Anda di halaman 1dari 20

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

A. Pengertian Kulit

Manusia memiliki lapisan terluar yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Secara kasat

mata, lapisan tersebut terkesan hanya berfungsi sebagai penahan benturan agat tidak

terjadi peradangan pada organ dalam. Secara logika empiris, bisa dikatakan lapisan

tersebut hanya melindungi tulang dan daging serta rumah untuk aliran darah. Lapisan

tersebut biasa dikenal dengan sebutan kulit. Kulit adalah lapisan atau jaringan yang

menyelimuti seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar

(Syaifuddin, 2009). Kulit atau sistem integumen merupakan organ tubuh manusia

yang paling besar karena fungsinya sebagai pembungkus seluruh tubuh manusia.

Rata-rata kulit yang membungkus manusia memiliki luas sebesar 1,67 m 2 (Michael,

2012). Rambut, kuku, kelenjar juga merupakan bagian dari kulit. Dalam ruang lingkup

sains, kulit tidak hanya terdapat pada luar saja yang dapat dilihat oleh mata, tetapi

jaringan-jaringan yang lebih kompleks dalam pembentukan kulit terdapat pada kulit

bagian dalam yang harus dilihat secara mikroskopis.

Jika dilihat dari ruang lingkupnya, kulit dibagi menjadi dua bagian yakni secara

makroskopis dan mikrokopis. Secara makroskopis bisa dikatakan bahwa kulit

memiliki ketebalan yang bervariasi. Bagian kulit tertipis terletak pada sekitar mata

dalam artian bagian tersebut sangatlah sensitif. Sedangkan bagian kulit paling tebal

terletak pada telapak kaki dan telapak tangan yang memiliki garis- garis tertentu.

Gunanya untuk mengidentifikasi seseorang secara psikologi. Kulit tebal ini sangat

tahan terhadap rangsangan yang bersifat radang (Syaifuddin, 2009).


Jaringan-jaringan yang membentuk kulit terdiri dari dua macam yakni jaringan epitel

yang membentuk kulit luar (epidermis) dan jaringan penunjang yang membentuk kulit

bagian dalam (dermis). Dalam teorinya, kulit bagian dalam yang bekerja untuk

memberikan kepekaan terhadap suatu rangsangan. Pada kulit bagian dalam, jika

diteliti secara mikroskopis akan ditemukan berbagai serabut-serabut syaraf yang

berguna sebagai reseptor. Reseptor tersebut berada pada lapisan kedua dari kulit yang

mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung syaraf (Ridwan, 2014). Reseptor ini

juga sebagai indikator untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan

pada kulit bagian luar. Secara fungsional, kulit bagian dalam merangsang apa yang

diterima oleh kulit bagian luar kemudian ditampilkan kembali secara fisik sehingga

dapat dilihat oleh mata. Ini menunjukkan bahwa kulit bagian dalam memiliki struktur

dan fungsi yang lebih kompleks dibandingkan kulit bagian luar.

B. Struktur Kulit

1. Epidermis (Kulit Ari)

Lapisan paling luar terdiri atas lapisan epitel gepeng (epitel yang berbentuk seperti

sisik ikan apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk

polygonal). Unsur utamanya adalah sel-sel keratinosit dan sel melanosit. Lapisan

epidermis akan tumbuh terus menerus. Hal tersebut dikarenakan lapisan sel induk

yang berada di lapisan bawah terus-menerus bermitosis, sekadangkan lapisan

terluar dari epidermis akan terkelupas dan gugur (Syaifuddin, 2009). Siklus

pengelupasan yang terjadi dikarenakan lapisan induk yang terus bermitosis terjadi

selama 6-8 minggu (Michael, 2012). Epidermis (kulit ari) terdiri dari beberapa

lapis sel. Sel-sel ini berbeda tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan
permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri atas lima

lapis yakni:

a. Stratum Korneum: lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk, gepeng,

kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin ke

luar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel yang

terkelupas akan digantikan oleh sel lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak

yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras. Lapisan tanduk

hampir tidak mengandung air karena adanya penguapan air, elastisnya kecil,

dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih

dalam.

b. Stratum lusidium: lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat

gepeng dan bening. Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat

sehingga lapisannya secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening.

