Anda di halaman 1dari 21

i

FOCUS GROUP DISCUSSION


“BANJIR”

Oleh:

Popy Mega Wati 16710017


Cokorda Gede Bagus Pradnyana Sanjaya 16710021
I Dewa Agung Wirama Putra 16710074
Ni Wayan Eka Ari Sawitri 16710081
Amelia Septifany 16710097
Ricky Rinaldy 16710108
Sunarmi 16710158
Putu Indra Iswara 16710167

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2018

i
ii

KATA PENGANTAR

Syukur terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan FGD (Focus
Group Discussion) dengan Judul “Banjir”.
Laporan FGD (Focus Group Discussion) ini berhasil penulis selesaikan
karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. H. Soedarto, dr.,DTM&H.,PhD.,Sp.Park, Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang telah
memberi kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati T., dr.,SKM, sebagai Kepala Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
3. dr. Sukma Sahadewa, M.Kes, sebagai Koordinator Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Dr. Sudarso, M.Sc, Sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan Laporan
FGD (Focus Group Discussion).
5. Segenap Tim pelaksana FGD (Focus Group Discussion) dan
sekretariat kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memfasilitasi proses
penyelesaian Laporan FGD (Focus Group Discussion) ini.
6. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan Laporan FGD (Focus Group
Discussion) ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan FGD (Focus Group
Discussion) ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
segala masukan demi sempurnanya tulisan ini.
Akhirnya kami berharap semoga Laporan FGD (Focus Group Discussion)
ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait.

Surabaya, April 2018

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………... ii


Daftar Isi ……………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 3
C. Tujuan …………………………………………………………… 3
BAB II Analisis dan Pembahasan ………………………………………….. 4
A. Skenario ………………………………………………………... 4
B. Tujuan Pembelajaran …………………………………………… 5
C. Pembahasan ……………………………………………………. 6
BAB III Program Kerja ……………………………………………………… 11
A. Rencana Penyelesaian Masalah ………………………………… 11
B. Rencana Program ………………………………………………. 12
BAB IV Penutup …………………………………………………………….. 17
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 17
B. Saran …………………………………………………………… 17
Daftar Pustaka ………………………………………………….……………... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya
sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan
bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat
merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu
mengatasi tantangan hidup sehari-hari.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2018).
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya
air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu, 2009). Banjir adalah ancaman
musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan
menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering
terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi (Yayasan IDEP, 2007).
Banjir memengaruhi berbagai sektor kehidupan. Dari sisi infrastruktur,
banjir merusak sarana dan prasarana pemukiman penduduk, perkantoran, dan
fasilitas umum. Banjir mengganggu perekonomian karena mengganggu produksi
pertanian, merusak jalur transportasi, dan menambah biaya distribusi. Banjir juga
menimbulkan gangguan kegiatan pabrik karena mesin produksi terendam air atau
listrik dipadamkan, yang kemudian menjadi kendala di bidang perekonomian.
Banjir memiliki kemungkinan terjadinya banyak penyakit. Bahaya bakteri e-coli

1
2

dan leptospira cenderung meningkat pascabanjir besar. Tidak hanya penyakit kulit
yang mengancam kesehatan para korban banjir, namun juga beberapa penyakit
lainnya (Suryani, 2013).
Penyakit-penyakit menular yang berbahaya sehubungan dengan banjir
seperti diare, demam berdarah, ispa, leptospira, dan penyakit kulit. Penyakit Diare
sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada saat
banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari
sumur dangkal, akan ikut tercemar (Suryani, 2013).
Demam berdarah, saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat perindukan
nyamuk aedes aegypti, karena banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas,
dan tempat-tempat tertentu terisi air sehingga menimbulkan genangan, tempat
berkembang biak nyamuk tersebut (Suryani, 2013).
Penyakit leptospirosis disebabkan bakteri leptospira menginfeksi manusia
melalui kontak dengan air atau tanah masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir
mata atau luka lecet. Bakteri Leptospira ini bisa bertahan di dalam air selama 28
hari (Suryani, 2013).
Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya,
ISPA mudah menyebar di tempat yang banyak orang, misalnya di tempat
pengungsian korban. Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain.
Jika musim banjir datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak
terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang juga berperan
dalam penularan infeksi kulit (Suryani, 2013).
Desa bantaran dilalui dua anak sungai dan berada di daerah cekungan
sehingga sering terjadi banjir, dengan kondisi lingkungan penduduk yang padat
pada desa tersebut, rendahnya tingkat pendidikan. Masyarakat akan cenderung
lebih mudah terserang penyakit.
Penyakit pascabanjir merupakan dampak bencana yang mengancam sektor
kesehatan. Penanganannya meliputi usaha perbaikan kualitas kesehatan
lingkungan dan menjamin kecukupan air bersih. Upaya mitigasi efek bencana
bertujuan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda.
Di sektor kesehatan, aktivitas mitigasi ditujukan untuk mengurangi kerentanan
3

