Anda di halaman 1dari 7

BAB II

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.1 Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Manajemen dapat didefinisikan sebagai “kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu
hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen merupakan suatu
proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan dan pengendalian
kegiatan‐kegiatan yang dilakukan oleh orang‐orang yang tergabung dalam suatu bentuk kerja sama.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif sebagaimana
terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sedangkan menurut OHSAS 18001,
SMK3 (OH&S Management System) adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan
untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 dalam
organisasi.
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja adalah sistem manajemen yang terintergrasi untuk menjalankan dan mengembangkan kebijakan K3
yang telah ditetapkan perusahaan serta menanggulangi resiko bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan

2.2 Dasar Hukum Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai ketenagakerjaan
a. Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
b. Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama
c. Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi:
 Norma keselamatan kerja
 Norma kesehatan kerja
 Norma kerja
 Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
3. Pasal 86 UU No.13/2003
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
d. Serta nilai-nilai agama
4. Pasal 87 UU No.13/2003
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

2.3 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tujuan
dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada
dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum yaitu :


a. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin keselamatan
dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
b. Perlindungan terhadap setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara aman
dan efisien.
2. Tujuan Khusus yaitu :
a. Mencegah dan/ atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara
pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan
2.4 Manfaat Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Karena Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja bukan hanya tanggung jawab
pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk
menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai
banyak manfaat bagi industri kita antara lain :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.

2.5 Model dalam penerapan sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan ditemukan ada dua model yaitu
dan . menekankan pada
pendekatan , penerapan sistem manajemen keselamatan didasarkan pada kebijakan atau instruksi
dari top level manajemen dan diteruskan sampai pada level yang paling bawah. Sementara socio-technical
system theory melakukan pendekatan dengan intervensi organisasi yang didasarkan pada analisa hubungan
antara teknologi,orientasi dari pekerja dan struktur organisasi (Gallagher,2001).
Gallagher juga mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe, yaitu:

Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada kontrol perilaku pekerjaan.

Yaitu strategi pencegahan difokuskan pada bahaya dari sumbernya melalui identifikasi,kajian dan
pengendalian.

a. Peran kunci dalam K3 dipegang oleh supervisor dan EHS specialis.


b. Integrasi sistem manajemen keselamatan ke dalam sistem manajemen yang lebih luas masih sangat
rendah.
c. Keterlibatan karyawan masih rendah.

a. Peran kunci dalam K3 dipegang oleh senior dan line manager.


b. Integrasi sistem manajemen keselamatan kedalam sistem manajemen yang lebih luas sudah sangat
baik.
c. Keterlibatan karyawan tinggi.

2.6 Proses Sistem Manajemen K3

Pendekatan kesisteman dalam mengelola K3 menggunakan konsep manajemen modern yaitu mengikuti
proses manajemen, salah satu yang populer adalah siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) Sama seperti
sistem manajemen lain seperti manajemen mutu, manajemen lingkungan dan manajemen produksi, maka
manajemen K3 juga dikembangkan dengan siklus manajemen mulai dari perencanaan, penerapan atau
implementasi, pengukuran dan pemantauan dan koreksi untuk peningkatan berkelanjutan.
Keberhasilan organisasi dalam menerapkan SMK3 bergantung pada komitmen dari seluruh
tingkatan dan fungsi organisasi terutama dari manajemen puncak. Sistem ini memungkinkan suatu
organisasi mengembangkan kebijakan K3, menetapkan sasaran dan proses untuk mencapai komitmen
kebijakan, melakukan tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan menunjukkan kesesuaian
sistem yang ada terhadap persyaratan dalam standar ini. Tujuan umum dari standar ini adalah untuk
menunjang dan menumbuhkembangkan pelaksanaan K3 yang baik, sesuai dengan kebutuhan sosial
ekonomi. Keberhasilan penerapan dari standar ini dapat digunakan oleh organisasi untuk memberi jaminan
kepada pihak yang berkepentingan bahwa SMK3 yang sesuai telah diterapkan.

a. : Menetapkan tapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai


hasil sesuai dengan kebijakan K3 organisasi.
b. : Melaksanakan proses.
c. : Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran,
peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 Iainnya serta
melaporkan hasilnya.
d. : Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan.

Pada umumnya organisasi mengelola kegiatannya melalui penerapan sistem proses dan
interaksinya, yang dikenal dengan istilah "pendekatan proses" seperti pada ISO 9001. Karena metode
PDCA ini dapat diterapkan pada semua proses, maka dua metode ini dianggap sesuai (kompatibel).
Standar ini berisi persyaratan yang dapat diaudit secara obyektif. Namun demikian standar ini tidak
menetapkan persyaratan mutlak untuk kinerja K3 di luar komitmen, di dalam kebijakan K3, untuk
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan dan persyaratan lain yang diacu
organisasi, untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan, dan untuk melakukan perbaikan
berkelanjutan. Dengan demikian dua organisasi yang melakukan kegiatan yang hampir sama tetapi
memiliki kinerja K3 yang berbeda keduanya dapat dinyatakan memenuhi persyaratan standar ini.
Standar ini tidak mencakup persyaratan tertentu pada sistem manajemen yang lain, seperti
manajemen mutu, manajemen lingkungan, manajemen keamanan, atau manajemen keuangan. Walaupun
demikian, elemen-elemen dalam standar ini dapat digabungkan atau diintegrasikan dengan sistem-sistem
manajemen tersebut. Hal ini memungkinkan organisasi dapat menyesuaikan sistem manajemen yang ada
dengan maksud untuk menetapkan SMK3 yang sesuai dengan persyaratan standar ini. Namun demikian,
harus ditegaskan bahwa penerapan berbagai elemen boleh berbeda bergantung pada tujuan yang
diharapkan dan keterlibatan pihak yang berkepentingan.
Tingkat kerumitan dan kerincian SMK3, luas cakupan dokumentasi dan sumber daya yang
diperuntukkan bergantung pada beberapa faktor, seperti lingkup sistem, ukuran dan sifat kegiatan, produk
dan jasa, dan budaya organisasi.

2.7 Prinsip Dasar Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan

2.8 Elemen Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen


2. Pendokumentasian strategi
3. Peninjauan ulang desain dan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Audit SMK3
12. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan
2.9 Pedoman penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Kepemimpinan dan komitmen


– organisasi K3
– menyediakan anggaran, SDM dan sarana
– penetapan tanggung jawab, wewenang dan kewajiban
– perencanaan K3
– melakukan penilaian

– identifikasi kondisi dan sumber bahaya


– pengetahuan dan peraturan perundangan K3
– membandingkan penerapan
– meninjau sebab akibat
– efisiensi dan efektifitas sistem

a. Manajemen Resiko
b. Peraturan perundangan
c. Tujuan dan sasaran :
1) dapat diukur
2) indikator pengukuran
3) sasaran pencapaian
4) jangka waktu pencapaian
d. Indikator Kinerja
e. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung

a. Jaminan kemampuan
– SDM, sarana dan dana
– integrasi
– tanggung jawab dan tanggung gugat
– konsultansi, motivasi dan kesadaran
– pelatihan dan kompetensi kerja
b. Kegiatan pendukung
– komunikasi
– pelaporan
– pendokumentasian
– pengendalian dokumen
– pencatatan dan manajemen informasi
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
– manajemen resiko
– perencanaan (design) dan rekayasa
– pengendalian administratif
– tinjauan kontrak
– pembelian
– prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
– prosedur menghadapi insiden
– prosedur rencana pemulihan keadaan darurat

Anda mungkin juga menyukai