Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

OHSASS 18001 DAN ISO 45001

AZILA SHAFIYA ERSALI


25117021

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
OHSASS 18001 DAN ISO 45001

1) OHSASS 18001.
A. Pengertian OHSASS 18001
Berawal dari dengan penerbitan suatu pendekatan sistem manajemen, yaitu Health and
Safety Management – HS(G)65 yang dikembangkan oleh Health and Safety Executive di
Inggris yang diterbitkan terakhir pada tahun 1977. Pada bulan Mei 1996, muncul standar
pelaksanaan K3, yaitu BS 8800 (British Standard 8800) yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja organisasi melalui penyediaan pedoman mengenai bagaimana manajemen K3
berintegrasi dengan manajemen dari aspek bisnis yang lain. Pada tahun 1999, muncul
standar OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001 yang
dikeluarkan sebagai spesifikasi dan didasarkan pada model yang sama dengan ISO 14001.
Bersamaan dengan itu, terbit pula OHSAS 18002 sebagai pedoman penerapan OHSAS
18001. OHSAS menyatakan persyaratan sistem manajemen K3, agar organisasi mampu
mengendalikan risiko-risiko K3 dan meningkatkan kinerjanya. Standar OHSAS ditujukan
untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja, bukan untuk mengelola area-area
kesehatan dan keselamatan lain seperti program kesejahteraan/kesehatan karyawan,
keselamatan produk, kerusakan properti ataupun dampak lingkungan.( Andhika Sekar, 2013)
Pеngеrtian Sеrtifikasi Occupational Hеalth And Safеty Assеssmеnt Sеriеs (OHSAS) 18001
menurut Ramli (2009: 59) mеnyatakan bahwa “OHSAS 18001 bеrsifat gеnеrik dеngan
pеmikiran untuk dapat digunakan dan dikеmbangkan olеh bеrbagai organisasi sеsuai dеngan
sifat, skala kеgiatan, risiko, sеrta lingkup kеgiatan organisasi”.
OHSAS 18001 adalah Sistem Manajemen K3 yang berlaku secara internasional, sedangkan
SMK3 PP No.50 Tahun 2012 berlaku secara nasional dan merupakan perundangan yang
dibuat pemerintah Indonesia melalui Kemnaker RI
B. Penerapan sistem OHSASS 18001
Untuk menerapkan system OHSAS 18001 – Manajemen K3 ini dibutuhkan tiga tahapan
proses, Sebagai berikut :
1. Tahap Identifikasi Awal
Analisa / Identifikasi terhadap tingkat kecukupan terhadap sistem dan fasilitas kesehatan dan
keselamatan kerja di organisasi / industri. Mencakup evaluasi proses di organisasi,
pemeriksaan terhadap prosedur yang ada, analisa tingkat kecelakaan pada masa lalu dan
peraturan atau perundang-undangan yang berlaku.
1. Tahap Persiapan dan Implementasi Manajemen K3 – OHSAS 18001
Tahap ini merupakan tahap persiapan dokumen dan program kerja serta pelaksanaan
implementasinya. Pada tahap ini ada beberapa elemen yang harus diperhatikan yaitu :
A. Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta kepemimpinannya
B. Organisasi, sumber daya dan training
C. Pengendalian operasional yang menjadi titik tolak prosedur proses, peraturan
kesehatan dan keselamatan kerja dan perijinan di lingkungan kerja.
D. Tujuan dan target dari kesehatan dan keselamatan kerja
E. Panduan system kesehatan dan keselamatan kerja dan dokumentasi
F. Pengendalian operasional yang mencakup pemantauan kesehatan kerja, persiapan
proyek, pembelian dan pemasok.
G. Pemeriksaan dan tindakan pencegahan, investigasi dan tindakan perbaikan
H. Tindakan darurat

