Anda di halaman 1dari 8

Sistem Manajemen K3 dan Prosedur K3

A. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Penjelasan pasal 87 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU 13/2003), mendefinisikan Sistem Manajemen K3 (SMK3) sebagai
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Semua Perusahaan wajib menerapkan SMK3 Kewajiban menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan diatur dalam pasal 87 UU 13/2003,
yang menegaskan “setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.” Kewajiban
tersebut, diperjelas dalam pasal 5 PP 50/2012, berlaku bagi perusahaan yang: a)
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b) mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi. Mengenai tingkat potensi bahaya tinggi, PP 50/2012 menyebut
perusahaan yang mempekerjakan pekerja kurang dari 100 orang tetapi menggunakan bahan,
proses dan instalasi yang memiliki resiko besar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK) seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan,
pencemaran radioaktif, wajib menerapkan SMK3.
B. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan K3
Sesuai dengan Bab III pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/MEN/1996,
penerapan SMK3 diwajibkan kepada perusahaan dengan tingkat penerapan sebagai berikut :
 Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan
sebanyak 64 elemen.
 Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus menerapkan
sebanyak 122 elemen.
 Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan
sebanyak 166 elemen.
C. Tujuan dan Manfaat Penerapan SMK3
Adapun Tujuan Penerapan SMK3 sebagai berikut :
 Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
 Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Adapun Manfaat Penerapan SMK3 sebagai berikut :
 Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, dan
 Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas
D. Prosedur K3
Prosedur K3 ini merupakan tahap atau proses suatu kegiatan untuk menyelesaikan aktivitas
atau metode (cara) langkah demi langkah secara pasti dalam pekerjaan dengan
memperhatikankeselamatan, kesehatan, dan keamanan (K3). Pengusaha atau perusahaan
melakukan prosedur bekrja dengan aman dan tertib dengan cara:
 Menetapkan standar K3
 Menetapkan tata tertib yng harus dipatuhi
 Menetapkan peraturan-peraturan
 Mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan K3 ini kepada seluruh tenaga
kerja.
 Memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan
ISO 45001: Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Definisi ISO 45001