Lapisan ini ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebal seperti telapak

kaki dan telapak tangan.

c. Stratum granulosum: lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak

gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma berisi butiran (granula)

keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi

masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.

d. Stratum spinosum: lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus

dan poligonal, inti terdapat di tengan dan sitoplasmanya berisi berkas serat

yang terpaut pada desmosom (jembatan sel). Desmosom merupakan sel induk

epidermis yang banyak terdpat pada membran sel. Sel ini aktif bermitosis

sampai orang meninggal. Seluruh sel terikat rapat lewat serat-serat tersebut

sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan ini untuk


menahan gesekan dan tekanan dari luar, tebal dan terdapat di daerah tubuh

yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan

pangkal telapak kaki.

e. Startum malpigi: unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang

khas. Inti bagian basal lapis taju mengandung kolestrol dan asam- asam

amino. Stratum malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang

berbatasan dengan dermis dibawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk

kubus.

Diantara sel epidemis terdapat melanosit. Seperti dipaparkan di awal bahwa

jaringan epidermis terdiri dari 80% sel-sel keratin yang memiliki lima lapisan

diatas. Dibawah ini akan dipaparkan 20% sel pembentuk epidermis yang

didalamnya tidak mengandung sel keratin.

f. Melanosit

Melanosit adalah sel-sel epidermis yang berasal dari krista neuralis

embriologik. Melanosit menghasilkan melanin dan terletak sendirian di dalam

lapisan basal, tampak sebagai sel jernih besar. Reaksi dopa yang positif pada

adanya enzim jalur tirosin-melanin merupakan cara histokimiawi untuk

mengidentifikasi melanosit. Melanosit memiliki tonjolan dendrit

yang bercabang di dalam epidermis dan memindahkan melanin ke keratinosit.

Melanosit dapat dikenali pada mikroskop elektron dengan adanya

melanosom, yang merupakan struktur elips terikat membran yang berisi

lamela internal konsentrik. Pewarnaan yang positif untuk protein S100

antigen melanosom (HMB45) berguna sebagai penanda imunohistok untuk

melanosit. Jumlah melanosit di dalam kulit relatif tetap. Pigmentasi kulit


bergantung pada kecepatan sintesis melanin, yang diatur oleh faktor rasial

(lebih besar pada ras berkulit gelap), radiasi ultraviolet yang meningkatkan

sintesis melanin, dan hormon (hormon perangsang melanosit dan

adrenokortikon meningkatkan pigmentasi melanin).

Ada hubungan yang penting dan memiliki interaksi fungsional antara

keratinosit dan melanosit yang bergantung selama proses diferensiasi. Sekitar

35-36 basal dan supra basal keratinosit diperkirakan berdampingan secara

fungsional dengan masing-masing melanosit pada epidermal melanin. Dalam

hal ini, jumlah pengiriman pigmen melanosit untuk keratinosit berkaitan.

Akibatnya, pigmen didistribusikan ke seluruh lapisan basal pada tingkat yang

lebih rendah. Lapisan yang lebih dangkal yang berfungsi untuk melindungi

kulit dengan menyerap dan menyebarkan radiasi yang berpotensi

membahayakan.

Distribusi melanosom dalam keratinost bervariasi tergantung dengan rasnya.

Melanosom dalam keratinosit terdegradasi oleh enzim lisosom sebagai sel

pembeda dan naik ke atas. Beberapa melanosom mungkin masih diakui

dalam stratum korneum, tetapi biasanya sudah tidak lagi tertutup oleh

membran.

g. Sel-sel Langerhans: Non Keratinosit yang terletak pada Suprabasal Lapisan

Epidermis

Sel-sel Langerhans adalah sel-sel dendrit jernih yang terletak diantara sel-sel

startum spinosum. Sel-sel ini dianggap sebagai sel yang memproses antigen.

