Disusun oleh:
Preseptor:
Gatot Candra.,dr.,Sp.S
BASIC SCIENCE...................................................................................................1
ANATOMI..............................................................................................................1
I. SISTEM SARAF.....................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................6
CLINICAL SCIENCE...........................................................................................6
1. RADIKULOPATI......................................................................................................6
1.1 Definisi.......................................................................................................................6
1.2 Etiologi......................................................................................................................6
1.3 Epidemiologi............................................................................................................7
1.5 Patofisiologi..............................................................................................................9
1.10 Prognosis...............................................................................................................31
2. MIELOPATI............................................................................................................31
2.1 Definisi.....................................................................................................................31
2.2 Etiopatogenesis......................................................................................................31
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................36
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................44
2.9 Prognosis.................................................................................................................46
3. POLINEUROPATI.................................................................................................46
3.1 Definisi.....................................................................................................................46
3.2 Etiologi....................................................................................................................46
3.3 Diagnosis.................................................................................................................47
3.4 Penatalaksanaan...................................................................................................50
3.5 Komplikasi.............................................................................................................52
3.6 Prognosis.................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54
BASIC SCIENCE
ANATOMI
I. SISTEM SARAF
a. Secara fungsional
b. Secara struktural
- Susunan saraf pusat (CNS), terdiri dari otak dan medulla spinalis
- Susunan saraf perifer (PNS), terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal
bagian luar dan substansia grisea yang berwarna abu-abu di bagian dalam.
grisea pada daerah cornu anterior terdapat motor neuron yang bertanggung jawab
Medula spinalis diperdarahi oleh satu arteri spinalis anterior dan dua arteri
spinalis posterior yang berasal dari arteri vertebralis dari dalam intrakranial dan
1
arteri segmental dari masing-masing regio yang merupakan cabang dari arteri
Aliran pembuluh vena medula spinalis berawal dari vena radikularis yang
Medula spinalis terdiri dari substansia alba dan grisea. Sama seperti pada otak
substansia grisea medula spinalis mengandung badan sel neuron primer dan dendritnya,
interneuron, dan sel glia. Substansia alba terdiri dari traktus-traktus yang merupakan
kumpulan serat saraf (akson) yang memanjang dari otak ke sepanjang medula spinalis
dari aferen ke otak, sedangkan traktus desending menghantarkan pesan impuls dari otak
ke neuron eferen.
(dorsal), dan cornu lateral. Cornu posterior mengandung badan sel dari interneuron
aferen. Cornu anterior mengandung badan sel dari neuron eferen motorik untuk otot
skeletal. Badan sel serat saraf otonom, baik simpatis maupun parasimpatis, yang
mempersarafi jantung, otot polos, dan kelenjar eksokrin terdapat di cornu lateral.
Persarafan pada badan disuplai oleh masing-masing regio saraf spinal secara
spesifik yang dikenal dengan istilah dermatom. Beberapa saraf spinal juga mempersarafi
organ dalam sehingga terkadang penjalaran rasa sakit yang berasal dari organ dalam
2
tersebut dirasakan sebagai sensasi nyeri yang berlokasi sesuai dengan dermatom
persarafan organ tersebut, hal ini dikenal sebagai referred pain atau nyeri alih.
Contohnya, nyeri yang berasal dari jantung sering dirasakan juga pada bahu dan lengan
kiri.
Medula spinalis terletak antara otak dan serat aferen dan eferen system saraf
perifer sehingga hal ini menyebabkan medula spinalis memiliki dua fungsi: (1) sebagai
jembatan transmisi informasi antara otak dan seluruh tubuh, dan (2) sebagai pusat refleks
antara input aferen dan output eferen tanpa melibatkan otak. Refleks ini disebut sebagai
refleks spinal.
