuhan penduduk yang makin cepat tersebut, mengundang banyak
masalah sehingga teori-teori kependudukan kemudian berkembang dengan
pesatnya, pengemuka-pengemuka teori pada dasarnya bertitik tolak pada masalah

Universitas Sumatera Utara

kependudukan dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, etik, agama,


pertahanan/politik dan sebagainya (Mantra, 2003: 51).

2.3.1 Teori Malthus


Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seseorang pendeta
Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798
lewat karangannya yang berjudul: Essai on Principle of Populations as it Affect
the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr.
Godwin, M. Condorcet, and Other Writers, menyatakan bahwa penduduk
(seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan
berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari
permukaan bumi ini (Mantra, 2003:50).
Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu
Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,
sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan
makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas
diuraikan oleh Malthus sebagai berikut:
Human species would increase as the number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64,
128, 256, and the substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In two centuries the population

Universitas Sumatera Utara

would be to the means of subsistance as 236 to 9; in three centuries as 4096 to 13


and in two thousand years the difference would be almost incalculable (Mantra,
2003:51)
Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari permasalahan
kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut
Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
preventive checks, dan positive checks. Preventive checks dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu
segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran
seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual,
promiscuity, adultery.
Tabel 2.2
Pembatasan Pertumbuhan Penduduk

Preventive Checks
(lewat penekanan kelahiran)
Moral Restraint
Vice
(pengekangan
(usaha
diri)
pengurangan
kelahiran)
Segala
Penggug
usaha yang
uran
mengekang
kandungan
nafsu seksual
Homosek
Perundin
sual
gan
Promiscu
perkawinan
ity
Adultery
Pengguna
an alat-alat
kontrasepsi
Sumber : Mantra, Ida Bagoes :52

Positive Checks
(lewat proses kematian)
Vice (segala jenis
Misery (keadaan
pencabutan nyawa)
yang menyebabkan
kematian)
-

Pembunuhan
anak-anak
Pembunuhan
orang-orang cacat
Pembunuhan
orang-orang tua

- Epidemic
- Bencana
alam
- Peperangan
- kelaparan
- Kekurangan
pangan

Universitas Sumatera Utara

Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.


Apabila suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan
pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya
kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung
sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.
Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery.
Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti
pembunuhan anak-anak (infancitide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orangorang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan
kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan,
kekurangan pangan dan peperangan.
Pendapat

Malthus

banyak

mendapat

tanggapan para ahli dan

menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan
Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang
mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah
penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dunia baru
( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang
berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa
Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan
dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut:
1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang
menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan
makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi,


terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula
ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.
3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasanganpasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah
dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822.
4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup
penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh Malthus (Mantra,
2003:53).
2.3.2 Mazhab Fisiologi
Orang-orang yang termasuk golongan ini sebenarnya pendapatnya
berbeda-beda tetapi dalam satu hal mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu
menyangkal dalil Malthus yang dikemukakannya sebagai suatu aksioma tanpa
penyelidikan bahwa kemampuan menurunkan keturunan suatu daya alam yang
tetap. Menurut seorang tabib Inggris Thomas Jarold, daya biak (kemampuan
menurunkan) pada manusia akan berkurang, semakin banyak ia mempergunakan
tenaga rohani dan jasmaninya. Karena itu, menurut pendapatnya, orang tidak usah
khawatir akan ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dan bahan makanan,
mengingat bertambahnya kemajuan yang kini dapat dicapai oleh manusia yang
meminta lebih banyak pengorbanan tenaga rohani dan jasmani.
Yang hampir sama pendapatnya dengan Thomas Jarold adalah Michael
Thomas Sadler. Menurut pendapatnya, kemampuan menurukan keturunan orang
itu akan berkurang, ceteris paribus. Jika jumlah penduduk itu bertambah dan