3. Tahap Penilaian Kinerja Proses OHSAS 18001 – Manajemen K3


Tahap ini merupakan tahap penilaian terhadap sistem yang telah diterapkan mencakup
penilaian dokumentasi, verifikasi penerapan dan tindakan perbaikan/ pencegahan yang
diperlukan. Penerapan sistem OHSAS 18001 dalam organisasi industri memang merupakan
investasi besar dimana hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung. Besarnya nilai investasi
sebanding dengan banyaknya manfaat yang akan diperoleh bagi organisasi industri yang
menerapkan OHSAS 18001.
C. Tujuan Sеrtifikasi Occupational Hеalth And Safеty Assеssmеnt Sеriеs (OHSAS) 18001
Tujuan dari pеnеrapan Sеrtifikasi OHSAS 18001 di pеrusahaan (OHSAS: 2007), yaitu sеbagai
bеrikut:
1) Mеnеtapkan sistеm manajеmеn kеsеlamatan dan kеsеhatan kеrja untuk mеnghilangkan atau
mеminimalkan risiko bagi karyawan dan pihak bеrkеpеntingan lainnya yang dapat tеrkеna risiko
kеsеlamatan dan kеsеhatan kеrja yang tеrkait dеngan kеgiatan.
2) Mеyakinkan kеsеsuaian kеbijakan K3 yang tеlah ditеtapkan.
3) Mеnunjukkan kеsеsuaian kеpada pihak lain.
4) Mеnеrapkan, mеmpеrtahankan dan tеrus mеningkatkan sistеm Manajеmеn K3.
5) Mеmbuat kеbijakan dan dеklarasi kеsеsuaian dеngan spеsifikasi OHSAS ini.
6) Mеncari sеrtifikasi sistеm Manajеmеn K3 olеh sеbuah organisasi еkstеrnal.
D. Hubungan OHSASS dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ramli (2009: 198) tujuan dari OHSAS 18001 yaitu untuk mеnciptakan sistеm kеsеlamatan kеrja di
tеmpat kеrja dеngan mеlibatkan unsur manajеmеn, tеnaga kеrja, kondisi dan lingkungan kеrja yang
tеrintеgrasi dalam rangka mеncеgah dan mеngurangi kеcеlakaan.
Ramli (2009:198) mеngatakan bahwa tujuan dari OHSAS 18001 yaitu untuk mеnciptakan suatu
sistеm kеsеhatan kеrja dalam rangka mеngurangi pе[;nyakit akibat kеrja sеrta tеrciptanya tеmpat
kеrja yang aman, еfisiеn, dan produktif.
OHSAS atau singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS 18001)
adalah suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan. Banyak organisasi di berbagai Negara telah
mengadopsi OHSAS 18001 untuk mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
melaksanakan prosedur yang mengharuskan organisasi secara konsisten mengidentifikasi dan
mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat kerja; serta
memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.
Sementara, Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 adalah seperangkat peraturan terkait
implementasi Sistem Manajemen K3 yang didasarkan kepada Undang-Undang N0.01 tahun 1970,
dan diamanatkan oleh Undang-Undang No. 13 tahun 2003. SMK3 PP No.50 Tahun 2012
diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 org dan mempunyai tingkat potensi
bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan menyusun Rencana K3, dalam menyusun rencana
K3 tersebut, pengusaha melibatkan Ahli K3, Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(P2K3), Wakil Pekerja dan Pihak lain yang terkait.
Manfaat bagi pеrusahaan yang mеnеrapkan OHSAS 18001 dapat mеmbеrikan kеuntungan baik
bagi karyawan, pеrusahaan, dan stakеholdеr. Tidak hеran bila pеrusahaan yang tеlah mеmiliki
sеrtifikasi dari OHSAS 18001 mеmiliki kеpеrcayaan diri lеbih dikarеnakan pеrusahaan tеrsеbut
tеlah diakui mеnjalankan pеdoman kеsеlamatan dan kеsеhatan kеrja sеsuai dеngan standar
intеrnasional. Di еra globalisasi saat ini umumnya para calon karyawan lеbih mеmilih bеkеrja di
suatu pеrusahaan dеngan mеmpеrtimbangkan standarisasi mutu yang dimiliki pеrusahaan, sеrta
pеrusahaan yang tеlah mеmiliki standar kеmanan yang tеlah diakui sеcara intеrnasional.Pеngakuan
dari sеrtifikasi inilah yang akan mеmbantu pеrusahaan untuk dapat mеningkatkan brand imagе
kеpada para stakеholdеr.

