Anda di halaman 1dari 9

KASUS

Rumah sakit X memiliki ruang penyakit dalam dengan 22 tempat tidur, perawat berjumlah 8
orang terdiri dari perawat lulusan Ners (Ners X, Y, Z) lulusan D3 (perawat O,P,R,S) kepala
ruangan lulusan D3 dengan pengalaman 10 tahun bekerja. Penanggung jawab asuhan
keperawatan ada 2 orang : 1 lulusan Ners (Ners X) dan 1 lulusan D3 (perawat O) dengan
pengalaman 7 tahun bekerja. Saat ini ada 18 pasien dengan karakteristik pasien:

1. Tn. A. : Thypoid perforasi pasca hari rawat ke 2 terpasang NGT,oksigen, kateter, IV


line
2. Tn..B. : Serosis hepatis hari rawat ke 4 dengan acites abdomen, terpasang NGT,Iv line
3. Tn. C. : Thypoid hari rawat ke 7 pasien rencaan pulang.
4. Tn. D.: DHF hari pertama, obervasi febris terpasang iv line
5. Tn. E. : DHF hari rawat ke 4 suhu 37 C, terpasang iv line
6. Tn. F. : TBC har rawat ke 3, suhu 38 C
7. Tn. G. : TBC persiapan pulang
8. Tn. H.: Bronhopneumonia hari rawat ke 2 batuk aktif
9. Tn. I.: DM gangren Grade 3 diarea ekstremitas kaki kiri, insulin reguler
10. Tn. J.: DM insulin reguler
11. Tn. K.: CRF hari ke 7, edema ekstremitas bawah, pernafasan 28x/menit, N100x/menit
terpasang oksigen dan kateter.
12. Tn. L.: Batu ginjal pasca operasi hari ke 3, perawatan luka
13. Tn. M.: Batu ginjal persiapan operasi
14. Tn. N.: Batu ginjal kholik, pasien baru
15. Tn.O: DHF baru masuk, terpasang iv line
16. Tn.P.: Apendix,post op hari pertama, terpasang iv line
17. Tn. Q.: Hernia, rencana pulang
18. Tn. R.: Stroke, gangguan bicara, terpasang sonde, iv line, cateter.

PERTANYAAN

1. Hitung kebutuhan tenaga diruang tersebut sesuai konsep (Gillies) jika rata-rata BOR
80% dan mayoritas perawat wanita dengan usia 20-40 tahun
2. Hitung kebutuhan tenaga sesuai dengan tingkat ketergantungan (Menurut Douglas)?
3. Buat jadwal dinas sesuai metode penugasan
4. Metode penugasan apa yang sesuai dengan kondisi ketenagaan sesuai dengan kasus.

1. Kebutuhan tenaga menurut Gillies


Rata-rata jam ruangan : 4-5 jam/klien/hari
Self care :¼x4 = 1 jam
Partial care :¾x4 = 3 jam
Total : 1-1,5 x 4 = 4-6 jam

Minimal =5x1 = 5 jam


Partial =8x3 = 24 jam
Total = 5 klien x 6 jam = 30 jam
Jumlah jam = 59 jam

Jumlah keperawatan tidak langsung


18 orang klien x 1 jam = 18 jam

Jumlah total jam keperawatan/ klien/hari


59 jam + 18 jam = 77 jam
18 orang 18 = 4, 27 = 4 jam

4,27 x 18 x 365 = 28,0539 = 28,0539

(365-73) x 7 = 292,7 =2,044

= 13,725 orang

= 14 orang

Keterangan:

73 (libur dalam 1 tahun)

7 ( hari dalam 1 minggu)


Cadangan 20% = 14 x 20 % = 2,8 = 3 orang.

Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 14 orang + 3 orang = 17


orang

2. 22 tempat tidur, perawat 8 orang, Ners 3 orang, D3 4 orang, kepala ruangan D3

Keperawatan mandiri (minimal) =5


Keperawatan sebagain (partial) =8
Kperawatan total =5

Total = Tn. A, Tn. K, Tn. O, dan Tn. R


Sebagain = Tn.B, Tn. D, Tn F. Tn. H, Tn. I, Tn. L, Tn. N
Mandiri = Tn. C, Tn. G, Tn. J, Tn. M,Tn. Q.

Minimal care Partial care Total care Jumlah


Pagi 0,17 x 5= 0,85 0,27x8=0,58 0,36x5=1,8 0,85+0,58+1,8=3,23= 3 orang
Sore 0,14x5=0,7 0,15x8=1,2 0,3x5=1,5 0,7+1,2+1,5=3,4= 3 orang
Malam 0,07x5= 0,35 0,10x8= 0,8 0,2x5=1 0,35+0,8+1=2,15=2 orang.

