Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEMAJUAN

RISET KOLABORASI INDONESIA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA (HYBRID)


BERBASIS ETNOSAINS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR

Peneliti Utama : Dr. Risda Amini, M. P (Universitas Negeri Padang)


Peneliti Mitra: 1. Syamsul Bachri, S.Si., M.Sc., Ph.D (Universitas Negeri Malang)
2. Yosritzal, S.T., M.T., Ph.D (Universitas Andalas)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


Agustus, 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengembagan Model Mitigasi Bencanna (Hybrid) Berbasis Etnosains untuk


Meningkatkan Kreatifitas Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Peneliti Utama :
Nama Lengkap : Prof. Dr. Risda Amini, M.P
NIP : 196308311989032003
Jabatan / Golongan : Lektor Kepala/ IV/ b
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Padang
Alamat Kantor/Telp/Email : Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar Barat, Kec. Padang
Utara, Kota Padang/ (0751)7051260 /
risdamini@fip.unp.ac.id
Nomor HP : 08126755625

Peneliti Mitra (1)


Nama Lengkap : Syamsul Bachri, S.Si, MM.Sc., Ph.D
NIP : 198305302006041004
Perguran Tinggi : Universitas Negeri Malang
Alamat Surel (e-mail) : syamsul.bachri.fis@um.ac.id
Bidang Keahlian : Geografi

Peneliti Mitra (2)


Nama Lengkap : Yosritzal, S.T., M.T., Ph.D
NIP : 197402272000031001
Perguran Tinggi : Universitas Andalas
Alamat Surel (e-mail) : yosritzal@gmail.com
Bidang Keahlian : Teknik Sipil
Biaya yang diusulkan
Peneliti Utama : Rp. 100.000.000
Target Publikasi Internasional

No Nama Jurnal Internasional Jumlah Artikel


1. Progress In Disaster Science (Q1) 1 artikel
2. International Journal Of Disaster Risk Reduction (Q1) 1 artikel
3. Jurnal Review Of Educational Research (Q1) 1 artikel

Padang, Juni 2023


Mengetahui, Peneliti Utama
Ketua LPPM UNP
Yohandri, Ph. D Prof. Dr. Risda Amini, M.P
NIP. 197807252006041003 NIP. 196308311989032003
RINGKASAN