Refleks merupakan suatu respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha secara
sadar. Ada dua tipe refleks: (1) simpel atau dasar, yang merupakan refleks alami tanpa
perlu dipelajari seperti menjauhkan tangan dari api; dan (2) didapat atau terkondisikan,
yang merupakan hasil dari belajar dan latihan berulang-ulang seperti musisi yang
1. Reseptor sensoris
2. Jalur aferen
3. Pusat integrasi
4. Jalur eferen
5. Efektor
berupa potensial aksi yang dihantarkan oleh jalur aferen menuju ke pusat integrasi yaitu
sistem saraf pusat (otak atau medula spinalis). Pusat integrasi ini kemudian mengolah
informasi yang didapat dari reseptor dan kemudian ‘memutuskan’ respon yang akan
diberikan. Respon tersebut dihantarkan dari pusat integrasi melalui jalur eferen menuju ke
efektor (otot atau kelenjar). Respon refleks dapat diprediksi karena selalu melalui jalur
yang sama.
3
4
IV. SARAF SPINAL
Saraf spinal dibentuk dari 2 radiks yang keluar dari medulla spinalis yaitu radiks
5
Saraf spinal adalah saraf yang meninggalkan medulla spinalis dan keluar
BAB II
CLINICAL SCIENCE
1. RADIKULOPATI
6
1.1 Definisi
fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau
1.2 Etiologi
a. Proses kompresif
b. Proses inflammatory
c. Proses degenerative
7
1.3 Epidemiologi
angka kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah sama, meskipun laki-
laki yang paling sering terkena pada usia 40-an, sedangkan wanita yang paling
sering terkena antara usia 50-60. Dari mereka yang memiliki kondisi ini, 10-
a. Radikulopati lumbar
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. Ia juga
sering disebut sciatica. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa
b. Radikulopati cervical
terjepit merupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus pada
cervical.
c. Radikulopati torakal
saraf pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok
8
sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih jarang
menyebabkan sakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang ditemukan pada
intervertebral yang disebut saraf spinal. Baik iritasi pada serabut – serabut saraf
membangkitkan nyeri radikular yaitu nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat
Diskus pada daerah lumbalis menyebabkan iritasi radiks saraf yang terasa
sebagai nyeri dan parestesia pada segmen yang berkaitan. Kerusakan yang lebih
paresis dan kemungkinan atrofi otot ekstensor halusis longus, seperti juga
9
o S1 : nyeri, kemungkinan parestesis atau hipalgesia pada dermatom S1;
paresis otot peronealis dan triseps surae; hilangnya refleks tendon Achilles
1.5 Patofisiologi
Otot- otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
bertambah tua. Pada orang muda, diskus tersusun atas fibrokartilago dengan
matriks gelatinus. Pada lanjut usia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
10
Herniasi diskus intervertebra lumbal, sering terjadi pada daerah L4-L5 dan
L5-S1. L5 sering terkena karena mempunyai diameter radiks paling besar dan
penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan elastisitas diskus akan
menyempit, “facet join” makin merapat, kemampuan kerja diskus menjadi makin
mengidap nyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis
gerakan yang berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus
intervebralis, akan menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa
11
Jika terdapat penonjolan di lateral diskus radik L4-L5, dapat mempengaruhi
daerah nervus L5 saja, tidak daerah L4. Namun jika terjadi di lateral diskus L5-
Dan jika terdapat penonjolan pada bagian tengah diskus L4-L5, maka akan
berefek pada L5, S1, S2, S3, bahkan nervus sacral lainnya, tetapi tidak
mengenai L4.
12
Hernia Nucleus Pulposus
prolapsed atau protruded disc. Keadaan ini diketahui sebagai penyebab terbanyak
back pain dan nyeri tungkai berulang. Kebanyakan terjadi di antara vertebra L 5-S1.
