Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar - benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan /
pikiran orang lain, saya akui sebagai hasil tulisan / pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Manado, 2020
Rizza Andriani Mandanusa
Materai
6000
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di Manado
Tanggal, 2020
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kedokteran Koordinator Program Studi Ilmu
Universitas Sam Ratulangi Manado Keperawatan FK UNSRAT Manado
Dr. dr. Billy J. Kepel, MMedSc Ns. Sefty Rompas, S.Kep, M.Kes
NIP. 196606181996011001 NIP. 198209122008122001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan
penyertaan –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini
dengan judul “Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Resiko Bencana Tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan tugas akhir ini:
1. Prof. Dr. Ir. Ellen Joan Kumaat, M.Sc, DEA, selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado
2. Dr. dr. Billy J. Kepel, MMedSc, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
3. Ns. Sefty Rompas, S.Kep, M.Kes sebagai koordinator Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
4. dr. Jimmy Franky Rumampuk, M.Kes, AIFO, selaku dosen pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini
5. Ns. Muhammad Nurmansyah, M.Kep, sebagai pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengelola Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah memberikan dan
mempersiapkan bekal pengetahuan selama mengikuti pendidikan
7. Anggota keluarga Mandanusa – Hadi yang terus memberi dukungan doa, daya,
dan materi sehingga penulis menjadi termotivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini
8. Seluruh pihak yang telah mendukung dan terus memberi semangat agar dapat
menyelesaikan skripsi ini
iv
Kami mengakui bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kelemahan
dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan.
Manado, 2020
Penulis
v
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang rentan terkena bencana geologi seperti bencana
tsunami, tanah longsor, banjir dan lain sebagainya. Dalam menghadapi resiko
bencana tersebut, diperlukan upaya kesiapsiagaan bencana dari semua pihak agar
dapat meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan. Peningkatan kesiapsiagaan
dilakukan dengan memperhatikan faktor - faktor yang menjadi dasar dalam
kesiapsiagaan bencana, yaitu pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan, rencana
tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Faktor -
faktor kesiapsiagaan tersebut diyakini bahwa dapat mempengaruhi kesiapsiagaan
seseorang.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapsiagaan
masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Metode penelitian ini menggunakan desain
penelitian analisis korelasi, dengan pendekatan cross sectional study. Sampel
penelitian menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel
dengan jumlah sebanyak 104 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan (p = 0,411); tidak ada
hubungan antara kebijakan dan panduan dengan kesiapsiagaan (p = 0,348); tidak
ada hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan (p = 0,739); ada hubungan
antara rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan (p = 0,000); ada hubungan
antara sistem peringatan bencana dengan kesiapsiagaan (p = 0,000); ada hubungan
antara mobilisasi sumber daya (p = 0,000). Kesimpulan dapat digunakan sebagai
evaluasi bagi pemrintah daerah dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 24
4.4 Instrumen Penelitian............................................................................. 26
4.5 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 27
4.6 Pengolahan Data................................................................................... 29
4.7 Analisa Data ......................................................................................... 29
4.8 Etika Penelitian .................................................................................... 30
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR SKEMA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Tsunami merupakan salah satu bencana yang memiliki dampak terbesar kedua
setelah gempa bumi (Triyono et.al., 2014). Sekitar 227.898 korban tewas dan
hilang serta 1,7 juta orang kehilangan tempat tinggal di 15 negara pada tsunami
yang terjadi di Samudra Hindia tahun 2004 (United States Geological Survey’s,
2012). Tsunami Jepang tahun 2011 menyebabkan 19.300 korban tewas dan hilang
serta runtuhnya tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir yang menyebabkan
lebih dari 7.000 penduduk harus mengungsi (Iswara, 2020). Tsunami juga
menyebabkan korban meninggal sebanyak 2.685 orang di kota Palu pada tahun
2018, rumah – rumah penduduk rusak bahkan hilang dan juga menyebabkan
kerusakan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2019). Di Sulawesi Utara sendiri, tidak ada
catatan mengenai tsunami yang pernah terjadi selama 2 dekade (BMKG, 2019).
Namun, pada tahun 2019, terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR yang menyebabkan
gelombang laut naik setinggi 0.60 m dan membuat beberapa tempat yang ada di
Sulawesi Utara menjadi level siaga, salah satunya kota Bitung (BMKG, 2020).
1
2
Kota Bitung terletak di pesisir timur Provinsi Sulawesi Utara dan termasuk dalam
kota yang rawan dilanda bencana geologi seperti bencana tsunami (Sriyanto et al.,
2019). Hal ini disebabkan karena lokasi Kota Bitung yang terletak diantara 3
lempengan tektonik, yaitu lempengan Sangihe, lempengan Maluku, dan
lempengan Halmahera yang menjadi penyebab utama gempa, bahkan tsunami
(Himpunan Mahasiswa Geologi Universitas Gajah Mada, 2015). Oleh sebab itu,
diperlukan adanya upaya kesiapsiagaan sehingga dapat membangun kesadaran
dan kewaspadaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tsunami di Kota
Bitung (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2019).
Kelurahan Pateten Dua menjadi salah satu daerah yang berisiko karena memiliki
wilayah yang berbatasan langsung dengan laut atau selat lembeh, yang terletak
tidak jauh dari tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Sangihe, lempeng Maluku,
dan lempeng Halmahera. Alasan lain yang menjadikan daerah ini beresiko dan
memerlukan tindakan kesiapsiagaan yang cukup adalah jumlah masyarakat yang
tinggal di daerah tersebut yang tidak sedikit. Menurut Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Bitung, masyarakat merupakan korban potensial di daerah
resiko bencana sehingga masyarakat dituntut untuk bisa melakukan upaya
kesiapsiagaan secara mandiri agar dapat menghindari jatuhnya korban jiwa,
kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat.
3
Berdasarkan data yang ada dan fenomena yang ditemui, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Resiko
Bencana Tsunami Di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota
Bitung”.
2.1 Kesiapsiagaan
2.1.1 Definisi
Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan kesiapsiagaan sebagai suatu
keadaan siap untuk digunakan atau bertindak. Triyono (2014) mengatakan bahwa
kesiapsiagaan adalah tindakan – tindakan yang memungkinkan pemerintah,
organisasi – organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu
menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Sedangkan Undang
– undang No 24 Tahun 2007 mengartikan bencana sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna (Triyono et.al., 2014).
5
6
Parameter sistem peringatan bencana dilihat dari sistem peringatan bencana secara
tradisional yang telah berkembang atau berlaku secara turun – temurun dalam
kesepakatan lokal, sistem peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber
dari pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda peringatan, penyebaran
informasi peringatan dan mekanisme (Triyono et.al., 2014).
Parameter mobilisasi sumber daya terdiri dari pengaturan kelembagaan dan sistem
komando; sumber daya manusia, termasuk ketersediaan personil dan relawan,
keterampilan dan keahlian; bimbingan teknis, penyediaan bahan dan materi
kesiapsiagaan bencana alam; mobilisasi dana; koordinasi dan komunikasi antar
stakeholder yang terlibat dalam kesiapsiagaan bencana; pemantauan dan evaluasi
kegiatan kesiapsiagaan bencana (Triyono et.al.,2014).