2) ISO 45001
ISO 45001 adalah sebuah standar internasional baru untuk manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja (K3 / OH&S), yang menjadi pengganti standar OHSAS 18001. ISO 45001 dirancang oleh
Komite proyek ISO. ISO 45001 disetujui untuk dipublikasikan pada bulan Januari dan telah
menjalani proses publikasi pada Maret 2018. Dengan demikian organisasi dengan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja harus mengupgrade sistem manajemen mereka
beserta sertifikatnya mengikuti standar ISO 45001 dalam kurun waktu 3 tahun kedepan. ISO 45001
diterbitkan pada 12 Maret 2018. Pada hari itu, OHSAS 18001 secera efektif ditarik. Perusahaan
yang saat ini menggunakan OHSAS 18001 perlu untuk bermigrasi ke ISO 45001 dalam waktu
tiga tahun. Periode transisi dimulai 3-12-18 sampai 3-12-21, dan semua sertifikasi OHSAS
18001 harus dimigrasikan ke ISO 45001.
ISO 45001 dikembangkan oleh ISO / PC 283, sebuah komite teknis yang terdiri dari para ahli
dari seluruh dunia. Standar ISO 45001 memberikan pendekatan yang sistematis dan
komprehensif mengenai kesehatan dan keselamatan berkaitan dengan pekerjaan
ISO 45001 memiliki 10 klausul dalam strukturnya, sedangkan OHSAS 18001 hanya terdiri dari 4
klausul. Kemudian, dari konteks organisasi ISO 45001 lebih fokus dan detail. Terakhir, ISO
45001 membahas secara mendalam tentang identifikasi bahaya dan partisipasi pekerja.
Standar ISO 45001:2018 (2018) jika dapat diterapkan dengan baik memungkinkan organisasi
memberikan tempat kerja yang aman dan sehat, dengan mencegah pekerjaan terkait cedera dan
kesehatan yang buruk serta secara proaktif meningkatkan kinerja K3 maka standar ini digunakan
oleh organisasi yang ingin menetapkan, menerapkan dan memelihara SMK3 untuk meningkatkan
mutu K3, membatasi bahaya dan meminimalkan resiko K3, termasuk kekurangan sistem,
mengambil manfaat dari peluang K3, dan mengatasi ketidakpatuhan SMK3 dalam berbagai
aktivitas kerja.
Standar membantu organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dari SMK3 sesuai dengan
kebijakan organisasi. Hasil yang diharapkan dari organisasi tanpa memandang ukuran, jenis dan
kegiatan, resiko K3 pada kendali organisasi, memperhitungkan faktor-faktor seperti konteks
organisasi beroperasi, kebutuhan dan harapan pekerja serta pihak berkepentingan lainnya.
Standar tidak menyatakan kriteria khusus untuk kinerja K3, dan juga bukan preskriptif tentang
desain SMK3. Standar memungkinkan organisasi melalui SMK3-nya terintegrasi dengan aspek lain
dari K3, seperti kesehatan atau kesejahteraan pekerja. Standar ini tidak mengatasi seperti
keselamatan produk, kerusakan properti, atau dampak lingkungan terhadap resiko kepada pekerja
dan pihak terkait lainnya yang relevan
Standar ISO 45001:2018 terdiri atas 10 klausul yang sama dengan klausul di ISO 9001:2015 dan
ISO 14001:2015 sehingga mudah integrasinya. 10 klausul tersebut adalah Ruang Lingkup,
Acuan Normatif, Istilah dan Definisi, Konteks Organisasi, Kepemimpinan, Perencanaan,
Dukungan, Operasi, Pemeriksaan dan Perbaikan.
Sebagaimana dinyatakan Dentch (2018), suatu organisasi dapat menggunakan sistem manajemen
untuk mengontrol dan meningkatkan keselamatannya atau kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja. Standar ISO 45001:2018 dapat diagendakan untuk itu, karena standar ISO 45001
dirancang dengan baik, mencakup semua persyaratan sesuai dengan struktur Standar Tingkat
Tinggi (HSL) ISO dan didasarkan pada siklus PDCA serta pendekatan proses (Dharkar, 2018).
Standar baru ISO 45001 mempromosikan pendekatan yang lebih berorientasi sistem yang
didasarkan pada konsep "risiko yang dapat diterima" dan bukan "penghapusan semua bahaya"
historis yang telah menjadi mantra dari profesi keselamatan. Pendekatan baru ini akan mengubah
pandangan para profesional keselamatan dunia saat mengelola keselamatan, kesehatan dan
masalah lingkungan dalam organisasi. Hasilnya berupa pergeseran dari penekanan pada
pengelolaan peraturan dan bahaya ke manajemen risiko yang dapat diterima (Lopez, 2016).
Dalam perspektif ini, muncul “paradigma tanggung jawab bersama” yang sekarang sedang
dipertimbangkan oleh pemangku kepentingan yang peduli sebagai pendekatan baru untuk
memahami isu-isu hak asasi manusia di seluruh rantai pasokan global dan kerangka kerja
organisasi internasional untuk standardisasi (ISO) dan ISO 45001 diusulkan sebagai sistem
manajemen yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja (Hemphill & Kelley, 2016).
Hal itu sangat penting dan mendesak, karena cedera di tempat kerja dan masalah kesehatan dapat
berdampak signifikan terhadap produktivitas di tempat kerja, bahkan menimbulkan biaya
langsung dari cedera di tempat kerja, termasuk peningkatan premi asuransi pekerja, denda dan
waktu henti bagi pekerja yang cedera atau peralatan yang rusak serta biaya untuk penggantian
staf, dan sumber daya lainnya, serta kewajiban moral dan kehilangan pesanan.
Itulah sebabnya maka standar ISO 45001:2018 menjadi relevan untuk meningkatkan kinerja K3,
sehingga upaya untuk menyosialisasikan dan menerapkan K3 di perusahaan-perusahaan perlu