Universitas Sumatera Utara

kemampuan menurunkan keturunan itu akan bertambah jika jumlah penduduk itu
berkurang. Disingkatkan gambaran pendapat M. T. Sadler itu adalah sebagai
berikut :
Bertambahnya jumlah penduduk = berkurangnya jumlah kemampuan melahirkan.
Berkurangnya jumlah pendduduk = bertambahnya kemampuan melahirkan.
Pada penduduk yang sedang naik jumahnya, bertambah banyaknya bahan
makanan berlangsung lebih cepat daripada bertambahnya orang. Keadaan ini
mengakibatkan naiknya tingkat kemakmuran penduduk itu. Meningkatnya
kemakmuran menyebabkan berkurangnya kemampuan meurunkan keturunan.
Banyaknya bahan makanan dan mudahnya keadaan penghidupan mempengaruhi
berkurangnya kemampuan menurunkan keturunan. Bukti-bukti itu ditemukan oleh
Sadler di Negara-negara dan kota-kota besar yang rapat penduduknya dengan
angka-angka kelahiran yang rendah dan banyaknya bangsawan-bangsawan inggris
yang tidak mempunyai keturunan lagi. Begitu juga dalam keadaan yang
sebaliknya. Sukarnya penghidupan dan kurangnya bahan makanan sangat besar
pengaruhnya terhadap bahan makanan menurunkan keturunan.
Dalil yang menyatakan bahwa kemampuan menurunkan keturunan akan
berkurang dalam meningkatnya kemakmuran, dengan tegas dipertahankan oleh
Thomas Doubleday pada tahun 1841. Menurut pendapatnya, sangat sukar
didapatkan bahan penghidupan, merupakan suatu perangsang dari daya biak
sedangkan bila bahan-bahan penghidupan itu mudah didapatkan maka hal ini akan
mengurangi kemampuan melahirkan. Berlakunya hukum ini dapat kita jumpai
pada seluruh alam hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

Di negeri-negeri yang kaya dan makmur keadaan rakyatnya, maka


kemampuan menurukan keturunan sangat kecil, sedangkan negeri-negeri yang
rakyatnya miskin

dimana keperluan hidupnya serba sukar didapatkan,

kemampuan melahirkan itu sangatlah besar. Keadaan tersebut oleh Doubleday


dinyatakan sebagai Hukum yang agung dan nyata dari penduduk atau (The real
and the great law of human population). Ia mengira, bahwa secara empiris ia
dapat membuktikan berlakunya hukum itu.
Herbert Spencer yang menyangkal dengan keras teori dari Malthus
menarik garis pemisah antara hewan dan manusia dalam memperkembangkan
keturunannya. Ia berpendapat bahwa manusia mengenal Individu dan
Kemajuan Perseorangan. Semakin banyak orang mempergunakan energi untuk
kemajuan dirinya, semakin berkuranglah energi yang dapat dipergunakan untuk
memperkembangkan keturunan.

Karena

itu,

jenis

hewan

yang

tingkat

kemajuannya rendah, daya biaknya tinggi, sebaliknya tingkat kemajuan individu


yang tinggi bersamaan dengan daya biak yang rendah. manusia adalah jenis
hewan yang paling maju dan kemampuan menurunkan keturunan adalah paling
rendah. semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu golongan penduduk, akan
semakin berkuranglah daya biaknya, sehingga akhirnya akan sampai kepada suatu
tingkatan, dimana kemampuan menurunkan keturunan itu hanya sekedar cukup
untuk mengkompensir jumlah kematian. Selanjutnya penduduk itu akan menjadi
stasioner.
Faedah dari adanya teori-teori golongan fisiologis ini adalah bahwa
orang-orang tidak lagi berpegang teguh, bahwa kemapuan menurunkan keturunan

Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu daya yang tetap. Tetapi bukti-bukti daripada teori-teori itu sukar
didapat, jadi hanya merupakan suatu hipotesa belaka (Abdurachim, 1973:15-18).

2.3.3 Mazhab Psycho-Sosial


Menurut Nassau William Senior, bahwa cita-cita manusia untuk
memperbaiki kedudukannya dalam penghidupan sama kuatnya dengan keinginan
untuk menurunkan keturunan. Beberapa tahun kemudian teori Senior itu
diperbaharui oleh Arsene Dumont. Inti dari teori Dumont ini adalah bahwa setiap
orang mempunyai keinginan untuk memperbaiki kedudukan ekonomi dan
kedudukan sosialnya sepanjang hal itu masih dapat dilakukan. Dan hal ini
disebutnya Kapilaritas Sosial. Keinginan untuk maju dalam perjuangan hidup
diwariskan oleh orang secara turun-temurun kepada keturunnnya. Setiap orang tua
menghendaki agar anak keturunannya mempunyai kedudukan-kedudukan yang
lebih baik daripada yang telah dimilikinya. Yang mengharapkan keadaan yang
sebaliknya tidak pernah ada (Abdurachim, 1973:18-20).
2.3.4 Teori Evolusi Sosial
Disamping teori-teori golongan fisiologis dan golongan psycho-sosial
dalam permulaan abad ke-20 masih terdapat teori-teori lain mengenai masalah
penduduk. Prof. Gini yang teori nya disebut orang teori evolusi-sosial meneyebut
proses dari pertumbuhan penduduk bangsa sebagai peredaran (siklus) bangun
dan runtuhnya penduduk. Siklus dari pertumbuhan penduduk ini menurut
pendapatnya adalah sama dengan siklus hidup individu. Ada suatu masa
permulaan, dimana orang tumbuh dengan cepat menjadi besar yang kemudian