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor utama dalam kesiapsiagaan. Pengetahuan tentang
bencana pada seseorang dapat dilihat dari pemahaman orang tersebut mengenai
kondisi dimana orang itu tinggal. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah
kondisi tempat atau wilayah yang berpotensi untuk terjadi bencana dan dampak
yang mungkin ditimbulkan (Nurchayat, 2014).
b. Sikap
Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi orang tersebut dalam
membentuk sikap dan kepedulian untuk siap siaga terhadap suatu resiko bencana.
Setiap orang perlu mengetahui tindakan yang akan dilakukan ketika terjadi
bencana dan bagaimana cara penanggulangan bencana tersebut. Hal ini sangat
diperlukan agar setiap orang dapat merespon bencana dengan cepat dan tepat
(Nurchayat, 2014).
setiap keluarga dapat memiliki peran dan tanggungjawab dalam upaya tanggap
darurat (Nurchayat, 2014).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012) tentang Faktor – Faktor yang
Memengaruhi Kesiapsiagaan Bencana di RSUDZA Banda Aceh, perawat yang
ada di RSUDZA Banda Aceh tersebut memiliki pengetahuan tentang dampak
suatu bencana dan mengetahui sikap yang harus diambil ketika bencana terjadi,
mengetahui tentang kebijakan dan panduan rumah sakit yang harus memiliki tim
siaga bencana dengan tepat dan efektif, mengetahui rencana keadaan gawat
darurat dengan membangun yang dirancang tahan gempa atau runtuhan saat
bencana terjadi. Perawat juga mengetahui alat yang menandakan adanya suatu
bencana seperti alarm dan juga mengetahui adanya mobilisasi sumber daya rumah
10
sakit yang bekerja sama dengan organisasi – organisasi yang menangani bencana
serta adanya tim penanganan bencana di rumah sakit yang terlatih.
2.2 Bencana
2.2.1 Definisi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, bencana adalah sesuatu yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan. Bencana adalah kejadian
mendadak, seperti kecelakaan atau bencana alam yang menyebabkan kerusakan
besar atau kematian. Bencana adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan
bahaya besar, kerusakan atau kematian atau kesulitan yang serius (Putri, 2020).
2.3 Tsunami
2.3.1 Definisi
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu tsu yang berarti pelabuhan dan
nami yang berarti gelombang laut. Dari istilah tersebut, tsunami diartikan sebagai
gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Tsunami terjadi akibat gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada
kedalaman laut. Misalnya, terjadi gempa di kedalaman laut 7000 meter, maka
kecepatan gelombang tsunami dapat mencapai 942,9 km/jam atau setara dengan
kecepatan pesawat jet (Sugito, 2008).
Tsunami disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gempa bumi di dasar laut,
runtuhan di dasar laut, atau karena letusan gunung berapi di laut. Gelombang
12
tsunami memiliki kecepatan yang besar dengan gelombang yang rendah saat di
laut. Akan tetapi, ketika mencapai laut dangkal, teluk atau muara sungai,
kecepatan gelombang tsunami menurun namun ketinggian gelombang meningkat
dan bersifat merusak (Sugito, 2008).
Gelombang tsunami memiliki periode waktu yang cukup bervariasi, mulai dari 2
menit hingga lebih dari 1 jam dan gelombang tsunami memiliki panjang antara
100 – 200 km. Saat masih ditengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak
dan hanya terasa seperti ayunan air saja. Kecepatan tsunami bergantung pada
kedalaman air. Di laut dalam dan terbuka, kecepatannya mencapai 800 – 1000
km/jam dengan ketinggian gelombang yang hanya mencapai 30 – 60 cm saja.
Namun, ketika tsunami memasuki perairan yang lebih dangkal, ketinggian
gelombangnya meningkat dan kecepatannya menurun drastis meskipun energinya
masih dapat menghanyutkan segala benda yang dilaluinya (Sugito, 2008).
Tsunami dapat terjadi akibat adanya pergerakkan lempeng samudera pada sesar
naik (rising) atau turun (sinking). Apabila terjadi sesar naik, maka daerah pantai
akan terjadi banjir terlebih dahulu sebelum gelombang yang lebih besar datang
menerjang. Sebaliknya, jika terjadi sesar turun, maka air di bibir pantai akan surut
sebelum datangnya gelombang tsunami dan surutnya air bisa mencapai 800 meter
menjauhi pantai (Sugito, 2008).
Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayah yang jauh
dari sumber gelombang tsunami berasal. Tsunami selalu bergerak maju ke satu
14
arah dari sumbernya sehingga wilayah yang berada dalam daerah “bayangan”
relatif dalam kondisi aman. Akan tetapi, gelombang ini bisa saja tidak simetris.
Gelombang ke satu arah mungkin lebih kuat dibandingkan kearah lainnya,
tergantung dari peristiwa alam yang memicunya dan kondisi geografis wilayah
sekitarnya (Sugito, 2008).
Tsunami bisa merambat ke segala arah dari sumber asalnya dan bisa melanda
wilayah yang cukup luas, bahkan di daerah belokan, terlindung atau daerah yang
cukup jauh dari sumber asal tsunami. Ada yang disebut tsunami setempat (local
tsunami), yaitu tsunami yang hanya terjadi dan melanda disuatu kawasan yang
terbatas. Hal ini terjadi karena lokasi awal tsunami terletak disuatu wilayah yang
sempit atau tertutup, seperti selat atau danau. Ada juga yang disebut tsunami jauh
(distant tsunami), hal ini karena tsunami bisa melanda wilayah yang sangat luas
dan jauh dari sumber asalnya (Sugito, 2008).
Bencana
Kerusakan
infrastruktur Aktivitas vulkanik
Kesiapsiagaan Pengetahuan
Sikap
Kebijakan dan Panduan
Rencana Tanggap Darurat
Sistem Peringatan Bencana
Mobilisasi Sumber Daya
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Sikap
Sistem peringatan
bencana
Penyebab terjadinya
tsunami, dampak setelah
terjadinya tsunami
Variabel Antara
Keterangan:
17
18
Variabel antara
Kebijakan dan diberikan pemerintah kepada dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Panduan keluarga atau masyarakat berjumlah 2 pertanyaan, melakukan uji
dalam mengambil keputusan menggunakan skala normalitas data yang
terhadap kesiapsiagaan guttman menunjukkan data
menghadapi resiko bencana berdistribusi tidak
tsunami. 0 = tidak normal, sehingga
1 = ya peneliti mencari nilai
median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
2 = Baik
<2 = Tidak Baik
4. Variabel independen: Kegiatan yang dilakukan Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Rencana Tanggap untuk mengantisipasi resiko dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Darurat bencana tsunami sehingga berjumlah 17 pertanyaan, melakukan uji
masyarakat dapat mengetahui menggunakan skala normalitas data yang
hal – hal yang harus guttman menunjukkan data
dilakukan agar terhindar dari berdistribusi tidak
bencana tsunami. 0 = tidak normal, sehingga
21
6. Variabel independen: Langkah atau kegiatan yang Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Mobilisasi Sumber dilakukan masyarakat dalam dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
Daya upaya peningkatan berjumlah 8 pertanyaan, melakukan uji
kesiapsiagaan. menggunakan skala normalitas data yang
guttman menunjukkan data
berdistribusi tidak
0 = tidak normal, sehingga
1 = ya peneliti mencari nilai
median sebagai nilai
ukur dan didapatkan
nilai median
≥ 7 = Baik
<7 = Tidak Baik
7. Variabel dependen: Tindakan yang dilakukan Menggunakan kuesioner Kategori pada hasil Nominal
Kesiapsiagaan masyarakat dalam dengan pertanyaan ukur ditentukan setelah (Kategorik)
menghadapi resiko bencana berjumlah 14 pertanyaan, melakukan uji
tsunami. menggunakan skala likert normalitas data yang
menunjukkan data
1 = Tidak ada / tidak berdistribusi tidak
23
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow, dalam Djafri
dan Nofrianti (2013), sebagai berikut.