sistem dan mengurangi besarnya bahaya seperti timbulnya berbagai jenis penyakit
pascabanjir maupun adanya KLB penyakit menular (Suryani, 2013). Dengan
demikian permasalahan banjir pada desa Bantaran ini memerlukan perhatian
khusus karena selain dari sisi bencana banjir yang sedang terjadi, perlu dilakukan
intervensi secara langsung dalam keseharian masyarakatnya
Hasil inventarisasi masalah di Desa Bantaran dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Penurunan kesehatan pengungsi dan pencegahan penyakit
2. Tingkat pendidikan masyarakat rendah
3. Rumah penduduk tidak memiliki saluran air pembuangan limbah domestik
4. Penampungan melebihi kapasitas
5. Resiko kejadian diare, DBD, penyakit kulit, dan typhoid

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
Bagaimana cara pencegahan penyakit pada masyarakat desa bantaran di lokasi
penampungan?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mencegah timbulnya penyakit akibat banjir di desa Bantaran

2. Tujuan khusus

a. Melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan pada masyarakat desa


Bantaran di penampungan bencana

b. Melakukan upaya pencegahan penyakit-penyakit yang dapat timbul


dalam bencana banjir ini, terutana dalam kondisi masyarakat yang
berada di lokasi penampungan yang padat.
BAB II
ANILISIS DAN PEMBAHASAN

A. Skenario
Kecamatan Sungai Kuala memiliki wilayah kerja yang terdiri dari 10 desa,
salah satu desa diantaranya terletak 15 km dari pantai yaitu desa Bantaran dan
dilalui dua anak sungai di desa tersebut karena letaknyadi daerah cekungan. Desa
Bantaran penduduk desanya bermatapencaharian utama sebagai petani buah naga
terdiri dari 100 KK dengan penduduk sebanyak 400 jiwa. Lingkungan desa adalah
lingkungan yang padat, dengan bangunan yang semi permanen. Masyarakat
memanfaatkan lahan yang ada bercocok tanam buah naga. Tingkat pendidikan
masyarakat 60 % penduduk berpendidikan tamat SD, 20 % tamat sekolah
menengah pertama, 8 % tamat sekolah menengah atas, 2 % sarjana dan 10 % buta
huruf.
Kesadaran akan lingkungan yang bersih masih kurang terbukti dari
masyarakat 80 % masih membuang sampah di sungai, hanya 70 % yang memiliki
jamban sehat dan yang memanfaatkan jamban hanya 60 %. Rumah-rumah
penduduk tidak memiliki saluran pembuangan yang definitif sehingga air limbah
masih sering meluap ke jalan desa. Saat ini desa mengalami banjir setinggi 2
meter dan penduduk pengungsi ke balai desadan desa menampung 200 orang,
sementara terhitung 300 orang yang mengungsi ke balai desa. Sebagai dokter
kepala puskesmas anda diminta bergabung dalam pelayanan kesehatan pengungsi.
Apa saja yang dapat anda lakukan untuk mningkatkan kesehatan pengungsi dan
pencegahan penularan penyakit yang mungkin.

