1) OHSASS 18001.
A. Pengertian OHSASS 18001
Berawal dari dengan penerbitan suatu pendekatan sistem manajemen, yaitu Health and
Safety Management – HS(G)65 yang dikembangkan oleh Health and Safety Executive di
Inggris yang diterbitkan terakhir pada tahun 1977. Pada bulan Mei 1996, muncul standar
pelaksanaan K3, yaitu BS 8800 (British Standard 8800) yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja organisasi melalui penyediaan pedoman mengenai bagaimana manajemen K3
berintegrasi dengan manajemen dari aspek bisnis yang lain. Pada tahun 1999, muncul
standar OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001 yang
dikeluarkan sebagai spesifikasi dan didasarkan pada model yang sama dengan ISO 14001.
Bersamaan dengan itu, terbit pula OHSAS 18002 sebagai pedoman penerapan OHSAS
18001. OHSAS menyatakan persyaratan sistem manajemen K3, agar organisasi mampu
mengendalikan risiko-risiko K3 dan meningkatkan kinerjanya. Standar OHSAS ditujukan
untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja, bukan untuk mengelola area-area
kesehatan dan keselamatan lain seperti program kesejahteraan/kesehatan karyawan,
keselamatan produk, kerusakan properti ataupun dampak lingkungan.( Andhika Sekar, 2013)
Pеngеrtian Sеrtifikasi Occupational Hеalth And Safеty Assеssmеnt Sеriеs (OHSAS) 18001
menurut Ramli (2009: 59) mеnyatakan bahwa “OHSAS 18001 bеrsifat gеnеrik dеngan
pеmikiran untuk dapat digunakan dan dikеmbangkan olеh bеrbagai organisasi sеsuai dеngan
sifat, skala kеgiatan, risiko, sеrta lingkup kеgiatan organisasi”.
OHSAS 18001 adalah Sistem Manajemen K3 yang berlaku secara internasional, sedangkan
SMK3 PP No.50 Tahun 2012 berlaku secara nasional dan merupakan perundangan yang
dibuat pemerintah Indonesia melalui Kemnaker RI
B. Penerapan sistem OHSASS 18001
Untuk menerapkan system OHSAS 18001 – Manajemen K3 ini dibutuhkan tiga tahapan
proses, Sebagai berikut :
1. Tahap Identifikasi Awal
Analisa / Identifikasi terhadap tingkat kecukupan terhadap sistem dan fasilitas kesehatan dan
keselamatan kerja di organisasi / industri. Mencakup evaluasi proses di organisasi,
pemeriksaan terhadap prosedur yang ada, analisa tingkat kecelakaan pada masa lalu dan
peraturan atau perundang-undangan yang berlaku.
1. Tahap Persiapan dan Implementasi Manajemen K3 – OHSAS 18001
Tahap ini merupakan tahap persiapan dokumen dan program kerja serta pelaksanaan
implementasinya. Pada tahap ini ada beberapa elemen yang harus diperhatikan yaitu :
A. Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta kepemimpinannya
B. Organisasi, sumber daya dan training
C. Pengendalian operasional yang menjadi titik tolak prosedur proses, peraturan
kesehatan dan keselamatan kerja dan perijinan di lingkungan kerja.
D. Tujuan dan target dari kesehatan dan keselamatan kerja
E. Panduan system kesehatan dan keselamatan kerja dan dokumentasi
F. Pengendalian operasional yang mencakup pemantauan kesehatan kerja, persiapan
proyek, pembelian dan pemasok.
G. Pemeriksaan dan tindakan pencegahan, investigasi dan tindakan perbaikan
H. Tindakan darurat
2) ISO 45001
ISO 45001 adalah sebuah standar internasional baru untuk manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja (K3 / OH&S), yang menjadi pengganti standar OHSAS 18001. ISO 45001 dirancang oleh
Komite proyek ISO. ISO 45001 disetujui untuk dipublikasikan pada bulan Januari dan telah
menjalani proses publikasi pada Maret 2018. Dengan demikian organisasi dengan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja harus mengupgrade sistem manajemen mereka
beserta sertifikatnya mengikuti standar ISO 45001 dalam kurun waktu 3 tahun kedepan. ISO 45001
diterbitkan pada 12 Maret 2018. Pada hari itu, OHSAS 18001 secera efektif ditarik. Perusahaan
yang saat ini menggunakan OHSAS 18001 perlu untuk bermigrasi ke ISO 45001 dalam waktu
tiga tahun. Periode transisi dimulai 3-12-18 sampai 3-12-21, dan semua sertifikasi OHSAS
18001 harus dimigrasikan ke ISO 45001.
