Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum ISO 45001

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional, lebih dari 7.600


orang meninggal karena kecelakaan atau penyakit terkait pekerjaan setiap
hari. Itulah sebabnya sebuah komite ISO para ahli kesehatan &
keselamatan kerja mulai bekerja untuk mengembangkan Standar
Internasional dengan potensi untuk menyelamatkan hampir tiga juta jiwa
setiap tahun. Terstruktur dengan cara yang mirip dengan sistem
manajemen ISO lainnya, pendekatan ini akan akrab bagi pengguna standar
seperti ISO 14001 atau ISO 9001. ISO 45001 dibangun di atas
keberhasilan standar internasional sebelumnya di bidang ini seperti
OHSAS 18001, Organisasi Perburuhan Internasional. Pedoman ILO-OSH,
berbagai standar nasional dan standar dan konvensi perburuhan
internasional ILO.

Peningkatan perdagangan global turut menghadirkan tantangan


baru terkait kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini mendorong
kebutuhan standar internasional pada Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) yang akan digunakan sebagai tolok ukur
global dan untuk meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja. Penerapan SMK3 di Indonesia diatur dalam pasal 87 Undang
Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan PP 50 Tahun
2012 yang berlaku secara nasional. Adapun standar ini bersifat sukarela
guna meningkatkan daya saing dalam era globalisasi. Organisasi di seluruh
dunia menyadari perlunya menyediakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat, mengurangi kemungkinannya kecelakaan dan menunjukkan mereka
secara aktif mengelola risiko. Dipublikasikan pada tanggal 12 Maret 2018,
ISO 45001 standar internasional baru yang bertujuan untuk kesehatan dan
keselamatan kerja dalam menyediakan kerangka kerja yang diterima
secara internasional, membantu melindungi karyawan serta melindungi
umur panjang dan kesehatan organisasi.

Pengenalan ISO 45001 organisasi bertanggung jawab untuk


memastikan untuk dapat meminimalkan risiko bahaya bagi orang-orang
yang mungkin terpengaruh oleh aktivitasnya (misalnya pekerja, manajer,
kontraktor, atau pengunjungnya), dan terutama jika mereka dilibatkan oleh
organisasi untuk melakukan kegiatan tersebut. sebagai bagian dari
“pekerjaan” mereka. ISO sedang mengembangkan standar sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (ISO 45001) yang
dimaksudkan untuk memungkinkan semua organisasi mengelola risiko K3
dan memperbaiki kinerjanya.

Implementasi sistem manajemen K3 akan menjadi keputusan


strategis bagi sebuah organisasi yang dapat digunakan untuk memastikan
masyarakat lebih aman dan lebih sehat dan meningkatkan keuntungan
organisasi. Kegiatan organisasi dapat menimbulkan risiko cedera atau
kesehatan yang buruk, atau bahkan kematian, terhadap mereka yang
bekerja bagi organisasi; Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk
menghilangkan atau meminimalkan risiko K3 dengan mengambil tindakan
pencegahan yang tepat. Para pekerja adalah yang paling berisiko terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu keterlibatan pemangku
kebijakan atau staff dalam pengelolaan K3 organisasi sangat diperlukan.
ISO 45001 adalah salah satu jembatan untuk dapat mewujudkan partisipasi
pekerja dalam K3 organisasi.

2.2 Pengertian ISO 45001

ISO 45001 adalah sebuah “Milestone”, yaitu sebagai standar


internasional pertama di dunia yang menangani kesehatan dan keselamatan
di tempat kerja, ISO 45001 menawarkan satu kerangka kerja yang jelas
untuk semua organisasi yang ingin meningkatkan kinerja manajemen K3.
Dipimpin oleh manajemen puncak sebuah organisasi, standar ini bertujuan
untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja dan
pengunjung/visitor. Untuk mencapai hal tersebut, sangat penting untuk
mengendalikan semua faktor yang mungkin mengakibatkan penyakit,
cedera, dan dalam kasus kematian ekstrim, dengan mengurangi dampak
buruk pada kondisi fisik, mental dan kognitif seseorang dan ISO 45001
mencakup semua aspek tersebut.