4
5

B. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa memahami peran dokter dalam kondisi bencana alam
diwilayah kerja puskesmas.
2. Mahasiswa mampu memperkirakan perubahan lingkungan akibat
bencana yang terkait dengan gangguan kesehatan di masyarakat yang
terdampak.
3. Mahasiswa mampu memperkirakan penyakit yang dapat berjangkit
akibat bencana alam.
4. Mahasiswa mampu mempersiapkan rencana program untuk mengatasi
masalah yang akan timbul akibat bencana yang terkait gangguan
kesehatan.

Gambar 2.1: Diagram Fish Bone


6

C. Pembahasan
Untuk meningkatkan kesehatan pengungsi dan pencegahan penularan
penyakit pasca banjir di Desa Bantaran perlu dilakukan beberapa penyelesaian
yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Memberikan penyuluhan kesehatan
Kesadaran akan lingkungan yang bersih masih kurang terbukti dari
masyarakat Desa Bantaran yang masih membuang sampah di sungai, sehingga
perlu dilakukan promosi kesehatan di lingkungan masyarakat tersebut agar dapat
meningkatkan kesehatan pengungsi dan pencegahan penularan penyakit pasca
banjir.
Banjir membawa kotoran seperti sampah, air got, atau septik tank. Kondisi
ini menyebabkan nyamuk dan bibit kuman penyakit mudah berkembang biak.
Tidak jarang banjir juga menimbulkan Keadaan Luar Biasa (KLB).Kondisi basah
juga tidak nyaman bagi tubuh sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh dan daya
tahan terhadap stres karena terbatasnya akses terhadap sandang, pangan, dan
papan.
Beberapa penyakit menular yang sering terjadi sehubungan dengan banjir
(Suryani, 2013) :
a. Diare. Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu
(personal hygiene). Pada saat banjir, sumber-sumber air minum
masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal, akan ikut
tercemar.
b. Demam berdarah. Saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat
perindukan nyamuk aedes aegypti, karena banyak sampah seperti kaleng
bekas, ban bekas, dan tempat-tempat tertentu terisi air sehingga
menimbulkan genangan, tempat berkembang biak nyamuk tersebut.
c. Penyakit leptospirosis. Leptospirosis (demam banjir) disebabkan bakteri
leptospira menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah
masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir mata atau luka lecet. Bakteri
Leptospira ini bisa bertahan di dalam air selama 28 hari. Penyakit ini
7

termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan. Di


Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air
kencingnya yang bercampur dengan air banjir. Seseorang yang memiliki
luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur
dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira,
berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit.
d. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab ISPA dapat berupa
bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa
batuk dan demam. Jika berat, maka dapat atau mungkin disertai sesak
napas, nyeri dada, dll. ISPA mudah menyebar di tempat yang banyak
orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir.
e. Penyakit kulit. Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain.
Jika musim banjir datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang
tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang
juga berperan dalam penularan infeksi kulit.
f. Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini, faktor
kebersihan makanan memegang peranan penting.
g. Memburuknya penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal
ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan
berkepanjangan, apalagi bila banjir yang terjadi selama berhari-hari.
Banyaknya penyakit yang timbul sebagai akibat banjir menjadi perhatian
khusus tenaga kesehatan dan masyarakat dalam mencegah penularannya.
Sehingga diperlukan penyuluhan yang tujuannya memberikan informasi mengenai
penyakit dan perilaku hidup sehat, antara lain :
1) Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
dipenampungan darurat/pengungsian
2) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penyakit yang timbul paska
bencana
3) Perbaikan kualitas air dengan penjernihan dan kaporisasi sumber daya air
yang tersedia
8

4) Membantu pengendalian vector penyakit menular dalam rangka sistem


kewaspadaan dini KLB.

