Anda di halaman 1dari 5

Seminar K3 Integrasi ISO 45001 dan SMK3

S MK3 PP
50 Tahun 2012 dalam mencapai Budaya K3
Nasional.
Pada ISO 45001, organisasi seharusnya tidak hanya mempertimbangkan apa isu K3
yang secara langsung berdampak pada mereka, akan tetapi juga melibatkan
masyarakat lebih luas dan bagaimana kerja mereka bisa juga berdampak pada
komunitas di sekitarnya. Di sisi lain, di Indonesia juga ada Sistem Manajemen K3,
yaitu Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012.
Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 adalah seperangkat peraturan terkait
implementasi Sistem Manajemen K3 yang didasarkan
di dasarkan kepada Undang-Undang N0.01
tahun 1970, dan diamanatkan oleh Undang-Undang No. 13 tahun 2003. SMK3 PP
No.50 Tahun 2012 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 org
dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan
menyusun Rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha
melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3), Wakil
Pekerja dan Pihak lain yang terkait.
Berkenaan dengan dua Sistem Manajemen K3 tersebut, ISC Safety School Surabaya
member of Proxsis Group, menyelenggarakan Seminar K3 dengan topik Integrasi ISO
45001 dan SMK3 PP 50 Tahun 2012 dalam mencapai Budaya K3 Nasional.

Perbedaan SMK3 dengan ISO 45001


ISO 45001 memiliki istilah
i stilah yang berbeda dengan OHSAS
OHSAS 18001 dalam Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3). Perbedaan SMK3 dengan ISO 45001 lebih kepada
tipe dan bidang organisasi. ISO 45001 dipakai untuk semua jenis organisasi dan tipe
organisasi, baik itu production based atau manufactured based serta service
based, sehingga istilah di dalam persyaratannya menjadi general.

Berikut beberapa istilah yang diganti:

Istilah Preventive Action diganti dengan:

Pasal 4.1 – Determining of External and Internal Issue

Pasal 6.1 – Action to address risk associated with threat and opportunities
opportunities

Pasal 5.2c – Commitment to applicable legal and other requirements to which


organisation subscribe

Pasal 8.6 – Emergency Response Preparedness (potential emergency identified, planned ,


emergency procedures tested)

Istilah preventive action atau tindakan pencegahan sudah menjadi kesatuan pada pasal-
pasal di atas.
Di dalam ISO 45001, istilah ‘risk’ dapat bervariasi di beberapa negara. Istilah ‘hazard
identification’ sudah termasuk di dalam ‘risk identification’ and ‘risk control’ untuk
memastikan semua bahaya teridentifikasi untuk semua jenis industri.

The Worker:

The worker atau pekerja dapat memiliki istilah berbeda di dalam peraturan legal di
beberapa negara. Di dalam konteks ISO 45001, pekerja adalah orang yang bekerja di
bawah naungan organisasi termasuk juga subkontraktornya.

Outsourcing:

Semakin menekankan tuntutan pemasok barang dan jasa untuk memenuhi persyaratan
OHSM – Occupational Health Safety Management. Oleh karena hal ini bagian dari reputasi
organisasi yang harus diemban oleh outsourcing-nya.

Pendekatan implementasi menjadi lebih luwes karena ISO 45001 memiliki pendekatan
High Level Structure (HLS) yang dapat berintegrasi dengan sistem manajemen lainnya,
seperti ISO 9001: 2015 dan ISO 14001: 2015.

ISO 45001 akan menjadi lebih tajam di dalam pengukuran risiko K3, dan bagaimana lebih
banyak partisipasi eksternal dan internal yang terlibat di dalam organisasi untuk komitmen
dalam memenuhi kebijakan dan aturan main OHSMS.

