Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN DISKEL

Koordinator Mata Kuliah : R. Acep Hasan I, S. Kep., Ns., M. Kep


Dosen Pembimbing : Evangeline Hutabarat, S. Kp., M. Kep[ CITATION rsu \l
1033 ]

Di Susun Oleh :
KELOMPOK C

Ketua : M Raja Airlangga F 213117085


Scriber 1 : Cindy Yustiani 213117005
Scriber 2 : Ariel Akbar Arditia M 213117039

Desi Eka Purwati 213117017 Nisa kurniati 213117063


Yosie Dian Anggreani 213117027 Sholiha Umu Ningrum 213117071
Ai Lesti Martiani 213117029 Ilza Nurhalisa Lafda F 213117080
Dilla Permata 213117030 Nandifa Alfidelia Syafira 213117083
Mega Triana 213117040 M Raja Airlangga F 213117085
Muthia Gita Pratiwi 213117054 Shafira Ayu Ningtyas 213117086
Egi Iskandar 213117060 Mayang Sari Nurhayati 213117098
Andi Tamara Amdaniqi 213117125

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang


telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan laporan ini. Shalawat beriring salam kita sanjungkan
kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti
yang kita rasakan pada saat ini.
Terimakasih kepada teman-teman yang telah ikut membantu dan
bekerjasama selama proses penulisan laporan ini dan tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu dan kesempatan, sehingga kami dapat menyempurnakan laporan
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini kami telah menyusun sebuah laporan
diskusi kelompok. Kami menyadari bahwa laporan ini masih perlu
mendapatkan bimbingan, kekurangan baik dari segi isi maupun
penulisan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi memperbaiki makalah selanjutnya

Cimahi, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. BATASAN MASALAH........................................................................................................4
C. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
D. TUJUAN................................................................................................................................4
E. METODE PENYUSUNAN...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
A. SKENARIO KASUS.............................................................................................................6
B. IDENTIFIKASI ISTILAH....................................................................................................8
C. HASIL DISKUSI..................................................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................9
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh


penjuru dunia. Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga
dan komunitas. Bencana adalah gangguan serius yang mengganggu
fungsi komunitas atau penduduk yang menyebabkan manusia
mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau kehilangan
penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping
manusia itu sendiri (International Strategy for Disaster Reduction
[ISDR], 2009). Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi
sosialnya berpotensi rawan bencana, baik disebabkan oleh kejadian
alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung
berapi, banjir, angin putting beliung dan kekeringan, maupun yang
disebabkan oleh ulah manusia dalam pengolahan sumber daya dan
lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan,
kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror bom)
serta konflik antar kelompok masyarakat (Departemen Kesehatan
[DepKes], 2006). Bencana memiliki dampak yang sangat merugikan
manusia. Rusaknya sarana dan prasarana fisik (perumahan
penduduk, bangunan perkantoran, pelayanan kesehatan, sekolah,
tempat ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah
sebagian kecil dari dampak terjadinya 2 bencana disamping masalah
kesehatan seperti korban luka, penyakit menular tertentu,
menurunnya status gizi masyarakat, stress, trauma dan masalah
1
psikososial, bahkan korban jiwa. Bencana dapat pula mengakibatkan
arus pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman.
Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan baru di
wilayah yang menjadi tempat penampungan pengungsi, mulai dari
munculnya kasus penyakit dan masalah gizi serta masalah kesehatan
reproduksi hingga masalah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan,
penyediaan air bersih, sanitasi serta penurunan kualitas kesehatan
lingkungan (DepKes, 2006).

Untuk memaksimalkan upaya penanggulangan bencana di


bidang kesehatan, pelayanan kesehatan harus mempersiapkan tenaga
kesehatan yang profesional. Tenaga kesehatan dalam sebuah rumah
sakit yang paling banyak adalah perawat. Perawat sebagai tenaga
kesehatan memiliki peran sebagai responden pertama dalam
menangani korban bencana di rumah sakit. Semua perawat
mempunyai tanggung jawab dalam perencanaan dan keterlibatan
dalam menangani korban. Perawat harus mengetahui apa yang akan
mereka lakukan baik ketika mereka sedang bekerja atau tidak bekerja
sewaktu bencana terjadi. Perawat harus mengetahui bagaimana
memobilisasi bantuan, mengevakuasi pasien-pasien dan mencegah
penyebaran bencana. Perawat juga harus mengenal diri mereka
sendiri dan perencanaan- perencanaan rumah sakit dalam mengatasi
bencana (Rokkas, 2014). Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba dan
menyebabkan semua orang panik. Bencana dapat mengakibatkan
kerusakan dari kecil sampai besar. Gedung- gedung, sistem
infrastruktur dan lainnya akan mengalami kerusakan. Rusaknya
fasilitas kesehatan, mengakibatkan terjadinya gangguan dalam