Penelitian ini dlatarbelakangi oleh kondisi geografis wilayah


Sumatera Barat khususnya Kota Padang. Dimana wilayah kota padang
berada di atas zona tektonik aktif yang memiliki potensi yang tinggi
terhadap terjadinya gempa bumi. Selain itu, kota padang juga termasuk
daerah yang rentan tsunami karena terletak didaerah pesisir pantai.
Memahami latar belakang kondisi geografis serta bencana alam gempa dan
tsunami maka upaya mitigasi bencana sangat penting dilakukan. Namun,
realitanya masih banyak masyarakat yang belum memiliki pengetahuan
terhadap potensi bencana tersebut beserta minimnya pengetahuan tentang
usaha penyelamatan diri saat terjadinya bencana terlebih pada siswa
sekolah dasar. Pendidikan sering kali lebih fokus pada pencapaian
akademik dan kurikulum inti, sehingga mitigasi bencana dan usaha
penyelamatan diri dianggap sebagai hal yang kurang penting atau
diabaikan. Guru, orang tua, dan bahkan petugas pendidikan seringkali
kurang menyadari pentingnya pembelajaran mitigasi bencana di sekolah
dasar. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami perlunya
mempersiapkan anak-anak dalam menghadapi bencana. Keterbatasan
waktu dan tekanan akademik yang tinggi sering kali membuat pendidikan
mitigasi bencana diabaikan. Kebutuhan untuk mencapai target akademik
tertentu dapat mengalihkan perhatian dari pembelajaran mitigasi bencana
yang dianggap sebagai tambahan atau kurang penting. Serta kurangnya
sumber daya dan akses terhadap informasi tentang mitigasi bencana dan
usaha penyelamatan diri dapat menghambat upaya untuk memberikan
pembekalan yang memadai kepada siswa. Meskipun program mitigasi
seringkali berfokus pada orang dewasa, penting untuk melibatkan siswa
sekolah dasar dalam upaya mitigasi bencana. Mengajarkan siswa tentang
mitigasi bencana sejak usia dini dapat memiliki dampak jangka panjang
yang positif. Mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya
pengembangan model pembelajaran yang mendukung adanya pembelajaran
mitigasi bencana salah satunya yakni pengembangan model pembelajaran
mitigasi bencana (Hybrid) berbasis etnosains untuk meningkatkan
kreativitas siswa sekolah dasar agar siswa SD di Kota Padang memiliki
pemahaman akan sikap tanggap bencana serta usaha penyelamatan diri
ketika terjadi bencana. Pemilihan konsep etnosains (sains tradisional)
dalam upaya mitigasi bertujuan agar kegiatan yang dilakukan dekat dengan
kehidupan siswa dan sesuai konteks kearifan lokal sehingga mudah
dipahami dan diterapkan.
Penelitian ini termasuk kategori RKI Skim A dengan durasi waktu
pelaksanaan selama 1 tahun. Tingkat Kesiapan Teknologi berada pada level
3. Tujuan penelitian ini selaras dengan capaian pada level 3 tersebut yaitu
menghasilkan: (1) model pembelajaran mitigasi bencana 3 (hybrid)
berbasis etnosains untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas V SD, (2)
modul permainan jarak dan waktu untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengambil keputusan saat darurat evakuasi tsunami, dan (3)
volcanic disaster augmented reality technology (v-dart) berbasis etnosains
untuk meningkatkan disaster preparadness siswa sekolah dasar yang valid,
praktis, dan efektif.
Penelitian ini merupakan penelitian tahun ke-2 dalam skema RKI
kerjasama antara Universitas Negeri Padang (Host University), Universitas
Negeri Malang (Mitra) dan Universitas Andalas (Mitra). Adapun prosedur
penelitian mengadopsi model pengembangan ADDIE (Branch, 2009).
Berdasarkan fokus riset dan produk yang dihasilkan, usulan
penelitian ini patut dipertimbangkan karena sesuai dengan Rencana Induk
Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 dan Prioritas Riset Nasional (PRN)
2020-2024. Pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana (hybrid)
berbasis etnosains juga termasuk ke dalam fokus riset Kebencanaan
kategori Teknologi dan Manajemen Bencana Geologi), dan
pembelajaran Digital. Luaran penelitian yang ditargetkan yaitu: 1) Host :
a) model pembelajaran mitigasi bencana (hybrid) berbasis etnosains untuk
meningkatkan kreativitas siswa kelas V SD, b) HKI atas model yang
dikembangkan, c). Pop up Book, d. HKI dari Pop up Book e) artikel
penelitian pada jurnal Internasional diantaranya Progress in Disaster
Science (Q1). 2) Mitra 1: a) Produk V-DART; b) HKI V-DART; c) Satu
Artikel Jurnal Internasional di Jurnal Review of Educational Research
(Publisher: Sage Journals dengan Q1); d) Satu publikasi di media masa. 3)
Mitra 2: a) satu paper tersubmit ke jurnal internasional bereputasi yakni
International Journal of Disaster Risk Reduction (Terindex Scopus
dengan SJR Q1); b) Pendaftaran Hak Paten atas Modul Permainan, serta
Draft Buku.