2. Kerjasama lintas sektor (Suryani, 2013)


Upaya-upaya lain untuk meminimalisir penyebaran penyakit pascabanjir
perlu dilakukan oleh lembaga dan institusi yang berwenang dalam rangka
melindungi kesehatan masyarakat dan memulihkan kondisi lingkungan
pascabanjir khususnya dalam bidang kesehatan dan sanitasi. Upaya tersebut terdiri
dari upaya pencegahan (preventif) yang bertujuan agar wabah penyakit tidak
menyebar dan upaya penanganan (kuratif) kepada para penyintas bencana banjir
yang menunjukkan gejala-gejala terserang penyakit dengan pengobatan sebaik-
baiknya. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi: penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang
terkena bencana, perlindungan terhadap bencana, pengurangan risiko bencana dan
pengalokasian anggaran yang memadai.
Upaya pencegahan penyebaran penyakit akibat banjir yang dapat
dilakukan pemerintah (pemerintah daerah) antara lain:
a. Tindakan jangka pendek. Klorinasi dan memasak air: Pastikan
ketersediaan air minum yang aman. Langkah ini merupakan pencegahan
paling penting pascabanjir, untuk mengurangi risiko wabah penyakit yang
terbawa air.
b. Vaksinasi terhadap hepatitis A. Imunisasi diperlukan bagi kelompok
berisiko tinggi, seperti orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan air
minum, air limbah, atau limbah.
c. Pencegahan malaria dan demam berdarah. Banjir tidak selalu mengarah
pada peningkatan jumlah nyamuk secara langsung, masih ada waktu untuk
menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti penyemprotan
insektisida dan pemberantasan sarang nyamuk. Oleh karena itu perlu
dilakukan deteksi dini di laboratorium agar dapat melacak dan mencegah
9

epidemi malaria dan demam berdarah. Diagnosis dini dan pengobatan


untuk malaria (dalam waktu 24 jam dari onset demam) sangatlah penting.
d. Sanitasi. Mempromosikan praktek higienis yang baik dilakukan dengan
memasak air hingga mendidih dan mempersiapkan makanan yang bersih.
Selain itu sanitasi dipelihara melalui pembersihan lingkungan dari sampah,
lumpur, dan kotoran yang dapat menimbulkan penyakit serta menjaga
kecukupan air bersih dan penyediaan sarana kakus yang memadai.
Peran pemerintah daerah khususnya lembaga/dinas yang terlibat dalam
penanganan kesehatan seperti Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup,
maupun Dinas Pekerjaan Umum sangat diperlukan. Hal ini dilakukan terkait
dengan masalah ketersediaan logistik, kesiapsiagaan tenaga atau personel,
peningkatan upaya pemetaan daerah rawan, dan peningkatan koordinasi, baik
lintas program maupun lintas sektor serta perbaikan kualitas kesehatan lingkungan
dan kecukupan air bersih. Di samping itu perlu disiapkan tim khusus untuk
menyiagakan rapid response team di setiap tingkatan, agar dapat melakukan
tindakan segera bila diketahui adanya ancaman potensial kemungkinan terjadinya
peningkatan penyakit menular.
Selain koordinasi antarsektor, koordinasi dan kerja sama antarpemerintah
daerah pun sangat diperlukan, baik itu antarpemerintah kabupaten/kota maupun
provinsi. Hal ini karena penyebab dan dampak banjir tidak hanya diakibatkan dan
dirasakan oleh satu kabupaten/ kota atau provinsi saja, melainkan juga lintas
provinsi.

3. Penggalangan dana (UNESCO, 2007)


a. Kerjasama dengan media massa
Media massa dapat membantu masyarakat yang terkena banjir untuk
menyebarkan informasi tentang pengalaman, kondisi dan kebutuhan
mereka kepada khalayak ramai dan meminta bantuan untuk pembangunan
kembali. Kesempatan ini sebaiknya dimanfaatkan oleh masyarakat dengan
menjelaskan sebaik-baiknya tentang situasi dan kebutuhan
mereka.Masyarakat sebaiknya menunjuk seorang juru bicara untuk
10