terus dijalankan (Hongadi & Praptiningsih, 2013).
Menurut buku A Concise Introduction to ISO 45001:2018 (2018) banyak standar manajemen
ISO menekankan pengetahuan dan partisipasi pekerja. ISO 45001 bahkan lebih jauh lagi. Ini
akan menjadi persyaratan untuk fokus pada partisipasi pekerja. Beberapa klausul yang
terkandung dalam standar baru seperti ”konteks organisasi”, dan ”kepemimpinan” secara khusus
membahas peran yang dimiliki pekerja dalam mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di samping manajemen puncak dan staf.
A. Manfaat ISO 45001
ISO 45001 menggunakan struktur Annex SL dalam menetapkan standar. Sistem tersebut
mudah terintegrasi dengan manajemen bisnis sehingga mengefisiensi biaya. Selain itu,
ISO 45001 memberikan manfaat berikut ini untuk perusahaan.(Nana,2019)
1. Proses sistematis dalam perusahaan terbangun secara optimal sehingga bisa
meminimalkan angka kecelakaan kerja. Di samping itu, ISO 45001 membantu
perusahaan memperhitungkan persyaratan hukum terkait sistem K3, risiko, serta
bahaya.
2. ISO 45001 mampu membentuk pengendalian operasional untuk pengelolaan bahaya
dan risiko yang berkaitan dengan SMK3.
3. Dengan menerapkan ISO 45001, semua pihak di perusahaan mampu menyadari
pentingnya mengurangi risiko dan bahaya di lingkungan kerja.
4. Memperbaiki dan mengevaluasi kinerja SMK3 secara kontinyu.
5. Mengurangi downtime, biaya gangguan operasi, pembayaran premi asuransi,
ketidakhadiran, serta turnover.
Sertifikasi standar manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk
memastikan bahwa organisasi telah peduli dan memperhatikan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja dalam melakukan aktifitas secara keseleuruhan
pada organisasi yang disertifikasi tersebut. Sehingga para pekerja dapat merasa aman
dalam melakukan pekerjaan dan terhindar dari risiko sakit atapun kecelakaan yang
dapat mengakibatkan kematian akibat risiko pekerjaan yang dilakukan. Penelitian
tentang implementasi manajemen kesehatan dan keselamatan kerja telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya penelitian tentang Program K3 pada
proyek pembangunan terminal penumpang Bandara Supadio di Kota Pontianak
(Nurfadhilah et al, 2014)
B. Mengapa Standar ISO 45001 Dibuat
Menurut perhitungan yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) pada
tahun 2017, sejumah 2,78 juta kecelakaan fatal terjadi pada pekerjaan setiap tahunnya. Ini
berarti, setiap hari, hampir 7,700 orang meninggal karena penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan atau luka-luka. Selain itu, ada sekitar 374 juta cedera dan penyakit
akibat kecelakaan kerja non-fatal setiap tahun, banyak di antaranya mengakibatkan
ketidakhadiran dalam pekerjaan. Ini menggambarkan gambaran sederhana tentang tempat
kerja modern – di mana para pekerja dapat mengalami konsekuensi serius sebagai akibat
dari melakukan pekerjaan mereka.
Kecelakaan global yang dipublikasikan Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Januari
2016 menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi mencapai 1 pekerja
meninggal dan 153 pekerja mengalami kecelakaan setiap 15 detik, 2,3 juta meninggal per
tahun, 317 juta kecelakaan terjadi per tahun. Di Indonesia, angka kecelakaan kerja pada
tahun 2016 mencapai 110.285.
ISO 45001 dirancang dengan tujuan mengurangi risiko dan bahaya yang tak terduga,
memastikan keselamatan, serta menjamin kesejahteraan pekerja. ISO 45001 menjadikan
manajemen perusahaan lebih mudah dalam melakukan monitoring. Selain itu, standar
ISO 45001 diharapkan mampu memperbaiki sistem manajemen K3 di perusahaan.
(Nana,2019)
Salah satu organisasi atau perusahaan yang memiliki risiko kesehatan dan keselamatan kerja
tinggi adalah kontraktor. Beberapa risiko kesehatan dan keselamatan kerja bekerja pada
proyek infrastruktur, diantaranya: jatuh dari ketinggian, tertimpa material bangunan,
tertimbun reruntuhan gedung, tersengat listrik dan lainnya. Beberapa peneliti telah
mekalukan pengamatan implementasi K3 pada proyek infrastruktur oleh Indah dan Aryati
tahun 2017, Waruwu dan Yuamita tahun 2016 dan Dananjaya et al tahun 2013. Survey
dilakukan kepada 10 kontraktor pada 10 proyek pembangungan terhadap beberapa aspek
K3, diantaranya: penggunaan APD, pengelolaan kondisi darurat, Pekerjaan (struktur,
perancah dan tangga), penggunaan bahan beracun dan berbahaya, serta kesehatan dan
kebersihan lingkungan kerja (Indah dan Aryati, 2017). Dari beberapa aspek tersebut
diperoleh hasil bahwa penggunaan APD sebesar 60% merupakan nilai ternedah dan
mengindikasikan bahwa masih kurangnya kesadaran pekerja atau perusahaan dalam
memenuhi aspek tersebut. Kendala yang dihadapi dalam implementasi K3 diantaranya
keterbatasan anggaran dan budaya kerja yang kurang. Faktor K3 yang signifikan
mempengaruhi kecelakaan kerja melalui analisis regresi dan hasilnya, dua variabel
independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen kecelakaan kerja adalah
komitmen top manajemen (X2) dan kesadaran pekerja (X4) (Waruwu dan Yuamita, 2016)