Pada penelitian imunohistokimia, sel ini positif S100 protein. Pada mikroskop
elektron, sel-sel ini kekurangan melanosom, tetapi mengandung organel khas

yang disebut granula birbeck.

Sel-sel langerhans adalah sel utama dalam epidermis yang bertanggung jawab

untuk pengenalan, penyerapan, pengolahan dan penyajian antigen larut yang

peka terhadap limfosit T. Sel langerhans terlibat dalam mekanisme patologis

yang mendasari dermatitis kontak alergi, kulit leishmaniasis, dan infeksi virus

human immunodeficiency. Jumlah sel langerhans akan berkurang dalam

epidermis ketika seseorang mengidap penyakit tertentu seperti psoriasis,

sarkoidosis, dan dermatitis kontak. Sel langerhans juga berkurang ketika ada

gangguan fungsional oleh radiasi ultraviolet. Setelah terkena radiasi

ultraviolet, kemampuan sel langerhans akan menurun untuk menyajikan

antigen. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada sistem pengawasan

kekebalan manusia.

h. Sel-sel Merkel

Sel-sel merkel adalah sel-sel neuron-endokrin yang terdapat di dalam lapisan

basal epidermis. Sel-sel ini tidak dapat dikenali dengan potongan histologik

rutin, tetapi dapat diidentifikasi pada mikrograf elektron dengan adanya

granul neurosekretorik sitoplasmik.

2. Penghubung Dermis dan Epidermis

Penghubung dermis-epidermis adalah zona membran dasar yang membentuk

antarmuka antara epidermis dan dermis. Fungsi utamanya adalah untuk

mempertemukan epidermis dan dermis antara satu sama lain serta untuk

memberikan perlawanan terhadap gaya geser dari luar. Penghubung ini juga

berfungsi sebagai epidermis, menentukan polaritas pertumbuhan, mengarahkan


organ sitoskeleton di sel basal, dan menyediakan sinyal perkembangan. Struktur

dari dermis-epidermis ini hampir seluruhnya terbuat dari keratinosit basal dengan

sedikit campuran dari fibroblas dermis.

3. Dermis (Kulit Jangat)

Batas dermis sangat suli ditentukan karena menyatu dengan lapisan subkutis

(hipodermis), ketebalannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih tebal dari

epidermis, dan dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivat dermis terdiri

atas bulu, kelanjar minyak, kelenjar lendir, dam kelenjar keringat yang

membenam jauh ke dalam dermis. Dermis bersifat ulet dan elastis yang berguna

untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Pada perbatasan antara epidermis dan

dermis terdapat tonjolan-tonjolan kulit ke dalam epidermis yang disebut papil

kulit jangat (tonjolan-tonjolan kulit kedalam epidermis yang terletak di perbatsan

epidermis dan demirmis). Kulit jangat terdiri atas serat-serat kolagen, serabut-

serabut elastis, dan serabut-serabut retikulin. Serat-serat ini bersama pembuluh

darah dan pembuluh getah bening membentuk anyaman-anyaman yang

memberikan pendarahan untuk kulit.

Lapisan kulit dalam (dermis) mengandung jaringan ikat, kelenjar sebasea dan

beberapa folikel rambut. Jaringan tersebut menyatu di bawahnya dengan jaringan

subkutan yang mengandung lemak, kelenjar keringat dan sisa folikel rambut. Di

dalam dermis juga terdapat pembuluh darah. Pembuluh darah ini fungsinya tidak

hanya menyehatkan sel-sel di kulit, tetapi juga membantu mengontrol suhu pada

tubuh dan memberikan variasi pada warna kulit. Kulit yang berwarna merah bisa

jadi disebabkan oleh demam, sinar matahari, atau peradangan. Kulit yang
berwarna biru mungkin disebabkan oleh peningkatan jumlah atas berkurangnya

hemoglobin sekunder terhadap hiposika. Kulit yang berwarna kuning bisa saja

disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Warna kulit yang

pucat disebabkan oleh menurunnya aliran darah atau menurunya jumlah

oksihemoglobin (hemoglobin yang mengandung oksigen).

