Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP RESIKO


BENCANA TSUNAMI DI KELURAHAN PATETEN
DUA KECAMATAN AERTEMBAGA
KOTA BITUNG

RIZZA ANDRIANI MANDANUSA


16011104011

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO 2020
SKRIPSI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP RESIKO


BENCANA TSUNAMI DI KELURAHAN PATETEN
DUA KECAMATAN AERTEMBAGA
KOTA BITUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

RIZZA ANDRIANI MANDANUSA


16011104011

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO 2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rizza Andriani Mandanusa


NIM : 16011104011
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar - benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan /
pikiran orang lain, saya akui sebagai hasil tulisan / pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Manado, 2020
Rizza Andriani Mandanusa

Materai
6000

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Rizza Andriani Mandanusa


NRI : 16011104011
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Resiko Bencana
Tsunami Di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.
DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : dr. Carla F. Kairupan, PhD (………………….)
Anggota 1 : Ns. Hendro Joli Bidjuni, M.Kes (………………….)
Anggota 2 : dr. Jimmy Franky Rumampuk, M.Kes, AIFO (………………….)
Anggota 3 : Ns. Muhammad Nurmansyah, M.Kep (………………….)

Ditetapkan di Manado
Tanggal, 2020
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kedokteran Koordinator Program Studi Ilmu
Universitas Sam Ratulangi Manado Keperawatan FK UNSRAT Manado

Dr. dr. Billy J. Kepel, MMedSc Ns. Sefty Rompas, S.Kep, M.Kes
NIP. 196606181996011001 NIP. 198209122008122001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan
penyertaan –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini
dengan judul “Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Resiko Bencana Tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan tugas akhir ini:
1. Prof. Dr. Ir. Ellen Joan Kumaat, M.Sc, DEA, selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado
2. Dr. dr. Billy J. Kepel, MMedSc, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
3. Ns. Sefty Rompas, S.Kep, M.Kes sebagai koordinator Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
4. dr. Jimmy Franky Rumampuk, M.Kes, AIFO, selaku dosen pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini
5. Ns. Muhammad Nurmansyah, M.Kep, sebagai pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengelola Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah memberikan dan
mempersiapkan bekal pengetahuan selama mengikuti pendidikan
7. Anggota keluarga Mandanusa – Hadi yang terus memberi dukungan doa, daya,
dan materi sehingga penulis menjadi termotivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini
8. Seluruh pihak yang telah mendukung dan terus memberi semangat agar dapat
menyelesaikan skripsi ini

iv
Kami mengakui bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kelemahan
dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan.

Manado, 2020

Penulis

v
ABSTRAK

Nama : Rizza Andriani Mandanusa


Tahun : 2020
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Resiko Bencana
Tsunami Di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung, Skripsi, Dibimbing Oleh: 1.
Jimmy Franky Rumampuk, 2. Muhammad Nurmansyah

xii + 65 halaman + 4 tabel + 2 bagan + 9 lampiran

Indonesia merupakan negara yang rentan terkena bencana geologi seperti bencana
tsunami, tanah longsor, banjir dan lain sebagainya. Dalam menghadapi resiko
bencana tersebut, diperlukan upaya kesiapsiagaan bencana dari semua pihak agar
dapat meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan. Peningkatan kesiapsiagaan
dilakukan dengan memperhatikan faktor - faktor yang menjadi dasar dalam
kesiapsiagaan bencana, yaitu pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan, rencana
tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Faktor -
faktor kesiapsiagaan tersebut diyakini bahwa dapat mempengaruhi kesiapsiagaan
seseorang.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapsiagaan
masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Metode penelitian ini menggunakan desain
penelitian analisis korelasi, dengan pendekatan cross sectional study. Sampel
penelitian menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel
dengan jumlah sebanyak 104 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan (p = 0,411); tidak ada
hubungan antara kebijakan dan panduan dengan kesiapsiagaan (p = 0,348); tidak
ada hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan (p = 0,739); ada hubungan
antara rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan (p = 0,000); ada hubungan
antara sistem peringatan bencana dengan kesiapsiagaan (p = 0,000); ada hubungan
antara mobilisasi sumber daya (p = 0,000). Kesimpulan dapat digunakan sebagai
evaluasi bagi pemrintah daerah dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

Kata Kunci : Kesiapsiagaan, Bencana, Tsunami


Daftar Pustaka: 13 Buku (2006 – 2020), 19 Jurnal (2011 – 2020), 11 Artikel (2011
– 2020)

vi
ABSTRACT

Name : Rizza Andriani Mandanusa


Year : 2020
Study Program : Nursing Bachelor Unsrat
Title : The community Preparedness towards Tsunami Disaster Risk
in Pateten Dua Subdistrict, Aertembaga District, Bitung City,
Thesis, Supervised by: 1. Jimmy Franky Rumampuk, 2.
Muhammad Nurmansyah

xii + 65 pages + 4 tables+ 2 charts + 9 appendix

Indonesia as a country is liable to geological disasters such as tsunami, landslides,


floods, etc. In order to face the risks of these disasters, preparation for disasters is
needed from all parties involved in a community in order to minimize the impact that
might be resulted from disasters. The improvement of preparedness of the community can
be done by paying more attention to factors that are fundamental in the preparation of
disasters, such as have knowledge, attitude, policy and guideline, emergency response
planning, disaster warning systems, and resource mobilization. It is believed that these
five factors of preparedness could affect preparedness individually, that these factors
could be related to preparedness. The purpose of this study was to determine the
community preparedness towards the risk of a tsunami disaster in Pateten Dua Sub-
District of Aertembaga, Bitung City. The method used was the correlation analysis
research design with a cross-sectional study approach. The samples of this research
consisted of 104 respondents and were picked using purposive sampling method. The
result of this study shows that there is no correlation between knowledge and
preparedness with (p = 0,4110); no correlation either for policy and preparedness
guideline ( p = 0,3480); no correlation between attitude and preparedness (p = 0,739);
meanwhile, there is a correlation between emergency response planning with
preparedness (p = 0,000); there is also a correlation between disaster warning system
and preparedness (p = 0,000); and a correlation between resource mobilization and
preparedness (p = 0,000). This research concludes that it can be used as an evaluation
for the local government to improve their community’s preparedness.

Key Words : Preparedness, Disaster, Tsunami.


Biography : 13 Books (2006 – 2020), 19 Journal (2011 – 2020), 11 Article (2011 –
2020)

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5


2.1 Kesiapsiagaan ....................................................................................... 5
2.2 Bencana ................................................................................................ 10
2.3 Tsunami ................................................................................................ 11

BAB 3 KERANGKA KERJA PENELITIAN ............................................. 17


3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 17
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 18
3.3 Definisi Operasional............................................................................. 18

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24


4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 24
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 24

viii
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 24
4.4 Instrumen Penelitian............................................................................. 26
4.5 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 27
4.6 Pengolahan Data................................................................................... 29
4.7 Analisa Data ......................................................................................... 29
4.8 Etika Penelitian .................................................................................... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 32


5.1 . Gambaran Umum Tempat Penelitian................................................. 32
5.2 . Karakteristik Responden .................................................................... 32
5.3 . Analisis Univariat .............................................................................. 34
5.4 . Analisis Bivariat................................................................................. 36

BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 41


6.1 . Karakteristik Responden .................................................................... 41
6.2 . Analisis Univariat .............................................................................. 44
6.3 . Analisis Bivariat................................................................................. 50
6.4 . Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 57

BAB 7 KESIMPULAN .................................................................................. 59


7.1 . Kesimpulan ........................................................................................ 59
7.2 . Saran .................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61


LAMPIRAN .................................................................................................... 67

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 18


Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung ............................................ 33
Tabel 5.2 Analisa univariat variabel pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber
daya dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung ........ 35
Tabel 5.3 Analisa bivariat variabel pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi
sumber daya dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana
tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung
......................................................................................................... 36

x
DAFTAR SKEMA

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis ......................................................................... 16


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 17

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian
Lampiran 5. Informed Consent Penelitian
Lampiran 6. Kuesioner Faktor Kesiapsiagaan
Lampiran 7. Kuesioner Kesiapsiagaan terhadap Bencana Tsunami
Lampiran 8. Master Tabel Penelitian
Lampiran 9. Hasil Analisis Data
Lampiran 10. Riwayat Hidup

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses dari manajemen bencana untuk
meningkatkan pengurangan resiko bencana yang bersifat pro-aktif sebelum
terjadinya bencana (Sopaheluwakan, 2006). Bencana merupakan rangkaian
peristiwa yang dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi manusia sehingga
diperlukan suatu proses berkelanjutan untuk meningkatkan langkah – langkah
observasi yang berhubungan dengan kesiapsiagaan (Riadi, 2018). Indonesia
termasuk negara yang beresiko terkena bencana alam karena terletak diantara tiga
lempeng tektonik, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng Hindia –
Australia yang dapat menyebabkan bencana geologi seperti tsunami (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2017).

Tsunami merupakan salah satu bencana yang memiliki dampak terbesar kedua
setelah gempa bumi (Triyono et.al., 2014). Sekitar 227.898 korban tewas dan
hilang serta 1,7 juta orang kehilangan tempat tinggal di 15 negara pada tsunami
yang terjadi di Samudra Hindia tahun 2004 (United States Geological Survey’s,
2012). Tsunami Jepang tahun 2011 menyebabkan 19.300 korban tewas dan hilang
serta runtuhnya tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir yang menyebabkan
lebih dari 7.000 penduduk harus mengungsi (Iswara, 2020). Tsunami juga
menyebabkan korban meninggal sebanyak 2.685 orang di kota Palu pada tahun
2018, rumah – rumah penduduk rusak bahkan hilang dan juga menyebabkan
kerusakan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2019). Di Sulawesi Utara sendiri, tidak ada
catatan mengenai tsunami yang pernah terjadi selama 2 dekade (BMKG, 2019).
Namun, pada tahun 2019, terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR yang menyebabkan
gelombang laut naik setinggi 0.60 m dan membuat beberapa tempat yang ada di
Sulawesi Utara menjadi level siaga, salah satunya kota Bitung (BMKG, 2020).

1
2

Kota Bitung terletak di pesisir timur Provinsi Sulawesi Utara dan termasuk dalam
kota yang rawan dilanda bencana geologi seperti bencana tsunami (Sriyanto et al.,
2019). Hal ini disebabkan karena lokasi Kota Bitung yang terletak diantara 3
lempengan tektonik, yaitu lempengan Sangihe, lempengan Maluku, dan
lempengan Halmahera yang menjadi penyebab utama gempa, bahkan tsunami
(Himpunan Mahasiswa Geologi Universitas Gajah Mada, 2015). Oleh sebab itu,
diperlukan adanya upaya kesiapsiagaan sehingga dapat membangun kesadaran
dan kewaspadaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tsunami di Kota
Bitung (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2019).

Pemerintah Kota Bitung bekerjasama dengan organisasi Badan Penanggulangan


Bencana Daerah dalam merealisasikan upaya kesiapsiagaan terhadap daerah yang
rawan bencana tsunami seperti pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan serta
pemasangan rambu peringatan daerah rawan bencana tsunami, jalur evakuasi, dan
titik kumpul. Upaya kesiapsiagaan dilakukan berdasarkan faktor - faktor
kesiapsiagaan, yaitu pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap
darurat, sistem peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya (Sopaheluakan,
2006). Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung, salah satu
daerah yang rawan terkena bencana tsunami adalah Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.

Kelurahan Pateten Dua menjadi salah satu daerah yang berisiko karena memiliki
wilayah yang berbatasan langsung dengan laut atau selat lembeh, yang terletak
tidak jauh dari tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Sangihe, lempeng Maluku,
dan lempeng Halmahera. Alasan lain yang menjadikan daerah ini beresiko dan
memerlukan tindakan kesiapsiagaan yang cukup adalah jumlah masyarakat yang
tinggal di daerah tersebut yang tidak sedikit. Menurut Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Bitung, masyarakat merupakan korban potensial di daerah
resiko bencana sehingga masyarakat dituntut untuk bisa melakukan upaya
kesiapsiagaan secara mandiri agar dapat menghindari jatuhnya korban jiwa,
kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat.
3

Berdasarkan data yang ada dan fenomena yang ditemui, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Resiko
Bencana Tsunami Di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota
Bitung”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana kesiapsiagaan
masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.

1.3.2 Tujuan khusus


a. Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam hal
pengetahuan masyarakat.
b. Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam hal sikap
masyarakat.
c. Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam hal kebijakan
dan panduan.
d. Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam hal rencana
tanggap darurat.
e. Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam hal sistem
peringatan bencana.
4

f. Diketahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di


Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam hal mobilisasi
sumber daya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa ilmu
keperawatan yang memiliki minat yang sama dan dalam hal penelitian.

1.4.2 Manfaat aplikatif


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung dalam menghadapi
resiko bencana tsunami.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam kesiapsiagaan masyarakat menghadapi resiko bencana yang akan terjadi.

1.4.4 Manfaat bagi keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi resiko bencana yang akan terjadi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesiapsiagaan
2.1.1 Definisi
Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan kesiapsiagaan sebagai suatu
keadaan siap untuk digunakan atau bertindak. Triyono (2014) mengatakan bahwa
kesiapsiagaan adalah tindakan – tindakan yang memungkinkan pemerintah,
organisasi – organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu
menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Sedangkan Undang
– undang No 24 Tahun 2007 mengartikan bencana sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna (Triyono et.al., 2014).

Menurut International Federation of Redcross and Red Cresent Societies (IFRC),


kesiapsiagaan adalah suatu kegiatan yang membuat perencanaan dalam
menghadapi bencana. Perencanaan haruslah dibuat secara efektif, realistis dan
terkoordinasi agar dapat memaksimalkan seluruh peran aspek masyarakat, rumah
tangga dan komunitas siaga bencana. Kegiatan kesiapsiagaan bertujuan untuk
mencegah situasi buruk dan bertujuan agar banyak kehidupan yang selamat dan
dapat membantu korban untuk kembali ke kehidupan semula setelah terjadinya
bencana dalam waktu yang singkat (Triyono, 2014). Dari defenisi yang telah
dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan adalah suatu
tindakan perencanaan agar seluruh masyarakat dapat menanggapi bencana melalui
langkah yang cepat dan tepat.

Menurut Triyono et.al (2014), dalam melaksanakan kegiatan kesiapsiagaan,


terdapat beberapa parameter yang menjadi acuan dalam upaya kesiapsiagaan,
yaitu:
a. Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan.

5
6

Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian


masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
b. Parameter kedua adalah kebijakan dan panduan. Kebijakan merupakan upaya
konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan dituangkan dalam
berbagai bentuk, tetapi lebih bermakna jika dicantumkan dalam peraturan –
peraturan seperti surat keputusan (SK), atau Peraturan daerah (Perda) yang
disertai dengan tugas pokok dan fungsinya.
c. Parameter ketiga adalah rencana untuk keadaan darurat. Rencana ini menjadi
bagian penting dalam kesiapsiagaan, terutama berkaitan dengan evakuasi,
pertolongan dan penyelamatan, agar korban dapat diminimalkan.
d. Parameter keempat adalah sistem peringatan bencana gempa bumi – tsunami.
Sistem ini meliputi peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana.
Dengan peringatan bencana, masyarakat dapat mengurangi korban jiwa, harta
benda dan kerusakan lingkungan dengan langkah yang tepat.
e. Parameter kelima adalah mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang tersedia,
baik sumber daya manusia, pendanaan, sarana dan pra sarana sangat penting bagi
keadaan – keadaan darurat yang merupakan potensi yang dapat mendukung
kegiatan kesiapsiagaan.

Menurut Triyono (2014), parameter kesiapsiagaan digunakan dalam pengukuran


setiap parameter yang ada. Parameter pengetahuan dan sikap dapat dilihat dari
pemahaman tentang bencana alam, pemahaman tentang kerentanan lingkungan,
pemahaman tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas – fasilitas penting
untuk keadaan darurat bencana, serta sikap dan kepedulian terhadap resiko
bencana.

Parameter kebijakan dan panduan dilihat dari jenis – jenis kebijakan


kesiapsiagaan yang dilakukan seperti adanya organisasi pengelola bencana,
rencana aksi untuk tanggap darurat, sistem peringatan bencana, pendidikan
masyarakat dan alokasi dana. Peraturan – peraturan seperti Perda dan SK dari
pemerintah juga diperlukan untuk melihat kebijakan dan panduan yang relevan
dari pemerintah (Triyono et.al.,2014).
7

Parameter rencana tanggap darurat meliputi rencana evakuasi, termasuk lokasi


dan tempat evakuasi, peta, jalur, dan rambu - rambu evakuasi; posko bencana dan
prosedur tetap pelaksanaan; rencana pertolongan pertama, penyelamatan,
keselamatan dan keamanan ketika terjadi bencana; rencana pemenuhan kebutuhan
dasar, termasuk makanan dan minuman, pakaian, tempat/pengungsian, air bersih,
MCK dan sanitasi lingkungan, rencana pemenuhan kesehatan, dan rencana
tentang informasi tentang bencana dan korban; peralatan dan perlengkapan
evakuasi; nomor – nomor fasilitas penting untuk keadaan darurat (rumah
sakit/posko kesehatan, pemadam kebakaran, PDAM, Telkom, PLN, pelabuhan,
bandara), latihan dan simulasi evakuasi (Triyono et.al, 2014).