( )
( ) ( )
Keterangan:
n = Besar sampel minimum
N = Besar populasi
24
25
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( )
( ) ( )
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 93,83
dibulatkan menjadi 94 orang. Untuk menghindari adanya responden yang drop
out, maka jumlah sampel ditambahkan 10 % dari total sampel, sehingga diperoleh
jumlah sampel sebanyak 104 orang. Sampel di tentukan melalui 2 kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat yang tinggal permanen di Kelurahan Pateten Dua
2. Masyarakat yang berusia ≥ 18 tahun
3. Masyarakat yang dapat menggunakan telepon genggam, komputer, atau laptop
4. Masyarakat yang dapat menggunakan internet
5. Masyarakat yang bersedia menjadi responden
26
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat yang sakit atau mengalami gangguan jiwa
2. Masyarakat yang memiliki kelainan seperti tunanetra, tunawicara, tunarungu,
dan tunadaksa
a Tahap Persiapan
1. Peneliti menemukan fenomena di Kota Bitung.
2. Mengurus surat izin pengambilan data awal dari Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
3. Mengajukan izin ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung
untuk pengambilan data awal.
28
b Tahap Pelaksanaan
1. Setelah tahap persiapan selesai, peneliti melanjutkan ke tahap pelaksanaan.
Dalam tahap ini, peneliti akan melaksanakan penelitian di tempat yang sudah
direkomendasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bitung,
yaitu Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
2. Mengurus surat izin pengambilan data awal dari Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi untuk melakukan
penelitian di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
3. Mengajukan permohonan izin ke Kepala Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung untuk melakukan penelitian.
4. Mendapat izin dari Kepala Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung.
5. Setelah mendapat izin dari Kepala Kelurahan Pateten Dua, peneliti
menghubungi asisten peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Saat penelitian dilakukan, asisten peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan
maksud, dan tujuan penelitian terlebih dahulu.
7. Jika calon responden sudah memahami dan bersedia untuk menjadi reponden,
maka asisten peneliti akan memberikan link kuesioner online via Whatsapp dan
membimbing responden untuk mengisi kuesioner online. Untuk responden yang
tidak memiliki telepon genggam, cara pengisian kuesioner akan dipandu langsung
oleh asisten peneliti menggunakan telepon genggam yang dimiliki oleh asisten
peneliti.
29
8. Jika sudah mengisi kuesioner online yang diberikan, maka jawaban yang ada
akan langsung masuk di data google form yang dapat diperiksa langsung oleh
peneliti.
9. Setelah pengisian kuesioner selesai, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
responden yang telah bersedia serta meluangkan waktu untuk menjadi responden
melalui asisten peneliti.
4.6.1 Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu untuk melihat kelengkapan jawaban yang
sudah diisi.
4.6.2 Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pemberian kode atau
coding pada hasil kuesioner dengan dengan bentuk angka atau bilangan.
4.6.3 Entry
Data yang telah diberikan kode dimasukkan ke dalam program pengolahan data di
komputer untuk diproses lebih lanjut.
4.6.4 Cleaning
Setelah memasukkan data ke dalam program pengolahan data, dilakukan
pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kesalahan pemberian kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
32
33
Berdasarkan tabel 5.2, diperoleh hasil bahwa faktor pengetahuan dengan kategori
baik memiliki frekuensi sebanyak 82 orang (78,8 %) dan pengetahuan dengan
kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak 22 orang (21,2 %), faktor sikap
dengan kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 95 orang (91,3 %) dan sikap
dengan kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak 9 orang (8,7 %), faktor
kebijakan dan panduan dengan kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 90
orang (86,5 %) serta kebijakan dan panduan dengan kategori tidak baik memiliki
frekuensi sebanyak 14 orang (13,5 %), faktor rencana tanggap darurat dengan
kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 57 orang (54,8 %) dan rencana tanggap
darurat dengan kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak 47 orang (45,2
%), faktor sistem peringatan bencana dengan kategori baik memiliki frekuensi
sebanyak 60 orang (57,7 %) dan sistem peringatan bencana dengan kategori tidak
baik memiliki frekuensi sebanyak 44 orang (42,3 %), faktor mobilisasi sumber
daya dengan kategori baik memiliki frekuensi sebanyak 53 orang (51,0 %) dan
mobilisasi sumber daya dengan kategori tidak baik memiliki frekuensi sebanyak
51 orang (49,0 %), serta kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana
tsunami dengan kategori siap memiliki frekuensi sebanyak 53 orang (51,0 %) dan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami dengan kategori tidak
siap memiliki frekuensi sebanyak 51 orang (49,0 %),
35
Tabel 5.2 Analisa univariat variabel pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung bulan Juli 2020 (N = 104 responden)
No. Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Pengetahuan
Baik 82 78,8
Tidak Baik 22 21,2
Total 104 100
2. Sikap
Baik 95 91,3
Tidak Baik 9 8,7
Total 104 100
3. Kebijakan dan Panduan
Baik 90 86,5
Tidak Baik 14 13,5
Total 104 100
4. Rencana Tanggap
Darurat
Baik 57 54,8
Tidak Baik 47 45,2
Total 104 100
5. Sistem Peringatan
Bencana
Baik 60 57,7
Tidak Baik 44 42,3
Total 104 100
6. Mobilisasi Sumber Daya
Baik 53 51,0
Tidak Baik 51 49,0
Total 104 100
7. Kesiapsiagaan
36
Baik 53 51,0
Tidak Baik 51 49,0
Total 104 100
Sumber: Data Primer, 2020
Tabel 5.3 Analisis bivariat variabel pengetahuan, sikap, kebijakan dan panduan,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya
dengan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko tsunami di Kelurahan Pateten
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung bulan Juli 2020 (N = 104 responden)
Siap Tidak siap Nilai p
N % N % OR
Pengetahuan Baik 44 83 38 74,5
Tidak 9 17 13 25,5 ,411 1,396
Baik
Sikap Baik 49 92,4 46 90
Tidak 4 7,6 5 10 ,739 ,915
Baik
Kebijakan Baik 48 53,3 42 46,7
dan Panduan Tidak 5 35,7 9 64,3 ,348 ,698
Baik
Rencana Baik 43 81,1 14 27,4
Tanggap Tidak 10 18,9 37 72,6 ,000 19,608
Darurat Baik
Sistem Baik 40 78,5 20 39,2
,000 ,674
Peringatan Tidak 13 21,5 31 60,8
37
Bencana Baik
Mobilisasi Baik 39 73,6 14 27,4
Sumber Daya Tidak 14 26,4 37 72,6 ,000 ,840
Baik
Total 53 100 51 100
Sumber: Data Primer, 2020
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 95 responden yang memiliki sikap baik,
49 orang (92,4 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dan
46 orang (90 %) lainnya berada dalam kategori tidak siap. Sedangkan dari total 9
responden yang memiliki sikap yang tidak baik, 4 orang (7,6 %) diantaranya
memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 5 orang (10 %) lainnya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap. Pada variabel sikap, dilakukan analisis
uji chi-square dan hasilnya tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai expected
count kurang dari 5 sebesar 50 % melebihi batas maksimum 20 % sehingga uji
analisis dilanjutkan dengan uji Fisher menggunakan program analisis komputer.