Universitas Sumatera Utara

disusul dengan masa pertumbuhan yang lambat dan menjadi tua, untuk
selanjutnya mengalami keruntuhan.
Tiap bangsa dalam usia mudanya mempunyai struktur masyarakat yang
sederhana dengan angka-angka kesuburan (kelahiran) yang tinggi. Sebagai suatu
konsekuensi daripada ini penduduk bangsa itu akan tumbuh dalam jumlah yang
besar dan sejalan dengan ini, organisasi-organisasi dalam masyarakat pun akan
tumbuh menjadi kompleks seperti terlihat dalam perkembangan kelas-kelas
sosialnya, pertumbuhan industri-industri dan aktivitas ekonominya. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, tekanan hidup akan terasa dan ekspansi akan
terjadi dengan melalui peperangan atau pendudukan daerah-daerah orang lain.
Pada akhir, kemudian akan terjadi pengurangan dalam pertumbuhan
penduduk yang disebabkan oleh kehilangan tenaga-tenaga produksif dalam
peperangan atau perpindahan. Sebab utama dari berkurangnya penduduk itu
bersifat biologi. Gini percaya bahwa faktor yang fundamental dalam berkurangya
penduduk adalah faktor biologi, yang tidak dapat ditandingi oleh faktor-faktor
sosial dan ekonomi. Permulaan pengurangan kelahiran itu akan berlaku pada
kelas-kelas sosial yang tinggi untuk selanjutnya meluas kepada kelas-kelas sosial
yang rendah. dengan demikian penduduk akan menjadi kecil jumlahnya
(Abdurachim,1973:21).
2.3.5 Teori Neo-Malthusianisme
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai
diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih
radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak

Universitas Sumatera Utara

sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan


moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan
menggunakan semua cara-cara preventive checks misalnya dengan penggunaan
alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan
(absortions). Paul Ehrlich mengatakan:
the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under
control-perhaps even by force (Weeks, 1992).
Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul
Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya
Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah
tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap
minggu lebih dari seratus juta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi mulut
yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat
mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi tetapi
sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan it has
come true:it is happening.
Di tahun 1960-an dan 1970-an photo-photo yang diambil dari tuang
angkasa menunjukkan bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar
di ruang angkasa dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang
terbatas. Pada suatu saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan
makanan, sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb pada tahun 1971,
menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai

Universitas Sumatera Utara

berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan
makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini
lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich
bersama istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru The Population
Explotion yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968,
kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan
yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.
Selanjutnya Ehrlich menulis:
the poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from
the by-products of affluence-pollution and ecological disaster (Weeks, 1992).
Pandangan mereka (Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini
sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh
generasi terutama bagi penduduk di Negara maju (devel-oped world)
(Mantra,2003:53-54).
Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul The
Limit to Growth. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang
terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini
dapat mempengaruhi manusia dalam melihat pesimisme. Tulisan Meadow
memuat hubungan antara variable lingkungan yaitu: penduduk, produksi
pertanian, produksi industri, sumber daya alam dan polusi.
2.4. Konsep Produk Domestik Regional Bruto
2.4.1. Pendapatan Regional

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas


dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang
masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipta) oleh
seluruh penduduk di daerah tersebut.
2.4.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beropersasi pada
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi
dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.
Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah
seluruh nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga
tahun yang bersangkutan.
2.4.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.
Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga
konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.
2.4.4. Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan
yang digunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan.
Adanya

peningkatan

perekonomian

dengan

melambatnya

perkembangan

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB


perkapita.
PDRB perkapita diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu
wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator
kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara
PDRB dengan penduduk pertengahan tahun bersangkutan. Jadi besarnya PDRB
perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel di atas. Dengan
disajikannya PDRB perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu
tahun dengan tahun berikutnya.
2.4.5. Metode Perhitungan Pendapatan Regional
Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan
menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan
berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung
adalah perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi
pendapatan regional memakai berbagai macam indikator antara lain jumlah
produksi, luas areal sebagai alokatornya.
a. Metode langsung :
1. Pendekatan produksi
Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan

Universitas Sumatera Utara

biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam
suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.
Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah
dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang seperti :
a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Bangunan
f. Perdagangan, hotel dan restoran
g. Pengangkutan dan komunikasi
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
i. Jasa-jasa
j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai
biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam
proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut
sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.
2. Pendekatan pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, jumlah seluruh balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bungamodal,
keuntungan, yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak

Universitas Sumatera Utara

langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen


penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

3. Pendekatan pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah jumlah seluruh pengeluaran
akhir yang dilakukan dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyedian produksi barang dan jasa
yang digunakan untuk :
a. Konsumsi rumah tangga
b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
c. Konsumsi pemerintah
d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi
e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari
bahan yang ada dalam penyimpanan produsen ataupun dalam proses
produksi.
f. Ekspor netto

adalah total ekspor dikurang

impor. Pendekatan

pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut


tetapi hanya menjadi konsumsi atau pengguna akhir.
b. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalah suatu cara untuk menghitung nilai tambah
suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam
masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai
alokator yang digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat
kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada


data yang tersedia. Pada hakekatnya, pemakaian kedua metode tersebut akan
saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong
peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan
merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data mentah.
2.4.6. Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak
berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat
bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi
dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga harga beli meningkat; (b) bila
pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya
waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.
H. Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi kegunaannya
(utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat
memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta
merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan
pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak
tersebut.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah.
Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya
naik. Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan
kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga
tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar

Universitas Sumatera Utara

daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun


atau dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5).
Robinson dan Harbinson menggambarkan kerangka analisis ekonomi
terhadap fertilitas. Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait
dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan
sebagainya. Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for
children dalam kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao,
demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya
anak, pendapatan keluarga dan selera, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini :

Sumber : Mundiharno :7
Gambar 2.2
Model Robinson

Selain

itu,

Easterlin

berpendapat

bahwa

bagi

negara-negara

berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya

Universitas Sumatera Utara

rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini


menimbulkan suatu permintaan berlebihan (excess demand) dan juga
menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktekpraktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi,
permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan
menimbulkan suplai berlebihan (over supply) dan meluasnya praktek keluarga
berencana (Mundiharno, 1997 :7-8).
2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir
Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah yang dapat
di nilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka harapan hidup suatu umur
didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas
yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir
misalnya, merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang
baru lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik
untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum.
Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan
kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang
sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara
keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk
sehat, diperkirakan akan membantu memperpanjang angka harapan hidup.
2.5 Kaitan Angka Harapan Hidup terhadap Fertilitas
Ada dua petunjuk yang dapat digunakan untuk menilai keadaan
kesehatan suatu masyarakat yakni dengan angka kematian bayi dan angka harapan

Universitas Sumatera Utara

hidup. Apabila angka harapan hidup atau umur perkiraan naik, maka angka
kelahiran turun. Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu anak
lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua dan meneruskan nama
keluarga. Sering kali seorang wanita harus beranak enam atau lebih supaya pasti
bahwa satu anak laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang
diadakan Harvard University di bawah pimpinan David Heer menekankan betapa
pentingnya kepastian anak-anak dapat hidup terus sampai dewasa pada dorongan
untuk membina keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu orang
tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin. Dimana pada angka kematian
rendah dan angka harapan hidup atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu
setiap menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka kelahiran. Lebih
besar lagi, dan dengan demikian memperlambat perkembangan penduduk secara
keseluruhan (Brown,1986: 165-166).
2.6 Indeks Tingkat Pendidikan
Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya untuk
kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah untuk masa bersekolah
(Todaro, 2004 :69). Hal ini dapat dirumuskan adalah :
Indeks pendidikan =
masa bersekolah bruto)
2.6.1 Index Angka Melek Huruf
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial
yang merata adalah dengan melihat tinggi randahnya persentase penduduk yang
melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat
dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan

Universitas Sumatera Utara

menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif
dalam proses pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007).
Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini dikarenakan
siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks Angka Melek Huruf ini dibatasi
hingga seratus persen (Todaro, 2004 :69). Rumusnya adalah:
Indeks kemampuan baca tulis orang dewasa =
2.6.2 Rata-rata lama sekolah
Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan pendidikan
dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tingkat lanjut
terdaftar untuk belajar di sekolah yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004
:69). Adapun rumusnya adalah :
Indeks masa bersekolah bruto =
2.6.3 Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas
New household economics berpendapat bahwa bila pendapatan dan
pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang
digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini
dapat mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7).
Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori
fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa
seandainya harga relatif atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya,
meningkatnya kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dan
pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anakanak yang hendak bekerja, maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit
anak-anak tambahan.