mewakili masyarakat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan


oleh wartawan
b. Melakukan pendekatan terhadap lembaga donor dan organisasi lain yang
mau membantu
Untuk mengajukan permohonan bantuan, kebutuhan masyarakat harus
didata terlebih dahulu dan situasi masyarakat harus dijelaskan dengan
baik. Bantuan dapat diperoleh dari institusi pemerintahan, lembaga donor
atau dari perusahaan swasta dan perseorangan.Permohonan bantuan juga
dapat diajukan kepada anggota masyarakat, daerah sekitar, atau
perusahaan swasta. Media massa (televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain)
dapat dihubungi untuk membantu menyampaikan kebutuhan masyarakat
kepada khalayak ramai di luar masyarakat.
Perlu dipertimbangkan, bahwa lembaga donor dan organisasi lain yang
memberikan bantuan memiliki kriteria dan proses yang berbeda-beda
dalam pemberian jenis bantuan atau pendampingan. Organisasi-organisasi
ini biasanya bekerja dengan masyarakat melalui lembaga pemerintahan,
LSM atau organisasi masyarakat. Karena itu, pembentukan suatu
organisasi masyarakat sangat penting. Organisasi ini diharapkan bisa
melakukan pendekatan kepada lembaga donor, mengumpulkan prasyarat
atau menjalankan prosedur awal yang dibutuhkan, dan mengumpulkan
data yang dibutuhkan untuk mendapatkan bantuan. Proposal harus dibuat
secara sistematis, mudah dimengerti dan memiliki informasi yang cukup
sebagai dasar pertimbangan. Selain itu, sebaiknya organisasi masyarakat
tersebut memiliki tokoh yang mampu menjelaskan kepada calon pemberi
bantuan tentang proposal tersebut. Setelah pemberian proposal, tokoh
tersebut sebaiknya memastikan adanya tindak lanjut dari proposal tersebut.
BAB III
PROGRAM KERJA

A. Rencana Penyelesaian Masalah


Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada sekenario diatas dapat
menggunakan scoring system. Hal ini dilakukan untuk mengetahui urutan
prioritas dari skala yang tertinggi sampai terendah, sehingga mempermudah
untuk menentukan masalah mana yang akan diselesaikan lebih dulu.
Skoring untuk menentukan urutan prioritas penyelesaian masalah yang telah
dirumuskan dalam tujuan khusus.

Tabel III.1 Penentuan Prioritas dan Solusi Kesadaran tentang


Lingkungan yang bersih
No Kegiatan M I V C 𝐌×𝐈×𝐕
𝐏=
𝐂
1 Inventarisasi Sasaran 3 3 2 2 9
2 Pemilihan kader penyuluhan dan sasaran 4 5 3 4 15
penyuluhan
3 Pelaksanaan Penyuluhan tentang 5 4 5 5 20
Kesadaran Lingkungan yang bersih

Keterangan :
P : Prioritas penyeselaian masalah
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan

11
12

Berdasarkan tabel prioritas masalah yang dilakukan dengan metode


scorring, maka alternatif penyelesaian masalah yang kami lakukan terlebih dahulu
adalah Penyuluhan kesehatan untuk Penyuluhan tentang Kesadaran Lingkungan
yang bersih.

B. Rencana Program
Dari urutan pada skala prioritas diperoleh Penyuluhan kesehatan
Kesadaran Lingkungan yang bersih memperoleh skor tertinggi, artinya
kegiatan itu yang dipilih menjadi Rencana Program.
Penyuluhan masyarakat tentang Kesadaran Lingkungan yang bersih
dilakukan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Penyuluhan tentang cuci tangan yang benar.
2. Penyuluhan tentang pentingnya penggunaan jamban yang sehat.
3. Gotong royong (kerja bakti) memberantas tikus.
4. Penyuluhan tentang pengelolaan sampah.
5. Gotong royong (kerja bakti) membersihkan selokan dan perumahan masing-
masing
6. Gotong royong (kerja bakti) pembuatan jamban sehat dan saluran air
pembuangan limbah domestik.
Rincian kegiatan dapat dilihat dalam tabel Rencana Kegiatan sebagai
berikut:
13