Setidaknya letak saraf-saraf yang berfungsi sebagai sensorik terletak pada dermis.

Dalam dermis terdapat ujung saraf bebas yang sebagian besar berfungsi sebagai

sensor. Saraf ini memberikan variasi sensasi yang berbeda yang mana dalam kulit

mampu merasakan sensani sentuhan, panas, dingin, dan sakit. Saraf ini juga

menyadarkan individu agar berkontraksi dengan lingkungan sekitar. Tetapi ujung

saraf ini dapat diberhentikan sementara fungsinya dengan menggunakan obat

analgesik yakni sejenis obat bius yang biasa digunakan dalam pembedahan agar

pasien tidak merasakan sakit.

Dalam dermis, setidaknya ada dua lapisan yakni sebagai berikut:

a. Lapisan papilia

Lapisan ini mengandung lekuk-lekuk papilia sehingga stratum malpigi juga

ikut melekuk. Lapisan ini mengandung lapisan pengikat longgar yang

membentuk lapisan bunga karang yang diebut lapisan startum spongeosum.

Lapisan papila terdiri atas serat kolagen halus, elastin dan retikulin yang

tersusun membentuk jaring halus yang terdapat dibawah epidermis. Lapisan

ini memegang peranan penting dalam peremajaan dan penggandaan unsur-

unsur kulit. Serat retulin dermis membentuk alas dari serabut yang masuk ke

dalam membran basal di bawah epidermis.

b. Lapisan Retikulosa
Lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen.

Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, mangandung sedikit serat

retikulin, dan banyak serat elastin. Sesuai dengan arah jalan serat-serat

tersebut terbentuklah garis ketegangan kulit.

Bahan dasar dermis merupakan bahan matrik amorf yang membenam pada

serat kolagen dan elastin. Turunan kulit glikosaminoglikans utama kulit adalah

asam hialuronat dan dermatan sulfat dengan perbandingan yang beragam di

berbagai tempat, bahan dasar ini bersifat sangat hidro filik. Lapisan ini terdiri

atas anyaman jaringan ikat yang lebih tebal dan didalamnya ditemukan sel-sel

fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung

rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak

rambut.

Didalan dermis juga terdapat unsur-unsur utama pembentuk dermis yakni

fibroblast dan makrofag, juga terdapat sel lemak yang berkelompok. Selain

juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada lingkungan epidermis

yang banyak mengandung pigmen. Selain itu dalam dermis juga ditemukan

serat otot polos yang tersusun membentuk berkas dihubungkan dengan folikel

rambut. Serat ini bertebaran di seluruh dermis dalam jumlah yang cukup

banyak pada kulit. Kontraksinya menyebabkan kulit daerah yang

bersangkutan mengerut. Di dalam kulit kulit muka dan leher sejumlah serat

otot rangka berakhir pada jalinan serat elastin halus pada dermis.

4. Hipodermis

Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri atas

jaringan pengikat longgar, komponen serat longgar, elastis dan sel lemak. Sel-sel
lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang terdapat pada

susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya. Bila

terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk bantal lemak yang

disebut pannikulus adiposus. Pada daerah perut, lapisan ini dapat mencapai

ketebalan tiga cm, sedangkan pada kelopak mata, penis dan skrotum lapisan

subkutan tidak mengandung lemak. Bagian superfisial hipodermis mengandung

kelenjar keringat dan folikel rambut. Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman

pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan

permukaan kulit dibawah dermis. Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan

mengikat kulit secara longga terhadap jaringan di bawahnya. Batas khusus yang

tampak kasar di sepanjang permukaannya, ditempat saluran keluar dengan

epidermis saluran kehilangan dinding dan menjadi saluran khusus melewati epitel.