2
pelayanan kesehatan disamping itu juga terdapat banyak korban
dengan berbagai jenis cedera yang membutuhkan pertolongan segera
(Al Khalaileh, Bond, & Alasad, 2012). Xu & Tzeng (2016)
mengatakan bahwa korban 4 massal yang diakibatkan oleh bencana
dapat menyebabkan gangguan pada pelayanan kesehatan. Untuk
mengurangi dampaknya, maka perlu meningkatkan kepedulian
terhadap bencana melalui tindak penyelamatan dan pertolongan
bencana. Tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan tanggap
darurat yang efektif dan difokuskan pada pertolongan serta bantuan
sementara untuk membantu korban segera setelah bencana terjadi.

Perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi


dengan situasi bencana. Kompetensi berarti tindakan nyata pada
peran tertentu dan 5 situasi tertentu. Kompetensi dijelaskan juga
sebagai kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan (Daily, Padjen  Birnbaum,
2010). Arbon, dkk (2013) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan
yang cukup dan keahlian yang memadai mengenai manajemen
bencana disemua aspek dan fase bencana merupakan hal yang sangat
mempengaruhi kompetensi perawat dalam menghadapi bencana.
Sebagai kelompok terbesar dari tenaga kesehatan, perawat harus
mengembangkan kompetensi dalam tanggap darurat penanggulangan
bencana. Bagaimanapun pendidikan tentang bencana sangat
dibutuhkan oleh semua perawat (ICN, 2009)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting


untuk menyusun makalah tentang konsep kegawatdaruratan bencana

3
untuk mengetahui lebih dalam tugas perawat dalam memberi asuhan
keperawatan. Sehingga memberi kepuasan bagi pasien.

B. BATASAN MASALAH

1. Identifikasi Istilah
2. Identifikasi Masalah
3. Hasil Diskusi

C. RUMUSAN MASALAH

1. Uraikan metode START yang dapat digunakan untuk melakukan


triage pada korban massal (Mass Casualty Incident)
a. Triage 1 (lapangan) menggunakan metode START
b. Triage 2 (Medik)
c. Triage 3 (Evakuasi)
2. Klasifikasikan dan Tentukan jumlah korban sesuai 4 label warna
menurut metode START!
3. Lakukan Survey the scene (Danger) untuk mengetahui bahaya
susulan apa saja yang mungkin terjadi setelah kondisi kecelakaan
seperti itu!
4. Primary Survey (Response) : Lakukan initial assessment untuk setiap
korban :
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Dissability
e. Exposure
5. Secondary Survey

4
D. TUJUAN

1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kegawatdaruratan dan
bencana pada program studi S-1 STIKES Jendral Achmad Yani
Cimahi.

2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu 
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kegawatdaruratan dan
bencana
b. Untuk mengetahui macam - macam atau klasifikasi metode
asuhan keperawatan/metode penugasan.
c. untuk mengetahui definisi dari kegawatdaruratan dan bencana
d. untuk mengetahui tujuan kegawatdaruratan dan bencana
e. untuk mengetahui Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
kegawatdaruratan dan bencana

E. METODE PENYUSUNAN

1. Pencarian Dari Internet


Yaitu penelusuran dari berbagai macam alamat web yang
mengenai materi tentang tata tulis karya ilmiah yang ada di dalam
internet untuk memperoleh materi yang dihadapi

5
2. Study Pustaka
Yaitu penelusuran mebcari referensi dari perpustakaan maupun
buku-buku yang penulis sesuai dengan masalah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. SKENARIO KASUS
Anda sebagai petugas paramedik mendapatkan informasi
telah terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan satu mobil
sedan berpenumpang 2 orang dan 1 bus yang berpenumpang
sekitar 20-30 orang. Bus ditemukan dalam kondisi terguling ke
samping kiri, kaca depan bus pecah.