Nilai p value dalam analisa bivariat antara sikap dengan kesiapsiagaan adalah
0,739, yang berarti lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan terhadap resiko
bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
38
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 90 responden yang memiliki kebijakan
dan panduan baik, 48 orang (53,3 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 42 orang (46,7 %) lainnya berada dalam kategori tidak siap.
Sedangkan dari total 14 responden yang memiliki kebijakan dan panduan yang
tidak baik, 5 orang (35,7 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori
siap dan 9 orang (64,3 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak
siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan hubungan antara
kedua variabel merupakan hasil akhir dari analisis menggunakan uji chi-square
yang dibaca melalui kolom continuity correction, dengan nilai asymp.sig.(2-sided)
sebesar 0,348. Ini berarti nilai p value (0,348) lebih besar dari nilai α (0,05),
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebijakan dan
panduan dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 55 responden yang memiliki rencana
tanggap darurat yang baik, 43 orang (75,4 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan
dalam kategori siap dan 14 orang (24,6 %) lainnya berada dalam kategori tidak
siap. Sedangkan dari total 45 responden yang memiliki rencana tanggap darurat
yang tidak baik, 10 orang (21,3 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 37 orang (78,7 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori tidak siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan
hubungan antara kedua variabel merupakan hasil akhir dari analisis menggunakan
uji chi-square yang dibaca melalui kolom continuity correction, dengan nilai
asymp.sig.(2-sided) sebesar 0,000. Ini berarti nilai p value (0,000) lebih kecil dari
nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara rencana
tanggap darurat dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana tsunami di
Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Pada hasil tersebut
juga didapatkan bahwa nilai odds ratio sebesar 19,608 yang berarti masyarakat
yang memiliki rencana tanggap darurat yang baik, berpeluang 19,608 kali lebih
besar memiliki kesiapsiagaan dalam ketegori siap dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki rencana tanggap darurat yang tidak baik.
39
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 60 responden yang memiliki sistem
peringatan bencana yang baik, 40 orang (66,7 %) diantaranya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 20 orang (33,3 %) lainnya berada dalam
kategori tidak siap. Sedangkan dari total 44 responden yang memiliki sistem
peringatan bencana yang tidak baik, 13 orang (29,5 %) diantaranya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 31 orang (70,5 %) lainnya memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan hubungan antara kedua variabel merupakan hasil akhir dari
analisis menggunakan uji chi-square yang dibaca melalui kolom continuity
correction, dengan nilai asymp.sig.(2-sided) sebesar 0,000. Ini berarti nilai p value
(0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara sistem peringatan bencana dengan kesiapsiagaan terhadap resiko
bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
Pada hasil tersebut juga didapatkan bahwa nilai odds ratio sebesar 0,674 yang
berarti masyarakat yang memiliki sistem peringatan bencana yang baik,
berpeluang 0,674 kali lebih besar memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sistem peringatan bencana yang
tidak baik.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari total 53 responden yang memiliki mobilisasi
sumber daya yang baik, 39 orang (73,6 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan
dalam kategori siap dan 14 orang (26,4 %) lainnya berada dalam kategori tidak
siap. Sedangkan dari total 51 responden yang memiliki sistem peringatan bencana
yang tidak baik, 14 orang (27,5 %) diantaranya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 37 orang (72,5 %) lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori tidak siap. Hasil yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan
hubungan antara kedua variabel merupakan hasil akhir dari analisis menggunakan
uji chi-square yang dibaca melalui kolom continuity correction, dengan nilai
asymp.sig.(2-sided) sebesar 0,000. Ini berarti nilai p value (0,000) lebih kecil dari
nilai α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara mobilisasi
sumber daya dengan kesiapsiagaan terhadap resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Pada hasil tersebut juga
40
didapatkan bahwa nilai odds ratio sebesar 0,840 yang berarti masyarakat yang
memiliki mobilisasi sumber daya yang baik, berpeluang 0,840 kali lebih besar
memiliki kesiapsiagaan dalam kategori siap dibandingkan dengan masyarakat
yang memiliki mobilisasi sumber daya yang tidak baik.
BAB 6
PEMBAHASAN
Hal ini dapat terjadi karena dibawah usia 35 tahun, banyak orang lebih cenderung
memilih bersekolah atau bekerja diluar daerah untuk mendapatkan pengalaman
sekaligus pengetahuan yang tidak didapatkan ketika tinggal didaerah mereka. Usia
juga dapat berpengaruh dalam penyerapan ilmu pengetahuan serta pengalaman
yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi usia seseorang, maka semakin tinggi pula
kedewasaan orang tersebut dalam berpikir, mengambil keputusan dalam suatu
masalah, dan menjadi lebih siap siaga dalam menghadapi resiko bencana. Dalam
Septiana (2019), dikatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka akan
semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagan yang dimiliki oleh orang tersebut.
Laki – laki dengan jumlah 73 orang (70,2 %) merupakan jumlah terbanyak dari
total 104 responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qirana, Lestantyo, dan
Kurniawan (2018) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan
41
42
Kota Bitung merupakan salah satu kota yang memiliki pertumbuhan jumlah
penduduk paling pesat dengan jumlah laki – laki terbanyak dibandingkan dengan
perempuan, yang disebabkan karena Kota Bitung ditetapkan sebagai kota industri
dan pelabuhan sehingga membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang
khususnya laki – laki dan merupakan sasaran migrasi dari daerah – daerah sekitar
Kota Bitung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitriana et.al., (2017),
dikatakan bahwa jenis kelamin laki – laki dan perempuan merupakan suatu
perbedaan fisiologis yang tidak dapat digunakan sebagai analisis dalam faktor
yang mempengaruhi suatu hal. Baik laki – laki maupun perempuan memiliki
peran yang sama dalam penyelamatan diri pada saat bencana terjadi (Ruslanjari,
Wahyunita, dan Permana, 2017).
Latar pendidikan responden paling banyak dalam penelitian ini adalah SMA /
sederajat dengan jumlah 68 orang dari 104 responden. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanti, Lestari, Putri, Wardani,
dan Haris (2017) dimana dari 190 responden, didapati bahwa 87 orang memiliki
latar pendidikan paling banyak yaitu SMA. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilin, Haksama, dan Makhfludi
(2018) tentang kesiapsiagaan sekolah terhadap potensi bencana banjir di SDN
Gebangmalang Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, dimana dari jumlah
77 sampel orang tua dan guru, didapati bahwa seluruh responden orang tua
memiliki latar pendidikan paling banyak SMP dan seluruh responden guru
memiliki latar belakang pendidikan akademi atau perguruan tinggi.
43
Latar belakang pekerjaan yang ditemui paling banyak adalah pekerjaan sebagai
wiraswasta. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sugara, Kusuma, dan Sutriningsih (2018), dimana dari 205 responden
pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta dengan frekuensi 77 orang. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati
(2015), dimana dari 62 responden didapati bahwa pekerjaan wiraswasta memiliki
jumlah 14 responden dibandingkan dengan pekerjaan sebagai buruh yaitu 31
responden.
