urin, 2) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih), 3) satu vesika urinaria (VU), tempat urin
dikumpulkan, dan 4) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1) Ginjal (Ren)
(Ren)
Manusia memiliki
Manusia sepasang ginjal yang terletak di
belakang perut
belakang perut atau
atauabdomen
abdomen.. Ginjal ini terletak di kanan dan
kiri tulang belakang,
kiri belakang, di bawah
bawah hati
hati dan
dan limpa
limpa.. Di bagian atas
( superior
superior ) ginjal terdapat
terdapat kelenjar adrenal
adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal ).
). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-
masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 sampai 4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urine nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal
dan tubulus urinarius.
1) Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingin kapsul
epitel berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomelurus
dan kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuah
korpuskel ginjal.
ginjal.
2) Tubulus Kontortus Proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan
sangant berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen
tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan
mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen.
lumen.
3) Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai
rendah asam
c. Kandungan matriks batu tinggi
air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari
ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn
(tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi
kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) 3,18,26
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
5. Manifestas
Manifestasii Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
3) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
4) Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.
5) Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas
anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
1) Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia.
2) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
3) Hematuri akibat aksi abrasi batu.
4) Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-
1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
1) Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
2) Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urine
6. Patofisiologi
Menurut (Dinda, 2011: hal 2) Secara teoritis batu dapat terbentuk di
seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering
mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu sistem kalises ginjal
atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada pelvikalises,
divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat
berigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan- keadaan
yang memudahkan terjadi pembentukan batu. (Dinda, 2011: hal 2)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel
pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pad
agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih. (Dinda, 2011: hal 2)
Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di
dalam urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran
kemih, atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu. (Dinda, 2011: hal 2)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,
batu magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein,
sis tein, dan batu jenis
j enis
lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama,
tetapi suasana di dalam saluran kemihyang memungkinkan terbentuknya jenis
batu itu tidak sama. Misalkan batu
batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana
asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa.(Dinda, 2011: hal 2)
urolithiasis
Patwhay
Penurunan urine flow Stagnansi urine pada VU
Nyeri akut
Ketidakseimbangan
Nutrisi:kurang
Nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
Robekan vaskuler
Hematuria/gross
Kebocoran plasma
hematuria
Kolinisasi
bakteri
Resiko gangguan Gangguan
meningkat
f.ginjal eliminasi urine
Resiko infeksi
Sumber: Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan . Yogyakarta: Nuha Medika.
7. Komplikasi
Komplikasi menurut Haryono (2013: 61) adalah jika keberadaan batu
dibiarkan maka dapat menjadi sarang kuman yang bisa menimbulkan infeksi
saluran kemih, pielonefritis, yang akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul
gagal ginjal dengan segala akibat terparahnya.
Komplikasi menurut Mansjoer,dkk (2007: 490) adalah:
a. Hidronefrosis.
Kelainan umum pada saluran kemih. Ini disebabkan oleh gangguan
aliran urin dalam ureter (tabung yang mengeluarkan urin dari ginjal ke
kantung kemih).
b. Pionefrosis.
Jenis infeksi saluran kemih atau ISK, yang menyerang ginjal. Saluran
kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ginjal, dan ureter.
Kebanyakan infeksi saluran kemih dimulai dari uretra, yaitu saluran
paling akhir saat urin dikeluarkan dari tubuh.
c. Uremia
Uremia adalah keadaan toksik yang disebabkan gagal ginjal. Hal ini
terjadi bila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh
sehingga urea menumpuk dalam darah
d. Gagal ginjal
Kondisi dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring
cairan dan sisa-sisa makanan. Saat kondisi ini terjadi, kadar racun dan
cairan berbahaya akan terkumpul di dalam tubuh dan dapat berakibat
b. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht
(BNO) dan ultrasonografi (USG) abdomen. Hasilnya pada rontgen
BNO didapatkan tampak bayangan radioopaque pada pielum ginjal
setinggi linea paravertebrae sinistra setinggi lumbal III Ukuran 1,5 x 2
cm; USG didapatkan tampak batu pada ginjal kiri di pole atas-tengah-
bawah berukuran 1 cm x 1,2 cm x 1,8 cm; tampak pelebaran sistem
pelvicokaliseal. (Nahdi Tf, 2013: hal 48)
c. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai
diantara batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak
(radiolusen)
d. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batuk semi- opak
ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh
ol eh foto polos perut.
Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungis ginjal sebagai gantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograde.
e. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin
mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
9. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus
dikeluarkan secepatnya agar tiak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi dilakukan terapi jika batu telah menimbulkan obstruksi (pada
hidroureter atau hidronefrosis), infeksi dan indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan dengan cara :
a. Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
sehingga batu diharapkan
diharapkan dapat keluar
keluar spontan. Tu
Tujuan
juan terapi ini untuk
mengurangi nyeri, mengurangi muntah, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu
buli –
–
buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen kecil, sehingga mudah dikeluarkan. Pecahan-
pecahan batu yang sedang keluar dapat menimbulkan perasaan nyeri \
kolik dan hematuri.
ESWL terbatas penggunaanya bergantung pada ukuran dan lokasi batu.
Batu yang berukuran diameter > 1,5 cm atau berlokasi di bagian bawah
dari ginjal akan lebih sulit diatasi. Fragmentasi tetap terjadi, namun
sebagian besar fragmen pada daerah tersebut menyulitkan pengeluaran
dari manipulasi terhadap batu antara lain infeksi aktif saluran kemih
yang tidak diobati, perdarahan yang belum teratasi, serta kehamilan
(kontraindikasi relatif).
Pembedahan terbuka dilakukan bila alat - alat yang disebut di atas tidak
ada. Bedah terbuka antara lain pielolitotomi (untuk mengambil batu
ureter) atau nefrolitotomi (untuk mengambil batu ginjal). Tidak jarang
pasien menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih
yang menibulkan obstruksi dan infeksi y
yang
ang menahun
Subje
Sub ktif
jektif
a. Tampak meringis
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subje
Subjektif
ktif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Tekanan darah meningkat
f. Enuresis
Objektif
a. Distensi kandung kemih
b. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
c. Volume residu urine meningkat
Gejala Tanda Mayor
Subje
Subjektif
ktif
(tidak tersedia)
Objektif
(Tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
Objektif
a. Disuari/anuria
b. Distensi kadung kemih
Gejala dan Tanda Minor
Subje
Subjektif
ktif
a. Dribbling
Objektif
a. Inkontinensia berlebih
b. Residu urine 150 ml atau lebih
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala
0 sampai 10 (0=tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri
hebat)
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh
analgesik dan kemungkinan efek sampingnya
4) Kaji dampak agama, budaya, kepercyaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan repons pasien
5) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata sesuai usia dan
tingkat perkembanagan pasien
6) Manajemen nyeri NIC :
(a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi dan kualitas dan
intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
(b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yag tidak mampu berkomunikasi efektif
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
di minum, frekuensi pemberian, kemungkinan efeksamping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi oabat tersebut (misalnya, pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.
2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
3) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang d
disarankan
isarankan
4) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opiod
(misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan .
Yogyakarta: Nuha Medika.