Universitas Sumatera Utara

Para orang tua akan tergerak untuk mementingkan kualitas daripada


kuantitas anak, atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi
menunjang pemeliharaan anak. Dengan demikian, salah satu cara untuk
mendorong para keluarga agar menginginkan sedikit anak adalah dengan
memperbesar kesempatan di bidang pendidikan dan membuka lapangan-lapangan
pekerjaan berpenghasilan tinggi kepada kaum wanita.
Penelitian mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan
di beberapa Negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa
adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini
pada tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan
yang mengakibatkan penurunan pada fertilitas. Di beberapa Negara, meluasnya
kepandaian baca-tulis mengurangi anaknya kira-kira 1,5 atau kira-kira sepertiga.
Ada

beberapa

penjelasan

yang

diketengahkan

mengenai

peran

pendidikan dalam menurunkan besar keluarga. Pendidikan dapat mempengaruhi


pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu
saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau tokoh
orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih terbuka
pada pikiran-pikiran baru dan lebih banyak mempuyai kesempatan untuk bertemu
muka dengan penyalur perubahan seperti para perencana bidang kesehatan atau
penasehat program keluarga berencana. Pendidikan yang makan waktu lama
kemungkinan besar akan menyebabkan perkawinan tertunda dan membuka
pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi
mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya
berarti keluarga yang lebih kecil. Semua penjelasan ini menolong kita memahami

Universitas Sumatera Utara

mengapa ada kaitan yang sangat erat antara kaitan pendidikan wanita dan besar
keluarga (Brown, 1986:162).
2.7 Wanita Usia 15-49 Tahun yang Menggunakan Alat Kontrasepsi
Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seseorang wanita
karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup
besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk adalah melalui program
Keluarga Berencana (KB).
2.7.1 Kontrasepsi
Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan). Jenis
kontrasepsi ada dua macam:
1. kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant)
a. Pil merupakan tablet yang yang diminum untuk mencegah kehamilan,
mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, disebut juga sebagai
pil kombinasi, sedangkan jika hanya mengandung progesteron sintetik saja
disebut Mini Pil atau Pil Progestin.
b. Suntik
c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol dimasukkan di bawah kulit
lengan atas wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan.
2. kontrasepsi non hormonal (IUD, Kondom)
a. IUD/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus
dan fleksibel (polietilin) Yang beredar di Indonesia.
b. Kondom (karet KB)

Universitas Sumatera Utara

Salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet (lateks) berbentuk tabung
tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan
dilengkapi kantung untuk menampung sperma yang dikeluarkan pria pada
saat sanggama sehingga tidak tercurah ke dalam vagina.
2.7.2

Kaitan antara Wanita umur 15-49 tahun yang menggunakan alat


kontrasepsi dengan Fertilitas
Teori Bongaarts mengatakan bahwa penentu fertilitas adalah proporsi

wanita kawin 15-19 tahun, pemakaian kontrasepsi, aborsi, kemandulan, frekuensi


hubungan seksual, selibat permanen dan mortalitas janin. Kemudian menurut
Kingsley Davis dan Judith Blake yakni penurunan fertilitas diakibatkan oleh
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi salah satunya
adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Palmore dan Bulatao, dengan teori
Contraceptive Choice berpendapat bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi
dapat menjarangkan atau membatasi kelahiran.
Pada teori Malthus dan Neo-Malthus juga dijelaskan penggunaan alat
kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran. Menurut Malthus, pembatasan
pertumbuhan penduduk dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan melakukan vice restraint (pengurangan kelahiran) yakni melalui
penggunaan alat-alat

kontrasepsi, pengguguran kandungan dan lain-lain

sebagainya.
Menurut Ronald Freedman yakni Intermediate variable

sangat erat

hubungannya dengna norma-norma sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya


perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada. Pada gambar berikut

Universitas Sumatera Utara

ini akan memperlihatkan kaitan antara program keluarga berencana terhadap


tingkat fertilitas (Hatmadji,2004:75-76).