Parameter sistem peringatan bencana dilihat dari sistem peringatan bencana secara
tradisional yang telah berkembang atau berlaku secara turun – temurun dalam
kesepakatan lokal, sistem peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber
dari pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda peringatan, penyebaran
informasi peringatan dan mekanisme (Triyono et.al., 2014).

Parameter mobilisasi sumber daya terdiri dari pengaturan kelembagaan dan sistem
komando; sumber daya manusia, termasuk ketersediaan personil dan relawan,
keterampilan dan keahlian; bimbingan teknis, penyediaan bahan dan materi
kesiapsiagaan bencana alam; mobilisasi dana; koordinasi dan komunikasi antar
stakeholder yang terlibat dalam kesiapsiagaan bencana; pemantauan dan evaluasi
kegiatan kesiapsiagaan bencana (Triyono et.al.,2014).

2.1.2 Faktor – faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan


Kesiapsiagaan merupakan suatu proses manajemen, upaya, dan kegiatan yang
dilakukan secara cepat dan tepat pada situasi terjadi bencana dan segera setelah
bencana. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko/dampak bencana
alam, termasuk korban jiwa, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Dalam meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, terdapat faktor - faktor
yang dapat memengaruhi kesiapsiagaan bencana, yaitu:
8

a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor utama dalam kesiapsiagaan. Pengetahuan tentang
bencana pada seseorang dapat dilihat dari pemahaman orang tersebut mengenai
kondisi dimana orang itu tinggal. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah
kondisi tempat atau wilayah yang berpotensi untuk terjadi bencana dan dampak
yang mungkin ditimbulkan (Nurchayat, 2014).

b. Sikap
Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi orang tersebut dalam
membentuk sikap dan kepedulian untuk siap siaga terhadap suatu resiko bencana.
Setiap orang perlu mengetahui tindakan yang akan dilakukan ketika terjadi
bencana dan bagaimana cara penanggulangan bencana tersebut. Hal ini sangat
diperlukan agar setiap orang dapat merespon bencana dengan cepat dan tepat
(Nurchayat, 2014).

c. Kebijakan dan panduan


Dalam masyarakat, khususnya didalam suatu keluarga, diperlukan kebijakan –
kebijakaan seperti harus mengevakuasi diri kemana jika terjadi bencana,
pembagian tugas dan tanggungjawab terhadap hal yang diperlukan atau
diselamatkan ketika terjadi bencana, serta kebijakan dalam mengikuti pelatihan –
pelatihan upaya kesiapsiagaan agar mendapatkan panduan – panduan dari instansi
terkait mengenai hal – hal yang harus dilakukan ketika terjadi bencana
(Nurchayat, 2014).

d. Rencana untuk keadaan darurat bencana


Ketika suatu wilayah dikatakan bersiko untuk terjadi suatu bencana, setiap orang
diharapkan sudah membuat perencanaan mengenai tindakan – tindakan yang
harus dilakukan apabila bencana itu terjadi. Evakuasi, pertolongan, dan
penyelamatan harus bisa dilakukan secara mandiri terlebih dahulu agar dapat
meminimalisir korban – korban bencana. Setiap keluarga yang ada di masyarakat
perlu berpartisipasi dalam penyusunan rencana tanggap darurat dan diharapkan
9

setiap keluarga dapat memiliki peran dan tanggungjawab dalam upaya tanggap
darurat (Nurchayat, 2014).

e. Sistem peringatan bencana


Sistem peringatan bencana merupakan tanda peringatan dan informasi akan
terjadinya bencana di suatu wilayah. Dengan adanya sistem peringatan dini,
masyarakat dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan guna menghindari
jatuhnya korban jiwa. Pada jaman dahulu, masyarakat membuat tanda peringatan
bahaya dengan kentongan atau lonceng. Namun, pada jaman sekarang,
masyarakat lebih dimudahkan lagi dengan tanda peringatan seperti sirine yang
dipasang oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah disetiap sudut wilayah dan
juga informasi – informasi yang bisa didapatkan dengan mudah melalui berita
atau sosial media (Nurchayat, 2014).

f. Mobilisasi sumber daya


Pendanaan, sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
hal yang sangat penting untuk keadaan darurat. Dalam masa pra bencana, sumber
daya manusia perlu ditingkatkan dengan membentuk tim tanggap darurat. Tim
tanggap darurat ini diperlukan untuk membantu masyarakat dalam upaya
peningkatan kesiapsiagaan, seperti membuat edukasi tentang kesiapsiagaan
bencana dan membantu masyarakat untuk mengevakuasi diri mereka ke tempat
yang lebih aman (Nurchayat, 2014).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012) tentang Faktor – Faktor yang
Memengaruhi Kesiapsiagaan Bencana di RSUDZA Banda Aceh, perawat yang
ada di RSUDZA Banda Aceh tersebut memiliki pengetahuan tentang dampak
suatu bencana dan mengetahui sikap yang harus diambil ketika bencana terjadi,
mengetahui tentang kebijakan dan panduan rumah sakit yang harus memiliki tim
siaga bencana dengan tepat dan efektif, mengetahui rencana keadaan gawat
darurat dengan membangun yang dirancang tahan gempa atau runtuhan saat
bencana terjadi. Perawat juga mengetahui alat yang menandakan adanya suatu
bencana seperti alarm dan juga mengetahui adanya mobilisasi sumber daya rumah
10

sakit yang bekerja sama dengan organisasi – organisasi yang menangani bencana
serta adanya tim penanganan bencana di rumah sakit yang terlatih.

2.2 Bencana
2.2.1 Definisi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, bencana adalah sesuatu yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan. Bencana adalah kejadian
mendadak, seperti kecelakaan atau bencana alam yang menyebabkan kerusakan
besar atau kematian. Bencana adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan
bahaya besar, kerusakan atau kematian atau kesulitan yang serius (Putri, 2020).

Bencana adalah kejadian yang mengganggu kondisi normal dan menyebabkan


tingkat penderitaan melebihi kapasitas adaptasi komunitas yang terdampak (Putri,
2020). Menurut Undang – undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana, bencana diartikan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, baik oleh faktor alam, faktor
non alam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana menimbulkan dampak yang sangat serius dalam kehidupan manusia


sehingga diperlukan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana
tersebut. Upaya kesiapsiagaan yang dilakukan dalam menghadapi ancaman
bencana antara lain adalah melibatkan diri dalam sosialisasi dan latihan mitigasi
bencana, mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian, memiliki rencana
antisipasi bencana baik dalam diri sendiri maupun dalam keluarga, dan memahami
sistem peringatan dini bencana. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat dan berdaya guna. Kesiapsiagaan sangat bermanfaat
dalam menghadapi berbagai situasi bencana (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, 2017).
11

2.2.2 Klasifikasi Bencana


Bencana dibagi menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana
sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh alam, contohnya
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, kekeringan, tanah longsor dan angin
puting beliung. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan peristiwa non
alam, seperti kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemik dan wabah
penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
manusia seperti konflik sosial antar masyarakat dan antar kelompok, serta teror
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011).

Menurut Larasati (2018), bencana diklasifikasikan menjadi bencana alam


geologis, bencana alam meteorologis atau klimatologis, dan bencana alam
ekstraterestrial. Bencana alam geologis adalah bencana yang terjadi di permukaan
bumi, yaitu gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung meletus. Bencana
alam meteorologis atau klimatologis adalah bencana alam yang terjadi karena
iklim yang ekstrim seperti kekeringan, banjir, dan angin puting beliung. Bencana
alam ekstraterestrial adalah bencana alam yang terjadi dari luar angkasa. Bencana
ini jarang terjadi. Bencana alam esktraterestrial adalah badai matahari dan
hantaman meteor.

2.3 Tsunami
2.3.1 Definisi
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu tsu yang berarti pelabuhan dan
nami yang berarti gelombang laut. Dari istilah tersebut, tsunami diartikan sebagai
gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Tsunami terjadi akibat gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada
kedalaman laut. Misalnya, terjadi gempa di kedalaman laut 7000 meter, maka
kecepatan gelombang tsunami dapat mencapai 942,9 km/jam atau setara dengan
kecepatan pesawat jet (Sugito, 2008).

Tsunami disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gempa bumi di dasar laut,
runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung berapi di laut. Gelombang
12

tsunami memiliki kecepatan yang besar dengan gelombang yang rendah saat di
laut. Akan tetapi, ketika mencapai laut dangkal, teluk atau muara sungai,
kecepatan gelombang tsunami menurun namun ketinggian gelombang meningkat
dan bersifat merusak (Sugito, 2008).

2.3.2 Penyebab Terjadinya Tsunami


Sugito (2008) mengatakan bahwa tsunami dapat terjadi karena bermacam –
macam gangguan (disturbance) berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa
bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau
tumbukan benda langit. Namun, 90% tsunami diakibatkan oleh gempa bumi
dibawah laut. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak secara tiba – tiba
dan mengalami perpindahan secara vertikal. Beberapa penyebab tsunami antara
lain sebagai berikut:
a. Longsoran lempengan bawah laut (undersea landslides). Gerakan besar pada
kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik. Lempeng
samudera yang lebih padat biasanya menunjam masuk ke bawah lempeng benua.
Proses ini dinamakan dengan penunjaman (subduction). Gempa subduksi sangat
efektif membangkitkan gelombang tsunami.
b. Gempa bumi bawah laut (undersea earthquake). Gempa tektonik merupakan
salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika gempa
seperti ini terjadi di bawah laut, maka gelombang tsunami dapat terjadi. Tsunami
akan terjadi apabila gempa berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km),
gempa bumi berkekuatan paling kurang 6,5 SR, gempa bumi dengan pola sesar
naik atau sesar turun. Tidak semua gempa bisa menyebabkan tsunami, tergantung
beberapa faktor utama seperti tipe sesaran (fault type), kemiringan sudut antar
lempeng yang mendekati 90º membuat tsunami semakin efektif untuk terbentuk
(dip angle), dan kedalaman pusat gempa (hypocenter).
c. Aktivitas vulkanik (volcanic activities). Pergeseran lempeng di dasar laut dapat
mengakibatkan gempa dan seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas
vulkanik pada gunung berapi. Demikian pula meletusnya gunung berapi di dasar
samudera dapat menaikkan air dan membangkitkan gelombang tsunami.
13

d. Tumbukan benda luar angkasa (cosmic-body impacts). Tumbukan benda dari


luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut yang datang
dari arah permukaan. Sekalipun begitu, apabila pergerakan lempeng dan tabrakan
dari benda luar angkasa cukup kuat, maka akan menciptakan mega tsunami.

2.3.3 Karakteristik Tsunami


Gelombang tsunami sangat berbeda dari gelombang laut biasa. Gelombang
tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas – samudera
dengan energi yang berkurang sedikit demi sedikit. Tsunami dapat menerjang
wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga ada selisih
waktu beberapa jam hingga gelombang tersebut mencapai garis pantai (Sugito,
2008).

Gelombang tsunami memiliki periode waktu yang cukup bervariasi, mulai dari 2
menit hingga lebih dari 1 jam dan gelombang tsunami memiliki panjang antara
100 – 200 km. Saat masih ditengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak
dan hanya terasa seperti ayunan air saja. Kecepatan tsunami bergantung pada
kedalaman air. Di laut dalam dan terbuka, kecepatannya mencapai 800 – 1000
km/jam dengan ketinggian gelombang yang hanya mencapai 30 – 60 cm saja.
Namun, ketika tsunami memasuki perairan yang lebih dangkal, ketinggian
gelombangnya meningkat dan kecepatannya menurun drastis meskipun energinya
masih dapat menghanyutkan segala benda yang dilaluinya (Sugito, 2008).

Tsunami dapat terjadi akibat adanya pergerakkan lempeng samudera pada sesar
naik (rising) atau turun (sinking). Apabila terjadi sesar naik, maka daerah pantai
akan terjadi banjir terlebih dahulu sebelum gelombang yang lebih besar datang
menerjang. Sebaliknya, jika terjadi sesar turun, maka air di bibir pantai akan surut
sebelum datangnya gelombang tsunami dan surutnya air bisa mencapai 800 meter
menjauhi pantai (Sugito, 2008).

Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayah yang jauh
dari sumber gelombang tsunami berasal. Tsunami selalu bergerak maju ke satu
14

arah dari sumbernya sehingga wilayah yang berada dalam daerah “bayangan”
relatif dalam kondisi aman. Akan tetapi, gelombang ini bisa saja tidak simetris.
Gelombang ke satu arah mungkin lebih kuat dibandingkan kearah lainnya,
tergantung dari peristiwa alam yang memicunya dan kondisi geografis wilayah
sekitarnya (Sugito, 2008).

Tsunami bisa merambat ke segala arah dari sumber asalnya dan bisa melanda
wilayah yang cukup luas, bahkan di daerah belokan, terlindung atau daerah yang
cukup jauh dari sumber asal tsunami. Ada yang disebut tsunami setempat (local
tsunami), yaitu tsunami yang hanya terjadi dan melanda disuatu kawasan yang
terbatas. Hal ini terjadi karena lokasi awal tsunami terletak disuatu wilayah yang
sempit atau tertutup, seperti selat atau danau. Ada juga yang disebut tsunami jauh
(distant tsunami), hal ini karena tsunami bisa melanda wilayah yang sangat luas
dan jauh dari sumber asalnya (Sugito, 2008).

2.3.4 Dampak Bencana Tsunami


Fatma (2017) menjelaskan bahwa bencana alam merupakan peristiwa yang sangat
tidak diharapkan oleh manusia. Bencana alam membawa dampak buruk seperti
kehilangan, kemiskinan, kelaparan, dan kesedihan. Sama halnya dengan bencana
tsunami yang menimbulkan banyak sekali dampak atau kerugian. Beberapa
dampak tsunami antara lain adalah sebagai berikut.
a. Terjadi kerusakan dimana – mana. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan
fisik, baik bangunan maupun non bangunan. Gelombang besar tsunami dapat
menyapu area daratan, baik area pantai maupun daerah – daerah disekitarnya.
Gelombang tsunami yang berkekuatan tinggi dapat meluluh lantakan bangunan,
menyapu pasir atau tanah, merusak perkebunan dan persawahan masyarakat,
merusak tambak dan ladang perikanan, dan lain sebagainya. Kerusakan yang
terjadi menimbulkan banyak kerugian, terutama kerugian material.
b. Menghambat kegiatan perekonomian. Kerusakan dan kehilangan yang terjadi
akibat gelombang tsunami akan melumpuhkan kegiatan perekonomian sampai
beberapa waktu. Tidak hanya itu saja, namun kerugian yang disebabkan oleh
15

tsunami mungkin akan menggantikan kegiatan produksi dan perdagangan dalam


waktu tertentu.
c. Kerugian spiritual. Yang dimaksud kerugian spiritual adalah kerugian yang
tidak berupa harta benda, namun lebih ke jiwa. Contohnya seperti bagaimana
seorang anak kecil akan tabah menjalani hidupnya setelah mengalami bencana
alam yang besar dan juga kehilangan anggota keluarganya dalam bencana
tersebut, maka hal itu akan menimbulkan trauma di jiwa anak kecil tersebut.
Akibatnya, anak tersebut harus menjalani beberapa terapi agar terbebas dari rasa
traumanya. Hal seperti ini tidak hanya dialami oleh anak kecil saja, melainkan
dapat dialami oleh orang dewasa bahkan lanjut usia.
d. Menimbulkan bibit penyakit. Dampak selanjutnya dari bencana alam tsunami
adalah timbulnya bibit penyakit. Ketika gelombang tsunami meluluh lantakkan
daratan, maka yang akan kita temukan adalah benda – benda kotor, jalan yang
berlumpur, dan lain sebagainya. Lingkungan yang tidak bersih akan menimbulkan
banyak sekali bibit penyakit, ditambah dengan jasad – jasad mahkluk hidup yang
meninggal, maka lingkungan akan semakin tidak sehat.