ISO 45001 dikembangkan oleh ISO / PC 283, sebuah komite teknis yang terdiri dari para ahli
dari seluruh dunia. Standar ISO 45001 memberikan pendekatan yang sistematis dan
komprehensif mengenai kesehatan dan keselamatan berkaitan dengan pekerjaan
ISO 45001 memiliki 10 klausul dalam strukturnya, sedangkan OHSAS 18001 hanya terdiri dari 4
klausul. Kemudian, dari konteks organisasi ISO 45001 lebih fokus dan detail. Terakhir, ISO
45001 membahas secara mendalam tentang identifikasi bahaya dan partisipasi pekerja.
Standar ISO 45001:2018 (2018) jika dapat diterapkan dengan baik memungkinkan organisasi
memberikan tempat kerja yang aman dan sehat, dengan mencegah pekerjaan terkait cedera dan
kesehatan yang buruk serta secara proaktif meningkatkan kinerja K3 maka standar ini digunakan
oleh organisasi yang ingin menetapkan, menerapkan dan memelihara SMK3 untuk meningkatkan
mutu K3, membatasi bahaya dan meminimalkan resiko K3, termasuk kekurangan sistem,
mengambil manfaat dari peluang K3, dan mengatasi ketidakpatuhan SMK3 dalam berbagai
aktivitas kerja.
Standar membantu organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dari SMK3 sesuai dengan
kebijakan organisasi. Hasil yang diharapkan dari organisasi tanpa memandang ukuran, jenis dan
kegiatan, resiko K3 pada kendali organisasi, memperhitungkan faktor-faktor seperti konteks
organisasi beroperasi, kebutuhan dan harapan pekerja serta pihak berkepentingan lainnya.
Standar tidak menyatakan kriteria khusus untuk kinerja K3, dan juga bukan preskriptif tentang
desain SMK3. Standar memungkinkan organisasi melalui SMK3-nya terintegrasi dengan aspek lain
dari K3, seperti kesehatan atau kesejahteraan pekerja. Standar ini tidak mengatasi seperti
keselamatan produk, kerusakan properti, atau dampak lingkungan terhadap resiko kepada pekerja
dan pihak terkait lainnya yang relevan
Standar ISO 45001:2018 terdiri atas 10 klausul yang sama dengan klausul di ISO 9001:2015 dan
ISO 14001:2015 sehingga mudah integrasinya. 10 klausul tersebut adalah Ruang Lingkup,
Acuan Normatif, Istilah dan Definisi, Konteks Organisasi, Kepemimpinan, Perencanaan,
Dukungan, Operasi, Pemeriksaan dan Perbaikan.
Sebagaimana dinyatakan Dentch (2018), suatu organisasi dapat menggunakan sistem manajemen
untuk mengontrol dan meningkatkan keselamatannya atau kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja. Standar ISO 45001:2018 dapat diagendakan untuk itu, karena standar ISO 45001
dirancang dengan baik, mencakup semua persyaratan sesuai dengan struktur Standar Tingkat
Tinggi (HSL) ISO dan didasarkan pada siklus PDCA serta pendekatan proses (Dharkar, 2018).
Standar baru ISO 45001 mempromosikan pendekatan yang lebih berorientasi sistem yang
didasarkan pada konsep "risiko yang dapat diterima" dan bukan "penghapusan semua bahaya"
historis yang telah menjadi mantra dari profesi keselamatan. Pendekatan baru ini akan mengubah
pandangan para profesional keselamatan dunia saat mengelola keselamatan, kesehatan dan
masalah lingkungan dalam organisasi. Hasilnya berupa pergeseran dari penekanan pada
pengelolaan peraturan dan bahaya ke manajemen risiko yang dapat diterima (Lopez, 2016).
Dalam perspektif ini, muncul “paradigma tanggung jawab bersama” yang sekarang sedang
dipertimbangkan oleh pemangku kepentingan yang peduli sebagai pendekatan baru untuk
memahami isu-isu hak asasi manusia di seluruh rantai pasokan global dan kerangka kerja
organisasi internasional untuk standardisasi (ISO) dan ISO 45001 diusulkan sebagai sistem
manajemen yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja (Hemphill & Kelley, 2016).
Hal itu sangat penting dan mendesak, karena cedera di tempat kerja dan masalah kesehatan dapat
berdampak signifikan terhadap produktivitas di tempat kerja, bahkan menimbulkan biaya
langsung dari cedera di tempat kerja, termasuk peningkatan premi asuransi pekerja, denda dan
waktu henti bagi pekerja yang cedera atau peralatan yang rusak serta biaya untuk penggantian
staf, dan sumber daya lainnya, serta kewajiban moral dan kehilangan pesanan.