Total tenaga perawat:

Pagi = 3 orang

Sore = 3 orang

Malam = 2 orang

Jumlah = 9 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari

86 x 9 orang = 2,77 = 3 orang

279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di RS X adalah 9 orang
+ 3 orang lepas dinas + 2 orang tenaga Kepala Ruangan dan Wakil = 14 orang

3. Metode Penugasan
Menurut Warstker (1990) adalah 40% tenaga keperawatan shift pagi, 30% untuk shift
sore dan 15% untuk shift malam, off pergantian shift adalah 15%
• Shift pagi 8 orang x 40% = 3 orang
• Shift sore 8 orang x 30% = 2 orang
• Shift malam 8 orang x 15% = 2 orang
• Tenaga yang off 8 orang x 15% = 1 orang

No Shift pagi Shift sore Shift malam


1 Kepala Ruangan Perawat Y Perawat Z
2 Perawat X Perawat P Perawat R
3 Perawat O

4. Metode penugasan yang diambil adalah TIM


Metode penugasan tim merupakan suatu metode pemberi asuhan keperawatan
dimanaseorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat (Nursala, 2007)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi dan pasar bebas membuat terbukanya persaingan antar rumah
sakit baik pemerintah maupun swasta. Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan dengan konsep one step quality service yang artinya seluruh
kebutuhan pelayanan kesehatan dan dan pelayanan yang terakit dengan kebutuhan
pasien harus dapat dilayani rumah sakit secara mudah, cepat, akurat bermutu dan
biaya terjangkau (Ilyas, 2004). Meningkatnya tuntunan kualitas pelayanan serta
meningkatnya pesaing lokal maupun global menuntut rumah sakit untuk menyediakan
sumber daya manusia (SDM) yang profesional

Sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian


pelayanan kepada pasien adalah dokter, perawat, bidan, serta tenaga penunjang
lainnya. Diantara tenaga tersebut, tenaga perawat dan bidan menempati urutan
jumlah terbanyak ( 40 % ) ( Depkes, 2005 ) dimana tenaga kesehatan sebagai SDM
dalam mensukseskan program pembangunan kesehatan merupakan unsur penentu.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan


di rumah sakit, begitu pentingnya pelayanan di rumah sakit, bahkan Huber (cit.
nurjanah,2009) melaporkan bahwa 70 % tenaga kesehatan di rumah sakit adalah
perawat. Sedangkan Gillies ( 2004) memperkirakan bahwa sekitar 75 % tenaga
keperawatan di rumah sakit adalah perawat, dan 60-70 % dari toital anggaran
digunakan untuk menggaji perawat. Oleh karena itu perencanaan tenaga perawat
terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dikelola dengan sebaik-
baiknya agar diperoleh ketenagaan keperawatan yang efektif dan efisien.

B. Tujuan

Untuk mengetahui gambaran mengenai kerangka perencanaan ketenagaan perawat di


ruang rawat inap rumah sakit
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Ketenagaan Rumah sakit

Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting. Sumber
daya menasia merupakan pilar utama sekaligus penggerakroda organisasi dalam
upaya mewujudkan visi dan misi, karenanya harus dipastikan sumber daya ini
dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal.
Maka diperlukanlah sebuah pengelolaan secara sistematis dan terencana agar tujuan
yang diinginkan dimasa sekarang dan masa depan bisa tercapai yang disebut sebagai
sumber daya manusia tujuannya adalah mengelola atau mengembangkan kompetensi
personal agar mampu merealisasikan misi organisasi dalam rangka mewujudkan visi
(Value Media, Januari 2009)
Manajemen ketenagaan RS bertujuan untuk menyediakan personil RS yang efektif
dan produktif bagi RS, yang dapat memberikan pelayanan bermutu, sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada pengguna jasa RS. Manjemen SDM di RS perlu
ditangani dengan baik, karena keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasaran serta kemampuan menghadapi tangtangan internal maupun eksternal sangat
ditentukan oleh kemampuan para manajer mengelola RS setepat-tepatnya. (Modul
Manajemen SDM RS FKM UI, 2009).