2.3.5 Langkah – langkah yang Dilakukan Sebelum Tsunami Terjadi


Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017), langkah – langkah
yang dilakukan sebelum tsunami terjadi adalah:
a. Mengetahui tanda – tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa
bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh
dari tengah laut, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda –
tanda alam lain)
b. Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami
setelah gempa terjadi
c. Mengevakuasi diri ke tempat yang aman dan berdiam diri di tempat tersebut
sementara waktu setelah gempa bumi besar mengguncang
d. Menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau mengambil
ikan yang terdampar di pantai karena air surut
e. Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan
mengetahui jalur evakuasi tercepat ke tempat yang ama
16

Bencana

Bencana alam Bencana non alam Bencana sosial

Tsunami Penyebab Longsoran bawah laut

Dampak Gempa bumi bawah


laut

Kerusakan
infrastruktur Aktivitas vulkanik

Pertumbuhan Tumbukan benda luar


ekonomi ↓ angkasa

Kesiapsiagaan  Pengetahuan
 Sikap
 Kebijakan dan Panduan
 Rencana Tanggap Darurat
 Sistem Peringatan Bencana
 Mobilisasi Sumber Daya

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara suatu konsep dengan konsep lainnya, atau antara suatu variabel
dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2012).

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap

Kebijakan dan panduan Kesiapsiagaan


menghadapi resiko
Rencana tanggap darurat bencana tsunami

Sistem peringatan
bencana

Mobilisasi sumber daya

Penyebab terjadinya
tsunami, dampak setelah
terjadinya tsunami

Variabel Antara

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang dihubungkan

17
18

Variabel antara

Variabel yang tidak diteliti (variabel antara)

3.2 Variabel Penelitian


Pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber daya merupakan
variabel independen dan kesiapsiagaan menghadapi resiko bencana tsunami merupakan variabel dependen.

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kriteria Hasil Skala
1. Variabel independen: Pemahaman masyarakat Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Pengetahuan tentang pengertian bencana, dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
penyebab terjadinya bencana, berjumlah 4 pertanyaan, melakukan uji
tanda terjadinya suatu menggunakan skala normalitas data yang
bencana serta potensi guttman menunjukkan data
terjadinya bencana di daerah berdistribusi tidak
tempat tinggal masyarakat 0 = tidak normal, sehingga
tersebut. 1 = ya peneliti mencari nilai
19

median sebagai nilai


ukur dan didapatkan
nilai median
≥ 3 = Baik
< 3 = Tidak Baik
2. Variabel independen: Tindakan yang perlu Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Sikap dilakukan untuk dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
mengantisipasi resiko berjumlah 3 pertanyaan, melakukan uji
bencana. menggunakan skala normalitas data yang
guttman menunjukkan data
berdistribusi tidak
0 = tidak normal, sehingga
1 = ya peneliti mencari nilai
median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
≥ 2 = Baik
< 2 = Tidak Baik
3. Variabel independen: Pedoman atau petunjuk yang Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
20

Kebijakan dan diberikan pemerintah kepada dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Panduan keluarga atau masyarakat berjumlah 2 pertanyaan, melakukan uji
dalam mengambil keputusan menggunakan skala normalitas data yang
terhadap kesiapsiagaan guttman menunjukkan data
menghadapi resiko bencana berdistribusi tidak
tsunami. 0 = tidak normal, sehingga
1 = ya peneliti mencari nilai
median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
2 = Baik
<2 = Tidak Baik
4. Variabel independen: Kegiatan yang dilakukan Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Rencana Tanggap untuk mengantisipasi resiko dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Darurat bencana tsunami sehingga berjumlah 17 pertanyaan, melakukan uji
masyarakat dapat mengetahui menggunakan skala normalitas data yang
hal – hal yang harus guttman menunjukkan data
dilakukan agar terhindar dari berdistribusi tidak
bencana tsunami. 0 = tidak normal, sehingga
21

1 = ya peneliti mencari nilai


median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
≥ 15 = Baik
<15= Tidak Baik
5. Variabel independen: Serangkaian sistem yang Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Sistem Peringatan digunakan untuk dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Dini memberitahukan akan terjadi berjumlah 4 pertanyaan, melakukan uji
bencana tsunami. menggunakan skala normalitas data yang
guttman menunjukkan data
berdistribusi tidak
0 = tidak normal, sehingga
1 = ya peneliti mencari nilai
median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
4 = Baik
<4 = Tidak Baik
22

6. Variabel independen: Langkah atau kegiatan yang Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Mobilisasi Sumber dilakukan masyarakat dalam dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Daya upaya peningkatan berjumlah 8 pertanyaan, melakukan uji
kesiapsiagaan. menggunakan skala normalitas data yang
guttman menunjukkan data
berdistribusi tidak
0 = tidak normal, sehingga
1 = ya peneliti mencari nilai
median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
≥ 7 = Baik
<7 = Tidak Baik
7. Variabel dependen: Tindakan yang dilakukan Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Kesiapsiagaan masyarakat dalam dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
menghadapi resiko bencana berjumlah 14 pertanyaan, melakukan uji
tsunami. menggunakan skala likert normalitas data yang
menunjukkan data
1 = Tidak ada / tidak berdistribusi tidak
23

pernah normal, sehingga


2 = Kurang / kadang – peneliti mencari nilai
kadang median sebagai nilai
3 = Cukup / sering ukur dan didapatkan
nilai median
≥ 36 = Siap
<36 = Tidak siap
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat analisis korelasi,
yaitu penelitian yang ditujukan untuk menganalisis hubungan dua variabel atau
lebih dengan pendekatan cross sectional (Setiadi, 2013).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung.

4.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Juni – Juli 2020.

4.3 Populasi dan sampel


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung yang berjumlah 4.132 orang.

4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow, dalam Djafri
dan Nofrianti (2013), sebagai berikut.
( )
( ) ( )

Keterangan:
n = Besar sampel minimum
N = Besar populasi

24
25

Z = Nilai baku distribusi normal untuk α = 0,05 dengan CI 95% (1,96)


P = Proporsi Kejadian (0,5)
d = Besar penyimpangan absolut yang bisa diterima (10% = 0,1)
Jadi, besar sampel minimum pada penelitian ini adalah:
( )
( ) ( )

( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( )
( ) ( )

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 93,83
dibulatkan menjadi 94 orang. Untuk menghindari adanya responden yang drop
out, maka jumlah sampel ditambahkan 10 % dari total sampel, sehingga diperoleh
jumlah sampel sebanyak 104 orang. Sampel di tentukan melalui 2 kriteria sebagai
berikut:

a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat yang tinggal permanen di Kelurahan Pateten Dua
2. Masyarakat yang berusia ≥ 18 tahun
3. Masyarakat yang dapat menggunakan telepon genggam, komputer, atau laptop
4. Masyarakat yang dapat menggunakan internet
5. Masyarakat yang bersedia menjadi responden
26

b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat yang sakit atau mengalami gangguan jiwa
2. Masyarakat yang memiliki kelainan seperti tunanetra, tunawicara, tunarungu,
dan tunadaksa

4.4 Instrumen penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana yaitu pengetahuan, sikap, kebijakan
dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, serta mobilisasi
sumber daya dan kuesioner kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi resiko
bencana tsunami.

4.4.1 Kuesioner Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan


Kuesioner ini digunakan untuk pengukuran variabel independen yaitu variabel
pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem
peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Kuesioner ini pernah digunakan
oleh Damayanti (2015) dalam penelitian kajian kesiapsiagaan individu dan rumah
tangga dalam menghadapi bencana tsunami di Kecamatan Grabag Kabupaten
Purworejo. Kuesioner ini berisi serangkaian pertanyaan tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi resiko bencana
tsunami, yaitu pengetahuan dengan jumlah 4 pertanyaan; sikap dengan jumlah 3
pertanyaan; kebijakan dan panduan dengan jumlah 2 pertanyaan; rencana tanggap
darurat dengan jumlah 17 pertanyaan; sistem peringatan bencana dengan jumlah 4
pertanyaan; mobilisasi sumber daya dengan jumlah 8 pertanyaan. Kuesioner ini
menggunakan skala guttman dengan jawaban “ya” memiliki skor 1 dan jawaban
“tidak” memiliki skor 0, dengan kategori baik dan tidak baik.
27

4.4.2 Kuesioner Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana


Tsunami
Kuesioner ini digunakan untuk pengukuran variabel dependen yaitu variabel
kesiapsiagaan menghadapi resiko bencana tsunami. Kuesioner ini telah diuji
validitas dan reabilitas oleh Wida (2011) dalam penelitian pengaruh pengetahuan,
sikap, dan dukungan anggota keluarga terhadap kesiapsiagaan rumah tangga
dalam menghadapi bencana gempa bumi di Desa Deyah Raya Kecamatan Syiah
Kuala Kota Banda Aceh pada 71 kepala keluarga, didapatkan nilai Cronbach
Alpha 0,894 dan nilai 0,404(Rhitung) > 0,361 (Rtabel) yang berarti kuesioner ini
dinyatakan valid dan reliabel. Menggunakan skala likert, dengan jawaban tidak
ada/tidak pernah memiliki skor 1, kurang/kadang – kadang memiliki skor 2,
cukup/sering memiliki skor 3, dengan kategori siap jika memiliki nilai ≥ 36 dan
tidak siap jika bernilai < 36.

4.5 Prosedur pengumpulan data


4.5.1 Data primer
Data diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

4.5.2 Data sekunder


Data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung.

4.5.3 Prosedur pengambilan data


Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yang telah dibagikan dan diisi oleh responden. Penelitian ini dilakukan dalam dua
tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan:

a Tahap Persiapan
1. Peneliti menemukan fenomena di Kota Bitung.
2. Mengurus surat izin pengambilan data awal dari Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
3. Mengajukan izin ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung
untuk pengambilan data awal.
28

4. Mendapatkan izin dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung


untuk mengambil data awal.
5. Mulai menyusun proposal penelitian.
6. Peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing untuk perbaikan
proposal penelitian.
7. Setelah konsultasi kepada dosen pembimbing untuk perbaikan proposal,
peneliti melaksanakan ujian proposal.

b Tahap Pelaksanaan
1. Setelah tahap persiapan selesai, peneliti melanjutkan ke tahap pelaksanaan.
Dalam tahap ini, peneliti akan melaksanakan penelitian di tempat yang sudah
direkomendasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung,
yaitu Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
2. Mengurus surat izin pengambilan data awal dari Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi untuk melakukan
penelitian di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
3. Mengajukan permohonan izin ke Kepala Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung untuk melakukan penelitian.
4. Mendapat izin dari Kepala Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung.
5. Setelah mendapat izin dari Kepala Kelurahan Pateten Dua, peneliti
menghubungi asisten peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Saat penelitian dilakukan, asisten peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan
maksud, dan tujuan penelitian terlebih dahulu.
7. Jika calon responden sudah memahami dan bersedia untuk menjadi reponden,
maka asisten peneliti akan memberikan link kuesioner online via Whatsapp dan
membimbing responden untuk mengisi kuesioner online. Untuk responden yang
tidak memiliki telepon genggam, cara pengisian kuesioner akan dipandu langsung
oleh asisten peneliti menggunakan telepon genggam yang dimiliki oleh asisten
peneliti.
29

8. Jika sudah mengisi kuesioner online yang diberikan, maka jawaban yang ada
akan langsung masuk di data google form yang dapat diperiksa langsung oleh
peneliti.
9. Setelah pengisian kuesioner selesai, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
responden yang telah bersedia serta meluangkan waktu untuk menjadi responden
melalui asisten peneliti.

4.6 Pengolahan data


Menurut Notoadmojo (2012), pengolahan data dalam sebuah penelitian melalui
beberapa tahap, yaitu:

4.6.1 Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu untuk melihat kelengkapan jawaban yang
sudah diisi.

4.6.2 Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pemberian kode atau
coding pada hasil kuesioner dengan dengan bentuk angka atau bilangan.

4.6.3 Entry
Data yang telah diberikan kode dimasukkan ke dalam program pengolahan data di
komputer untuk diproses lebih lanjut.

4.6.4 Cleaning
Setelah memasukkan data ke dalam program pengolahan data, dilakukan
pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kesalahan pemberian kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.7 Analisa data


Analisis data yang digunakan yaitu analisis data univariat dan analisis bivariat.
30

4.7.1 Analisa univariat


Analisa univariat digunakan untuk menganalisis masing – masing variabel yang
diteliti, yaitu pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap
darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya sebagai variabel
independen, serta kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami
sebagai variabel dependen.

4.7.2 Analisa bivariat


Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji analisis chi
square (X²). Karena pada penelitian ini menggunakan tabel 2x2, maka tidak boleh
ada satu sel saja yang memiliki nilai harapan atau nilai expected count kurang dari
lima. Untuk variabel yang tidak memenuhi syarat uji chi square atau bisa
dikatakan paling tidak memiliki satu sel yang bernilai kurang dari lima (expected
count), maka uji analisis dilanjutkan dengan uji analisis Fisher (Sopiyudin, 2014).
Proses analisis dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kemaknaan
α = 0,05.

4.8 Etika penelitian


Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Etika
penelitian meliputi:

4.8.1 Menghormati harkat dan martabat manusia


Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada responden untuk memilih bersedia
atau tidak bersedia dalam memberikan informasi kepada peneliti melalui lembar
persetujuan (informed consent).

4.8.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan responden


Tidak menampilkan informasi mengenai privasi dan menjaga kerahasiaan dari
subjek yang diteliti.
31

4.8.3 Keadilan dan keterbukaan


Menjelaskan prosedur penelitian kepada semua subjek penelitian dan memastikan
semua subjek penelitian memiliki perlakuan yang sama tanpa membedakan ras,
gender dan sebagainya.

4.8.4 Mempertimbangkan manfaat dan kerugian


Peneliti berusaha agar dapat memberikan manfaat bagi subjek penelitian dan
peneliti berusaha untuk meminimalisir kerugian bagi subjek penelitian.
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


Kelurahan Pateten Dua terletak di Kota Bitung, tepatnya di Kecamatan
Aertembaga. Kelurahan Pateten Dua adalah hasil pemekaran dari Kelurahan
Pateten pada tanggal 31 Agustus 2007 berdasarkan Peraturan Daerah No. 13
Tahun 2007. Kelurahan Pateten Dua memiliki luas wilayah sebesar 25 Ha/m²,
memiliki penduduk sebanyak 4.144 jiwa. Kelurahan Pateten Dua memiliki empat
batas wilayah, yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Ke empat wilayah tersebut
berbatasan langsung dengan kelurahan lainnya, diantaranya Kelurahan
Kekenturan Dua di wilayah Utara, laut / Selat Lembeh di wilayah Selatan,
Kelurahan Pateten Satu dan Kelurahan Pateten Tiga di wilayah Barat, Kelurahan
Winenet Dua di wilayah Timur.

5.2 Karakteristik Responden


Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pateten Dua, Kecamatan Aertembaga, Kota
Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Untuk karakteristik distribusi frekuensi
responden dilihat melalui beberapa aspek, yaitu karakteristik responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Data karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel 5.1. Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui
bahwa usia responden paling banyak adalah 39 sampai 48 tahun dengan frekuensi
47 orang (45,2 %) dan usia responden paling sedikit adalah 69 sampai 78 dengan
frekuensi 1 orang (1,0 %), jenis kelamin responden paling banyak adalah laki laki
dengan frekuensi sebanyak 73 orang (70,2 %) dan jenis kelamin responden paling
sedikit adalah perempuan dengan frekuensi sebanyak 31 orang (29,8 %), latar
belakang pendidikan responden paling banyak adalah SMA dengan frekuensi
sebanyak 67 orang (65,4 %) serta latar pendidikan responden paling sedikit adalah
S2 dan tidak sekolah dengan frekuensi yang sama yaitu masing – masing 1 orang
(1,0 %), latar belakang pekerjaan paling banyak yaitu wiraswasta dengan
frekuensi sebanyak 43 orang (40,4 %) dan latar belakang pekerjaan paling sedikit
adalah pelajar dengan frekuensi sebanyak 7 orang (6,7 %).

32
33

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesiapsiagaan masyarakat


terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota
Bitung bulan Juli 2020 (N = 104 responden)
No. Kategori Frekuensi (n) Persentase %
1. Usia
18 – 28 22 21,1
29 – 38 23 22,1
39 – 48 47 45,2
49 – 58 9 8,7
59 – 68 2 1,9
69 – 78 1 1,0
Total 104 100
2. Jenis Kelamin
Laki – laki 73 70,2
Perempuan 31 29,8
Total 104 100
3. Pendidikan
SD 2 1,9
SMP 17 16,3
SMA 67 65,4
DIPLOMA 6 5,8
S1 9 8,7
S2 1 1,0
Tidak Sekolah 1 1,0
Total 104 100
4. Pekerjaan
Pelajar 7 6,7
Swasta 26 25
Wiraswasta 43 40,4
Ibu rumah tangga 19 19,2
Tidak bekerja / belum
9 8,7
bekerja
34

Total 104 100


Sumber: Data Primer, 2020

5.3 Analisis Univariat


Analisa univariat menampilkan faktor – faktor kesiapsiagaan bencana sekaligus
mengkategorikan faktor – faktor tersebut dalam kategori baik dan tidak baik serta
siap dan tidak siap. Faktor – faktor tersebut meliputi pengetahuan, sikap,
kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana,
mobilisasi sumber daya, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi resiko
bencana tsunami. Analisa univariat faktor – faktor kesiapsiagaan bencana dapat di
tabel 5.2.