ISO 45001 adalah standar internasional yang menentukan


persyaratan untuk SMK3 dengan panduan penggunaannya, untuk
memungkinkan sebuah organisasi memperbaiki kinerja K3 secara proaktif
dalam mencegah kecelakaan kerja dan dampak buruk bagi kesehatan. ISO
45001 dimaksudkan untuk diterapkan pada organisasi manapun tanpa
memperhatikan ukuran,  jenis dan sifatnya.

ISO 45001 adalah standar internasional baru untuk K3, yang akan


menggantikan OHSAS 18001. ISO 45001 memungkinkan sebuah
organisasi, untuk dapat menerapkan SMK3 selaras dengan peraturan dan
persyaratan undang-undang atau peraturan lain yang berlaku. SMK3
organisasi harus spesifik untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencegah
cedera dan kesehatan yang buruk. Penerapan SMK3 di setiap organisasi
berbeda-beda, tergantung keefektifan penerapannya.

ISO 45001 tidak secara khusus menangani masalah seperti


keamanan produk, kerusakan properti atau dampak lingkungan, dan
organisasi tidak diharuskan untuk mempertimbangkan masalah ini kecuali
jika menimbulkan risiko bagi pekerjanya. ISO 45001 tidak dimaksudkan
sebagai dokumen yang mengikat secara hukum, namun sebagai alat bagi
organisasi yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko
bahaya.

ISO 45001 disusun dan diterbitkan oleh komite teknik ISO. Dalam
penyusunannya, ISO 45001 mengadopsi High Level Structure (HLS).
Karena itu, standar tersebut bisa dikombinasikan dengan beberapa sistem
secara harmonis dan efisien
2.3 Tujuan ISO 45001

ISO 45001 bertujuan membentuk sistem manajemen kesehatan dan


keselamatan kerja yang efektif. Pada dasarnya tidak ada kewajiban
untuk memiliki standar sertifikasi sistem manajemen ISO. Hanya
dengan memiliki sistem manajemen yang berjalan dengan benar akan
membawa manfaat untuk organisasi itu sendiri.

Sertifikasi ISO 45001 hanyalah sebuah bukti adanya dukungan


tambahan yang menunjukkan organisasi memiliki standar tertentu. ISO
45001 memiliki manfaat yang tidak akan habis bila diimplementasikan
dengan benar. Sistem ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem
manajemen k3 efektif dan melakukan peningkatan secara berkala.

Selain itu, ISO 45001 memastikan kepatuhan terhadap undang-


undang yang berlaku. Kepatuhan ini dapat membuat reputasi organisasi
menjadi bagus sebagai tempat kerja yang aman. Misalnya,
meminimalisir kecelakaan kerja dapat meminimalisir biaya asuransi
kerja.

2.4 Manfaat ISO 45001

ISO 45001 menggunakan struktur Annex SL dalam menetapkan standar.


Sistem tersebut mudah terintegrasi dengan manajemen bisnis sehingga
mengefisiensi biaya. Selain itu, ISO 45001 memberikan manfaat berikut
ini untuk perusahaan.

a. Proses sistematis dalam perusahaan terbangun secara optimal


sehingga bisa meminimalkan angka kecelakaan kerja. Di samping
itu, ISO 45001 membantu perusahaan memperhitungkan
persyaratan hukum terkait sistem K3, risiko, serta bahaya

b. ISO 45001 mampu membentuk pengendalian operasional untuk


pengelolaan bahaya dan risiko yang berkaitan dengan SMK3.
c. Dengan menerapkan ISO 45001, semua pihak di perusahaan
mampu menyadari pentingnya mengurangi risiko dan bahaya di
lingkungan kerja.

d. Memperbaiki dan mengevaluasi kinerja SMK3 secara kontinyu.

e. Mengurangi downtime, biaya gangguan operasi, pembayaran premi


asuransi, ketidakhadiran, serta turnover.

2.5 Penerapan ISO 45001

Perkembangan di dalam dunia industri tidak akan pernah terlepas


dari permasalahan kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan para
karyawan adalah tanggung jawab dari organisasi. Apabila organisasi
sudah menerapkan sistem K3 dengan baik dan benar tentu hal ini tidak
mungkin terjadi. Pekerja merasa nyaman jika tempat kerjanya
mempunyai standar keamanan.