Frekuensi yang kurang terdapat di antara vertebra L4-L5, L3-L4, L2-L3 dan L1-
L2. Jarang terdapat pada vertebra torakal, dan sering pada vertebra C5-C6 dan C6-
C7. Penyebab biasanya terjadi trauma fleksi, tapi pada beberapa penderita dapat
dan lumbal pada penderita yang sama. Herniasi nucleus merupakan tonjolan yang
Kebanyakan kasus berumur antara 20-64 tahun dan tersering pada umur
dua kali lipat kemungkinan untuk menderita HNP berbanding wanita. Nukleus
pulposus yang menonjol melalui annulus fibrosus yang robek biasanya pada sis
dorsolateral satu sisi atau sisi lainnya (kadang-kadang pada bagian dorsomedial)
13
Gambar 6. Diskus Herniasi
tapi sering dirasakan sekitar daerah yang terkena. Bila berat akan disertai
spasme otot sekitarnya dan ini akan menambah nyeri. Pasien mengenal
posisi mana yang enak dan yang menimbulkan nyeri. Tekanan dan ketokan
terasa kram dan nyeri, kadang – kadang dapat diraba benjolan dan
14
3. Nyeri rujukan dapat berupa nyeri tulang belakang dirujuk ke struktur
extravertebral, misalnya daerah pantat dan otot fleksor tungkai bawah atau
nyeri dari organ abdominal dan pelvis ( ovarium, uterus, prostat, colon )
dirujuk ke pinggang. Sifat nyeri ini biasanya difus, kadang – kadang lebih
lesi primernya.
4. Nyeri yang berasal dari radiks atau saraf spinal, biasanya lebih hebat dari
nyeri rujukan dan mempunyai sifat menjalar baik dari proksimal ke distal
atau sebaliknya. Nyeri bersifat tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk,
mengedan, atau nyeri. Ini dapat terjadi atas latar belakang nyeri yang
kauda equine. Tumor yang tersering adalah ependioma. Tumor ini berasal dari sel-
sel ependim yang terdapat pada konus medularis dan filum terminale. Tumor ini
timbulnya lambat, hanya sebagian kecil berasal dari konus, sebagian besar berasal
Merupakan ekstrameduler intradural tumor yang terdiri dari sel-sel schwann, dan
dapat muncul dari saraf spinal pada setiap level. Tersering muncul dari radiks
15
Neoplasma Tulang
Tumor ganas dapat merupakan tumor primer dari tulang ataupun sekunder
hasil metastase dari tempat lain seperti buah dada, paru-paru, prostate, tiroid,
ginjal, lambung dan uterus. Tumor ganas primer yang sering ditemukan adalah
multiple myeloma yang menyerang dan merusak tulang terutama sekali pada
berupakan osteoblastik tumor, metastase dari buah dada. Osteolitik tumor dapat
berasal dari buah dada, apru-paru, ginjaldan tiroid, menebabkan destruksi tulang
dengan akibat “wedge shape” atau kolaps pada vertebra yang terkena. Satu atau
berhubungan dengan jaringan lunak. Ia adalah garis litik yang menyilang pars
interartikularis yaitu daerah antara prosesus artikularis superior dan inferior. Hal
ini ditandai dengan defek structural dari spina meliputi lamina atau neural arch
dari vertebra. Bagian yang paling sering dipengaruhi adalah spina lumbal. Defek
ini terjadi pada bagian lamina di antara superior dan inferior articular facets yang
16
Faktor keturunan memainkan peranan penting, dan diduga disebabkan
fraktur karena stress berulang. Akibat dari torsional dan rotasional stress,
terjadinya slip atau tergelincir. Derajat pergeseran secara klinis dihitung dari
sampai 25% merupakan derajat I, 25-50% derajat II, 50-75% derajat III, lebih dari
proses sekunder dari defek kongental pada sacral superior atau inferior faset L5
atau keduanya dengan pergeseran yang bertahap pada vertebra L5. Pada tipe
timbul karena kelemahan struktur tulang, sekunder dari proses penyakit tumor
17
Gambar 7. Pergeseran pada Gambar 8. Spondilolithesis
spondilolithesis Grade I
Stenosis spinal
Pada stenosis spinal, canalis spinal mungkin secara congenital sempit atau
posterior yang tebal atau mengeras “entrapping” satu nervus yang mengandung
beberapa radix. Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh pedikel yang
pendek karena congenital, lamina dan faset yang tebal, kurva scoliosis dan
berhubungan dengan lumbar kanal stenosis dan sering terjadi pada usia
pertengahan dan usia tua.Lumbar kanal stenosis dan sering terjadi pada usia
18
Gambar 9 : Stenosis Kanalis
Traumatik dislokasi
Pada traumatic yang menimbulkan dislokasi dari facet joint vertebra akan
Kompresif fraktur
19
Defisit neurology pada kompresif fraktur, bil;a terjadi penekanan pada
radix atau penyempitan pada foramen intervertebral yang dapat mengenai satu
Skoliosis
Nyeri disebabkan oleh proses degeneratif pada facet joint lengkungan itu sendir.