C. Siapa yang Mengembangkan ISO 45001


David Smith, ketua komite proyek ISO/PC 283 yang mengembangkan ISO 45001,
percaya bahwa Standar Internasional yang baru ini akan menjadi persyaratan nyata bagi
jutaan pekerja: “Diharapkan ISO 45001 akan menghasilkan transformasi besar dalam
praktik di tempat kerja dan mengurangi korban kecelakaan dan penyakit terkait pekerjaan
di seluruh dunia.” Standar baru ini akan membantu organisasi menyediakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat bagi pekerja dan pengunjung dengan terus meningkatkan
kinerja K3 mereka.
Smith menambahkan: “Pengembang standar internasional telah berkumpul untuk
menyediakan kerangka kerja bagi tempat kerja yang lebih aman untuk semua sektor
apapun dan dimanapun anda bekerja.” Lebih dari 70 negara terlibat langsung dalam
pembuatan dokumen penting ini, dikembangkan oleh ISO/PC 283.
International Accreditation Forum (IAF) telah mengembangkan persyaratan migrasi
untuk membantu organisasi, lembaga sertifikasi, badan akreditasi dan pihak lain yang
berkepentingan untuk mempersiapkan sertifikasi.
D. Perbedaan struktur OHSASS 18001 dengan ISO 45001
Perbedaan pertama adalah terkait dengan struktur. ISO 45001 berdasarkan kepada ISO
Guide 83 (annex SL) yang mengatur struktur umum level tinggi, teks dan istilah umum serta
definisi untuk generasi sistem manajemen yang baru (ISO 9001, ISO 14001 dan lain-lain).
Struktur ini bertujuan untuk memfasilitasi proses dan integrasi dengan beberapa sistem
manajemen yang terharmonisasi, terstruktur dan efisien. Struktur ISO 45001 adalah sebagai
berikut:
1. Scope
2. Normative References
3. Terms and Definitions
4. Context of the Organization
5. Leadership
6. Planning
7. Support
8. Operation
9. Performance Evaluation
10. Improvement
Sedangkan struktur OHSAS 18001 adalah:
1. Scope
2. Referensi Publikasi
3. Terms and Definitions
4. OH&S management system requirements
Terlihat jelas dalam perbandingan struktur di atas bahwa terdapat penambahan klausul
dalam ISO 45001. Hal ini berarti ada beberapa pembahasan klausul yang baru atau lebih
detail dalam ISO 45001.
E. Istilah Baru
Pada ISO 45001, beberapa istilah baru juga dimasukkan seperti “monitoring”,
“measurement”, “effectiveness”, dan “OH&S Opportunity”. Istilah baru ini tentunya akan
berdampak kepada pelaksanaan model sistem manajemen yang diterapkan.
Sebagai contoh, ISO 45001 ini memperkenalkan kepada kita konsep “OH&S Opportunity”
yang berarti:
“circumstance or set of circumstances that can lead to improvement of OH&S performance”
OH&S Opportunity ini harus didentifikasi bersamaan dengan identifikasi risiko (risk
identification).
Konsep ini jelas berbeda dengan konsep OHSAS 18001 yang hanya mengidentifikasi risiko
tanpa mengidentifikasi opportunity. Dengan mengidentifikasi opportunity, organisasi dapat
menentukan hal-hal apa saja yang bisa diambil dengan pertimbangan opportunity yang
tinggi.
F. Perbedaan ISO 45001 dan OHSAS 18001 dalam Tujuan
OHSAS 18001 dan ISO 45001 memiliki tujuan tertulis yang berbeda. Jika OHSAS 18001
lebih berkonsetrasi pada pengendalian risiko, maka ISO 45001 lebih berkonsentrasi pada
meningkatkan kinerja K3 secara proaktif. Secara tertulis, tujuan OHSAS 18001 adalah to
enable an organization to control its OH&S risks and improve its OH&S performance
Sedangkan tujuan ISO 45001 adalah to enable an organization to proactively improve
its OH&S performance in preventing injury and ill-health.
Pada ISO 45001, fokus yang lebih kuat diberikan kepada “organization context”. Organisasi
diminta untuk melihat lebih luas dari isu keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri dan
harus menyadari apa yang masyarakat harapkan dari mereka, tentu dalam isu keselamatan
dan kesehatan kerja. Dalam klausul 4.1 disebutkan: The organization shall determine
external and internal issues that are relevant to its purpose and that affect its ability to
achieve the intended outcome(s) of its OH&S Management System
ISO 45001 menyusun 3 tingkat jenjang karir pekerja yaitu: top management, managerial
worker, dan non-managerial worker. Dalam hal jumlah, biasanya jumlah pekerja dalam
posisi non-managerial worker lebih banyak daripada posisi yang lain. Selain jumlahnya
banyak, mereka pekerja dalam posisi non-managerial worker juga terpapar langsung dengan
risiko-risiko di tempat kerja. Namun, alasan-alasan tersebut kadang tidak membuat
posisi non-managerial worker kuat dalam Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. Klausul
5.4 ISO 45001 merupakan klausul khusus yang membahas partisipasi dan konsultasi pekerja
khususnya pekerja dalam posisi non-managerial worker. Partisipasi dan konsultasi non-
managerial worker inilah yang tidak dibahas secara spesifik dalam OHSAS 18001. Hal yang
diperluas untuk melibatkan partisipasi pekerja non-managerial antara lain( Klausul 5.4 ISO
45001 ):
 Identifikasi bahaya, risiko dan peluang (opportunities)
 Penentuan tindakan eliminasi bahaya dan pengendalian risiko K3
 Penentuan persyaratan kompetensi, kebutuhan pelatihan, pelatihan dan evaluasi pelatihan
 Investigasi kecelakaan dan tindakan pengendaliannya
Hal yang diperluas untuk melibatkan konsultasi pekerja non-managerial antara lain:
 Kebijakan K3
 Target K3
 Pemenuhan legal
 Pelaksanaan program audit