Kota Bitung merupakan salah satu kota industri di bidang pertanian, perkebunan,
perikanan, dan pariwisata yang memungkinkan masyarakatnya untuk membuka
usaha di bidang yang berkaitan dengan industri tersebut. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, wiraswasta merupakan orang yang pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksinya, menentukan cara operasi
44
6.2.2 Sikap
Untuk variabel sikap, diperoleh hasil analisis dari total 104 responden, 95 orang
memiliki sikap yang baik dan 9 orang memiliki sikap yang tidak baik. Hasil
45
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bukhari, Mudatsir,
dan Sari (2014) tentang hubungan sikap tentang regulasi, pengetahuan dan sikap
perawat terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi di badan layanan umum
daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2013, dimana dari 74
responden, 44 orang memiliki sikap yang baik dan 30 lainnya memiliki sikap
yang tidak baik. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budimanto, Mudatsir, dan Tahlil (2017), dimana dari total 87
responden, 21 orang memiliki sikap yang baik dan 66 lainnya memiliki sikap
yang tidak baik.
Dari hasil penelitian didapati bahwa 95 orang memiliki sikap yang baik daripada
yang tidak baik. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar masyarakat sudah
pernah mengikuti sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana yang diadakan
pemerintah setempat sehingga mereka sudah mengetahui sikap apa yang harus
diambil ketika bencana terjadi. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi pada
suatu objek atau antisipasi untuk bisa menyesuaikan diri dari sebuah situasi
(Tiffany, 2017).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebijakan dan
panduan yang baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki
46
kebijakan dan panduan yang tidak baik. Hal ini dapat terjadi karena kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah seperti tempat pengungsian, panduan penyelamatan
diri saat bencana, telah sampai ke masyarakat dan direfleksikan dalam keluarga
masing – masing. Sehingga, setiap masyarakat sudah mengetahui tempat – tempat
yang akan dituju ketika akan mengungsi saat bencana terjadi dengan mengikuti
panduan penyelamatan yang sudah ada.
mengetahui hal apa saja yang perlu disiapkan sebelum terjadinya bencana, seperti
peta atau jalur evakuasi, obat – obatan atau P3K, alat komunikasi seperti
handphone atau handy talky, nomor - nomor penting seperti nomor polisi, rumah
sakit atau pemadam kebakaran, alat penerangan seperti senter atau korek api, serta
tas siaga bencana yang berisi dokumen – dokumen penting, makanan, dan
minuman. Ketika suatu wilayah dikatakan beresiko terjadi suatu bencana,
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut diharapkan sudah membuat
perencanaan mengenai tindakan – tindakan yang harus dilakukan jika bencana itu
terjadi, seperti evakuasi, pertolongan, dan penyelamatan yang harus dilakukan
secara mandiri terlebih dahulu, agar dapat meminimalisir korban – korban
bencana (Nurchayat, 2014).
Hal ini dapat terjadi karena sistem peringatan bencana yang ada di masyarakat
sudah berkembang khususnya sistem peringatan bencana tsunami. Salah satu
sistem peringatan bencana yang dibuat oleh pemerintah adalah dengan memasang
sirine atau pengeras suara di setiap sudut kelurahan, sehingga memudahkan pihak
– pihak terkait dalam memberikan informasi tentang upaya kesiapsiagaan
bencana. Selain itu, di masa yang sudah modern ini, masyarakat juga dapat
mengetahui informasi mengenai bencana melalui berita – berita di televisi, sosial
media seperti facebook, whatsapp, instagram, ataupun dapat mengakses langsung
48
aplikasi yang bisa memberikan informasi seputar bencana yang terjadi seperti
aplikasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Pendanaan, sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
hal yang sangat penting untuk keadaan darurat karena diperlukan untuk membantu
masyarakat dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan (Nurchayat, 2014).
6.2.7 Kesiapsiagaaan
Hasil uji analisis pada variabel kesiapsiagaan sebagai variabel dependen
ditemukan bahwa dari total 104 responden, sebanyak 53 orang memiliki
kesiapsiagaan dalam kategori siap dan 51 sisanya memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori tidak siap. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bukhari et.al, (2014),
dari total responden sebanyak 74 orang, 56 orang memiliki kesiapsiagaan dalam
kategori siap dan 18 sisanya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak siap.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti
et.al., (2020), dimana dari 119 responden, 45 diantaranya memiliki kesiapsiagaan
dalam kategori siap dan 74 lainnya memiliki kesiapsiagaan dalam kategori tidak
siap.
Namun demikian, terdapat hasil penelitian lain yang menunjang hasil penelitian
ini, yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Alwan (2019) tentang hubungan
pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap kesiapsiagaan bencana alam pada
mahasiswa Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas angkatan 2015 bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan bencana. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang
dilakukan oleh Setyaningrum dan Rumagutawa (2018), dimana tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada
kepala keluarga di Dusun Kiringan Canden Jetis Bantul Yogyakarta.
51
Selain itu, minimnya pengetahuan tentang kerentanan wilayah juga menjadi salah
satu faktor yang membuat masyarakat memiliki kepedulian yang kurang terhadap
peningkatan kesiapsiagaan menghadapi resiko bencana, khususnya resiko bencana
tsunami (Paramesti, 2011). Masyarakat berpendapat bahwa tempat tinggal mereka
sangat aman dari bahaya bencana tsunami karena jika terjadi bencana tersebut,
gelombang tsunami yang muncul tidak akan sampai ke tempat tinggal mereka
karena terhalang oleh sebuah selat. Sehubungan dengan itu, peneliti berpendapat
bahwa hal tersebut bukan menjadi suatu alasan untuk tidak berupaya dalam
meningkatkan kesiapsiagaan karena kesiapsiagaan sangat diperlukan bagi setiap
orang dalam menghadapi resiko bencana, khususnya bagi orang – orang yang
tinggal di daerah rawan bencana. Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja, sehingga kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk mengurangi dampak yang
52
Menurut Azwar (2008) dalam Nuraini dan Wijaya (2019), dikatakan bahwa sikap
dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi emosi, intelegensia, pengalaman
pribadi, dan konsep diri. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan,
kebudayaan, dan lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, dari kuesioner
53
Kebijakan dan panduan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
mengantisipasi resiko bencana yang mungkin saja akan terjadi. Kebijakan yang
seharusnya ada dan sudah dilakukan dapat berupa pendidikan atau sosialisasi
tentang kesiapsiagaan terhadap resiko bencana, pendanaan dari pemerintah,
54
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et.al., (2020), menyebutkan bahwa
kebijakan dan panduan bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan bencana karena fasilitas dan simulasi atau sosialisasi yang kurang
memadai. Sehubungan dengan hal itu, menurut peneliti sosialisasi yang kurang
dan tidak dilakukan secara berkala dan menyeluruh juga menjadi salah satu faktor
yang membuat kebijakan dan panduan tidak berhubungan dengan kesiapsiagaan
bencana.
Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2014), dimana terdapat hubungan
antara rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada
siswa kelas XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten. Penelitian lain dengan
konsep yang sama juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rencana
tanggap darurat dengan upaya kesiapsiagaan tanggap darurat K3 di Laboratorium
X Fakultas Y Universitas Diponegoro.