ISO 45001:2018 adalah Standar Internasional yang menetapkan persyaratan untuk Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Isi standar tersebut merupakan
sebuah panduan SMK3. Selain itu, standar ISO 45001:2018 berfungsi untuk memungkinkan
organisasi secara proaktif meningkatkan kinerja SMK3 dalam mencegah cidera dan
kesehatan yang buruk. Perlu dicatat bahwa pemerintah mewajikan sebuah organisasi atau
perusahaan untuk menerapkan SMK3.
2. 10 Klausul ISO 45001 sebagai Pedoman Implementasi
ISO 45001 adalah standar yang dapat membantu perusahaan memenuhi perihal terkait
kesehatan dan keselamatan kerja. ISO 45001 terdiri dari 10 klausul yang menjadi pedoman
dalam implementasi sistem manajemen K3, meliputi:
1) Ruang Lingkup (Scope)
Pada klausul ini, berisi garis besar ruang lingkup Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau Occupational Health and Safety (OH&S) – ISO 45001:2018. Hasil
yang dari standari ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja Occupational Health and
Safety (OH&S).
2) Normative Reference (Acuan Normatif)
3) Terms And Definitions (Istilah dan Definisi)
4) Context Of The Organization (Konteks Organisasi)
Klausul 2-4 di ISO 45001:2018 memiliki perbedaan perbedaan mendasar dengan OHSAS
18001. Sebab, pada klausul 4 – ISO 45001:2018 baru membahas Konteks Organisasi
yang tidak terdapat pada OHSAS 18001.Sehingga, membuat ISO 45001:2018 fokus pada
konteks organisasi. Selain itu, pada klausul ini membahas kebutuhan dan harapan pihak-
pihak yang berkepentingan, seperti pemerintah, shareholder, pemasok dan masyarakat
sekitar dan mempertimbangkan isu-isu K3 internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk memenuhi tujuan K3.
5) Leadership (Kepemimpinan)
Pada klausal ini ISO 45001:2018 pun, menunjukkan perbedaan dengan versi sebelumnya,
yaitu peran kuat dari manajemen puncak. Pada ISO 45001:2018, manajemen puncak
memiliki peran kepemimpinan yang kuat terhadap sistem manajemen K3. Pada saat yang
bersamaan, organisasi juga perlu melibatkan pekerja/karyawan dalam mencapai tujuan
K3. Tidak hanya itu, organisasi juga dapat berkonsultasi dengan pihak luar untuk
meningkatkan kinerja K3.
6) Planning (Perencanaan)
Klausul ini – ISO 14001:2015, berkaitan dengan mengidentifikasi segala risiko/bahaya
atau peluang yang dapat memengaruhi Occupational Health and Safety (OH&S)
organisasi. Selain itu, ISO 45001:2018 membuat beberapa pertimbangan baru dalam
identifikasi bahaya yang tidak disebutkan dalam OHSAS 18001. Untuk identifikasi
bahaya, ISO 45001 memiliki pertimbangan yang tidak terlepas pada:
 Kondisi dan kegiatan rutin dan non-rutin pada pekerjaan
 Situasi darurat
 Faktor manusia, mencakup pekerja, kontraktor, pengunjung dan tamu perusahaan
 Perubahan terbaru atau yang baru diusulkan dalam organisasi, operasi kegiatan
dan sistem manajemen K3
 Kecelakaan kerja sebelumnya, baik internal atau eksternal organisasi termasuk
penyebabnya
 Perubahan pengetahuan atau informasi tentang bahaya
 Faktor sosial, seperti beban kerja, jam kerja, kepemimpinan dan budaya
organisasi.
7) Support (Proses Pendukung)
Bagian terbesar dari ISO 45001:2015 yaitu membahas persyaratan tentang
sumber daya, komunikasi, dan dokumentasi. Organisasi perlu memastikan
bahwa karyawan di semua tingkatan diberi informasi tentang kebijakan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta memahami peran mereka
pada ISO 45001:2015.
8) Operation (Operasional)
Klausul ini menyatakan bahwa organisasi perlu menilai kegiatan atau aktivitas
yang memiliki dampak K3 secara signifikan dan menetapkan proses tertulis
untuk kegiatan yang terdapat dalam ruang lingkup Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada klausul ini, menunjukkan perbedaan
dengan OHSAS 18001 yaitu adanya fokus pada procurement, contractors and
outsourcing. Proses-proses ini harus menggabungkan solusi untuk identifikasi
bahaya yang terdapat dalam Klausul 6 – ISO 45001:2015. Organisasi juga
harus membuat perencanaan untuk mempersiapkan dan menanggapi situasi
darurat yang mungkin memiliki dampak K3 yang merugikan.
9) Performance Evaluation (Evaluasi Performa)
Pada klausul 9 – ISO 45001:2015, organisasi perlu menjabarkan cara
memantau, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Klausul ini mencakup rencana untuk
program audit internal dan tinjauan manajemen.
10) Improvement (Peningkatan)
Klausul 10 – ISO 45001:2015 membahas mengenai peningkatan secara spesifik
dibandingkan OHSAS 18001. Terkait peningkatan, organisasi harus melakukan
tindakan peningkatan berkelanjutan untuk mencapai hasil yang diharapkan
dalam Sistem Manajemen K3. Dalam melakukan tindakan peningkatan,
organisasi harus melakukan penyelidikan insiden, penyelidikan
ketidaksesuaian, dan tindakan perbaikan berkelanjutan.
7 Langkah Untuk Implementasi ISO 45001 yang Efektif

Berikut adalah 7 langkah untuk implementasi ISO 45001 yang efektif:


1. Evaluasi Kebutuhan
Langkah pertama dalam implementasi ISO 45001 adalah mengevaluasi
kebutuhan organisasi. Ini mencakup penilaian terhadap risiko K3, evaluasi
kebijakan dan prosedur yang ada, serta memeriksa sumber daya yang tersedia
untuk implementasi standar.
2. Membuat Rencana
Setelah mengevaluasi kebutuhan organisasi, langkah selanjutnya adalah
membuat rencana implementasi.Rencana ini harus mencakup target K3 yang
ingin dicapai, tindakan yang harus diambil untuk mencapai target tersebut,
jadwal implementasi, dan alokasi sumber daya.
3. Komunikasi dan Keterlibatan Karyawan
Implementasi ISO 45001 memerlukan dukungan dari seluruh karyawan
organisasi.Oleh karena itu, penting untuk berkomunikasi secara terbuka dan
jelas dengan karyawan mengenai tujuan dan manfaat dari implementasi
standar.Karyawan harus dilibatkan dalam proses implementasi dan diberikan
pelatihan yang diperlukan.
4. Implementasi Sistem Manajemen K3
Setelah rencana disusun dan karyawan dilibatkan, langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikan sistem manajemen K3. Ini mencakup pembuatan
kebijakan K3, penilaian risiko, identifikasi tindakan pencegahan, dan penetapan
tujuan K3.
5. Pelatihan Karyawan
Karyawan harus diberikan pelatihan dan pengembangan yang diperlukan untuk
memastikan pemahaman yang baik tentang kebijakan dan prosedur
K3.Pelatihan harus meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan tindakan
pencegahan.
6. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja K3
Pengukuran dan evaluasi kinerja K3 harus dilakukan secara teratur untuk
memastikan bahwa sistem manajemen K3 berfungsi dengan baik.Pengukuran
ini harus mencakup pengukuran efektivitas tindakan pencegahan, pengukuran
kepatuhan terhadap kebijakan K3, dan pengukuran tingkat kecelakaan kerja.
7. Tinjauan dan Penyempurnaan Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen K3 harus ditinjau secara berkala untuk memastikan bahwa
ia terus berfungsi dengan baik.Peninjauan ini harus mencakup analisis hasil
pengukuran kinerja K3 dan tindakan pencegahan yang diambil dalam respons
terhadap bahaya dan risiko baru.
Langkah-langkah Implementasi ISO 45001

Berikut ini adalah langkah-langkah implementasi ISO 45001:

1. Komitmen Manajemen
Manajemen perusahaan Anda harus berkomitmen untuk mengimplementasikan sistem
manajemen K3 sesuai dengan persyaratan ISO 45001 dan menyediakan sumber daya
yang diperlukan.
2. Pembentukan Tim Implementasi
Pembentukan tim implementasi yang terdiri dari anggota yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang relevan dalam hal K3 perlu segera direalisasikan.
3. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi
Perusahaan harus menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memastikan karyawan
memahami persyaratan ISO 45001 dan dapat melaksanakan tugas mereka dengan aman.
4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
Kemudian, identifikasi bahaya dan menilai risiko K3 yang terkait dengan kegiatan,
produk, dan layanan perusahaan Anda.
5. Pengembangan Sistem Manajemen K3
Perusahaan wajib mengembangkan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan
persyaratan ISO 45001, termasuk kebijakan K3, prosedur, dan instruksi kerja.
6. Implementasi Sistem Manajemen K3
Implementasi ISO 45001 adalah langkah penting dalam meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja di perusahaan. Perusahaan diwajibkan untuk menerapkan sistem
manajemen K3 yang telah dirancang dan melakukan pemantauan serta evaluasi
kinerjanya secara berkala.
7. Audit Internal dan Tindakan Korektif
Perusahaan diharuskan melakukan audit internal dan mengambil tindakan korektif yang
diperlukan untuk mengatasi penyimpangan atau potensi penyimpangan dalam sistem
manajemen K3.
8. Persiapan dan Pelaksanaan Audit Eksternal
Perusahaan perlu siap untuk menghadapi audit eksternal dan berkolaborasi dengan
auditor untuk memeriksa keefektifan implementasi sistem manajemen K3.

Anda mungkin juga menyukai