Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Kesehatan di Indonesia

Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-

orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan

organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk

material. Sistem kesehatan tidak terbatas pada seperangkat institusi yang mengatur, membiayai, atau

memberikan pelayanan, namun juga termasuk kelompok aneka organisasi yang memberikan input pada

pelayanan kesehatan, utamanya sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat), serta

pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000). Organisasi ini termasuk universitas dan lembaga

pendidikan lain, pusat penelitian, perusahaan kontruksi, serta serangkaian organisasi yang

memproduksi teknologi spesifik seperti produk farmasi, alat dan suku cadang.

WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang mana mempunyai

maksud utama untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan. Mengingat maksud tersebut di atas,

maka termasuk dalam hal ini tidak saja pelayanan kesehatan formal, tapi juga non formal, seperti

halnya pengobatan tradisional. Selain aktivitas kesehatan masyarakat tradisional seperti promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, peningkatan keamanan lingkungan dan jalan raya , pendidikan

yang berhubungan dengan kesehatan merupakan bagian dari sistem.

Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan kesehatan,

pembiayaan kesehatan, penyediaan sumberdaya dan stewardship/ regulator. Fungsi-fungsi tersebut

akan direpresentasikan dalam bentuk sub-subsistem dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai

kebutuhan. Masing-masing fungsi/subsistem akan dibahas tersendiri. Di bawah ini digambarkan

bagaimana keterkaitan antara fungsi-fungsi tersebut dan juga keterkaitannya dengan tujuan utama

Sistem Kesehatan. (http://kebijakankesehatanindonesia.net/?q=node/481)

B. Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit, dokter praktek

swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini sudah makin kritis menyoroti pelayanan kesehatan dan

profesional tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang baik dari pihak rumah

sakit, disisi lain pemerintah belum dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan karena

adanya keterbatasan-keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang berorientasi bisnis, dapat

memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan

tenaga kesehatan yang trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi tidak semua rumah sakit dapat

memenuhi kriteria tersebut sehingga meningkatnya kerumitan system pelayanan kesehatan dewasa ini.

Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari pencatatan rekam medis atau

rekam kesehatan. Dari pencatatan rekam medis dapat mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan

yang diberikan pada pasien, juga meyumbangkan hal penting dibidang hukum kesehatan, pendidikan,

penelitian dan akriditasi rumah sakit. Yang harus dicatat dalam rekam medis mencakup hal-hal seperti

di bawah ini; 1. Identitas Penderita dan formulir persetujuan atau perizinan. 2. Riwayat Penyakit. 3.

Laporan pemeriksaan Fisik. 4. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter yang

berwenang. 5. Catatan Pengamatan atau observasi. 6. Laporan tindakan dan penemuan. 7. Ringkasan

riwayat waktu pulang. 8.Kejadian-kejadian yang menyimpang.


UU No 32-33 2004
Regulasi Nasional
Regulasi Propinsi
Regulasi Daerah
YAN KES BERMUTU
FUNGSI PERILAKU HIDUP SEHAT
PUSKESMAS LINGKUNGAN SEHAT

PUSAT KESEHATAN PUSAT PUSAT


BERWAWASAN PEMBERDAYAAN YANKES
KESEHATAN KELUARGA STR I

YANKES
YANKESMAS
PERORANGAN
(PUBLIC GOODS)
(PRIVATE GOODS)
(Sistem pelayanan kesehatan)

Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu; 1. Informasi yang mengandung nilai

kerahasiaan, yaitu merupakan catatan mengenai hasil pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, pengamatan

mengenai penderita, mengenai hal tersebut ada kewajiban simpan rahasia kedokteran. 2. Informasi

yang tidak mengandung nilai kerahasiaan suatu hal yang harus diingat bahwa berkas catatan medik asli

tetap harus disimpan di rumah sakit dan tidak boleh diserahkan pada pasien, pengacara atau siapapun.

Berkas catatan medik tersebut merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul suatu

perkara, karena memuat catatan penting tentang apa yang telah dikerjakan dirumah sakit. Catatan

medik harus disimpan selama jangka waktu tertentu untuk dokumentasi pasien. Untuk suatu rumah

sakit rekam medis adalah penting dalam mengadakan evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan

efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas, morbiditas dan perawatan penderita yang lebih sempurna.