Berdasarkan tabel 5.2, diperoleh hasil bahwa faktor pengetahuan dengan kategori
baik memiliki frekuensi sebanyak 82 orang (78,8 %) dan pengetahuan dengan
kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak 22 orang (21,2 %), faktor sikap
dengan kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 95 orang (91,3 %) dan sikap
dengan kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak 9 orang (8,7 %), faktor
kebijakan dan panduan dengan kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 90
orang (86,5 %) serta kebijakan dan panduan dengan kategori tidak baik memiliki
frekuensi sebanyak 14 orang (13,5 %), faktor rencana tanggap darurat dengan
kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 57 orang (54,8 %) dan rencana tanggap
darurat dengan kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak 47 orang (45,2
%), faktor sistem peringatan bencana dengan kategori baik memiliki frekuensi
sebanyak 60 orang (57,7 %) dan sistem peringatan bencana dengan kategori tidak
baik memiliki frekuensi sebanyak 44 orang (42,3 %), faktor mobilisasi sumber
daya dengan kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 53 orang (51,0 %) dan
mobilisasi sumber daya dengan kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak
51 orang (49,0 %), serta kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana
tsunami dengan kategori siap memiliki frekuensi sebanyak 53 orang (51,0 %) dan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami dengan kategori tidak
siap memiliki frekuensi sebanyak 51 orang (49,0 %),
35

Tabel 5.2 Analisa univariat variabel pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung bulan Juli 2020 (N = 104 responden)
No. Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Pengetahuan
Baik 82 78,8
Tidak Baik 22 21,2
Total 104 100
2. Sikap
Baik 95 91,3
Tidak Baik 9 8,7
Total 104 100
3. Kebijakan dan Panduan
Baik 90 86,5
Tidak Baik 14 13,5
Total 104 100
4. Rencana Tanggap
Darurat
Baik 57 54,8
Tidak Baik 47 45,2
Total 104 100
5. Sistem Peringatan
Bencana
Baik 60 57,7
Tidak Baik 44 42,3
Total 104 100
6. Mobilisasi Sumber Daya
Baik 53 51,0
Tidak Baik 51 49,0
Total 104 100
7. Kesiapsiagaan
36

Baik 53 51,0
Tidak Baik 51 49,0
Total 104 100
Sumber: Data Primer, 2020

5.4 Analisis Bivariat


Dalam mencapai tujuan umum penelitian ini, yaitu untuk melihat kesiapsiagaan
masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung, maka dilakukan analisis menggunakan uji
chi-square dengan tabel 2x2 menggunakan analisis komputer. Hasil analisis
bivariate dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Analisis bivariat variabel pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya
dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung bulan Juli 2020 (N = 104 responden)
Siap Tidak siap Nilai p
N % N % OR
Pengetahuan Baik 44 83 38 74,5
Tidak 9 17 13 25,5 ,411 1,396
Baik
Sikap Baik 49 92,4 46 90
Tidak 4 7,6 5 10 ,739 ,915
Baik
Kebijakan Baik 48 53,3 42 46,7
dan Panduan Tidak 5 35,7 9 64,3 ,348 ,698
Baik
Rencana Baik 43 81,1 14 27,4
Tanggap Tidak 10 18,9 37 72,6 ,000 19,608
Darurat Baik
Sistem Baik 40 78,5 20 39,2
,000 ,674
Peringatan Tidak 13 21,5 31 60,8
37

Bencana Baik
Mobilisasi Baik 39 73,6 14 27,4
Sumber Daya Tidak 14 26,4 37 72,6 ,000 ,840
Baik
Total 53 100 51 100
Sumber: Data Primer, 2020

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 82 responden yang memiliki


pengetahuan baik, 44 orang (83 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 38 orang (74,5 %) lainnya berada dalam kategori tidak siap.
Sedangkan dari total 22 responden yang memiliki pengetahuan yang tidak baik, 9
orang (17 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 13
orang (25,5 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap. Nilai p
value dalam analisa bivariat antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan adalah
0,411, yang berarti lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dengan kata lain tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana
tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 95 responden yang memiliki sikap baik,
49 orang (92,4 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dan
46 orang (90 %) lainnya berada dalam kategori tidak siap. Sedangkan dari total 9
responden yang memiliki sikap yang tidak baik, 4 orang (7,6 %) diantaranya
memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 5 orang (10 %) lainnya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap. Pada variabel sikap, dilakukan analisis
uji chi-square dan hasilnya tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai expected
count kurang dari 5 sebesar 50 % melebihi batas maksimum 20 % sehingga uji
analisis dilanjutkan dengan uji Fisher menggunakan program analisis komputer.
Nilai p value dalam analisa bivariat antara sikap dengan kesiapsiagaan adalah
0,739, yang berarti lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan terhadap resiko
bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
38

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 90 responden yang memiliki kebijakan
dan panduan baik, 48 orang (53,3 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 42 orang (46,7 %) lainnya berada dalam kategori tidak siap.
Sedangkan dari total 14 responden yang memiliki kebijakan dan panduan yang
tidak baik, 5 orang (35,7 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori
siap dan 9 orang (64,3 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak
siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan hubungan antara
kedua variabel merupakan hasil akhir dari analisis menggunakan uji chi-square
yang dibaca melalui kolom continuity correction, dengan nilai asymp.sig.(2-sided)
sebesar 0,348. Ini berarti nilai p value (0,348) lebih besar dari nilai α (0,05),
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebijakan dan
panduan dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 55 responden yang memiliki rencana
tanggap darurat yang baik, 43 orang (75,4 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan
dalam kategori siap dan 14 orang (24,6 %) lainnya berada dalam kategori tidak
siap. Sedangkan dari total 45 responden yang memiliki rencana tanggap darurat
yang tidak baik, 10 orang (21,3 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 37 orang (78,7 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori tidak siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan
hubungan antara kedua variabel merupakan hasil akhir dari analisis menggunakan
uji chi-square yang dibaca melalui kolom continuity correction, dengan nilai
asymp.sig.(2-sided) sebesar 0,000. Ini berarti nilai p value (0,000) lebih kecil dari
nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara rencana
tanggap darurat dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Pada hasil tersebut
juga didapatkan bahwa nilai odds ratio sebesar 19,608 yang berarti masyarakat
yang memiliki rencana tanggap darurat yang baik, berpeluang 19,608 kali lebih
besar memiliki kesiapsiagaan dalam ketegori siap dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki rencana tanggap darurat yang tidak baik.
39

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 60 responden yang memiliki sistem
peringatan bencana yang baik, 40 orang (66,7 %) diantaranya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 20 orang (33,3 %) lainnya berada dalam
kategori tidak siap. Sedangkan dari total 44 responden yang memiliki sistem
peringatan bencana yang tidak baik, 13 orang (29,5 %) diantaranya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 31 orang (70,5 %) lainnya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan hubungan antara kedua variabel merupakan hasil akhir dari
analisis menggunakan uji chi-square yang dibaca melalui kolom continuity
correction, dengan nilai asymp.sig.(2-sided) sebesar 0,000. Ini berarti nilai p value
(0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara sistem peringatan bencana dengan kesiapsiagaan terhadap resiko
bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
Pada hasil tersebut juga didapatkan bahwa nilai odds ratio sebesar 0,674 yang
berarti masyarakat yang memiliki sistem peringatan bencana yang baik,
berpeluang 0,674 kali lebih besar memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sistem peringatan bencana yang
tidak baik.

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 53 responden yang memiliki mobilisasi
sumber daya yang baik, 39 orang (73,6 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan
dalam kategori siap dan 14 orang (26,4 %) lainnya berada dalam kategori tidak
siap. Sedangkan dari total 51 responden yang memiliki sistem peringatan bencana
yang tidak baik, 14 orang (27,5 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 37 orang (72,5 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori tidak siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan
hubungan antara kedua variabel merupakan hasil akhir dari analisis menggunakan
uji chi-square yang dibaca melalui kolom continuity correction, dengan nilai
asymp.sig.(2-sided) sebesar 0,000. Ini berarti nilai p value (0,000) lebih kecil dari
nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara mobilisasi
sumber daya dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Pada hasil tersebut juga
40

didapatkan bahwa nilai odds ratio sebesar 0,840 yang berarti masyarakat yang
memiliki mobilisasi sumber daya yang baik, berpeluang 0,840 kali lebih besar
memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dibandingkan dengan masyarakat
yang memiliki mobilisasi sumber daya yang tidak baik.
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik responden


Seluruh responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang tinggal di Kelurahan Pateten Dua, dengan karakteristik usia ≥ 18 tahun, dan
usia terbanyak berada dalam rentang 39 sampai 48 tahun, dengan persentase
sebanyak 47 orang dari 104 responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Septiana dan Fatih (2019) tentang hubungan
karakteristik individu dengan kesiapsiagaan perawat puskesmas dalam
menghadapi bencana banjir di Kabupaten Bandung, dari total 46 responden
didapati bahwa responden paling banyak menurut usia adalah responden dengan
usia 36 sampai 45 tahun dengan jumlah sebanyak 14 orang. Namun, hasil
penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriandi
(2020) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan keluarga
dalam menghadapi bencana di Kota Palangka Raya, bahwa sebanyak 35 orang
dari 100 responden memiliki usia 25 sampai 30 tahun.

Hal ini dapat terjadi karena dibawah usia 35 tahun, banyak orang lebih cenderung
memilih bersekolah atau bekerja diluar daerah untuk mendapatkan pengalaman
sekaligus pengetahuan yang tidak didapatkan ketika tinggal didaerah mereka. Usia
juga dapat berpengaruh dalam penyerapan ilmu pengetahuan serta pengalaman
yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi usia seseorang, maka semakin tinggi pula
kedewasaan orang tersebut dalam berpikir, mengambil keputusan dalam suatu
masalah, dan menjadi lebih siap siaga dalam menghadapi resiko bencana. Dalam
Septiana (2019), dikatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka akan
semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagan yang dimiliki oleh orang tersebut.

Laki – laki dengan jumlah 73 orang (70,2 %) merupakan jumlah terbanyak dari
total 104 responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qirana, Lestantyo, dan
Kurniawan (2018) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan

41
42

kesiapsiagaan petugas dalam menghadapi bahaya kebakaran dimana dari 15


petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit di RSUD Kota Salatiga, 14
diantaranya memiliki jenis kelamin laki – laki. Namun, hasil tersebut tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriana, Suroto, dan Kurniawan
(2017) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan upaya kesiapsiagaan
karyawan dalam menghadapi bahaya kebakaran di PT Sandang Asia Maju Abadi,
dimana dari 96 responden sebanyak 70,8 % (68 orang) memiliki jenis kelamin
perempuan.

Kota Bitung merupakan salah satu kota yang memiliki pertumbuhan jumlah
penduduk paling pesat dengan jumlah laki – laki terbanyak dibandingkan dengan
perempuan, yang disebabkan karena Kota Bitung ditetapkan sebagai kota industri
dan pelabuhan sehingga membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang
khususnya laki – laki dan merupakan sasaran migrasi dari daerah – daerah sekitar
Kota Bitung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitriana et.al., (2017),
dikatakan bahwa jenis kelamin laki – laki dan perempuan merupakan suatu
perbedaan fisiologis yang tidak dapat digunakan sebagai analisis dalam faktor
yang mempengaruhi suatu hal. Baik laki – laki maupun perempuan memiliki
peran yang sama dalam penyelamatan diri pada saat bencana terjadi (Ruslanjari,
Wahyunita, dan Permana, 2017).

Latar pendidikan responden paling banyak dalam penelitian ini adalah SMA /
sederajat dengan jumlah 68 orang dari 104 responden. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanti, Lestari, Putri, Wardani,
dan Haris (2017) dimana dari 190 responden, didapati bahwa 87 orang memiliki
latar pendidikan paling banyak yaitu SMA. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilin, Haksama, dan Makhfludi
(2018) tentang kesiapsiagaan sekolah terhadap potensi bencana banjir di SDN
Gebangmalang Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, dimana dari jumlah
77 sampel orang tua dan guru, didapati bahwa seluruh responden orang tua
memiliki latar pendidikan paling banyak SMP dan seluruh responden guru
memiliki latar belakang pendidikan akademi atau perguruan tinggi.
43

Banyaknya responden yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/sederajat


dipengaruhi oleh tingkat pendidikan tinggi yang terbanyak di Kota Bitung adalah
pendidikan SMA/sederajat dengan jumlah 31 sekolah dibandingkan dengan
perguruan tinggi. Hal tersebut juga bisa menjadi salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan bagi responden dalam memutuskan dalam melanjutkan pendidikan,
dimana jika ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan minat
yang ada, maka harus pergi ke luar kota terlebih dahulu untuk mendapatkan
perguruan tinggi yang sesuai. Latar belakang pendidikan individu akan
mempengaruhi kehidupan individu tersebut, karena semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan semakin baik pula pengetahuan, perilaku,
motivasi, dan sikap yang dimiliki oleh orang tersebut (Aprilin et.al., 2018).
Pendidikan membuat seseorang memiliki proses untuk menganalisa,
mengevaluasi, dan menyimpulkan suatu masalah yang terjadi sehingga hal
tersebut dapat memudahkan individu dalam mendapatkan solusi atas
permasalahan yang terjadi. Dalam Maryanti et.al., (2017) dikatakan juga bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula
tingkat kesiapsiagaan yang dimiliki oleh orang tersebut.

Latar belakang pekerjaan yang ditemui paling banyak adalah pekerjaan sebagai
wiraswasta. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sugara, Kusuma, dan Sutriningsih (2018), dimana dari 205 responden
pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta dengan frekuensi 77 orang. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati
(2015), dimana dari 62 responden didapati bahwa pekerjaan wiraswasta memiliki
jumlah 14 responden dibandingkan dengan pekerjaan sebagai buruh yaitu 31
responden.

Kota Bitung merupakan salah satu kota industri di bidang pertanian, perkebunan,
perikanan, dan pariwisata yang memungkinkan masyarakatnya untuk membuka
usaha di bidang yang berkaitan dengan industri tersebut. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, wiraswasta merupakan orang yang pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksinya, menentukan cara operasi
44

untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur pemodelan


operasinya. Berwiraswasta juga dapat menjadi salah satu solusi untuk membuka
lapangan kerja bagi orang lain mengingat suatu pekerjaan merupakan salah satu
aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan uang bagi seseorang
(Djafri dan Nofrianti, 2013).

6.2 Analisis univariat


6.2.1 Pengetahuan
Untuk variabel pengetahuan, diperoleh hasil analisis dari total 104 responden, 82
orang memiliki pengetahuan yang baik dan 22 orang memiliki pengetahuan yang
tidak baik. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rofifah (2019) tentang hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan bencana pada mahasiswa keperawatan Universitas Diponegoro, dari
total 246 responden, 116 responden memiliki pengetahuan baik dan 130
responden memiliki pengetahuan tidak baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Husna (2012) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana
di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, menunjukkan bahwa dari
total 30 responden, 19 orang memiliki pengetahuan yang baik dan 11 lainya
memiliki pengetahuan tidak baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan


baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan
tidak baik. Hal ini dikarenakan telah tercapainya usaha pemerintah yang
bekerjasama dengan BPBD setempat dalam sosialisasi tentang upaya
kesiapsiagaan bencana sehingga meningkatkan pengetahuan di setiap lapisan
masyarakat yang ada. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang didapat untuk
memperoleh pemahaman, pembelajaran, dan pengalaman yang bisa berasal dari
pengetahuan ilmiah maupun pengalaman (Putri, 2015).

6.2.2 Sikap
Untuk variabel sikap, diperoleh hasil analisis dari total 104 responden, 95 orang
memiliki sikap yang baik dan 9 orang memiliki sikap yang tidak baik. Hasil
45

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bukhari, Mudatsir,
dan Sari (2014) tentang hubungan sikap tentang regulasi, pengetahuan dan sikap
perawat terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi di badan layanan umum
daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2013, dimana dari 74
responden, 44 orang memiliki sikap yang baik dan 30 lainnya memiliki sikap
yang tidak baik. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budimanto, Mudatsir, dan Tahlil (2017), dimana dari total 87
responden, 21 orang memiliki sikap yang baik dan 66 lainnya memiliki sikap
yang tidak baik.

Dari hasil penelitian didapati bahwa 95 orang memiliki sikap yang baik daripada
yang tidak baik. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar masyarakat sudah
pernah mengikuti sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana yang diadakan
pemerintah setempat sehingga mereka sudah mengetahui sikap apa yang harus
diambil ketika bencana terjadi. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi pada
suatu objek atau antisipasi untuk bisa menyesuaikan diri dari sebuah situasi
(Tiffany, 2017).

