Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN


RUANG BOUGENVILE RSUD BANYUMAS

Untuk memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah

oleh:

PUSPA RANI DEWI

I4B017084

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan salah
satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Hampir 70- 80%
penduduk di negara maju pernah mengalami LBP. Setiap tahun 15-45% orang
dewasa menderita LBP, dan satu diantara 20 penderita harus dirawat di rumah
sakit karena serangan akut. LBP sering terjadi pada umur 35-55 tahun dan hampir
80% penduduk di negara-negara industri pernah mengalaminya. Di Amerika
Serikat, prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15-20%, sedangkan
insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter sebanyak 14,3%. Data
epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada. Diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang
dan prevalensinya pada laki-laki sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%.
Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia insidensi berdasarkan
kunjungan pasien di beberapa rumah sakit di Indonesia yang berkisar antara 3-
17% (Mahadewa, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian low back pain
2. Untuk mengetahui etiologi low back pain
3. Untuk mengetahui patofisiologi low back pain
4. Untuk mengetahui tanda gejala low back pain
5. Untuk mengetahui faktor resiko low back pain
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan low back pain
7. Untuk mengetahui pengakajian low back pain
8. Untuk mengetahui pathway low back pain
9. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan low back pain
10. Untuk mengetahui nursing care plan pada low back pain
II. ISI
1. Pengertian
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio
lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks
saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal (Dachlan,
2009).
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah
punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot
atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma
punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti
penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi
pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang.
Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk,
postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang
buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Anonim, 2014).

2. Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak
adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat
merupakan nyeri rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem
genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses infeksi, neoplasma dan inflasi
daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab sistem
neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot, (b)
discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka, (d) kompresi
saraf / radiks, (e) metabolik, (f) psikogenik, (g) umur (Dachlan, 2009).
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi
pada tulang belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain
yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain: (1) kelainan
kongenital / kelainan perkembangan, seperti spondylosis dan spondilolistesis,
kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda spinalis, (2) trauma minor, seperti
regangan, cedera whiplash, (3) fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh,
atraumatik misalnya osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen, (4)
hernia discus intervertebralis, (5) degeneratif kompleks diskus misalnya
osteofit, gangguan discus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio
neurogenik, gangguan sendi vertebra, gangguan sendi atlantoaksial misalnya
arthritis reumatoid, (6) arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau
sacroiliaka, autoimun misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter, (7)
neoplasma, seperti metastasisi, hematologic, tumor tulang primer, (8) infeksi /
inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis discus,
meningitis, arachnoiditis lumbal. (9) metabolik osteoporosis – hiperparatiroid,
(10) vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri vertebral, (11) lainnya,
seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom nyeri
kronik.

3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
a. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah
periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari
diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot.
Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap
berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang
oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai
mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya
persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah
pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan.
Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini
menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu
(trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus
syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi
nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi,
terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis
rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan
nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan
oleh aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
b. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan
oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik
yang sering ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks
syaraf oleh karena Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan
kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya,
fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor
dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
 Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang
kaya nosiseptor dari nervi nervorum, yang menimbulkan
inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut. nyeri
bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya
karena pergerakan.
 Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada
kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik
melalui pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler
menyebabkan aktivitas SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas
ektopik (aktivitas di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion
Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah lesi).
Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi
menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka
terhadap rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia
mekanikal dan termal). Ditemukan juga pembentukan reseptor
adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu memperberat
nyeri. Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri
neuropatik baik yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri
seperti kesetrum dan sebagainya, yang membedakan dengan
nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti hiperal dan
alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri
ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP
dan perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi
meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama disebabkan
penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan
peningkatan cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja
reseptor opioid.

4. Manifestasi klinik
Keluhan LBP sangat beragam, tergantung dari patofisiologi, perubahan
biokimia atau biomekanik dalam discus intervertebralis. Bahkan pola
patofisiologi yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda
dari pasien. Pada umumnya sindroma lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri
muskulo skeletal yang menyebabkan LBP termasuk sindrom nyeri miofasial
dan fibromialgia. Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan
seluruh daerah yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak
kelompo otot yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler
yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila kelompok otot
tersebut diregangkan. Fibromialgia mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan
daerah punggung bawah, kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot (Dachlan,
2009).
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku,
deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala
serangan pertama sangat penting. Dari awal kejadian serangan perlu
diperhatikan, yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba – tiba, mungkin
setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur tanpa kejadian apapun.
Dan yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang-
kadang berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan
gejala yang penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine,
dan inkontinensia (Apley, 2013).