Secara fungsional kelenjar ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dengan

membuat lapisan lembab di permukaan untuk pendinginan dengan penguapan.

Kelenjar ini juga peka terhadap stres kejiwaan terutama kelenjar yang terdapat

pada telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar keringat besar yang terdapat pada

ketiak, areola mamae, labium mayus, dan sekitar anus menghasilkan sekret lebih

kental daripada kelenjar keringat kecil. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara

dalm folikel rambut. Kelenjar keringat besar ini kurang bergelung, lumen

sekresinya lebih besar, dan membentuk lapisan yang lebih sempurna di antara

membran sel dan sel epitel, yang berfungsi hanya setelah pubertas. Kelenjar

penggetah lilin yaitu kelenjar serumen yang terdapat pada liang telinga luar dan

kelenjar pada tepi kelopak mata termasuk dalam golongan kelenjar keringat besar.
C. Saraf Kulit

Kulit dan kelengkapannya menerima rangsangan dari lingkungannya karena

dilengkapi banyak saraf sensorik. Di dalam jaringan subkutan terdapat berkas besar

serat saraf yang cabang-cabangnya menuju beberapa pleksus di dalam daerah retikular

papilar dan subepitel. Didalam semua lapisan kulit dan hipodermis terdapat banyak

badan akhir sel saraf. Folikel rambut dipersarafi secara terpisah dari ujung-ujung bebas

saraf sensoris tidak bermielin yang terdapat di dalam atau dekat epidermis, selain serat

saraf sensorik terdapat saraf eferen simpatis yang mempersarafi pembuluh darah, otot

penegak rambut, dan sel-sel sekretorik kelenjar keringat.

Jaringan saraf kulit mengandung sensor somatik dan serat simpatik otonom. Sensor

fiber (ujung saraf bebas) atau dalam hubungannya dengan struktur yang spesial

(reseptor korpuskula) memiliki fungsi pada setiap titik di tubuh sebagai reseptor

sentuhan, rasa sakit, suhu, gatal, dan rangsangan mekanik. Ketebalan dan jenis dari

reseptor tersebut pada umumnya berbeda-beda sehingga perhitungan untuk variasinya

berbeda-beda dalam tubuh tergantung pada lokasinya. Reseptor tersebut sangat tebal

pada bagian-bagian tertentu seperti pada areola dan labia.

Saraf sensor secara umum menyediakan beruas-ruas kulit, namun ada beberapa batas

yang tidak tepat dan menyebabkan persarafan tumpang tindih pada bagian tertentu.

Persarafan otonom tidak mengikuti pola yang sama secara persis karena serat

postganglionik didistribusikan pada kulit berasal dari rantai ganglia simpatik dimana

serat preganglionik berbeda dari beberapa saraf spinal sinaps.

Ujung saraf bebas merupakan saraf yang paling lebar dan merupakan reseptor sensorik

yang paling penting bagi tubuh. Ujung saraf bebas secara umum dapat ditemukan di
dermis papilia yang letaknya tepat dibawah epidermis, pada serat lamina basal yang

bergabung dengan lamina densa dari zona dasar membran.

Reseptor kospuskular ini memiliki kapsul dan di dalam intinya mengandung saraf-

saraf dan komponen non saraf. Kapsul ini merupakan kelanjutan dari perineurium, dan

intinya terdapat serat yang dibungkus oleh sel schwann. Ukuran reseptor ini

tergantung pada posisinya pada kulit. Semakin dalam letaknya pada kulit maka

ukurannya semakin besar. Untuk jenis dan pada usia tertentu, reseptor ini akan terus

berubah sepanjang hidup individu tersebut.