ISO 45001 ini juga memberikan solusi apabila kecelakaan kerja


suatu saat terjadi sehingga organisasi mempunyai tindakan cepat untuk
mengatasinya agar tidak semakin fatal dan mengganggu proses
produksi. Organisasi yang sudah menerapkan sistem ISO 45001
diwajibkan untuk meningkatkan kinerja organisasi demi mencapai
tujuan bersama. Salah satu hal penting yang ada dalam ISO 45001
adalah tanggung jawab yang ditetapkan kepada pemimpinan.

2.6  Persyaratan dokumen ISO 45001

Jika dibandingkan dengan OHSAS 18001, tidak terlalu banyak


perubahan dalam ISO 45001, akan tetapi persyaratan untuk dokumentasi
lebih sederhana dan selaras dengan persyaratan dokumen standar ISO lain
versi terbaru (ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015).

Berikut ini adalah dokumen yang dibutuhkan jika organisasi anda ingin
sesuai dengan persyaratan dalam ISO 45001:
1. Ruang Lingkup Sistem Manajemen K3 (klausul 4.3)

Organisasi harus menentukan batasan-batasan dan penerapan SMK3


saat menetapkan ruang lingkup. Saat menentukan ruang lingkup,
organisasi harus:

a) Mempertimbangkan isu-isu eksternal dan internal yang


mengacu pada
b) Mempertimbangkan persyaratan yang merujuk pada
c) Mempertimbangkan kegiatan yang direncanakan atau aktivitas-
aktivitas terkait yang dilaksanakan.

SMK3 harus mencakup aktivitas, produk, dan layanan di dalam


kendali atau pengaruh organisasi yang dapat memengaruhi kinerja K3
organisasi. Ruang lingkup harus tersedia sebagai informasi
terdokumentasi.

2. Kebijakan K3 (klausul 5.2)

Manajemen puncak harus menetapkan, menerapkan dan memelihara


kebijakan K3 yang:

a) Mencakup komitmen dalam penyediaan tempat kerja yang


aman dan sehat untuk pencegahan cedera dan gangguan
kesehatan dalam hubungan kerja dan hal tersebut harus sesuai
dengan tujuan, ukuran dan konteks organisasi dan sifat khusus
dari risiko K3 dan peluang K3;
b) Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan sasaran K3;
c) Mencakup komitmen memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya;
d) Mencakup komitmen menghilangkan bahaya dan mengurangi
risiko K3
e) Mencakup komitmen untuk perbaikan SMK3 secara
berkelanjutan;
f) Mencakup komitmen untuk konsultasi dan partisipasi pekerja,
dan, apabila ada, perwakilan pekerja;

Kebijakan K3 harus:

a) Tersedia sebagai informasi terdokumentasi;


b) Dikomunikasikan dalam organisasi;
c) Tersedia bagi pihak yang berkepentingan, yang relevan;
d) Relevan dan sesuai

3. Peran dan tanggung jawab (klausul 5.3)

Manajemen puncak harus memastikan tanggung jawab dan wewenang


pihak terkait dalam SMK3 diberi tugas yang relevan dan
dikomunikasikan pada semua tingkatan dalam organisasi dan
dipelihara sebagai informasi terdokumentasi. Pekerja di setiap
tingkatan organisasi harus bertanggung jawab atas aspek-aspek SMK3
yang mereka kendalikan.

Manajemen puncak harus menunjuk penanggungjawab dan yang


berwenang untuk:

a) Memastikan kesesuaian SMK3 dengan persyaratan-persyaratan


dokumen ini;
b) Melaporkan kinerja SMK3 ke manajemen puncak.