5. Faktor resiko
Faktor resiko secara fisiologi.
a. Umur ( 20 – 50 tahun ).
b. Kurangnya latihan fisik.
c. Postur yang kurang anatomis.
d. Kegemukan.
e. Scoliosis parah.
f. HNP.
g. Spondilitis.
h. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
i. Osteoporosis.
j. Merokok.
Faktor resiko dari lingkungan.
a. Duduk terlalu lama.
b. Terlalu lama pada getaran.
c. Keseleo atau terpelintir.
d. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
e. Vibrasi yang lama.
Faktor resiko dari psikososial.
a. Ketidak nyamanan kerja.
b. Depresi.
c. Stress.
6. Penatalaksanaan
a. Penata Laksanaan Keperawatan.
- Informasi dan edukasi.
- Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara
lain korset, tongkat)
- NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
b. Medis
Formakoterapi.
- NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler
- NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
Invasif non bedah
- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
- Defisit neurologik memburuk.
- Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

d. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. RM :
Diagnosa medis :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
b. Pola nutrisi metabolik
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas-latihan
e. Pola istirahat-tidur
f. Pola kognitif-persepsi
g. Pola konsep diri-persepsi diri
h. Pola peran hubungan
i. Seksualitas
j. Pola toleransi stres-koping
k. Pola nilai-keyakinan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda vital
c. TB/BB
d. Kepala
e. Thorak
f. Abdomen
g. Ekstremitas
h. Genitalia
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
6. Terapi
e. Pathway

e. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Gangguan pola tidur
f. Nursing care plan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
agen cedera fisik
keperawatan selama 3x24 secara komperehensif
Batasan
karakteristik : jam diharapkan pasien termasuk lokasi,
mampu memenuhi indikator karakteristik, durasi,
- Menarik nafas
pan-jang, sebagai berikut: frekuensi, kualitas dan
merintih Indikator Target faktor presipitasi
- Mengeluh nyeri
Nyeri yang 5 2. Observasi reaksi
- Menyeringaikan
wajah. dilaporkan nonverbal dari
- Gerakan yang Denyut nadi 5 ketidaknyamanan
amat lambat atau 3. Evaluasi pengalaman
Panjang 5
terpaksa
- Perubahan vital episode nyeri nyeri masa lampau
sign Keterangan: 4. Pilih dan lakukan
1 : Berat penanganan nyeri
2 : Cukup berat (farmakologi, non
3 : Sedang farmakologi, dan
4 : Ringan interpersonal)
5 : Tidak ada 5. Ajarkan tentang tehnik
non farmakologi
6. Evaluasi keefektifan
control nyeri
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur / pola
tidur b.d nyeri, keperawatan selama 3x24 aktivitas
tidak nyaman 2. Anjurkan klien tidur
jam diharapkan gangguan
secara teratur
Batasan pola tidur pasien berkurang 3. Jelaskan tentang
karakteristik pentingnya tidur yang
indikator sebagai berikut:
- Pasien menahan cukup selama sakit dan
sa-kit (merintih, Indikator Target terapi.
me-nyeringai) Pola tidur 5 4. Monitor pola tidur dan
catat keadaan fisik,
- Pasien normal psykososial yang
mengungkapkan mengganggu tidur
Kualitas tidur 5
tidak bisa tidur 5. Diskusikan pada klien
karena nyeri cukup
dan keluarga tentang
Jumlah jam 5 tehnik peningkatan pola
tidur cukup tidur
: 6. Batasi pengunjung
7. Jaga lingkungan dari
T bising
i 8. Tidak melakukan
d tindakan keperawatan
a pada saat klien tidur
k

a
d
a
Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan dan berikan
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 dorongan pada klien
berhubungan untuk melakukan
jam diharapkan mobilitas
dengan gangguan program latihan secara
neuromuskular fisik pasien dapat membaik rutin
dengan indikator sebagai 2. Ajarkan teknik Ambulasi
& perpindahan yang
berikut:
aman kepada klien dan
Indikator Target keluarga
Mampu 5 3. Sediakan alat bantu
untuk klien seperti kruk,
mandiri total
kursi roda, dan walker
Membutuhkan 5 4. Beri penguatan positif
alat bantu untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang
Membutuhkan 5
aman.
bantuan orang 5. Ajarkan pada klien &
lain keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
6. Dorong klien melakukan
latihan untuk
memperkuat anggota
tubuh
7. Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
8. Ajarkan pada klien/
keluarga untuk mem
perhatikan postur tubuh
yg benar untuk
menghindari kelelahan,
keram & cedera.
9. Kolaborasi ke ahli terapi
fisik untuk program
latihan.

Anda mungkin juga menyukai