Secara mekanik, dengan adanya saraf pada kulit yang berfungsi sebagai reseptor

manusia bisa merasakan sensasi suhu. Manusia bisa membedakan suhu mulai dari

yang sangat ekstrim (sekitar -10o C) hingga yang cukup panas (sekitar 60o C). Pada

manusia kesensitifan termal berbeda antar masing-masing individu sesuai dengan

rentang temperatur yang berbeda yang hal ini disajikan dalam neuron sensorik pada

kulit. Bagian inilah yang sangat penting dalam tubuh manusia untuk sebagai reseptor

atas keadaan lingkungan yang kemudian di terjemahkan sebagi suatu perasaan oleh

kulit.

D. Struktur Aksesoris Kulit

1. Kuku

Kuku melindungi bagian akhir jari, membantu memanipulasi dan menyerap

benda-benda yang memiliki ukuran yang kecil dan digunakan untuk menggaruk.

Kuku terdiri dari akar kuku di bagian proksimal dan badan kuku di bagian distal.

Akar kuku di lapisi oleh kulit, dan badan kuku merupakan bagian yang tampak

dari kuku . Pada tepi lateral dan proksimal kuku di lapisi oleh lipatan kuku, dan di
bagian tepi berlekatan dengan lekuk kuku.

Pada kuku pertumbuhan terjadi sepanjang garis datar lengkung dan sedikit miring

terhadap permukaan pada bagian proksimalnya. Lempeng epidermis penambah

tadi kemudian membelah untuk alur kuku dan sel epidermis yang paling dalam

dari alur kuku berproliferasi membentuk matriks kuku. Dengan berlanjutnya

proliferasi dan diferensiasi sel di bagian bawah matriks, lempeng kuku yang

terbentuk terdorong keluar dari alur dan perlahan-lahan meluas di atas permukaan

dorsal jari-jari mengarah ke ujung distal. Epidermis yang tepat berada di

bawahnya menjadi dasar kuku. Lempeng kuku sendiri terletak di dalam alur kuku

dan menjadi berbentuk U bila dilihat dari atas dan di apit lipatan kulit yaitu di

dinding kuku. Di sini tidak terdapat kelenjar keringat ataupun folikel rambut.

Epidermis dasar kuku, matriksnya paling tebal di bagian proksimal dan disinilah

terutama terjadi pertumbuhan kuku dan dan laju mitosis disini tinggi. Sel-selnya

mengandung banyak fibril sitoplasma yang hilang pada tahap akhir setelah sel

menjadi homogen, menjadi zat tanduk dan menyatu dengan lempeng kuku. Tidak

pernah di jumpai granula keratohialin di dalam sel matriks, dan keratin kuku di

sebut keratin keras. Pada lapisan dalamnya, matriks kuku mungkin mengandung

melanosit sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen terutama pada ras hitam.

Stratum corneum dari lipatan kuku tumbuh ke dalam badan kuku yang di sebut

sebagai eponychium atau kutikula. Di bawah tepi bebas kuku di sebut

hyponychium. Daerah yang mengental pada bagian stratum corneum. Akar kuku

dan badan kuku melekat pada dasar kuku, bagian proksimal dari matriks kuku.

Hanya stratum germinativum yang terdapat pada dasr kuku dan matrix kuku lebih

tebal dari dasar kuku dan memproduksi lebih banyak kuku. Dasar kuku dapat
terlihat melalui bagian atas kuku dan tampak berwarna merah muda karma adanya

pembuluh darah di bagian dermis. Bagian kecil dari matrix kuku (lunula) tampak

berwarna putih pada badan kuku, area yang tampak seperti bulan sabit pada dasar

kuku. Jelas terlihat pada ibu jari, tampak putih karna pembuluh darah tidak dapat

terlihat akibat adanya matrix kuku yang tebal.

Laju pertumbuhan rata-ratanya adalah 0,5 mm per minggu. Pertumbuhan lebih

besar terjadi pada jari tangan daripada jari kaki. Bila lempeng kuku dicabut secara

paksa, bila matriksnya tidak rusak, maka kuku akan tumbuh kembali dengan

sendirinya.