Itulah sebabnya maka standar ISO 45001:2018 menjadi relevan untuk meningkatkan kinerja K3,
sehingga upaya untuk menyosialisasikan dan menerapkan K3 di perusahaan-perusahaan perlu
terus dijalankan (Hongadi & Praptiningsih, 2013).
Menurut buku A Concise Introduction to ISO 45001:2018 (2018) banyak standar manajemen
ISO menekankan pengetahuan dan partisipasi pekerja. ISO 45001 bahkan lebih jauh lagi. Ini
akan menjadi persyaratan untuk fokus pada partisipasi pekerja. Beberapa klausul yang
terkandung dalam standar baru seperti ”konteks organisasi”, dan ”kepemimpinan” secara khusus
membahas peran yang dimiliki pekerja dalam mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di samping manajemen puncak dan staf.
A. Manfaat ISO 45001
ISO 45001 menggunakan struktur Annex SL dalam menetapkan standar. Sistem tersebut
mudah terintegrasi dengan manajemen bisnis sehingga mengefisiensi biaya. Selain itu,
ISO 45001 memberikan manfaat berikut ini untuk perusahaan.(Nana,2019)
1. Proses sistematis dalam perusahaan terbangun secara optimal sehingga bisa
meminimalkan angka kecelakaan kerja. Di samping itu, ISO 45001 membantu
perusahaan memperhitungkan persyaratan hukum terkait sistem K3, risiko, serta
bahaya.
2. ISO 45001 mampu membentuk pengendalian operasional untuk pengelolaan bahaya
dan risiko yang berkaitan dengan SMK3.
3. Dengan menerapkan ISO 45001, semua pihak di perusahaan mampu menyadari
pentingnya mengurangi risiko dan bahaya di lingkungan kerja.
4. Memperbaiki dan mengevaluasi kinerja SMK3 secara kontinyu.
5. Mengurangi downtime, biaya gangguan operasi, pembayaran premi asuransi,
ketidakhadiran, serta turnover.
Sertifikasi standar manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk
memastikan bahwa organisasi telah peduli dan memperhatikan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja dalam melakukan aktifitas secara keseleuruhan
pada organisasi yang disertifikasi tersebut. Sehingga para pekerja dapat merasa aman
dalam melakukan pekerjaan dan terhindar dari risiko sakit atapun kecelakaan yang
dapat mengakibatkan kematian akibat risiko pekerjaan yang dilakukan. Penelitian
tentang implementasi manajemen kesehatan dan keselamatan kerja telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya penelitian tentang Program K3 pada
proyek pembangunan terminal penumpang Bandara Supadio di Kota Pontianak
(Nurfadhilah et al, 2014)
B. Mengapa Standar ISO 45001 Dibuat
Menurut perhitungan yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) pada
tahun 2017, sejumah 2,78 juta kecelakaan fatal terjadi pada pekerjaan setiap tahunnya. Ini
berarti, setiap hari, hampir 7,700 orang meninggal karena penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan atau luka-luka. Selain itu, ada sekitar 374 juta cedera dan penyakit
akibat kecelakaan kerja non-fatal setiap tahun, banyak di antaranya mengakibatkan
ketidakhadiran dalam pekerjaan. Ini menggambarkan gambaran sederhana tentang tempat
kerja modern – di mana para pekerja dapat mengalami konsekuensi serius sebagai akibat
dari melakukan pekerjaan mereka.
Kecelakaan global yang dipublikasikan Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Januari
2016 menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi mencapai 1 pekerja
meninggal dan 153 pekerja mengalami kecelakaan setiap 15 detik, 2,3 juta meninggal per
tahun, 317 juta kecelakaan terjadi per tahun. Di Indonesia, angka kecelakaan kerja pada
tahun 2016 mencapai 110.285.
ISO 45001 dirancang dengan tujuan mengurangi risiko dan bahaya yang tak terduga,
memastikan keselamatan, serta menjamin kesejahteraan pekerja. ISO 45001 menjadikan
manajemen perusahaan lebih mudah dalam melakukan monitoring. Selain itu, standar
ISO 45001 diharapkan mampu memperbaiki sistem manajemen K3 di perusahaan.