Saat anda memasuki bus melalui kaca depan bus, anda


memperkenalkan diri sebagai penolong. Kemudian anda
meminta para korban yang sadar dan dapat berjalan untuk
keluar dari bus. Sembilan (9) korban mampu keluar sendiri dari
bus sesuai permintaan anda dan anda temukan beberapa korban
terbaring tidak bergerak, beberapa berteriak histeris, dan
beberapa terluka dengan rincian sebagai berikut :

Korban dalam bus :

1. Korban 1 : Ditemukan tidak bernafas, sesudah anda reposisi


jalan nafas (open airway), korban tetap tidak bernafas.
2. Korban 2 : Ditemukan tidak bernafas, sesudah anda lakukan
reposisi jalan nafas (open airway), korban mulai bernafas
spontan
3. Korban 3 : bernafas cepat, lebih dari 30 x/menit
4. Korban 4 : sadar penuh, terdapat patah tulang terbuka di daerah
tibia dengan perdarahan hebat, CRT > 2”
5. Korban 5 : korban dengan luka lecet dan memar di dahi, CRT <
2”, korban kesulitan menyebutkan namanya dan tidak bisa
melakukan perintah sederhana dari anda untuk mengangkat
lengannya.

7
6. Korban 6 : berteriak-teriak kesakitan sambil memegang kaki
kanannya yang memar, CRT < 2 “. orientasi bagus, dapat
melakukan perintah sederhana
7. Korban 7 : Korban mengeluh tidak dapat merasakan dan
menggerakkan kakinya, RR 24x/mnt, Nadi 100x/mnt, sadar
penuh
8. Korban 8 : Korban mengalami luka memar dan lecet di kaki,
RR 16 x/mnt, CRT < 2”, korban tidak dapat mengingat
namanya dan kronologi kejadian
9. Korban 9 : Baju korban bersimbah darah. Respirasi 36x/mnt.
CRT kurang dari 2 detik. Orientasi sadar
Korban di dalam sobil sedan

10.Korban 10 (pengemudi Sedan) : Korban masih tidak bernafas


setelah penolong membuka jalan nafasnya, CRT > 2”, korban
masih tidak sadar.
11. Korban 11 (penumpang sedan) : Korban mengalami luka
memar dan lecet di kaki, RR 16 x/mnt, CRT < 2”, korban tidak
dapat mengingat namanya dan kronologi kejadian
Petunjuk :

Uraikan hal-hal yang anda berhubungan dengan kondisi


kejadian kasus di atas

1. Uraikan metode START yang dapat digunakan untuk


melakukan triage pada korban massal (Mass Casualty Incident)
a. Triage 1 (lapangan) menggunakan metode START
b. Triage 2 (Medik)
c. Triage 3 (Evakuasi)
2. Klasifikasikan dan Tentukan jumlah korban sesuai 4 label
warna menurut metode START!
3. Lakukan Survey the scene (Danger) untuk mengetahui bahaya
susulan apa saja yang mungkin terjadi setelah kondisi
kecelakaan seperti itu!
4. Primary Survey (Response) : Lakukan initial assessment untuk
setiap korban :

8
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Dissability
e. Exposure
5. Secondary Survey
B. IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Start Triage (Shavira)


2. Breathing (Desi)
3. Disability (Muthia)
4. Exposure (Egi)
Jawaban :
1. Simple Triage And Rapid Treatment (START
TRIAGE) Di awal 1980-an metode START ini
dikembangkan di California oleh Hoag Hospital and
Newport beach fire and Marine Metode ini
dikembangkan agar dapat Menentukan kategori pasien
dengan cepat(30 - 1 menit) dan menentukan siapa yang
menangani pasien tersebut
(Sholihah)
2. Breathing (Pernapasan) adalah proses menggerakkan
udara masuk dan keluar dari paru-paru untuk
memfasilitasi pertukaran gas dengan lingkungan
internal tubuh, terutama dengan memasukkan oksigen
dan membuang karbon dioksida. (Ai lesti martiani)
3. Disability adalah suatu keterbatasan atau kehilangan
kemampuan (sebagai akibat impairment) untuk