2. Kelenjar- kelenjar Kulit

a. Sebaceous Glands

Terletak di dalam dermis. Umumnya beberapa kelenjar bermuara pada sebuah

folikel rambut. Jika tidak, maka saluran keluarnya bermuara langsung ke

permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus, dan

kelenjar tarsalis Meibom pada kelopak mata. Kelenjar sebasea tidak terdapat

pada kulit telapak kaki dan tangan. Tiap kelenjar sebasea berkapsul jaringan

ikat tipis. Mereka berupa kelenjar alveolar atau sakular yang membuat lipid.

Pada kebanyakan kelenjar, beberapa alveolus bermuara ke sebuah saluran

keluar pendek lebar yang selanjutnya tercurah ke leher folikel rambut. Tiap

alveolus akan terisi penuh dengan epitel berlapis. Epitel bagian sekresi

kelenjar ini terletak di atas membran basal tipis yang pada permukaan

dalamnya diisi sederetan sel kubis kecil yang bersambung dengan sel-sel basal

epidermis pada leher folikel rambut. Sel-sel ini meningkatkan jumlah RE

agranularnya sebelum aktif dalam lipogenesis. Di tengah kelenjar, sel-sel


membesar pesat dan sitoplasmanya dipenuhi bintik lemak yang mengandung

kolestrol, fosfolipid, dan trigliserida. Intinya mengkerut lalu hilang dan pecah

menjadi massa berlemak dan serpihan sel. Sekret ini disebut sebum, berwujud

kelenjar holokrin sebab getahnya berasal dari hancuran total sel epitel.

Pengeluaran sebum dibantu kontraksi otot penegak rambut dan tekanan

menyeluruh akibat perbesaran sel-sel di tengah telapak kaki dan tangan.

b. Sweat Glands (Sudorifera)

Bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Tiap kelenjar terdiri atas pars

sekretoria dan ductus ekskretorius.

Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler

dengan bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris

selapis. kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-

butir pigmen. Di antara dasar sel-sel sekretoris dan membran basal (diluar sel

epitel) tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang

dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu

pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius. Dua sel yang berbeda

ditemukan di dalam epitelnya.

1) Sel utama (terang)

Merupakan sel serosa dengan tinggi beragam, tergantung kegiatan

kelenjarnya. Sitoplasma nya bervakuola dan mengandung bintik lemak dan

kadang granula pigmen. Kapiler sekretori (kanalikuli intersel) terdapat di

antara sel-selnya. Sel-sel ini mengeluarkan getah encer.

2) Sel-sel musigen (gelap)

Bertebar di antara sel-sel serosa yang mempunyai RE granular yang luas

dan granular sekretoris basofil. Mereka menghasilkan glikoprotein


mukoid.

Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid

berlapis dua. Tidak terdapat sel terang, sel musigen (gelap) sama dengan yang

terdapat di duktus sekretori dan mengandung granula sekresi serta banyak

lisosom sekunder. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat

kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula

circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomery.

Kelenjar sudoriferous, terdiri dari dua macam kelenjar, kelenjar ekrin

(merokrin) dan apokrin.

a) Merocrine (eccrine)

Ada 3-4 juta kelenjar merocrine pada orang dewasa. Terdapat banyak di

sekitar telapak kaki dan tangan . Kelenjar eccrine terdapat di seluruh

tubuh dan berhubungan langsung dengan kulit. Ketika suhu tubuh

meningkat, sistem saraf pusat merangsang kelenjar ini untuk

mengeluarkan cairan ke permukaan kulit untuk mendinginkan tubuh.

b) Apocrine

Pada manusia kelenjar apokrin ditemukan di deerah axila dan genitalia

(scrotum dan labia mayor) dan di sekitar anus. Kelenjar apokrin menjadi

aktif saat pubertas yang dipengaruhi hormon seksual. Hasil sekresinya

berupa substansi organik seperti asam 3- metil-2-hexenoic yang pada

dasarnya tidak berbau ketika pertama kali keluar, tapi dengan cepat akan

dimetabolisme bakteri sehingga menjadi apa yang di kenal sebagai bau

badan.