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
5. Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu
pada servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi
20
iritatif di radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya
torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan
penderita sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan
nyaman dengan berbaring telentang disertai fleksi sendi coxae dan lutut,
ketika berbaring.
21
Gangguan postur atau kurvatura vertebra. Pada pemeriksaan dapat
tubuh akan condong menjauhi area yang sakit, dan panggul akan miring,
sehingga sendi coxae akan terangkat. Bisa saja tubuh penderita akan
pada saraf yang bersangkutan. Jika iskialgia sangat berat, penderita akan
dengan langkah kecil dan semifleksi sendi lutut disebut Neri’s sign.
dan tampak lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah. Hal
n.iskiadikus.
besar dan sentral, dapat menyebabkan gejala pada kedua sisi yang
22
Gambar 11. Penjalaran nyeri pada radikulopati lumbal
Root L4 L5 S1 C5 C7 C8
affected
extensor mius,
hallucis plantar
longus flexor of
toes
radial
23
forearm
affected tibial
pain
Pemeriksaan Fisik
anamnesa terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dengan
trauma atau infeksi dan rekurensi. Harus ditanyakan karakter nyeri, distribusi dan
gangguan motorik (seperti kelemahan dan atrofi otot). Juga perlu diketahui gejala
abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan spasme otot. Pada pemeriksaan
otot).
24
Perubahan refleks.
antara lain :
1. Lasegue’s sign
fleksi sendi coxae, sementara lutut ditahan agar tetap ekstensi. Fleksi pada sendi
tes ini, pada radikulopati lumbal, sebelum tungkai mencapai kecuraman 70°, akan
didapatkan nyeri (terkadang juga disertai dengan baal dan paresthesia) pada
raising-test : dilakukan dengan metode seperti Kernig’s sign. Bila kedua prosedur
lumbosakral.
nyeri akan lebih berat atau lebih cepat muncul bila tungkai dalam keadaan adduksi
dan endorotasi.
sign (Lasegue disertai dengan dorsofleksi kaki) dan Sicard’s sign (Lasegue
disertai dengan dorsofleksi jari-1 kaki). Pada kasus yang ringan, pemeriksaan
25
stretching n.iskiadikus di daerah tibial meningkat, sehingga memperberat nyeri.
Pada beberapa pasien radikulopati lumbal, iskialgia pada tungkai yang sakit
dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus.
26
Test O’Conell : dilakukan Lasegue test pada tungkai yang sehat, nyeri dapat
dirasakan pada sisi yang sehat (Fajersztajn’s sign), namun dengan derajat yang
lebih ringan. Selanjutnya pemeriksaan ini dilakukan pada tungkai yang sakit.
Kemudian dilakukan secara bersamaan pada kedua kaki. Selanjutnya tungkai yang
sehat direndahkan mendekati tempat tidur; hal ini akan menyebabkan eksaserbasi
diskus intervertebra.
merasakan nyeri, kemudian lutut difleksikan 20°, dilanjutkan dengan fleksi sendi
coxae dan penekanan n.tibialis pada fossa poplitea, hingga penderita mengeluh
nyeri. Test ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal, bokong sesisi,
nyeri radikular pada pasien dengan space occupying lession yang menekan radiks
saraf. Tekanan dapat meningkat dengan batuk, bersin, mengedan, dan dengan
adanya rasa penuh di kepalanya, dan tes ini tidak boleh dianggap negatif hingga
venous return dihambat selama 2 menit. Kompresi vena jugularis juga dapat
27
menit (Naffziger’s test). Penderita dapat berbaring atau berdiri. Pada pasien ruptur
bersangkutan.