Rencana tanggap darurat adalah suatu upaya kesiapsiagaan yang berkaitan dengan
evakuasi, pertolongan pertama, dan penyelamatan agar korban bencana dapat
diminimalisir (Hidayati, 2008). Rencana tanggap darurat yang dimaksud dapat
meliputi pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan apabila terjadi kondisi
darurat, mengetahui hal yang harus dilakukan saat terjadi bencana seperti berlari
menjauhi pantai apabila hendak terjadi bencana tsunami, mengetahui tempat dan
jalur evakuasi, mempersiapkan kotak P3K untuk pertolongan pertama,
menyediakan tas perlengkapan siaga bencana, serta menyediakan alat penerangan,
alat komunikasi, dan mengetahui nomor – nomor penting seperti nomor rumah
sakit, polisi, serta pemadan kebakaran. Dari hasil kuesioner yang dibagikan,
didapati bahwa 85 % responden sudah memiliki rencana tanggap darurat seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Rencana tanggap darurat seperti penyiapan tas
perlengkapan yang dapat berisi air, makanan, serta alat penerangan dapat
membantu setiap individu di hari – hari pertama setelah bencana terjadi,
mengingat bahwa bantuan dari luar bisa saja terhalang oleh karena fasilitas
fasilitas yang rusak karena bencana seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan. Selain
itu, pemerintah juga telah bekerja sama dengan BPBD setempat untuk memasang
tanda di sekitar jalur evakuasi bencana bagi setiap kelurahan atau daerah yang
masuk dalam kategori daerah rawan bencana.
56
Menurut Departemen Kesehatan (2007) dalam Husna (2012), salah satu sumber
daya yang diperlukan adalah sumber daya manusia karena dapat berpengaruh
dalam menangani situasi darurat seperti tenaga kesehatan. Dalam mobilisasi
sumber daya diperlukan tim yang sudah terlatih dalam penanganan kesiapsiagaan
sehingga dapat membantu dalam upaya penyelamatan setiap individu ketika
terjadi bencana (Husna, 2012). Simulasi evakuasi tanggap darurat merupakan
salah satu upaya kesiapsiagaan yang dilakukan oleh pemerintah, dimana setiap
individu yang telah mengikuti simulasi tersebut diharapkan dapat tetap melakukan
upaya penyelamatan diri walau berada dalam suasana yang penuh dengan tekanan,
stress, dan kekacauan (Husna, 2012).
Menurut peneliti, hasil dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh sikap jujur
dalam pengisian kuesioner oleh responden penelitian. Peneliti menyadari bahwa
58
masih kurang dalam mengontrol faktor – faktor yang mungkin saja dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
BAB 7
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko
bencana tsunami di kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung
adalah:
7.1.1 Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.2 Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung.
7.1.3 Tidak terdapat hubungan antara kebijakan dan panduan dengan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.4 Terdapat hubungan antara rencana tanggap darurat dengan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.5 Terdapat hubungan antara sistem peringatan bencana dengan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan
Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.1.6 Terdapat hubungan antara mobilisasi sumber daya dengan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi resiko bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
7.2 Saran
7.2.1 Kepada Tempat Penelitian
Diharapkan lewat hasil penelitian ini dapat digunakan untuk semakin
meningkatkan tingkat kesiapsiagaan terhadap resiko bencana khususnya resiko
bencana tsunami di Kelurahan Pateten Dua Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
59
60
Aprilin, H., Haksama, S., & Makhfludi. 2018. Kesiapsiagaan Sekolah terhadap
Potensi Bencana Banjir di SDN Gabangmalang Kecamatan Mojoanyar
Kabupaten Mojokerto. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 20.
BNPB. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta
Timur: Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
BMKG, 2019. Laporan Bulan Desember 2019. Manado: Stasiun Geofisika Kelas I
Winangun.
BNPB. 2019. Buku Panduan Kesiapsiagaan Bencana 26 April 2019. Jakarta Timur:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Bukhari, Mudatsir, & Sari, S.A. 2014. Hubungan Sikap tentang Regulasi Pengetahuan
dan Sikap Perawat terhadap Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2013. Jurnal Ilmu
Kebencanaan, 37 – 46, 2355-3324.
Budimanto, Mudatsir, & Tahlil, T. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap Bencanam dan
Keterampilan Basic Life Support dengan Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada
Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan, 53 – 58,
2355-3324.
61
62
Direja, A. H. S., & Wulan, Susilo. 2019. Faktor – Faktor yang Berhubungan
Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Bencana
Gempabumi dan Tsunami. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 102 – 115,
2087-636X
Fatma, Desy. (10 April 2017). Bencana Tsunami – Pengertian, Penyebab, Dampak, dan
Tanda – tanda.10 Maret 2020.https://ilmugeografi.com/bencana-alam/bencana-
tsunami
Fitriana, L., Suroto, & Kurniawan, B. 2017. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan
Upaya Kesiapsiagaan Karyawan Bagian Produksi dalam Menghadapi Bahaya
Kebakaran di PT. Sandang Asia Maju Abadi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2356-
3346.
Hastuti, R. Y., Haryanto, E., & Romadhani. 2020. Analisis Faktor – Faktor
Kesiapsiagaan Masyarakat Rawan Bencana. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
131 – 142, 2621-2978
Hesti, N., Yetti, H., & Erwani. 2019. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan
Kesiapsiagaan Bidan dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami di
Puskesmas Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2019: 8 (2)
Havwina, Tian., Maryani, Enok., & Nandi. 2016. Pengaruh Pengalaman Bencana
Terhadap Kesiapsiagaan Peserta Didik dalam Menghadapi Ancaman
Gempabumi dan Tsunami (Studi Kasus pada SMA Negeri Siap Siaga Bencana
Kota Banda Aceh). Jurnal Pendidikan Geografi
Handoyo, Ribka Eleazar. (2 Januari 2019). Ini 6 Strategi Bangunan Agar Bisa
Tahan Tsunami, Dari Para Ahli Dunia!.
https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/science/discovery/amp/rib
63
ka-eleazar/tips-bangunan/tahan-tsunami-dan-gempa?client=ms-android-vivo-
rev1
Larasati, Meda Dinda. (30 April 2018). Bencana Alam: Pengertian, Jenis, Dampak, dan
Mitigasi. 09 Maret 2020.https://foresteract.com/bencana-alam/
Lestari, A. W., & Husna, Cut. 2017. Sistem Peringatan Bencana dan Mobilisasi
Sumber Daya dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Idea
Nursing Journal, 2087-2879
Maryanti, S., Lestari, E., Puti, W., Wardani, A. R., & Haris, F. 2017. Hubungan
Tingkat Pendidikan Masyarakat terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah
Longsor di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri. Prosiding Seminar
Nasional Geografi UMS, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berkelanjutan,
978-602-361-072-3.
Nuraini, Rita., & Wijaya, Oktomi. 2019. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Kesiapsiagaan Pegawai Rumah Sakit dalam Menghadapi Bencana di PKU
Muhammadiyah Bantul. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta
64
Putri, Arum Sutrisni. (05 Januari 2020).Pengertian Bencana dan Jenis – Jenisnya.10
Maret 2020.https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/200000569/pengertian-
bencana-dan-jenis-jenisnya?page=all
Putri, Anggit. (14 Desember 2015). Apa Itu Ilmu dan Apa Itu Pengetahuan. 29 September
2020. https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/anggitputri/apa-itu-
ilmu-dan-apa-itu-pengetahuan_566e3fed379773510853d863
Ruslanjari, D., Wahyunita, D. I., & Permana, R. S. 2017. Peran Gender pada Siklus
Manajemen Bencana di Sektor Sosial Ekonomi Rumah Tangga Tani (Bencana Alam
Gempabumi dan Letusan Gunungapi). Kawistara, 78-93.