Kata Kunci : Mitigasi Bencana, Pembelajaran Hybrid, , Etnosains,


Kreativitas
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Kota Padang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi risiko
gempa bumi dan tsunami yang signifikan. Berdasarkan letak geografisnya di
pantai barat Sumatera, kota Padang terletak di dekat Sesar Sumatera, yang
merupakan zona subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
Hal ini menyebabkan potensi terjadinya gempa bumi dengan magnitudo yang
tinggi di daerah tersebut. Selain itu, adanya kerentanan terhadap gempa bumi di
kota Padang juga dapat disebabkan oleh sejarah gempa yang telah terjadi di masa
lalu. Salah satu contohnya adalah Gempa Padang pada tahun 2009 yang memiliki
magnitudo 7,6. Gempa ini mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan
menimbulkan korban jiwa. Selain risiko gempa bumi, kota Padang juga berisiko
terkena tsunami karena terletak di pantai barat Sumatera. Gempa bumi dengan
magnitudo yang signifikan di sekitar Sesar Sumatera dapat memicu terjadinya
tsunami yang dapat mencapai pesisir kota Padang. Dengan memahami risiko ini,
penting bagi penduduk kota Padang untuk mendapatkan pembekalan dan
pemahaman tentang mitigasi bencana, termasuk tindakan yang harus diambil
dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami. Upaya mitigasi bencana seperti
pembangunan bangunan tahan gempa, sistem peringatan dini, dan rencana
evakuasi menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko dan melindungi
masyarakat Padang dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami. Namun,
pemahaman tentang mitigasi bencana di kalangan warga Padang atau masyarakat
umumnya mungkin masih sangat kurang dan perlu ditingkatkan. Menurut
Menurut LIPI-UNESCO/ISDR dalam (Fitriyani et al., 2021) ada lima parameter
indikator untuk menilai kesiapsiagaan masyarakat, yaitu pengetahuan dan sikap,
kebijakan, rencana tanggap darurat, system peringatan bencana, dan mobilisasi
sumber daya. Namun, pada pelaksanaanya seringkali hanya melibatkan orang
dewasa dalam pembekalan upaya mitigasi bencana tersebut. Padahal sangat
penting menanamkan sikap tanggap bencana sedini mungkin untuk mengurangi
resiko terhadap bencana. Sikap tanggap bencana perlu ditanamkan sedini
mungkin dalam kehidupan anak-anak. Mengajarkan anak-anak tentang
pentingnya sikap tanggap bencana dan memberikan mereka pengetahuan dan
keterampilan yang relevan adalah langkah penting untuk membangun generasi
yang lebih siap menghadapi bencana. Mengajarkan anak-anak tentang bencana
sejak dini membantu mereka memahami risiko dan bahaya yang mungkin mereka
hadapi. Ini membantu meningkatkan kesadaran mereka terhadap lingkungan
sekitar dan membuat mereka lebih waspada terhadap tanda-tanda peringatan atau
situasi berbahaya. Mengatasi hal tersebut, maka diperlukan adanya pembelajaran
mengenai kesadaran siswa terhadap bencana ini. Salah satunya adalah dengan
mengembangkan model pembelajaran mitigasi bencana (Hybrid) berbasis
etnosains untuk meningkatkan kreativitas siswa sekolah dasar. Pengembangan
model pembelajaran ini didesain dengan menarik dan interaktif dengan
menggunakan model pembelajaran mitigasi bencana hybrid (secara luring
menggunakan pop up sedangkan secara daring menggunakan e-modul) berbasis
etnosains. Pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana (hybrid) berbasis
etnosains merupakan solusi yang efektif dalam menanamkan sikap tanggap
darurat bagi siswa Sekolah Dasar di daerah rawan bencana. Model pembelajaran
mitigasi bencana (hybrid) menggunakan pop up dapat membantu siswa menjadi
tertarik untuk belajar bencana alam. Hal ini menyebabkan siswa mudah
memahami pembelajaran sehingga dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh
ketika bencana terjadi.

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan umum dari penelitian ini berdasarkan latar belakang
perrmasalahan tersebut adalah mengembangkan model pembelajaran mitigasi
bencana (Hybrid) berbasis etnosains untuk meningkatkan kreativitas siswa sekolah dasar
agar siswa SD. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan model pembelajaran Mitigasi Bencana (hybrid) berbasis


etnosains untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas V sekolah dasar yang
valid.
b. Mengembangkan model pembelajaran Mitigasi Bencana (hybrid) berbasis
etnosains untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas V sekolah dasar yang
praktis.
c. Mengembangkan model pembelajaran Mitigasi Bencana (hybrid) berbasis
etnosains untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas V sekolah dasar yang
efektif.
d. Menghasilkan produk pembelajaran Mitigasi Bencana (hybrid) berbasis
etnosains untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas V sekolah dasar.

1.3 URGENSI PENELITIAN


Adapun usulan dari penelitian ini sangat perlu untuk dipertimbangkan
dikarenakan konsep pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana yang
ditawarkan memuat konsep etnosains yang sangat dekat dan berhubungan dengan
kehidupan siswa sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami. Selin itu, konsep
pengembangan model pembelajaran ini dapat dihubungkan dnegan berbagai
materi pembelajaran IPA di sekolah dasar terutama yang berkaitan dengan
tekanan, getaran, fungsi bagian tubuh, sifat-sifat air serta berbagai materi lainnya.
Proposal ini juga sesuai dengan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-
2045 dan Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024. Sebab pengembangan
model pembelajaran mitigasi bencana (Hybrid) berbasis etnosains termasuk ke
dalam fokus riset Kebencanaan yakni pada kategori Teknologi dan Manajemen
Bencana Geologi.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Model Pengembangan


Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada model
ADDIE. Model ADDIE digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran
mitigasi bencana (hybrid) berbasis etnosains untuk meningkatkan kreativitas siswa
kelas V Sekolah Dasar. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam
memahami pentingnya mitigasi bencana dan cara-cara yang efektif dalam
melakukannya serta mendorong siswa untuk menggunakan kreativitas dalam
menghadapi bencana alam, yaitu analysis, design, development, implementation, dan
evaluation (Branch, 2009:3).