Sensorik
Penting dicatat bila ada gangguan sensorik dengan batas jelas. Namun
Hal ini disebabkan oleh adanya daerah persarafan yang bertumpang tindih satu
sama lain. Pemeriksaan ini juga menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.
rasa nyeri, baal, atau paresthesia yang mengikuti pola dermatomal. Namun
28
demikian gejala-gejala tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, sehingga untuk
a. Rontgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan
radikulopati juga dapat ditemukan pada individu lain yang tidak memiliki keluhan
apapun.
b. MRI/CT Scan
medula spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui beratnya
MRI memiliki keunggulan, yaitu adanya potongan sagital, dan dapat memberikan
gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf yang jelas; sehingga
baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus intervertebra.
c. Myelografi
29
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail, terutama
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk
menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf
tunggal. Selain itu pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi
radiks saraf. Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan
e. Laboratorium
seperti infeksi.
2. Farmakoterapi
epidural.
diperlukan).
3. Terapi nonfarmakologik
30
a. Akut : imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin),
masase, traksi (tergantung kasus), alat bantu (antara lain korset, tongkat).
4. Invasif nonbedah
saraf.
5. Bedah
Sindroma kauda.
31
1.10 Prognosis
Bergantung jenis penyebab radikulopati, dibagian mana, durasi nyeri yang
2. MIELOPATI
2.1 Definisi
belakang, tetapi tumor maupun massa juga dapat menyebabkan mielopati. Tumor-
tumor intraspinal dapat berasal dari substansi medulla spinalis itu sendiri
2.2 Etiopatogenesis
TUMOR
Tumor primer
32
o Jinak, yang berasal dari
Tumor sekunder
(A) Tumor intraduralintramedular, (B) Tumor intraduralekstramedular
(C) Tumor Ekstradural
33
• Insiden 0,5-2,5 kasus/100.000 penduduk/ tahun.
• Intradural intramedular
• Ependymoma (3%)
• Astrositoma (3%)
• Hemangioblastoma (3-13%)
• Intradural ekstramedular
• Schwanoma (53,7%)
• Lokasi
• Servikal (25%)
• Thorakal (55%)
• Lumbosakral (20%)
34
Nyeri spontan Mempunyai tipe dan Mempunyai tipe membakar,
distribusi radikuler dan tidak mempunyai lokalisasi yang
merupakan gejala dini yang jelas.
penting
Gangguan eksteroseptif pada Lebih jelas daripada level Kurang jelas daripada level lesi.
daerah sakral lesi. Gangguan seakan Gangguan seakan bertambah ke
bertambah ke arah kranial. kranial dan kaudal.
Upper motor Jelas dan timbul dini Tidak jelas dan timbul pada fase
lanjut.
Gangguan traktus piramidalis Pada saat dini Pada saat sudah lanjut
SPONDILOSIS
bedah saraf. Mielopati servikal akibat proses degenerasi sering disebut juga
medula spinalis dan berisi cairan serebrospinal yang berfungsi sebagai proteksi
terhadap trauma serta memberikan fleksibilitas pada leher. Namun pada beberapa
35
orang terlahir dengan kanalis spinalis yang berukuran lebih kecil dari normal, ini
spinalis.
medula spinalis.
memperburuk cedera medula spinalis yang dicetuskan oleh kompresi statis secara
36
2.3 Klasifikasi
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
American Spinal Cord Injury Association yaitu: (1) Central Cord Syndrome, (2)
Anterior Syndrome, (3) Brown Sequard Syndrome, (4) Cauda Equina Syndrome,
(5) Conus Medullaris Syndrome, dan satu lagi sindrom inkomplit yang jarang
37
Karakteristik Central Cord Anterior Cord Brown Sequard Posterior Cord
Klinik Syndrome Syndrome Syndrome Syndrome
Klasifikasi lain yang juga digunakan secara umum adalah European Myelopathy
Score.
38
Score Definition
Gait Function
Hand Function
4 Normal handwriting
Paraesthesia/Pain
Total perhitungan skor dengan tabel di atas sebagai berikut: skor 17-18
fungsi normal, skor 13-16 grade 1, skor 9-12 grade 2, dan skor 5-8 grade 3. Selain
39
European Myelopathy Score yang digunakan secara umum, terdapat pula klasifikasi
servikal.