Sumber: Hatmadji Harjati, 2004


Gambar 2.3
Kerangka Analisa Sosiologis
2.8 Tingkat Urbanisasi
Menurut Kingsley Davis (1965), urbanisasi adalah jumlah penduduk
yang memusat di daerah perkotaan atau meningkatnya proporsi tersebut.
Menurut Prof. Drs Bintarto (1986 : 15) urbanisasi dapat dipandang
sebagai suatu proses dalam artian:
1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota ; kota menjadi lebih padat
sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil kenaikan fertilitas
penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang
bermukim dan berkembang di kota.
2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat dari
perkembangan ekonomi, budaya, dan teknologi.

Universitas Sumatera Utara

3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana kehidupan


kota.
Urbanisasi biasanya dapat diukur dengan melihat proporsi jumlah
penduduk yang tinggal menetap di daerah perkotaan. Untuk mengukur tingkat
urbanisasi di suatu daerah biasanya dengan menghitung perbandingan jumlah
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk seluruhnya
dalam suatu wilayah. Adapun perhitungannya dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :

Dimana:
U = besarnya jumlah penduduk urban (perkotaan)
P = populasi/ jumlah penduduk keseluruhan
Pu = persentase penduduk yang tinggal di perkotaan
Sedangkan untuk mengetahui apakah suatu negara memiliki jumlah
penduduk yang terpusat di suatu daerah perkotaan tertentu dapat diukur dengan
menggunakan primacy index, yaitu indeks yang menunjukkan dominasi suatu kota
yang terbesar penduduknya dibanding kota-kota berikutnya. Indeks ini diukur
melalui empat kota terbesar atau bisa juga dengan 11 kota terbesar sesuai dengan
kegunaanya. Perhitungan indeks primacy dengan perbandingan empat kota
dihitung dengan rumus seperti di bawah ini:
K1
PI4 =

K2+K3+K4

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
PI4

= Primacy Index di empat kota terbesar

K1, K2..., K4

= jumlah penduduk kota terbesar pertama, kedua,dan seterusnya

2.8.1

Dampak positif urbanisasi.


Sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk yang ditunjang

dengan perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas


yang semakin meningkat, urbanisasi memiliki implikasi terhadap berbagai sektor
kehidupan (Bintarto, 1986 : 36) yaitu sebagai berikut:
a. Sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi. Bermacam-macam
usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdagangan dan jasa timbul dari
mereka yang bermodal kecil sampai yang bermodal besar.
b. Perkembangan di bidang wiraswasta juga tampak meluas misalnya saja
peternakan, kerajinan tangan dan lain lain.
c. Berkembangnya bidang pendidikan mulai tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
d. Meluasnya kota ke arah pinggiran kota sehingga transportasi menjadi lebih
lancar.
e. Meningkatnya harga tanah, baik di kota maupun pinggiran kota.
f. Berkembangnya industrialisasi sebab tenaga kerja murah dan melimpah,
pasaran meluas sehingga industri cenderung lebih berkembang.
2.8.2 Pendekatan Konsep dan Teori Urbanisasi
1. Teori Pusat Tepi ( Core and Periphery)

Universitas Sumatera Utara

Pendekatan teori mengenai urbanisasi menggunakan suatu paradigma


yaitu sistem keruangan atau spatial system sebagai suatu titik tolak. Paradigma
yang dimaksud didasarkan pada pandangan adanya suatu sistem keruangan yang
lengkap (complete spatial system) yang melihat pusat dan tepi (core and
periphery) sebagai satu sistem.
Konsep pusat-tepi dikemukakan oleh Friedman yang membagi dunia ini
dalam pusat yang dinamis dan daerah tepi yang statis, teori ini menekankan
analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara
pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini gerak langkah
pembangunan perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa
disekitarnya. Sebaliknya corak perkembangan daerah pedesaan tersebut juga
sangat ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek
interaksi

antar

daerah (spatial

interaksi)

sangat

ditonjolkan.

Friedman

mengusulkan adanya empat wilayah (region) yaitu:


1. Core-region, merupakan konsentrasi ekonomi metropolitan dengan memiliki
kapasitas inovasi dan perubahan yang tinggi. Wilayah ini memiliki jaringan
dari metropolis sampai ke daerah pedesaan.
2. Upward-Transisitin Region adalah daerah tepi dari pusat. Wilayah ini
mengandung sumber atau resource yang dapat dikembangkan.
3. Resource-Frontier Region merupakan daerah-daerah tepi yang digunakan
untuk pemukiman baru.
4. Downward-Transition Region merupakan daerah-daerah yang mengalami
stagnasi atau daerah-daerah yang mengalami kemunduran.