6.2.3 Kebijakan dan Panduan


Untuk variabel kebijakan dan panduan, diperoleh hasil analisis dari total 104
responden, 90 orang memiliki kebijakan dan panduan yang baik dan 14 orang
memiliki kebijakan dan panduan yang tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012), dimana dari 30 responden,
22 orang memiliki kebijakan dan panduan yang baik, sedangkan 8 orang lainnya
memiliki kebijakan dan panduan yang tidak baik. Namun, hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, Haryanto, dan
Romadhani (2020), dimana dari 119 responden, 53 diantaranya memiliki
kebijakan dan panduan baik dan 66 lainnya memiliki kebijakan dan panduan yang
tidak baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebijakan dan
panduan yang baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki
46

kebijakan dan panduan yang tidak baik. Hal ini dapat terjadi karena kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah seperti tempat pengungsian, panduan penyelamatan
diri saat bencana, telah sampai ke masyarakat dan direfleksikan dalam keluarga
masing – masing. Sehingga, setiap masyarakat sudah mengetahui tempat – tempat
yang akan dituju ketika akan mengungsi saat bencana terjadi dengan mengikuti
panduan penyelamatan yang sudah ada.

Kebijakan dan panduan sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan


bencana karena kebijakan dan panduan berperan penting dalam masyarakat,
khususnya didalam suatu keluarga, seperti harus mengevakuasi diri kemana jika
terjadi bencana, pembagian tugas dan tanggungjawab terhadap hal yang
diperlukan atau diselamatkan ketika terjadi bencana, serta kebijakan dalam
mengikuti pelatihan – pelatihan upaya kesiapsiagaan agar mendapatkan panduan –
panduan dari instansi terkait mengenai hal – hal yang harus dilakukan ketika
terjadi bencana (Nurchayat, 2014).

6.2.4 Rencana Tanggap Darurat


Untuk variabel rencana tanggap darurat, diperoleh hasil analisis dari total 104
responden, 57 orang memiliki rencana tanggap darurat yang baik dan 47 orang
memiliki rencana tanggap darurat yang tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et.al., (2020), dimana dari 119
responden, 104 responden memiliki rencana tanggap darurat yang baik dan 15
sisanya memiliki rencana tanggap darurat yang tidak baik. namun, hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristanti (2013),
dimana dari 134 responden, hanya didapati 24 responden saja yang memiliki
rencana tanggap darurat yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki rencana


tanggap darurat yang baik memiliki frekuensi yang lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang memiliki rencana tanggap darurat yang tidak baik. Hal ini
dapat terjadi karena sebagian besar responden sudah pernah mengikuti pelatihan
kesiapsiagaan bencana yang diadakan pemerintah, sehingga mereka sudah
47

mengetahui hal apa saja yang perlu disiapkan sebelum terjadinya bencana, seperti
peta atau jalur evakuasi, obat – obatan atau P3K, alat komunikasi seperti
handphone atau handy talky, nomor - nomor penting seperti nomor polisi, rumah
sakit atau pemadam kebakaran, alat penerangan seperti senter atau korek api, serta
tas siaga bencana yang berisi dokumen – dokumen penting, makanan, dan
minuman. Ketika suatu wilayah dikatakan beresiko terjadi suatu bencana,
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut diharapkan sudah membuat
perencanaan mengenai tindakan – tindakan yang harus dilakukan jika bencana itu
terjadi, seperti evakuasi, pertolongan, dan penyelamatan yang harus dilakukan
secara mandiri terlebih dahulu, agar dapat meminimalisir korban – korban
bencana (Nurchayat, 2014).

6.2.5 Sistem Peringatan Bencana


Untuk variabel sistem peringatan bencana, diperoleh hasil analisis dari total 104
responden, 60 orang memiliki sistem peringatan bencana yang baik dan 44 orang
memiliki sistem peringatan bencana yang tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012), dimana dari 30 responden,
21 orang memiliki sistem peringatan bencana yang baik dan 9 orang memiliki
sistem peringatan yang tidak baik. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Husna (2017), dimana
dari 304 responden, didapati bahwa 180 orang memiliki sistem peringatan
bencana yang tidak baik dan 124 sisanya memiliki sistem peringatan bencana
yang baik.

Hal ini dapat terjadi karena sistem peringatan bencana yang ada di masyarakat
sudah berkembang khususnya sistem peringatan bencana tsunami. Salah satu
sistem peringatan bencana yang dibuat oleh pemerintah adalah dengan memasang
sirine atau pengeras suara di setiap sudut kelurahan, sehingga memudahkan pihak
– pihak terkait dalam memberikan informasi tentang upaya kesiapsiagaan
bencana. Selain itu, di masa yang sudah modern ini, masyarakat juga dapat
mengetahui informasi mengenai bencana melalui berita – berita di televisi, sosial
media seperti facebook, whatsapp, instagram, ataupun dapat mengakses langsung
48

aplikasi yang bisa memberikan informasi seputar bencana yang terjadi seperti
aplikasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Sistem peringatan bencana merupakan tanda peringatan dan informasi akan


terjadinya bencana di suatu wilayah. Dengan adanya sistem peringatan dini,
masyarakat dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan guna menghindari
jatuhnya korban jiwa. Pada jaman dahulu, masyarakat membuat tanda peringatan
bahaya dengan kentongan atau lonceng. Namun, pada jaman sekarang,
masyarakat lebih dimudahkan lagi dengan tanda peringatan seperti sirine yang
dipasang oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah disetiap sudut wilayah dan
juga informasi – informasi yang bisa didapatkan dengan mudah melalui berita
atau sosial media (Nurchayat, 2014).

6.2.6 Mobilisasi Sumber Daya


Untuk variabel mobilisasi sumber daya, diperoleh hasil analisis dari total 104
responden, 53 orang memiliki mobilisasi sumber daya yang baik dan 51 orang
memiliki mobilisasi sumber daya yang tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012), dimana dari 30
responden, 26 diantaranya memiliki mobilisasi sumber daya yang baik dan 4
lainnya memiliki mobilisasi sumber daya yang tidak baik. Namun, hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et.al., (2020),
dimana sebanyak 39 orang memiliki kemampuan mobilisasi sumber daya yang
baik dan 80 sisanya memiliki kemampuan mobilisasi sumber daya yang tidak
baik.

Mobilisasi sumber daya sangat penting dalam upaya kesiapsiagaan bencana.


Bukan hanya mobilisasi sumber daya dari pemerintah saja seperti pengadaan
sosialisasi atau pelatihan, melainkan masyarakat juga harus dapat memobilisasi
keluarga mereka dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan seperti mendorong
anggota keluarga untuk mengikuti program sosialisasi bencana dan simulasinya
ataupun memobilisasi sumber daya keuangan ke investasi rumah atau tempat yang
bisa digunakan untuk menjadi tempat tinggal sementara ketika bencana terjadi.
49

Pendanaan, sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
hal yang sangat penting untuk keadaan darurat karena diperlukan untuk membantu
masyarakat dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan (Nurchayat, 2014).

6.2.7 Kesiapsiagaaan
Hasil uji analisis pada variabel kesiapsiagaan sebagai variabel dependen
ditemukan bahwa dari total 104 responden, sebanyak 53 orang memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 51 sisanya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori tidak siap. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bukhari et.al, (2014),
dari total responden sebanyak 74 orang, 56 orang memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 18 sisanya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti
et.al., (2020), dimana dari 119 responden, 45 diantaranya memiliki kesiapsiagaan
dalam kategori siap dan 74 lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak
siap.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki


kesiapsiagaan dalam kategori siap lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
responden yang memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak baik. Hal ini dapat
terjadi karena sebagian besar responden selalu siap siaga dalam menghadapi
resiko bencana tsunami di daerah mereka, dibuktikan dengan adanya peralatan
dan persiapan siaga bencana seperti obat – obatan dan kotak P3K, makanan dan
minuman praktis yang tahan lama, alat penerangan seperti senter, nomor telepon
penting yang dibutuhkan saat keadaan darurat seperti nomor telepon rumah sakit,
pemadam kebakaran, dan polisi, tersedianya alat komunikasi yang bisa digunakan
saat kondisi darurat, mengikuti sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana,
memiliki simpanan keuangan yang bisa digunakan untuk keadaan darurat, serta
memiliki tas yang berisi dokumen - dokumen penting sehingga lebih mudah
diselamatkan ketika terjadi bencana.

Kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap dalam bertindak menanggapi suatu


situasi bencana secara cepat dan tepat guna, dibuat secara efektif, realistis dan
50

terkoordinasi agar dapat memaksimalkan seluruh peran aspek masyarakat, rumah


tangga dan komunitas siaga bencana. Kesiapsiagaan bertujuan untuk mencegah
situasi buruk dan bertujuan agar banyak kehidupan yang selamat dan dapat
membantu korban untuk kembali ke kehidupan semula setelah terjadinya bencana
dalam waktu yang singkat (Triyono, 2014).

6.3 Analisis Bivariat

6.3.1 Hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap


resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota
Bitung
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Direja dan Wulan (2018) tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi
bencana gempa bumi dan tsunami, dimana terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan kesiapsiagaan masyarakat. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hesti,
Yetti, dan Erwani (2019) dengan konsep yang sama menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan
tsunami di Puskesmas Kota Padang.

Namun demikian, terdapat hasil penelitian lain yang menunjang hasil penelitian
ini, yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Alwan (2019) tentang hubungan
pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap kesiapsiagaan bencana alam pada
mahasiswa Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas angkatan 2015 bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan bencana. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang
dilakukan oleh Setyaningrum dan Rumagutawa (2018), dimana tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada
kepala keluarga di Dusun Kiringan Canden Jetis Bantul Yogyakarta.
51

Pengetahuan merupakan kunci utama kesiapsiagaan yang harus dimiliki oleh


setiap individu, sehingga dapat memiliki pemahaman yang baik tentang
kesiapsiagaan menghadapi bencana (Budimanto et.al., 2017). Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang kesiapsiagaan, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal (Utama, 2019). Faktor internal meliputi
pendidikan, intelegensia, ekonomi, dan usia, sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan, sosial budaya, informasi, dan pengalaman (Utama, 2019).

Pengetahuan kebencanaan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman kebencanaan


orang tersebut, dimana orang yang sudah pernah mengalami bencana memiliki
kesiapsiagaan yang baik dibandingkan orang yang tidak memiliki pengalaman
kebencanaan (Wijaya, Wulandari, dan Lestari, 2019). Pengalaman bencana yang
dimiliki seseorang di masa lampau menjadikan orang tersebut lebih siap untuk
menghadapi resiko bencana yang mungkin terjadi di kemudian hari (Havwina,
Haryani, dan Nandi, 2019). Sampai saat ini, didapati bahwa masih banyak
masyarakat yang beranggapan tempat tinggal mereka tidak rawan terkena
bencana, karena bencana tersebut belum pernah terjadi di daerah mereka
(Paramesti, 2011).

Selain itu, minimnya pengetahuan tentang kerentanan wilayah juga menjadi salah
satu faktor yang membuat masyarakat memiliki kepedulian yang kurang terhadap
peningkatan kesiapsiagaan menghadapi resiko bencana, khususnya resiko bencana
tsunami (Paramesti, 2011). Masyarakat berpendapat bahwa tempat tinggal mereka
sangat aman dari bahaya bencana tsunami karena jika terjadi bencana tersebut,
gelombang tsunami yang muncul tidak akan sampai ke tempat tinggal mereka
karena terhalang oleh sebuah selat. Sehubungan dengan itu, peneliti berpendapat
bahwa hal tersebut bukan menjadi suatu alasan untuk tidak berupaya dalam
meningkatkan kesiapsiagaan karena kesiapsiagaan sangat diperlukan bagi setiap
orang dalam menghadapi resiko bencana, khususnya bagi orang – orang yang
tinggal di daerah rawan bencana. Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja, sehingga kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk mengurangi dampak yang
52

akan ditimbulkan, seperti korban bencana, kehilangan harta benda, dan


berubahnya tata kehidupan masyarakat.

6.3.2 Hubungan sikap dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko


tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara sikap dengan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nuraini dan Wijaya (2019), dimana tidak terdapat
hubungan antara sikap dengan perilaku kesiapsiagaan pegawai Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian oleh Bukhari et.al., (2014), dimana ditemukan hubungan antara sikap
dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi oleh perawat pelaksana di RSIA
Pemerintah Aceh tahun 2013. Penelitian lain yang memiliki hasil yang sama yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Budimanto et.al., (2017), dimana terdapat
hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada
mahasiswa keperawatan Poltekkes Banda Aceh.

Sikap merupakan sebuah respon yang dapat mempengaruhi seseorang untuk


mengambil keputusan dalam upaya kesiapsiagaan bencana dan upaya
kesiapsiagaan yang baik dilandasi oleh sikap kepedulian yang dimiliki oleh setiap
orang dalam upaya penyelamatan dari suatu bencana (Bukhari et.al., 2014). Sikap
kepedulian yang tinggi terhadap upaya kesiapsiagaan dipengaruhi oleh
pengetahuan dalam menghadapi resiko bencana sehingga mampu meminimalkan
dampak yang akan ditimbulkan (Husna, 2012). Sikap kepedulian terhadap
kesiapsiagaan bencana yang baik dapat membantu individu dalam proses
penyelamatan diri saat terjadi bencana (Bukhari et.al., 2014).

Menurut Azwar (2008) dalam Nuraini dan Wijaya (2019), dikatakan bahwa sikap
dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi emosi, intelegensia, pengalaman
pribadi, dan konsep diri. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan,
kebudayaan, dan lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, dari kuesioner
53

yang sudah dibagikan, didapati bahwa sebanyak 98 % responden sudah


mengetahui tindakan yang akan dilakukan jika terjadi tsunami seperti berlari ke
tempat yang lebih tinggi dan 84 % responden didapati bahwa sudah
mempertimbangkan resiko bencana dalam membangun rumah sebagai tempat
tinggal mereka. Namun sebanyak 51 % responden masih belum
mempertimbangkan dengan baik material yang bisa digunakan untuk membangun
rumah, khususnya material yang tahan gempa dan tsunami. Menurut Badan
Penanggulangan Bencana milik Amerika (FEMA) dalam Handoyo (2019),
bangunan rumah yang terbuat dari kayu lebih tahan terhadap gempa karena
sifatnya yang lebih lentur namun akan membuat bangunan tersebut sangat rawan
jika terkena tsunami. Bangunan yang terbuat dari beton lebih disarankan sehingga
dapat menciptakan sarana perlindungan bagi masyarakat jika evakuasi keluar dari
zona gedung dari genangan tsunami tidak memungkinkan.

6.3.3 Hubungan kebijakan dan panduan dengan kesiapsiagaan masyarakat


terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara kebijakan dan
panduan dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016), dimana
terdapat hubungan antara kebijakan dan panduan dengan kesiapsiagaan Palang
Merah Remaja (PMR) SMAN 1 Pleret Bantul dalam menghadapi bencana.
Namun, terdapat hasil penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini, yaitu
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et.al., (2020), dimana tidak terdapat
hubungan antara kebijakan dan panduan dengan kesiapsiagaan masyarakat di
daerah rawan bencana.

Kebijakan dan panduan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
mengantisipasi resiko bencana yang mungkin saja akan terjadi. Kebijakan yang
seharusnya ada dan sudah dilakukan dapat berupa pendidikan atau sosialisasi
tentang kesiapsiagaan terhadap resiko bencana, pendanaan dari pemerintah,
54

pembentukan organisasi – organisasi serta fasilitas – fasilitas yang mungkin saja


dibutuhkan untuk keadaan darurat bencana. Kebijakan – kebijakan tersebut akan
lebih baik jika direalisasikan dalam bentuk SK atau Peraturan Daerah (PERDA)
disertai dengan panduan operasional sehingga kebijakan tersebut dapat
dilaksanakan secara optimal (Hidayati, 2008).

Selain kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat juga perlu


menentukan kebijakan dan panduan kesiapsiagaan dalam keluarga mereka. Dalam
kuesioner yang sudah dibagikan, didapatkan hasil bahwa 89 % responden sudah
mengetahui tempat evakuasi yang akan dituju ketika terjadi bencana tsunami dan
sebanyak 93 % responden mengatakan bahwa hendak mengikuti simulasi
kebencanaan jika diadakan oleh pemerintah setempat. Menurut hasil wawancara
dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung pada bulan Maret
2020, dikatakan bahwa sudah dilakukan sosialisasi dan pelatihan tentang
kesiapsiagaan bencana tingkat kelurahan sebanyak 21 kali sejak tahun 2009,
dengan interval waktu yang tidak pasti dilaksanakan karena mengikuti jadwal
kegiatan yang ada di kelurahan, dan dalam satu tahun terakhir, pelatihan hanya
dilakukan sebanyak 1 – 2 kali.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et.al., (2020), menyebutkan bahwa
kebijakan dan panduan bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan bencana karena fasilitas dan simulasi atau sosialisasi yang kurang
memadai. Sehubungan dengan hal itu, menurut peneliti sosialisasi yang kurang
dan tidak dilakukan secara berkala dan menyeluruh juga menjadi salah satu faktor
yang membuat kebijakan dan panduan tidak berhubungan dengan kesiapsiagaan
bencana.