Tabel : Rencana Kerja Penyuluhan Kesehatan di Desa Bantaran

No Kegiatan Sasaran/ target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan


tujuan Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan pelaksana pelaksanaan
1 Penyuluhan 300 orang yang 80% dari 100 3 x setahun 1. Menyiapkan materi Di Balai Desa Dokter 1. Minggu I Fasilias
tentang cuci mengungsi ke KK Desa penyuluhan Bantaran puskesmas dan persiapan pertemuan
tangan yang Balai Desa Bantaran 2. Mengajak warga tenaga medis materi
benar untuk bersama-sama lainnya. 2. Minggu II Sound system
menyiapkan
berlatih cuci tangan sasaran
yang benar 3. Minggu III – LCD/OHP
VI
pelaksanaan Alat peraga
penyuluhan
Penerjemah
bahasa daerah
2. Penyuluhan 10% masyarakat 10% 1x 1. Menyiapkan materi Di Balai Desa 1. Dikomadani Dilaksanakan Fasilias
tentang yang memiliki masyarakat sosialisasi penyuluhan Bantaran Kepala setelah pertemuan
pentingnya jamban namunn yang memiliki dan 2. Penjelasan tentang namun lebih Puskesmas sosialisasi/
penggunaan tidak jamban diteruskan pentingnya difokuskan penyuluhan Sound system
2. Dibantu
jamban yang memanfaatkannya. namunn tidak secara rutin penggunaan jamban pada 10% tentang
sehat memanfaatkan- yang sehat masyarakat Petugas makanan yang LCD/OHP
nya. 3. Penggerakan yang memiliki sanitasi dan bergizi
masyarakat jamban kesehatan Penerjemah
4. Pengawasan namunn tidak lingkungan Dilakukan bahasa daerah
5. Evaluasi memanfaatkan- dalam sehari
nya. (minggu I, hari
minggu)
14

3. Gotong Mengumpulkan 90 % rumah 3 x gotong 1. Pengorganisasian Di masing- 3. Dikomadani Dilaksanakan Sarana


royong dan membunuh yang dimiliki royong dan Tokoh masyarakat masing rumah Kepala setelah komunikasi –
memberantas tikus yang berhasil Kepala diteruskan 2. Penjelasan kegiatan penduduk dan Puskesmas sosialisasi/ telepon/hp
tikus di tangkap di Keluarga (KK) secara rutin 3. Penggerakan tempat penyuluhan
4. Dibantu
masing-masing dan tempat masyarakat pengungsian tentang Alat tulis kantor
rumah penduduk pengungsian. 4. Pengawasan yang terdapat Petugas pentingnya (ATK)
dan tempat 5. Evaluasi feses tikus dan sanitasi, penggunaan
pengungsian tempat tinggal kesehatan jamban. Perangkap tikus
tikus (lubang, lingkungan, dan alat lainnya.
tumpukan kayu dan tokoh Dilakukan
dan selokan). masyarakat dalam sehari
(minggu I,
5. Dilaksanakan
minggu II, dan
bersama minggu III pada
masyarakat hari minggu)
(KK) 1. Jam 07.00-
08.00
Pengumpulan
warga dan
penjelasan
kegiatan
2. Jam 08.00-
10.00
Memasang
perangkap
tikus
3. Evaluasi
dilakukan
pada minggu
berikutnya
(bersamaan
dengan
evaluasi
genangan air)
15

tentang
jumlah tikus
yang
tertangkap

4. Penyuluhan 80% masyarakat 80% 1x 1. Menyiapkan materi Di Balai Desa 1. Dipimpin Dilaksanakan Fasilias
tentang yang masih masyarakat sosialisasi penyuluhan Bantaran Dokter setelah gotong pertemuan
pengelolaan membuang sampah yang masih dan 2. Penjelasan tentang namun lebih Puskesmas royong
sampah di sungai.. membuang diteruskan pentingnya difokuskan memberantas Sound system
2. Dibantu
sampah di secara rutin pengelolaan sampah pada 80% tikus
sungai.. dan himbauan untuk masyarakat Petugas Alat peraga
tidak membuang yang masih sanitasi, Dilakukan
sampah ke sungai membuang Dinas dalam sehari Penerjemah
3. Penggerakan sampah di Kebersihan, (minggu I, hari bahasa daerah
masyarakat sungai. dan kesehatan minggu)
4. Pengawasan lingkungan
5. Evaluasi
16