Opportunities adalah konsep baru pada ISO 45001 yang tidak dimiliki oleh OHSAS 18001.
Organisasi harus memelihara proses untuk:
 PeluangK3 untuk meningkatkan performa K3 termasuk peluang dalam adaptasi terhadap
pekerjaan, organisasi kerja serta lingkungan pekerja
 Peluang lain untuk meningkatkan sistem manajemen K3
ISO 45001 mengharuskan organisasi mengendalikan risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan proses outsourcing ataupun
kontraktor. Klausul spesifik kontraktor terdapat di klausul 8.1.4.2 sedangkan klausul
untuk outsourcing disebutkan di klausul 8.1.4.3.
Adanya klausul spesifik untuk outsourcing dan kontraktor inilah yang berbeda dengan
OHSAS 18001 di mana OHSAS 18001 memasukkan keduanya dalam klausul
4.4.6 operational control. Organisasi direkomendasikan untuk dapat memverifikasi
peralatan, instalasi, dan material telah aman untuk digunakan oleh pekerja dengan:
 Peralatan diantar dengan spesifikasi yang sesuai dan telah diuji agar bekerja sesuai dengan
yang direncanakan
 Instalasi telah dilakukan untuk menjamin fungsinya sesuai dengan yang didesain
 Material dikirim sesuai dengan spesifikasi
 Persyaratan penggunaan, peringatan, dan perlindungan lain telah dikomunikasikan dan
tersedia
Management of change (manajemen perubahan) bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan cara mengurangi bahaya dan risiko baru dalam lingkungan
kerja sebagai akibat dari terjadinya perubahan/pergantian. Contoh penggantian yang bisa
terjadi dalam organisasi adalah tekhnologi, peralatan, fasilitas, praktek kerja, prosedur,
spesifikasi desain, bahan baku, staf, serta standard dan regulasi.
Klausul management of change dibahas oleh ISO 45001 dalam 1 klausul tersendiri yaitu di
klausul 8.1.3. Hal ini berbeda dengan OHSAS 18001 yang tidak memiliki klausul tersendiri
untuk management of change karena terintegrasi seperti dalam klausul 4.3.1 dan 4.4.6.