6.3.4 Hubungan rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan


masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung
Pada penelitian ditemukan adanya hubungan antara rencana tanggap darurat
dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten
55

Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2014), dimana terdapat hubungan
antara rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada
siswa kelas XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten. Penelitian lain dengan
konsep yang sama juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rencana
tanggap darurat dengan upaya kesiapsiagaan tanggap darurat K3 di Laboratorium
X Fakultas Y Universitas Diponegoro.

Rencana tanggap darurat adalah suatu upaya kesiapsiagaan yang berkaitan dengan
evakuasi, pertolongan pertama, dan penyelamatan agar korban bencana dapat
diminimalisir (Hidayati, 2008). Rencana tanggap darurat yang dimaksud dapat
meliputi pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan apabila terjadi kondisi
darurat, mengetahui hal yang harus dilakukan saat terjadi bencana seperti berlari
menjauhi pantai apabila hendak terjadi bencana tsunami, mengetahui tempat dan
jalur evakuasi, mempersiapkan kotak P3K untuk pertolongan pertama,
menyediakan tas perlengkapan siaga bencana, serta menyediakan alat penerangan,
alat komunikasi, dan mengetahui nomor – nomor penting seperti nomor rumah
sakit, polisi, serta pemadan kebakaran. Dari hasil kuesioner yang dibagikan,
didapati bahwa 85 % responden sudah memiliki rencana tanggap darurat seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Rencana tanggap darurat seperti penyiapan tas
perlengkapan yang dapat berisi air, makanan, serta alat penerangan dapat
membantu setiap individu di hari – hari pertama setelah bencana terjadi,
mengingat bahwa bantuan dari luar bisa saja terhalang oleh karena fasilitas
fasilitas yang rusak karena bencana seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan. Selain
itu, pemerintah juga telah bekerja sama dengan BPBD setempat untuk memasang
tanda di sekitar jalur evakuasi bencana bagi setiap kelurahan atau daerah yang
masuk dalam kategori daerah rawan bencana.
56

6.3.5 Hubungan sistem peringatan bencana dengan kesiapsiagaan


masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung
Pada penelitian ditemukan adanya hubungan antara sistem peringatan bencana
dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2014), dimana terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan faktor kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada siswa
kelas XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten. Sistem peringatan bencana
meliputi tanda peringatan bencana, sumber informasi bencana baik yang dapat
diperoleh dari televisi, radio, sms, atau sumber yang bersifat lokal, serta pernah
mengikuti pelatihan peringatan bencana (Setyawati, 2014).

Dengan adanya sistem peringatan bencana, masyarakat dapat terbantu dalam


melakukan tindakan penyelamatan diri dari bencana sehingga dapat mengurangi
resiko jatuhnya korban (Setyawati, 2014). Selain sumber peringatan bencana dan
sumber informasi bencana, masyarakat juga diharapkan dapat mengikuti latihan
atau simulasi tentang tindakan yang harus dilakukan ketika mendengar peringatan
bencana sehingga masyarakat menjadi lebih terarah dalam proses penyelamatan
diri dari bencana (Setyawati, 2014). Dalam kuesioner yang telah diisi oleh
responden, didapati bahwa 78 % responden menjawab bahwa sudah tersedia
sumber peringatan bencana seperti sirine yang dipasang disetiap jaga atau disetiap
lingkungan kelurahan, 85 % responden menjawab bahwa tersedia sumber
informasi berupa baliho yang berisi tentang penjelasan tentang tsunami dan hal –
hal yang harus dilakukan ketika bencana tersebut terjadi, 92 % responden juga
menjawab bahwa cara mereka untuk memperoleh informasi tentang bencana yang
akan terjadi melalui siaran televisi, sumber yang bersifat lokal seperti
pemberitahuan melalui pengeras suara, SMS dari pemerintah atau dari BMKG,
dan juga sebanyak 62,5 % menjawab bahwa sudah pernah mengikuti pelatihan
peringatan bencana yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat.
57

6.3.6 Hubungan mobilisasi sumber daya dengan kesiapsiagaan masyarakat


terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung
Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara mobilisasi sumber daya
dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini memiliki hasil yang
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2014), dimana
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana siswa kelas
XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten. Mobilisasi sumber daya merupakan
kemampuan untuk memobilisasi sumber daya yang ada, seperti Sumber Daya
Manusia (SDM), pendanaan, maupun sarana – prasarana penting (Hidayati, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan (2007) dalam Husna (2012), salah satu sumber
daya yang diperlukan adalah sumber daya manusia karena dapat berpengaruh
dalam menangani situasi darurat seperti tenaga kesehatan. Dalam mobilisasi
sumber daya diperlukan tim yang sudah terlatih dalam penanganan kesiapsiagaan
sehingga dapat membantu dalam upaya penyelamatan setiap individu ketika
terjadi bencana (Husna, 2012). Simulasi evakuasi tanggap darurat merupakan
salah satu upaya kesiapsiagaan yang dilakukan oleh pemerintah, dimana setiap
individu yang telah mengikuti simulasi tersebut diharapkan dapat tetap melakukan
upaya penyelamatan diri walau berada dalam suasana yang penuh dengan tekanan,
stress, dan kekacauan (Husna, 2012).

6.4 Keterbatasan penelitian


Selama proses persiapan dan pelaksanaan penelitian ini, peneliti menghadapi
beberapa kendala, diantaranya terjadinya pandemik COVID – 19 yang
menyebabkan peneliti tidak dapat meneliti secara langsung dan harus mencari
asisten peneliti, banyak orang yang menolak untuk menjadi asisten peneliti karena
wabah covid – 19 masih terus terjadi, dan cuaca yang tidak menentu.

Menurut peneliti, hasil dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh sikap jujur
dalam pengisian kuesioner oleh responden penelitian. Peneliti menyadari bahwa
58

masih kurang dalam mengontrol faktor – faktor yang mungkin saja dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
BAB 7
KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko
bencana tsunami di kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung
adalah:
7.1.1 Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.2 Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung.
7.1.3 Tidak terdapat hubungan antara kebijakan dan panduan dengan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.4 Terdapat hubungan antara rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.5 Terdapat hubungan antara sistem peringatan bencana dengan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.6 Terdapat hubungan antara mobilisasi sumber daya dengan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.

7.2 Saran
7.2.1 Kepada Tempat Penelitian
Diharapkan lewat hasil penelitian ini dapat digunakan untuk semakin
meningkatkan tingkat kesiapsiagaan terhadap resiko bencana khususnya resiko
bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.

59
60

7.2.2 Kepada Institusi Pendidikan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi khususnya di
bidang keperawatan gawat darurat bagi para pendidik dan mahasiswa
keperawatan.

7.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya


Karena keterbatasan dalam penelitian ini kiranya dapat meneliti faktor lain yang
dapat mempengaruhi kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, khususnya
bencana tsunami.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilin, H., Haksama, S., & Makhfludi. 2018. Kesiapsiagaan Sekolah terhadap
Potensi Bencana Banjir di SDN Gabangmalang Kecamatan Mojoanyar
Kabupaten Mojokerto. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 20.

Alwan, Fadhil. 2019. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan terhadap


Kesiapsiagaan Bencana Alam pada Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2015. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Padang.

BNPB. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta
Timur: Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

BNPB. 12 April 2019. Rp 36 Trilyun Dibutuhkan Untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Pascabencana Sulteng. 5 Maret 2020. https://www.bnbp.go.ig/rp-36-triliyun-
dibutuhkan-untuk-rehabilitas-dan-rekonstruksi-pascabencana-sulteng

BMKG, 2019. Laporan Bulan Desember 2019. Manado: Stasiun Geofisika Kelas I
Winangun.

BNPB. 2019. Buku Panduan Kesiapsiagaan Bencana 26 April 2019. Jakarta Timur:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Bukhari, Mudatsir, & Sari, S.A. 2014. Hubungan Sikap tentang Regulasi Pengetahuan
dan Sikap Perawat terhadap Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2013. Jurnal Ilmu
Kebencanaan, 37 – 46, 2355-3324.

Budimanto, Mudatsir, & Tahlil, T. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap Bencanam dan
Keterampilan Basic Life Support dengan Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada
Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan, 53 – 58,
2355-3324.

Djafri, D., & Nofrianti, A. R. 2013. Hubungan Tingkat Kesadaran dan


Karakteristik Keluarga dengan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Gempa dan
Tsunami di Kota Padang Tahun 2013. Universitas Andalas, Padang.

61
62

Damayanti, Hidhayah Nur. 2015. Kajian kesiapsiagaan Individu dan Rumah


Tangga dalam Menghadapi Bencana Tsunami di Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Direja, A. H. S., & Wulan, Susilo. 2019. Faktor – Faktor yang Berhubungan
Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Bencana
Gempabumi dan Tsunami. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 102 – 115,
2087-636X

Fatma, Desy. (10 April 2017). Bencana Tsunami – Pengertian, Penyebab, Dampak, dan
Tanda – tanda.10 Maret 2020.https://ilmugeografi.com/bencana-alam/bencana-
tsunami

Fitriana, L., Suroto, & Kurniawan, B. 2017. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan
Upaya Kesiapsiagaan Karyawan Bagian Produksi dalam Menghadapi Bahaya
Kebakaran di PT. Sandang Asia Maju Abadi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2356-
3346.

Husna, Cut. 2012. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana di


RSUDA Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 2087-2879

Hastuti, R. Y., Haryanto, E., & Romadhani. 2020. Analisis Faktor – Faktor
Kesiapsiagaan Masyarakat Rawan Bencana. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
131 – 142, 2621-2978

Hesti, N., Yetti, H., & Erwani. 2019. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan
Kesiapsiagaan Bidan dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami di
Puskesmas Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2019: 8 (2)

Havwina, Tian., Maryani, Enok., & Nandi. 2016. Pengaruh Pengalaman Bencana
Terhadap Kesiapsiagaan Peserta Didik dalam Menghadapi Ancaman
Gempabumi dan Tsunami (Studi Kasus pada SMA Negeri Siap Siaga Bencana
Kota Banda Aceh). Jurnal Pendidikan Geografi

Handoyo, Ribka Eleazar. (2 Januari 2019). Ini 6 Strategi Bangunan Agar Bisa
Tahan Tsunami, Dari Para Ahli Dunia!.
https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/science/discovery/amp/rib
63

ka-eleazar/tips-bangunan/tahan-tsunami-dan-gempa?client=ms-android-vivo-
rev1

Iswara, Aditya Jaya. 2020.


https://www.kompas.com/global/read/2020/03/11/152516570/hari-ini-dalam-sejarah-
gempa-dan-tsunami-tohoku-bikin-jepang-tertunduk?page=all diakses pada Rabu, 13
Mei 2020 pada pukul 21.20

Kristanti. 2013. Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Bencana Gempa Bumi di


Dusun Piring Desa Srihardono Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Larasati, Meda Dinda. (30 April 2018). Bencana Alam: Pengertian, Jenis, Dampak, dan
Mitigasi. 09 Maret 2020.https://foresteract.com/bencana-alam/

Lestari, A. W., & Husna, Cut. 2017. Sistem Peringatan Bencana dan Mobilisasi
Sumber Daya dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Idea
Nursing Journal, 2087-2879

Maryanti, S., Lestari, E., Puti, W., Wardani, A. R., & Haris, F. 2017. Hubungan
Tingkat Pendidikan Masyarakat terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah
Longsor di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri. Prosiding Seminar
Nasional Geografi UMS, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berkelanjutan,
978-602-361-072-3.

Nurchayat, Nuray Anggraini. 2014. Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi


Bencana Gempa Bumi antara Kelompok Siswa Sekolah Dasar yang Dikelola
dengan Strategi Pedagogi dan Andragogi. Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nuraini, Rita., & Wijaya, Oktomi. 2019. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Kesiapsiagaan Pegawai Rumah Sakit dalam Menghadapi Bencana di PKU
Muhammadiyah Bantul. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta
64

Putri, Arum Sutrisni. (05 Januari 2020).Pengertian Bencana dan Jenis – Jenisnya.10
Maret 2020.https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/200000569/pengertian-
bencana-dan-jenis-jenisnya?page=all

Putri, Anggit. (14 Desember 2015). Apa Itu Ilmu dan Apa Itu Pengetahuan. 29 September
2020. https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/anggitputri/apa-itu-
ilmu-dan-apa-itu-pengetahuan_566e3fed379773510853d863

Paramesti, Chrisantum Aji. 2011. Kesiapsiagaan Masyarakat Kawasan Teluk Pelabuhan


Ratu terhadap Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota, 113 – 128

Pratiwi, Erlia. 2016. Pengaruh Pelatihan Penanggulangan Bencana Gempa Bumi


terhadap Kesiapsiagaan Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 1 Pleret Bantul
dalam Menghadapi Bencana. Universitas Aisyiyah, Yogyakarta

Qirana, M. Q., Lestantyo, D. & Kurniawan, B. 2018. Faktor – faktor yang


Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Petugas dalam Menghadapi Bahaya
Kebakaran (Studi pada Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Salatiga). Jurnal Kesehatan Masyarakat, ISSN:
2356-3346.

Riadi, Muchlisin. 2018. https://www.kajianpustaka.com/2018/04/pengertian-jenis-dan-


manajemen-bencana.html?m=1 diakses pada Rabu, 13 Mei 2020 pada pukul 19.03

Ruslanjari, D., Wahyunita, D. I., & Permana, R. S. 2017. Peran Gender pada Siklus
Manajemen Bencana di Sektor Sosial Ekonomi Rumah Tangga Tani (Bencana Alam
Gempabumi dan Letusan Gunungapi). Kawistara, 78-93.

Rofifah, Rana. 2019. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Bencana pada
Mahasiswa Keperawatan Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro, Semarang.

Sopaheluwakan, Jan. 2006. Kajian Kesiapan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana


Gempabumi dan Tsunami. Penerbit: LIPI – UNESCO / ISDR

Sriyanto, S. P. Dwi, Nurfitriani, Zulkifli, Wibowo. 2019. Pemodelan Inundasi dan Waktu
Tiba Tsunami di Kota Bitung, Sulawesi Utara Berdasarkan Skenario Gempabumi Laut
Maluku. Manado: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika
Manado.
65

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Septiana, M. E. & Fatih, H. A. 2019. Hubungan Karakteristik Individu dengan


Kesiapsiagaan Perawat Puskesmas dalam Menghadapi Bencana Banjir di
Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 1 – 6, P-ISSN:
1858-0696, E-ISSN: 2598-9855. Doi: 10.26753/jikk.v15i1.275

Supriandi. 2020. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan


Keluarga dalam Menghadapi Bencana di Kota Palangka Raya. Journal of
Health Research, 28 – 41. Doi: 10.36419/avicienna.v3i1.340

Sugara, A. S., Kusuma, F. H. D., & Sutriningsih, A. 2018. Hubungan Pengetahuan


dengan Sikap Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Erupsi Gunung Kelud
pada Fase Mitigasi. Nursing News volume 3, nomor 1.

Setyaningrum, Niken & Rumagutawa, Rizal. 2018. Tingkat Pengetahuan


Penanggulangan Bencana dan Kesiapsiagaan Gempa Bumi pada Keluarga di
Dusun Kiringan Canden Jetis Bantul Yogyakarta. Health Sciences and
Pharmacy Journal, 103 – 110, 2599-2015

Setyawati, Herni. 2014. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan


Bencana Gempabumi pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten
Klaten. Universitas Muhammadiyah, Surakarta

Triyono, dkk.2014. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami.


Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Tektonika Maluku dan Perseteruan Dua Lempeng yang Menggetarkannya. Himpunan


Mahasiswa Geofisika Universitas Gajah Mada. Maret 3,
2020.http://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/2015/12/16/perseteruan-dua-lempengan-yang-
menggetarkan-maluku/

Tiffany. 2017. 8 Pengertian Sikap Menurut Para Ahli. 29 September 2020.


https://dosenpsikologi.com/pengertian-sikap-menurut-para-ahli
66

USGS (3 Desember 2012).Earthquakes with 50,000 or More Deaths.5 Maret


2020.https://web.archive.org/web/20130507101448/http://earthquake.usgs.gov/earthq
uake/world/most_destructive.php

Wida, Lena. 2011. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Anggota


Keluarga terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi di Desa Deyah Raya Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
Universitas Sumatera Utara, Medan

Wijaya, S. A., Wulandari, Yunita, & Lestari, R.I. 2019. Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Lansia di Posyandu
Puntodewo Tanjungsari Surabaya. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
LAMPIRAN 1

JADWAL PENELITIAN
Feb - 20 Mar – 20 Apr - 20 Mei - 20 Jun - 20 Jul – 20 Agu - 20 Sep - 20 Okt – 20
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan Judul
Menetapkan Judul
Menyiapkan
Proposal Penelitian
(Konsul dan Revisi)
Ujian Proposal
Revisi Proposal
Pelaksanaan
Penelitian
Olah Data Penelitian
Penyusunan Skripsi
(Hasil Penelitian)
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
Yudisium

67
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN
(Penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian)

Saya Rizza Andriani Mandanusa mahasiswa Program Studi Ilmu


Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, yang saat
ini sedang menyelesaikan tugas akhir dan akan melakukan penelitian. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui “Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap
Resiko Bencana Tsunami Di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota
Bitung”.
Untuk keperluan diatas, saya mohon saudara/i untuk mengisi kuesioner
yang telah saya siapkan dengan sejujur – jujurnya / sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Partisipasi dalam penelitian ini dan informasi yang diberikan tidak
akan merugikan responden, kerahasiaan identitas akan dijamin peneliti, dalam
proses pelaporan hanya akan ditulis nama inisial saja.
Saya menghargai kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu membaca
dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan sudah bersedia
menjadi responden.