9
melakukan suatu kegiatan dengan cara atau dalam
batas-batas yang dipandang normal bagi seorang
manusia.
(mega triana)
4. Exposure yaitu membuka baju penderita, tetapi cegah
hipotermia. Ini adalah merupakan bagian akhir dari
primary survey, penderita harus dibuka seluruhan
pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian
tubuh terlebih yang tidak terlihat secara sepintas.
Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan
cara log roll. Selanjutnya selimuti pasien dengan
selimut kering dan hangat, ruangan yang cukup hangat
dan diberikan cairan intra vena yang sudah dihangatkan
untuk mencegah tidak terjadinya hipotermi. (Mayang
sari)

C. HASIL DISKUSI

1. Uraikan metode START yang dapat digunakan untuk


melakukan triage pada korban massal (Mass Casualty
Incident)
a. Triage 1 (lapangan) menggunakan metode START
b. Triage 2 (Medik)
c. Triage 3 (Evakuasi)
Jawaban :

a. Triage 1 ( lapangan ) dengan metode START


Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T

10
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan
suatu pemeriksaan sebagai berikut :
1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan
sendiri ke areal yang
telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
 Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label
MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka
jalan napas dan
bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan
mulai maka beri
label MERAH, bila tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu
pengisian kapiler.
 Waktu pengisian kapiler :
a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH,
hentikan perdarahan
besar bila ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial
penderita. Bila tidak ada
maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah
rendah dan perfusi
jaringan sudah menurun.
 Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah
sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah
sederhana maka beri
MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.

11
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda
berakhir segera lanjutkan ke penderita berikut.
Kartu Warna yang Dipergunakan :
1. Merah : untuk korban-korban yang membutuhkan
stabilisasi segera.
2. Kuning : Korban yang memerlukan pengawasan ketat
tetapi perawatan dapat ditunda sementara
3. Hijau : Kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda
4. Hitam : Korban telah meninggal dunia
b. Triage 2 ( Medik )
 Triage ini dilakukan saat korban memasuki pos medis
lanjutan oleh tenaga medis yang paling berpengalaman yang
mempunyai paling banyak keterampilan untuk melakukan
triase.
 Petugas triage sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di
UGD, ahli anestesi dan yang terakhir adalah dokter bedah
dan dibantu oleh perawat.
c. Triage 3 ( Evakuasi )
Dalam triage ini prioritas ditujukan pada korban yang dapat
dipindahkan ke rumah sakit yang telah disesuaikan untuk
menerima korban bencana masal dan telah siap untuk menerima
pengiriman korban tersebut. (Radja, Cindy,Mega Nandifa)

2. Klasifikasi dan tentukan jumlah korban sesuai 4 label menurut START :

1. Korban 1

 Respiration : Ditemukan tidak bernafas, sesudah anda reposisi


jalan nafas (Open Airway), korban tetap tidak bernafas →
HITAM

12
2. Korban 2

 Respiration : Ditemukan tidak bernafas, sesudah anda lakukan


reposisi jalan nafas (Open Airway), korban mulai bernafas
spontan → MERAH

3. Korban 3

Respiration : Bernafas cepat, lebih dari 30 x/menit → MERA


H

4. Korban 4

 Perfusi : CRT > 2 , terdapat patah tulang terbuka

Status Mental : Sadar penuh → MERAH

5. Korban 5

 Perfusi : CRT < 2, korban dengan luka lecet dan memar di


dahi

 Status Mental : Tidak bisa melakukan perintah sederhana →


MERAH

6. Korban 6

13
 Perfusi : Berteriak-teriak kesakitan sambil memegang kaki
kanannya yang memar, CRT < 2

 Status Mental : Orientasi sadar, dapat melakukan perintah


sederhana → KUNING

7. Korban 7

 Respiration : RR 24 x / menit

 Perfusi : Nadi 100 x / menit

 Status Mental : Tidak dapat merasakan dan menggerakkan


kakinya, sadar penuh → KUNING

8. Korban 8

 Respiration : RR 16 x / menit

 Perfusi : Korban mengalami luka memar dan lecet di kaki,


CRT < 2

 Status Mental : Tidak dapat mengingat namanya dan kronologi


kejadian → MERAH

9. Korban 9

14
 Respiration : RR 36x / menit

 Perfusi : Baju bersimbah darah, CRT < 2

 Status Mental : Orientasi sadar → MERAH

10. Korban 10

 Respiration : Korban masih tidak bernafas setelah penolong


membuka jalan nafasnya

 Perfusi : CRT > 2

 Status Mental : Korban masih tidak sadar → HITAM

11. Korban 11

 Respiration : RR 16 x / menit

 Perfusi : Korban mengalami luka memar dan lecet di kaki,


CRT < 2

 Status Mental : Tidak dapat mengingat namanya dan kronologi


kejadian → MERAH

12. 9 Korban

15
 Status Mental : Korban mampu keluar dari bus sesuai perminta
an → HIJAU

Jumlah Korban :