B. Manajemen Ketenagaan Keperawatan


Menurut Rokiah (2011) pengelolaan rumah sakit yang bermutu, efektif dan efisien
harus ditunjang oleh tenaga yang memadai dari segi kuantitas maupun kualitas.
Pengadaan dan pengembangan tenaga perlu waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Untuk itu perlu kiat manajemen dalam perencanaan sumber daya keperawatan.
Menurut Sugiharto ( 2007) dalam melakukan analisis situasi tenaga perawat di rumah
sakit, ada sejumlah oertanyaan yang harus dijawab oleh perencana tenaga perawat di
rumah sakit antara lain :
1. Apakah tenaga yang ada saat ini sudah cukup ? untuk itu perlu dilakukan analisis
jumlah dan jenis tenaga yang ada pada setiap unit perawatan dirumah sakit. Perlu
dilakukan pengamatan yang seksama terhadap beban kerja, jumlah tenaga, dan
kompetensi yag ada.
2. Perencana harus dapat memprediksi situasi yang akan datang terutama terhadap
perubahan tuntutan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan di masa datang.
3. Merencanakan pelatihan-pelatihan dan rotasi tenaga perawat untuk menyesuaikan
beban kerja dan tuntunan pelayanan di masa datang.
4. Dilakukan analisis beban kerja tenaga perawat yang ada.beban kerja dapat dilihat
atau dibandingkan antara jumlah tenaga dan volume kerja harus dikerjakan pada
satuan waktu tertentu. Pola beban kerja biasanya pagi dan siang hari lebih besar
dibandingkan sore dan malam hari. Bla dilhat dari kunjungan pasien.
5. Melakukan inventarisasi eahlian personal yang ada sebagai informasi manajemen
untuk mengetahui jumlah personal profesional dan non profesional
6. Analisis model kerja yang dilakukan oleh perawat/metode yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan apakah metode fungsional, metode tim, metode
,primer, atau metode sekunder(Yaslis Ilyas, 2010).

C. Klasifikasi Pasien
Metode klasifikasi pasien adalah usaha untuk mengukur beban kerja keperawatan
yang meliputi sejumlah kegiatan keperawatn berdasarkan tungkat ketergantungan
pasien. Tingkat ketergantungan pasien dapat dibagi menjadi self care, partial care,
dan complete care. Kegunaan klasifikasi pasien untuk memprediksi jumlah waktu
dan tenaga perawat yang dibutuhkan untuk setiap kategori pasien (Douglass, 2006).
Menurut Rowland (2007) klasifikasi pasien digunakan untuk mengidentifikasi tingkat
pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien.
Format klasifikasi pasien dapat digunakan untuk menentukan keperawatan yang
dibutuhkan oleh pasien. Hasil klasifikasi pasien tersebut dapat menetukan beban
kerja perawat dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan keperawatan.
Hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena jenis pasien yang mempunyai
karakteristik tersendiri (Ganong, 2008)
Tujuan metode inin(Swansrburg, 2009)
a. Penyusunan tenaga perawat . metode ini akan menetapkan ukuran waktu yang
dibutuhkan kegiatan keperawatan dan akan digunakan untuk menentukan jumlah
dan kompetensi perawat.
b. Menyusun anggaran biaya tenaga perawat berdasarkan kegiatan yang akan
diberikan kepada pasien.
c. Memudahkan dalam pergantian shift perawat karena sudah jelas perawatan yang
akan diberikan kemudian.
d. Meningkatkan produktifitas perawat.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan karena adanya prosedur yang jelas mengenai
jenis perawatan yang diberikan.

D. Beban Kerja Perawat


1. Beban kerja keperawatan mempunyai dua unsur penting yaitu jumlah pasien, dan
tindakan keperawatan yang diberikan. Beban kerja ditentukan oleh metode
klasifikasi pasien, dimana metode ini dilengkapi oleh dokumen yang memutar
keadaan penyakit pasien dan perawatan yang dibutuhkan. Metode klasifikasi ini
dignakan untuk mengukur beban kerja keperawatan dan juga memperirakan
jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan ( Grohar, 2007).
2. Komponen beban kerja keperawatan
Menurut Gillies (2004) komponen beban kerja terdiri dari jumlah pasien yang
datang perhari, jumlah pasien dengan setiap diagnosa pengobatan dan perawatan,
tingkatb penyakit yang berbeda dari setiap pasien, intensitas keperawatan yang
dibutuhkan oleh setiap pasien, rata-rata lama tingal pasien,dan ukuran rata-rata
waktu yang digunakan untk setiapkeperawatan langsung dan tidak langsung yang
diberikan kepada pasien.
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun oleh
3A TRANSFER
Bella Thiana Hidayat 2018727005

Cipto Nuridin 2018727006

Fatwa Achmad Octoba 2018727014

Muna Suraya 201872702

Nur Rohadatul Aida 2018727022

Samsiah 2018727030

Syifa Nur’amalia 2018727035

Tommy Santoso 2018727037

Zulfaida Farnatubun 2018727040

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

2019

Anda mungkin juga menyukai