GLAUKOMA
Disusun dan ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah
OLEH :
GLAUKOMA
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan
kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan
intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah
sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler
merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi (Mansjoer, Arif : 2001). Glukoma kronik adalah
penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif : 2001).
Jadi menurut kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana
meningkatnya tekanan intra okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan
2. Etiologi
a. Glaukoma primer terdiri dari :
b. Sekunder
uvea pembedahan.
3. Pathway
4. Patofisiologis
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran
keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama
terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor
diproduksi di dalam tubuh silier dan mengalir ke luar melalui saluran schlemm ke
dalam sistem vena. Ketidakseimbangan sanggup terjadi akhir produksi berlebih tubuh
silier atau oleh peningkatan kendala gila terhadap aliran keluar akueos melalui
camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg
memerlukan penilaian yang secama. Iskemia menimbulkan struktur ini kehilangan
fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan
bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan
retina yaitu ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma
sanggup menimbulkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik
buta pada lapang pandang.
5. Tanda dan Gejala
a. Glaukoma primer
c) Pandangan kabur
d) Sakit kepala
e) Mual, muntah
f) Kedinginan
b. Glaukoma sekunder
c. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
6. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala terjadi akhir peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang
secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata ibarat normal dan sebagian tidak
mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa
pasien sering menabrak lantaran pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang
sempit, hingga kebutaan permanen
7. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan
rasa sakit.
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan yaitu menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan
mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung pembagian
terstruktur mengenai penyakit dan respons terhadap terapi:
a. Terapi obat: Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6
% 1 tts / jam.
b. Bedah lazer: Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan
menurunkan tio.
c. Bedah konfensional: Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat
sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke
anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk membuat saluran
balu melalui sclera.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
A. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese .
1. Pengkajian
a. Identitas meliputi : nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat,
diagnosa medis
b. Identitas Penanggung Jawab meliputi: nama, jenis kelamin, umur,
hubungan dengan klien, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
c. Keluhan utama meliputi: Nyeri hebat pada mata kiri sejak 1 bulan yang lalu
secara berangsur-angsur, menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas, penurunan
area penglihatan, mengatakan takut dioperasi, sering menanyakan tentang
operasi.
d. Riwayat kesehatan
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut.
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang
meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
4. Implementasi
Implementasi adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari
kreteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan dilakukan setelah rencana tindakan di
susun dan di tunjukkan kepada nursing order untuk membantu pasien mencapai
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien hadapi.
Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang mencangkup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerjasama
dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya tujuan dan
kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi. Adapun implementasi yang dapat
dilakukan sesuai dengan perencanaan yaitu :
5. Evaluasi
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing) (Achjar.2010). adapun
komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang
masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada
pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment)
adalah interprestsi dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya (Rohmah &
Saiful,2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi
yang telah di buat pada perencanaan tujuan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
A. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 21 Oktober 2020 Jam : 12.30 WIB
Tanggal MRS : 21 Oktober 2020 NO. RM 278034
Ruang/Kelas : Mawar Dx. Masuk : Galukoma
Dokter yang merawat : dr.Muchtar
Nama : Tn. H Jenis Kelamin : Laki - laki