Umumnya gejala yang timbul adalah akibat dari kompresi yang terjadi
pada medula spinalis, tergantung letak segmen yang terkena. Kompresi ini dapat
rasa baal, dan pada kasus yang parah dapat menimbulkan paralisis. Nyeri banyak
40
dikeluhkan pasien, namun pada beberapa kasus tidak didapatkan adanya keluhan
perubahan tidak spesifik berupa sensasi dan kelemahan lengan. Lesi pada C6-C8
tanda radang.
41
Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal
merupakan hal yang sangat penting. Pemeriksaan status neurologis lokalis pada
pasien cedera medula spinalis mengacu pada panduan dari American Spinal Cord
Motorik
Sensoris protopatik
T2 - T12 Bagian dada dan aksila, beberapa titik penting: T4 papila mamae, T10
umbilicus, T12 inguinal
L1 - L5 Tungkai
42
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi ataupun
odontoid) untuk vertebra servikal, dan posisi AP dan lateral untuk vertebra
MRI.
CT-scan / MRI
Dilakukan untuk mengetahui gambaran struktur tulang belakang sehingga
dapat diketahui lokasi kelainan atau letak lesi, dapat pula untuk
mengetahui kausa apakah terdapat trauma pada vertebra atau tumor yang
43
2.7 Diagnosis Banding
2.8 Penatalaksanaan
normal. Lesi medula spinalis komplit yang tidak menunjukkan perbaikan dalam
spinalis inkomplit cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. Apabila fungsi
44
sensoris di bawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk kembali berjalan
tinggi merupakan satu-satunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji
klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera medula
spinalis traumatika.
Berdasarkan evaluasi radiologi bila tidak ada massa epidural: rawat tumor
primer (misalnya dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi
bertulang; analgesik untuk nyeri.Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi
(biasanya 3000-4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas
pasien cedera medula spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training
pada pasien ini dikerjakan seawall mungkin. Tujuan utama fisioterapi adalah
dengan memperkuat fungsi otot-otot yang ada. Pasien dengan Central Cord
45
gangguan kandung kemih dan saluran cerna) meningkatkan secara signifikan nilai
medula spinalis, apakah akibat trauma, stenosis, atau tumor yang mendesak
medula spinalis.
2.9 Prognosis
rata harapan hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah disbanding
populasi normal. Penurunan rata-rata lama harapan hidup sesuai dengan beratnya
3. POLINEUROPATI
3.1 Definisi
46
3.2 Etiologi
- Diabetes
- Alkoholisme
- penyakit ginjal
- agen toksik
- infeksi seperti lepra
3.3 Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
- Mual, muntah
47
- Pusing
- Dada terasa diikat
- Nyeri dada
- Nyeri rahang
- Nyeri lengan
- Gangguan sensorik meliputi parestesia, nyeri, terbakar, penurunan rasa
raba, vibrasi dan posisi. Hilangnya sensasi (getar, posisi/proprioseptif,
suhu, dan nyeri) pada bagian distal ekstremitas menunjukkan neuropati
perifer.
perifer, radix atau plexus. Lesi CNS biasanya disertai gejala lain seperti sulit
berbicara, diplopia, ataxia, kelemahan nervus cranialis, atau pada kasus mielopati
didapatkan penurunan fungsi digestif dan kandung kemih, refleks patologis positif
dan tonus otot spastik. Jika lesinya pada saraf perifer biasanya menunjukkan
gejala asimetrik dan gangguan sensorik yang mengikuti dermatom, bisa juga
disertai nyeri leher atau low back pain. Lesi pada pleksus juga menunjukkan
gejala yang asimetrik dengan gangguan sensorik pada beberapa nervus pada satu
ekstremitas.
