2.5 Model dalam penerapan sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan ditemukan ada dua model yaitu
dan . menekankan pada
pendekatan , penerapan sistem manajemen keselamatan didasarkan pada kebijakan atau instruksi
dari top level manajemen dan diteruskan sampai pada level yang paling bawah. Sementara socio-technical
system theory melakukan pendekatan dengan intervensi organisasi yang didasarkan pada analisa hubungan
antara teknologi,orientasi dari pekerja dan struktur organisasi (Gallagher,2001).
Gallagher juga mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe, yaitu:
Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada bahaya dari sumbernya melalui identifikasi,kajian dan
pengendalian.
Pendekatan kesisteman dalam mengelola K3 menggunakan konsep manajemen modern yaitu mengikuti
proses manajemen, salah satu yang populer adalah siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) Sama seperti
sistem manajemen lain seperti manajemen mutu, manajemen lingkungan dan manajemen produksi, maka
manajemen K3 juga dikembangkan dengan siklus manajemen mulai dari perencanaan, penerapan atau
implementasi, pengukuran dan pemantauan dan koreksi untuk peningkatan berkelanjutan.
Keberhasilan organisasi dalam menerapkan SMK3 bergantung pada komitmen dari seluruh
tingkatan dan fungsi organisasi terutama dari manajemen puncak. Sistem ini memungkinkan suatu
organisasi mengembangkan kebijakan K3, menetapkan sasaran dan proses untuk mencapai komitmen
kebijakan, melakukan tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan menunjukkan kesesuaian
sistem yang ada terhadap persyaratan dalam standar ini. Tujuan umum dari standar ini adalah untuk
menunjang dan menumbuhkembangkan pelaksanaan K3 yang baik, sesuai dengan kebutuhan sosial
ekonomi. Keberhasilan penerapan dari standar ini dapat digunakan oleh organisasi untuk memberi jaminan
kepada pihak yang berkepentingan bahwa SMK3 yang sesuai telah diterapkan.
Pada umumnya organisasi mengelola kegiatannya melalui penerapan sistem proses dan
interaksinya, yang dikenal dengan istilah "pendekatan proses" seperti pada ISO 9001. Karena metode
PDCA ini dapat diterapkan pada semua proses, maka dua metode ini dianggap sesuai (kompatibel).
Standar ini berisi persyaratan yang dapat diaudit secara obyektif. Namun demikian standar ini tidak
menetapkan persyaratan mutlak untuk kinerja K3 di luar komitmen, di dalam kebijakan K3, untuk
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan dan persyaratan lain yang diacu
organisasi, untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan, dan untuk melakukan perbaikan
berkelanjutan. Dengan demikian dua organisasi yang melakukan kegiatan yang hampir sama tetapi
memiliki kinerja K3 yang berbeda keduanya dapat dinyatakan memenuhi persyaratan standar ini.
Standar ini tidak mencakup persyaratan tertentu pada sistem manajemen yang lain, seperti
manajemen mutu, manajemen lingkungan, manajemen keamanan, atau manajemen keuangan. Walaupun
demikian, elemen-elemen dalam standar ini dapat digabungkan atau diintegrasikan dengan sistem-sistem
manajemen tersebut. Hal ini memungkinkan organisasi dapat menyesuaikan sistem manajemen yang ada
dengan maksud untuk menetapkan SMK3 yang sesuai dengan persyaratan standar ini. Namun demikian,
harus ditegaskan bahwa penerapan berbagai elemen boleh berbeda bergantung pada tujuan yang
diharapkan dan keterlibatan pihak yang berkepentingan.
Tingkat kerumitan dan kerincian SMK3, luas cakupan dokumentasi dan sumber daya yang
diperuntukkan bergantung pada beberapa faktor, seperti lingkup sistem, ukuran dan sifat kegiatan, produk
dan jasa, dan budaya organisasi.
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan
a. Manajemen Resiko
b. Peraturan perundangan
c. Tujuan dan sasaran :
1) dapat diukur
2) indikator pengukuran
3) sasaran pencapaian
4) jangka waktu pencapaian
d. Indikator Kinerja
e. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung
a. Jaminan kemampuan
– SDM, sarana dan dana
– integrasi
– tanggung jawab dan tanggung gugat
– konsultansi, motivasi dan kesadaran
– pelatihan dan kompetensi kerja
b. Kegiatan pendukung
– komunikasi
– pelaporan
– pendokumentasian
– pengendalian dokumen
– pencatatan dan manajemen informasi
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
– manajemen resiko
– perencanaan (design) dan rekayasa
– pengendalian administratif
– tinjauan kontrak
– pembelian
– prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
– prosedur menghadapi insiden
– prosedur rencana pemulihan keadaan darurat