Pada minggu lalu ISO Center telah membahas terkait perbedaan antara Sistem
Manajemen K3 di tingkat internasional, yaitu ISO 45001 dan OHSAS 18001. Sembari
menunggu finalisasi FDIS ISO 45001, ISO Center akan melanjutkan pembahasan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa OHSAS 18001 adalah Sistem Manajemen
K3 yang berlaku secara internasional, sedangkan SMK3 PP No.50 Tahun 2012 berlaku
secara nasional dan merupakan perundangan yang dibuat pemerintah Indonesia
melalui Kemnaker RI. Seringkali perusahaan berada pada pilihan, mana yang harus
diterapkan terlebih dahulu antara OHSAS 18001:2007 atau SMK3 PP No.50 Tahun
2012? Lalu apa perbedaan dan persamaan diantara keduanya?

Sebelumnya berikut adalah sedikit ringkasan definisi masing-masing k eduanya.


OHSAS atau singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS 18001) adalah suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan. Banyak
organisasi di berbagai Negara telah mengadopsi OHSAS 18001 untuk mendorong
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan prosedur yang
mengharuskan organisasi secara konsisten mengidentifikasi dan mengendalikan
resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat kerja; se rta
memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.

Sementara, Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 adalah seperangkat peraturan


terkait implementasi Sistem Manajemen K3 yang didasarkan kepada Undang-Undang
N0.01 tahun 1970, dan diamanatkan oleh Undang-Undang No. 13 tahun 2003. SMK3
PP No.50 Tahun 2012 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100
org dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan
menyusun Rencana K3, dalam menyusun rencana K3
tersebut, pengusaha melibatkan Ahli K3, Panitya Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja(P2K3), Wakil Pekerja dan Pihak lain yang terkait.

Di Indonesia, dua sistem manajemen K3 (OHSAS 18001dan SMK3 PP No 50 Tahun


2012) ini digunakan oleh berbagai organisasi maupun perusahaan. Dua standar
tersebut memiliki persamaan pada elemen/prinsip yang ada didalamnya. Berikut tabel
persamaannya.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa :

OHSAS memiliki model SMK3 yang berbasis pada metodologi Plan-Do- Check-
 Act (PDCA). Tahapan PDCA ini secara singkat dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. (perencanaan) : menentukan tujuan dan proses yang diperlukan untuk


Plan
memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan K3 perusahaan.
2. Do (pelaksanaan) : mengimplementasikan proses yang telah direncanakan.
3. Check (pemeriksaan) : memantau dan menilai pelaksanaan proses berdasarkan
kebijakan K3, tujuan, standar serta perysaratan lainnya, dan melaporkan
hasilnya.
4.  Act(pengambilan tindakan): mengambil tindakan untuk meningkatkan
performansi K3 secara terus menerus.
Standar SMK3 nasional memiliki langkah penerapan yang sejalan dengan OHSAS.
Pada pasal 6 PP No. 50 tahun 2012 diungkapkan bahwa SMK3 meliputi :

1. Penetapan kebijakan K3 Kebijakan K3 dibuat oleh perusahaan.


Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi, tujuan perusahaan, komitmen dan
tekad melaksanakan kebijakan, serta program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh.

2. Perencanaan K3
Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha. Rencana K3 mengacu
kepada kebijakan K3 yang dirancang.

3. Pelaksanaan rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 sesuai dengan rencana yang telah dirancang.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3


Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian,
pengukuran, dan audit internal SMK3. Hasil pemantauan dilaporkan dan
digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3


Peninjauan dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan
SMK3. Hasil peninjauan ini digunakan untuk melakukan perbaikan dan
peningkatan kinerja.
Selain persamaan, ada perbedaan diantara keduanya, sebagaimana dijelaskan dalam
tabel berikut:
mendokumentasikan elemen Sistem Manajemen K3 & interaksi mereka. ISO 45001
lebih menekankan pada efektifitas implementasi K3 di organisasi daripada proses
menulis prosedur K3 sebagaimana yang ada pada standar terdahulu.

Untuk lebih mudah memahami tentang perbedaan ISO 45001 dan OHSAS 18001,
silakan anda menghubungi admin web ISO Center melalui chat web untuk
mendapatkan free matrik pdf  perbedaan ISO 45001 dan OHSAS 18001.

Demikian penjelasan dari kami, semoga bermanfaat.

Sumber : www.iso.org / www.advisera.com

Anda mungkin juga menyukai