Pengisian rekam medis serta penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat

pasien tersebut, catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan jelas. Dalam menciptakan rekam

medis yang baik diperlukan adanya kerja sama dan usaha-usaha yang bersifat koordinatif antara

berbagai pihak yang samasama melayani perawatan dan pengobatan terhadap penderita.
(http://sumberpencarianartikel.com/)

C. Undang-undang Kesehatan di Indonesia

Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang relatif masih baru di

Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan yang secara langsung berkaitan

dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan yang rusak. Hukum

kesehatan mencakup penerapan hukum perdata dan hukum pidana yang berkaitan dengan hubungan

hukum dalam pelayanan kesehatan. Subyek-subyek hukum dalam sistem hukum kesehatan adalah:

a. Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain di bidang kesehatan.

b. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah; (1). bidang farmasi (2). bidang kebidanan

(3). bidang perawatan (4). bidang kesehatan masyarakat, dll.

Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi segala aspek hukum

dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi kedokteran merupakan masalah penting,

karena membawa akibat yang berat, terutama akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi

kesehatan. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena Kekurangan; (1)

pengetahuan (2) pengalaman (3) pengertian. Ketiga faktor tersebut menyebabkan kesalahan dalam

mengambil keputusan atau penilaian. Contoh: kejadian tindakan malpraktek Malpraktek adalah suatu

tindaka praktek yang buruk, dengan kata lain adalah kelalaian dokter dalam melaksanakan profesinya,

apabila hal tersebut diadukan kepada pihak yang berwajib, maka akan diproses secara hukum dan pihak

pengadilan yang akan membuktikan apakah tuduhan tersebut benar atau salah. Upaya-upaya untuk

mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah; 1. Meningkatkan kemampuan profesi

para dokter untuk mengikuti kemajuan ilmu kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya, sehingga

dapat melakukan pelayanan medis secara profesional.

Dalam program ini perlu diingatkan tentang kode etik dan kemampuan melakukan konseling

dengan baik. 2. Pengetahuan pengawasan perilaku etis. Upaya ini akan mendorong dokter untuk

senantiasa bersikap hati-hati. Dengan berusaha berperilaku etis, sehingga semakin jauh dari tindakan
melanggar hukum. 3. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya petunjuk tentang “informed

consent”. Protokol ini dapat dijadikan pegangan bilamana dokter dituduh telah melakukan kelalaian.

Selama dokter bertindak sesuai dengan protokol tersebut, dia dapat terlindung dari tuduhan

malpraktek.. Beberapa contoh malpraktek di bidang hukum pidana:

1. Menipu Pasien

2. Membuat surat keterangan palsu

3. Melakukan pelanggaran kesopanan

4. Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis

5. Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau lukaluka

6. Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh pasien

7. Kesengajaan membiarkan pasien tidak tertolong

8. Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam keadaan bahaya maut

9. Memberikan atau menjual obat palsu

10. Euthanasia

Keberhasilan pembangunan nasional telah meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

Masyarakat menjadi lebih kritis terhadap pelayanan jasa-jasa yang mereka terima, termasuk pelayanan

dokter, perawat, bidan, apoteker, dan lain-lain. Dengan meningkatnya kesadaran hukum ini, tidak

jarang masyarakat mencampurbaurkan antara etika dan hukum. Hal ini disebabkan karena masyarakat

tidak mengetahui perbedaan dari keduanya yang sama-sama berpegang pada norma-norma yang hidup

dalam masyarakat. (http://sumberpencarianartikel.com/)

D. Kebijakan Kesehatan di Indonesia

Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusan-keputusan sebagai berikut:

1. SKep Men Kes RI No 99a/Men.Kes /SK/III/1982 Tentang berlakunya Sistem Kesehatan

Nasional.

2. TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
3. Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan

Propinsi sebagai Daerah Otonom.

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan daerah.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 574/ Men.Kes. `/SK/IV/2000 tentang Pembangunan

Kesehatan Menuju Indonesia sehat tahun 2010.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 1277/Men. Kes/SK/X/2001 tentang Susunan organisasi

dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. (http://eprints.undip.ac.id/6253/1/Kebijakan_Kesehatan)

Anda mungkin juga menyukai