4. Peluang dan Risiko K3 (klausul 6.1.1)

Ketika merencanakan SMK3, organisasi harus mempertimbangkan


isu-isu yang merujuk pada konteks, persyaratan yang merujuk pada
pihak yang berkepentingan dan ruang lingkup SMK3 serta menentukan
risiko dan peluang yang perlu dikelola untuk:

a) Memberikan jaminan bahwa SMK3 dapat mencapai hasil yang


diinginkan;
b) Mencegah atau mengurangi efek yang tidak diinginkan;
c) Mencapai peningkatan berkelanjutan

5. Proses yang diperlukan untuk menangani Peluang dan Risiko K3


(klausul 6.1.1)

Dalam proses-proses perencanaannya, organisasi harus menentukan


dan menilai risiko serta peluang yang relevan dengan hasil yang
diharapkan dari SMK3 yang terkait dengan perubahan dalam
organisasi, prosesnya atau SMK3. Dalam kasus perubahan yang
direncanakan, permanen atau sementara, penilaian tersebut harus
dilakukan sebelum perubahan dilaksanakan.

Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi:

a) Risiko dan peluang;


b) Proses-proses dan tindakan yang diperlukan untuk menentukan
dan mengatasi risiko dan peluang sejauh yang diperlukan untuk
memberikan keyakinan bahwa hal tersebut dilaksanakan sesuai
rencana.

6. Metodologi dan kriteria penilaian risiko K3 (klausul 6.1.2)

Metodologi dan kriteria organisasi untuk penilaian risiko K3 harus


didefinisikan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan
waktunya, untuk memastikan metodologi dan kriteria tersebut proaktif
bukan reaktif dan digunakan secara sistematis. Metodologi dan kriteria
yang digunakan harus dipelihara dan disimpan sebagai informasi yang
terdokumentasi.

7. Tujuan dan rencana K3 (klausul 6.2.2)

Ketika merencanakan bagaimana mencapai sasaran K3 nya, organisasi


harus menentukan:
a) Apa yang akan dilakukan;
b) Sumber daya yang diperlukan;
c) Siapa yang bertanggung jawab;
d) Kapan diselesaikan;
e) Bagaimana hasil-hasil akan dievaluasi, termasuk indikator-
indikator untuk pemantauan;
f) Bagaimana tindakan untuk mencapai sasaran K3 akan
diintegrasikan ke dalam proses bisnis organisasi.

Organisasi harus memelihara dan menyimpan informasi


terdokumentasi mengenai sasaran K3 dan rencana untuk mencapainya.

8. Komunikasi (klausul 7.4)

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses-


proses yang dibutuhkan untuk komunikasi internal dan eksternal yang
relevan dengan SMK3, termasuk menentukan:

a) Apa yang akan dikomunikasikan;


b) Kapan dilakukan komunikasi;
c) Dengan siapa komunikasi dilakukan:
1) Secara internal di antara berbagai tingkatan dan fungsi
dalam organisasi;
2) Di antara kontraktor dan pengunjung tempat kerja;
3) Di antara pihak-pihak lain yang berkepentingan;
d) Bagaimana cara berkomunikasi.

Organisasi harus mempertimbangkan aspek keragaman (misalnya


gender, bahasa, budaya, literasi, disabilitas) ketika mempertimbangkan
kebutuhan berkomunikasi. Organisasi harus memastikan bahwa
pandangan pihak-pihak eksternal yang berkepentingan telah
dipertimbangkan dalam membangun proses–proses komunikasi.

9. Operasional kontrol (klausul 8.1.1)


Organisasi harus merencanakan, menerapkan, mengendalikan, dan
memelihara prosesproses yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan SMK3, dan untuk menerapkan tindakan-tindakan yang
ditentukan dalam Klausul 6, dengan:

a) Menetapkan kriteria proses-proses;


b) Menerapkan pengendalian atas proses-proses sesuai dengan
kriteria;
c) Memelihara dan menyimpan informasi terdokumentasi sejauh
yang diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses-
proses tersebut telah dilakukan sesuai yang telah direncanakan;
d) Menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja.