 Hitam = 2 orang

 Merah = 7 orang

 Kuning = 2 orang

 Hijau = 9 orang

3. Lakukan Survey the scene (Danger) untuk mengetahui bahaya


susulan apa saja yang mungkin terjadi setelah kondisi kecelakaan
seperti itu!
 Kebocoran bahan bakar mobil yang akan mengakibatkan
kendaraan meledak di tempat
 Terjadinya kebocoran gas beracun
 Kecelakaan susulan yang terjadi jika lalu lintas/lokasi kejadian
tidak segera diaman kan
 Akan terjadi kesulitan evakuasi jika lalulintas tidak di atur
sesegera mungkin karena kemacetan
 Bisa terjadi kericuhan di masyarakat sekitar jika tersangka
tidak segera di amankan
Sebelum menolong korban, sebaiknya Anda memastikan bahwa lokasi
benar-benar aman bagi Anda sebagi penolong, orang-orang di sekitar
lokasi kejadian, dan korban itu sendiri. Periksalah segala sesuatu yang

16
dapat yang mengancam keselamatan. Gunakan pelindung diri yang
ada, seperti sarung tangan dan masker untuk mencegah faktor risiko
infeksi menular. Jangan mengambil risiko untuk menjadi korban
berikutnya. (yosie & sholihah)

4. Primary Survey (Response) : Lakukan initial assessment untuk setiap


korban :
a. Airway
1. Korban 1 : Ditemukan tidak bernafas, sesudah anda reposisi
jalan nafas (open airway), korban tetap tidak bernafas
Lakukan : bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang
cervical dengan menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw
Trust, hati-hati pada korban trauma
2. Korban 2 : Ditemukan tidak bernafas, sesudah anda lakukan
reposisi jalan nafas (open airway), korban mulai bernafas
spontan
Lakukan : Setelah korban mulai bernafas pastikan keadekuatan
pernafasan
3. Korban 10 (pengemudi Sedan) : Korban masih tidak bernafas
setelah penolong membuka jalan nafasnya, CRT > 2”, korban
masih tidak sadar.
Lakukan : Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada
daerah mulut, atau Finger Sweep unuk membersihkan
sumbatan di daerah mulut dan suctioning bila perlu
b. Breathing
1. Korban 3 : bernafas cepat, lebih dari 30 x/menit
Lakukan : lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari
hidung/mulut, apakah ada pertukaran hawa panas yang
adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau
tidak

c. Circulation

17
1. Korban 4 : sadar penuh, terdapat patah tulang terbuka di
daerah tibia dengan perdarahan hebat, CRT > 2”
Lakukan : Lihat adanya perdarahan eksterna/interna, jika ada
hentikan pendarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat,
tinggikan), perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan
sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri
distal
2. Korban 6 : berteriak-teriak kesakitan sambil memegang kaki
kanannya yang memar, CRT < 2 “. orientasi bagus, dapat
melakukan perintah sederhana
Lakukan : Lihat adanya perdarahan eksterna/interna, jika ada
hentikan pendarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat,
tinggikan), perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan
sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri
distal

3. Korban 7 : Korban mengeluh tidak dapat merasakan dan


menggerakkan kakinya, RR 24x/mnt, Nadi 100x/mnt, sadar
penuh
Lakukan : Lihat adanya perdarahan eksterna/interna, jika ada
hentikan pendarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat,
tinggikan), perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan
sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri
distal
d. Dissability
1. Korban 5 : korban dengan luka lecet dan memar di dahi, CRT
< 2”, korban kesulitan menyebutkan namanya dan tidak bisa
melakukan perintah sederhana dari anda untuk mengangkat
lengannya
Lakukan : Cek kesadaran, Cek adalah cedera kepala, cedera
leher, dan perhatikan cedera pada tulang belakang