3. Rambut (pillus)
Tersusun atas sel terkeratinisasi atau sel tanduk yang sudah mati. Ada 3 tahap

pertumbuhan rambut (jenis rambut):

1) Lanugo, yaitu rambut yang tidak terpigmentasi; terbentuk pada fetus dalam 3

bulan kandungan terakhir

2) Vellus, yaitu menggantikan Lanugo sewaktu fetus lahir; struktur serupa; tidak

terpigmentasi; terdapat pada seluruh tubuh selain alis dan bulu mata

3) Terminal Hair, yaitu struktur tebal, pankang, kokoh dan terpigmentasi;

menggantikan vellus; tumbuh khususnya pada saat pubertas

Struktur rambut jika dilihat secara cross-sectional dibagi menjadi daerah medula

(terdiri dari keratin halus), korteks (terdiri dari keratin keras), dan kutikula (terdiri

dari keratin keras). Pada folikel rambut terdiri dari lapisan dermal root sheath dan

epithelial root sheath. Lapisan epithelial root sheath dibagi lagi menjadi lapisan

external epithelial root sheath dan internal epithelial root sheath.

Fungsi rambut: (1) Menghindari abrasi, (2) Pelindung organ tertentu, seperti otak

(pada scalp hair) dari radiasi dan suhu tinggi, (3) Fungsi filtrasi, yaitu pada

Vibrassae.

Fase pertumbuhan rambut:

1) Anagen

Sel batang mendorong papila dermal => membentuk epithel root-sheat =>

membentuk matrix rambut => setelah epitel mati (terkeratinisasi), naik dan

terdorong ke papilla

2) Catagen

Sel epithelial rooth sheath mulai apoptosis sehingga folikel mengecil atau

menyusut dan terlepas dari papila dermal

3) Telogen
Tahap istirahat dimana folikel rambut sudah terlepas dari pegangannya (papila

dermal.

E. Fungsi Kulit

Dalam fisiknya yang membungkus seluruh tubuh, secara detail kulit berfungsi sebagai:

1. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau

mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi

terutama yang bersifat iritan; lisol, karbol, asam dan alkali kuat,

gangguan yang bersifat panas; radiasi, sengatan UV, gangguan infeksi

luar; kuman atau bakteri, jamur

Hal di atas terjadi karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit

dan serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung

terhadap gangguan fisis.

2. Fungsi absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,

tapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap. Permeabilitas

kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut

mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit

dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme

dan jenis vehikulum.

3. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar

eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kelenjar kulit

mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme


dalam tubuh; NaCl, urea, as urat dan ammonia. Sebum yang diproduksi

melindungi kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga

kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit

menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan

subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di

dermis. Badan taktil meissnerr terletak di papila dermis berperan

terhadap rabaan. Terhadap tekanan diperankan oleh badan vater paccini

di epidermis

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Kulit kaya akan

pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang

cukup baik.

6. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen atau melanosit terletak di lapisan basal dan sel

ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit menentukan warna kulit ras

maupun individu. Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh

pigmen kulit melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi

Hb dan karoten.

7. Fungsi keratinisasi

Proses berlangsung 14-21 hari sebagai perlindungan terhadap infeksi

secara mekanis – fisiologik


8. Fungsi pembentukan vitamin D

Dengan mengubah 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar

ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal memodifikasi prekursor dan

menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif.vCalcitriol

adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan

dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.

DAFTAR PUSTAKA

Michael F. Rizen, dkk, Menjadi Remaja Sehat: Panduan Remaja Dan Orangtua

Untuk Kesehatan Usia Puber, terj. Rani Sundari Ekawati, (Bandung: Mizan, 2012).

Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Alquran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014)

Syaifuddin, Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, (Jakarta:

Salemba Medika, 2009)

Anda mungkin juga menyukai