Gambar 1. Fishbone Penelitian

2.2 PROSEDUR PENGEMBANGAN


Prosedur pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana (hybrid)
berbasis etnosains untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas V Sekolah Dasar
dalam capaian TKT 3 dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Prosedur Pengembangan Model (Branch, 2009:3) Pembelajaran Mitigasi


Bencana (hybrid) Berbasis Etnosains

Prosedur pengembangan pada penelitian tersebut mengacu pada model ADDIE


yang terdiri dari 5 langkah. Penjelasan prosedur pengembangan tersebut sebagai
berikut :
a. Pendefinisian (Analysis)
Tahap pertama dalam model ADDIE adalah pendefinisian (Analysis) yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dalam
pengembangan produk. Dalam penelitian ini, tahap analisis dilakukan dengan
melakukan studi literatur dan observasi terhadap praktik mitigasi bencana di
masyarakat setempat. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa masih banyak masyarakat
yang kurang memahami pentingnya mitigasi bencana dan cara-cara yang efektif
dalam melakukannya.
b. Perancangan (Design)
Tahap kedua adalah perancangan (Desain) yang dilakukan untuk
merancang konsep dan model produk. Dalam penelitian ini, tahap perancangan
dilakukan dengan merancang konsep dan model modul digital mitigasi bencana
berbasis etnosains terintegrasi dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Modul ini
dirancang dengan mengacu pada nilai-nilai sains tradisional yang terkandung dalam
praktik mitigasi bencana masyarakat setempat.
c. Pengembangan (Development)
Tahap pengembangan (Development) adalah tahap pembuatan produk
berdasarkan konsep dan model yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Dalam
penelitian ini, tahap pengembangan dilakukan dengan mengembangkan modul digital
mitigasi bencana berbasis etnosains terintegrasi dalam pembelajaran di Sekolah
Dasar. Modul ini dikembangkan dengan menggunakan teknologi digital dan konten
yang disesuaikan dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar.
d. Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi (Implementation) adalah tahap penerapan produk
pada lingkungan yang sesuai. Dalam penelitian ini, tahap implementasi dilakukan
dengan menguji coba modul digital mitigasi bencana berbasis etnosains terintegrasi
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar pada kelompok siswa yang dijadikan sampel.
Uji coba dilakukan dengan memberikan modul digital mitigasi bencana tersebut pada
siswa dan memonitor respons dan hasil belajar siswa.
e. Evaluasi (Evaluation)
Tahap evaluasi (Evaluation) dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi produk yang telah dikembangkan pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian
ini, tahap evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa
setelah menggunakan modul digital mitigasi bencana berbasis etnosains terintegrasi
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Hasil evaluasi ini digunakan untuk
menentukan keberhasilan pengembangan produk dan memberikan rekomendasi untuk
pengembangan selanjutnya.
Dengan menggunakan model ADDIE, pengembangan modul digital
mitigasi bencana berbasis etnosains terintegrasi dalam pembelajaran di Sekolah Dasar
dapat dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Setiap tahap memiliki peran penting
dalam memastikan kualitas produk pembelajaran yang dihasilkan dan kesesuaian
dengan kebutuhan pembelajaran.

2.3 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan : lembar observasi, lembar wawancara,
angket validasi, dan angket kepraktisan.
b. Uji validasi : angket validasi ahli
c. Uji praktikalitas dan efektivitas : angket praktikalitas dan angket efektivitas
2.4 TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Data
yang diperoleh pada penelitian ini berupa data hasil uji validasi, hasil praktikalitas dari guru
dan siswa. Teknik analisis yang dilakukan sebagai berikut.
a. Analisis data kualitatif dilakukan dari data hasil wawancara dan observasi.
Analisis data kualitatif sesuai dengan teori Miles & Hubberman yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpilan.
b. Data hasil penilaian modul/ uji validitas dan uji praktikalitas dianalisis
secara kuantitatif dengan panduan pada tabel berikut.
Tabel 1. Skala Skor Penilaian Uji Validitas
Kriteria Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup 3
Kurang 2
Sangat Kurang 1

Tabel 2. Skala Skor Penilaian Uji Praktikalitas


Kriteria Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

1) Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen dengan


menggunakan rumus sebagai berikut:
∑x
X=
n

Keterangan: X = skor rata-rata


∑x = jumlah skor
n = jumlah penilai

2) Mengkategorikan secara kualitatif nila rata-rata keseluruhan


sesuai dengan klasifikasi berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Validitas
No Rentang Skor Klasifikasi Validitas
1 3,41 – 5,00 Valid
2 0,00 – 3,4 Tidak Valid