5. Gotong Mengurangi 90 % lahan 3 x gotong 1. Pengorganisasian Di lokasi banjir 1. Dikomadani Dilaksanakan Sarana
royong genangan air yang dimiliki royong dan Tokoh masyarakat Kepala bersamaan komunikasi –
membersih- Kepala diteruskan 2. Penggerakan Puskesmas dengan telepon/hp
kan selokan Keluarga (KK) secara rutin pemberantasan
masyarakat 2. Dibantu TNI,
dan bebas genangan tikus. Alat tulis kantor
perumahan air. 3. Pengawasan Dinas (ATK)
masing- 4. Evaluasi Kebersihan, Dilakukan
masing dan tokoh dalam sehari Perangkat
masyarakat (minggu I, membersihkan
3. Dilaksanakan minggu II, dan selokan dari
bersama minggu III pada sampah seperti
hari minggu) pacul
masyarakat
(KK)
6. Gotong 30% KK yang 30% KK yang 1 x gotong 1. Pengorganisasian Di rumah 1. Dikomadani Dilaksanakan Sarana
royong belum memiliki belum memiliki royong Tokoh masyarakat penduduk Dokter setelah banjir komunikasi –
pembuatan jamban sehat dan jamban sehat 2. Penggerakan belum memiliki Puskesmas surut dan gotong telepon/hp
jamban sehat semua penduduk dan semua jamban sehat royong
masyarakat 2. Dibantu
dan saluran yang belum penduduk yang dan di semua membersihkan Alat tulis kantor
air memiliki saluran belum memiliki 3. Pengawasan rumah Petugas selokan (ATK)
pembuangan air pembuangan saluran air 4. Evaluasi penduduk yang sanitasi,
limbah limbah domestik pembuangan belum memiliki Dinas Tata Dilakukan Perangkat
domestik limbah saluran Ruang, dan dalam satu pembuatan
domestik pembuangan kesehatan bulan (dimulai jamban sehat dan
yang definitif lingkungan pada minggu IV saluran air
pada hari pembuangan
3. Dilaksanakan
minggu) limbah domestik
bersama
masyarakat
(KK) dan
tukang
bangunan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air
yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi
apabila meluapnya air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya.
Banjir merupakan ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak
merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi.
Penyakit-penyakit menular yang berbahaya sehubungan dengan banjir seperti
diare, demam berdarah, ispa, leptospira, dan penyakit kulit. Penyakit Diare sangat
erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada saat banjir,
sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur
dangkal, akan ikut tercemar.
Melalui kegiatan penyuluhan, masyarakat dapat mengetahui informasi
penyakit apa saja yang bisa disebabkan oleh banjir dan semakin peduli terhadap
lingkungan sekitar agar tidak membuang sampah sembarangan dan saling gotong
royong untuk membersihkan lingkungan.

B. Saran
1. Melakukan upaya penyuluhan kesehatan guna memberikan pengetahuan
terhadap dampak/ penyakit seperti diare, DBD, penyakit kulit dan lain lain
yang di terima ketika masyarakat membuang sampah sembarangan.
2. Melakukan kerjasama lintas sektoral yaitu untuk upaya membantu
masyarakat yang terkena banjir dan mendapatkan gizi yang cukup pada
tempat penampungan serta membangun sarana saluran pembuangan agar
air dari limbah tidak meluap dan tidak menyebabkan banjir.

17
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2018. Badan Nasional Penanggulangan Bencana:


https://www.bnpb.go.id/home/definisi.html diakses pada tanggal 17 April
2018 pukul 18.00 WIB.

Gultom, Agustina Boru. 2012. Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap


kesiapsiagaan tenaga kesehatan puskesmas kampung baru menghadapi
bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun. Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Rahayu, D. 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: Pusat Mitigasi


Bencana (PMB-ITB).

Suryani, Anih Sri. 2013. Mewaspadai Potensi Penyakit Pascabanjir. Jurnal


Kesejahteraan Sosial; Vol. V, No. 03/I/P3DI/Februari/2013.

UNESCO.2007. Petunjuk Praktis Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan


Banjir. Jakarta.

Yayasan IDEP. 2007. Tsunami Kisah Tentang Kemandirian Masyarakat Saat


Menghadapi Bencana. Jakarta: Yayasan IDEP.

18

Anda mungkin juga menyukai