Manado, Juni 2020

(Rizza Andriani Mandanusa)


LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN
(Menjadi Responden)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Inisial Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Lama Tinggal :
No. RT/Lingkungan :

Menyatakan (bersedia/tidak bersedia)* menjadi responden dari penelitian saudari


Rizza Andriani Mandanusa dengan judul penelitian “Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Resiko Bencana
Tsunami Di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung”.

Dan apabila sewaktu – waktu saya tidak bersedia atau mengundurkan diri menjadi
responden dalam penelitian ini, makan tidak ada tuntutan atau sanksi yang
dikenakan dikemudian hari kepada saya. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan penuh kesadaran.

Manado, Juni 2020


Tanda Tangan,

(………….…………………)
Ket:
*coret yang tidak perlu
LAMPIRAN 6

KUESIONER
(Kuesioner Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana)

Dalam setiap pertanyaan terdapat kolom dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Dalam setiap butir pertanyaan, kami harap anda dapat memberi tanda centang ()
pada kolom jawaban yang hendak dipilih.

No. Pertanyaan Tidak Ya


Pengetahuan
1. Apakah bencana alam adalah kejadian alam yang dapat
menyebabkan kerusakan alam dan merugikan manusia?

2. Menurut anda, apakah gempabumi dan tsunami dapat


terjadi di daerah sekitar anda?
3. Menurut anda, apakah gempa bumi dapat menyebabkan
tsunami?
4. Apakah gempabumi dan air laut surut merupakan salah
satu tanda akan terjadinya tsunami?
Sikap
5. Apakah naik ke tempat yang lebih tinggi merupakan salah
satu tindakan yang anda lakukan jika terjadi tsunami?
6. Menurut anda, bangunan/rumah yang terbuat dari
material yang ringan dapat tahan terhadap gempa dan
tsunami?
7. Apakah anda mempertimbangkan resiko bencana dalam
membangun rumah?
Kebijakan dan Panduan
8. Apakah ada kesepakatan keluarga dalam menentukan
tempat evakuasi ketika dalam keadaan darurat?
9. Jika ada simulasi evakuasi bencana yang diadakan
instansi terkait, apakah ada kesepakatan keluarga untuk
mengikuti simulasi evakuasi bencana tersebut?
LAMPIRAN 6

Rencana Tanggap Darurat


10. Apakah ada pembagian tugas dalam tindakan
penyelamatan apabila terjadi kondisi darurat?
11. Apakah anda akan berlari menjauhi pantai ke arah yang
lebih tinggi ketika terjadi bencana tsunami?
12. Apakah tersedia peta, tempat, jalur evakuasi keluarga dan
tempat berkumpulnya keluarga apabila terjadi bencana
tsunami?
13. Apakah ada kerabat/keluarga yang menyediakan tempat
pengungsian sementara apabila terjadi bencana tsunami?
14. Apakah tersedia kotak P3K atau obat–obatan penting
untuk pertolongan pertama?
15. Menurut anda,tindakan penyelamatan berlari ke daerah
yang lebih tinggi akan anda lakukan ketika terjadi
bencana tsunami?
16. Apakah ada anggota keluarga yang mengikuti pelatihan
P3K dan evakuasi?
17. Apakah di daerah ini sudah ada jalur evakuasi apabila
terjadi tsunami?
18. Apakah anda mengetahui rute jalur evakuasi di daerah
ini?
19. Apa yang anda siapkan untuk menghadapi keadaan
darurat?
20. Apakah tersedia alat komunikasi keluarga
(HP/radio/HT)?
21. Apakah tersedia alat penerangan keluarga ketika dalam
keadaan darurat (senter/lampu/jenset)?
22. Apakah anda sudah mempersiapkan tas dan perlengkapan
siaga bencana?
23. Apakah anda sudah memiliki nomor-nomor penting yang
bisa dihubungi dalam keadaan darurat (seperti, rumah
sakit, polisi, pemadam kebakaran)?
LAMPIRAN 6

24. Apakah anda mudah mengakses fasilitas penting


tersebut?
25. Apakah anda pernah mendapatkan pendidikan dan materi
kesiapsiagaan bencana tsunami?
26. Apakah anda pernah mengikuti latihan baik publik
ataupun rumah tangga?
Sistem Peringatan Bencana
27. Apakah tersedia sumber peringatan bencana yang bersifat
tradisional ataupun lokal?
28. Apakah tersedia sumber informasi peringatan bencana
tsunami?
29. Apakah TV/radio, sumber yang bersifat lokal dan SMS
merupakan beberapa cara anda untuk memperoleh
informasi peringatan bencana tsunami?
30. Pernahkah saudara melakukan/mengikuti pelatihan
peringatan bencana?
Mobilisasi Sumber Daya
31. Adakah anggota keluarga yang pernah mengikuti/terlibat
dalam seminar/workshop/pertemuan/pelatihan
kesiapsiagaan bencana tsunami?
32. Apakah saudara memiliki materi kesiapsiagaan tsunami?
33. Apakah dari media elektronik/media cetak (koran,
majalah, buku saku, poster, pamflet) /sosialisasi,
pertemuan, dan seminar anda bisa mendapatkan materi
tentang kesiapsiagaan bencana tsunami?
34. Apakah anggota keluarga anda memiliki keterampilan
yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana?
35. Apakah ada alokasi khusus seperti dana, tabungan,
investasi, asuransi,bahan logistik yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan bencana?
36. Apakah keluarga/kerabat/teman anda bersedia membantu
pada saat darurat bencana tsunami?
LAMPIRAN 6

37. Apakah keluarga anda pernah melakukan simulasi


evakuasi maupun tanggap darurat bencana tsunami?
38. Apakah ada anggota keluarga yang menyiapkan tas siaga
bencana?
LAMPIRAN 7

KUESIONER
(Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Tsunami)

Petunjuk pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi (situasi) saudara/i
tentang pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, dengan memberikan tanda centang
(√) pada kolom yang tersedia.

Keterangan pilihan jawaban


Cukup : Apabila tersedia lebih dari 1 jenis alat/jumlah lebih dari 1
Kurang : Apabila tersedia hanya 1 jenis alat/jumlah hanya 1
Tidak Ada : Apabila sama sekali tidak tersedia
Sering : Apabila melakukan lebih dari 1 kali
Kadang-kadang : Apabila melakukan hanya 1 kali
Tidak Pernah : Apabila tidak pernah melakukan Sama sekali

Alternatif jawaban
No Pertanyaan
Cukup Kurang Tidak ada
1 Tersedia kotak P3K di rumah 3 2 1
2 Tersedia makanan praktis (tidak
3 2 1
perlu dimasak, tahan lama) di rumah
3 Tersedia minuman (air minum
dalam botol atau dalam kemasan) di 3 2 1
rumah
4 Tersedia lampu atau senter di rumah 3 2 1
5 Tersedia baterai cadangan di rumah 3 2 1
6 Tersedia alat komunikasi yang dapat
digunakan keluarga saat kondisi 3 2 1
darurat
7 Tersedia obat-obatan ringan yang
3 2 1
biasa digunakan keluarga di rumah
8 Menyimpan nomor telepon penting 3 2 1
LAMPIRAN 7

yang dapat dihubungi saat kondisi


darurat
9 Jumlah anggota keluarga yang
pernah mengikuti pelatihan atau
3 2 1
penyuluhan mengenai kesiapsiagaan
menghadapi gempa
Alternatif jawaban
Pernyataan Kadang - Tidak
Sering
kadang pernah
10 Memastikan tanda bahaya tsunami
dengan mendengar pengumuman
dari petugas desa atau melihat
3 2 1
kondisi air laut sebelum berlari
meninggalkan pantai (lokasi tempat
tinggal) setelah terjadi gempa
11 Adanya tabungan atau simpanan
uang yang dapat digunakan dalam 3 2 1
kondisi darurat
12 Adanya diskusi keluarga mengenai
tindakan – tindakan yang dapat
3 2 1
dilakukan di rumah sebelum terjadi
bencana tsunami
13 Adanya diskusi keluarga mengenai
tindakan penyelamatan diri yang
3 2 1
dapat dilakukan anggota keluarga
saat kondisi darurat
14 Adanya kesepakatan keluarga untuk
memantau peralatan dan
3 2 1
perlengkapan siaga bencana secara
regular
LAMPIRAN 8

Kebijakan Rencana Sistem Mobilisasi


Jenis Kesiapsia
No Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Sikap dan Tanggap Peringatan Sumber
Kelamin gaan
Panduan Darurat Bencana Daya
1. 43 Tahun Perempuan SMA Swasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Kurang Tidak Siap
2. 49 Tahun Laki - laki SMA Tidak/belum
Baik Baik Baik
bekerja Baik Baik Baik Tidak Siap
3. 32 Tahun Perempuan S1 IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
4. 75 Tahun Laki - laki SD IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
5. 68 Tahun Perempuan SMP IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Kurang Tidak Siap
6. 55 Tahun Laki - laki Tidak Swasta
Kurang Kurang Kurang
Sekolah Baik Baik Baik Tidak Siap
7. 63 Tahun Laki - laki SMA Tidak/belum
Kurang Kurang Kurang
bekerja Kurang Kurang Kurang Tidak Siap
8. 53 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Kurang Kurang Siap
9. 47 Tahun Laki - laki SMA Swasta Kurang Baik Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
10. 44 Tahun Perempuan Diploma IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
11. 52 Tahun Laki - laki SD Swasta Baik Kurang Kurang
Baik Kurang Baik Siap
12. 19 Tahun Laki - laki SMA Siswa/pelajar
Kurang Kurang Kurang
/mahasiswa Kurang Baik Kurang Siap
13. 34 Tahun Laki - laki Diploma Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
14. 26 Tahun Perempuan S1 IRT Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
LAMPIRAN 8

15. 43 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Baik Kurang


Baik Baik Baik Siap
16. 35 Tahun Perempuan SMA IRT Kurang Baik Kurang
Baik Kurang Baik Tidak Siap
17. 44 Tahun Perempuan SMP IRT Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
18. 27 Tahun Perempuan SMA Tidak/belum
Baik Baik Baik
bekerja Baik Baik Baik Tidak Siap
19. 20 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
20. 40 Tahun Perempuan SMP IRT Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
21. 19 Tahun Perempuan SMA Siswa/pelajar
Baik Baik Baik
/mahasiswa Baik Baik Baik Tidak Siap
22. 21 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
23. 20 Tahun Laki - laki SMA Siswa/pelajar
Kurang Kurang Kurang
/mahasiswa Baik Baik Kurang Siap
24. 49 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Tidak Siap
25. 43 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
26. 40 Tahun Perempuan SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Kurang Baik Siap
27. 40 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Kurang Baik Tidak Siap
28. 30 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
29. 29 Tahun Laki - laki S1 Swasta Kurang Baik Kurang
Baik Baik Baik Siap
30. 28 Tahun Laki - laki S1 Swasta Baik Baik Kurang
Baik Baik Baik Siap
31. 27 Tahun Laki - laki S1 Swasta Baik Baik Kurang
Baik Baik Baik Siap
32. 34 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
33. 40 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
LAMPIRAN 8

34. 43 Tahun Laki - laki SMP Tidak/belum


Kurang Kurang Kurang
bekerja Baik Baik Kurang Tidak Siap
35. 22 Tahun Perempuan SMA Siswa/pelajar
Kurang Kurang Kurang
/mahasiswa Baik Kurang Kurang Tidak Siap
36. 39 Tahun Laki - laki S2 Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
37. 20 Tahun Perempuan SMA Swasta Baik Kurang Kurang
Baik Baik Kurang Siap
38. 44 Tahun Perempuan SMP IRT Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
39. 37 Tahun Perempuan SMA IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
40. 49 Tahun Laki - laki SMA Tidak/belum
Baik Baik Baik
bekerja Baik Baik Baik Siap
41. 41 Tahun Laki - laki Diploma Siswa/pelajar
Baik Baik Baik
/mahasiswa Baik Baik Baik Siap
42. 23 Tahun Laki - laki S1 Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
43. 37 Tahun Perempuan SMA IRT Baik Baik Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
44. 20 Tahun Perempuan SMA Siswa/pelajar
Kurang Kurang Kurang
/mahasiswa Baik Baik Baik Tidak Siap
45. 46 Tahun Laki - laki SMA Tidak/belum
Baik Baik Baik
bekerja Baik Baik Baik Tidak Siap
46. 40 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Tidak Siap
47. 30 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
48. 43 Tahun Laki - laki SMP Tidak/belum
Baik Baik Baik
bekerja Kurang Baik Baik Tidak Siap
49. 42 Tahun Perempuan SMA IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Siap
50. 33 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
LAMPIRAN 8

51. 46 Tahun Laki - laki SMA Tidak/belum


Baik Baik Baik
bekerja Baik Baik Baik Siap
52. 48 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
53. 42 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
54. 45 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
55. 37 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
56. 43 Tahun Perempuan SMP IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Kurang Kurang Tidak Siap
57. 25 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
58. 39 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
59. 33 Tahun Laki - laki Diploma Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
60. 46 Tahun Perempuan SMA IRT Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Tidak Siap
61. 41 Tahun Perempuan S1 Swasta Baik Kurang Baik
Baik Kurang Baik Siap
62. 37 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Tidak Siap
63. 46 Tahun Laki - laki SMP Tidak/belum
Kurang Kurang Kurang
bekerja Kurang Baik Baik Tidak Siap
64. 49 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Siap
65. 47 Tahun Perempuan SMA IRT Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
66. 40 Tahun Perempuan SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
67. 43 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Siap
68. 42 Tahun Perempuan SMA IRT Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Tidak Siap
69. 36 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Siap
LAMPIRAN 8

70. 45 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Kurang Baik


Baik Baik Baik Siap
71. 44 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Siap
72. 48 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
73. 44 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
74. 45 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
75. 38 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
76. 39 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Kurang Tidak Siap
77. 43 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Baik Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
78. 38 Tahun Perempuan SMA IRT Baik Kurang Baik
Baik Baik Baik Siap
79. 52 Tahun Laki - laki SMA Swasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
80. 40 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Baik Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
81. 27 Tahun Laki - laki Diploma Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
82. 24 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Tidak Siap
83. 26 Tahun Perempuan Diploma Wiraswasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
84. 29 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Tidak Siap
85. 25 Tahun Perempuan SMA Siswa/pelajar
Baik Baik Baik
/mahasiswa Baik Baik Baik Tidak Siap
86. 44 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Tidak Siap
87. 39 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Siap
88. 34 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Tidak Siap
LAMPIRAN 8

89. 27 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik


Kurang Baik Baik Siap
90. 50 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Siap
91. 28 Tahun Perempuan S1 Swasta Kurang Baik Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
92. 35 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Baik Baik
Kurang Baik Baik Tidak Siap
93. 40 Tahun Laki - laki SMA Swasta Baik Baik Baik
Baik Baik Baik Tidak Siap
94. 43 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Tidak Siap
95. 43 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Tidak Siap
96. 45 Tahun Perempuan SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Kurang Tidak Siap
97. 28 Tahun Laki - laki S1 Swasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Siap
98. 33 Tahun Perempuan SMA IRT Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Kurang Siap
99. 46 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
100. 38 Tahun Perempuan SMA IRT Kurang Kurang Kurang
Kurang Baik Baik Tidak Siap
101. 35 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Tidak Siap
102. 48 Tahun Laki - laki SMP Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Kurang Tidak Siap
103. 37 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Kurang Kurang Kurang
Baik Baik Baik Siap
104. 25 Tahun Laki - laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik
Kurang Baik Baik Siap
LAMPIRAN 8