ISO 45001 mengharuskan organisasi untuk menentukan peluang improvement (peningkatan)


dan melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam
sistem manajemen K3. Klausul improvement merupakan klausul 10 yang menjadi klausul
terakhir dalam ISO 45001. Dalam OHSAS 18001, tidak ada khusus klausul untuk
membahas spesifik terkait dengan improvement namun tetap terintegrasi dengan beberapa
klausul lain.
Dalam melakukan improvement, organisasi bisa melakukan investigasi kecelakaan
,perbaikan ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan serta program improvement lain.
Organisasi dapat meningkatkan (improve) kesesuaian, kecukupan dan efektifitas dari
manajemen K3 dengan:
 Meningkatkan performa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Promosi budaya yang mendukung sistem manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja
 Promosi partisipasi pekerja dalam menerapkan tindakan untuk peningkatan berkelanjutan
dari sistem manajemen K3
 Mengkomunikasikan hasil yang relevan dari peningkatan berkelanjutan kepada pekerja
atau wakil dari pekerja
 Memelihara documented information sebagai bukti peningkatan berkelanjutan

Dalam mengembangkan ISO 45001, komite memastikan kompatibel dengan Lampiran SL


– yang merupakan kerangka yang digunakan oleh ISO 9001, ISO 14001 dan ISO 27001.
Terminologi umum yang digunakan pada semua standar sehingga lebih mudah untuk
menyelaraskan ISO 45001 dengan ISO 9001. Bagi perusahaan yang menggunakan kedua
standar ini, akan menjadi perusahaan yang lebih kuat, lebih baik, lebih tinggi dan lebih
aman. Pada bulan maret tahun 2018, Standar internasional tentang sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) internasional telah dipublikasikan sebagai
pengganti dari standar SMK3 internasional sebelumnya, yaitu OHSAS 18001. Salah satu
tujuan dari perubahan standar manajemen OHSAS 18001 menjadi ISO 45001:2018 untuk
mengoptimalkan proses integrasi dengan standar manajemen internasional lainnya, yaitu
ISO 9001:2015 tentang sistem manajemen mutu dan ISO 14001:2015 tentang sistem
manajemen lingkungan (Masjuli, 2018). Salah satu tujuan integrasi sistem manajemen ini
untuk membuat proses implementasinya menjadi lebih efisien dan efektif, misalnya proses
audit baik internal maupun eksternal. Organisasi yang telah melakukan implementasi
OHSAS 18001 diberikan kesempatan untuk persiapan perubahan sertifikasi ISO 45001:2018
selama 3 tahun setelah standar tersebut dikeluarkan (Masjuli et al, 2017). Penelitian yang
dilakukan ini bertujuan untuk memperoleh langkah – langkah dalam proses persiapan
implementasi ISO 45001:2018. Berdasarkan standar baru ISO 45001:2018, saat ini ada 10
klausul utama yang ditunjukkan dalam tabel 1 (ISO, 2018).
Implementasi ISO 45001:2018 diharapkan mampu meningkatkan kinerja sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) dalam memberikan kondisi kerja yang aman dan
sehat sehingga dapat mencegah terjadinya cedera dan sakit akibat kerja (Masjuli, 2018).
Hasil tinjauan pustaka menunjukkan saat ini belum banyak peneliti di Indonesia melakukan
penelitian dalam implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ISO
45001:2018. Hal tersebut disebabkan standar manajemen ISO 45001:2018 baru dikeluarkan
pada tahun 2018 dan belum banyak organisasi yang telah menerapkan standar manajemen
K3 versi terbaru ini. Salah satu revisi klausul dalam standar manajemen baik dalam ISO
45001, maupun standar lainnya seperti ISO 9001 dan ISO 14001 adalah klausul 10 tentang
perbaikan. Jika dahulu klausul tentang perbaikan hanya menjadi sub-klausul pada standar
manajemen ISO 9001:2008 dan tidak dibahas secara tegas pada klausul maupun sub-klausul
OHSAS 18001, tetapi hanya dibahas pada klausul 3 ”terms and definition” bukan sebagai
persyaratan standar manajemen (Aims, 2007).
Berdasarkan penelitian (Yudi ,Atik 2019 ) Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja versi terbaru ISO 45001:2018 lebih baik dalam
mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat dari kegagalan proyek dibanding standar
SMK3 versi lama OHSAS 18001:2007. Evaluasi terhadap pengaruh standar manajemen ISO
45001:2018 terhadap kecelakaan kerja akibat kegagalan proyek menunjukkan bahwa
perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor perlu memprioritaskan klausul klausul 6.1
tentang tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang dan 8.2 tentang persiapan emergensi
dalam penerapannya. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada tim K3 kontraktor adalah
dengan membuat identifikasi bahaya dan risiko dengan analisis yang lebih rinci terkait
keadaan emergensi, seperti bencana alam, banjir, gempa bumi dan tsunami yang akhir-akhir
ini terjadi di Indonesia. Saran yang dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya adalah
dengan melakukan evaluasi hasil pencapaian sasaran K3 kepada perusahaan – perusahaan
kontraktor yang telah melakukan implementasi ISO 45001:2018.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, Yudi, 2008, Usulan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS
18001:1999 dan PERMENAKER 1996. Institut Teknologi Bandung.
Anonim.Risk Assessment Form Situs :
(http://www.qni.com.au/supply/Documents/Appendicies/YHSS052a%20Job%20Safety%20Analysi
s%20Form.pdf) . [Diakses 24 Februari 2020].
Anonim. 2018. Situs : http://isoupdate.com/resources/differences-between-iso-45001-and-ohsas-
18001/. [Diakses 24 Februari 2020].