Rofifah, Rana. 2019. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Bencana pada
Mahasiswa Keperawatan Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sriyanto, S. P. Dwi, Nurfitriani, Zulkifli, Wibowo. 2019. Pemodelan Inundasi dan Waktu
Tiba Tsunami di Kota Bitung, Sulawesi Utara Berdasarkan Skenario Gempabumi Laut
Maluku. Manado: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika
Manado.
65
Wijaya, S. A., Wulandari, Yunita, & Lestari, R.I. 2019. Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Lansia di Posyandu
Puntodewo Tanjungsari Surabaya. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
LAMPIRAN 1
JADWAL PENELITIAN
Feb - 20 Mar – 20 Apr - 20 Mei - 20 Jun - 20 Jul – 20 Agu - 20 Sep - 20 Okt – 20
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan Judul
Menetapkan Judul
Menyiapkan
Proposal Penelitian
(Konsul dan Revisi)
Ujian Proposal
Revisi Proposal
Pelaksanaan
Penelitian
Olah Data Penelitian
Penyusunan Skripsi
(Hasil Penelitian)
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
Yudisium
67
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LEMBAR PERSETUJUAN
(Penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian)
LEMBAR PERSETUJUAN
(Menjadi Responden)
Inisial Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Lama Tinggal :
No. RT/Lingkungan :
Dan apabila sewaktu – waktu saya tidak bersedia atau mengundurkan diri menjadi
responden dalam penelitian ini, makan tidak ada tuntutan atau sanksi yang
dikenakan dikemudian hari kepada saya. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan penuh kesadaran.
(………….…………………)
Ket:
*coret yang tidak perlu
LAMPIRAN 6
KUESIONER
(Kuesioner Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana)
Dalam setiap pertanyaan terdapat kolom dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Dalam setiap butir pertanyaan, kami harap anda dapat memberi tanda centang ()
pada kolom jawaban yang hendak dipilih.
KUESIONER
(Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Tsunami)
Petunjuk pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi (situasi) saudara/i
tentang pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, dengan memberikan tanda centang
(√) pada kolom yang tersedia.
Alternatif jawaban
No Pertanyaan
Cukup Kurang Tidak ada
1 Tersedia kotak P3K di rumah 3 2 1
2 Tersedia makanan praktis (tidak
3 2 1
perlu dimasak, tahan lama) di rumah
3 Tersedia minuman (air minum
dalam botol atau dalam kemasan) di 3 2 1
rumah
4 Tersedia lampu atau senter di rumah 3 2 1
5 Tersedia baterai cadangan di rumah 3 2 1
6 Tersedia alat komunikasi yang dapat
digunakan keluarga saat kondisi 3 2 1
darurat
7 Tersedia obat-obatan ringan yang
3 2 1
biasa digunakan keluarga di rumah
8 Menyimpan nomor telepon penting 3 2 1
LAMPIRAN 7
17. 3 2 2 5 1
1 1 1 1 1 1
18. 1 2 3 6 1
1 1 1 1 1 0
19. 1 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
20. 3 2 2 5 1
1 1 1 1 1 1
21. 1 2 3 1 1
1 1 1 1 1 0
22. 1 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
23. 1 1 3 1 2
1 1 2 2 2 1
24. 4 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
25. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 2 0
26. 3 2 2 4 2
1 2 1 2 2 1
27. 3 1 2 4 2
1 2 1 2 2 0
28. 2 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
29. 2 1 5 3 2
1 1 1 2 1 1
30. 1 1 5 3 2
1 1 1 1 1 1
31. 1 1 5 3 2
1 1 1 1 1 1
32. 2 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
33. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
34. 3 1 2 6 2
1 1 2 2 2 0
35. 1 2 3 1 2
1 2 2 2 2 0
36. 3 1 6 3 1
1 1 1 1 1 1
LAMPIRAN 8
37. 1 2 3 3 2
1 1 2 1 2 1
38. 3 2 2 5 1
1 1 1 1 1 1
39. 2 2 3 5 2
1 1 1 2 2 0
40. 4 1 3 6 1
1 1 1 1 1 1
41. 3 1 4 1 1
1 1 1 1 1 1
42. 1 1 5 3 1
1 1 1 1 1 1
43. 2 2 3 5 2
1 1 1 1 1 0
44. 1 2 3 1 2
1 1 1 2 2 0
45. 3 1 3 6 1
1 1 1 1 1 0
46. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 0
47. 2 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
48. 3 1 2 6 1
2 1 1 1 1 0
49. 3 2 3 5 2
1 1 1 2 2 1
50. 2 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
51. 3 1 3 6 1
1 1 1 1 1 1
52. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
53. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 2 0
54. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
55. 2 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
56. 3 2 2 5 2
1 2 2 2 2 0
LAMPIRAN 8
57. 1 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
58. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
59. 2 1 4 3 1
1 1 1 1 1 1
60. 3 2 3 5 1
1 1 1 1 1 0
61. 3 2 5 3 1
1 2 1 1 2 1
62. 2 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
63. 3 1 2 6 2
2 1 1 2 2 0
64. 4 1 3 4 2
1 1 1 2 2 1
65. 3 2 3 5 2
1 1 1 2 2 0
66. 3 2 3 4 1
1 1 1 1 1 1
67. 3 1 3 3 1
2 1 1 1 1 1
68. 3 2 3 5 1
2 1 1 1 1 0
69. 2 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
70. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 2 1
71. 3 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
72. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 2 0
73. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 2 0
74. 3 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
75. 2 1 3 4 1
1 1 1 1 1 1
76. 3 1 3 4 2
1 1 2 2 2 0
LAMPIRAN 8
77. 3 1 2 4 2
1 1 1 2 1 0
78. 2 2 3 5 1
1 1 1 1 2 1
79. 4 1 3 3 2
1 1 1 2 2 0
80. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 1 0
81. 1 1 4 3 1
1 1 1 1 1 1
82. 1 1 3 4 1
1 1 1 1 1 0
83. 1 2 4 4 1
1 1 1 1 1 1
84. 2 1 3 4 1
2 1 1 1 1 0
85. 1 2 3 1 1
1 1 1 1 1 0
86. 3 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
87. 3 1 3 4 2
2 1 1 2 2 1
88. 2 1 3 4 1
2 1 1 1 1 0
89. 1 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
90. 4 1 3 3 1
1 1 1 1 1 1
91. 1 2 5 3 2
1 1 1 2 1 0
92. 2 1 3 4 1
2 1 1 2 1 0
93. 3 1 3 3 1
1 1 1 1 1 0
94. 3 1 3 4 2
2 1 1 2 2 0
95. 3 1 2 4 2
2 1 1 2 2 0
96. 3 2 3 4 2
1 1 2 2 2 0
LAMPIRAN 8
97. 1 1 5 3 1
2 1 1 1 1 1
98. 2 2 3 5 2
2 1 2 2 2 1
99. 3 1 3 4 2
1 1 1 2 2 0
100. 2 2 3 5 2
2 1 1 2 2 0
101. 2 1 2 4 2
1 1 1 2 2 0
102. 3 1 2 4 2
1 1 2 2 2 0
103. 2 1 3 4 2
1 1 1 2 2 1
104. 1 1 3 4 1
2 1 1 1 1 1
Frequencies
Statistics
hasil_pengetahua hasil_kesiapsiaga
n hasil_sikap hasil_kebijakan hasil_rencana hasil_sistem hasil_mobilisasi an
N Valid 104 104 104 104 104 104 104
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
hasil_pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 82 78,8 78,8 78,8
kurang 22 21,2 21,2 100,0
Total 104 100,0 100,0
hasil_sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 95 91,3 91,3 91,3
kurang 9 8,7 8,7 100,0
Total 104 100,0 100,0
LAMPIRAN 9
hasil_kebijakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 90 86,5 86,5 86,5
kurang 14 13,5 13,5 100,0
Total 104 100,0 100,0
hasil_rencana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 57 54,8 54,8 54,8