Identitas
Riwayat penyakit saat ini : Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri hebat pada
mata kiri
Penyakit yang pernah diderita : Pasien pernah mengalami kelainan seperti yang dideritanya
sekarang ini yaitu pada tahun 1989
Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang
mengalami penyakit seperti yang dideritanya sekarang ini
Kekuatan otot: 5 5
55
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada
Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa Lain-lain : -
Masalah: Tidak ada masalah pada system
muskuloskeletal
Riwayat psikologi : klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit
strees meghadapi tindakan operasi
Riwayat sosial : pasien dapat bersosialisasi dengan bai kantar teman, tetangga dan
lingkungan sosialnya
Darah Lengkap
HB : 16,3 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
LED : 15 (L 0 – 15/Jam P 0 – 20/jam)
Leuksiot : 9,300 400 – 11.000
Gula darah
Glukosa puasa : 91 mg/dl (<126 mg/dl)
Glukosa 2 jam pp : 102 mg/dl (<126 mg/dl)
Fall Hati
Bilirubin Direk : 0,54 (<0,25)
Bilirubin Indirek : 0,78
Bilirubin total : 1,32 (<1,00)
SGOT : 79 (L < 37 P < 31 ) U/L
SGPT : 80 (L < 40 P < 31 ) U/L
Fall Ginjal
Ureum /BUN : 24,2 mg/dl (10-45)
Serum Ceratinin : 1,68 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
Radiologi/ USG, dll
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
1 DS : (D.0085) Gangguan Penglihatan
- Pasien mengatakan nyeri yang Gangguan Persepsi
hebat pada mata kiri sejak 1 Sensori
bulan yang lalu
DO :
- klien tampak gelisah, tidak
tenang
- KU composmentis
- TD 170/130 mmHg
- N 92 x/menit
- S 36 oC
- RR 24 x/menit
3 DS : (D.0111)
- Klien mengatakan kurang Defisit Pengetahuan Kurang Terpapar Informasi
mengtahui tentang proses tentang glaukoma
penyakit perawatan atau
pengobatan
- Klien tidak mengetahui
dampak glaukoma
DO :
- Klien tampak kebingungan
- Mukosa mulut pasien kering
- KU composmentis
- TD 170/130 mmHg
- N 92 x/menit
- S 36oC
- RR 31 x/menit
- BB 82 kg
- TB 176 cm
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. (D.0085) gangguan presepsi sensori b.d gangguan penglihatan d.d nyeri
berat pada mata bagian kiri
2. (D.0080) anisetas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d merasa
bingung, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
3. (D.0111) defisit pengetahuan tentang glaukoma b.d kurang terpapar informasi
d.d menanyakan masalah yang dihadapi, tidak mengetahui dampak dari
glaukoma
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagonsa Keperawatan
NO Tanggal dan jam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(PES)
1 21 Oktober 2020 (D.0085) Setelah dilakukan intervensi Minimalisasi Rangsangan
10.00 wib Gangguan Presepsi Sensori keperawatan selama 3 x 24 jam Obervasi
diharapkan gangguan presepsi - Periksa status mental, status
sensori meningkat dengan sensori, dan tingkat kenyamanan
kriteria hasil : (mis. nyeri, kelahan)
Edukasi
- Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus (mengatur penchayaan
ruangan, mengurangi kebisingan )
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam meminmalkan
prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi prespsi stimulus
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak komprtitif, sesuai
kebutuhan
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
3 21 Oktober 2020 (D.0111) Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
10.00 wib defisit pengetahuan tentang keperawatan selama 3 x 24 jam Obervasi
glaukoma di harpakan pengetauhan - Identifikasi kesiapan dan
tentang glaukoma meningkat kemampuan menerima infromasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi factor – factor yang
dapat meningkatkan dan
1. Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
2. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu Terapeutik
topik meningkat - Sediakan materi dan media
3. Perilaku sesuai dengan pendidikan kesehatan
pengetahuan meningkat - Jadwalkan pendidikan kesehatan
4. Pertanyaan tentang masalah sesuai kesepakatan
menurun - Berikan kesampatan untuk
5. Persepsi yang keliru bertanya
terhadap masalah menurun
Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan hidup bersih dan sehat
- Ajarakan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
D. CATATAN PERKEMBANGAN
21 Oktober O:
Terapeutik
2020 1
- Mendskusikan tingkat toleransi terhadap beban - Kien tampak meringis kesakitan
10.00 WIB
sensori (terlalu terang) - Klien tampah gelisah
- Membatasi stimulus lingkungan (cahaya) - KU composmentis
- Menjadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat - TD 170/130 mmHg
- Mengkombinasikan prosedur/tindakan dalam satu - N 92 x/menit
waktu, sesuai kebutuhan - S 36oC
- RR 31 x/menit
Edukasi - BB 82 kg
- Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus - TB 176 cm
(mengatur penchayaan ruangan, mengurangi
A:
kebisingan )
Masalah belum teratasi
Kolaborasi P:
- Berkolaborasi dalam meminmalkan
Intervensi dilanjutkan
prosedur/tindakan
- berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
prespsi stimulus
Reduksi Ansietas S:
Obervasi
- Klien mengatakan cemas dan bingung terhadap
- Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
penyakitnya
2 - Mengidentifikasi kemampuan mengambil
- Klien selalu bertanya berapa lama operasinya
keputusan
- Memonitor tanda tanda ansietas (verbal dan O :
nonverbal) - Klien tampak bingung
- Klien tampak pucat
Terapeutik - KU composmentis
- Menciptakan suasana terapeutik untuk - TD 170/130 mmHg
menumbuhkan kepercayaan - N 92 x/menit
- Menemani pasien untuk mengurangi kesemasan - S 36oC
- Menggunakan pendekatan yang tenang dan - RR 31 x/menit
meyakinkan - BB 82 kg
- Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu - TB 176 cm
kesemasan
A:
Edukasi kesehatan S:
Obervasi - Klien mengatakan tidak tahu tentang
- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan penyakitnya
menerima infromasi - Klien tidak mengtahui dampak dan cara
- Mengientifikasi factor – factor yang dapat perawatan penyakitnya
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat O:
- Klien tampak bingung dan bertanya tanya
3 Terapeutik - Klien tampak cemas dan gelisah
- Menyediakan materi dan media pendidikan - KU composmentis
kesehatan - TD 170/130 mmHg
- Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai - N 92 x/menit
kesepakatan - S 36oC
- Memberikan kesampatan untuk bertanya
- RR 31 x/menit
- BB 82 kg
Edukasi
- TB 176 cm
- Menjelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan A:
- Mengjarkan hidup bersih dan sehat
Masalah belum teratasi
- Mengjarakan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
P:
Intervensi dilanjutkan
Minimalisasi Rangsangan S:
Obervasi
- Kien mengatakan mata yang sebeah kiri
- Memeriksa status mental, status sensori, dan
nyerinya sedikit berkurang
tingkat kenyamanan (mis. nyeri, kelahan)
- Klien mengatakan ketajaman matanya sudah
22 Oktober mendingan
Terapeutik
2020 1
- Membatasi stimulus lingkungan (cahaya) O:
10.00 wib
- Menjadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat - Kien tampak tidak meringis lagi
- Mengkombinasikan prosedur/tindakan dalam satu - Klien gelisahnya tampak berkurang
waktu, sesuai kebutuhan - KU composmentis
- TD 170/130 mmHg
Edukasi - N 92 x/menit
- Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus - S 36oC
(mengatur penchayaan ruangan, mengurangi - RR 31 x/menit
kebisingan ) - BB 82 kg
- TB 176 cm
Kolaborasi
A:
- Berkolaborasi dalam meminmalkan
prosedur/tindakan Masalah belum teratasi
Reduksi Ansietas S:
Obervasi
- Klien mengatakan sudah sedikit tahu tentang
- Mengidentifikasi kemampuan mengambil
penyakitnya
keputusan
2 - Klien sudah jarang bertanya tentang berapa
- Memonitor tanda tanda ansietas (verbal dan
lama operasinya
nonverbal)
O:
Edukasi
- Mengajurkan melakukan kegiata yang tidak
n
komprtitif, sesuai kebutuhan
- Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Edukasi kesehatan S:
Obervasi - Klien mengatakan sudah sedikit tahu tentang
3
- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan penyakitnya
menerima infromasi - Klien sudah sedikit mengtahui dampak dan cara
- Mengientifikasi factor – factor yang dapat perawatan penyakitnya
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku O :
hidup bersih dan sehat - Klien tampak bingung dan bertanya tanya
- Klien tampak cemas dan gelisah
Terapeutik - KU composmentis
- Menyediakan materi dan media pendidikan - TD 170/130 mmHg
kesehatan - N 92 x/menit
- Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai - S 36oC
kesepakatan - RR 31 x/menit
- Memberikan kesampatan untuk bertanya - BB 82 kg
- TB 176 cm
Edukasi A:
- Menjelaskan faktor resiko yang dapat
Masalah belum teratasi
mempengaruhi kesehatan
- Mengjarkan hidup bersih dan sehat P:
- Mengjarakan strategi yang dapat digunakan untuk
Intervensi dilanjutkan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Edukasi - KU composmentis
kebisingan ) - S 36oC
- RR 31 x/menit
Kolaborasi - BB 82 kg
prosedur/tindakan A:
- berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
Masalah sudah teratasi
prespsi stimulus
P:
Intervensi dihentikan
Reduksi Ansietas S:
Obervasi
- Klien mengatakan tahu tentang penyakitnya
- Mengidentifikasi kemampuan mengambil
- Klien sudah tidak bertnya lagi tentang
keputusan
operasinya
- Memonitor tanda tanda ansietas (verbal dan
nonverbal) O:
Kolaborasi P:
Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Intervensi dihentikan
S:
Edukasi kesehatan
- Klien mengatakan sudah tahu tentang
Obervasi
penyakitnya
- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
3 - Klien sudah mengtahui dampak dan cara
menerima infromasi
perawatan penyakitnya
- Mengientifikasi factor – factor yang dapat
O:
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
- Klien sudah tidak gelisah dan tampak rileks
hidup bersih dan sehat
- Klien sudah tidak cemas dan gelisah
Terapeutik - KU composmentis
- Menyediakan materi dan media pendidikan - TD 170/130 mmHg
kesehatan - N 92 x/menit
- Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai - S 36oC
kesepakatan - RR 31 x/menit
- Memberikan kesampatan untuk bertanya - BB 82 kg
- TB 176 cm
Edukasi A:
- Mengjarkan hidup bersih dan sehat
Masalah sudah teratasi
- Mengjarakan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat P:
Intervensi dihentikan