kebas, dan nyeri ataupun rasa terbakar pada ekstremitas inferior (stocking and
gloves). Lama kelamaan, gangguan sensorik ini akan mengenai bagian proksimal
48
ekstremitas disertai kelemahan otot ringan bahkan atropi. Pada neuropati perifer
akut, pasien biasanya menunjukkan gejala yang sama tapi lebih berat, nyeri lebih
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium :
Tes darah dapat meliputi darah lengkap, profil metabolik, laju endap darah,
gula darah puasa, vitamin B12, dan kadar TSH. Pungsi lumbal dan analisis CSF
- Fungsi ginjal
- Kadar vitamin B1, B6, B12 darah : defisiensi vitamin B1, B6 dan B12
49
- Biopsi saraf
50
3.4 Penatalaksanaan
51
Terapi kausatif
Neuropati perifer disebabkan oleh banyak penyebab. Kausa yang paling bisa
selama 6-10 minggu, gangliosid (intrinsic membrane sel neuron) dengan dosis
Penatalaksanaan Non-farmakologik
- Terapi suportif seperti menurunkan berat badan, diet dan pemilihan sepatu
membantu.
52
immunemediatedneuropathy). Neuropati inflamasi akut membutuhkan
3.5 Komplikasi
Neuropati pada tungkai dan kaki akan terasa didaerah tungkai bawah dan kaki
bagian kiri dan kanan, gejalanya mulai dari kesemutan, dan jika parah maka
akan terjadi baal atau banyak disebut dengan mati rasa. Kadang-kadang nya
terjadi panas, seperti rasa kita terkena cabai pedas. Jika orang merasakan
nyeri dengan denyut terus menerus maka bisa sajakan mengganggu tidurnya.
akan terjadi pada waktu malam hari. Namun juga ada sebagian orang yang
Untuk kandung kemih keluhannya adalah kencing yang tidak lancar, jika
tidak diobati dengan baik maka akan timbul infeksi dan rasa sakit pada
53
3.6 Prognosis
perifer sangat bervariasi dari gangguan yang reversible sampai komplikasi yang
bersifat fatal. Pada kasus yang paling baik, saraf yang rusak akan ber-regenerasi.
Sel saraf tidak bisa digantikan jika mati namun mempunyai kemampuan untuk
beberapa minggu sampai beberapa tahun karena pertumbuhan sel saraf sangat
lambat. Pemulihan sepenuhnya mungkin tidak bisa terjadi dan sulit ditentukan
54
DAFTAR PUSTAKA
1. York JE. Approach to the patient with acute nervous system trauma. Best
Practice of Medicine. September 2000.
2. Young W. Spinal cord injury levels and classification. Care Cure
Community. Keek Centre for Collaborative Neuroscience. 2002.
3. Hoppenfield S. Orthopaedic neurology: a diagnosis guide to neurologic
levels. JB Lippincott Williams. 1977.
4. FSIP. Spinal cord injury facts: statistics. Foundation for Spinal Cord Injury
Prevention, Care and Cure. 2001.
5. Pinzon R. Mielopati servikal trauma: telaah pustaka terkini. Cermin Dunia
Kedokteran 154; 2007: 39-42.
6. Hansen JT. Netter’s clinical anatomy. 2nd Ed. Philadelphia; Saunders
Elsevier: 2010. p.60-3.
7. Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 7 th Ed. California;
Brooks/Cole: 2010. p.172-7.
8. Klezl Z, Coughlin TA. Cervical myelopathy. 2013. Available at:
http://www.boneandjoint.org.uk/content/focus/cervical-myelopathy.
9. Department of Neurosurgery Columbia University. Cervical myelopathy.
2014. Available at: http://www. columbianeurosurgery.org / conditions /
cervical-myelopathy/.
10. Young W. Cervical spondylotic myelopathy: a common cause of spinal
cord dysfunction in older persons. Am Fam Physician. 2000;62(5):1064-
70.
11. Mardjono, mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta:2004.
322.
12. http://emedicine.medscape.com/article/95025-overview
13. De Jong R. The neurologi examination. 4th ed. Hagerstown: Harper &
Row, 1979:446-448, 566-568
14. Rowland LP. Merritt’s textbook of neurology. 7th ed. Philadelphia : Lea
&Febiger,1984: 304-309
15. Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik. EGC.Jakarta : 2006.
55