Universitas Sumatera Utara

Dari empat wilayah tersebut dapat diketahui daerah yang paling parah
keadaannya adalah Downward-Transition Region. Wilayah-wilayah semacam ini
dapat merupakan sumber migran bagi kota-kota terdekat.
Paradigma yang mendasarkan pada sistem keruangan atau spatial system
yang terdiri dari pusat wilayah dan daerah tepi dapat digambarkan seperti gambar
dibawah ini. Sistem keruangan dalam paradigma ini dibagi dalam pusat wilayah
atau inti wilayah dengan simbol (I), dan daerah tepi dengan simbol (D). Pusat
wilayah ini memiliki potensi aktivitas ekonomi dan penanaman modal (E),
kemampuan inovasi dibidang sosial-budaya dan teknologi (S), kekuatan di bidang
pemerintahan dan politik (P) dan daya dorong-tarik migrasi (M).

D
E

S
I

M
D

P
D

Gambar 2.4
Paradigma Urbanisasi
Keterangan :
I = pusat atau inti wilayah

Universitas Sumatera Utara

D = daerah tepi
E = aktivitas ekonomi
S = potensi sosial budaya
P = kekuatan politik
M = migrasi
Penjelasan mengenai skema diatas adalah sebagai berikut:
a.

Banyaknya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan serta kemungkinan


penanaman modal di pusat wilayah banyak menarik modal daerah tepi untuk
dikembangkan di kota atau di pusat wilayah. Arusnya akan lebih besar arus
ke pusat wilayah dibanding arus dari pusat wilayah ke daerah tepi.

b.

Kemampuan inovasi di berbagai bidang yang dimiliki oleh pusat wilayah


banyak yang mengalir mempengaruhi daerah pedesaan atau daerah tepi.

c.

Demikian pula halnya pengaruh pemerintahan pusat banyak yang mengarah


ke pedesaan baik berupa berbagai anjuran dan informasi pembangunan dan
pengembangan daerah pedesaaan dan daerah tepi.

d.

Kemudian mengenai daya dorong-tarik migrasi yang dapat mempengaruhi


pola pemukiman dipusat wilayah maupun di daerah tepi banyak dipengaruhi
oleh daya tarik kota, karena adanya berbagai potensi pengembangan yang
tersimpan dipusat wilayah. Daya tarik inilah yang menyebabkan tingkat
urbanisasi menjadi semakin membesar.

2. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)

Universitas Sumatera Utara

Teori ini dikemukakan oleh Perroux (1950) yang mengamati adanya


suatu mekanisme-mekanisme yang menyebarluaskan aspek-aspek pengembangan
ekonomi yaitu yang disebut dengan istilah growth pole atau kutub
pertumbuhan. Growth poles atau kutub-kutub pertumbuhan ini memiliki
pengaruh dalam pengembangan tata ruang dan pengembangan wilayah. Ini berarti
dapat terjadi adanya perubahan-perubahan nilai sosial ekonomi dari suatu tempat
tertentu, atau kota-kota tertentu yang berada dalam wilayah kutub pertumbuhan
itu.
Menurut Perroux, suatu pusat pertumbuhan didefenisikan sebagai suatu
konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang semuanya saling berkaitan
melalui hubungan antara input dan output serta industri utama (propulsive
industry).
Konsentrasi dan saling berkaitan merupakan dua faktor penting dalam
setiap wilayah pusat pertumbuhan karena melalui faktor ini akan diciptakan
bebagai bentuk aglomerasi ekonomi yang dapat menunjang pertumbuhan industriindustri yang bersangkutan melalui ongkos produksi (Sirojuzilam, 2005:10).
Keuntungan aglomerasi yang merupakan kekuatan utama bagi setiap
wilayah pusat pertumbuhan selanjutnya dibagi menjadi tiga jenis yakni:
a. Scale economics yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul karena wilayah
kutub pertumbuhan memungkinkan industri yang tergabung didalamnya
beroperasi dengan skala besar karena adanya jaminan sumber bahan baku dan
pasar.