Di tempat kerja yang terdapat beberapa pemberi kerja, organisasi harus


mengkordinasi bagian-bagian dari SMK3 yang relevan dengan
organisasi-organisasi lainny

10. Proses kesiapsiagaan dan respon tanggap darurat (klausul 8.2)

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses-


proses yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi potensi
situasi darurat, sebagaimana diidentifikasi meliputi:

a) Menetapkan rencana tanggap darurat pada situasi darurat,


termasuk penyediaan pertolongan pertama;
b) Memberikan pelatihan rencana tanggap darurat;
c) Menguji dan melatih secara berkala kemampuan rencana
tanggap darurat;
d) Mengevaluasi kinerja dan, bila perlu, merevisi rencana tanggap
darurat, termasuk setelah pengujian dan, khususnya, setelah
terjadinya situasi darurat;
e) Mengkomunikasikan dan memberikan informasi yang relevan
kepada semua pekerja tentang tugas dan tanggung jawab
mereka;
f) Mengkomunikasikan informasi yang relevan dan memadai
kepada kontraktor, pengunjung, layanan tanggap darurat,
pemerintah yang berwenang dan, masyarakat setempat;
g) Mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan semua pihak
yang berkepentingan dan terkait serta memastikan keterlibatan
mereka, dalam mengembangkan rencana tanggap darurat.

Organisasi harus menyimpan dan memelihara informasi


terdokumentasi mengenai proses dan rencana untuk
menanggapi potensi situasi darurat.

Berikut adalah rekaman wajib dalam  ISO 45001:

1. Hukum yang berlaku dan persyaratan lain (klausul 6.1.3)

2. Catatan pelatihan, keahlian, pengalaman dan kualifikasi (klausul 7,2)

3. Hasil pemantauan dan pengukuran (klausul 9.1)

4. Kalibrasi dan verifikasi pemantauan dan mengukur peralatan (klausul


9.1)

5. Evaluasi kewajiban (klausul 9.1.2)

6. Program internal audit (klausul 9.2.2)

7. Hasil audit internal (klausul 9.2.2)

8. Hasil kajian manajemen (klausul 9.3)

9. Insiden dan nonconformities (klausul 10.1)

10. Hasil tindakan korektif (klausul 10.1)

Dokumen Tidak Wajib/Non Mandatory

Tidak ada sistem yang benar-benar berjalan dengan hanya menggunakan


dokumen yang wajib/mandatory. Berdasar pengalaman implementasi
sistem manajemen, ada banyak jenis dokumen tidak wajib yang dapat
digunakan dalam implementasi ISO 45001. Berikut adalah contoh-contoh
dokumen non wajib yang paling sering digunakan dalam implementasi
Sistem Manajemen:

1. Prosedur untuk menentukan konteks organisasi dan pihak yang


berkepentingan (klausul 4.1 dan 4.2)
2. Prosedur untuk identifikasi – evaluasi terhadap Peluang dan Resiko
pada Sistem Manajemen K3(klausul 6.1.1 dan 6.1.2)
3. Kompetensi, pelatihan dan kesadaran prosedur (klausul 7.2 dan
7.3)
4. Prosedur untuk komunikasi (klausul 7,4)
5. Prosedur untuk dokumen dan catatan kontrol (klausul 7.5)
6. Prosedur audit internal (klausul 9.2)
7. Prosedur untuk manajemen review (klausul 9.3)
8. Prosedur untuk manajemen nonconformities dan tindakan korektif
(klausul 10.2)

Jika melihat persyaratan dokumen wajib tersebut, dapat


disimpulkan bahwa ISO 45001 sangat memudahkan untuk diintegrasikan
dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001:2015 dalam hal pendekatan ke dokumen dan
rekaman, dan persyaratan yang sama untuk umum persyaratan standar
tersebut. Jika dibandingkan dengan OHSAS 18001, ISO 45001 lebih
spesifik dalam setiap klausulnya dalam membahas implementasi Sistem
Manajemen K3, seperti mendokumentasikan elemen Sistem Manajemen
K3 & interaksi organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

International Organization for Standardization (ISO) 45001. Occupational Health


and Safety. Vernier: Geneva Switzerland. https://www.iso.org/iso-45001-
occupational-health-and-safety.html diakses 28 April 2020.
ISO 45001. Understanding The New International Srandard For Occupational
Health and Safety. BSI Group

Standar Nasional Indonesia ISO 45001:2018 (Ditetapkan Oleh Badan Standarisasi


Nasional Tahun 2019). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) – Persyaratan dan Pedoman Penggunaan. Jakarta: BSN

Anda mungkin juga menyukai