kurang 47 45,2 45,2 100,0
Total 104 100,0 100,0
hasil_sistem
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 60 57,7 57,7 57,7
kurang 44 42,3 42,3 100,0
Total 104 100,0 100,0
LAMPIRAN 9
hasil_mobilisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 53 51,0 51,0 51,0
kurang 51 49,0 49,0 100,0
Total 104 100,0 100,0
hasil_kesiapsiagaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak siap 51 49,0 49,0 49,0
siap 53 51,0 51,0 100,0
Total 104 100,0 100,0
Descriptives
Statistic Std. Error
skor_pengetahuan Mean 3,16 ,074
95% Confidence Interval for Lower Bound 3,02
Mean Upper Bound 3,31
5% Trimmed Mean 3,18
Median 3,00
Variance ,565
LAMPIRAN 9
Variance ,222
Std. Deviation ,471
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness -2,796 ,237
Kurtosis 7,192 ,469
skor_rencana Mean 13,87 ,359
95% Confidence Interval for Lower Bound 13,15
Mean Upper Bound 14,58
5% Trimmed Mean 14,16
Median 15,50
Variance 13,399
Std. Deviation 3,660
Minimum 4
Maximum 17
Range 13
Interquartile Range 5
Skewness -,943 ,237
Kurtosis -,255 ,469
skor_sistem Mean 3,18 ,113
95% Confidence Interval for Lower Bound 2,96
Mean Upper Bound 3,41
5% Trimmed Mean 3,29
LAMPIRAN 9
Median 4,00
Variance 1,335
Std. Deviation 1,156
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 1
Skewness -1,251 ,237
Kurtosis ,396 ,469
skor_mobilisasi Mean 5,80 ,232
95% Confidence Interval for Lower Bound 5,34
Mean Upper Bound 6,26
5% Trimmed Mean 5,96
Median 7,00
Variance 5,619
Std. Deviation 2,370
Minimum 0
Maximum 8
Range 8
Interquartile Range 4
Skewness -,731 ,237
Kurtosis -,635 ,469
skor_kesiapsiagaan Mean 19,29 ,595
95% Confidence Interval for Lower Bound 18,11
LAMPIRAN 9
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor_pengetahuan ,242 104 ,000 ,798 104 ,000
skor_sikap ,305 104 ,000 ,762 104 ,000
skor_kebijakan ,509 104 ,000 ,410 104 ,000
skor_rencana ,227 104 ,000 ,819 104 ,000
skor_sistem ,337 104 ,000 ,724 104 ,000
skor_mobilisasi ,227 104 ,000 ,843 104 ,000
skor_kesiapsiagaan ,221 104 ,000 ,844 104 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 9
Crosstabs
hasil_pengetahuan * hasil_kesiapsiagaan
Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_pengetahuan baik Count 38 44 82
% within hasil_pengetahuan 46,3% 53,7% 100,0%
kurang Count 13 9 22
% within hasil_pengetahuan 59,1% 40,9% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_pengetahuan 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,128 1 ,288
b
Continuity Correction ,676 1 ,411
Likelihood Ratio 1,132 1 ,287
Fisher's Exact Test ,341 ,206
Linear-by-Linear Association 1,117 1 ,290
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,79.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9
hasil_sikap * hasil_kesiapsiagaan
Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_sikap baik Count 46 49 95
% within hasil_sikap 48,4% 51,6% 100,0%
kurang Count 5 4 9
% within hasil_sikap 55,6% 44,4% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_sikap 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,167 1 ,682
b
Continuity Correction ,004 1 ,952
Likelihood Ratio ,168 1 ,682
Fisher's Exact Test ,739 ,475
Linear-by-Linear Association ,166 1 ,684
N of Valid Cases 104
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,41.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9
hasil_kebijakan * hasil_kesiapsiagaan
Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_kebijakan baik Count 42 48 90
% within hasil_kebijakan 46,7% 53,3% 100,0%
kurang Count 9 5 14
% within hasil_kebijakan 64,3% 35,7% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_kebijakan 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,505 1 ,220
b
Continuity Correction ,882 1 ,348
Likelihood Ratio 1,521 1 ,218
Fisher's Exact Test ,260 ,174
Linear-by-Linear Association 1,490 1 ,222
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,87.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9
hasil_rencana * hasil_kesiapsiagaan
Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_rencana baik Count 14 43 57
% within hasil_rencana 24,6% 75,4% 100,0%
kurang Count 37 10 47
% within hasil_rencana 78,7% 21,3% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_rencana 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 30,238 1 ,000
b
Continuity Correction 28,109 1 ,000
Likelihood Ratio 31,931 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 29,947 1 ,000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,05.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9
hasil_sistem * hasil_kesiapsiagaan
Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_sistem baik Count 20 40 60
% within hasil_sistem 33,3% 66,7% 100,0%
kurang Count 31 13 44
% within hasil_sistem 70,5% 29,5% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_sistem 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13,997 1 ,000
b
Continuity Correction 12,551 1 ,000
Likelihood Ratio 14,342 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 13,862 1 ,000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,58.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9
hasil_mobilisasi * hasil_kesiapsiagaan
Crosstab
hasil_kesiapsiagaan
tidak siap siap Total
hasil_mobilisasi baik Count 14 39 53
% within hasil_mobilisasi 26,4% 73,6% 100,0%
kurang Count 37 14 51
% within hasil_mobilisasi 72,5% 27,5% 100,0%
Total Count 51 53 104
% within hasil_mobilisasi 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 22,135 1 ,000
b
Continuity Correction 20,327 1 ,000
Likelihood Ratio 22,992 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 21,922 1 ,000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,01.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 9
a
Step 5 hasil_rencana(1) 2,844 ,807 12,423 1 ,000 17,193 3,535 83,619
hasil_sistem(1) -,535 ,812 ,434 1 ,510 ,586 ,119 2,876
Constant -1,229 ,372 10,907 1 ,001 ,293
a
Step 6 hasil_rencana(1) 2,430 ,471 26,644 1 ,000 11,364 4,516 28,598
Constant -1,308 ,356 13,475 1 ,000 ,270
a. Variable(s) entered on step 1: hasil_pengetahuan, hasil_sikap, hasil_kebijakan, hasil_rencana, hasil_sistem, hasil_mobilisasi.
LAMPIRAN 10
A. BIODATA
Nama : Rizza Andriani Mandanusa
Tempat, Tanggal Lahir : Luwuk, 25 Januari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku, Bangsa : Sanger – Jawa, Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat : Kelurahan Bahu Lingkungan VI
Nama Ayah : Wekson Mandanusa
Nama Ibu : Endang Rahayu
Saudara Kandung : Hector Gavriel Faustin Mandanusa
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD INPRES 3 TOILI : Tahun 2004 - 2010
2. SMP NEGERI 2 TOILI : Tahun 2010 - 2013
3. SMA NEGERI 1 TOILI : Tahun 2013 - 2016
4. PSIK FK UNSRAT : Tahun 2016 - 2020