18
2. Korban 8 : Korban mengalami luka memar dan lecet di kaki,
RR 16 x/mnt, CRT < 2”, korban tidak dapat mengingat
namanya dan kronologi kejadian
Lakukan : Cek kesadaran, Cek adalah cedera kepala, cedera
leher, dan perhatikan cedera pada tulang belakang
3. Korban 11 (penumpang sedan) : Korban mengalami luka
memar dan lecet di kaki, RR 16 x/mnt, CRT < 2”, korban tidak
dapat mengingat namanya dan kronologi kejadian
Lakukan : Cek kesadaran, Cek adalah cedera kepala, cedera
leher, dan perhatikan cedera pada tulang belakang

e. Exposure
1. Korban 9 : Baju korban bersimbah darah. Respirasi 36x/mnt.
CRT kurang dari 2 detik. Orientasi sadar
Lakukan : Buka baju korban lihat kemungkinan cedera yang
timbul tetapi cegah terjadinya hipotermi/kedinginan (Desi,
Egi, Nisa, Lesti & Mayang)

5. Dalam survei sekunder, yang dilakukan yaitu mencari perubahan-perubahan


yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa apabila
tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe)
Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai fase
resusitasi. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara cepat
untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan.
Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau
korban lain.

Bila pasien sadar, kumpulkan data penting termasuk masalah medis


sebelumnya, alergi dan medikasi sebelumnya, status immunisasi tetanus, saat
makan terakhir, kejadian sekitar kecelakaan. Data ini membantu mengarahkan
survei sekunder mengetahui mekanisme cedera, kemungkinan luka bakar atau

19
cedera karena suhu dingin (cold injury), dan kondisi fisiologis pasien secara
umum. Pada survei sekunder, hal yang perlu dikaji, meliputi :

1. Disability
Ditujukan untuk mengkaji kondisi neurimuscular klien :
a. Keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS)
b. Keadaan ekstremitas (kemampuan motorik dan sensorik)
2. Eksposure
Melakukan pengkajian head to toe pada klien, meliputi :
a. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
 Posisi saat ditemukan
 Tingkat kesadaran
 Sikap umum, keluhan
 Trauma, kelainan
 Keadaan kulit
b. Periksa kepala dan leher
 Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
 Telinga
Perlukaan, darah, cairan
 Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata,
adanya benda asing, pergerakan abnormal
 Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat
trauma
 Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak
 Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
 Rahang

20
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
 Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna
 Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas
tulang leher
c. Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan,
perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas
d. Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
e. Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
f. Periksa pelvis/genetalia

Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia

g. Periksa ekstremitas atas dan bawah

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut


nadi, warna luka

Pengkajian SAMPLE

Riwayat “SAMPLE” yang harus diingat yaitu :

a. S (Sign and symptoms) : tanda dan gejala yang diobservasi dan dirasakan
klien

21
b. A (Allergies) : alergi yang dipunyai klien
c. M (medications) : obat yang diminum klien untuk mengatasi masalah
d. P (Past illness) : riwayat penyakit yang diderita klien
e. L (Last meal) : makanan/minuman terakhir; apa dan kapan
f. E (Event) : pencetus / kejadian penyebab

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dalam kegawat bencanaan triase dengan START sangat


penting sekali substansinya oleh sebab itu assasesment yang
teliti harus di kedepankan guna adanya salah diagnosis
terhadap korban dan juga untuk meminimalisir angka
kematian dalam bencana
2. Kartu Warna yang Dipergunakan :
1. Merah : untuk korban-korban yang membutuhkan
stabilisasi segera.
2. Kuning : Korban yang memerlukan pengawasan
ketat tetapi perawatan dapat ditunda sementara
3. Hijau : Kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda
4. Hitam : Korban telah meninggal dunia

22
B. SARAN
1. Untuk mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu
memahami konsep dasar kegawatdaruratan dan bencana
sehingga dapat menerapkan konsep tersebut ke dalam
pelaksanaan pelayanankeperawatan saat bekerja di klinik.
2. Bagi perawat hendaknya mampu menyesuaikan dengan
program pelayanan keperawatan kegawatdaruratan dan
benacana dengan cara terus belajar dan melatih
kemampuanyang dimiliki demi mewujudkan kepuasan klien.
3. Untuk institusi pelayanan kesehatan, maka disarankan untuk
dapat memilih program pelayanan keperawatan yang sesuai
demi mencapai asuhan keperawatan yang profesional

23
DAFTAR PUSTAKA

indonesia, P. m. (2017). Skema tindakan resusitasi jantung paru. Jakarta.

karawang, r. (t.thn.). blue code training . karawang.

24

Anda mungkin juga menyukai