Alex Pavlovic. 2019. Situs: https://quality.eqms.co.uk/blog/the-8-key-differences-between-ohsas-


18001-and-iso-45001. [Diakses 24 Februari 2020].

Dinamika Mitra Global. 2018. Situs: https://dinamikaconsulting.com/tag/iso-45001-tahun-2018-


pdf/. [Diakses 24 Februari 2020].

Dakota. 2018. Situs: https://www.dakotasoft.com/blog/2018/05/07/proactive-vs-reactive-the-key-


differences-between-iso-45001-and-ohsas-18001. [Diakses 24 Februari 2020].

Dinamika. (2018). ISO 45001. Retrieved from https://dinamikaconsulting.com/tag/klausul-iso-45001/.


[Diakses 24 Februari 2020].

Dentch, M. P. 2018. The ISO 45001:2018 Implementation Handbook Guidance On Building an


Occupational Health and Safety Management System. Milwaukee:Quality Press.

Fitriani, Shela. 2019. PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3) BERDASARKAN ISO 45001: 2018 DI PT. KENWA ABI PRATAMA.
Jakarta. Universitas Bakrie

Fahmi. (2010). Manajemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi) Edisi 1. Bandung: Alfabeta.
Hasani, Y, 2009. Menejemen Risiko Berdasarkan OHSAS 18001 di PT Port Teluk Kalimantan
Tengah. [Tugas Akhir]. Surakarta : DIII Hiperkes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

ISO 45001:2018. 2018. Occupational Health and Safety Management Systems Requirements with
Guidance For Use. London:BSI Standards Limited.

Khoizin, HSE is an investment, 2012. Situs : http://khoizinhseua.blogspot.com/2012/01/perancah-


scaffold-sering-kita-melihat.html. [Diakses 24 Februari 2020].

Masjuli. 2018. AKSELERASI SOSIALISASI ISO 45001:2018 TENTANG SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN KESEHATAN KERJA. Indramayu.

Masjuli , Handayani H, and Suminto, (2017), “Antisipasi Industri Dalam Merespon Publikasi ISO
45001 Tahun 2018”, Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 1, No. 2, April
2017.

OHSAS 18001:2007. (2007). Occupational and Health Safety Assessment Serie OH&S Safety
Management System Requirements.
Ramli, Soehatman. 2010, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Jakarta : Dian Rakyat.

Rendi. 2018. Situs : https://isoindonesiacenter.com/perbedaan-iso-45001-dan-ohsas-18001/. [Diakses


24 Februari 2020].

Safety Sign. (2018). ISO 45001: 2018. Retrieved from https://safetysign.co.id/news/347/ISO-45001-


2018-Telah-Rilis-Ini-Hal-Hal-Penting-yang-Harus-Anda-Ketahui. [Diakses 24 Februari 2020].

Syahrullah, Yudi, Febriani, Atik. 2019. EVALUASI STANDAR MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA ISO 45001:2018 UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN
KERJA AKIBAT KEGAGALAN PROYEK INFRASTRUKTUR. Purwokerto. Institut Teknologi
Telkom

Suma’mur. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Bandung: Sagung Seto.

Tarwaka. Manajamen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Perss.


Worldwide Quality Assurance, 2018. Situs : https://wqa-apac.com/beberapa-perbedaan-iso-45001-
dan-ohsas/ . [Diakses 24 Februari 2020].

Anda mungkin juga menyukai