Kebijakan Rencana Sistem Mobilisasi


Jenis
No Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Sikap dan Tanggap Peringatan Sumber Kesiapsiagaan
Kelamin
Panduan Darurat Bencana Daya
1. 3 2 3 3 2
1 1 2 2 2 0
2. 4 1 3 6 1
1 1 1 1 1 0
3. 2 2 5 5 2
1 1 1 2 2 0
4. 6 1 1 5 2
1 1 1 2 2 0
5. 5 2 2 5 2
1 1 2 2 2 0
6. 4 1 8 3 2
1 1 1 2 2 0
7. 5 1 3 6 2
2 2 2 2 2 0
8. 4 1 3 3 1
1 2 2 1 1 1
9. 3 1 3 3 2
1 1 1 2 1 0
10. 3 2 4 5 2
1 1 1 2 2 0
11. 4 1 1 3 2
1 2 1 1 2 1
12. 1 1 3 1 2
2 1 2 2 2 1
13. 2 1 4 4 1
1 1 1 1 1 1
14. 1 2 5 5 1
1 1 1 1 1 1
15. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 1 1
16. 2 2 3 5 2
1 2 1 2 1 0
LAMPIRAN 8

17. 3 2 2 5 1
1 1 1 1 1 1
18. 1 2 3 6 1
1 1 1 1 1 0
19. 1 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
20. 3 2 2 5 1
1 1 1 1 1 1
21. 1 2 3 1 1
1 1 1 1 1 0
22. 1 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
23. 1 1 3 1 2
1 1 2 2 2 1
24. 4 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
25. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 2 0
26. 3 2 2 4 2
1 2 1 2 2 1
27. 3 1 2 4 2
1 2 1 2 2 0
28. 2 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
29. 2 1 5 3 2
1 1 1 2 1 1
30. 1 1 5 3 2
1 1 1 1 1 1
31. 1 1 5 3 2
1 1 1 1 1 1
32. 2 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
33. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
34. 3 1 2 6 2
1 1 2 2 2 0
35. 1 2 3 1 2
1 2 2 2 2 0
36. 3 1 6 3 1
1 1 1 1 1 1
LAMPIRAN 8

37. 1 2 3 3 2
1 1 2 1 2 1
38. 3 2 2 5 1
1 1 1 1 1 1
39. 2 2 3 5 2
1 1 1 2 2 0
40. 4 1 3 6 1
1 1 1 1 1 1
41. 3 1 4 1 1
1 1 1 1 1 1
42. 1 1 5 3 1
1 1 1 1 1 1
43. 2 2 3 5 2
1 1 1 1 1 0
44. 1 2 3 1 2
1 1 1 2 2 0
45. 3 1 3 6 1
1 1 1 1 1 0
46. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 0
47. 2 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
48. 3 1 2 6 1
2 1 1 1 1 0
49. 3 2 3 5 2
1 1 1 2 2 1
50. 2 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
51. 3 1 3 6 1
1 1 1 1 1 1
52. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
53. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 2 0
54. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
55. 2 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
56. 3 2 2 5 2
1 2 2 2 2 0
LAMPIRAN 8

57. 1 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
58. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
59. 2 1 4 3 1
1 1 1 1 1 1
60. 3 2 3 5 1
1 1 1 1 1 0
61. 3 2 5 3 1
1 2 1 1 2 1
62. 2 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
63. 3 1 2 6 2
2 1 1 2 2 0
64. 4 1 3 4 2
1 1 1 2 2 1
65. 3 2 3 5 2
1 1 1 2 2 0
66. 3 2 3 4 1
1 1 1 1 1 1
67. 3 1 3 3 1
2 1 1 1 1 1
68. 3 2 3 5 1
2 1 1 1 1 0
69. 2 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
70. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 2 1
71. 3 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
72. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 2 0
73. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 2 0
74. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
75. 2 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
76. 3 1 3 4 2
1 1 2 2 2 0
LAMPIRAN 8

77. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 1 0
78. 2 2 3 5 1
1 1 1 1 2 1
79. 4 1 3 3 2
1 1 1 2 2 0
80. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 1 0
81. 1 1 4 3 1
1 1 1 1 1 1
82. 1 1 3 4 1
1 1 1 1 1 0
83. 1 2 4 4 1
1 1 1 1 1 1
84. 2 1 3 4 1
2 1 1 1 1 0
85. 1 2 3 1 1
1 1 1 1 1 0
86. 3 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
87. 3 1 3 4 2
2 1 1 2 2 1
88. 2 1 3 4 1
2 1 1 1 1 0
89. 1 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
90. 4 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
91. 1 2 5 3 2
1 1 1 2 1 0
92. 2 1 3 4 1
2 1 1 2 1 0
93. 3 1 3 3 1
1 1 1 1 1 0
94. 3 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
95. 3 1 2 4 2
2 1 1 2 2 0
96. 3 2 3 4 2
1 1 2 2 2 0
LAMPIRAN 8

97. 1 1 5 3 1
2 1 1 1 1 1
98. 2 2 3 5 2
2 1 2 2 2 1
99. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 2 0
100. 2 2 3 5 2
2 1 1 2 2 0
101. 2 1 2 4 2
1 1 1 2 2 0
102. 3 1 2 4 2
1 1 2 2 2 0
103. 2 1 3 4 2
1 1 1 2 2 1
104. 1 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1

Coding 4=Diploma 6=Tidak / belum Mobilisasi:1=Baik


Umur: 1=18 – 28 5=S1 bekerja 2=Kurang
2=29 – 38 6=S2 Pengetahuan: 1=Baik Kesiapsiagaan: 0=tidak siap
3=39 – 48 7=S3 2=Kurang 1=Siap
4=49 – 58 8=Tidak Sekolah Sikap: 1=Baik
5=59 – 68 Pek: 1=Siswa / Pelajar / 2=Kurang
6=69 – 78 Mahasiswa Kebijakan: 1=Baik
JK: 1=Laki – laki 2=PNS / TNI / 2=Kurang
2=Perempuan POLRI / BUMN Rencana: 1=Baik
Pend: 1=SD 3=Swasta 2=Kurang
2=SMP 4=Wiraswasta Sistem: 1=Baik
3=SMA 5=IRT 2=Kurang
LAMPIRAN 9

Frequencies

Statistics
hasil_pengetahua hasil_kesiapsiaga
n hasil_sikap hasil_kebijakan hasil_rencana hasil_sistem hasil_mobilisasi an
N Valid 104 104 104 104 104 104 104
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

hasil_pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 82 78,8 78,8 78,8
kurang 22 21,2 21,2 100,0
Total 104 100,0 100,0

hasil_sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 95 91,3 91,3 91,3
kurang 9 8,7 8,7 100,0
Total 104 100,0 100,0
LAMPIRAN 9

hasil_kebijakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 90 86,5 86,5 86,5
kurang 14 13,5 13,5 100,0
Total 104 100,0 100,0

hasil_rencana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 57 54,8 54,8 54,8
kurang 47 45,2 45,2 100,0
Total 104 100,0 100,0

hasil_sistem
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 60 57,7 57,7 57,7
kurang 44 42,3 42,3 100,0
Total 104 100,0 100,0
LAMPIRAN 9

hasil_mobilisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 53 51,0 51,0 51,0
kurang 51 49,0 49,0 100,0
Total 104 100,0 100,0

hasil_kesiapsiagaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak siap 51 49,0 49,0 49,0
siap 53 51,0 51,0 100,0
Total 104 100,0 100,0

Descriptives
Statistic Std. Error
skor_pengetahuan Mean 3,16 ,074
95% Confidence Interval for Lower Bound 3,02
Mean Upper Bound 3,31
5% Trimmed Mean 3,18
Median 3,00
Variance ,565
LAMPIRAN 9

Std. Deviation ,752


Minimum 2
Maximum 4
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,280 ,237
Kurtosis -1,175 ,469
skor_sikap Mean 2,29 ,061
95% Confidence Interval for Lower Bound 2,17
Mean Upper Bound 2,41
5% Trimmed Mean 2,32
Median 2,00
Variance ,382
Std. Deviation ,618
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,274 ,237
Kurtosis -,608 ,469
skor_kebijakan Mean 1,83 ,046
95% Confidence Interval for Lower Bound 1,74
Mean Upper Bound 1,92
5% Trimmed Mean 1,91
Median 2,00
LAMPIRAN 9

Variance ,222
Std. Deviation ,471
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness -2,796 ,237
Kurtosis 7,192 ,469
skor_rencana Mean 13,87 ,359
95% Confidence Interval for Lower Bound 13,15
Mean Upper Bound 14,58
5% Trimmed Mean 14,16
Median 15,50
Variance 13,399
Std. Deviation 3,660
Minimum 4
Maximum 17
Range 13
Interquartile Range 5
Skewness -,943 ,237
Kurtosis -,255 ,469
skor_sistem Mean 3,18 ,113
95% Confidence Interval for Lower Bound 2,96
Mean Upper Bound 3,41
5% Trimmed Mean 3,29
LAMPIRAN 9

Median 4,00
Variance 1,335
Std. Deviation 1,156
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 1
Skewness -1,251 ,237
Kurtosis ,396 ,469
skor_mobilisasi Mean 5,80 ,232
95% Confidence Interval for Lower Bound 5,34
Mean Upper Bound 6,26
5% Trimmed Mean 5,96
Median 7,00
Variance 5,619
Std. Deviation 2,370
Minimum 0
Maximum 8
Range 8
Interquartile Range 4
Skewness -,731 ,237
Kurtosis -,635 ,469
skor_kesiapsiagaan Mean 19,29 ,595
95% Confidence Interval for Lower Bound 18,11
LAMPIRAN 9

Mean Upper Bound 20,47


5% Trimmed Mean 19,66
Median 21,50
Variance 36,848
Std. Deviation 6,070
Minimum 5
Maximum 25
Range 20
Interquartile Range 10
Skewness -,627 ,237
Kurtosis -,922 ,469

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor_pengetahuan ,242 104 ,000 ,798 104 ,000
skor_sikap ,305 104 ,000 ,762 104 ,000
skor_kebijakan ,509 104 ,000 ,410 104 ,000
skor_rencana ,227 104 ,000 ,819 104 ,000
skor_sistem ,337 104 ,000 ,724 104 ,000
skor_mobilisasi ,227 104 ,000 ,843 104 ,000
skor_kesiapsiagaan ,221 104 ,000 ,844 104 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 9

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
hasil_pengetahuan * 104 100,0% 0 0,0% 104 100,0%
hasil_kesiapsiagaan
hasil_sikap * 104 100,0% 0 0,0% 104 100,0%
hasil_kesiapsiagaan
hasil_kebijakan * 104 100,0% 0 0,0% 104 100,0%
hasil_kesiapsiagaan
hasil_rencana * 104 100,0% 0 0,0% 104 100,0%
hasil_kesiapsiagaan
hasil_sistem * 104 100,0% 0 0,0% 104 100,0%
hasil_kesiapsiagaan
hasil_mobilisasi * 104 100,0% 0 0,0% 104 100,0%
hasil_kesiapsiagaan
LAMPIRAN 9

hasil_pengetahuan * hasil_kesiapsiagaan

Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_pengetahuan baik Count 38 44 82
% within hasil_pengetahuan 46,3% 53,7% 100,0%
kurang Count 13 9 22
% within hasil_pengetahuan 59,1% 40,9% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_pengetahuan 49,0% 51,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,128 1 ,288
b
Continuity Correction ,676 1 ,411
Likelihood Ratio 1,132 1 ,287
Fisher's Exact Test ,341 ,206
Linear-by-Linear Association 1,117 1 ,290
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,79.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9

hasil_sikap * hasil_kesiapsiagaan

Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_sikap baik Count 46 49 95
% within hasil_sikap 48,4% 51,6% 100,0%
kurang Count 5 4 9
% within hasil_sikap 55,6% 44,4% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_sikap 49,0% 51,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,167 1 ,682
b
Continuity Correction ,004 1 ,952
Likelihood Ratio ,168 1 ,682
Fisher's Exact Test ,739 ,475
Linear-by-Linear Association ,166 1 ,684
N of Valid Cases 104
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,41.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9

hasil_kebijakan * hasil_kesiapsiagaan

Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_kebijakan baik Count 42 48 90
% within hasil_kebijakan 46,7% 53,3% 100,0%
kurang Count 9 5 14
% within hasil_kebijakan 64,3% 35,7% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_kebijakan 49,0% 51,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,505 1 ,220
b
Continuity Correction ,882 1 ,348
Likelihood Ratio 1,521 1 ,218
Fisher's Exact Test ,260 ,174
Linear-by-Linear Association 1,490 1 ,222
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,87.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9

hasil_rencana * hasil_kesiapsiagaan

Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_rencana baik Count 14 43 57
% within hasil_rencana 24,6% 75,4% 100,0%
kurang Count 37 10 47
% within hasil_rencana 78,7% 21,3% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_rencana 49,0% 51,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 30,238 1 ,000
b
Continuity Correction 28,109 1 ,000
Likelihood Ratio 31,931 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 29,947 1 ,000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,05.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9

hasil_sistem * hasil_kesiapsiagaan

Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_sistem baik Count 20 40 60
% within hasil_sistem 33,3% 66,7% 100,0%
kurang Count 31 13 44
% within hasil_sistem 70,5% 29,5% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_sistem 49,0% 51,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13,997 1 ,000
b
Continuity Correction 12,551 1 ,000
Likelihood Ratio 14,342 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 13,862 1 ,000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,58.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9

hasil_mobilisasi * hasil_kesiapsiagaan

Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_mobilisasi baik Count 14 39 53
% within hasil_mobilisasi 26,4% 73,6% 100,0%
kurang Count 37 14 51
% within hasil_mobilisasi 72,5% 27,5% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_mobilisasi 49,0% 51,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 22,135 1 ,000
b
Continuity Correction 20,327 1 ,000
Likelihood Ratio 22,992 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 21,922 1 ,000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,01.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
a
Step 1 hasil_pengetahuan(1) ,334 ,580 ,331 1 ,565 1,396 ,448 4,356
hasil_sikap(1) -,089 ,904 ,010 1 ,922 ,915 ,156 5,385
hasil_kebijakan(1) -,360 ,769 ,219 1 ,640 ,698 ,155 3,149
hasil_rencana(1) 2,976 1,236 5,800 1 ,016 19,608 1,740 220,922
hasil_sistem(1) -,395 ,865 ,208 1 ,648 ,674 ,124 3,674
hasil_mobilisasi(1) -,174 1,191 ,021 1 ,884 ,840 ,081 8,678
Constant -1,164 1,025 1,292 1 ,256 ,312
a
Step 2 hasil_pengetahuan(1) ,337 ,579 ,339 1 ,560 1,401 ,450 4,361
hasil_kebijakan(1) -,376 ,749 ,252 1 ,615 ,687 ,158 2,977
hasil_rencana(1) 2,985 1,232 5,867 1 ,015 19,783 1,768 221,401
hasil_sistem(1) -,404 ,860 ,221 1 ,638 ,667 ,124 3,604
hasil_mobilisasi(1) -,180 1,190 ,023 1 ,880 ,835 ,081 8,602
Constant -1,231 ,770 2,553 1 ,110 ,292
a
Step 3 hasil_pengetahuan(1) ,351 ,573 ,375 1 ,540 1,420 ,462 4,365
hasil_kebijakan(1) -,380 ,747 ,259 1 ,611 ,684 ,158 2,957
hasil_rencana(1) 2,846 ,810 12,359 1 ,000 17,223 3,523 84,186
hasil_sistem(1) -,436 ,837 ,271 1 ,603 ,647 ,125 3,336
Constant -1,237 ,769 2,588 1 ,108 ,290
a
Step 4 hasil_pengetahuan(1) ,360 ,572 ,396 1 ,529 1,433 ,467 4,393
hasil_rencana(1) 2,827 ,807 12,259 1 ,000 16,895 3,471 82,237
hasil_sistem(1) -,535 ,813 ,433 1 ,510 ,586 ,119 2,881
Constant -1,501 ,581 6,683 1 ,010 ,223
LAMPIRAN 9

a
Step 5 hasil_rencana(1) 2,844 ,807 12,423 1 ,000 17,193 3,535 83,619
hasil_sistem(1) -,535 ,812 ,434 1 ,510 ,586 ,119 2,876
Constant -1,229 ,372 10,907 1 ,001 ,293
a
Step 6 hasil_rencana(1) 2,430 ,471 26,644 1 ,000 11,364 4,516 28,598
Constant -1,308 ,356 13,475 1 ,000 ,270
a. Variable(s) entered on step 1: hasil_pengetahuan, hasil_sikap, hasil_kebijakan, hasil_rencana, hasil_sistem, hasil_mobilisasi.
LAMPIRAN 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA
Nama : Rizza Andriani Mandanusa
Tempat, Tanggal Lahir : Luwuk, 25 Januari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku, Bangsa : Sanger – Jawa, Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat : Kelurahan Bahu Lingkungan VI
Nama Ayah : Wekson Mandanusa
Nama Ibu : Endang Rahayu
Saudara Kandung : Hector Gavriel Faustin Mandanusa

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD INPRES 3 TOILI : Tahun 2004 - 2010
2. SMP NEGERI 2 TOILI : Tahun 2010 - 2013
3. SMA NEGERI 1 TOILI : Tahun 2013 - 2016
4. PSIK FK UNSRAT : Tahun 2016 - 2020

Anda mungkin juga menyukai