OLEH :
KELOMPOK V
2019
PRAKATA
Penyusun
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................... i
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
A. Kesimpulan .............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 11
REFERENSI ........................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki angka kematian bayi yang tinggi
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.
terutama malaria, diare yang menyebabkan gizi masalah yang dapat menyebabkan
kematian anak.
masalah ini. Di segi lain, Indonesia yang berada di lingkungan yang berbahaya
alamnya membuat masyarakat akan selalu sadar dan siaga untuk mempersiapkan
masyakarat dan keluarganya yang setiap saat siap untuk menghadapi bahaya alam
dan bersiap juga menghadapi berbagai penyakit yang mematikan serta juga
didukung oleh tenaga-tenaga yang sesuai serta juga fasilitas yang memadai yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
kematian bayi (sebelum umur satu tahun) yang terjadi pada kelahiran per 1000
Rate) adalah Jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan
dan paska persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.Angka
memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apa pun
yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan
akibat kecelakaan.
penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau penyakit yang timbul selama
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) berguna
untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan
antara lain status gizi, anemia pada kehamilan. Faktor mendasar penyebab
kematian ibu maternal adalah tingkat pendidikan ibu, kesehatan lingkungan fisik
meninggal saat meninggal yakni infeksi dan perdarahan. Untuk yang penyebabnya
infeksi sudah dapat ditekan karena sebagian besar kelahiran dilakukan di pusat
Rumus: IMR=(Db/Pb)x1.000
Keterangan :
D=jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
P=jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama
Kriteria penggolongan tingkat kematian bayi:
Tingkat kematian bayi Golongan
> 125 Sangat Tinggi
75-125 Tinggi
35-75 Sedang
<35 Rendah
contoh :
Hasil sensus penduduk di Jepang tahun 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi <1
tahun 5616 orang dengan jumlah keahiran hidup 1.277.900 orang, berapa IMR
tahun 1990?
Perhitungan :
IMR : (5616/1277900) x 1000 = 4,6 per 1000
Infant Mortality Rate Negara Jepang tahun 1990 adalah 5 orang per 1000
penduduk
Apabila diliat dr segi lingkungan bisa saja disebabkan karena lingkungan tempat
tinggal yg kurang bersih dan sehat sehingga sbg sumber bibit penyakit, terkena
paparan polusi ataupun paparan kimiawai maupun fisiologik.
Lalu apabila diliat dari segi pelayanan kesehatan diperkirakan dapat disebabkan
karena tidak adanya kegiatan penyuluhan tentang kesehatan balita, kurang
digalakkannya program posyandu di wilayah tsb, puskesmas yg sulit untuk
dicapai. dll.
Lalu ketika diliat dr segi input, bisa saja disebabkan karena asupan gizi yg
diberikan tdk memenuhi syarat gizi yg seimbang, malnutrisi, dsb.
Angka kematian ibu (AKI) tinggi, toleransi anak soal HIV/AIDS atau informasi
seksual masih sangat rendah, dan cakupan program Keluarga Berencana (KB)
mundur. Setidaknya itulah masalah kesehatan reproduksi yang terangkum di
Indonesia. Seluruh masalah tersebut akan dibahas dan dicari jalan keluarnya
dalam Konferensi Internasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
(ICIFPRH) di Indonesia. Sejumlah pakar dari dalam dan luar negeri bergabung
dalam acara yang berlangsung dari Senin (30/9/2019) hingga Rabu (2/9/2019) di
Hotel Sahid, Yogyakarta. "Hingga tahun 2018/2019 AKI Indonesia masih tetap
tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup," ungkap Meiwita Budhiharsana dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah
ICIFPRH.
Dalam kesempatan yang sama, Siswanto Agus Wilopo dari Pusat Kesehatan
Reproduksi Universitas Gajah Mada menambahkan, akar masalah tingginya
angka kematian ibu bermula dari rendahnya pendidikan seks kepada anak.
Akibatnya, mereka tidak paham bahwa aktivitas seksual dan reproduksi pun butuh
perencanaan matang. Menurut Siswanto, AKI tinggi dapat disebabkan oleh
perencanaan kehamilan yang kurang matang, sehingga perempuan melahirkan
terlalu banyak, terlalu dekat, terlalu muda, atau terlalu tua.
"Sekarang, program KB kita ini mundur seperti tahun 1991," kata dia.
Program KB Indonesia pernah mengalami masa keemasan dari dekade 70-an
hingga tahun 2001. Tapi saat sistem desentralisasi diterapkan di tahun 2001,
program ini mengalami kemunduran.
Pengguna kontrasepsi (CPR) pernah mencapai persentase hingga 60 persen, angka
kelahiran total (TFR) juga pernah turun dari 5,2 menjadi 2,6 per perempuan. Tapi
jumlah tersebut menjadi stagnan hingga hampir dua dekade.
ICIFPRH digagas oleh Konsorsium Juara Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi di Indonesia yang terdiri dari UNFPA, Rutgers Indonesia, Johns
Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan Reproduksi UGM,
ThinkWell, Yayasan Cipta, Yayasan Kesehatan Perempuan, Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan Lembaga Demografi UI.
Konferensi yang dihadiri lebih dari 800 pertisipan ini diselenggarakan sebagai
kemitraan dengan Kementerian Kesehatan serta Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sebelum konferensi dimulai, terlebih
dulu sudah digelar diskusi pra-konferensi media pada Sabtu-Minggu, 28-29
September 2019.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menekan angka kasus IMR dan MMR upaya yang dapat
B. Saran
untuk menekan angka kasus IMR dan MMR yang dewasa ini merupakan salah