Tabel 4. Klasififikasi Praktikalitas


Nilai Interval skor Rentang Derajat Praktikalitas
A X ≥ x + 1,8 S 4,21–5,00 Sangat Praktis
B X + 0,6 S < X ≤ x + 3,41-4,20 Praktis
1,8 S
C X – 0,6 S < X ≤ x+ 2,61-3,40 Kurang Praktis
0,6 S
D Xi – 1,8 S < X ≤ x – 1,81-2,60 Tidak Praktis
0,6 S
E X ≤ x – 1,8 S 0-1,80 Sangat Tidak Praktis
Keterangan
Nilai tertinggi ideal = jumlah
indikator x nilai tertinggi Nilai
terendah ideal = jumlah indikator x
nilai terendah X= nilai rata-rata
yang diperoleh
x= 1/2(nilai maks ideal+nilai min ideal)
S (Simpangan baku ideal) = 1/6 (nilai maks ideal–nilai min ideal)

c. Teknik analisis uji efektivitas


Uji efektivitas dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan kuantitatif yang terdiri
dari uji prasyarat, uji hipotesis, dan uji lanjut dengan menghitung kelas control dan kelas
eksperimen.
BAB III
HASIL DAN LUARAN

Pelaksanaan penelitian terbagi 3 yaitu pelaksanaan penelitian oleh


Peneliti Host, pelaksanaan Penelitian oleh Peneliti Mitra 1, dan pelaksanaan
Penelitian oleh Peneliti Mitra 2. Peneliti Mitra 1 yang berbeda provinsi
dengan Peneliti Host dan Peneliti Mitra 2, fokus kepada pengembangan
Modul Digital Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Api. Alasannya, Peneliti
Mitra 1 yang berdomisili di Malang cocok dengan bencana tersebut,
mengingat erupsi gunung Semeru yang terjadi dalam beberapa bulan
belakangan. Peneliti Host dan Peneliti Mitra 1 yang berdomisili di Padang
fokus pada pengembangan Modul Digital Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan
Tsunami. Pemilihan jenis bencana ini dirasa cocok mengingat kota Padang
dan Sumatera Barat sangat rentan terhadap bencana tersebut. Karena
kepentingan yang sama dan juga berdomisili di walayah yang sama, penelitian
oleh Peneliti Host dan Peneliti Mitra 2 dilaksanakan secara kolaborasi dan
terintegrasi.
Terhitung 5 bulan sejak usulan penelitian ini disetujui pada bulan Maret
hingga saat Laporan Kemajuan ini ditulis, berikut disajikan kegiatan
penelitian yang telah dilaksanakan baik oleh Peneliti Host dan Peneliti Mitra 2
maupun oleh Peneliti Mitra 1.
3.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti host dan peneliti mitra 2


yang dilaksanakan di SDN 6 Batang Anai dan SDN 28 Batang Anai
Kabupatn Padang Pariaman, serta SDN 05 dan 06 Padang Pasir, Kota
Padang. Adapun narasumber pada wawancara ini yaitu siswa kelas IV dan
V. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pembekalan upaya
mitigasi bencana sama sekali belum pernah dilakukan. Serta pada materi
pembelajaran, belum ditemukan adanya muatan materi mengenai upaya
mitigasi bencana. Selain itu, siswa juga belum pernah menggunakan media
pop up dan e-modul dalam pembelajaran. Diketahui bahwa guru hanya
menggunakan buku ajar pada saat memberikan materi pelajaran, sehingga
siswa dan guru membutuhkan bahan ajar tambahan seperti modul
elektronik sebagai bentuk aplikasi dari teknologi dan juga pop up book
sebagai media konkret. Hal lain juga diungkapkan oleh siswa bahwa dalam
pembelajaran, siswa lebih senang dan lebih termotivasi dalam belajar
apabila menggunakan media interaktif seperti e-modul dan pop up book.
Hasil wawancara mengungkapkan bahwa siswa mengetahui bencana
alam seperti banjir, longsor dan gempa bumi. Namun, siswa tidak
memahami dengan baik mengenai bencana alam yang mungkin dapat
terjadi di daerah sekitar sekolah atau tempat tinggal mereka. Berdasarkan
data hasil wawancara, siswa juga belum memahami apa itu tindakan
mitigasi bencana serta belum memahami apa saja upaya penyelamatan diri
saat terjadinya bencana. Misalnya saja ketika ditanya apabila terjadi gempa
pada saat pembelajaran berlangsung, siswa hanya menjawab lari ke luar
ruangan saja. Mereka belum paham apa yang seharusnya mereka siapkan
sebelum adanya bencana, serta apa yang seharusnya mereka lakukan saat
terjadi sesudah bencana alam terutama saat terjadinya gempa bumi dan
tsunami.
3.2 Tahap Desain

Anda mungkin juga menyukai