(Nana,2019)
Salah satu organisasi atau perusahaan yang memiliki risiko kesehatan dan keselamatan kerja
tinggi adalah kontraktor. Beberapa risiko kesehatan dan keselamatan kerja bekerja pada
proyek infrastruktur, diantaranya: jatuh dari ketinggian, tertimpa material bangunan,
tertimbun reruntuhan gedung, tersengat listrik dan lainnya. Beberapa peneliti telah
mekalukan pengamatan implementasi K3 pada proyek infrastruktur oleh Indah dan Aryati
tahun 2017, Waruwu dan Yuamita tahun 2016 dan Dananjaya et al tahun 2013. Survey
dilakukan kepada 10 kontraktor pada 10 proyek pembangungan terhadap beberapa aspek
K3, diantaranya: penggunaan APD, pengelolaan kondisi darurat, Pekerjaan (struktur,
perancah dan tangga), penggunaan bahan beracun dan berbahaya, serta kesehatan dan
kebersihan lingkungan kerja (Indah dan Aryati, 2017). Dari beberapa aspek tersebut
diperoleh hasil bahwa penggunaan APD sebesar 60% merupakan nilai ternedah dan
mengindikasikan bahwa masih kurangnya kesadaran pekerja atau perusahaan dalam
memenuhi aspek tersebut. Kendala yang dihadapi dalam implementasi K3 diantaranya
keterbatasan anggaran dan budaya kerja yang kurang. Faktor K3 yang signifikan
mempengaruhi kecelakaan kerja melalui analisis regresi dan hasilnya, dua variabel
independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen kecelakaan kerja adalah
komitmen top manajemen (X2) dan kesadaran pekerja (X4) (Waruwu dan Yuamita, 2016)
Opportunities adalah konsep baru pada ISO 45001 yang tidak dimiliki oleh OHSAS 18001.
Organisasi harus memelihara proses untuk:
PeluangK3 untuk meningkatkan performa K3 termasuk peluang dalam adaptasi terhadap
pekerjaan, organisasi kerja serta lingkungan pekerja
Peluang lain untuk meningkatkan sistem manajemen K3
ISO 45001 mengharuskan organisasi mengendalikan risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan proses outsourcing ataupun
kontraktor. Klausul spesifik kontraktor terdapat di klausul 8.1.4.2 sedangkan klausul
untuk outsourcing disebutkan di klausul 8.1.4.3.
Adanya klausul spesifik untuk outsourcing dan kontraktor inilah yang berbeda dengan
OHSAS 18001 di mana OHSAS 18001 memasukkan keduanya dalam klausul
4.4.6 operational control. Organisasi direkomendasikan untuk dapat memverifikasi
peralatan, instalasi, dan material telah aman untuk digunakan oleh pekerja dengan:
Peralatan diantar dengan spesifikasi yang sesuai dan telah diuji agar bekerja sesuai dengan
yang direncanakan
Instalasi telah dilakukan untuk menjamin fungsinya sesuai dengan yang didesain
Material dikirim sesuai dengan spesifikasi
Persyaratan penggunaan, peringatan, dan perlindungan lain telah dikomunikasikan dan
tersedia
Management of change (manajemen perubahan) bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan cara mengurangi bahaya dan risiko baru dalam lingkungan
kerja sebagai akibat dari terjadinya perubahan/pergantian. Contoh penggantian yang bisa
terjadi dalam organisasi adalah tekhnologi, peralatan, fasilitas, praktek kerja, prosedur,
spesifikasi desain, bahan baku, staf, serta standard dan regulasi.
Klausul management of change dibahas oleh ISO 45001 dalam 1 klausul tersendiri yaitu di
klausul 8.1.3. Hal ini berbeda dengan OHSAS 18001 yang tidak memiliki klausul tersendiri
untuk management of change karena terintegrasi seperti dalam klausul 4.3.1 dan 4.4.6.
Fahmi. (2010). Manajemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi) Edisi 1. Bandung: Alfabeta.
Hasani, Y, 2009. Menejemen Risiko Berdasarkan OHSAS 18001 di PT Port Teluk Kalimantan
Tengah. [Tugas Akhir]. Surakarta : DIII Hiperkes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
ISO 45001:2018. 2018. Occupational Health and Safety Management Systems Requirements with
Guidance For Use. London:BSI Standards Limited.
Masjuli , Handayani H, and Suminto, (2017), “Antisipasi Industri Dalam Merespon Publikasi ISO
45001 Tahun 2018”, Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 1, No. 2, April
2017.
OHSAS 18001:2007. (2007). Occupational and Health Safety Assessment Serie OH&S Safety
Management System Requirements.
Ramli, Soehatman. 2010, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Jakarta : Dian Rakyat.
Syahrullah, Yudi, Febriani, Atik. 2019. EVALUASI STANDAR MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA ISO 45001:2018 UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN
KERJA AKIBAT KEGAGALAN PROYEK INFRASTRUKTUR. Purwokerto. Institut Teknologi
Telkom
Suma’mur. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Bandung: Sagung Seto.