Universitas Sumatera Utara

b. Localization economics yang dapat timbul karena adanya saling keterkaitan


antar industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat dipenuhi
dengan ongkos yang minim .
c. Urbanization yang timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang
dapat digunakan secara bersama-sama.
Kota disini diartikan sebagai central place yang menjadi badan penyalur
atau media penyalur yang efektif, dan kutub pertumbuhan disini diartikan sebagai
mesin-mesin wilayah yang memiliki tenaga penyebar perkembangan (the regional
engine of growth).
Dengan adanya teori kutub pertumbuhan ini maka arus migran dari tepi
pusat dan sebaliknya akan banyak terjadi, sehingga baik urbanisasi dalam artian
perpindahan penduduk dari desa ke kota, maupun dalam artian tumbuhnya
wilayah perkotaan akan sangat mungkin terjadi.
Daerah-daerah pedesaan yang terisolasi akan menjadi lebih terbuka
terhadap inovasi, budaya, dan teknologi baru dari kota, dan ini akan dapat
memberikan suatu dorongan kepada penduduk desa untuk mengubah cara
hidupnya yang tradisional.
2.8.3 Kaitan antara Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Urbanisasi
dan pengaruhnya pada Fertilitas
Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang akhirnya
akan menekan penduduk terutama dapat ditelusuri pada pemikiran Arthur Lewis
dan para pengikutnya.

Dalam teorinya,

Lewis

mengasumsikan

bahwa

perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu


perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan

Universitas Sumatera Utara

perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.


Disektor pedesaan terjadi kelebihan supply tenaga kerja karena jumlah penduduk
yang besar tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia. Over supply
tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol dan tingkat
upah riil yang rendah. Nilai produk marginal nol artinya fungsi produksi di sektor
pertanian (sektor pedesaan) telah sampai pada tingkat berlakunya hukum
diminishing return, yakni semakin banyak orang bekerja disektor pertanian,
semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja (Output per tenaga kerja).
Qp = Fp (Np)
Dalam kondisi seperti ini, pengurangan jumlah pekerja tidak akan
mengurangi jumlah output di sektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja kerja
terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain seperti tanah dan kapital. Akibat
over supply tenaga kerja ini, upah atau tingkat pendapatan di pertanian/pedesaan
menjadi sangat rendah.
YP

Titik optimal
Increasing
return

Fq = 0

Titik optimal
Fq < 0

NP

Gambar 2.5

Universitas Sumatera Utara

Diminishing Return di dalam Fungsi Produksi Sektor Pertanian


Sebaliknya diperkotaan sektor industri mengalami kekurangan tenaga
kerja. Sesuai prilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal,
kondisi pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi
dan nilai produk marginal dari tenaga kerja positif, yang menunjukkan bahwa
fungsi produksi belum mencapai titik yang optimal yang dapat dicapai. Tingginya
produktivitas membuat tingkat upah riil per pekerja di sektor perkotaan tersebut
juga tinggi.
Perbedaan upah di sektor pertanian/desa dengan sektor industri di
perkotaan menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor
kedua. Maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang
pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi daripada sewaktu
masih bekerja di pertanian. Perpindahan ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan penurunan penduduk pada pedesaan yang diakibatkan oleh proses
urbanisasi tersebut. para kaum urban yang telah pindah dari desa ke kota banyak
mengalami perubahan dalam hal menginginkan anak yang akhirnya akan
mengakibatkan penurunan pada fertilitas.
2.9 Penelitian Terdahulu
Dalam bagian ini peneliti memuat berbagai penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai permasalahan yang sama
yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas yang pernah diangkat
oleh beberapa peneliti terdahulu melelui penelitian dalam bentuk jurnal ataupun
artikel. Dimana penelitian-penelitian tersebut menjadi inspirasi bagi penulis untuk

Universitas Sumatera Utara

dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis menjadikan penelitian terdahulu


tersebut menjadi kajian yang digunakan penulis di daftar pustaka. Adapun para
peneliti tersebut terdiri dari :
Penelitian yang dilakukan oleh Rujiman (2007) yang berjudul Analisis
Faktor-faktor Penentu Fertilitas di Negara-negara Asia. Dalam penelitian ini
dikatakan bahwa Pendapatan Perkapita, Tingkat pendidikan, Penggunaan alat
kontrasepsi bagi wanita kawin usia 15-49 tahun, dan tingkat urbanisasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas (TFR) di Asia. Sedangkan
Tingkat kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup saat lahir tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap fertilitas di Asia.
2.10 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan
penelitian maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :

Jumlah
penduduk

Pendapatan

Kesehatan

Pendidikan

Penggunaan alat kontrasepsi wanita

Fertilitas

kawin umur 15-49 tahun

Tingkat urbanisasi

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6
Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis
penelitian bahwa independen yang terdiri dari Pendapatan (X1), Kesehatan (X2),
Pendidikan (X3), Penggunaan alat kontrasepsi wanita kawin umur 15-49 tahun
(X4), dan Tingkat urbanisasi (X5) mempengaruhi variabel dependen yaitu TFR
(Y).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai